You are on page 1of 8

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. A. Analisa jenis penyelesaian sengketa apa saja yang terlibat dalam kasus
di atas! Serta apa yang membedakan ke-2 nya ?

Dalam soal tersebut, dikatakan terkait perihal klausul penyelesaian sengketa yang
menggunakan forum mediasi, namun disisi lain setelah perusahaan B melakukan
wanprestasi sehingga perusaan A mengajukan gugatan kesalah satu lembaga
arbitrase. Sehingga berdasar analisis saya dalam kasus tersebut penyelesaian
sengketa adalah melalui forum mediasi sesuai klausul dan selanjutnya adalah
berdasar lembaga arbitrase.

Arbitrase dan mediasi merupakan bagian dari alternative dispute resolution


(alternatif penyelesaian sengketa). Di mana mengenai alternatif penyelesaian
sengketa ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (“UU 30/1999”). Dalam Pasal 1
angka 10 UU 30/1999, alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

Menurut Pasal 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang


Prosedur Mediasi di Pengadilan (“Peraturan MA 1/2016”), mediasi adalah cara
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh Mediator. Mediator disini adalah
Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator sebagai pihak netral yang
membatu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai
kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian.

Arbitrase menurut Pasal 1 angka 1 UU 30/1999 adalah cara penyelesaian


sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Sengketa arbitrase diawali dengan adanya sebuah kontrak kerjasama antara


kedua belah pihak, apabila diantara kedua belah pihak tidak dapat menyelesaikan
tugasnya sesuai dengan perjanjian / kontrak yang telah disepakati, pihak yang
dirugikan dapat melakukan arbitrase untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi. Proses awal arbitrase dilakukan dengan cara kedua belah pihak
menentukan bersama Arbiter yang akan menjadi eksekutor atau pengambil
keputusan dalam permasalahan yang terjadi. Arbiter adalah seorang atau lebih
yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan
Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai
sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase. Pemilihan
Arbiter berdasarkan kesepakatan dilakukan agar Arbiter yang dipilih independen.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. B. Telaah apakah kasus di atas telah sesuai dengan dasar yang dimiliki
oleh ajaran positivisme hukum ?

Aliran Hukum Positif atau Positivisme Hukum merupakan salah satu aliran dalam
filsafat hukum. Aliran ini memandang perlu memisahkan secara tegas antara
hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya,
antara das sein dan das sollen). Positivisme Hukum sangat mengagungkan hukum
yang tertulis dan menganggap bahwa tidak ada norma hukum di luar hukum
positif. Bagi aliran ini, semua persoalan dalam masyarakat harus diatur dalam
hukum tertulis. Sikap penganut aliran ini dilatarbelakangi oleh penghargaan yang
berlebihan terhadap kekuasaan yang menciptakan hukum tertulis, mereka
menganggap kekuasaan itu adalah sumber hukum dan kekuasaan adalah hukum.

Austin membedakan hukum menjadi dua jenis, yaitu hukum dari Tuhan untuk
manusia dan hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia
kemudian dibedakan lagi menjadi:

1. Hukum yang sebenarnya (hukum positif), yaitu hukum yang dibuat oleh
penguasa dan hukum yang disusun oleh manusia secara individu untuk
melaksanakan hak-hak yang diberikan kepadanya. Hukum yang sebenarnya
memiliki empat unsur, yaitu perintah (command), sanksi (sanction),
kewajiban (duty) dan kedaulatan (sovereignty).
2. Hukum yang tidak sebenarnya, adalah hukum yang tidak dibuat oleh
penguasa, sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum, contohnya
peraturan dari suatu organisasi olahraga.

Sehingga menurut saya pada kasus tersebut sesuai dengan dasar dalam positivme
hukum.

2. A. Analisa pertimbangan hakim apabila Z tidak dipidana? Berikan pasal


yang mendukung jawaban anda dalam KUHP.

