You are on page 1of 23

TUGAS BESAR THERMODINAMIKA

Disusun Oleh :
MUHAMMAD AFRIZAL ILHAM

PRODI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun berdasarkan pengumpulan dari berbagai sumber, dan untuk
memehuni tugas ini.
Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Bapak M Edi Pujianto,ST., MT
Selaku dosen pembimbing. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan serta menambah wawasan kita tentang kinerja AC, sehingga kita
dapat melakukan perhitungan pada AC.
Saya menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang bersifat
membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk meningkatkan kualitas dan
menyempurnakan tugas ini.

Semarang, 17 Desember 2022

Muhammad Afrizal Iham


DAFTAR ISI

TUGAS BESAR THERMODINAMIKA.....................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................3

1.2 TUJUAN....................................................................................................................4

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN.........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4

2.1 SISTEM KERJA AIR CONDITIONER.............................................................................4

2.2 PERSAMAAN.............................................................................................................5

2.2.1 Wc.....................................................................................................................5

2.2.2 Kalor yang dilepas (Qc)......................................................................................5

2.2.3 Efek Refrigrasi (Qe)............................................................................................6

2.2.4 Laju Aliran Massa (ṁ)........................................................................................6

2.2.5 Koefisien Prestasi..............................................................................................6

BAB III.................................................................................................................................7

3.1 Komponen................................................................................................................7

3.2 Simulasi NIST..........................................................................................................11

BAB IV..............................................................................................................................16

PEMBAHASAN..................................................................................................................16

4.1 Pengolahan Data....................................................................................................16

4.2 Perhitungan............................................................................................................17

4.2.1 Daya Listrik Yang Dibutuhkan..........................................................................17

4.2.2 Kerja Kompresi (Wc)........................................................................................18


BAB V...............................................................................................................................18

5.1 Daftar Pustaka........................................................................................................18

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Refrigran R290, propana, adalah refrigeran hidrokarbon alami yang dapat
diperoleh langsung dari gas yang dicairkan. Dibandingkan dengan refrigeran
sintetis seperti Freon, cairan kerja alami R290 tidak mengandung atom klorin
dalam molekul, sehingga nilai ODP adalah nol, dan tidak memiliki efek destruktif
pada lapisan ozon. Selain itu, nilai GWP R290 mendekati nol dibandingkan
dengan bahan HFC yang juga tidak memiliki efek destruktif pada lapisan ozon,
dan tidak memiliki efek pada efek rumah kaca. Saat ini di Jerman R290 telah
digunakan dalam pemanas air domestik dan sistem pendingin udara.

Saat ini, industri pendingin udara China menggunakan lebih banyak refrigeran
R22. Sifat fisik dasar R290 dan R22, seperti titik didih standar, titik beku dan titik
kritis, sangat dekat, dan memiliki kondisi dasar untuk mengganti R22. Dalam
keadaan cair jenuh, densitas R290 lebih kecil dari R22, sehingga jumlah perfusi
R290 lebih kecil di bawah volume yang sama. Tes ini membuktikan bahwa
jumlah perfusi R290 dalam volume sistem yang sama adalah sekitar 43% dari
R22. Selain itu, karena panas laten penguapan R290 adalah sekitar dua kali lipat
dari R22, laju sirkulasi zat pendingin sistem pendingin menggunakan R290 lebih
kecil. R290 memiliki kompatibilitas bahan yang baik dan kompatibel dengan
tembaga, baja, besi cor dan minyak pelumas.

