Professional Documents
Culture Documents
net/publication/355477663
PESANTREN SEHAT
CITATIONS READS
0 1,260
4 authors, including:
Doby Indrawan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nurlaili Susanti on 22 October 2021.
Tim Penulis :
Khilmi Ainun Nadliroh
Nurlaili Susanti
Herry Darsim Gaffar
Doby Indrawan
Ukuran :
169 hlm, 15.5x23 cm
ISBN :
No ISBN : 978-623-232-766-5
Cetakan Pertama :
Oktober 2021
iii
PENGANTAR
iv
Tentunya, untuk mewujudkan semua itu tidaklah mudah.
Menurut saya, buku “Pesantren Sehat, Mewujudkan Pesantren dan
Generasi Santri Sehat” ini dapat dijadikan sebagai salah satu panduan
oleh pihak-pihak terkait sehingga lebih terarah dalam menentukan
gerak langkahnya. Dengan demikian, tujuan untuk mewujudkan
pesantren yang sehat dapat tercapai dengan baik. Saya yakin, Indonesia
akan menjadi bangsa yang kuat, jika sumber daya manusianya sehat dan
generasi mudanya sehat. Semoga hal ini dapat menginspirasi dan
meningkatkan semangat kita semua untuk mewujudkan Indonesia sehat.
Wassalamualaikum Wr. Wb
v
PRAKATA
vi
kesehatan santri, kesehatan lingkungan pesantren, Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren), kader santri husada, pencegahan dan
pengendalian kejadian luar biasa (KLB) dan COVID-19 di pesantren,
serta pencegahan dan pengendalian penyakit yang sering terjadi di
pesantren.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
PENGANTAR.................................................................................................iv
PRAKATA......................................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
viii
6.2 Penyediaan Air Bersih...................................................................81
6.3 Pengelolaan Sampah..................................................................... 84
6.4 Makanan dan Minuman Sehat Pesantren.................................... 85
BAB 7 PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN POS KESEHATAN
PESANTREN (POSKESTREN)................................................................... 92
7.1 Pengertian Poskestren................................................................. 93
7.2 Pendirian Poskestren................................................................... 94
7.3 Penyelenggaraan Kegiatan.......................................................... 96
7.4 Pembinaan Dan Pengembangan................................................100
GLOSARIUM..............................................................................................153
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Segitiga Epidemiologi........................................................ 17
Gambar 5.1 Kunci Keberhasilan Mewujudkan Santri Sehat............... 42
Gambar 5.2 Cara Mencuci Tangan Pakai Sabun.................................. 45
Gambar 6.1 Skema Lingkungan Pesantren Sehat................................ 68
Gambar 6.2 Cross ventilation................................................................ 71
Gambar 7.1 Penyelenggaraan Dan Pembinaan Pos Kesehatan
Pesantren (POSKESTREN)................................................. 101
Gambar 8.1 Skema Keterampilan Dasar Kader Santri Husada .......... 104
Gambar 8.2 Keterampilan Pertolongan Pertama Pada Kegawatan... 105
Gambar 8.3 Pertolongan Pertama Korban Tidak Sadar...................... 106
Gambar 8.4 Posisi Pemulihan Korban.................................................. 107
Gambar 8.5 Teknik Log Roll.................................................................. 108
Gambar 8.6 Pencegahan DBD dengan 3M Plus ....................................112
Gambar 8.7 Kompetensi untuk pemeriksaan tanda-tanda vital ........ 114
Gambar 9.1 Ringkasan Manajemen Penanganan Kasus COVID-19 di
Pesantren............................................................................ 135
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR SINGKATAN
xii
PSN = Pemberantasan Sarang Nyamuk
PUSKESMAS = Pusat Kesehatan Masyarakat
RT-PCR = Reverse Trascription-Polymerase Chain Reaction
SATGAS = Satuan Tugas
SK = Surat Keputusan
SMD = Survei Mawas Diri
UKBM = Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
UU = Undang-undang
WHO = World Health Organization
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
bertahun-tahun di pondok pesantren bersama santri lain dibawah
bimbingan kiai dan ustaz untuk meneladani sifat beliau dalam
mengarungi kehidupan di dunia. Ratusan santri dari berbagai daerah
dengan latar belakang sosial budaya dan perilaku yang berbeda akan
mengakibatkan berbagai masalah salah satunya masalah kesehatan.
2
Berbagai permasalahan kesehatan di pondok pesantren tersebut
menjadi masalah kesehatan komunitas yang membutuhkan kepedulian
dari warga pesantren itu sendiri, masyarakat, dan juga pemerintah.
3
berkepentingan dengan penyelenggaraan pendirian pondok pesantren
berdasarkan rujukan yang valid dan terverifikasi.
4
Pengertian Poskestren, Pendirian Poskestren, Penyelenggaraan
Kegiatan, Pembinaan dan Pengembangan, dan Indikator Keberhasilan.
Materi dalam buku referensi ini disusun secara urut dan bertahap,
sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami isi materi yang
telah disusun. Untuk mendapatkan pemahaman maksimal saat
menelaah buku referensi ini pembaca dapat memahami uraian materi
dengan baik dengan memerhatikan ide pokok penting untuk diterapkan
dan menarik kesimpulan dari apa yang dibaca.
DAFTAR PUSTAKA
5
Santri Penelitian Rahadian dalam Ikhwanudin. Oksitosin.
2016;III(2):113–7.
6
BAB 2
EKSISTENSI LEMBAGA
PONDOK PESANTREN DI INDONESIA
7
Pesantren Tebuireng ditahan selama 8 bulan dikarenakan beliau sangat
menolak dan menentang ritual yang ditetapkan oleh Jepang.
8
diantaranya Halal bi Halal, Isra’ Mi’raj, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi
Muhammad Saw., dan sebagainya.
9
pesantren juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum, bahkan muncul
pesantren yang hanya mengutamakan ilmu-ilmu tertentu. Pada era
sekarang, pondok pesantren terus melakukan perbaikan di segala
bidang, baik pada bidang kelembagaan maupun manajemennya, hal
tersebut dikarenakan perubahan dan tuntutan zaman. Melihat
perubahan-perubahan tersebut, Manfred Ziemek mengklasifikasikan
tipe persantren sebagai berikut.4
10
ini, pesantren biasanya hanya mengkhususkan ilmu-ilmu tertentu
seperti tahfidz Al-Qur’an.
6. Tipe F atau Ma’had Aly, yang biasanya terdapat pada perguruan
tinggi agama Islam contohnya ialah Ma’had Aly UIN Malang.
1. Pola pendidikan
2. Sistem Pengajaran
11
dengan guru, serta memungkinkan seorang guru untuk menilai,
mengawasi, dan membimbing secara maksimal kemampuan santri.
Namun kelemahan sistem ini adalah kurang efisien dikarenakan
menghabiskan waktu yang cukup lama.
َْ َّۤ َكََۤ وال هُ وْ فّْهْو ََ لفيَ وْففْهْو ا َك اِۤق ةًٌ َِلَْو ََ ََفَ َْ فّ وْ هكَّ ِفْو ََ ةٌ َّ وُْه وْ ََ اۤ ٕفِفٌَة لَيَتَفَّقُهْو ا ِفى
ََ ال ََّ فوْ َْلفيه وْ فَُهْو ا ََْو َُّه وْ اف ََا َُ ََع وهْا افلَ وي فُ وْ لَ َعلقُه وْ ََْو ََُهْو
12
materi dan praktik ilmu inilah yang menyebabkan pondok pesantren
memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
dikarenakan para santri sebagai putra-putri bangsa mendapat bekal
tidak hanya pengetahuan saja namun juga kebiasaan sikap dan karakter
santri serta berbagai keterampilan yang diperlukan setiap waktu dalam
melaksanakan pengabdian masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
13
BAB 3
KESEHATAN DAN RELEVANSINYA
DENGAN KEISLAMAN
14
Menninger adalah kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan dapat berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia.
Sedangkan berdasarkan aspek sosiologis, Parsons mengemukakan
bahwa seseorang dapat dikatakan sehat ketika ia mempunyai kapasitas
optimal dalam menjalankan peran dan tugas yang telah ia pelajari
melalui proses sosialisasi dalam masyarakat.2 Misalnya, seorang guru
dianggap sehat apabila mampu berperan sebagai guru. Aspek spiritual
juga termasuk aspek penting bagi setiap individu dikarenakan praktek
spiritual akan membantu kita dalam membedakan hal baik dan buruk,
benar dan salah, dan lain sebagainya. Sehat dalam aspek spiritual ini
maksudnya ialah manusia mempunyai keyakinan, pandangan hidup, dan
motivasi hidup yang searah dengan keyakinan yang dianutnya.
15
Sedangkan istilah sakit pada umumnya didefiniskan sebagai suatu
kondisi yang tidak normal pada diri seseorang. Pengertian sakit
Menurut Sarwono (1993) merupakan suatu keadaan kurang nyaman
yang dirasakan individu dan dapat menghambat aktivitasnya, baik
secara fisik dan mental sehingga tidak dapat menjalankan fungsi dan
perannya dalam masyarakat secara normal.3
16
Gambar 3. 1 Segitiga Epidemiologi
a. Host
1. Usia;
2. Jenis kelamin;
3. Ras dan suku;
4. Genetik atau hubungan keluarga;
5. Status gizi;
6. Bentuk anatomis tubuh;
7. Kondisi fisiologis tubuh;
8. Kondisi imunitas dan respon imunitas tubuh;
9. Kemampuan interaksi antara host dan agen;
10. Riwayat penyakit sebelumnya; dan
11. Gaya hidup dan kehidupan sosial host;
17
b. Agen
c. Lingkungan
18
َُْۤ ََ وُْه ِف ُ ََْو َكًٌ َِ َُۤ ِةْو َََُۤ اف قَ هكتفَُ و
ْ لَُه ِفَُۤ ََ َُ ًٌََ َْ هّ فْيَ و َّۤ فّ وْ هّ وْلف ةْ َه ََۤ ه
ًٌَََِ وي
َ ف
Artinya : “Tidak ada seorang muslim pun yang tertusuk duri, atau yang
lebih dari itu, melainkan ditulis untuknya satu derajat dan dihapus
darinya satu kesalahan.”(H.R. Muslim no. 2572).
19
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance
Behavior)
Artinya: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang
kenikmatan”
1) Kebersihan diri
20
unsur penting dalam memelihara kesehatan pribadi, telah diisyaratkan
dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 108 yang berbunyi:
2) Pola Makan.
