Professional Documents
Culture Documents
Makalah AIK
Makalah AIK
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang di diampu Oleh
Alfadl Habibie, M.Ag.
DISUSUN OLEH :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Ahlak “.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing bidang studi dan teman saya yang telah banyak
memberikan pengetahuan kepada penulis dalam menyusun tugas ini serta kepada
semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca,
khususnyadari teman-teman dan dosen pembimbing. Penulis akan sangat menerima
segala kritikdan saran.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain :
akhlaq, etika, moral dan lain-lain. Semua tercantum dalam qur’an dan
hadist. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-
Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu
menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut
dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak,
moral, dan etika masing- masing individu berbeda-beda, hal tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.
Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku,
tabiat atau peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang,
telah melakat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Kata akhlak telah disebutkan dalam (QS.Shad:46) berikut ini.
ْ َِإنَّا َأ ْخل
َ ِصنَا ُه ْم بِ َخال
ص ٍة ِذ ْك َرى الدَّا ِر
Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia)
kepada negeri akhirat." (QS Shad : 46).
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang
tertanam di dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan
yang mudah dilakukan tanpa adanya pertimbangan pemikiran lagi.
Macam-macam Akhlak
Beberapa contoh akhlakul mazmumah yaitu sifat sombong, iri, dengki, tamak,
hasad, takabur, ghibah, dan lain sebagainya. Sebagai seorang muslim, sudah
seharusnya kita menjauhi akhlakul mazmumah. Hal ini karena akhlak ini sangat
dibenci oleh Allah SWT.
Sumber Ahlaq
Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-buruk atau mulia dan tercela.
Al-Quran dijadikan sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak. Dimulai
dari akhlak pribadi, keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat tinggal
maupun lingkungan pekerjaannya. Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan al-
Hadits, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat, sebagaimana pada
konsep etika dan moral. Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-
buruk, terpuji-tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Qur’an dan Sunnah)
menilainya demikian. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang
Rasulullah SAW sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat
manusia.
هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْي ًر,لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21).
B.Perbedaan dan Persamaan Akhlak, Etika dan Moral
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral yang dapat
dipaparkan sebagai berikut:
-Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
- Kedua, akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin
rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka
semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
- Ketiga, akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-
mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan,
tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk
pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan,
pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus,
berkesinambungan, dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai
khaliq. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
berakhlak kepada Allah SWT.
Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia. Dia yang
menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan
tulang rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah ﷻdalam surat At-Thariq
ayat 5-7, sebagai berikut :
ِ الص ْل
ِ ب َوالتَّ َرآِئ
ب ُّ يَ ْخ ُر ُج ِمنْ بَ ْي ِن,ق
ٍ ِق ِمنْ َّمآ ٍء دَاف
َ ِخل,َ َ فَ ْليَ ْنظُ ِر اِإْل ْن.
ُ سا نُ ِم َّم ُخلِق
Maka dari itu kita sebagai umat islam harus tunduk dan patuh atas segala
perintah dan larangannya, karna Allah-lah yang telah menciptakan kita.
Artinya : “Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun dan Dia memberikan kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.
Ketiga, karena Allah SWT–lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya.
Firman Allah ﷻdalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :
س َّخ َرلَ ُك ْم َّما فِ ْي َ َو, َش ُك ُر ْون ْ َي ا ْلفُ ْل ُك فِ ْي ِه بَِأ ْم ِر ِهى َولِتَ ْبتَ ُغ ْوا ِمنْ ف
ْ َضلِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم ت َ س َّخ َرلَ ُك ُم ا ْلبَ ْح َر لِت َْج ِر
َ هَّللا ُ الّ ِذى
ٍ ض َج ِم ْي ًعا ِّم ْنهُ ِإنَّ ِف ْي َذا لِكَ َأَليَا
َت لِّقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُر ْون ِ ت َو َما ِف ْي اَأْل ْر ِ س َما َوا َّ ال.
Artinya : “Allah lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat
berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kamu bersyukur. Dan Dia
menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu
semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berfikir.
Allah memberikan kenikmatan akal kepada manusia untuk berpikir tentang
tanda-tanda kebesaran Allah, memperhatikan dan merenungkan apa yang
diciptakan dilangit dan dibumi.
