You are on page 1of 57

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

PUSKESMAS

di

UPT. PUSKESMAS GLUGUR KOTA


MEDAN

Disusun oleh:

Nova Rianti, S.Farm. 2129013062


Yuli Ramadani Ritonga, S.Farm. 2129013090

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
PUSKESMAS

di

UPT. PUSKESMAS GLUGUR KOTA


MEDAN

Disusun
Laporan ini disusun untuk oleh: salah satu syarat untuk
melengkapi
memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi
Nova Rianti, S.Farm.Tjut Nyak Dhien
Universitas 2129013062
Yuli Ramadani Ritonga, S.Farm. 2129013090

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


PUSKESMAS

di

UPT. PUSKESMAS GLUGUR KOTA


MEDAN

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien - Medan

Disusun Oleh :

Nova Rianti, S.Farm. 2129013062


Yuli Ramadani Ritonga, S.Farm. 2129013090

Mengetahui:

Pembimbing,
Apoteker Penanggungjawab Ketua Prodi Profesi Apoteker
UPT. Puskesmas Glugur Kota Fakultas Farmasi
Medan Universitas Tjut Nyak Dhien

apt. Christin N. Purba, S.Farm. apt. Sumardi, M.Sc.


NIP: 199412202019032005 NIDN: 0107088201

Medan, Februari 2022


Fakultas Farmasi
Universitas Tjut Nyak Dhien Medan
Dekan,

Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si.


NIDN: 0110028603
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT., atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan

pada tanggal 03 Januari sampai 15 Januari 2022 di UPT. Puskesmas Glugur Kota

Medan. Ada pun Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPA) di Fakultas

Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien untuk mencapai gelar Apoteker.

Selama melaksanakan PKPA ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak baik berupa arahan, bimbingan dan masukan. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Hj. Cut Sartini sebagai Ketua Yayasan Apipsu dan Bapak Dr. Kurniawan

Sinaga, S.Pt., M.Si. Selaku Rektor Universitas Tjut Nyak Dhien

2. Ibu Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Tjut Nyak Dhien.

3. Bapak apt. Sumardi, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien.

4. Bapak dr. H. Edwin Efendi, M.Sc., selaku Kepala Dinas Kesehatan Pemko

Medan.

5. Bapak drg. Toji Hamonangan Nasution selaku pelaksana tugas (plt) Kepala

UPT. Puskesmas Glugur Kota Medan, yang telah memberikan fasilitas

selama PKPA.

6. Ibu apt. Christin N. Purba, S.Farm. selaku Pembimbing PKPA di UPT.

Puskesmas Glugur Kota Medan yang telah banyak mengarahkan penulis

iv
dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan

saran-saran selama praktik kerja dan penyusunan laporan ini. Penulis

menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

7. Kepada staf Puskesmas yang telah banyak membantu penulis selama

melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker di UPT Puskesmas Glugur

Kota Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang tiada terhingga kepada orangtua dan keluarga yang selalu memberikan cinta

dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, motivasi, dorongan baik

moril maupun materil, beserta doa yang tulus. Teman-teman seperjuangan Praktik

Kerja Profesi Apoteker Angkatan VIII, semoga persahabatan kita senantiasa

terjaga.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Medan, Februari 2022

Penulis

v
RINGKASAN

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di UPT Puskesmas Glugur Kota