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jenis
dan jumlah makanan untuk memertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.7 Namun makanan
akan menjadi sumber penyakit bagi tubuh apabila jenis makanan tidak
sehat dikarenakan mengandung mikroorganisme atau pengaturan
jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
21
Agama Islam sangat memerhatikan kehalalan dan kesehatan jenis
makanan sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surah Al-
Maidah ayat 88 yang berbunyi:
Artinya : “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah Swt. telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah Swt.
yang kamu beriman kepada-Nya.”
3) Aktivitas Fisik
Salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam
dan memiliki keterkaitan dengan aktivitas fisik adalah salat. Salat
22
merupakan rangkaian ibadah dengan keteraturan yang sangat luar biasa
berupa: pengambilan air wudu, melakukan gerakan-gerakan rukun salat,
dan mengucapkan bacaan-bacaan dalam salat. Salat merupakan
kewajiban umat muslim yang dilakukan sebanyak lima waktu sehari.9
Proses pelaksanaan salat apabila dilakukan dengan gerakan tubuh yang
baik dan benar, dan sesuai tata cara yang dicontohkan Rasulullah Saw.,
tentu saja akan memberikan efek yang baik terhadap kesehatan tubuh.
23
Agama Islam telah menegaskan pelarangan minum minuman
keras dan penggunaan narkoba sebab dapat memabukkan dan
mudaratnya jauh lebih besar dibanding manfaatnya. Pengharaman
minum minuman keras dan penggunaan narkoba ini berdasarkan
firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 90.
َ َوَوََۤقَُۤ الق فَ وََْ وا َّْه وْا افَق َُۤ وال ََ وُ هْ َْ وال َُي فوْ هْ َْ واََ و
ّصُۤه َْ واََ وَ ََ هَ فَُو َة َّ وْ ََ َُ ف
ََ ال قَي ووِ فْ ََِۤو تَْفُهْو ُه لَ َعلق هُ وْ َه وفلفْهْو
5) Pola Tidur
Pola tidur yang baik ialah pola tidur dengan durasi tidur yang
sesuai dengan kebutuhan menurut usia, tidur nyenyak tanpa terbangun
dikarenakan suatu hal pada saat tidur. Sedangkan pola tidur yang buruk
ialah dengan durasi tidur yang tidak mencukupi kebutuhan menurut
usia, tidur terlalu larut malam dan bangun terlalu cepat, tidur tidak
nyenyak dan sering terbangun karena suatu hal.13 Pola tidur yang buruk
dapat berpengaruh pada anak yang duduk di bangku sekolah karena
dapat menyebabkan tidak konsentrasi pada saat mengikuti pelajaran di
ruang kelas sehingga dapat mengakibatkan menurunnya prestasi siswa
tersebut.
24
Pentingnya istirahat bagi tubuh telah disebutkan dalam Al-Qur`an
Surah An-Naba’ ayat 9, Allah Swt. berfirman :
6) Menghindari stres.
25
6. Memiliki perasaan kasih sayang yang besar.
7. Dapat menerima kecewaan dan meyakininya sebagai pelajaran
yang dapat berguna di kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang
konstruktif dan kreatif.
َيٌ َ فهّْق الْقٌََََِۤ َك فَْ ةْ َ فهّْق وال َُ َْ ََ ََ قْا ة َّ َ فََ ة َ َّ ََيَّة َ فهّْق الِقي اف قَ ق
ََفهْا َه َُاُه ََۤ َِ ََ وِْفيَتَ هُ وْ َََْ ََ ََُقُهْا ِف وۤليَُهْ ف
َ ََِْ ََ َْ فهّْق والِه
Artinya : “Sesunguhnya Allah Swt. itu baik, menyukai sesuatu yang baik,
Allah Swt. itu suci (bersih) dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah Swt.
26
itu mulia dan menyukai kemuliaan, Allah Swt. itu penderma dan
menyukai kedermawanan maka bersihkanlah teras rumahmu dan
janganlah menyerupai kaum Yahudi” (H.R. Tirmidzi no. 2723).
27
seseorang mengalami sakit maka akan memunculkan beberapa respon
yaitu tindakan mengobati diri sendiri, mencari pengobatan tradisional,
dan mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern. Setiap elemen
masyarakat mempunyai konsep sehat dan sakit yang berbeda sehingga
akan memengaruhi health seeking behavior ketika mengalami kondisi
sakit. Masyarakat pemeluk agama Islam meyakini bahwa segala
penyakit ada obatnya, hal ini memberikan dorongan kepada umat Islam
yang sakit untuk mencari obatnya dan juga dokter muslim untuk
berusaha mengobatinya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari
Sahabat Usamah bin Suraik, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda:
DAFTAR PUSTAKA
28
Islam Daud Kholifa Semen Magetan. Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun; 2017.
14. Amalia. Tips Hidup Sehat dan Berkah Ala Rasulullah. Yogyakarta:
Abata Press; 2015.
29
BAB 4
PERMASALAHAN KESEHATAN
PESANTREN
30
untuk beristirahat, pola makan yang tidak teratur, dan aktivitas fisik
yang kurang.
31
Permasalahan kesehatan diri santri lainnya adalah buruknya pola
tidur santri sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani
(2017) yang menunjukkan bahwa sebanyak 71,1% remaja SMA di
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta mengalami pola
tidur buruk.4
32
4.2 Permasalahan Perilaku Kesehatan Lingkungan
33
pengelolaan jamban yang tampak dari mayoritas jamban mereka kotor,
jumlah jamban yang tidak sebanding dengan banyaknya jumlah santri,
tidak tersedia pembersih pada setiap WC, lantai yang tidak permanen
dan licin, dan sering kali ditemukan serangga atau vektor.
34
4.3 Permasalahan Sistem Kesehatan Pesantren
Hal senada dengan studi yang dilakukan oleh Wijaya & Adriansyah
(2018) tentang Manajemen Poskestren di Pesantren Al-Fitrah Surabaya
yang memaparkan bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi
pesantren dalam menjalankan program Poskestren, seperti misalnya:
proses pembelajaran di pesantren yang cukup padat sehingga pengelola
Poskestren tidak dapat fokus untuk menjalankan program-programnya
35
dan belum tersedianya sumber daya manusia yang relevan dengan
fungsi Poskestren.
36
pesantren di Kota Makassar, diare mengalami peningkatan dari tahun
2016 sebesar 210 dan tahun 2017 sebesar 383 penderita.18
DAFTAR PUSTAKA
37
Pesantren Darul Abrar Kab. Bone Tahun 2013. repositori.uin-
alauddin.ac.id; 2013.
38
Santri Terhadap Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Kabupaten
Pasuruan Jawa Timur. J Geogr. 2013;11(21):64–73.
39
Pesantren Miftahul Ulum Kabupaten Jember. J Agromedicine Med Sci.
2018;4(2):102–9.
40
BAB 5
MEWUJUDKAN SANTRI SEHAT
Bab ini memaparkan anjuran pola hidup sehat dan bersih dalam
rangka memelihara kesehatan diri santri. Komponen pemeliharaan
kesehatan diri santri akan memberikan hasil yang cukup baik apabila
dilaksanakan secara benar dan berkesinambungan, yang dapat disimak
pada gambar di bawah ini.
41
Gambar 5. 1 Kunci Keberhasilan Mewujudkan Santri Sehat
1) Kebersihan Badan
42
mengajarkan kepada umatnya mengenai sunah-sunah fitrah
sebagaimana dikutip dari hadis berikut, yang diriwayatkan oleh Aisyah
Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
a. kebersihan kulit
b. cuci tangan pakai sabun (CTPS)
c. kebersihan rambut
d. kebersihan kuku
e. kebersihan gigi dan mulut
f. kebersihan telinga
g. kebersihan hidung
h. kebersihan alat kelamin
43
a. kebersihan kulit
Kulit yang sehat yaitu kulit yang selalu bersih, halus, tidak ada
bercak-bercak merah, tidak kaku dan lentur/lunak (fleksibel). Kulit
yang sehat akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga
perlu dirawat. Cara paling utama untuk menjaga kesehatan kulit santri
adalah pembersihan badan dengan cara santri wajib mandi dua kali
sehari yaitu pagi dan sore dengan menggunakan sabun dan air yang
bersih, jernih, dan tidak berbau; serta selalu melakukan pembersihan
dengan cermat pada semua bagian tubuh khususnya bagian ketiak,
lipatan paha, kelamin, dan telapak kaki.
44
Gambar 5. 2 Cara Mencuci Tangan Pakai Sabun
45
(7) Sebelum dan sesudah merawat seseorang yang sedang muntah
atau diare.
(8) Sebelum dan sesudah merawat luka.
(9) Setelah menyentuh hewan, pakan ternak, atau kotoran hewan.
(10) Setelah menyentuh sampah.
(11) Jika tangan terlihat kotor atau berminyak.
c. kebersihan rambut
46
apabila dirasa telah panjang; sebagaimana beliau menganjurkan dan
memberi ketentuan untuk memotong atau mencukur ialah maksimal 40
hari.
d. kebersihan kuku
Kuku jari tangan maupun kuku jari kaki harus selalu terjaga
kebersihannya dikarenakan kuku yang panjang apalagi kotor dapat
menjadi sarang kuman penyakit yang dapat menular kepada orang lain
melalui jalan persentuhan, berjabat tangan, atau memberikan makanan
dan minuman. Oleh karena itu santri hendaknya memotong kuku tangan
dan kaki minimal sekali dalam seminggu. Salah satu ketentuan dalam
kebijakan pesantren sebagai upaya mengontrol santri dalam menjaga
kuku tangan dan kaki tetap bersih dan pendek ialah:
47
e. kebersihan gigi dan mulut
48
(c) Pengurus pesantren bagian perlengkapan/ logistik juga dapat
menyediakan satu jenis pasta gigi yang mengandung flour
untuk seluruh santri.
f. kebersihan telinga
g. kebersihan hidung
49
Islam memiliki cara tersendiri dalam upaya membersihkan
hidung, yakni mensyariatkan istinsyak (menghirup air ke dalam hidung
kemudian mengeluarkannya) sebanyak tiga kali setiap kali berwudu.
Salah satu hikmah disunahkannya istinsyak adalah membersihkan
hidung dari kotoran dan kuman penyakit yang berada dalam hidung.
Alat kelamin luar merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif
dan perlu perawatan khusus. Adapun prinsip perawatan alat kelamin
luar sehari-hari bagi santri putri yakni vagina dan bagi santri putra
yakni penis dan skrotum, yaitu sebagai berikut:
50
bekas tumbuh rambut akan menjadi jalan masuk bakteri yang
menyebabkan infeksi. Perawatan rambut di sekitar alat
kelamin luar ini cukup dipendekkan dengan cara
menggunakan gunting atau alat cukur minimal 7 hari sekali
dan maksimal 40 hari.