ِ َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِى َءا َد َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِ ْي ا ْلبَ ِّر َوا ْلبَ ْه ِر َو َر َز ْقنَا ُه ْم ِّمنَ الطَّيِبَا
َّ َت َوف
ْض ْلنَا ُه ْم َعلَى َكثِ ْي ٍر ِّم َّمن
ِ َخلَ ْقنَا تَ ْف.
ض ْياَل
Artinya : “(70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan
Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.
Dari uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah
SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat
perintah Allah di dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim memang
diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.
5.Tawakal
Tawakal untuk Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil kerja atau menunggu dari suatu keadaan. Tawakal bukan
berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-Mulk ayat 15 dijelaskan,
bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi utuk mencari rizki dengan
berdagang, bertani dan lain sebagainya.
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di haruskan
untuk berakhlak kepada Nabi Muhammad SAW. Karena dari beliaulah kita
banyak mendapatkan warisan yang bisa kita wariskan lagi turun-menurun ke
anak cucu kita.
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman. Semua
orang Islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Makna mengimani ajaran Rasulullah SAW adalah menjalankan ajarannya,
menaati perintahnya. Ahlus sunnah mencintai Rasulullah SAW dan
mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih
dari kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
Sebagimana sabda Rasulullah saw, yang artinya, ”Tidak beriman salah seorang
diantara kamu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri,
orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya, (HR. Bukhari Muslim).
a. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita
sebagai umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang
telah beliau wariskan. “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari
sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan
mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya,
dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah)
b. Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka
kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih
baik akibatnya.”
c. Selalu bershalawat
Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada
Nabi Muhammad SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi hendaknya
disertai dengan niat dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk
memuliakan dan menghormati beliau.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar
sayap, yaitu:
Akhlak yang baik kepada makhluk (Allah) adalah sebagaimana ucapan sebagian
Ulama: menahan diri untuk tidak mengganggu (menyakiti), suka memberi, dan
bermuka manis. Menahan diri untuk tidak mengganggu artinya tidak
mengganggu manusia baik dengan lisan maupun perbuatan. Sedangkan
banyak memberi adalah suka memberi dalam bentuk harta, ilmu, kedudukan,
dan selainnya. Bermuka manis adalah menyambut manusia dengan wajah yang
cerah, tidak bermuram muka atau memalingkan pipinya. Ini adalah akhlak yang
baik kepada makhluk (Allah). Tidak diragukan lagi bahwasanya orang yang
melakukan hal ini, dengan menahan diri untuk tidak mengganggu dan banyak
memberi, akan membuat wajahnya berseri. Tidak diragukan lagi bahwa ia akan
bersabar atas sikap manusia yang menyakitkan terhadapnya. Sikap bersabar
atas gangguan manusia adalah termasuk akhlak yang baik. Sesungguhnya di
antara manusia ada orang-orang yang suka menyakiti saudaranya, dengan
bertindak sewenang-wenang dan merugikannya, misalkan dengan memakan
hartanya atau menuntut hak yang sebenarnya milik (orang lain itu), dan lain
sebagainya. Namun orang itu bersabar dan berharap pahala dari Allah Yang
Maha Suci lagi Maha Tinggi.
1. Husnuzhan.
Husnuzhan berarti prasangka, dugaan baik. Lawan kata husnuzhan adalah
suuzhan yang berarti berprasangka buruk terhadap seseorang. Wajib
hukumnya berhusnuzhan kepada Allah dan rasul-Nya, wujud husnuzan bagi
Allah dan Rasul-Nya antara lain: Meyakini dengan sepenuh hati semua perintah
Allah dan Rasul-Nya adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini dengan
sepenuh hati semua larangan agama pasti berakibat buruk. Hukum husnuzan
untuk manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan).
2. Tasammu.
yang berarti tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghargai sesama
manusia. Allah berfirman :
Artinya : ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (QS Alkafirun / 109: 6).
3. Ta’awun
berarti tolong menolong, gotong royong, bantu bantu dengan sesama
manusia. Allah berfirman :
Ini berarti manusia dituntut mampu menghargai proses yang sedang berjalan,
dan terhadap proses yang terjadi. Yang dengan demikian mengantarkan
manusia bertangung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap
Lingkungan.