Medan telah dilaksanakan pada tanggal 03 Januari sampai 15 Januari 2022. PKPA
ini dilaksanakan dalam upaya untuk memberikan perbekalan, keterampilan dan
keahlian kepada calon apoteker dengan melihat secara langsung cara pengelolaan
perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di puskesmas
serta peran dan tugas apoteker dalam melaksanakan pelayanan farmasi klinis di
puskesmas.
Kegiatan ini bertujuan agar calon apoteker mampu memahami fungsi dan
peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Mampu dan
memahami pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai serta pelayanan farmasi klinis di puskesmas secara profesional sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah profesi yang berlaku.
Kegiatan PKPA di UPT Puskesmas Glugur Kota, yang dilakukan meliputi
melihat dan mempelajari cara pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan
dan pengarsipan serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan di puskesmas. Selain
itu juga mempelajari pelayanan farmasi klinis di puskesmas yang meliputi
pengkajian resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat, Pelayanan
Informasi Obat (PIO), Konseling, Home pharmacy care.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
RINGKASAN................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 11
1.1 Latar Belakang......................................................................... 11
1.2. Tujuan...................................................................................... 13
1.3 Manfaat.................................................................................... 14
1.4 Pelaksanaan Kegiatan.............................................................. 14
BAB II TINJAUAN UMUM PUSKESMAS................................................ 15
2.1 Defenisi Puskesmas................................................................. 15
2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang....... 16
2.2.1 Prinsip penyelenggaraan puskesmas........................... 16
2.2.2 Tugas puskesmas........................................................ 17
2.2.3 Fungsi puskesmas....................................................... 17
2.2.4 Wewenang puskesmas................................................ 17
2.2.5 Organisasi puskesmas................................................. 18
2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas....................... 18
2.3.1 Sumber daya manusia................................................. 18
2.3.2 Sarana dan prasarana................................................... 19
2.3.3 Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai.......... 21
2.3.4 Pelayanan farmasi klinik............................................. 26
2.3.5 Pengkajian dan pelayanan resep................................. 26
2.3.6 Pelayanan informasi obat (PIO).................................. 28
2.3.7 Konseling.................................................................... 29
2.3.8 Ronde/visite pasien..................................................... 30
2.3.9 Monitoring efek samping obat (MESO)..................... 32

vii
2.3.10 Pemantauan terapi obat (PTO).................................... 33
2.3.11 Evaluasi penggunaan obat........................................... 34
BAB III TINJAUAN KHUSUS UPT. PUSKESMAS GLUGUR KOTA..... 35
3.1 Gambaran Umum Puskesmas.................................................. 35
3.2 Visi dan Misi UPT. Puskesmas Glugur Kota.......................... 35
3.3 Upaya Kesehatan..................................................................... 36
3.4 Sarana Kesehatan..................................................................... 37
3.5 Tenaga Kesehatan.................................................................... 39
3.6 Pola Penyakit........................................................................... 40
3.7 Pekerjaan Kefarmasian di Puskesmas Glugur Kota................ 40
3.8 Penjabaran Kegiatan Praktek Kerja Lapangan........................ 41
3.8.1 Pelayanan farmasi klinik............................................. 41
3.8.2 Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai.......... 42
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 49
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 49
5.2 Saran........................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 51
LAMPIRAN..................................................................................................... 52

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Fasilitas Gedung Permanen.............................................................. 37
Tabel 3.2 Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Glugur Kota............................. 39
Tabel 3.3 Data 10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Glugur Kota................ 40

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Puskesmas Glugur Kota.............................................................. 52
Lampiran 2. Struktur Organisasi...................................................................... 53
Lampiran 3. Resep........................................................................................... 54
Lampiran 4. Etiket............................................................................................ 55
Lampiran 5. Kartu Stok.................................................................................... 56
Lampiran 6. Catatan Dokumen Laporan Pemakaian dan Lebar Penerimaan
Obat............................................................................................. 57

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjukkan

derajat kesejahteraan manusia sehingga dapat menjadi landasan utama dalam

pembangunan nasional suatu bangsa. Menurut Undang - Undang No. 36 tahun

2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah keadaan sehat, baik

secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan untuk setiap

orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Oleh karena itu kesehatan

merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting, karena setiap

manusia berhak mendapatkan kesehatan tanpa memandang status ekonomi, suku,

agama dan ras.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat dengan meningkatkan, memfasilitasi dan memanfaatkan

sarana kesehatan yang ada. Menurut peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun

2016 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Pusat Kesehatan

Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit pelaksana teknis

dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai salah satu

sarana kesehatan melakukan berbagai upaya kesehatan meningkatkan derajat

kesehatan. Upaya kesehatan yang dilakukan puskesmas diantaranya melalui

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

11
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,

yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan

diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kerja yang ada di

puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Salah satu

tenaga kesehatan yang ada di puskesmas adalah tenaga kefarmasian, dimana yang

termasuk dalam tenaga kefarmasian adalah Apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian.