2) Kebersihan Pakaian
51
(4) Menggunakan pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuh,
tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar.
(5) Tidak menggantungkan dan menumpuk pakaian dan
sejenisnya pada sembarang tempat, karena pakaian yang
menggantung dapat menjadi sarang nyamuk.
52
(2) Menyimpan peralatan pribadinya di tempat yang telah ditentukan
(almari, rak, atau sejenisnya) dengan rapi.
(3) Tidak meminjam peralatan milik santri lain, seperti peralatan
mandi, peralatan salat, peralatan tidur, dan lain-lain.
(4) Mencuci/membersihkan peralatan mandi, peralatan salat, dan
peralatan tidur setiap minggu.
53
dinihari (selama 6 jam), ditambah ada jadwal tidur siang kurang lebih
selama 2 jam sehingga totalnya adalah 8 jam per hari. Tidur siang
merupakan sunah Rasulullah Saw. yang dalam bahasa arab disebut
Qailullah, yakni istirahat pada pertengahan siang yang sangat
bermanfaat guna mengistirahatkan tubuh (fisik dan mental) dari
padatnya aktivitas tubuh dan mengembalikan tenaga agar dapat
melanjutkan kembali aktivitas tubuh.
54
mengurangi santri yang membuang-buang waktu secara sia-sia
dengan bergurau di malam hari sekaligus melatih santri untuk terus
melakukan pola tidur yang sehat dan sesuai anjuran Rasulullah Saw.
Tabel 5. 1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang dianjurkan
pada remaja (per orang per hari).
Berat Tinggi
Kelompok Energi Protei Lema Karbohi Sera Air
Badan Badan
Umur (kkal) n (g) k (g) drat (g) t (g) (ml)
(kg) (cm)
Laki-laki
13 – 15
50 163 2400 70 80 350 34 2100
tahun
16 – 18
60 168 2650 75 85 400 37 2300
tahun
Perempuan
55
13 – 15
48 156 2050 65 70 300 29 2100
tahun
16 – 18
52 159 2100 65 70 300 29 2150
tahun
Sumber : Kemenkes RI, 2019
56
Minyak Minyak 1p 5
Kacang panjang Sayuran 1p 100
Oseng2 sayuran
Minyak Minyak 1p 5
Tempe bacem Tempe Tempe 1p 50
Pepaya Pepaya Buah 1p 100
Kudapan Semangka Semangka Buah 1p 100
Pagi Susu Susu Susu 1p 100
Nasi Nasi Nasi 1,5 p 150
Ikan Daging 1p 50
Ikan goreng
Minyak Minyak 1p 5
Siang Kacang panjang,
Urap Sayuran 1p 100
bayam, tauge,
Pepes tahu Tahu Tempe 1p 50
Pisang Pisang Buah 1p 100
Tape singkong Nasi 1p 100
Kudapan Kolak tape
Santan Minyak 1p 50
sore singkong
Gula Gula 2p 20
Nasi Nasi Nasi 1p 100
Ayam Goreng Ayam Daging 1p 50
Tempe Tempe 1p 50
Malam Tempe mendoan
Minyak Minyak 1p 5
Sayur bening Bayam Sayuran 1p 100
Mangga Mangga Buah 1p 50
57
(a) Ada ahli gizi yang bertanggung jawab atas pemenuhan konsumsi
gizi yang disediakan.
(b) Tidak menyediakan makanan yang tidak sehat untuk
dikonsumsi, termasuk yang dijual di kantin pesantren.
(c) Membatasi santri untuk mengonsumsi mie instan (siap saji) atau
makanan instan lainnya, msialnya santri diperbolehkan hanya
sekali dalam 2 minggu.
1) Tidak berlebih-lebihan
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
3) Tenang dan tidak tergesa-gesa
4) Duduk lurus atau posisi duduk tegak-lurus ketika makan
58
c. menjaga berat badan ideal, menguatkan tulang dan otot;
dan
d. meningkatkan kebugaran tubuh
(2) Manfaat terhadap psikis/mental meliputi:
a. mengurangi stres;
b. meningkatkan rasa percaya diri;
c. membangun rasa sportifitas;
d. memupuk tanggung jawab; dan
e. membangun kesetiakawanan sosial.
(1) Berjalan kaki dan naik-turun tangga dari asrama santri menuju
tempat belajar yang kira-kira menghabiskan waktu 15 menit
59
dan saat pulang dari tempat belajar berjalan kaki 15 menit
kembali menuju asrama santri, lalu ditambah lagi dengan
melakukan senam selama 30 menit.
(2) Membersihkan lingkungan pesantren seperti menyapu dan
mengepel selama 15 menit, dua kali dalam sehari dan ditambah
30 menit untuk bersepeda mengelilingi kawasan pesantren (bila
ada sepeda).
60
5.5. Manajemen Stres
61
Agama Islam sebagai agama penyelamat, agama rahmatan lil
‘alamin, memiliki konsep sebagai solusi dalam mengatasi stres, antara
lain sebagai berikut:12
ّف اَ ََ ِف فَ وك فْ و ل
ّف َ و
َِ َُ ٕفِ قْ والّهلهْو ُه َِ َُ ٕفِ قْ َهلهْو ِهُه وْ ِف فَ وك فْ و ل
الق فَ وََْ وا َّْهْو ا ََْ و
62
yang terbaik. Hal ini sesuai dengan petunjuk-Nya dalam Al-
Qur’an Surah Al-Insyirah ayat 5 yang berbunyi:
63
(e) Memberikan pembelajaran kepada seluruh santri terkait makna
salat, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa kepada Allah Swt.
Salah satu dari tujuh kawasan tanpa rokok yang erat kaitannya
dengan lingkungan perokok pemula yaitu pondok pesantren, terutama
pondok pesantren putra.
64
Setiap pengelola pimpinan dan/atau penanggung jawab pondok
pesantren membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan
merokok pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya.
DAFTAR PUSTAKA
65
Dalam Kitab Musnad Ahmad. 2017;1–89.
10. Ilahi MT. Revolusi Hidup Sehat Ala Rasulullah. Yogyakarta: Katahati;
2015. 216–222 p.
66
BAB 6
LINGKUNGAN PESANTREN SEHAT
67
Gambar 6. 1 Skema Lingkungan Pesantren Sehat
1. Kamar Santri
a. Konstruksi bangunan
68
(1) lantai bangunan harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin dan mudah dibersihkan;
(2) dinding permukaan harus rata, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan;
(3) konstruksi atap harus pula kuat dan tidak bocor, serta tidak
menjadi tempat perindukan serangga/tikus; dan
(4) langit-langit yang kuat, tidak rawan kecelakaan, berwarna
terang, dan mudah dibersihkan, serta dengan tinggi minimal
2,50 meter dari lantai.1
(1) Upaya pengendalian hama tikus, antara lain berupa pintu kamar
dibuat serapat mungkin dan tebal agar tidak mudah dilubangi.
Kontruksi kuda-kuda dibuat sedemikian rupa agar tidak
memberi kesempatan tikus bersembunyi, bertengger, bermain,
dan bersarang; dan
(2) Upaya pengendalian hama serangga, antara lain menutup lubang
ventilasi dengan kassa untuk menghindari masuknya serangga
dan nyamuk. Tidak membiarkan pintu dan jendela terbuka pada
malam hari. Menghindari genangan air di sekitar kamar dan
menghindari pakaian yang bergantungan.
c. Kepadatan hunian
69
luas 32 �2 , maka idealnya kamar tersebut tidak boleh dihuni lebih
dari 8 santri. Berdasarkan aturan Depkes 2002 tentang pedoman
teknis penilaian rumah sehat khususnya pondok pesantren berupa
standar peraturan ruang tidur minimal 3 m2 untuk setiap tempat
tidur. Bagi pondok pesantren yang telah terjadi overloading
concition (tingginya kepadatan santri dalam satu kamar) maka
dapat dilakukan pengaturan kembali atau penambahan luas kamar
sehingga setiap santri menghuni minimal seluas 3 m2 .
70
3. Aliran udara mengikuti aturan cross ventilation yaitu
menempatkan lubang ventilasi berhadapan atau berseberangan
di antara dua buah dinding kamar. Aliran udara ini jangan
sampai terhalang oleh lemari, dinding sekat, dan lain-lain.
4. Lubang ventilasi sebaiknya jangan terlalu rendah, maksimal 80
cm dari langit-langit ruangan/plafon.
e. Pencahayaan
f. Kebersihan kamar
71
1) Menyapu dan mengepel lantai kamar tidur setiap hari pada
waktu pagi dan sore.
2) Membersihkan jendela dan perlengkapan kamar tidur dari debu
dan kotoran.
3) Membuka jendela pada waktu pagi sampai sore hari dan
menutup jendela pada malam hari.
4) Menjemur kasur setiap minggu dapat membunuh kuman yang
menempel pada kasur.
5) Melakukan kerja bakti minimal seminggu sekali untuk
membersihkan debu dari karpet, kursi, serta area yang
berpotensi berdebu dan mencuci peralatan kebersihan seperti
sapu, tempat sampah, alat pengepel.2
Kriteria kamar mandi untuk santri yang baik dan sehat, antara lain:
72
i) Perbandingan jumlah santri dengan jumlah toilet dan kamar
mandi adalah 15:1. Apabila jumlah santri 15 orang maka harus
tersedia satu jamban dan kamar mandi.
b. Jamban Sehat
Ada tujuh syarat jamban sehat menurut Arifin yang dikutip oleh
Abdullah (2010), yaitu:
73
1) Tidak mencemari air
a) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang tinja/feses/kotoran tidak mencapai permukaan air tanah
maksimum.
b) Jarak lubang tinja ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.
c) Letak lubang tinja lebih rendah daripada letak sumur agar air
kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari
sumur.
2) Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras.
3) Bebas dari serangga
a) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya
dikuras setiap minggu.
b) Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap
dapat menjadi sarang nyamuk.
c) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah
yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.
d) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
4) Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan.
a) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa
harus tertutup rapat oleh air.
b) Lubang buangan jamban sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang jamban.
5) Aman digunakan dan tidak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya
6) Mudah dibersihkan serta lantai jamban rata dan miring ke arah
saluran lubang jamban.
7) Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan yakni jamban
harus beratap, berdinding dan berpintu.
74
c. Kebersihan kamar mandi dan jamban
Untuk menciptakan kamar mandi dan jamban santri yang sehat dan
bersih perlu dilakukan hal-hal di bawah ini:
1. Membersihkan kamar mandi setiap hari dari sampah kecil, seperti:
bungkus sampo, bungkus sabun, kapas, rambut yang rontok, dan
semacamnya yang berpotensi menyumbat saluran air buangan.
