You are on page 1of 26

MAKALAH AIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang di diampu Oleh
Alfadl Habibie, M.Ag.

DISUSUN OLEH :

ANEU LEVANI C2188209019


IZMA NURSYIFA C2188209008
IRNA NURAENI C2188209002

PRODI : SENI DRAMA TARI DAN MUSIK


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


JL. TAMANSARI NO. KM 2,5, MULYASARI, KEC. TAMANSARI
KOTA TASIKMALAYA, JAWA BARAT 46196
KATA PENGANTAR
 

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Ahlak “.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing bidang studi dan teman saya yang telah banyak
memberikan pengetahuan kepada penulis dalam menyusun tugas ini serta kepada
semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca,
khususnyadari teman-teman dan dosen pembimbing. Penulis akan sangat menerima
segala kritikdan saran.
 

Tasikmalaya, 13 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ahlak ................................................................................................ 2
B. Perbedaan dan persamaan Ahlak ........................................................................ 4
C. Ahlak Sebagai Model Keberhasilan ..................................................................... 5
D. Macam macam Ahlak .......................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................... 23
B. Saran .......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
 

A. Latar Belakang
Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain :
akhlaq, etika, moral dan lain-lain. Semua tercantum dalam qur’an dan
hadist. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-
Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu
menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut
dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak,
moral, dan etika masing- masing individu berbeda-beda, hal tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.

Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap


perkembangan akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati
perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran
Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung
mengarah pada perilaku yang kurang baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami bermaksud menyusun makalah
ini dengan alasan ingin mengetahuai lebih jauh lagi apa perbedaan
antara akhlak, etika dan moral serta ingin mengetahui apakah ada
perbedaan antara akhlak, etika dan moral dan dalil apakah yang
membahas lebih jelas lagi mengenai akhlak.

B. Maksud dan Tujuan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam dari Akhlak
Untuk mengetahui aktualisasi dari macam-macam akhlaq dalam
kehidupanmakalah ini juga di buat untuk memenuhi tugas yang
diberikan dosen mata kuliah agama..
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alhak

Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku,
tabiat atau peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang,
telah melakat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Kata akhlak telah disebutkan dalam (QS.Shad:46) berikut ini.

ْ َ‫ِإنَّا َأ ْخل‬
َ ِ‫صنَا ُه ْم بِ َخال‬
‫ص ٍة ِذ ْك َرى الدَّا ِر‬

Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia)
kepada negeri akhirat." (QS Shad : 46).

Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang
tertanam di dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan
yang mudah dilakukan tanpa adanya pertimbangan pemikiran lagi.

Macam-macam Akhlak

1. Akhlak Terpuji (Akhlakul Mahmudah)


Akhlak terpuji atau akhlakul mahmudah yaitu golongan akhlak yang
seharusnya dimiliki oleh seorang muslim. Akhlakul mahmudah meliputi sifat
sabar, juju, rendah hati, dermawan, sopan, gigih, rela berkorban, adil, bijaksa,
lembut dan santun, tawakal, dan masih banyak lagi.

Seorang muslim yang memiliki akhlakul mahmudah, dalam kehidupan sehari-


hari akan menjaga tutur kata dan perbuatannya. Sebagai seorang muslim,
sudah menjadi sebuah keharusan untuk menjaga akhlakul mahmudah dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Akhlak Tercela (Akhlakul Mazmumah)
Akhlak tercela atau akhlakul mazmumah yaitu golongan akhlak atau tindakan
buruk yang harus dihindari oleh setiap manusia. Akhlak mazmumah ini harus
dijauhi karena dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang
lain.

Beberapa contoh akhlakul mazmumah yaitu sifat sombong, iri, dengki, tamak,
hasad, takabur, ghibah, dan lain sebagainya. Sebagai seorang muslim, sudah
seharusnya kita menjauhi akhlakul mazmumah. Hal ini karena akhlak ini sangat
dibenci oleh Allah SWT.

Sumber Ahlaq
Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-buruk atau mulia dan tercela.
Al-Quran dijadikan sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak. Dimulai
dari akhlak pribadi, keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat tinggal
maupun lingkungan pekerjaannya. Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan al-
Hadits, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat, sebagaimana pada
konsep etika dan moral. Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-
buruk, terpuji-tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Qur’an dan Sunnah)
menilainya demikian. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang
Rasulullah SAW sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat
manusia.

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

‫ هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْي ًر‬,‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا‬

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21).
B.Perbedaan dan Persamaan Akhlak, Etika dan Moral

Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral yang dapat
dipaparkan sebagai berikut:
-Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
- Kedua, akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin
rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka
semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
- Ketiga, akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-
mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan,
tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk
pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan,
pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus,
berkesinambungan, dengan tingkat konsistensi yang tinggi.

• Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral


Dari Seginya di bagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) berdasarkan tolak ukur
2) berdasarkan sifat
- Berdasarkan Tolak Ukur:
o Akhlak tolak ukurnya al-qur’an dan As Sunnah
o Etika tolak ukurnya pikiran atau akal
o Moral tolak ukurnya norma hidup yang ada di masyarakat berupa adat atau
aturan tertentu.
- Berdasarkan Sifat:
o Etika bersifat teori
o Akhlak dan Moral bersifat praktis
C.Akhlak Sebagai Modal Sosial Bagi Keberhasilan Hidup

Penjelasan ahlak adalah modal sosial bagi keberhasilan hidup


seseorang,seseorang yang menjadikan ahlak sebagai modal sosial pastilah akan
berhasil hidupnya, karena ia memiliki etika dan moral yang baik yang dimana
akan senangi dimana pun ia tinggal, yang kemudian akan berdampak baik bagi
pekerjaan dan segala sesuatu yang ia jalani. Contohnya saja seorang pedagang
yang ramah dan sopan akan lebih menyukai dan disenangi oleh para pembeli
di bandingkan dengan pedagang yang kasar dan tidak ramah. Dengan demikian
pembeli akan lebih senang membeli kepada pedagang yang ramah dan sopan,
yang mana hal itu berakibat apa yang di jual atau ditawarkan oleh pedagang
ramah akan cepat habis di bandingkan dengan pedagang tidak ramah. Oleh
karena itu pedagang yang ramah akan lebih sukses dari pedagang yang tidak
ramah. Maka dari itu ahlak sosial sangat mempengaruhi keberhasilan hidup
seseorang.

D.Macam Macam Ahlak

A. Akhlak Kepada Allah


Akhlak yang baik kepada Allah adalah ridha terhadap hukum-Nya baik secara
syar’i maupun secara takdir. Ia menerima hal itu dengan lapang dada dan tidak
mengeluh. Jika Allah menakdirkan sesuatu kepada seorang muslim yang tidak
disukai oleh muslim itu, dia merasa ridha, menerima, dan bersabar. Ia berkata
dengan lisan dan hatinya: Aku ridha Allah sebagai Rabbku. Jika Allah
menetapkan hukum syar’i, ia pun ridha dan menerima. Ia tunduk kepada
syariat Allah Azza Wa Jalla dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.

Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai
khaliq. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
berakhlak kepada Allah SWT.

Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia. Dia yang
menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan
tulang rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah ‫ ﷻ‬dalam surat At-Thariq
ayat 5-7, sebagai berikut :

ِ ‫الص ْل‬
ِ ‫ب َوالتَّ َرآِئ‬
‫ب‬ ُّ ‫ يَ ْخ ُر ُج ِمنْ بَ ْي ِن‬,‫ق‬
ٍ ِ‫ق ِمنْ َّمآ ٍء دَاف‬
َ ِ‫خل‬,َ َ ‫ فَ ْليَ ْنظُ ِر اِإْل ْن‬.
ُ ‫سا نُ ِم َّم ُخلِق‬

Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia


diciptakan?. Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar. Yang terpancar dari
tulang sulbi (punggung) dan tulang dada”.

Maka dari itu kita sebagai umat islam harus tunduk dan patuh atas segala
perintah dan larangannya, karna Allah-lah yang telah menciptakan kita.

Kedua, karena Allah SWT–lah yang telah memperlengkapkan panca indera,


berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati, serta anggota badan
yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Allah SWT berfirman dalam surat
An-Nahl ayat 78 :

ْ َ‫صا َر َواَأْل ْفِئ َدةَ لَ َعلَّ ُك ْم ت‬


َ‫ش ُك ُر ْون‬ َ ‫س ْم َع َواَأْل ْب‬ َ َ‫ َوهَّللا ُ َأ ْخ َر َج ُك ْم ِمنْ بُطُ ْو ِن ُأ َّم َها تِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُم ْون‬.
َّ ‫ش ْيَأ َو َج َع َل لَ ُك ُم ال‬

Artinya : “Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun dan Dia memberikan kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.

Bersyukurlah kepada Allah karena telah diberikan kenikmatan penglihatan dan


pendengaran karna tidak semua orang diberikan kenikmatan tersebut.

Ketiga, karena Allah SWT–lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya.
Firman Allah ‫ ﷻ‬dalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :

‫س َّخ َرلَ ُك ْم َّما فِ ْي‬ َ ‫ َو‬, َ‫ش ُك ُر ْون‬ ْ َ‫ي ا ْلفُ ْل ُك فِ ْي ِه بَِأ ْم ِر ِهى َولِتَ ْبتَ ُغ ْوا ِمنْ ف‬
ْ َ‫ضلِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم ت‬ َ ‫س َّخ َرلَ ُك ُم ا ْلبَ ْح َر لِت َْج ِر‬
َ ‫هَّللا ُ الّ ِذى‬
ٍ ‫ض َج ِم ْي ًعا ِّم ْنهُ ِإنَّ ِف ْي َذا لِكَ َأَليَا‬
َ‫ت لِّقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُر ْون‬ ِ ‫ت َو َما ِف ْي اَأْل ْر‬ ِ ‫س َما َوا‬ َّ ‫ ال‬.