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas dilaksanakan pada

unit pelayanan berupa ruang farmasi yang dipimpin oleh seorang apoteker sebagai

penanggung jawab. Seorang apoteker dituntut dapat mampu mengidentifikasi,

mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan

dengan kesehatan mengingat akan tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu pelayanan kefarmasian. Kehadiran apoteker merupakan salah

satu implementasi dari peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang

mengharuskan adanya perluasan dari paradigm lama yang berorientasi pada

produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien

(patient oriented).

Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas harus

memiliki pengetahuan mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat

memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Mengingat akan pentingnya

12
tugas dan fungsi seorang apoteker di Puskesmas, maka calon apoteker perlu

dibekali melaui Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Pada kesempatan ini

Fakultas Farmasi Sumatera Utara bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Pemko

Medan, yaitu UPT. Puskesmas Glugur Kota dalam penyelenggaraan Praktik Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei – 29 Mei 2019.

Oleh karena itu, melalui Praktik Kerja Profesi apoteker (PKPA) di UPT.

Puskesmas Glugur Kota, diharapkan calon Apoteker dapat memiliki pengalaman,

pengetahuan, informasi dan keterampilan dalam melaksanakn tugas dan wewenag

seorang Apoteker terutama di Puskesmas sehingga dapat menjadi calon apoteker

profesional yang siap terjun ke lingkungan masyarakat.

1.2. Tujuan

Tujuan praktik kerja profesi Apoteker di Puskesmas adalah:

1. Untuk meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan

tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskemas.

2. Untuk membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian di Puskesmas

3. Untuk memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan

mempelajari strategi dan pengembangan Puskesmas.

4. Untuk mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja

5. Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang permasalahan pekerjaan

kefarmasian di Puskesmas.

13
1.3 Manfaat

Manfaat praktek kerja profesi apoteker di Puskesmas adalah:

1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.

2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di

Puskesmas

3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Puskesmas

1.4 Pelaksanaan Kegiatan

PKPA di UPT. Puskesmas Glugur Kota Medan dilaksanakan pada tanggal

03 Januari sampai 15 Januari 2022.

14
BAB II
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Defenisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menaggulangi

timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatau kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,

pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit dan

memulihkan kesehatan perorangan.

Menurut Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, bahwa

pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang:

a. Memiliki prilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu

c. Hidup dalam lingkungan sehat

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

15
2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang
2.2.1 Prinsip penyelenggaraan puskesmas

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi oleh

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatanyang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa

membedakan status social, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah

dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan.

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkordinasikan penyelenggaraan UKM

dan UKP lintas program dan lintas sector serta melaksanakan system rujukan

yang di dukung dengan manajemen puskesmas.

16
2.2.2 Tugas puskesmas

Tugas Puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

2.2.3 Fungsi puskesmas

Fungsi Puskesmas adalah

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

b. Penyelenggraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2.2.4 Wewenang puskesmas

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKM adalah untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan pemberdayaan masyarakat

dibidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sector lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia kesehatan.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses mutu dan

cakupan pelayanan kesehatan

17
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penaggulangan

penyakit.

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKP adalah untuk:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara koprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif dan

preventif

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.2.5 Organisasi puskesmas

Pola struktur organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) telah

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) Nomor 75 Tahun

2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Struktur Organisasi Puskesmas paling

sedikit harus memiliki:

a. Kepala Puskesmas

b. Kepala sub bagian tata usaha

c. Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat

d. Pananggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium

e. Penangung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas

pelayanan kesehatan.

2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


2.3.1 Sumber daya manusia

Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di

puskesmas adalah minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga

18
Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan apoteker di Puskesmas dihitung

berdasarakan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta

memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah

Apoteker di Puskesmas bila memungkinkan di upayakan 1 (satu) Apoteker untuk

50 (lima puluh) pasien perhari (Menkes, RI., 2016).