2. Menguras dan menyikat tempat penampungan air.
3. Menyediakan alat pembersih seperti sabun dan sikat.
4. Menyediakan tempat sampah dan keset.
5. Tidak membuang sampah, pembalut wanita, tisu, dan benda padat
lainnya ataupun cairan air keras ke dalam kloset.
6. Jamban/WC perlu diberikan pewangi ruangan (kapur barus,
semprotan pewangi, cairan lisol) untuk mengurangi bau busuk dari
bekas tinja ataupun kemih/air kencing.
7. Memperbaiki kerusakan fisik kamar mandi sesegera mungkin.
75
b. Jarak antara jalan raya dengan bangunan
d. Tempat wudu
76
masif yang dapat menghalangi sirkulasi udara dan cahaya. Selain itu,
lubang aliran udara/penghawaaan sebaiknya menggunakan prinsip
cross ventilation sebagaimana pada Gambar 6.2 di atas.
4. Dapur
a. Konstruksi bangunan dapur
77
(b) Dilengkapi dengan pengeluaran udara panas maupun bau-
bauan (exhauser) yang dipasang setinggi 2 meter dari lantai.
6) Pembuangan asap:
(a) Dapur harus dilengkapi dengan pengumpul asap dan
cerobong asap; dan
(b) Pengumpul asap dilengkapi dengan grease filter dan
penyedot asap;
b. Perlengkapan
b. Jemuran
78
b) Mendapat panas sinar matahari langsung dan tersedia area
yang terdapat atap pelindung saat hujan yang terbuat dari
bahan seperti fiberglass; dan
c) Luas ruang jemur untuk satu orang minimal 2 x 3 m2 .
79
6. Tempat bermain/berolahraga
7. Ruang belajar
80
f) Tersedia kursi dan meja yang memadai untuk seluruh anggota
rombongan/kelompok belajar/kelas dan guru kelas yang bertugas.4
b) Syarat kimiawi
81
c) Syarat bakteriologis
d) Syarat radiologis
Tidak adanya zat radiasi yang berasal dari limbah khusus yang
dihasilkan oleh industri, reaktor nuklir, rumah sakit, dan pertambangan.
a) Air atmosfir
Dalam kehidupan sehari-hari, air ini dikenal sebagai air hujan.
Untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum,
hendaknya tidak menggunakan air hujan langsung pada saat
hujan baru turun, dikarenakan masih mengandung banyak
kotoran yang disebabkan oleh kotoran industri/debu.
b) Air permukaan
Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan
Lingkungan, air permukaan merupakan salah satu sumber
penting bahan baku air bersih. Air permukaan meliputi air
sungai dan air rawa.
82
c) Air tanah
Air tanah dibagi menjadi dua, yakni air tanah dangkal dan air
tanah dalam. Air tanah dangkal merupakan air yang berasal
dari air hujan yang diikat oleh akar pohon. Air tanah ini
terletak tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas
lapisan kedap air. Air tanah dalam adalah air hujan yang
meresap ke dalam tanah lebih dalam lagi melalui proses
absorpsi serta filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah,
sehingga berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih
dari air tanah dangkal
a) Jika air tanah dalam berpotensi untuk dijadikan sumber air, maka
sumber air bisa langsung dipergunakan tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
b) Jika sumber air hanya potensi dari air tanah dangkal, maka
penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan dua alternatif, yaitu:
(1) Jika kualitas air sudah memenuhi persyaratan air bersih,
maka air dapat digunakan secara langsung; dan
(2) Jika kualitas air bersih keruh mengandung besi (Fe) dan
mangan (Mn), maka dapat digunakan tekno-logi Saringan
Pasir Sederhana.
c) Jika air yang tersedia berupa sumber dari air permukaan, maka ada
beberapa kemungkinan:
83
(1) Jika air belum tercemar dan tidak keruh dapat diolah dengan
menggunakan Saringan Pasir Sederhana;
(2) Jika kekeruhannya lebih kecil dari 50 NTU, maka dapat
dilakukan pengolahan dengan proses Saringan Pasir Lambat;
atau jika kekeruhannya lebih besar dari 50 NTU, maka dapat
diolah menggunakan Saringan Pasir Lambat yang dilengkapi
dengan bak sedimentasi.
(3) Jika air baku keruh atau koloid, maka dapat dilakukan proses
pengolahan dengan tipe Cikapayang;
84
6. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan volume
sampah yang dihasilkan setiap kegiatan, misalnya tempat sampah
untuk sampah dapur harus berukuran besar;
7. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang
mudah terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus
dikosongkan sekurang kurangnya 3 x 24 jam; dan
8. Tempat sampah harus dibersihkan dengan cara dicuci dan disikat
sekali seminggu.
85
1. Sumber bahan makanan
86
c. Bila bahan makanan tersebut akan disimpan di gudang, maka cara
penyimpanannya dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) jarak makanan dengan lantai 15 cm;
(2) jarak makanan dengan dinding 5 cm; dan
(3) jarak makanan dengan langit-langit 60 cm
d. Bahan makanan disimpan dalam urutan sejenis yang disusun
dalam rak-rak sedemikian rupa. Bahan makanan yang masuk ke
dalam rak harus lebih dahulu keluar, sedangkan bahan makanan
yang masuknya belakangan dikeluarkan belakangan pula. Hal ini
disebut dengan sistem FIFO (First In First Out).
87
4) Tidak terbuat dari bahan yang mengandung timah hitam,
tembaga, seng, kadmium, arsenikum, dan antimon.
c. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan yakni dapur pesantren harus dalam
keadaan bersih dan sehat untuk proses pengolahan makanan.
Dapur yang sehat telah dipaparkan pada subbab konstruksi dapur.
5. Penyajian makanan.
88
5) Prinsip Alat Baik dan Bersih artinya setiap peralatan yang
digunakan seperti wadah dan tutupnya, dus, piring, gelas,
mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya
sudah dicuci dan kering dengan cara yang higienis. Baik artinya
utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai; dan
6) Prinsip Handling, artinya setiap penanganan makanan maupun
alat makan tidak terjadi kontak langsung dengan anggota
tubuh terutama tangan dan bibir.
89
bersentuhan langsung dengan mulut, misalnya sendok atau tangan
sendiri apabila makan dengan menggunakan tangan. Kuman, virus,
dan bakteri yang terkandung dalam ludah bisa bertahan hidup
selama berjam-jam, bahkan setelah terkontaminasi udara dan
menyentuh tampah (nampan), sehingga makan bersama-sama
dengan santri lain dalam satu tampah dapat berisiko terjangkit
berbagai kuman yang menempel pada tampah tersebut.
Jika makanan yang telah dimasak tidak habis pada sekali waktu
makan tertentu atau dikarenakan mungkin dimasak dalam jumlah
yang banyak/berlebih, maka makanan ini biasanya disimpan. Dalam
penyimpanan makanan yang telah diolah/dimasak ini maka cara
melakukan penyimpanan makanan matang adalah memerhatikan
prinsip wadah yakni setiap jenis makanan haruslah terpisah satu
sama lainnya di dalam wadah tertutup dan menyimpan pada suhu
yang bakteri tidak bisa tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
90
2016.
91
BAB 7
PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN
POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN)
92
maka pihak pesantren mengantarkan santri ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat.
2. Tujuan Poskestren
Tujuan didirikannya Poskestren adalah untuk mewujudkan
kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar
dalam berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
93
memenuhi layanan kesehatan dasar bagi warga pondok
pesantren dan masyarakat sekitarnya.
94
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara
wawancara terhadap sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) orang,
yang terdiri dari pengelola pondok pesantren, santri,
masyarakat di lingkungan pondok pesantren. Selain wawancara,
juga dilakukan observasi terhadap kesehatan lingkungan
pondok pesantren.
Setelah berbagai data berhasil dikumpulkan, maka upaya
selanjutnya adalah merumuskan masalahnya dan merinci
berbagai potensi yang dimiliki yang sangat membantu dalam
menentukan kegiatan yang layak dikembangkan dalam
penyelenggaraan Poskestren.
95
kesehatan masyarakat, gizi, kesehatan lingkungan, PHBS,
kesehatan reproduksi, pencegahan penyakit menular dan tidak
menular, kesehatan jiwa dan NAPZA (narkotika, alkohol,
psikotropika dan zat adiktif lainnya) usaha kesehatan gigi
masyarakat desa/ UKGMD, penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman atau PAB-PLT, program
intensifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), dan nilai-
nilai agama tentang kesehatan.3
1. Kegiatan
Pelayananan yang disediakan oleh Poskestren adalah pelayanan
kesehatan dasar, yang meliputi promotif, preventif, rehabilitatif
dan kuratif.
a) Upaya Promotif, antara lain:
(1) Konseling kesehatan;
96
(2) Penyuluhan kesehatan terkait PHBS, penyehatan
lingkungan, gizi, kesehatan reproduksi, kesehatan jiwa
dan napza, penyakit menular dan tidak menular;
(3) Olahraga teratur; dan
(4) Lomba lingkungan bersih dan sehat, mading, poster.
c) Upaya Kuratif
Upaya kuratif dapat dilakukan oleh Poskestren antara lain
melakukan pertolongan pertama pada penyakit ringan dan
menyediakan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan). Selain itu Poskestren dapat merujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat atau kunjungan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dari puskesmas.
d) Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif dilakukan oleh Poskestren untuk
menindaklanjuti penanganan pasien pasca perawatan di
puskesmas/rumah sakit.
97
3. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan kegiatan promotif dan preventif dapat
dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren dan sekitarnya.
Adapun untuk pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan di ruang
tersendiri. Tempat pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya
dilengkapi dengan:
(1) Tempat pemeriksaaan;
(2) Tempat konsultasi (gizi,sanitasi,dan lain-lain);
(3) Tempat penyimpanan obat; dan
(4) Ruang tunggu.
(5) Peralatan medis dan non medis
(6) Obat-obatan
4. Pelaksana Poskestren
Terselenggaranya pelayanan Poskestren melibatkan banyak pihak.
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam
menyelenggarakan Poskestren adalah sebagai berikut:
a) Kader Poskestren (Santri Husada)
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader
Poskestren antara lain:
(1)Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan;
(2)Melakukan inspeksi sanitasi (pemeriksaan kesehatan
lingkungan);
(3)Memberikan pertolongan pertama pada santri yang
kesakitan;
(4)Melakukan pemeriksaan tanda vital pada santri;
(5)Menjadi juru pemantau jentik di pesantren;
(6)Mengukur berat badan, tinggi badan, dan status gizi
santri; dan
(7)Melakukan pencatatan pada buku catatan poskestren;
98
b) Pengelola Poskestren
(1)Merencanakan, mengorganisasi, dan mengevaluasi
penyelenggaraan Poskestren;
(2)Mengalang dukungan dana dan menyediakan fasilitas
Poskestren;
(3)Menjalin kemitraan dengan sektor terkait; dan
(4)Melakukan pencatatan.