Artinya : “Allah lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat
berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kamu bersyukur. Dan Dia
menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu
semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berfikir.
Allah memberikan kenikmatan akal kepada manusia untuk berpikir tentang
tanda-tanda kebesaran Allah, memperhatikan dan merenungkan apa yang
diciptakan dilangit dan dibumi.

Keempat, Allah SWT–lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya


kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah ‫ ﷻ‬dalam surat Al-Israa’ ayat 70 :

ِ ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِى َءا َد َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِ ْي ا ْلبَ ِّر َوا ْلبَ ْه ِر َو َر َز ْقنَا ُه ْم ِّمنَ الطَّيِبَا‬
َّ َ‫ت َوف‬
ْ‫ض ْلنَا ُه ْم َعلَى َكثِ ْي ٍر ِّم َّمن‬
ِ ‫ َخلَ ْقنَا تَ ْف‬.
‫ض ْياَل‬

Artinya : “(70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan
Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.

Dari uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah
SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat
perintah Allah di dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim memang
diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.

Beberapa bentuk akhlak terhadap Allah SWT, diantaranya:

1.Menaati segala perintah-Ny


Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada
Allah SWT adalah dengan mentaati segala perintah-perintah–Nya. Allah SWT–
lah yang telah memberikan segala-galanya pada hambanya.

2.Beribadah kepada Allah


Melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-
Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah
Allah.

3.Berzikir kepada Allah


Mengingat Allah dalam berbagai kondisi, baik diucapkan dengan mulut
maupun dalam hati.

4.Berdo’a kepada Allah


Memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia
merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia,
sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.

5.Tawakal
Tawakal untuk Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil kerja atau menunggu dari suatu keadaan. Tawakal bukan
berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-Mulk ayat 15 dijelaskan,
bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi utuk mencari rizki dengan
berdagang, bertani dan lain sebagainya.

6.Tawaduk untuk Allah


Yaitu hati yang rendah di hadapan Allah. Mengakui bahwa kita adalah makhluk
yang hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak jika
hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan
pamrih dalam melakukan ibadah untuk Allah.

7.Ridho terhadap ketentuan Allah SWT


Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT,
adalah ridho terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya.
Seperti ketika ia dilahirkan baik dari keluarga yang berada maupun keluarga
yang kurang mampu, bentuk fisik yang Allah SWT berikan padanya, atau hal-
hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin
terhadap apaun yang Allah SWT berikan padanya. Baik yang berupa kebaikan,
atau berupa keburukan.

Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh mempesona perkara orang beriman.


Karena segala urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia
mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut
merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar,
karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR.
Bukhari).
Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita
terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap
baik, justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah
memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.
B. Akhlak Kepada Rasulullah SAW

Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di haruskan
untuk berakhlak kepada Nabi Muhammad SAW. Karena dari beliaulah kita
banyak mendapatkan warisan yang bisa kita wariskan lagi turun-menurun ke
anak cucu kita.

Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman. Semua
orang Islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Makna mengimani ajaran Rasulullah SAW adalah menjalankan ajarannya,
menaati perintahnya. Ahlus sunnah mencintai Rasulullah SAW dan
mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih
dari kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka.

Sebagimana sabda Rasulullah saw, yang artinya, ”Tidak beriman salah seorang
diantara kamu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri,
orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya, (HR. Bukhari Muslim).

Bentuk akhlak terhadap Rasul SAW, diantaranya:

a. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita
sebagai umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang
telah beliau wariskan. “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari
sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan
mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya,
dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah)

b. Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka
kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih
baik akibatnya.”

c. Selalu bershalawat
Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada
Nabi Muhammad SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi hendaknya
disertai dengan niat dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk
memuliakan dan menghormati beliau.

Dalam penjelasan hadits (Akhbar Al-Hadits) disebutkan bahwa apabila


seseorang membaca shalawat tidak disertai dengan niat dan perasaan hormat
kepada Nabi SAW, maka timbangannya tidak lebih berat ketimbang selembar
sayap. Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya sahnya amal itu tergantung
niatnya”.

Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar
sayap, yaitu:

Shalat yang tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.


Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal orang yang
hatinya tidak sadar.
Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai dengan niat
dan rasa hormat.

d. Mencintai Keluarga Nabi


Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua
perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran)
dan yang kedua adalah Ithrati (Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa yang
berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya
hingga bertemu denganku di telaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya
Sahih juz. 2, Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-
Albany dalam kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).