Kompetensi apoteker di puskesmas sebagai berikut:

1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

2. Mampu mengambil keputusan secara professional.

3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan

lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal.

4. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,

sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date)

Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan

apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut (Depkes, RI.,

2006).

2.3.2 Sarana dan prasarana

Sarana adalah suatu temapat, fasilitas yang secara langsung terkait dengan

pelayanan kefarmasian, sedangkan prasarana dalah tempat, fasilitas dan peralatan

yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Dalam upaya

mendukung pelayanan kefarmasian di puskesmas diperlukan adanya sarana dan

prasarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap,

jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien (Depkes RI, 2006)

19
Menurut Permenkes No 74 tahun 2016 tentan Standar pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas, sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan

kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:

1. Ruang Penerimaan resep

Ruang penerimaaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set meja

dan kursi, serta 1 (satu) set computer jika memungkinkan. Ruang penerimaan

resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.

2. Ruang pelayanan resep dan peracikan

Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan

meja peracikan. Diruang peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan

obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas

obat, lemari pendingin, temperature ruangan, blangko salinan resep, etiket dan

label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku referensi standar sesuai

kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya

dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin

ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.

3. Ruang penyerahan obat

Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan

penyerahan oabt. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan dengan ruang

penerimaan resep.

4. Ruang konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,

buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku

20
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan

pasien, dan lemari arsip, serta 1 (satu) set computer jika memungkinkan.

5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan kemanan

petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang

penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin

ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus nerkotka dan

psikotropika, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari

penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.

6. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpandokumen yang berkaitan dengan

pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian dalam

jangka waktu tertentu.

Istilah ruang disini tidak harus diartkan sebagai wujud ruangan secara fisik,

namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan setiap fungsi

tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka apat digabungkan

lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas antar fungsi.

2.3.3 Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu

kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan

pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin

kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis pakai

21
yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga

kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan

pengendalian mutu pelayanan.

Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi:

1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis

pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang

mendekati kebutuhan;

b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas

setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di puskesmas. Proses seleksi obat

dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit,

pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana

pengembangan. Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai juga harus

mengacu pada daftar obat esensial nasional (doen) dan formularium nasional.

Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas

seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang

berkaitan dengan pengobatan.

Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang

(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan

menggunakan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO).

22
Selanjutnya instalasi farmasi kabupaten/kota akan melakukan kompilasi dan

analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan

pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat,

buffer stock, serta menghindari stok berlebih.

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi

kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan

perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada dinas

kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam

menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi kabupaten/kota

sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar obat yang

diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh

puskesmas.

4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan

pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari

kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di

puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut:

23
a. Bentuk dan jenis sediaan

b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)

c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar dan

d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan

pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan

teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan

jaringannya.Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit

pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,

jumlah dan waktu yang tepat.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas

b. Puskesmas Pembantu

c. Puskesmas Keliling

d. Posyandu; dan

e. Polindes.

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan

dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian

obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan

pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat

sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

6. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

24
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk

memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan

program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.Tujuannya adalah

agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan

dasar.

Pengendalian Obat terdiri dari:

a. Pengendalian persediaan

b. Pengendalian penggunaan

c. Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

7. Administrasi

Administrasi meliputi Pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian

kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara

tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan,

didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya.

Pencatatan dan pelaporan adalah :

a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah

dilakukan

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;

c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

8. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

25
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan

obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas

maupun pemerataan pelayanan.

b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai.

c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

2.3.4 Pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi klinis merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian

yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan

bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes RI, 2016)

Tujuan pelayanan farmasi klinis bertujuan untuk:

1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas

2. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,

keamanan dan efisiensi obat dan bahan medis habis pakai

3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien

yang terkait dalam pelayanan kefarmasian

4. Melaksanakan kebijakan obat di puskesmas dalam rangka meningkatkan

penggunaan obat secara rasional

2.3.5 Pengkajian dan pelayanan resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,

persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan.