99
b) Pelaporan
Laporan Poskestren dibuat oleh pengelola Poskestren dan
disampaikan kepada pimpinan pondok pesantren setiap
bulan yang meliputi laporan kegiatan dan keuangan.
2. Pengembangan
Poskestren yang sudah berjalan dengan baik (sustain),
seyogyanya segera diarahkan untuk meningkatkan
pelayanannya, terutama jika sumber daya manusia dan dana
yang ada memadai untuk meningkatkan pelayanan Poskestren.
Peningkatan pelayanan dapat dilakukan dengan :
1. Mengidentifikasi kebutuhan tambahan bagi kesehatan
warga pondok pesantren;
100
2. Menetapkan pilihan pelayanan tambahan dan menyusun
prioritas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dana
serta tenaga yang ada; dan
3. Melatih kader Poskestren dalam pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pelayanan tambahan.
101
DAFTAR PUSTAKA
102
BAB 8
KADER SANTRI HUSADA
103
8.3. Keterampilan Dasar Kader Santri Husada
Dalam melaksanakan tugasnya, kader santri husada haruslah
memiliki keterampilan dasar untuk mendukung kinerja mereka dalam
menolong santri yang sakit. Keterampilan dasar yang perlu dilatih
antara lain :
104
mendapatkan pelatihan pertolongan pertama sebanyak mungkin dari
Poskestren.
Adapun keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama pada
berbagai kegawatan antara lain :
105
5. Memberikan napas bantuan dari mulut ke mulut dengan cara
mengusahakan kepala korban tetap dalam posisi menengadah
dan menutup hidung korban. Menarik napas dalam-dalam lalu
menghembuskan udara dengan kuat ke dalam mulut korban.
6. Apabila korban masih belum mulai bernapas dengan sendirinya,
maka memulai menekan dada korban dengan meletakkan salah
satu telapak tangan di tengah dada korban yakni di antara
puting susu dan meletakkan tangan satunya lagi di atas tangan
pertama. Selanjutnya menekan dada korban sedalam 4-5 cm
dengan lembut dan cepat. Setelah 30 tekanan, memberi 2 kali
napas bantuan.
7. Setelah 5 putaran (30 tekanan dna 2 kali napas buatan)
memeriksa apakah korban mulai bernapas dengan sendirinya.
Bila perlu, bergantian dengan orang lain agar dapat istirahat.
8. Apabila mulai bernapas, badan korban dimiringkan untuk posisi
pemulihan (lihat penjelasan berikut) dan tetap memeriksa
pernapasan secara berkala.
106
(3) Saat penolong telah lelah atau tidak ada harapan lagi bagi
korban untuk selamat yaitu tidak ada perbaikan pada korban
setelah diberikan pertolongan selama 30 menit.
107
Proses memindahkan korban dilakukan secara hati-hati
menggunakan tandu. Tandu dapat dibuat menggunakan papan meja,
pintu, atau 2 tiang yang kuat dengan selimut atau kain sarung yang
dibentang di antara tiang. Cara membuat tandu dari selimut adalah
membentangkan selimut di tanah dan meletakkan kedua tiang di
atasnya dengan jarak ¹/3 lebar selimut. Kemudian melipat kedua sisi
selimut ke dalam agar menutupi tiang. Berat korban akan menahan
lipatan selimut pada tempatnya. Memindahkan korban ke tandu
dilakukan dengan teknik Log Roll. Teknik Log Roll adalah teknik yang
dilakukan oleh minimal 3 orang yang digunakan untuk memindahkan
korban dengan menjaga posisi dalam keadaan lurus.
108
dikarenakan dapat mengakibatkan pembengkakan, rasa kaku
dan nyeri.
4. Menggunakan bidai. Pembidaian dapat dilakukan sambil
menunggu bantuan. Pembidaian bertujuan untuk menopang
bagian tubuh yang terluka, mengurangi pendarahan, melindungi
luka agar tidak bertambah parah, mencegah pergeseran tulang
yang patah, dan mengurangi rasa sakit. Bidai yang dipilih adalah
yang dapat mencapai dua sendi yakni sendi di atas luka dan di
bawah luka.
109
8.3.2 Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
a. Definisi Jumantik
Juru pemantau jentik atau Jumantik adalah orang yang
melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik
nyamuk khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Dalam
pondok pesantren hendaknya menggunakan sistem 1 Kamar 1
Jumantik. Jumantik Kamar Santri adalah kepala kamar santri atau
anggota kamar santri yang disepakati untuk menjadi penanggung
jawab dalam melaksanakan kegiatan pemantauan jentik di kamarnya.
Sedangkan Koordinator Jumantik Pesantren adalah satu atau lebih
Kader Santri Husada yang ditunjuk untuk melakukan pemantauan
dan pembinaan pelaksanaan jumantik kamar santri dan seluruh
bangunan di lingkungan pesantren.
110
(c) Melakukan kunjungan dan pamantauan ke kamar santri
dan seluruh bangunan di lingkungan pesantren setiap
bulan.
(d) Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemantauan jentik
kamar santri dan seluruh bangunan di lingkungan
pesantren setiap bulan
111
Gambar 8. 6 Pencegahan DBD dengan 3M Plus
2. Larvasidasi
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan
pemberian larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva
tersebut. Jenis larvasida ada bermacam-macam, diantaranya
adalah temephos, piriproksifen, metopren dan bacillus
thuringensis.
3. Fogging (Pengasapan)
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan
menggunakan insektisida (racun serangga). Namun melakukan
pengasapan saja tidak cukup dikarenakan yang mati hanya
nyamuk dewasa saja sedangkan jentik nyamuk tidak dapat
mati dengan pengasapan. Cara paling tepat memberantas
nyamuk adalah memberantas jentiknya dengan kegiatan PSN
3M Plus.
112
d. Pemantauan Jentik
Koordinator Jumantik melakukan kunjungan ke kamar santri
dan seluruh bangunan di lingkungan pesantren berdasarkan data
yang tersedia. Hal-hal yang perlu dilakukan saat kunjungan kamar
santri adalah membicarakan tentang penyakit DBD, cara penularan
dan pencegahannya dan mengajak jumantik kamar dan seluruh
penghuni kamar santri untuk bersama-sama memeriksa tempat-
tempat yang berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk.
113
Gambar 8. 7 Kompetensi untuk pemeriksaan tanda-tanda vital
114
arteri brakhialis.
7. Mengunci skrup balon karet.
8. Mmebuka pengunci air raksa.
9. Balon dipompa lagi sehingga terlihat air
raksa di dalam pipa naik (30 mm Hg) sampai
denyut arteri tidak terdengar.
10. Membuka skrup balon dan menurunkan
tekanan perlahan kira-kira 2 mm Hg/detik.
11. Mendengar dengan teliti dan membaca skala
air raksa sejajar dengan mata, pada skala
berapa mulai terdengar bunyi denyut
pertama sampai bunyi denyut terakhir
terdengar lambat dan menghilang.
12. Mencatat bunyi denyut pertama sebagai
tekanan sistolik dan bunyi denyut terakhir
sebagai tekanan diastolik.
13. Menutup kembali pengunci air raksa.
14. Melepas stetoskop dari telinga.
15. Melepas manset dan digulung dengan rapi
kemudian dimasukkan dalam kotak.
16. Memberi tahu pasien bahwa tindakan telah
selesai dilaksanakan.
17. Merapikan peralatan dan menyimpan pada
tempatnya.
18. Mencuci tangan.
115
Adapun prosedur tindakan perhitungan denyut nadi adalah
sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 8. 2 Prosedur Perhitungan Denyut Nadi
Persiapan alat 1. Arloji tangan yang mempunyai petunjuk detik
2. Buku catatan dan alat tulis.
Persiapan 1. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
pasien tindakan yang akan dilakukan.
2. Mengatur posisi pasien dalam keadaan rileks
berbaring atau duduk.
Pelaksanaan 1. Mencuci tangan.
2. Meraba tangan pasien pada pergelangannya
dengan jari telunjuk, jari tengah dan manis
sampai teraba denyut nadi arteri radialis.
3. Tangan yang lain memegang alat penghitung nadi
/arloji.
4. Menghitung denyut nadi selama 15 detik.
5. Hasilnya dikalikan empat.
6. Mencatat hasil perkalian.
7. Merapikan pasien dan mengembalikan pasien ke
posisi semula.
8. Mengembalikan peralatan ke tempat semula.
9. Mencuci tangan.
116
Tabel 8. 3 Prosedur Pengukuran Suhu Badan
Persiapan alat 1. Termometer badan untuk ketiak.
2. Larutan disinfektan dalam botol/gelas.
3. Air bersih.
4. Kassa kering/tissu dan handuk kering.
5. Buku catatan dan alat tulis
Persiapan 1. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
pasien tindakan yang akan dilakukan.
2. Mengatur posisi pasien dalam keadaan rileks
berbaring atau duduk.
Pelaksanaan Mengukur suhu melalui aksila/ketiak:
1. Mencuci tangan
2. Membasuh termometer dengan air.
3. Mengeringkan termometer dengan tissu/kassa
kering dari ujung ke arah pegangan.
4. Menurunkan air raksa di dalam termometer
sampai angka 35 atau di bawahnya.
5. Meminta dan membantu pasien membuka
pakaian pada daerah ketiak.
6. Mengeringkan salah satu ketiak pasien dengan
handuk kering.
7. Memasang termometer pada tengah ketiak.
8. Menutup lengan atas dan menyilangkan lengan
bawah di dada.
9. Membiarkan termometer di ketiak selama 6-8
menit.
10. Mengambil termometer dari ketiak pasien.
11. Membaca tinggi air raksa di dalam termometer .
12. Mencatat hasil pengukuran pada buku
13. Menurunkan air raksa di dalam termometer.
14. Memasukkan termometer ke dalam larutan
117
disinfektan lalu mengeringkannya.
15. Mengembalikan peralatan ke tempat semula.
16. Mencuci tangan
118
8.3.4 Pengukuran Status Gizi
119
topi dan aksesori lain yang dapat memengaruhi hasil
pengukuran.
(2) Pasien diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser/
microtoise.
(3) Posisi kepala, bahu bagian belakang (punggung), pantat,
betis dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise
dipasang.
(4) Menggerakkan alat geser sampai menyentuh bagian atas
kepala pasien.
(5) Membaca angka tinggi badan secara sejajar dengan mata
petugas.