C. Akhlak Kepada Manusia

Akhlak yang baik kepada makhluk (Allah) adalah sebagaimana ucapan sebagian
Ulama: menahan diri untuk tidak mengganggu (menyakiti), suka memberi, dan
bermuka manis. Menahan diri untuk tidak mengganggu artinya tidak
mengganggu manusia baik dengan lisan maupun perbuatan. Sedangkan
banyak memberi adalah suka memberi dalam bentuk harta, ilmu, kedudukan,
dan selainnya. Bermuka manis adalah menyambut manusia dengan wajah yang
cerah, tidak bermuram muka atau memalingkan pipinya. Ini adalah akhlak yang
baik kepada makhluk (Allah). Tidak diragukan lagi bahwasanya orang yang
melakukan hal ini, dengan menahan diri untuk tidak mengganggu dan banyak
memberi, akan membuat wajahnya berseri. Tidak diragukan lagi bahwa ia akan
bersabar atas sikap manusia yang menyakitkan terhadapnya. Sikap bersabar
atas gangguan manusia adalah termasuk akhlak yang baik. Sesungguhnya di
antara manusia ada orang-orang yang suka menyakiti saudaranya, dengan
bertindak sewenang-wenang dan merugikannya, misalkan dengan memakan
hartanya atau menuntut hak yang sebenarnya milik (orang lain itu), dan lain
sebagainya. Namun orang itu bersabar dan berharap pahala dari Allah Yang
Maha Suci lagi Maha Tinggi.

Akhlak sesama manusia terdiri dari :

1. Akhlak kepada diri sendiri


Yaitu bagaimana seseorang bersikap dan berbuat yang terbaik untuk dirinya
terlebih dahulu, karena dari sinilah seseorang akan menentukan sikap dan
perbuatannya yang terbaik untuk orang lain, sebagaimana sudah dipesankan
Nabi, bahwa mulailah sesuatu itu dari diri sendiri (ibda’binafsih). Begitu juga
ayat dalam Al-Qur’an, yang telah memerintahkan kepada manusia untuk
memperhatikan diri terlebih dahulu baru orang lain, “Hai orang-orang yang
beriman peliharalah dirimu dan kluargamu dari api neraka”, (Q.S. Al-Tahrim:
6).

Bentuk aktualisasi akhlak manusia terhadap diri sendiri berdasarkan sumber


ajaran Islam adalah menjaga harga diri, menjaga makanan dan minuman dari
hal-hal yang diharamkan dm merusak, menjaga kehormatan diri sendiri,
mengembangkan sikap berani dalam kebenaran serta bijaksana.

2. Akhlak dalam keluarga


akhlak yang pada prinsipnya terbagi kepada beberapa bentuk. Pertama, akhlak
kepada orang tua. Kedua, akhlak kepada anak sebagai keturunan dari orang
tua yang merupakan bagian dari darah daging orang tua. Bentuk akhlak
terhadap orang tua ialah dengan selalu berbakti kepada keduanya, tidak
membantah perkataannya, selalu mengerjakan apa yang disuruh.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an surah Al-isra’ ayat 23, disurah


tersebut kita diperintahkan untuk selalu berbuat baik pada ibu dan bapak
dengan perbuatan yang sebaik-baiknya. Dan janganlah sekali-kali kita
mengatakan “ah” kepada mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.
3. Akhlak kepada orang lain
Yaitu akhlak terhadap tetangga. Walaupun memang harus diakui bahwa akhlak
kepada orang lain, bukan saja tetangga tetapi juga orang lain yang tidak
seagama, seperti akhlak pemerintah kepada rakyatnya dan akhlak rakyat
kepada pemimpinnya.

Bentuk-bentuk akhlak yang baik kepada manusia.

1. Husnuzhan.
Husnuzhan berarti prasangka, dugaan baik. Lawan kata husnuzhan adalah
suuzhan yang berarti berprasangka buruk terhadap seseorang. Wajib
hukumnya berhusnuzhan kepada Allah dan rasul-Nya, wujud husnuzan bagi
Allah dan Rasul-Nya antara lain: Meyakini dengan sepenuh hati semua perintah
Allah dan Rasul-Nya adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini dengan
sepenuh hati semua larangan agama pasti berakibat buruk. Hukum husnuzan
untuk manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan).

2. Tasammu.
yang berarti tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghargai sesama
manusia. Allah berfirman :

‫ لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َولِ َي ِد ْي ِن‬.

Artinya : ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (QS Alkafirun / 109: 6).

Ayat ini menjelaskan masing-masing pihak yang bebas melaksanakan ajaran


agama yang dianutnya.