“Orang yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi (oleh Allah).”(HR. Al-
Bukhari no. 6013)
Maksud Hadits diatas ialah orang yang tidak menyayangi sesuatu yang
diciptakan Allah maka Allah pun juga tidak menyayanginya.
E. Ahlak Berbangsa Dan Bernegara
Akhlak bernegara meliputi musyawarah, menegakkan keadilan, amar
ma'ruf nahi munkar, dan hubungan pemimpin dan yang dipimpin.
Musyawarah adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan
peraturan di dalam masyarakat.
Akhlak Bernegara
Modernisasi zaman yang semakin berkembang dari waktu ke waktu
menutut manusia untuk memahami akhlak secara essensial, dalam arti
bahwa manusia memahami akhlak bukan hanya sebagai sikap dan
perilaku. Melainkan, akhlak tersebut diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Cinta tanah air merupakan sikap dan perbuatan
yang sangat terpuji karena dengan semangat cinta tanah air, akan
menumbuhkan semangat membangun negaranya serta membela pada
saat ada pihak yang akan merusaknya. Setiap warga negara
menginginkan adanya tempat
tinggal yang aman dan tentram. Sebagai Muslim sudah selayaknya
menampilkan tingkah laku perbuatan yang menunjukkan partisipasinya
kepada bangsa dan negaranya dalam upaya mewujudkan cita-cita
masyarakat adil dan makmur. Akhlak bernegara meliputi musyawarah,
menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi munkar, dan hubungan
pemimpin dan yang dipimpin. 2.5.1 Musyawarah
Musyawarah adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan
peraturan di dalam masyarakat. Musyawarah dapat berjalan dengan
lancar dan penuh persahabatan, terdapat beberapa sikap yang harus
dilakukan dalam bermusyawarah, yaitu sikap lemah lembut, pemaaf,
dan memohon ampunan Allah SWT
1) Lemah-lembut
Seseorang yang melakukan musyawarah, apalagi sebagai pimpinan
harus
menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala, jika tidak
mitra musyawarah
akan bertebaran pergi.
2) Pema’af
Setiap orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental untuk
selalu bersedia memberi maaf. Karena mungkin saja ketika
bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau keluar kalimat-
kalimat yang menyinggung pihak lain. Bila hal itu masuk ke dalam hati,
akan mengeruhkan pikiran, bahkan boleh jadi akan mengubah
musyawarah menjadi pertengkaran.
3) Mohon Ampunan Allah SWT
Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika musyawarah hubungan
dengan Tuhan
harus harmonis. Oleh sebab itu, semua anggota musyawarah harus
berusaha selalu.
membersihkan diri dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT
baik untuk diri
sendiri maupun untuk anggota musyawarah yang lainnya.
2. Menegakkan Keadilan
Islam memerintahkan kepada umat manusia untuk bersikap adil dalam
segala aspek kehidupan. Baik terhadap diri dan keluarga, orang lain,
bahkan kepada musuh sekalipun harus dapat berlaku adil (Ilyas,
2001:235). Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang
memerintahkan supaya manusia berlaku adil dan menegakkan keadilan.
Yang bersifat umum misalnya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS.An-Nahl : 90). Islam
mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan
sederajat dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan
kulit, status sosial, ekonomi,
politik, dan lains sebagainya. Allah menegaskan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar Lagi Maha
Melihat”. (QS.An- Nisa’:58).
Keadilan hukum harus ditegakkan walaupun terhadap diri sendiri, atau
terhadap keluarga dan orang-orang yang dicintai. Tatkala seorang
sahabat yang dekat dengan Rasulullah SAW meminta keistimewaan
hukum untuk seorang wanita bangsawan yang mencuri, Rasulullah
menolaknya dengan tegas:
b) NahiMunkar
Dibandingkan dengan amar ma’ruf, nahi munkar lebih berat karena
beresiko tinggi, apabila bila dilakukan terhadap penguasa yang zalim.