(6) Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
di belakang koma (0,1 cm). Contohnya 157,3 cm.
c. Pengukuran IMT
Pada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat terkait
dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan
komposisi tubuh dan densitas tubuh. Oleh karena itu, pada anak-anak
dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan
dengan IMT/U. IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan
tinggi badan kuadrat. Rumus IMT yaitu :
Untuk menentukan status gizi pada anak dan remaja atau santri
usia 5-19 tahun nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan referensi
Kemenkes RI 2020. Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk
menyatakan indeks tersebut adalah dengan Z-score. Klasifikasi status
gizi pada IMT yang dihitung dengan menggunakan Z-score menurut
Kemenkes RI 2020 untuk anak usia 5-18 tahun dapat dilihat pada Tabel
8.54
120
Tabel 8. 5 Klasifikasi IMT untuk anak usia 5-18 tahun
Ambang Batas
Indeks Kategori Status Gizi
(Z-score)
Gizi buruk (severely thinness) < -3 SD
Indeks Massa Gizi kurang (thinness) -3 SD sd < -2 SD
Tubuh menurut
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Umur (IMT/U) anak
Gizi lebih (overweight) +1 SD sd +2 SD
usia 5 - 18 tahun
Obesitas (obese) > +2 SD
Tabel 8. 6 Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Laki-Laki Umur 5-18
Tahun
Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tahun -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
5 11.7 12.7 13.9 15.2 16.9 19.0 21.7
6 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.5 22.7
7 11.8 12.8 14.0 15.5 17.5 20.1 24.0
8 12.0 13.0 14.3 15.9 18.0 21.0 25.6
9 12.2 13.3 14.6 16.3 18.7 22.0 27.5
10 12.5 13.7 15.1 16.9 19.4 23.1 29.3
11 13.2 14.2 15.5 17.2 19.5 22.9 28.8
12 13.6 14.7 16.1 17.9 20.4 24.2 30.9
13 14.0 15.2 16.7 18.6 21.3 25.3 32.4
14 14.5 15.7 17.3 19.4 22.2 26.5 33.6
15 14.9 16.3 18.0 20.1 23.1 27.4 34.5
16 15.3 16.7 18.5 20.8 23.9 28.3 35.0
17 15.6 17.1 19.0 21.4 24.6 29.0 35.3
18 15.8 17.4 19.4 22.0 25.2 29.5 35.5
Tabel 8. 7 Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Perempuan umur 5-18
tahun
Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)
+3
Tahun -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD
SD
5 11.7 12.7 13.9 15.2 16.9 19.0 21.7
6 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.5 22.7
7 11.8 12.8 14.0 15.5 17.5 20.1 24.0
8 12.0 13.0 14.3 15.9 18.0 21.0 25.6
9 12.2 13.3 14.6 16.3 18.7 22.0 27.5
10 12.5 13.7 15.1 16.9 19.4 23.1 29.3
121
11 12.9 14.1 15.6 17.6 20.3 24.3 31.1
11 13.0 14.2 15.7 17.7 20.4 24.4 31.2
12 13.4 14.7 16.3 18.4 21.3 25.6 32.7
13 13.8 15.2 16.9 19.2 22.3 26.8 34.1
14 14.2 15.7 17.5 19.9 23.1 27.8 35.1
15 14.5 16.0 18.0 20.5 23.8 28.6 35.8
16 14.7 16.3 18.3 20.9 24.3 29.1 36.2
17 14.7 16.4 18.5 21.2 24.6 29.4 36.3
18 14.7 16.5 18.6 21.3 24.9 29.6 36.2
DAFTAR PUSTAKA
122
3. Harioputro DR, Suselo YH, Suryawati B, Sugiarto, Wulandari S,
Maftuhah A, et al. Pemeriksaan tanda vital. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret; 2018. 1–18 p.
123
BAB 9
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI PESANTREN
124
Situasi Pandemi COVID-19 ini dapat menjadi pelajaran bagi
pesantren untuk mengantisipasi kejadian luar biasa (KLB) yang dapat
kapanpun terjadi. KLB merupakan status untuk mengklasifikasikan
peristiwa merebaknya suatu penyakit yang dapat berkembang menjadi
wabah penyakit. Dalam menghadapi KLB pesantren perlu meningkatkan
sistem pencegahan dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di
pesantren.
Bab ini akan membahas upaya peningkatan peran pesantren
dalam pencegahan dan pengendalian kejadian luar biasa (KLB) di
pesantren dan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 di
pesantren
125
individu (golongan umur yang terkena risiko, jenis kelamin,
kelompok pekerja, dan lain-lain). Penyelidikan epidemiologi
dilaksanakan untuk mengetahui asal penularan, luas
penularan, waktu terjadi penularan dan kelompok yang
terkena risiko;
c. Penyelidikan perilaku kesehatan masyarakat pesantren;
d. Penyelidikan perilaku tenaga kesehatan Poskestren dan
kader santri husada;
e. Pengamatan vektor untuk mengetahui vektor yang berperan,
perilaku vektor, dan tempat perindukan potensial;
f. Pengamatan adanya perubahan lingkungan; dan
g. Pengamatan terhadap iklim dan curah hujan.
2. Analisa
a. Waktu KLB di pesantren dapat diketahui dengan melakukan
analisis melalui pembuatan grafik fluktuasi kasus bulanan pada
tahun berjalan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan
kurva grafik kasus mingguan pada tahun berjalan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sumber data
didapatkan laporan bulanan Poskestren.
b. Luasnya penularan di pesantren dapat diketahui dengan
melakukan analisis melalui pembuatan grafik distribusi kasus
per lokasi yang menunjukkan peningkatan saat ini
dibandingkan tahun lalu. Sumber data didapatkan laporan
bulanan Poskestren. Apabila KLB disebabkan vektor maka
dilakukan analisa terhadap adanya tempat perindukan vektor
penyebab KLB di pesantren berdasarkan sumber data dari
hasil survey pengamatan vektor.
c. Penderita yang berisiko di pesantren dapat diketahui dengan
melakukan analisis melalui pembuatan tabel dan grafik kasus
per lokasi berdasarkan golongan usia, jenis kelamin, dan
tingkatan kelas di pesantren.
126
3. Membuat Rancangan Penanggulangan
Dalam menyusun rancangan penanggulangan KLB di
pesantren diperlukan musyawarah yang melibatkan pimpinan
pesantren, pengurus pesantren, pengurus Poskestren, dan Kader
santri husada. Pembahasan dalam musyawarah tersebut antar
lain:
a. Membentuk Tim Gerak Cepat di pesantren yang terdiri atas
tenaga medis Poskestren, tim penyelidik kasus, tim kebersihan
santri dan lingkungan pesantren, tim gizi santri, dan tim
keamanan.
b. Menyusun rencana pembiayaan. Pendanaan yang timbul dalam
upaya penanggulangan KLB di pesantren dibebankan pada
anggaran pondok pesantren. Dalam kondisi pondok pesantren
tidak mampu menanggulangi KLB maka dapat mengajukan
permintaan bantuan kepada puskesmas atau pemerintah
daerah setempat.
c. Menyusun rencana kebutuhan obat-obatan, peralatan medis,
sarana dan prasarana penunjang penanggulangan KLB di
pesantren.
d. Menyusun kegiatan penanggulangan
4. Penanggulangan
Penanggulangan KLB di pesantren dilakukan oleh Tim
Gerak Cepat di Pesantren meliputi:
1. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan
pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina;
2. Pencegahan penyebaran penyakit. Jika menyangkut kontak
dengan sumber pencemaran maka dapat diambil langkah-
Iangkah untuk mencegah kontak dengan sumber sampai
sumber itu dapat dihilangkan. Peningkatan gizi santri, menjaga
127
kebersihan lingkungan pesantren, imunisasi, dan diagnosis dini
juga dapat menjadi langkah pencegahan penyebaran penyakit.
3. Pemusnahan penyebab penyakit. Jika didapatkan (atau
dicurigai) air sebagai sumber infeksi, penggunaan air dapat
dihentikan sampai sumber air dan sistem penyalurannya
dibersihkan dari pencemaran. Bila menyangkut makanan
tercemar maka makanan itu dapat dimusnahkan.; dan
4. Penyuluhan pencegahan penyakit kepada seluruh masyarakat
pesantren.
5. Pelaporan
Tujuan pelaporan kejadian dan tindakan penanggulangan
yang telah dilaksanakan dapt dimanfaatkan sebaik-baiknyauntuk
merancang dan menerapkan tindakan pencegahan dan
penaggulangan (KLB) yang terjadi di masa depan
128
1. Pembentukan Satgas Pesantren
Tim Satuan Gugus Tugas dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Pimpinan Pesantren. Adapun tugas dari Tim Satuan Gugus Tugas di
Pesantren sebagai berikut:
a. Ketua
(1) Melakukan kemitraan dengan puskesmas dan Gugus
Tugas/Satuan Tugas tingkat Kecamatan/Desa.
(2) Memastikan terlaksananya protokol kesehatan di dalam
lingkungan pesantren khususnya di asrama (kamar),
kegiatan belajar mengajar, ruang makan, dan kegiatan
ibadah.
(3) Memantau pelaksanaan kegiatan setiap minggu dan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan setiap bulan
bersama dengan penanggung jawab kegiatan dan
petugas Puskesmas setempat.
b. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren):
(1) Melakukan analisis situasi pesantren.
(2) Memantau kesehatan masyarakat pesantren bersama
dengan petugas puskesmas yang dilakukan secara
berkala yang selanjutnya diklasifikasikan menjadi kasus
suspek, probable, konfirmasi, kontak erat, pelaku
perjalanan dan discarded.
(3) Bertanggung jawab terhadap kegiatan dan protokol
kesehatan setiap hari di ruang isolasi pesantren
(4) Meningkatkan literasi kesehatan di Pesantren dengan
membuat media komunikasi, informasi dan edukasi
bidang kesehatan
c. Bidang Peningkatan Gizi Santri
(1) Menyediakan menu bergizi bagi santri dan/atau
memberikan tablet tambah darah bagi santri perempuan.
(2) Memantau pengolahan dan penyajian makanan sesuai
dengan protokol.
129
(3) Melakukan konseling gizi bagi santri.
d. Bidang Kebersihan
(1) Memastikan dan mengontrol seluruh santri senantiasa
menjaga kebersihan diri dan seluruh lingkungan
pesantren.
(2) Membersihkan peralatan/barang yang sering disentuh
dengan cairan desinfektan secara rutin minimal 2 kali
sehari.
e. Bidang Keamanan
(1) Mengukur suhu badan tamu atau santri yang masuk ke
dalam lingkungan pesantren.