3. Ta’awun
berarti tolong menolong, gotong royong, bantu bantu dengan sesama
manusia. Allah berfirman :

‫اونُ ْوا َعلَى اِإْل ْث ِم َوا ْل ُعد َْوا ِن‬


َ ‫… َوتَ َعا َونُ ْوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َوالَ تَ َع‬

Artinya :”…dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong menolong dalam mengerjakan dosa dan permusuhan
…” (QS Al Maidah: 2)
Kita diperintahkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan misalnya
saling membantu tetanga yang sedang dalam kesusahan, dan janganlah tolong
menolong dalam perbuatan dosa.

D. Akhlak Terhadap Lingkungan Sekitar

Manusia diperintahkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan


hidupnya. Sebagai makhluk yang ditugaskan sebagai kholifatullah fil ardh,
manusia dituntut untuk memelihara dan menjaga lingkungan alam. Karena itu,
berakhlak terhadap alam sangat dianjurkan dalam ajaran islam. Beberapa
prilaku yang menggambarkan akhlak yang baik terhadap alam antara lain,
memelihara dan menjaga alam agar tetap bersih dan sehat, menghindari
pekerjaan yang menimbulkan kerusakan alam.

Yang berkaitan dengan lingkungan adalah sesuatu yang berkaitan dengan


manusia, tumbuh-tumbuhan atau benda-benda yang tidak bernyawa. Pada
dasarnya akhlak yang membahas terhadap Lingkungan yang bersumber dari
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara
manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, bimbingan, agar setiap
pencapaian mencapai tujuan penciptaanya.

Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum


matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak
memberi peluang bagi kepentingan untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya.

Ini berarti manusia dituntut mampu menghargai proses yang sedang berjalan,
dan terhadap proses yang terjadi. Yang dengan demikian mengantarkan
manusia bertangung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap
Lingkungan.

Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya di


ciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki
manfaat bagi manusia.

‫َمنْ اَل يَ ْر َح ْم اَل يُ ْر َح ْم‬

“Orang yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi (oleh Allah).”(HR. Al-
Bukhari no. 6013)
Maksud Hadits diatas ialah orang yang tidak menyayangi sesuatu yang
diciptakan Allah maka Allah pun juga tidak menyayanginya.
E. Ahlak Berbangsa Dan Bernegara
Akhlak bernegara meliputi musyawarah, menegakkan keadilan, amar
ma'ruf nahi munkar, dan hubungan pemimpin dan yang dipimpin.
Musyawarah adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan
peraturan di dalam masyarakat.
Akhlak Bernegara
Modernisasi zaman yang semakin berkembang dari waktu ke waktu
menutut manusia untuk memahami akhlak secara essensial, dalam arti
bahwa manusia memahami akhlak bukan hanya sebagai sikap dan
perilaku. Melainkan, akhlak tersebut diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Cinta tanah air merupakan sikap dan perbuatan
yang sangat terpuji karena dengan semangat cinta tanah air, akan
menumbuhkan semangat membangun negaranya serta membela pada
saat ada pihak yang akan merusaknya. Setiap warga negara
menginginkan adanya tempat
tinggal yang aman dan tentram. Sebagai Muslim sudah selayaknya
menampilkan tingkah laku perbuatan yang menunjukkan partisipasinya
kepada bangsa dan negaranya dalam upaya mewujudkan cita-cita
masyarakat adil dan makmur. Akhlak bernegara meliputi musyawarah,
menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi munkar, dan hubungan
pemimpin dan yang dipimpin. 2.5.1 Musyawarah
Musyawarah adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan
peraturan di dalam masyarakat. Musyawarah dapat berjalan dengan
lancar dan penuh persahabatan, terdapat beberapa sikap yang harus
dilakukan dalam bermusyawarah, yaitu sikap lemah lembut, pemaaf,
dan memohon ampunan Allah SWT

a) Arti Penting Musyawarah


Musyawarah atau syuara adalah sesuatau yang sangat penting guna
menciptakan persaturan di dalam masyarakat mana pun. Setiap negara
maju yang menginginkan keamanan, ketrentraman, kebahagiaan, dan
kesuksesan bagi rakyatnya, tetap memegang prinsip musyawarah.
Adapun salah satu ayat dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai
Musyawarah adalah surah Al-Syura ayat 37- 38:
“ Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan
keji, dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf. Dan (bagi)
orang-orang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka” (QS. Asy-Syura : 37-38).
Dalam ayat di atas, syura atau musyawarah sebagai sifat ketiga bagi
masyarakat Islam dituturkan setelah iman dan shalat. Menurut Taufiq
asy-Syawi, hal ini memberi pengertian bahwa musyawarah mempunyai
martabat setelah ibadah terpenting, yakni shalat, sekaligus memberi.