26
Persyaratan administrasi meliputi:

1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

2. Nama, dan paraf dokter.

3. Tanggal resep.

4. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

1. Bentuk dan kekuatan sediaan.

2. Dosis dan jumlah Obat.

3. Stabilitas dan ketersediaan.

4. Aturan dan cara penggunaan.

5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

Persyaratan klinis meliputi:

1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.

2. Duplikasi pengobatan.

3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.

4. Kontra indikasi.

5. Efek adiktif.

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat

merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik

Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi

yang memadai disertai pendokumentasian.

Tujuan:

1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

27
2.3.6 Pelayanan informasi obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Tujuan:

1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di

lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan

Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan

mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang

memadai).

3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan:

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif

dan pasif.

2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat atau tatap muka.

3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.

4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta

masyarakat.

5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga

kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan

Kefarmasian.

28
2.3.7 Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah

pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,

serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan

pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain

tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek

samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.

Kegiatan:

1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter

kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),

misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara

pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.

3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat

4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat

untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1. Kriteria pasien:

a. Pasien rujukan dokter.

b. Pasien dengan penyakit kronis.

c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.

d. Pasien geriatrik.

e. Pasien pediatrik.

29
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

2. Sarana dan prasarana:

a. Ruangan khusus.

b. Kartu pasien/catatan konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan

mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya lanjut usia, lingkungan sosial,

karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kebingungan atau kurangnya

pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau

alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy

Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.

2.3.8 Ronde/visite pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan

secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,

perawat, ahli gizi, dan lain-lain.

Tujuan:

1. Memeriksa Obat pasien.

2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan

mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.

3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan

Obat.

4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam

terapi pasien.

Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan

dokumentasi dan rekomendasi.

30
Kegiatan visite mandiri:

1. Untuk Pasien Baru

a. Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.

b. Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal

pemberian Obat.

c. Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah,

mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan

pasien.

d. Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait

Obat yang mungkin terjadi.

2. Untuk pasien lama dengan instruksi baru

a. Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.

b. Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.

3. Untuk semua pasien

a. Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.

b. Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah

dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.

Kegiatan visite bersama tim:

1. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan

pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.

2. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga

pasien terutama tentang Obat.

3. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.

31
4. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat

yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.

Hal hal yang perlu diperhatikan:

1. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.

2. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.

3. Memahami teknik edukasi.

4. Mencatat perkembangan pasien.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan

terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk

itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)

agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan

Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.

2.3.9 Monitoring efek samping obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi

fungsi fisiologis.

Tujuan:

1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak

dikenal dan frekuensinya jarang.

2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat

dikenal atau yang baru saja ditemukan.

32
Kegiatan:

1. Menganalisis laporan efek samping Obat.

2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami

efek samping Obat.

3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Faktor yang

perlu diperhatikan:

a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

2.3.10 Pemantauan terapi obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan

terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping.

Tujuan:

1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.

2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.

Kriteria pasien:

1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

3. Adanya multidiagnosis.

4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang

merugikan.

33
2.3.11 Evaluasi penggunaan obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara

terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai

indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).

Tujuan:

1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.

2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.

34
BAB III
TINJAUAN KHUSUS UPT. PUSKESMAS GLUGUR KOTA

3.1 Gambaran Umum Puskesmas

UPT Puskesmas Glugur Kota terletak di jalan KL. Yos Sudarso No. 47

Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat, dengan luas wilayah 197 Ha. Wilayah

kerja UPT. Puskesmas Glugur Kota Meliputi 2 kelurahan dengan 23 lingkungan,

yaitu :

1. Kelurahan Silalas, dengan luas 95 Ha (12 Lingkungan)

2. Kelurahan Kesawan, dengan luas 102 Ha (11 Lingkungan)

Wilayah UPT. Puskesmas Glugur Kota memiliki batas wilayah sebagai

berikut :

a. Utara : Kelurahan Glugur Kota

b. Selatan : Kelurahan Jati

c. Barat : Kelurahan Sei Agul

d. Timur : Kelurahan Gaharu

Secara demografis, penduduk di wilayah kerja UPT. Puskesmas Glugur

Kota adalah 12.449 jiwa yang terdiri dari laki-laki 5.415 jiwa dan perempuan

5.876 jiwa (Profil Puskesmas Glugur Kota, 2018).