(2) Memastikan tamu atau santri yang masuk ke dalam
lingkungan pesantren untuk melakukan CTPS dengan air
yang mengalir.
130
Adapun syarat Ruang karantina dan isolasi di pesantren sebagai
berikut :
1. Ruangan berada terpisah dengan kegiatan atau asrama
santri.
2. Luas minimum per orang adalah 2 x 3 �2 atau berjarak
minimal 1,5 meter antar tempat tidur.
3. Ventilasi (jendela dan pintu terbuka) dan penerangan yang
baik.
4. Lantai dan dinding tidak lembab.
5. Sarana dan prasarana lengkap.
131
memutus rantai penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan
beberapa tindakan, seperti:
(1) Saat dalam lingkungan pesantren: membersihkan tangan
secara teratur yakni cuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir selama 40-60 detik, hindari menyentuh mata, hidung,
dan mulut dengan tangan yang tidak bersih, menggunakan
masker yang menutupi hidung dan mulut hingga dagu, serta
menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain.
(2) Saat tiba di lingkungan pesantren atau setelah bepergian, cek
suhu tubuh dan segera cuci tangan pakai sabun dengan air
yang mengalir.
(3) Saat akan bepergian dari lingkungan pesantren gunakan
masker, gunakan baju lengan panjang dan sepatu, membawa
handsanitizer, jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain.
(4) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi gizi
seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, istirahat
yang cukup.
(5) Menerapkan etika batuk dan bersin, jika sakit berlanjut segera
berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan terdekat.
Surveilans berbasis masyarakat pesantren bertujuan untuk
meningkatkan peran pesantren dalam upaya deteksi dini untuk
menemukan faktor risiko sedini mungkin pada individu secara rutin
melalui pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk, pilek,
nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap masyarakat
pesantren dan tamu. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
terjadinya penularan di lingkungan masyarakat dan bagi yang sakit
dapat segera mendapatkan perawatan dengan benar sampai sembuh.
Surveilans berbasis masyarakat dapat dilakukan oleh kader santri
husada pesantren atas pembinaan dari petugas puskesmas setempat.
132
4. Manajemen Penanganan Kasus COVID-19 di Pesantren
Manajemen kesehatan masyarakat merupakan serangkaian
kegiatan kesehatan masyarakat yang dilakukan terhadap kasus. Kriteria
kasus terbagi menjadi empat yaitu kasus suspek, kontak erat, probable,
dan kasus konfirmasi 3 :
a. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki gejala/tanda Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA)* dan pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal **
atau memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi/probable COVID-19.
b. Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 dan belum ada
hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
c. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan labora/torium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi dua yaitu dengan gejala
(simptomatik) dan tanpa gejala (asimptomatik)
d. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable
atau konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud
adalah bersentuhan fisik langsung (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain) atau kontak tatap muka
dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau
lebih.
e. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri
(domestik) maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
133
f. Discarded
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
(1) Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil
pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif selama 2 hari berturut-
turut dengan selang waktu >24 jam.
(2) Seseorang dengan status kontak erat yang telah
menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.
Catatan:
* ISPA yaitu demam (≥38°C) atau riwayat demam; dan disertai salah
satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek/ pneumonia ringan hingga berat
**Negara/wilayah transmisi lokal adalah negara/wilayah yang
melaporkan adanya kasus konfirmasi yang sumber penularannya
berasal dari wilayah yang melaporkan kasus tersebut.
134
masker 3 lapis dan menjaga jarak dari santri lain,
menerapkan etika batuk dan bersin yang tepat, sering CTPS
dengan air yang mengalir, dan tertib menerapkan PHBS.
135
DAFTAR PUSTAKA
1. Fahham AM. Pembelajaran Di Pesantren Pada Masa Pandemi Covid-
19. Pus Penelit Badan Keahlian DPR RI. 2020;XII(14):13–8.
136
BAB 10
PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN AWAL PENYAKIT
YANG SERING TERJADI DI PESANTREN
137
infeksi tungau Sarcoptes scabei var hominis (Sarcoptes sp.). Skabies
dapat terjadi terutama di lingkungan yang padat penduduk, kebersihan
kurang, sosial ekonomi rendah, serta kontak dengan penderita.1
2. Gejala
Daerah predileksi infestasi tungau ini adalah lapisan kulit yang
tipis seperti sela-sela jari tangan dan kaki, pergelangan tangan, siku
bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, dada, periareolar (khusus pada
wanita), punggung, pinggang, pusar, pantat, selangkangan, sekitar alat
kelamin, dan penis (khusus pada pria).
Gejala klinis akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei adalah
timbulnya ruam pada kulit dan rasa gatal (pruritus) terutama pada
malam hari. Gejala ruam pada kulit berawal dengan munculnya papulae
eritrema (penonjolan kulit tanpa berisi cairan, berbentuk bulat, berbatas
tegas, berwarna merah) dengan ukuran <1 cm yang terus berkembang
menjadi vesicle atau pustule (penonjolan kulit berisi cairan atau nanah).
Ciri khas dari infestasi tungau ini adalah adanya terowongan di bawah
lapisan kulit yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis
lurus atau berkelok, dan pada ujung terowongan ditemukan vesikel.2
Gejala gatal (pruritus) akan timbul lebih dari 3 minggu setelah
infestasi tungau ke dalam kulit. Rasa gatal terjadi pada seluruh kulit
dikarenakan sensitifitas kulit terhadap tubuh tungau dan hasil ekskresi
tungau (saliva, telur dan skibala). Pada beberapa kasus, gejala ruam dan
gatal pada penderita skabies dapat menetap hingga beberapa minggu
setelah pengobatan. Hal ini dimungkinkan karena tubuh tungau yang
mati masih berada di bawah permukaan kulit.
3. Pencegahan
Hal yang paling utama sebagai pencegahan penyakit skabies ini
adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan menjaga kesehatan
lingkungan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 5 dan 6.
Dalam upaya pencegahan penularan skabies dari penderita ke
138
santri lain maka setiap santri yang tinggal dan kontak langsung bersama
santri yang menderita skabies harus diobati meskipun tidak timbul
gejala gatal-gatal. Hal ini dikarenakan gejala gatal baru timbul beberapa
minggu setelah infestasi tungau. Baju, sprei, sarung bantal, selimut,
handuk, dan kain lainnya yang sebelumnya digunakan oleh penderita
disarankan dicuci dengan air panas dan dijemur dibawah sinar matahari
langsung untuk membunuh tungau yang menempel sehingga tidak
menjadi sumber penularan.
10.2 Hepatitis A
1. Definisi
Hepatitis A adalah penyakit organ hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis A. Virus ini menyerang terutama terhadap orang yang belum
terinfeksi, belum divaksinasi, dan mencerna makanan atau air yang
terkontaminasi tinja orang yang terinfeksi. Tidak seperti hepatitis B dan
C, infeksi Hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis dan
jarang berakibat fatal.
2. Gejala
Penyakit Hepatitis A ini umumnya tidak menunjukkan gejala
sehingga penderita terkadang tidak tahu bahwa telah terinfeksi virus ini.
139
Penyakit Hepatitis A merupakan jenis penyakit hati paling ringan
namun sangat mudah menular. Pada penyakit ini dapat ditemukan
gejala lemas, mual, hilang nafsu makan, muntah, demam, kulit dan
sklera mata berubah menjadi kuning, dan gejala lainnya. Gejala penyakit
ini umumnya dibagi menjadi 3 stadium, yaitu:4
a. Masa inkubasi Hepatitis A antara 2-6 minggu, biasanya
terdapat gejala letih, lesu, nyeri telan, demam (38oC-39oC),
kehilangan selera makan, mual, bahkan muntah-muntah yang
berlebihan.
b. Stadium dengan gejala kuning. Stadium ini ditandai urin dan
tinja berwarna teh tua, disertai timbulnya kuning pada mata
dan kulit, nyeri perut kanan, terjadi peningkatan tes fungsi hati
(bilirubin, SGOT, SGPT) dan meningkatnya antibodi IgM anti
Virus Hepatitis A (HAV).
c. Stadium penyembuhan. Stadium ini ditandai dengan
menghilangnya warna kuning pada sklera dan kulit, namun
pembesaran organ hati menetap. Penyembuhan sempurna
infeksi Virus Hepatitis A (HAV) membutuhkan waktu 3-4 bulan.
3. Pencegahan
Hepatitis A memang seringkali tidak berbahaya, namun lamanya
masa penyembuhan dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial.
Penyakit ini juga tidak memiliki pengobatan spesifik yang dapat
mengurangi lama penyakit, sehingga dalam penatalaksanaan Hepatitis A,
tindakan pencegahan adalah yang paling diutamakan. Pencegahan
Hepatitis A dapat dilakukan baik dengan pencegahan non-spesifik
(perubahan perilaku) maupun dengan pencegahan spesifik (imunisasi)
a. Pencegahan Non-Spesifik
Kader Santri Husada dapat meningkatkan pencegahan
nonspesifik Hepatitis A dengan memberikan edukasi yang sesuai, antara
lain:
1) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara benar
140
2) Pengolahan makanan dan minuman yang sehat
3) Penggunaan air bersih secara benar
4) Pengelolaan air limbah dan kotoran yang baik
b. Pencegahan Spesifik
Pencegahan spesifik Hepatitis A dilakukan dengan imunisasi.
Proses ini bisa bersifat pasif maupun aktif. Imunisasi pasif dilakukan
dengan memberikan imunoglobulin yang dapat memberikan
perlindungan segera tetapi bersifat sementara. Sedangkan imunisasi
aktif dapat memberikan efektifitas yang tinggi pada pencegahan
Hepatitis A. Vaksin ini relatif aman dan belum ada laporan tentang efek
samping. Vaksin diberikan dalam 2 dosis dengan selang 6 – 12 bulan
didaerah lengan atas (deltoid) atau paha bagian samping (lateral).5
141
10.3 Demam Berdarah
1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus Dengue. Nyamuk Aedes aegypti biasanya
menggigit pada saat pagi, siang dan sore hari. Sedangkan pada malam
hari beristirahat di tempat yang gelap seperti celah-celah lipatan baju
yang digantung di kamar. Nyamuk Aedes aegypti akan mencari tempat
yang berair untuk bertelur.6
Manusia, virus, dan vektor adalah 3 faktor yang menyebabkan
penularan infeksi virus dengue. Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak
dimulai dengan bertelur hingga dewasa selama 10-12 hari. Nyamuk
Aedes aegypti dapat terinfeksi jika menggigit manusia yang mengalami
infeksi virus di dalam darahnya. Dalam jangka waktu 8-10 hari virus
berkembangbiak di dalam kelenjar ludah nyamuk sebelum ditularkan ke
manusia lain untuk gigitan berikutnya.