pengertian bahwa musyawarah merupakan salah satu ibadah yang


tingkatannya sama dengan shalat dan zakat. Masyarakat yang
mengabaikannya dianggap sebagai masyarakat yang tidak menetapi
salah satu ibadah. musyawarah sangat diperlukan untuk dapat
mengambil keputusan yang paling baik disamping untuk memperkokoh
rasa persatuan dan rasa tanggung jawab bersama. Ali Bin Abi Thalib
menyebutkan bahwa dalam musyawarah terdapat tujuh hal penting
yaitu mengambil kesimpulan yang benar, mencari pendapat, menjaga
kekeliruan, menghindari celaan, menciptakan stabilitas emosi,
keterpaduan hati, dan mengikuti atsar.

b) Beberapa Sikap Bermusyawarah


Musyawarah dapat berjalan dengan lancar dan penuh persahabatan.
Allah SWT mengisyaratkan ada beberapa sikap yang harus dilakukan
dalam bermusyawarah, yaitu:

1) Lemah-lembut
Seseorang yang melakukan musyawarah, apalagi sebagai pimpinan
harus
menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala, jika tidak
mitra musyawarah
akan bertebaran pergi.

2) Pema’af
Setiap orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental untuk
selalu bersedia memberi maaf. Karena mungkin saja ketika
bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau keluar kalimat-
kalimat yang menyinggung pihak lain. Bila hal itu masuk ke dalam hati,
akan mengeruhkan pikiran, bahkan boleh jadi akan mengubah
musyawarah menjadi pertengkaran.
3) Mohon Ampunan Allah SWT
Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika musyawarah hubungan
dengan Tuhan
harus harmonis. Oleh sebab itu, semua anggota musyawarah harus
berusaha selalu.
membersihkan diri dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT
baik untuk diri
sendiri maupun untuk anggota musyawarah yang lainnya.

2. Menegakkan Keadilan
Islam memerintahkan kepada umat manusia untuk bersikap adil dalam
segala aspek kehidupan. Baik terhadap diri dan keluarga, orang lain,
bahkan kepada musuh sekalipun harus dapat berlaku adil (Ilyas,
2001:235). Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang
memerintahkan supaya manusia berlaku adil dan menegakkan keadilan.
Yang bersifat umum misalnya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS.An-Nahl : 90). Islam
mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan
sederajat dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan
kulit, status sosial, ekonomi,
politik, dan lains sebagainya. Allah menegaskan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar Lagi Maha
Melihat”. (QS.An- Nisa’:58).
Keadilan hukum harus ditegakkan walaupun terhadap diri sendiri, atau
terhadap keluarga dan orang-orang yang dicintai. Tatkala seorang
sahabat yang dekat dengan Rasulullah SAW meminta keistimewaan
hukum untuk seorang wanita bangsawan yang mencuri, Rasulullah
menolaknya dengan tegas:

Menegakkan keadilan menurut ajaran Islam, maka orang yang diangkat


menjadi hakim haruslah yang betul-betul memenuhi syarat keahlian dan
kepribadian. Kecuali, mempunyai ilmu yang luas, haruslah seorang yang
taat kepada Allah, mempunyai akhlak yang mulia, terutama kejujuran
atau amanah. Apabila hakim itu seorang yang lemah, maka dia mudah
dipengaruhi, ditekan dan disuap. Akibatnya orang-orang yang bersalah
dibebaskan dari hukuman, sekalian kesalahan atau kejahatannya sangat
merugikan masyarakat dan negara.
Rasulullah SAW bersabda dari tiga orang hakim, dua akan masuk neraka
dan hanya satu yang masuk surga. Hakim yang masuk neraka (1) hakim
yang menjatuhkan hukuman dengan cara yang tidak adil, bertentangan
dengan hati nuraninya, bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah,
sedang dia sendiri mengetahui dan menyadari perbuatannya itu (2)
hakim yang menjatuhkan hukuman yang tidak adil karena
kebodohannya dan hakim yang masuk surga adalah hakim yang
menjatuhkan hukuman berdasarkan keadilan dan kebenaran.

a) Keadilan dalam Segala Hal


Di samping keadilan hukum, Islam memerintahkan kepada umat
manusia, terutama orang-orang yang beriman untuk bersikap adil dalam
segala aspek kehidupan, baik terhadap diri dan keluarganya sendiri,
apalagi kepada orang lain. Bahkan kepada musuh sekalipun setiap
mukmin harus dapat berlaku adil. Ada beberapa nash berikut ini:
21

1.) Adil terhadap diri sendiri


“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang benar-benar
menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap
dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia (terdakwa
atau tergugat itu) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu kamu
ingin menyimpang dari kebenaran.”(QS. An-Nisa’:135).

2.) Adil terhadap isteri dan anak-anak


“Kawinilah wanita-wanita yang kamu sukai dua, tiga, atau empat. Tapi
jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja.”(QS.An-Nisa’:3). “Bertaqwalah kepada Allah dan berlaku adillah di
antara anak-anakmu.”(HR.Muslim). 3.) Adil dalam mendamaikan
perselisihan
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan
yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada Allah. Jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah) maka damaikanlah
antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(QS. Al-Hujurat :9).

