You are on page 1of 19

Aspek Konsumsi

Dalam Budaya
widhyanto muttaqien ahmad

creata
“We shall start. But start what?”
Jean–Luc Godard
Two or Three Things I Know About Her (1967)
Tabungan adalah
Kosumsi Yang
Ditunda
Weber

Hand to
Tradisional
Mouth
Ekonomi
(pemburu/p
eramu)

Ekonomi Kapitalisme
Biara - Individualis/
Komuni Adventur
Masyarakat Asmat
• Tetap menjadikan ladang sagu sebagai milik
komunal dan memanen dengan alat tradisional
(kapak batu).
• Membagi bahan makanan pokok menjadi tiga
bagian, musim sagu, musim umbi, dan musim nasi
(setelah ada introdusi beras untuk orang
miskin-raskin)
• Membagi kecukupan gizi sesuai musim (protein
nabati, kacang-kacangan dan ulat sagu, babi, ikan)
Keynesian
Duesenberry:
Tabungan selalu
residual (sisa)
selama ada barang
yang bisa
dikonsumsi,
Tidak ada
perbedaan antara
Duesenberry dan Friedman: orang di
Tabungan antara orang kulit hitam kepulauan Alor
lebih banyak dari orang kulit putih (Du Bois) dengan
dalam inteval pendapatan yang sama Manhattan
Konsumsi Di Indonesia

Sumber: Survei Konsumen, BI, 2015


Pasar (MAC) Middle Class Affluent
Comsumers
(MAC) Middle Class Affluent
Consumers

•McKinsey Global Institute menyebut kelas menengah dengan istilah


“consuming class”. Definisinya adalah individu yang memiliki
pendapatan sebesar$3600 (PPP, 2005) ke atas. Dengan definisi ini,
maka jumlah kelas menengah kita mencapai 45 juta (2013 perkapita
US $ 3015)
•ADB (2010) mengukur rentang pengeluaran $2-20 Sebagai kelas
menengah maka didapatkan jumlah kelas menengah Indonesia
sebanyak 134 juta (2010) atau sekitar 56% dari seluruh penduduk.
•Bank Dunia (2013) , jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai
sekitar 135 juta (2-4 US $)
• Boston Consulting Group (2012) melihat pertumbuhan kelas
menengah di tahun 2012 74 juta
Fakta Tentang Konsumsi di Dunia
Sekarang
• Pertama, kita selalu terikat dengan
kegiatan konsumsi.
• Kedua, secara fisik kita hanya bisa
bertahan melalui konsumsi.
• Ketiga, dalam semua hal, kita semua
adalah konsumen.
Konsumsi Sebagai Sistem Sosial
• Diferensiasi Sosial
Barang mampu membentuk perbedaan-perbedaan sosial dan
menaturalisasikannya melalui perbedaan-perbedaan pada
tingkat pertandaan. Itulah mengapa orang cenderung menilai
dan mengenali orang dari penampilan luarnya.
• Keseragaman Sosial
Konsumsi barang justru dipandang sebagai sistem yang
menyatukan—uniformity—sosial. Konsumsi dikatakan sebagai
pertanda budaya global, konsumsi menjadi sarana untuk
memasuki pergaulan dunia, juga cara untuk berpartisipasi dalam
berbagai hal diluar diri kita.
Konsumerisme
beli dan pamerkan

Baudrillard, yang dikonsumsi bukan lagi use


atau exchange value, melainkan “symbolic
value” orang mengkonsumsi nilai simbolis
yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi.
Adorno: Resepsi tentang realitas diarahkan
oleh nilai tukar –exchange value-standarisasi
produk-produk budaya untuk memaksimalkan
konsumsi.

Marx: produksi-komodifikasi
(surplus dari hagra pasar, bukan
milik pekerja)
Aspek Produksi
Pasar Indonesia
dikuasai Asing sebesar
80% s/d 92%,

Pasar tekstil 80%

Pasar farmasi 80%


92% industri
teknologi
telah dikuasai oleh
asing.
Sumber; Majalah Swa, 2012
Regional Investment Disparity(PMDN)
Regional Investment Disparity (PMA)
Produksi: Mengarahkan Hasrat

• Desain ulang • Motivasi,


• Mengurangi pemakaian • Kemampuan
• Pakai ulang
• Daur ulang • Kesempatan

Iklan menjadi sebuah jalan


untuk menciptakan kondisi
budaya atau sosial yang ideal
dan menjadikan seseorang
menjadi seperti yang
diinginkan
Kau bekerja dalam bidang yang
tidak disukai, belanja barang
yang tidak dibutuhkan, untuk
memberi rasa kagum kepada
orang yang tidak kita sukai.

You might also like