2. Gejala
Infeksi virus dengue yang terjadi dapat berupa tanpa gejala
(asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated
febrile illness), Demam Dengue atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
dan Dengue Syok Sydrome (DSS). Tanda dan gejala penyakit DBD dapat
berupa :
1. Demam tinggi mendadak disertai muka kemerahan. Suhu
demam tinggi penderita biasanya mencapai >39oC dan menetap
selama 2-7 hari.
2. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi,
mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita
mengeluh nyeri saat menelan namun jarang ditemukan batuk
pilek.
3. Keluhan lain seperti nyeri perut di ulu hati.
Namun untuk menegakkan diagnosis klinis DBD diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut melalui beberapa patokan gejala klinis dan
142
laboratorium.7
3. Pencegahan
Hingga saat ini belum ditemukan obat spesifik maupun vaksin
untuk pencegahan penyakit DBD sehingga upaya pencegahan dalam
pemutusan rantai penularan DBD adalah dengan melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus. Panduan
pelaksanaan kegiatan PSN telah dipaparkan pada Bab 8.
2. Gejala
Pada stadium awal gejalanya berupa rasa panas, kering, dan gatal
dalam hidung. Selanjutnya diikuti gejala bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi
143
lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung
bertambah. Apabila tidak terdapat komplikasi gejalanya akan berkurang
dalam 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis,
faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachius,
bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA
meliputi demam, badan pegal (myalgia), batuk, dan sering juga nyeri
tenggorokan, coryza (pilek), sesak napas, mengi, dan kesulitan bernapas.
3. Pencegahan
Upaya dari pihak pesantren yang dapat dilakukan dalam
mencegah penyakit batuk pilek di lingkungan pesantren adalah:
1. Mengatur kepadatan hunian kamar santri sehingga tidak overload.
2. Menyediakan lapangan kosong khusus untuk menjemur pakaian
yang terkena sinar matahari langsung.
3. Memastikan tiap kamar mempunyai lubang penghawaaan udara
yang bagus.
Upaya dari santri yang dapat dilakukan dalam mencegah penyakit
batuk pilek di lingkungan pesantren ialah:
1. Menerapkan PHBS
2. Membuka jendela kamar tiap hari.
3. Membersihkan kamar minimal dua kali sehari.
4. Menjemur kasur, bantal dann selimut minimal seminggu sekali.
144
mengandung dekongestan. Untuk meredakan gejala sakit kepala
dan badan pegal dapat minum obat antinyeri seperti ibuprofen.
10.5 Diare
1. Definisi
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi buang air besar
(defekasi) yang lebih sering dari biasanya yaitu lebih dari 3 kali sehari.
Pada diare juga terdapat perubahan konsistensi yakni tinja menjadi
berbentuk cair atau setengah cair. Klasifikasi diare berdasarkan
lamanya ada dua yaitu diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari dan diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14
hari disertai penurunan berat badan selama masa diare tersebut.
Sedangkan jenis diare menurut penyebabnya adalah:
1) Diare akibat virus. Diare akibat virus sering disebabkan oleh
Rotavirus dan Adenovirus.
2) Diare bakterial invasif. Diare bakterial invasif (bersifat
menyerbu). Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan
menyerbu ke dalam mukosa dan membentuk toksin.
3) Diare parasiter. Diare parasiter terjadi akibat protozoa seperti
Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia terutama terjadi di
daerah subtropis.
4) Diare akibat penyakit. Diare akibat penyakit misalnya Colitis
ulcerosa, irritable Bowel Syndrome (IBS), kanker colon dan
infeksi-HIV.
5) Diare akibat obat. Diare akibat obat yaitu seperti setelah
mengonsumsi obat digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium,
sarbitol, beta blockers, perintang-ACE, reserpin, sitostatika dan
antibiotika berspektrum luas (ampisilin, amoksisilin,
sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin).
6) Diare akibat keracunan makanan. Keracunan makanan
merupakan penyakit yang toksik yang disebabkan mengonsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi.9
145
2. Gejala
Adapun gejala penyakit diare antara lain :
a. Peningkatan frekuensi dan kandungan cairan dalam tinja.
b. Kram perut, perut kembung (distensi), bising usus
(borborigmus), tidak nafsu makan (anoreksia) dan rasa haus.
c. Rasa sakit pada anus setiap kali buang air besar.
d. Gejala yang berkaitan adalah dehidrasi dan kelemahan.
3. Pencegahan
Pencegahan diare menurut pedoman tatalaksana diare adalah
sebagai berikut:10
1) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara benar
2) Pengolahan makanan dan minuman yang sehat
3) Penggunaan air bersih secara benar
4) Pengelolaan air limbah dan kotoran yang baik
146
4. Penanganan awal di pesantren
Diare akut parah yang menyebabkan dehidrasi berat merupakan
keadaan gawat darurat (emergensi) yang memerlukan segera
penanganan. Oleh karena itu penting melakukan pencegahan dehidrasi.
Selain itu penanganan diare dibantu dengan memberikan asupan
makanan yang adekuat dan penggunaan obat-obatan.
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Memberikan cairan pengganti yang sesuai dapat mencegah
dehidrasi. Rehidrasi dapat dilakukan oleh petugas Poskestren
atau santri kader husada dengan larutan rehidrasi oral yaitu
oralit atau larutan gula garam dan memberikan air minum lebih
banyak.
b. Menjaga keadekuatan masukan makanan
Pemberian makan saat diare harus tetap dilakukan. Produk
seperti susu, ikan, kacang-kacangan, telur, dan daging bagus
untuk diberikan kepada penderita diare. Makanan yang
diberikan harus sudah dimasak dengan baik dan sebaiknya
makanan yang baru dimasak untuk meminimalisir kemungkinan
terkontaminasi. Memberikan makan dalam porsi sedikit namun
sering merupakann cara terbaik dikarenakan makanan menjadi
mudah dicerna.
Penderita menghindari makanan yang berserat tinggi atau
potongan sayur dan buah yang besar dikarenakan makanan
tersebut susah dicerna. Dianjurkan mengurangi makanan yang
mengandung tinggi gula karena dapat memperparah gejala diare.
c. Penggunaan Obat
Santri yang mengalami diare dapat mengonsumsi obat-
obatan yang dapat menurunkan volume feses dann frekuensi
diare seperti Attapulgite, Loperamid, Difenoksilat, Kaolin, Pektin,
Tannin albuminat, Aluminium silikat, dan Diosmectite.
147
d. Tanda-tanda harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan.
Apabila ada santri yang diare maka sebaiknya jangan sampai
terlambat membawa ke rumah sakit, karena apabila sudah jatuh
pada kondisi dehidrasi berat maka akan lebih sulit untuk
mengatasinya. Petugas Poskestren atau kader santri husada
harus segera membawa santri ke pelayanan kesehatan jika
ditemukan salah satu dari tanda-tanda berikut :
1. tidak BAK lebih dari 6 jam,
2. BAB semakin sering atau ada darah dalam tinja,
3. merasa sangat haus,
4. mata cekung,
5. tampaknya tidak membaik setelah 3 hari,
6. demam,
7. tidak makan atau minum secara normal.
2. Gejala
Gejala yang ditemukan pada konjungtivitis yang disebabkan
bakteri berbeda dengan konjungtivitis yang disebabkan oleh virus.
Secara umum, konjungtivitis sebab bakteri bermanifestasi dalam bentuk
iritasi dan pelebaran pembuluh darah (injeksi) pada kedua mata
(bilateral), adanya kotoran (eksudat purulen) yang saling melengket
saat bangun tidur, dan terkadang bengkak (edema).
148
Sedangkan gejala utama konjungtivitis sebab virus adalah mata
merah, kondisi tidak nyaman saat ada cahaya (fotofobia), mata berair
(watery discharge), pembengkakan (edema) pada kelopak mata, demam
38,3°C-40°C, sakit tenggorokan dan pembesaran getah bening di sekitar
telinga dan leher (tidak nyeri tekan).11
3. Pencegahan
Konjungtivitis yang disebabkan virus sangat mudah menular.
Virus menyebar melalui jari tangan yang tercemar, peralatan, dan air.
Cara pencegahan penularan yang paling efektif adalah menerapkan
PHBS, meningkatkan daya tahan tubuh, menghindari kontak langsung
penderita, menghindari penggunaan tetes mata dari botol yang telah
digunakan pasien konjungtivitis virus, dan menghindari penggunaan
peralatan secara bersama-sama.
149
meminjam barang, padatnya jumlah anggota penghuni dalam suatu
ruangan. Penularan pedikulosis dapat melalui kontak langsung dengan
penderita, maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda seperti
sisir, bantal, dan topi.12
2. Gejala
Gejala yang ditimbulkan kutu rambut adalah gatal akibat saliva
dan tinjanya. Rasa gatal akan mengakibatkan orang untuk menggaruk
kepala sehingga dapat menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi sekunder.
Infestasi kutu rambut yang berat dapat menyebabkan anemia karena
kehilangan darah.
Pedikulosis kapitis juga sering menyebabkan masalah sosial
seperti berkurangnya rasa percaya diri, menurunnya kualitas tidur, dan
mengalami gangguan belajar. Prevalensi anak perempuan yang
mengalami pedikulosis kapitis ditemukan lebih banyak dari pada anak
laki-laki.13
3. Pencegahan
Pengetahuan terhadap pedikulosis kapitis sangat penting karena
dapat mencegah adanya transmisi atau penularan kepada orang lain,
kontak dari kepala ke kepala merupakan penularan atau transmisi
terbanyak. Oleh karena itu hendaknya pesantren memberikan
pengetahuan tentang penyakit pedikulosis kapitis dan cara
pencegahannya seperti menjaga kebersihan rambut, tidak boleh tidur
bersama dalam satu tempat tidur dan pinjam meminjam barang yang
dikenakan di kepala seperti topi, kerudung, peci, bando, kuncir rambut,
dan lain-lain.
150
mudah dilakukan dan angka kesembuhannya cukup tinggi (>90%)
tetapi reinfeksi akan segera terjadi jika setelah pengobatan tidak diikuti
dengan perilaku hidup bersih sehat (PHBS).
DAFTAR PUSTAKA
151
Santriwati Dormitory With Acute Respiratory Infection At
Raudhatul Ulum Islamic Boarding Schools and Al-Ittifaqiah
Islamic Boarding Schools in Ogan Ilir on 2015. J Ilmu Kesehat
Masy. 2015;6(2):121–33.
152
GLOSARIUM
ARDS = keadaan gagal napas atau gangguan
pernapasan berat yang disebabkan oleh
penumpukan cairan di alveoli paru.
153
1