4.) Adil dalam berkata


“Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil
kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”(QS. Al-
An’am :152).
22

5.) Adil terhadap musuh sekalipun


“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali- sekali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-
Maidah :8).

2.5.3 Amar Ma’ruf Nahi Mungkar


Semua yang diperintahkan oleh agama adalah mungkar. Tauhidullah,
mendirikan shalat, membayar zakat, amanah, disiplin, dan lain
sebagainya adalah beberapa contoh sikap dan perbuatan yang ma’ruf.
Sebaliknya sirik, meninggalkan shalat, tidak membayar zakat, penipuan,
tidak toleran beragama, mengabaikan kaum dhuafa dan mustadh’afin,
tidak disiplin, dan sebagainya adalah beberapa contoh sikap dan
perbuatan yang mungkar (Ilyas, 2001:241).
Menurut M. Quraish shihab dalam buku Tafsir Al-Mishbah menyebutkan
bahwa ma’rufadalah nilai-nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik
oleh masyarakat, selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Ilahiyah. Sedangkan munkar adalah nilai buruk lagi diingkari oleh akal
sehat masyarakat, dan bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiyah. Bahwa
yang menjadi ukuran ma’ruf atau munkarnya sesuatu ada dua, yaitu
agama dan akal sehat atau hati nurani. Bisa kedua- duanya sekaligus
atau salah satunya. Semua yang diperintahkan oleh agama adalah
ma’ruf, begitu juga sebaliknya, semua yang dilarang oleh agama adalah
munkar.
a) Perintah dan Kedudukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban orang-orang yang beriman,
baik secara individual maupun kolektif. Allah SWT berfirman:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru


kepada kebajikan, dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali
Imran : 104).
Di samping kewajiban, amar ma’ruf nahi munkar adalah tugas yang
menentukan eksistensi dan kualitas umat Islam. Dalam hal ini Allah
menegaskan:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.”(QS. Ali Imran:110).
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa keberadaan umat Islam sebagai
umat terbaik ditentukan oleh perannya dalam mengemban tugas amar
ma’ruf nahi munkar ini. Bila tugas tersebut diabaikan atau tidak
dilaksanakan dengan sendirinya umat Islam tidak lagi menjadi umat yang
terbaik, bahkan bisa terpuruk menjadi umat buruk kalau tidak yang
terburuk sebagai lawan yang terbaik. Bila demikian keadaannya
keberadaan umat Islam sama sekali tidak akan diperhitungkan oleh
umat-umat yang lain.

b) NahiMunkar
Dibandingkan dengan amar ma’ruf, nahi munkar lebih berat karena
beresiko tinggi, apabila bila dilakukan terhadap penguasa yang zalim.
Oleh sebab itu, Rasulullah SAW sangat memuliakan orang-orang yang
memiliki keberanian menyatakan kebenaran di hadapan penguasa yang
zalim. Beliau bersabda:
“Jihad yang paling utama ialah menyampaiakan al-haq terhadap
penguasa yang zalim.”(HR. Abu Daud, Tirmizi dan Ibn Majah).
Nahi munkar dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bagi
yang mampu melakukan dengan tangan (kekuasaannya) dia harus
menggunakan kekuasaannya itu, apabila
24

tidak bisa dengan kata-kata dan bila dengan kata-kata juga tidak mampu
paling kurang menolak dengan hatinya. Dalam hal ini Rasulullah SAW
bersabda:
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemunkaran, hendaklah dia
merobahnya dengan tangannya. Kalau tidak sanggup (dengan tangan,
maka robahlah) dengan lisannya. Dan apabila tidak sanggup (dengan
lisan), maka robahlah dengan hatinya. Yang demikian itu adalah
selemah-lemahnya iman.”(HR. Muslim).