Namun, refrigeran R290 tidak dapat diterapkan dalam skala besar karena sifat
mudah terbakar dan meledak-ledaknya belum dipecahkan secara efektif, yang
merupakan hambatan terbesar untuk popularitasnya. Untuk mengurangi bahaya
keselamatan, standar IEC membatasi perfusi aman maksimum refrigeran R290:
ketika ketinggian instalasi 2.2m di ruangan 10 meter persegi, jumlah pengisian
harus kurang dari 290g. Mengurangi jumlah perfusi dapat mengurangi kebocoran
refrigeran sampai batas tertentu, sehingga meningkatkan keamanan penggunaan
R290. Apakah pengurangan perfusi zat pendingin akan menyebabkan penurunan
kapasitas pendinginan? Dalam hal ini, industri mengatakan bahwa panas laten
penguapan R290 adalah sekitar dua kali lipat dari R22, yang berarti bahwa
kapasitas pendinginan per satuan massa R290 lebih tinggi. Dan pengujian saat ini
telah mengkonfirmasi bahwa dalam kasus mengurangi jumlah perfusi refrigeran
R290, efek pendinginan R22 dapat dicapai atau dilampaui oleh modifikasi
struktural dari sistem pendingin. Mengurangi jumlah kebocoran dan
meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi dan menanggapi kebocoran adalah
langkah penting untuk meningkatkan keamanan R290. Dipahami bahwa sebagian
besar pabrikan saat ini memiliki persyaratan tinggi untuk standar pengujian seal
AC. Kebocoran udara tahunan AC biasa dapat dikendalikan di bawah 5g tanpa
bahaya. Kebocoran refrigeran yang terjadi saat ini sebagian besar terkonsentrasi
dalam pemasangan, penggunaan dan pemeliharaan pendingin udara. Namun, ada
banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti lingkungan dan metode
penggunaan dalam proses ini. Oleh karena itu, langkah-langkah kontrol
keselamatan dalam proses ini masih perlu penelitian dan perbaikan lebih lanjut.
(Xiamen Yuda Kimia & Peralatan Co, 2019).

I.2 TUJUAN
1. Mampu mengetahui dan memahami komponen dan sistem kerja
AC
2. Mampu menghitung dan mengetahui persamaan sistem Refrigrasi
3. Dapat mengetahui nilai kerja kompresi (Wc)
4. Dapat mengetahui nilai kalor yang dilepas (Qc)
5. Dapat mengetahui nilai efek refrigrasi (Qe)
6. Dapat memahami nilai laju aliran massa (ṁ)
7. Dapat memahami nilai Coeffisien of Performance (COP)
8. Dapat memahami dan menghitung menggunakan NIST

I.3 SISTEMATIKA PENULISAN


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 SISTEM KERJA AIR CONDITIONER
Refrigerant merupakan media pemindah kalor pada system refrigerasi, dimana
refrigeran menyerap kalor pada tekanan rendah melalui evaporator dan
melepaskan panas pada tekanan tinggi melalui kondensor. Evaporator menyerap
panas dari ruangan yang dikondisikan sehingga temperatur ruangan menjadi
dingin dan refrigeran bertekanan rendah di dalam evaporator mengalami
pendidihan. Uap refrigeran tersebut kemudian dikompresikan oleh kompressor
ketekanan tinggi sehingga temperatur uap refrigeran tersebut juga mengalami
kenaikan sehingga panas refrigeran tesebut dapat dilepaskan ke lingkungan
melalui kondensor sedangkan refrigeran mengalami kondensasi sehingga
refrigeran berubah fasa menjadi cairan pada tekanan tinggi. AC bekerja untuk
mendinginkan udara di dalam ruangan dengan memanfaatkan prinsip sederhana
dari fisika.Pengubahan cairan menjadi gas/udara dengan cara alami bisa
mengakibatkan penyerapan panas, dan hal tersebut dinamakan sebagai fase
konversi.(Siagian, 2017) Sementara AC menggunakan campuran kimia, oleh
karenanya dapat menghadirkan lingkungan tertutup yang didalamnya terjadi
kondensasi dan penguapan berulang.Campuran tersebut dinamakan refrigerants,
dimana refrigerants tersebut terdiri atas hidroklorofluoorkarbon, perfluorokarbon
dan klorofluorkarbon.Dimana semua senyawa refrigerants tersebut bisa
menghadirkan fase konversi. Di samping itu, AC mempunyai kipas yang dapat
mendistribusikan udara panas agar berjalan melewati kumparan yang berisi
refrigerants.Lalu udara panas pun akan dialirkan kipas, sehingga dapat berjalan
melewati kumparan evaporator berisi refrigerants.Lalu senyawa refrigerants tadi
melakukan tugasnya untuk menyerap panas yang sebanyak-banyaknya sambil
berubah wujud menjadi gas dari cairan. Untuk bisa menjalankan fungsinya,
setidaknya AC memerlukan beberapa unit. Dimana unit-unit tersebut terdiri atas
katup ekspansi, kompresor, kumparan pendingin, kumparan panas, unit konterol,
dan 2 unit kipas.Adapun sistem yang sering dipakai adalah unit atau sistem
terpisah yang dinamakan sebagai split system units. Dimana sistem tersebut
memisahkan bagian panas dengan bagian yang dingin sehingga membentuk
sistem Air Conditioner secara utuh. Bagian atau sisi dingin biasanya terbentuk
berdasarkan katup ekspansi serta kumparan dingin dengan saluran beserta sistem
udara.Sisi dingin tersebut biasanya disimpan di dalam ruangan lalu dihubungkan
menggunakan saluran yang ada di bagian dalam ruangan. Sedangkan sisi panas
atau unit kondensor sendiri diletakkan di luar ruangan.Nah, itulah sedikit ulasan
tentang cara kerja AC dan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya.
(Mellinda, 2020)