3.2 Visi dan Misi UPT. Puskesmas Glugur Kota

Visi UPT Puskesmas Glugur Kota

Mewujudkan masyarakat Kelurahan Kesawan dan Silalas sehat 2022

Misi UPT Puskesmas Glugur Kota

1. Memberikan pelayanan prima

2. Mengembangkan sistem menajemen Kesehatan

35
3. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dibidang Kesehatan

4. Pengembangan sumber daya manusia yang profesional

5. Mengembangkan kemitraan lintas sektoral

3.3 Upaya Kesehatan

UPT Puskesmas Glugur Kota sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama di wilayah kerja Medan Barat, menyelenggarakan upaya kesehatan wajib

dan upaya kesehatan pengembangan.

1. Upaya Kesehatan Wajib

a. Pelayanan Pemeriksaan Umum

b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

c. Pelayanan Gawat Darurat

d. Pelayanan Gizi

e. Pelayanan Kefarmasian

f. Pelayanan Laboratorium

2. Upaya Kesehatan Masyarakat

a. Promosi Kesehatan

b. Kesehatan Lingkungan

c. Usaha Kesehatan Sekolah

d. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

e. Perawatan Kesehatan Masyarakat

f. Pelayanan KIA-KB yang Bersifat UKM

g. Pelayanan Gizi yang Bersifat UKM

3. Upaya Kesehatan Pengembangan

a. Pelayanan Kesehatan lansia

36
b. Pelayanan Kesehatan Indera

c. Pelayanan Kesehatan Jiwa

d. Pelayanan Kesehatan Olahraga

e. Pelayanan Kesehatan Kerja

f. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut yang Bersifat UKM

3.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Glugur Kota untuk

mendukung setiap kegiatan pelayanan agar pasien dapat merasa nyaman selama

mendapatkan pelayanan Kesehatan adalah bangunan yang memiliki 2 lantai,

dimana lantai 1 difokuskan untuk pengobatan dasar, rujukan, dan konsultasi.

Sedangkan lantai 2 digunakan untuk unit administrasi dan aula.

Sarana / Fasilitas Puskesmas Glugur Kota, meliputi :

1. Fasilitas Gedung Permanen


Tabel 3.1 Fasilitas Gedung Permanen
No Fasilitas Gedung Jumlah
1 Ruang Dokter Periksa Pasien 2
2 Ruang Obat 1
3 Ruang Suntik / Tindakan 1
4 Ruang Pemeriksaan Gigi dan Mulut 1
5 Ruang KIA / KB 1
6 Ruang Loket / kartu 1
7 Ruang Tunggu Pasien 1
8 Ruang Gizi 1
9 Ruang Kepala Puskesmas 1
10 Ruang Rapat 1
11 Ruang Tata Usaha dan Konsultasi 1
12 Laboratorium Sederhana 1
13 Kamar Mandi / WC 5

2. Fasilitas Alat – alat Kesehatan

a. Alat-alat pemeriksaan pasien umum

b. Alat-alat pemeriksaan pasien gigi

37
c. Alat-alat pemeriksaan persalinan

d. Alat-alat P3K

e. Timbanyak Bayi (dacin) dan Dewasa

f. Lemari pendingin tempat bahan-bahan Immunisasi

g. Alat-alat Laboratorium sederhana

3. Fasilitas Obat – obatan

a. Semua obat JKN : E.katalog, Non E.katalog, Swakelola

b. NON JKN : APBD, APBN, DAK

c. HIBAH

4. Fasilitas Administrasi

Dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokonya dalam bidang pencatatan

dan pelaporan data, maka Puskesmas Glugur Kota didukung oleh fasilitas

administrasi yang terdiri dari :