2.5.4 Hubungan Pemimpin dan yang Dipimpin


Hubungan pemimpin dan yang dipimpin dalam pergaulan sehari-hari
berlandaskan kepada prinsip-prinsip Ukhuwah Islamiyah, bukan prinsip
atasan dan bawahan (Ilyas, 2001:247). Al- Qur’an menjelaskan bahwa
Allah SWT adalah pemimpin orang-orang yang beriman:
“Allah pemimpin orang-orang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir, pemimpin-pemimpin
mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada
kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya.”(QS. Al-Baqarah :257).
Azh-zhulumat (kegelapan) dalam ayat di atas adalah simbol dari segala
bentuk kekufuran, kemusyrikan, kefasikan dan kemaksiatan. Azh-
zhulumat adalah bermacam-macam ideologi dan isme-isme yang
bertentangan dengan ajaran Islam seperti komunisme, sosialisme,
kapitalisme, liberalisme, materialisme, hedonisme dan lain sebagainya.
Sedangkan an-Nur adalah simbol dari ketauhidan, keimanan, ketaatan
dan segala kebaikan lainnya.
untuk hamba-Nya. Dia bisa berbentuk pandangan hidup, peradaban dan
lain-lain yang tidak berlandaskan ajaran Allah SWT.
Secara operasional kepemimpinan Allah SWT itu dilaksanakan oleh
Rasulullah saw, dan sepeninggal beliau kepemimpinan itu dilaksanakan
oleh orang-orang yang beriman. Hal itu dinyatakan di dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-
orang yang beriman, yaitu yang mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).”(QS.Al-Maidah:55).
a) Kriteria Pemimpin
Pemimpin umat atau ulil amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah
saw setelah beliau
meninggal dunia. Sebagai Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad SAW tidak
bisa digantikan, tapi sebagai kepala negara, pemimpin, ulil amritugas
beliau dapat digantikan. Orang-orang yang dapat dipilih menggantikan
beliau sebagai pemimpin minimal harus memenuhi empat kriteria
sebagai berikut:
1) Beriman kepada Allah SWT
Ulil amri adalah peneus kepemimpinan Rasulullah saw, sedangkan
Rasulullah sendiri
adalah pelaksana kepemimpinan Allah SWT, maka tentu saja yang
pertama sekali harus dimiliki oleh penerus kepemimpinan beliau adalah
keimanan (kepada Allah, Rasul dan rukun iman yang lainnya). Tanpa
keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya bagaimana mungkin dia dapat
diharapkan memimpin umat menempuh jalan Allah di atas permukaan
bumi ini.

2) Mendirikan Shalat
Shalat adalah ibadah vertika langsung kepada Allah SWT. Seorang
pemimpin yang
mendirikan shalat diharapkan memiliki hubungan vertikal yang baik
dengan Allah SWT. Diharapkan nilai-nilai kemuliaan dan kebaikan yang
terdapat di dalam shalat dapat tercermin dalam kepemimpinannya.
Misalnya nilai kejujuran. Apabila wudhu’ seorang imam yang sedang
memimpin shalat batal, sekalipun tidak diketahui orang lain dia akan
mengundurkan diri dan siap digantikan orang lain, karena dia sadar
bahwa dia tidak lagi berhak menjadi iamm.
3) Membayarkan Zakar
Zakat adalah ibadah mahdhah yang merupakan simbol kesucian dan
kepedulian sosial.
Seorang pemimpin yang berzakat diharapkan selalu berusaha
mensucikan hati dan hartanya. Dia tidak akan mencari dan menikmati
harta dengan cara yang tidak halal (misalnya dengan korupsi, kolusi dan
nepotisme). Dan lebih dari itu memiliki kepedulian sosial yang tinggi
terhadap kaum dhu’afa dan mustadh’afin. Dia akan menjadi pembela
orang-orang yang lemah.
4) Selalu Tunduk Patuh Kepada Allah SWT
Ruku’ adalah simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah dan Rasul-
Nya yang
secara konkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang
kafah (total), baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlak maupun
mu’amalat. Aqidahnya benar (bertauhid secara murni dengan segala
konsekuensinya, bebas dari segala bentuk kemusyrikan), ibadahnya
tertib dan sesuai tuntunan Nabi, akhlaknya terpuji (shidiq, amanah, adil,
istiqamah dan sifat-sifat mulia lainnya) dan mu’amalatnya (dalam
seluruh aspek kehidupan) tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Akhlak merupakan tingkah laku atau sikap seseorang yang sudah menjadi
kebiasaan setiap individu, dan kebiasaan tersebut selalu terlihat dalam
kehidupan sehari-hari.
Berakhlak dengan akhlak yang disyariatkan dalam Islam, bukan hanya
kepada sesama mausia tetapi juga kepada sang Khaliq yaitu Allah SWT,
kepada Rasulullah SAW dan Lingkungan Alam.
Akhlak yang baik adalah tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan di
akhirat. Tidaklah kebaikan-kebaikan datang atau didapatkan di dunia dan
di akhirat kecuali dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Dan tidaklah
keburukan-keburukan ditolak kecuali dengan cara berakhlak dengan
akhlak yang baik.

B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna
Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam golongan
kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://jambidaily.com/2020/06/10/akhlak-kepada-allah-swt-
rasulullah-saw-manusia-dan-lingkungan/
https://mfr.osf.io/export?format=pdf&url=https%3A//files.osf.io/v1/
resources/udk9h/providers/osfstorage/61a869a34d4ce5026676de8f
%3Fformat%3Dpdf%26action%3Ddownload%26direct%26version
%3D1
http://eprints.umm.ac.id/38359/3/BAB%20II.pdf

http://blog.unnes.ac.id/sitikhotimah/2015/11/19/makalah-akhlak-dan-aktualisasinya-dalam-
kehidupan/

You might also like