II.2 PERSAMAAN
Di bawah ini bentuk persamaan dari Wc, Kalor yang dilepas, Efek Refrigrasi,
Laju Aliran Massa dan Koefisien Prestasi
(Coeffesien of Performance)
II.2.1 Wc
Kerja spesifik adalah kerja yang sebanding dengan perubahan enthalpy
pada proses kerja kompresi. Dapat dirumuskan seperti persamaan berikut :
Wc = h2-h1
Dimana :
Wc = Kerja kompresi (kj/kg)
h2 = Enthalpy pada akhir kompresi (kj/kg)
h1 = Enthalpy pada awal kompresi (kj/kg)
II.2.2 Kalor yang dilepas (Qc)
Pada kondensor, khususnya AC Split terjadi pembuangan panas
refrigeran ke lingkungan yang dibantu oleh kipas (fin). Berikut persamaan
besar panas yang dibuang oleh kondensor.

Qc = h3 – h2

Dimana :
Qc = Panas yang dibuang oleh kondensor (kj/kg)

h2 = Enthalpy pada akhir proses kompresi (kj/kg)

h3 = Enthalpy pada akhir proses kondensasi (kj/kg)

II.2.3 Efek Refrigrasi (Qe)


Efek refrigrasi merupakan jumlah kalor per satuan massa yang diserap
oleh evaporator, besarnya dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut :

Qe = h1 – h4

Dimana :

Qe = Efek Refrigrasi (kj/kg)

h1 = Enthalpy pada awal kompresi (kj/kkg)

h2 = Enthalpy pada akhir ekspansi (kj/kg)

II.2.4 Laju Aliran Massa (ṁ)


Pada perhitungan Laju Aliran Massa menggunakan persamaan

(ṁ) = ρ.V.A

Dengan keterangan :

ρ = Densitas (kg/m3)

V = Kecepatan (m/s)

A = Luas Penampang (m2)

II.2.5 Koefisien Prestasi


COP (Coeffisien Of Performance) atau dalam sistem kompresi uap
disebut dengan koefisiens prestasi, dan ini tidak sama dengan efisiensi
karena ukuran tersebut hanya menggambarkan perbandingan pengeluaran
dan pemasukan. Semakin tinggi nilai COP pada sistem kompresi uap maan
bisa disebut semakin baik prestasi dari sistem tersebut. COP tidak
mempunyai satuan, dikarnakan COP merupakan perbandingan antara
dampak refrigrasidengan kerja spesifik kompresor.

h1−h 4
COP=
h 2−h 1

Dimana :

COP = Koefisien kerja sistem kompresi uap

h1 = Enthalpy masuk kompresor (kj/kg)

h2 = Enthalpy keluar kompresor (kj/kg)

h4 = Enthalpy masuk evaporator (kj/kg)

