You are on page 1of 6

Imam setiyo aji

1440118060

Kep. GERONTIK

1.Demensia

Demensia adalah gejala yang disebabkan oleh penyakit otak yang biasanya bersifat
kronis dan progesif. Dimana gangguan dari beberapa fungsi kortikal lebih tinggi, termasuk
memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar, berbahasa, dan penilaian.
Gangguan fungsi kognitif terkadang didahului dengan penuaan, pengendalian emosi, perilaku
sosial, dan motivasi (Wicitania, 2016).

Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau
progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur. Jenis demensia yang paling sering dijumpai yaitu
demensia tipe Alzheimer, termasuk daya ingat, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut dan biasanya disertai
rendahnya fungsi kognitif, ada kalanya diawali oleh kemorosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, prilaku sosial, atau motivasi, sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer,
pada penyakit serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder mengenai
otak (Nisa, 2016).

Demensia alzheimer adalah salah satu bentuk demensia akibat degerasi otak yang sering
ditemukan dan paling ditakuti. Demensia alzheimer, biasanya 12 diderita oleh pasien usia lanjut
dan merupakan penyakit yang tidak hanya menggerogoti daya pikir dan kemampuan aktivitas
penderita, namun juga menimbulkan beban bagi keluarga yang merawatnya. Demensia alzheimer
merupakan keadaan klinis seseorang yang mengalami kemunduran fungsi intelektual dan
emosional secara progresif sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari. Gejalanya dimulai
dengan gangguan memori yang mempengaruhi keterampilan pekerjaan, sulit berfikir abstrak,
salah meletakkan barang, perubahan inisiatif, tingkah laku, dan kepribadian

2.Depresi

Depresi menurut Beck dan Alford (2009) merupakan sebuah gangguan psikologis yang
ditandai dengan penyimpangan perasaan, kognitif, dan perilaku individu. Individu yang
mengalami gangguan depresi dapat merasakan kesedihan, kesendirian, menurunnya konsep diri,
serta menunjukkan perilaku menarik diri dari lingkungannya

3.Waham

Waham adalah suatu kepercayaan yang salah yang menetap yang tidak sesuai dengan
fakta dan tidak bisa dikoreksi (Menkes, 2015). Waham adalah keyakinan pasien yang tidak
sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh
orang lain

4.Proses kehilangan

Loss/kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan,
atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan (Hidayat, 2012).

Loss/kehilangan adalah sebuah perasaan pada diri individu yang diakibatkan dari
peristiwa menjadi tidak adanya suatu hal baik orang atau apapun yang sebelumnya ada. Peristiwa
tersebut bisa berupa kematian, perceraian, kecelakaan, bencana alam, PHK, dan lain lain.
Kehilangan akibat kematian merupakan kehilangan yang paling berat dan sulit diterima, seperti
yang diungkapkan oleh suntrock (2004) kehilangan dapat datang dalam kehidupan dengan
berbagai bentuknya seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, matinya binatang peliharaan, tetapi
tidak ada kehilangan yang lebih besar selain kematian seseorang yang dicintai dan disayangi
seperti orang tua, saudara kandung, pasangan hidup, sanak saudara atau teman.

Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala yang dialami pada
Demensia antara lain :

1. Kehilangan memori Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah
lupa tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa yang
diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan pentujuk yang diberikan,
nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia akan sering lupa dengan benda dan
tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan Lansia yang menderita Demensia akan
sering kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang
mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti tentang
langkahlangkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan makanan,
menggunkan perlatan rumah tangga dan melakukan hobi.
3. Masalah dengan bahasa Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam
mengelolah kata yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali
membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain
4. Disorientasi waktu dan tempat Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai
penyakit Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia yang
mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana mereka berada dan
baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana kebali
kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat
mengambil keputusan yang sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa
melihat cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan
hati menjadi sedih maupun senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke
waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan perubahan
perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang jelas.
Kepribadian seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami
lansia dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya
ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan pada
anggota keluarga.

4. Tahapan demensia

Tahapan Demensia

1. EarlyStage

Lansia yang mengalami Demensia dimulai secara bertahap sehingga akan sulit
mengenali persis kapan gejala dimulai. Beberapa perubahan yang sering dialami sebagai
bagian dari proses penuaan yang normal. Dalam tahap ini penderita mengalami
kehilanganmemori jangka pendek, menjadi depresi dan sering agresif, menjadi
disorientasi pada waktu, menjadi kehilangan keakraban dengan sekitarnya, menunjukan
kesulitan dalam berbahasa, kurangnya inisiatif dan motivasi, hilangnya minat dan hobi
serta aktifitas. 14

2. MiddleStage

Dalam tahap ini, gajala yang cukup jelas terlihat dan mengganggu pekerjaan,
sosialisasi serta kegiatan sehari-hari adalah menjadi sangan pelupa terutama kejadian
baru yang dialami, kesulitan melakukan pekerjaan rumah tangga, kesulitan menemukan
kata yang tepat untuk diungkapkan, mudah berpergian dan tidak dapat kembali ketmpat
asal, mendengar dan melihat sesuatu yang tidak ada, tidak bisa mengatur dirinya sendiri
dan bergantung pada orang lain.