a. Meja

b. Kursi

c. Lemari Arsip

d. Kartu Berobat Penderita

e. Formular Laporan Kegiatan

f. Buku catatan

g. Komputer

h. Laptop

i. Printer

j. Dll

38
5. Fasilitas Imunisasi

Fasilitas imunisasi yang dimiliki Puskesmas Glugur Kota adalah :

a. Lemari Es

b. Alat – alat Imunisasi

c. Vaksin seperti: BCG, DPT, Polio, Campak, TT, Hepatitis

6. Fasilitas Media Penyuluhan

Fasilitas Media Penyuluhan yang dimiliki Puskesmas Glugur Kota adalah:

a. Brousur

b. Leaflet

c. Spanduk

3.5 Tenaga Kesehatan

UPT Puskesmas Glugur Kota memiliki 27 orang tenaga kesehatan baik

medis, paramedis maupun non medis yang memadai.

Tabel 3.2 Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Glugur Kota


No Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 1
3 Perawat 8
4 Bidan 3
5 Perawat Gigi 1
6 Penyuluh 2
7 Analis 1
8 Nutrisionis 1
9 Asisten Apoteker 1
10 Apoteker 1
11 Pelaksana 2
12 Petugas Non Medis 3

39
3.6 Pola Penyakit

Berdasarkan kunjungan pasien selama satu tahun di UPT Puskesmas

Glugur Kota didapatkan data 10 besar penyakit yang ada di wilayah kerja UPT

Puskesmas Glugur Kota. Data dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Data 10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Glugur Kota


No Nama Penyakit Jumlah

ISPA 1333
2 Penyakit tekanan darah tinggi 907
3 Penyakit pada sitem otot dan jaringan 446
(peny. Tulang belulang, radang sendi, termasuk reumatik)
4 Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 340
5 Karies Gigi 710
6 Infeksi Penyakit Usus Lainnya 474
7 Diare 497
8 Gingivitis dan Penyakit Periodental 195
9 Penyakit Kulit Alergi 333
10 Penyakit lain pada saluran pernafasan atas 124

3.7 Pekerjaan Kefarmasian di Puskesmas Glugur Kota

Dalam melaksanakan kegiatan kefarmasian pada praktek kerja lapangan di

Puskesmas Glugur Kota, Mahasiswa jurusan Farmasi Universitas Tjut Nyak

Dhien Medan berjumlah 2 orang sebagai Apoteker.

Kegiatan PKPA :

1. Pengkajian resep

2. Penyerahan obat

3. Pemberian informasi obat

4. Pelayanan informasi obat

5. Konseling

6. Menyiapkan obat dengan jumlah tertentu yang sering diresepkan dokter untuk

mempercepat proses pelayanan obat.

40
7. Mengecek stok obat

8. Mengisi kartu stok untuk barang masuk dan keluar

9. Perencanaan kebutuhan obat

10. Permintaan obat

11. Penerimaan obat

12. Penyimpanan obat

13. Pengendalian obat

14. Pendistribusian obat

15. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan

3.8 Penjabaran Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Pelayanan obat di puskesmas dilaksanakan di bagian unit farmasi. Tenaga

kerja farmasi di puskesmas Glugur Kota terdiri dari satu orang apoteker dan satu

orang asisten apoteker.

3.8.1 Pelayanan farmasi klinik

1. Pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat

Pengkajian resep meliputi hal-hal berikut :

a. Pemeriksaan kelengkapan administrative resep yaitu: nama dokter, nomor

surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, nama obat,

jumlah obat, nama pasien, dan umur pasien.

b. Kesesuaian farmasetik meliputi, bentuk sediaan, kekuatan sediaan,

stabilitas dan kompatibilitas

c. Pertimbangan klinis meliputi: ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan

cara dan lama pemakaian obat, duplikasi/polifarmasi, reaksi obat yang

41
tidak diinginkan, kontra indikasi, dan interaksi obat. Konsultasikan dengan

dokter apabila di temukan masalah pada resep.

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan informasi obat dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan

informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi

kesehatan lainnya dan pasien.