BAB III
III.1 Komponen

Kompresor.
Pada sistem AC, kompresor berfungsi sebagai pompa yang berguna untuk
mensirkulasikan refrigerant (freon) pada sistem. Refrigerant akan dihisap oleh
kompresor kemudian refrigerant akan ditekan oleh kompresor untuk
bersirkulasi ke seluruh sistem. Refrigerant yang keluar dari kompresor akan
memiliki tekanan yang tinggi, berbentuk gas dan bertempretur tinggi.
Kompresor sendiri pada sistem AC terdapat beberapa tipe yaitu tipe
reciprocating dan tipe rotary. Pada kompresor tipe reciprocating dibagi lagi
menjadi 2 yaitu tipe swash dan tipe crank. Sedangkan untuk kompresor tipe
rotary adalah menggunakan jenis trough vane. Pada kompresor AC terdapat
kopling magnet yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan
putaran mesin ke kompressor. Ketika AC on maka kopling magnet akan
menghubungkan putaran mesin ke kompressor dan ketika AC off maka putaran
dari mesin akan terputus sehingga tidak terhubung ke kompressor.
Kondensor
Pada sistem AC, kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas refrigerant atau
freon yang memiliki tekanan tinggi dan temperatur tinggi setelah melewati
kompresor. Pada condensor, refrigerant akan mengalami proses kondensasi
yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk refrigerant, dari bentuk gas
menjadi bentuk cair. Semakin besar panas yang dikeluarkan oleh kondensor
maka semakin baik pula efek pendinginan pada evaporator.
Receiver dryer
Setelah refrigerant atau freon melewati kondensor maka akan menuju ke
receiver dryer. Fungsi receiver dryer pada sistem AC adalah untuk menyaring
kotoran dan menyerap air yang terbawa oleh refrigerant. Pada receiver dryer
terdapat 2 komponen yaitu filter dan desiccant. Filter pada receiver dryer
berfungsi untuk menyaring kotoran yang terbawa oleh refrigerant sedangkan
untuk desiccant pada receiver dryer berfungsi untuk menyerap air yang terbawa
oleh refrigerant.  Kenapa air tidak boleh ada di sistem AC ? Jawabannya adalah
jika pada sistem AC terdapat air maka air tersebut dapat membeku di expansion
valve sehingga akan mengganggu kinerja dari sistem AC karena es tersebut
akan menghalangi atau menutupi saluran-saluran pada expansion valve. Pada
receiver dryer juga dilengkapi dengan sight glass (kaca pengintai) yang
berfungsi untuk melihat (memeriksa) jumlah refrigerant yang ada pada sistem
AC selama sistem AC bekerja.

Katup expansi atau expansion valve


Setelah refrigerant melewati receiver dryer maka selanjutnya refrigerant akan
dikirim ke expansion valve atau katup ekspansi. Katup ekspansi pada sistem
AC berfungsi untuk mengkabutkan refrigerant. Cairan refrigerant dari receiver
dryer akan menuju ke katup ekspansi dan pada katup ekspansi didalamnya
terdapat lubang-lubang kecil (lubang orrifice), sehingga ketika refrigerant
melewati lubang orrifice ini, refrigerant akan berubah bentuk dari cair menjadi
kabut (partikel-partikel kecil).

Evaporator
Setelah refrigerant melewati katup ekspansi maka selnjutnya akan menuju ke
evaporator. Evaporator pada sistem AC memiliki fungsi kebalikan dari
komponen kondensor. Fungsi dari evaporator yaitu untuk menyerap panas,
refrigerant yang melewati evaporator ini akan menyerap panas dari udara yang
dihembuskan oleh komponen blower. Sehingga udara yang dihembuskan oleh
blower setelah melewati evaporator akan bersuhu dingin. Karena refrigerant
tadi menyerap panas dari udara maka bentuk refrigerant setelah keluar dari
evaporator akan berubah dari yang berbentuk patikel-partikel kecil menjadi gas.
Kipas kondensor
Kipas kondensor berfungsi untuk menghembuskan udara melewati kondensor
sehingga terjadi proses penyerapan panas di kondensor.

Refrigerant
Refrigerant atau freon merupakan zat yang sangat meudah menguap dan fungsi
dari refrigerant adalah sebagai penghantar panas di dalam sirkulasi sistem AC.
(Juan, 2017)
III.2 Simulasi NIST
Pada makalah ini, Software NIST diperlukan untuk menghitung enthalpy dan
diagram P-h :

1. Buka aplikasi NIST, lalu klik continue


2. Lalu klik options, lalu pilih units. Setelah itu ubah temperature Kelvin
menjadi Celcius, dan ubah pressure Mpa menjadi psia, lalu klik OK

3. Klil menu options, pilih properties lalu pilih select all, agar semua
properties terpilih kemudian klik OK

4. Klik menu substance, pilih Pure Fluids (Single Compounds) lalu pilih
propane kemudian klik OK
5. Klik menu calculate, pilih specified state points. Pada data yang diberikan
satuan pressurenya menggunakan PSIG, jadi perlu di konversi ke PSIA
dahulu menggunakan website www.endmemo.com/cconvert/psiag.php.
Lalu masukan nilai pressurenya ke website tersebut kemudian klik
calculate. Kemudian masukan pressure yang sudah di konversi ke NIST.