Pertimbangan saya mengapa Z tidak dipidana setelah menembak tersangka


bandar Narkoba karena itu bukan pelanggaran Hukum dan tidak melanggar HAM,
dimana Seoarang Anggota Kepolisian wajib bekerja secara profesional dan wajib
melaksanakan semua amanah Undang-Undang, baik KUHP maupun UU No. 35
Tahun 2009, yang secara tegas memberikan hukuman setimpal bagi pelanggar
berat kejahatan narkotika berupa hukuman mati. Dalam putusan Mahkamah
Konstitusi dijelaskan bahwa penerapan sanksi pidana mati bagi para pelaku tindak
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

pidana Narkotika tidak melanggar hak asasi manusia, akan tetapi justru para
pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia lain, yang memberikan
dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang akan datang, Selain
itu, hukuman mati telah diatur dalam KUHP, pasal 10 yang merupakan bagian dari
sistem hukum nasional dan telah berlaku berabad-abad lamaya, Pelaksanaan
hukuman mati tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan ICCPR. Dalam
membaca dan menafsirkan pasal-pasal dalam UUD 1945 tidak bisa sepotong-
sepotong, hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam pasal 28 a
dan 28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan pasal 28 j
ayat (2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat yang demokratis.International Covenant on Civil and Political
Rights (ICCPR), yang sudah diratifikasi oleh Indonesia dalam pasal 6 ayat (1)
menyatakan : Every human being has the inherent right to life. This right shall be
protected by law. No one shall be arbitrarily deprived of his life,Tetapi ICCPR
masih membolehkan adanya hukuman mati bagi tindak pidana narkotika karena
kejahatan narkotika adalah kejahatan extra ordinary most serious transnational
organized crime

2. B. Berikan opini untuk mereview alasan pembenar tidak dipidananya Z?


Tindak pidana yang menyangkut narkotika merupakan tindak pidana khusus yang
menyebar secara Nasional dan Internasional, karena penyalahgunaannya
berdampak negatif dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara sehingga
Secara Perundang-Undangan Z dalam kondisi melaksakan misi sesuai dengan
perintah Undang Undang baik KUHP maupun UU No. 35 Tahun 2009, yang secara
tegas memberikan hukuman setimpal bagi pelanggar berat kejahatan narkotika.

Kewenangan melakukan tugas represif dalam hal ini tembak ditempat oleh aparat
kepolisian disebut dengan diskresi kepolisian aktif, dan umumnya tugas ini
kewenangannya diberikan kepada aparat kepolisian unit reserse. Setiap
melakukan tindakan, aparat kepolisian mempunyai kewenangan bertindak
menurut penilaiannya sendiri dan hal inilah yang terkadang disalahgunakan oleh
aparat Kepolisian. Kewenangan ini tertulis di dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia berisi
: “Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya
sendiri”. Pasal ini dapat disebut dengan kewenangan diskresi. Adapun pengertian
diskresi Kepolisan menurut Thomas J. Aaron adalah ”Suatu wewenang yang
diberikan kepada Polisi,untuk mengambil keputusan dalam situasi tertentu yang
membutuhkan pertimbangan sendiri dan menyangkut masalah moral, serta
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

terletak dalam garis batas antara hukum dan moral”. Dalam melakukan tugas nya,
tak jarang pihak kepolisian melakukan tindakan tembak di tempat terhadap pelaku
yang diduga kuat sebagai pengedar narkotika. Secara formal prosedur
penggunaan senjata api telah diatur dalam Peraturan Kapolri No. 1 Tahun 2009
Tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian. Pasal 5 ayat (1)
menyatakan “Tahapan penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian terdiri
dari Tahap 1 : kekuatan yang memiliki dampak deterrent/pencegahan, Tahap 2 :
perintah lisan, Tahap 3 : kendali tangan kosong lunak, Tahap 4 : kendali tangan
kosong keras, Tahap 5 : kendali senjata tumpul, senjata kimia antara lain gas air
mata, semprotan cabe atau alat lain sesui dengan standar Polri.

