You are on page 1of 5

TUGAS 8

KONSELING PERKAWINAN
“Perbedaan Konseling Perkawinan dengan Konseling Pranikah dan
Konseling Keluarga”

DOSEN PENGAMPU
Dr. Nurfarhanah, S.Pd. M.Pd. Kons.

OLEH
PINTA REJANI TELAUMBANUA
19006108

DEPARTEMEN BIMBUNGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
PERBEDAAN KONSELING PERKAWINAN DENGAN KONSELING
PRANIKAH DAN KONSELING KELUARGA

A. Pengertian Konseling Perkawinan, Konseling Pranikah dan Konseling


Keluarga
1. Konseling Perkawinan.
Menurut Klemer (Latipun, 2015: 160), konseling perkawinan
adalah proses konseling yang diselenggarakan sebagai metode pendidikan,
metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu pasangan
suami istri yang menikah untuk memecahkan masalah dan cara
menentukan pola pemecahan masalah yang lebih baik.
Konseling perkawinan akan membantu pasangan suami istri dalam
memahami diri, membuat keputusan, dan memecahkan masalah dalam
hubungan pasangan suami istri tersebut (Makmun Khairani, 2014: 16).
Adanya konseling perkawinan diharapkan agar dapat meminimalisir atau
meniadakan hal-hal yang tidak diinginkan dalam kehidupan pasangan
suami istri, sehingga kebahagiaan dalam hubungan pasangan suami istri
bisa dicapainya.
2. Konseling Pranikah
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan
dengan rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor
untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan
penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010: 154).
3. Konseling Keluarga
Crane (Latipun, 2001) mendefinisikan konseling keluarga sebagai
proses pelatihan yang difokuskan kepada orang tua klien selaku orang
yang paling berpengaruh menetapkan system dalam keluarga. Hal ini
dilakukan bukan untuk mengubah kepribadian atau karakter anggota
keluarga yang terlibat akan tetapi mengubah system keluarga melalui
pengubahan perilaku orang tua.
B. Perbedaan Konseling Perkawina dengan Konseling Pranikah dan
Konseling Keluarga
Sekurang-kurangnya terdapat enam sudut tinjauan yang dapat
digunakan untuk membedakan konseling perkawinan, konseling pranikah, dan
konseling keluarga (Kustiah Sunarty dan Alimuddin Mahmud, 2016: 58).
Keenam sudut tinjauan itu adalah :
1. Fokus Perhatian
a. Fokus perhatian konseling perkawinan adalah masalah yang muncul
dalam hubungan antarpribadi antara suami dan isteri.
b. Konseling pranikah fokus perhatiannya adalah kesulitan-kesulitan
yang bersifat intrapsikis yang dialami oleh seseorang.
c. Fokus perhatian konseling keluarga adalah kesulitan yang muncul
dalam hubungan-hubungan antarpribadi di antara anggota keluarga.
2. Sasaran
a. Konseling perkawinan menetapkan sasaran konseli adalah suami-isteri
dan calon suami isteri.
b. Konseling pranikah menetapkan pribadi sebagai konseli.
c. Konseling keluarga menetapkan sasaran konseli adalah keluarga (ibu,
bapak, anak, dan bahkan anggota keluarga lainnya).
3. Sistem Perawatan
a. Konseling perkawinan digunakan untuk mengembangkan sistem
perawatan kesehatan mental untuk suami isteri yang terlibat dalam
proses konseling.
b. Konseling pranikah digunakan untuk mengembangkan sistem
perawatan kesehatan mental seseorang sebagai individu dan sebagai
pribadi yang akan menikah.
c. Konseling keluarga digunakan untuk mengembangkan sistem
perawatan kesehatan mental untuk seluruh anggota keluarga yang
terlibat dalam proses konseling
4. Letak dan Kekuatan Pengaruh terhadap Individu
a. Dalam konseling perkawinan dan keluarga, kekuatan-kekuatan aktif
yang memengaruhi perkembangan individu adalah kekuatan-kekuatan
eksternal. Misalnya, pengelolaan dan pengaturan keluarga
memengaruhi kehidupan setiap individu.
b. Konseling pranikah, peristiwa-peristiwa internal (konflik-konflik
pikiran dan perasaan) diyakini sebagai faktor dominan yang
memengaruhi perilaku individu.
5. Bentuk-bentuk Simptom
a. Konseling perkawinan dan keluarga menetapkan konflik-konflik pada
transaksi antarpribadi yang terjadi dalam sistem keluarga sebagai suatu
bentuk simpton.
b. Konseling pranikah menetapkan symptom sebagai hasil dari konflik di
antara bagian-bagian kepribadian. Misalnya, konflik Id, Ego, dan
Superego dalam teori psikoanalisis.
6. Perubahan-perubahan Terapeutik
a. Konseling perkawinan dan keluarga menekankan pengubahan sikap
oposan dari salah satu pasangan, suami atau isteri dan anggota
keluarga. Perubahan terapiutik yang diharapkan terjadi adalah
berubahnya perilaku suami atau isteri dan anggota keluarga yang
menjadi penyebab timbulnya simptom pada anggota keluarga lainnya
dan memperbaiki keseimbangan keluarga.
b. Konseling pranikah menstruktur pertemuan konseling untuk
menambah pemahaman dan pengalaman konseli/klien terhadap
kegagalan-kegagalan, dan meringankan gangguan-gangguan.
DAFTAR PUSTAKA

Khairani, Makmun. 2014. Psikologi Konseling. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.


Latipun. 2015. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Sunarty, Kustiah dan Alimuddin Mahmud. 2016. Konseling Perkawinan dan
Keluarga. Makassar: UNM.

You might also like