6. Masukan data temperatur dan presure pada kolom pertama, kolom kedua
yaitu temperatur keluar kompresi dan presure keluar kompresi, kolom
ketiga berisi temperatur masuk ekspansi dan presure masuk ekspansi,
kolom empat temperatur keluar ekspansi dan presure keluar ekspansi.

7. Setelah semua data dimasukan, isi kolom ke lima menggunakan


temperatur dan pressure milik kolom satu, lalu tekan enter

8. Kemudian ganti enthalpy kolom ke empat, dengan nilai yang sama seperti
enthalpy pada kolom tiga, lalu isi lagi pressurenya dengan nilai pressure
yang sudah di copy dari endmemo.
9. Setelah itu klik menu plot dan pilih P-h diagram lalu ubah batas maximal x
menjadi 1000. Kemudian klik OK, dan akan muncul diagram P-h nya.

Tampilan setup untuk diagram P-h


10. Setelah diagram P-h nya muncul, kemudian klik menu plot dan pilih
overlay plot, lalu ubah warnanya menjadi merah. Lalu klik OK.

Tampilan setup dari overlay plot


Dan akan terlihat hasil dari diagram P-h tersebut

BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Pengolahan Data
Data perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dimana T1, P1
Adalah temperature dan tekanan masuk kompresor, T2, P2 adalah temperature
dan tekanan keluar kompresor, T3, P3 adalah temperature dan tekanan masuk
ekspansi.

Pada data refrigerant R290 ini mempunyai temperature ruang 30˚C.


Pengolahan data dalam software NIST bertujuan untuk mengetahui sifat
thermodynamic pada fluida dalam sebuah sistem.

Tabel 4.1 Data temperature tiap proses

T1 T2 T3 T4
(˚C) (˚C) (˚C) (˚C)
18,056 59,755 35,662 16,565

Tabel 4.2 Data pressure tiap proses

P1 P2 P3 P4
(psia) (psia) (psia) (psia)
107,70 219,70 214,70 110,70

Tabel 4.3 Data waktu, ampere meter dan temperatur ruang


Menit Ampere Meter Temperatur Ruang
10 1,55 30

Setelah data refrigerant R290 pada Tabel 4.1 dann Tabel 4.2 di hitung
menggunakan software NIST dengan cara yag ada pada sub bab Simulasi NIST
lalu jadilah nilai perhitungannya sebagai berikut.

Tabel 4.4 Data hasil perhitungan NIST

Temperature Pressure Density Volume Enthalpy Entropi Phase


(˚C) (psia) (kg/mᵒ) (mᵒ/kg) (kj/kg) (kj/kg-K)

1 18,056 107,70 15,819 0,063214 596,20 2,3743 Gas


.
2 59,755 219,70 30,217 0,033094 652,60 2,4439 Gas
.
3 35,662 214,70 475,94 0,0221011 294,63 1,3183 Liquid
.
4 16,565 110,70 15,820 0,0632711 294,63 1,3290 2-Phase
.
5 18,056 107,70 15,820 0,063211 596,20 2,3743 Gas
.

Berdasarkan pada Tabel 4.4 mengenai sifat thermodinamika refrigerant R290


dengan temperature ruang 30˚C, maka didapat diagram P-h sebagai berikut.
Gambar 4.1 Diagram P-h dengan temperature ruang 30˚C

IV.2 Perhitungan
Selanjutnya adalah menghitung nilai daya kompresi, kerja
kompresi, kalor yang dilepas, efek refrigrasi, laju aliran massa, coeffisient
of performance menggunakan persamaan pada sub bab 2.2.

4.2.1 Daya Listrik Yang Dibutuhkan


Berikut nilai daya listrik yang dibutuhkan pada system refrigrasi
dengan temperature ruang 30˚C sebagai berikut :

P = v . I .CosѲ

P = 220 . 1,55

4.2.2 Kerja Kompresi (Wc)


Hitung kerja yang dihasilkan pada system refrigrasi dari refrigerant
R290 dengan temperature ruang 30˚C menggunakan persamaan sebagai
berikut :

Wc = (h2-h1)

Wc =

Wc =
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

(J. Moran M, 2004)

You might also like