3. A. Analisa kerangka kerja legal dogmatic pada wacana kasus di atas


Dogmatika hukum/Ajaran Hukum adalah cabang ilmu hukum yang memaparkan
dan mensistematisasi hukum positif yang berlaku dalam suatu masyarakat
tertentu dan pada kurun waktu tertentu dari sudut pandang normatif. Sudut
pandang normatif ini dapat berupa yuridik internal ataupun ekstra yuridik.
Dogmatis hukum adalah mempelajari peraturan dari aspek teknik yuridis dan
berbicara hukum dari sisi hukum dan masalah hukum konkret, aktual atau
potensial juga untuk melihat hukum dari prespektif yang penting.
Dogmatika hukum bertujuan untuk memberikan suatu pemaparan dan
sistematisasi hukum positif yang berlaku.
Dogmatika hukum membangun disatu pihak suatu instrumentarium tehnikal-
yuridik dan suatu sistem hukum positif dan di lain pihak berupaya menemukan
penyelesaian yang paling adekuat bagi masalah-masalah hukum konkret.
Instrumentarium tehnik-yuridik dan sistem hukum tersebut dibangun atas dasar
masalah-masalah yang tergadapnya praktek-praktek hukum dikonfrontasi,
sementara masalah-masalah ini pada gilirannya disituasikan ke dalam konteks
hukum positif yang berlaku.

Dogmatika hukum membatasi diri pada pemaparan dan sistematisasi dari hukum
positif yang berlaku, dalam arti bahwa kegiatan ini tidak dapat dipandang
sebagai netral dan obyektif melainkan berlangsung dengan beranjak dari suatu
sudut pendekatan subyektif atau inter-subyektif. Berkenaan dengan tipe-tipe
ilmu klasik seperti fisika dan sejarah, dogmatika hukum tidak bertujuan mencari
penjelasan yang melandasi atau meramalkan gejala-gejala hukum.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. B. Review pasal yang dapat digunakan untuk melaporkan perbuatan B.


Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Pencurian. Pasal 362
KUHP tentang pencurian merumuskan, “Barangsiapa mengambil seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau denda paling banyak enam puluh rupiah”. Bagian inti delik (delict
bestanddelen) adalah :
1. barangsiapa;
2. mengambil;
Kata mengambil (wegnemen) dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan
tangan dan jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkannya ke lain
tempat.Perbuatan mengambil juga diartikan perbuatan yang mengakibatkan
barang dibawah kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang
berada di luar kekuasaan pemiliknya.Menurut HR tanggal 12 Nopember 1894
pengambilan telah selesai jika barang berada pada pelaku, sekalipun ia kemudian
melepaskan karena diketahui.sesuatu barang;
3. sesuatu barang
dalam pengertian sesuatu barang, tidak hanya yang mempunyai nilai ekonomis
akan tetapi termasuk juga yang mempunyai nilai non ekononomis seperti karcis
kereta api yang telah terpakai (HR 28 April 1930) dan sebuah kunci sehingga
pelaku dapat memasuki rumah orang lain (HR 25 Juli 1933).
4. barang itu seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain;
Barang yang diambil oleh pelaku tidak perlu kepunyaan orang lain pada
keseluruhannya, barang itu bisa saja merupkan milik atau kepunyaan bersama
antara korban dan pelaku.
5. dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.
Perbuatan mengambil barang orang lain itu dilakukan oleh pelaku untuk
memilikinya yang dikendaki tanpa hak atau kekuasaan pelaku. Dalam hal ini
pelaku harus menyadari bahwa barang yang diambilnya ialah milik orang lain.

4. Analisalah pada kasus tersebut, apakah dapat diberlakukan kasus retroaktif


serta berikan alasan anda !
Kasus pada soal dapat diberlakukan kasusu retroaktif dimana bahwa Pemberlakuan
asas retroaktif hanya berkaitan dengan hukum pidana materiil. Dari kalimat “nullum
delictum” yang artinya “tidak ada delik” dan “nulla poena” yang artinya “tidak ada
pidana” menunjukan bahwa hal tersebut merupakan ranah hukum pidana materiil.
Penentuan delik dan pidana, ditentukan dalam hukum pidana materiil. Suatu
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

ketentuan adalah mengandung pemberlakuan secara retroaktif jika


ketentuan tersebut : menyatakan seseorang bersalah karena melakukan suatu
perbuatan yang ketika perbuatan tersebut bukan merupakan perbuatan yang dapat
dipidana dan menjatuhkan hukuman atau pidana yang lebih berat daripada
hukuman atau pidana yang berlaku pada saat perbuatan itu dilakukan.
Bahwa pejabat A menggunakan obat obatan disebuah diskotik, akan tetapi tidak
masuk dalam kategori obat obatan terlarang sehingga tidak ada delik untuk
penangkapan dari pejabat A tersebut.

You might also like