Oleh sebab itu, Rasulullah SAW sangat memuliakan orang-orang yang
memiliki keberanian menyatakan kebenaran di hadapan penguasa yang
zalim. Beliau bersabda:
“Jihad yang paling utama ialah menyampaiakan al-haq terhadap
penguasa yang zalim.”(HR. Abu Daud, Tirmizi dan Ibn Majah).
Nahi munkar dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bagi
yang mampu melakukan dengan tangan (kekuasaannya) dia harus
menggunakan kekuasaannya itu, apabila
24
tidak bisa dengan kata-kata dan bila dengan kata-kata juga tidak mampu
paling kurang menolak dengan hatinya. Dalam hal ini Rasulullah SAW
bersabda:
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemunkaran, hendaklah dia
merobahnya dengan tangannya. Kalau tidak sanggup (dengan tangan,
maka robahlah) dengan lisannya. Dan apabila tidak sanggup (dengan
lisan), maka robahlah dengan hatinya. Yang demikian itu adalah
selemah-lemahnya iman.”(HR. Muslim).
2) Mendirikan Shalat
Shalat adalah ibadah vertika langsung kepada Allah SWT. Seorang
pemimpin yang
mendirikan shalat diharapkan memiliki hubungan vertikal yang baik
dengan Allah SWT. Diharapkan nilai-nilai kemuliaan dan kebaikan yang
terdapat di dalam shalat dapat tercermin dalam kepemimpinannya.
Misalnya nilai kejujuran. Apabila wudhu’ seorang imam yang sedang
memimpin shalat batal, sekalipun tidak diketahui orang lain dia akan
mengundurkan diri dan siap digantikan orang lain, karena dia sadar
bahwa dia tidak lagi berhak menjadi iamm.
3) Membayarkan Zakar
Zakat adalah ibadah mahdhah yang merupakan simbol kesucian dan
kepedulian sosial.
Seorang pemimpin yang berzakat diharapkan selalu berusaha
mensucikan hati dan hartanya. Dia tidak akan mencari dan menikmati
harta dengan cara yang tidak halal (misalnya dengan korupsi, kolusi dan
nepotisme). Dan lebih dari itu memiliki kepedulian sosial yang tinggi
terhadap kaum dhu’afa dan mustadh’afin. Dia akan menjadi pembela
orang-orang yang lemah.
4) Selalu Tunduk Patuh Kepada Allah SWT
Ruku’ adalah simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah dan Rasul-
Nya yang
secara konkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang
kafah (total), baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlak maupun
mu’amalat. Aqidahnya benar (bertauhid secara murni dengan segala
konsekuensinya, bebas dari segala bentuk kemusyrikan), ibadahnya
tertib dan sesuai tuntunan Nabi, akhlaknya terpuji (shidiq, amanah, adil,
istiqamah dan sifat-sifat mulia lainnya) dan mu’amalatnya (dalam
seluruh aspek kehidupan) tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Akhlak merupakan tingkah laku atau sikap seseorang yang sudah menjadi
kebiasaan setiap individu, dan kebiasaan tersebut selalu terlihat dalam
kehidupan sehari-hari.
Berakhlak dengan akhlak yang disyariatkan dalam Islam, bukan hanya
kepada sesama mausia tetapi juga kepada sang Khaliq yaitu Allah SWT,
kepada Rasulullah SAW dan Lingkungan Alam.
Akhlak yang baik adalah tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan di
akhirat. Tidaklah kebaikan-kebaikan datang atau didapatkan di dunia dan
di akhirat kecuali dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Dan tidaklah
keburukan-keburukan ditolak kecuali dengan cara berakhlak dengan
akhlak yang baik.
B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna
Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam golongan
kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://jambidaily.com/2020/06/10/akhlak-kepada-allah-swt-
rasulullah-saw-manusia-dan-lingkungan/
https://mfr.osf.io/export?format=pdf&url=https%3A//files.osf.io/v1/
resources/udk9h/providers/osfstorage/61a869a34d4ce5026676de8f
%3Fformat%3Dpdf%26action%3Ddownload%26direct%26version
%3D1
http://eprints.umm.ac.id/38359/3/BAB%20II.pdf
http://blog.unnes.ac.id/sitikhotimah/2015/11/19/makalah-akhlak-dan-aktualisasinya-dalam-
kehidupan/