3. LateStage

Pada tahan ini tahap akhir, pasien akan kehilangan fungsi serta lebih ketergantungan
pada orang lain seprtisusah untuk makan, sulit untuk berbicara, tidak dapat mengenali
orang atau obyek, berada di kursi roda ataupun tempat tidur, kesulitan berjalan, memiliki
inkontenesia bowel dan urinary, kesulitan mengerti dan mengiterpretasikan kejadian.

Perubahan fungsi kognitif pada lansia yang sebelumnya diyakini merupakan hal yang
tidak dapat dihindari, namun pada kenyataannya dapat dicegah, dan beberapa kasus
bahkan bersifat reversible. Banyak studi menyatakan bahwa manajemen gaya hidup
berupa peningkatan aktivitas fisik mempunyai efek protektif terhadap gangguan fungsi
kognitif, menghambat penurunan dan meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yang
sehat (Pitkala, et.al 2010 & Greenwood, 2010), dan meningkatkan fungsi kognitif pada
lansia dengan penurunan fungsi kognitif ringan sampai demensia (Rand et al, 2010). Jenis
aktivitas fisik yang paling sering dilakukan yaitu senam lansia. Senam lansia dilakukan
dengan gerakan yang melibatkan sebagian besat otot tubuh, sesuai gerak sehari-hari
(Tulak & Umar, 2016). Pemberian perlakuan senam lansia dapat dilakukan sekurangnya
30 menit sebanyak 5 hari dalam seminggu atau 20 menit sebanyak 3 hari dalam seminggu
(Ambardini, 2010), perlakuan senam lansia dapat dilakukan 3 kali selama 3 minggu
(Yolanda, 2017). Hal ini akan berdampak baik pada peningkatan fungsi kognitif sebesar
20% pada proses kontrol eksekutif, seperti perencanaan, penjadwalan, memori, gangguan
kontrol, dan koordinasi tugas kerja (Sauliyusta, M & Rekawati, E, 2016)

5.Terapi modalitas

Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang
bagi lansia yang bertujuan meningkatkan kesehaan, meningkatkan produktivitas lansia,
dan meningkatkan interaksi sosial antar lansia. Terapi modalitas ada beberapa jenis, salah
satunya terapi okupasi yaitu bertujuan untuk memanfatkan waktu luang dan
meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang
telah disediakan (Maryam, 2008)

Salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kognitif lansia dengan menggunakan
terapi okupasi. Terapi Okupasi merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif berupa
aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif dan
edukasional untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan meningkatkan derajat
kesehatan fisik dan mental pasien serta kebermaknaan hidup lansia. Terapi okupasi
bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi atau mengupayakan
adaptasi untuk aktifitas sehari-hari, produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan,
remediasi, stimulasi dan fasilitasi. (Kaharingan, 2015).

Terapi modalitas merupakan terapi berupa kegiatan yang dilakukan lanjut usia guna
mengisi waktu luang, dengan tujuan meningkatakan kesehatan lanjut usia, meningkatkan
produktivitas lanjut usia, meningkatkan interaksi sosial antar lanjut usia serta mencegah
terjadinya masalah pada psikologis dan mental pada lanjut usia (Artinawati, 2014). Jenis
kegiatan dalam terapi modalitas, antara lain :

a. Psikodrama Terapi ini bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lanjut usia


sehingga lanjut usia dapat menyampaikan perasaannya sesuai peran yang
dipilih.
b. Terapi aktivitas kelompok (TAK) Terapi yang terdiri atas 7 – 10 orang,
dengan tujuan meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar
pengalaman, dan mengubah perilaku.
c. Terapi musik Terapi yang bertujuan untuk menghibur para lanjut usia
sehingga meningkatkan gairah hidup, mencegah penurunan fungsi kognitif
serta dapat mengenang masa lalu.
d. Terapi berkebun Terapi yang bertujuan melatih kesabaran, kebersamaan, dan
memanfaatkan waktu luang.
e. Terapi dengan binatang Terapi yang bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih
sayang dan mengisi hari – hari sepinya dengan bermain bersama binatang.
f. Terapi okupasi Terapi yang bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan
meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari
bahan yang sudah disediakan.
g. Terapi kognitif Terapi yang bertujuan untuk mencegah penurunan fungsi
kogntif dan penurunan daya ingat.
h. Life review terapi/ reminiscence therapy Terapi yang bertujuan untuk
meningkatkan gairah hidup dan harga diri, serta mencegah terjadinya
penurunan fungsi kognitif serta meningkatkan fungsi kognitif yang berarti
dengan menceritakan pengalaman hidupnya.
i. Rekreasi Terapi yang bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,
menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan.
j. Terapi keagamaan Terapi yang diberikan dengan tujuan untuk kebersamaan,
persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa nyaman.
k. Terapi keluarga Terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuannya agar keluarga mampu
melaksanakan fungsinya.

You might also like