Kegiatannya meliputi:

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada pasien secara pro aktif

dan pasif

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan

3.8.2 Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

1. Perencaan kebutuhan obat

Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di pusk4smas

glugur kota setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di puskesmas.

Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan

mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data

mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi obat dan bahan medis

habis pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan

Formularium Nasional.

Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang.

Puseksmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

42
2. Permintaan obat dan bahan medis habis pakai

Permintaan diajukan kepada dinas kesehatan kabupaten atau kota sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan daerah setempat.

3. Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai

Petugas menerimaan melakukan pengecekan terhadap obat dan bahan medis

habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah obat,

bentuk obat sesuai dengan dokumen, ditanda tangani oleh petugas penerima, dan

diketahui oleh kepala puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka petugas

penerima dapat mengajukan keberatan.

4. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

Penyimpnan obat dan bahan medis habis pakai di puseksmas glugur kota

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Bentuk dan jenis sediaan

b. Stabilitas (suhu)

c. Narkotik dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

d. Sesuai dengan alfabetis

e. Obat dan bahan medis habis pakai yang ED terdekat diletakkan dibagian

paling depan

5. Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai

Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai di distribusikan ke sub unit

seperti sub unit pelayanan kesehatan didalam lingkungan puskesmas, puskesmas

pembantu, puskesmas keliling, posyandu, dan polindes.

43
6. Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai

Pengendalian obat terdiri dari:

a. Pengendalian persediaan

b. Pengendalian penggunaan

c. Penanganan obat hilang, rusak dan kadaluwarsa

7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan

44
BAB IV
PEMBAHASAN

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kemenkes,

2016). Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.

Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung

jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan

konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW) (Kemenkes,

2006).

UPT Puskesmas Glugur Kota memiliki 26 orang tenaga kesehatan baik

medis, paramedis maupun non medis yang memadai dn mendukung pelayanan di

UPT Puskesmas Glugur Kota.

Menurut Permenkes RI No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas menyatakan bahwa penyelengaraan pelayanan

kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga

Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas

dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan

serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah

Apoteker di Puskesmas adalah 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien

perhari. UPT Pusekesmas Glugur Kota memiliki 1 orang apoteker dan kunjungan

pasien perhari rata-rata mencapai 30-60 pasien. Dalam hal ini pelayanan di apotek

45
masih dapat dijalankan dengan baik karena apoteker dibantu oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian.

Standar pelayanan kefarmasian yang harus dimiliki oleh Apoteker di

puskesmas berupa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, serta pelayanan

farmasi klinik. Apoteker dan asisten apoteker di UPT Puskesmas Glugur Kota

sudah melaksanakan aspek seperti pengelolaan sumber daya yang meliputi SDM,

sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi

dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana

yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selain itu, pelayanan farmasi klinik telah dilakukan dengan cukup baik

yang meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat;

pelayanan informasi obat, konseling.

UPT Puskesmas Glugur Kota tidak memiliki fasilitas rawat inap sehingga

pelayanan farmasi klinik dalam bentuk visite pasien, pemantauan efek samping

obat, pemantauan terapi obat, serta evaluasi penggunaan obat tidak dapat

dilakukan,

Persediaan obat di UPT Puskesmas Glugur Kota dikelola oleh apoteker

penanggung jawab dan dibantu dengan asisten apoteker . Pengelolaan obat publik

dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan,

penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta

supervisi dan evaluasi pengelolaan obat (Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan, 2010).

Perencanaan obat dan bahan medis habis pakai di UPT Puskesmas Glugur

Kota berdasarkan pada pola penyakit dan data pemakaian obat sebelumnya.

46
dengan menggunakan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)

sesuai dengan perencanaan kebutuhan puskesmas. Pemilihan jenis obat dalam

proses perencanaan mengacu pada Formularium Nasional. Formulir LPLPO berisi

nomor, nama obat, stok awal, penerimaan, pamakaian, persediaan, sisa stok,

permintaan, dan keterangan.

Pada permintaan dibuat dengan membuat laporan pemakaian dan lembar

permintaan obat (LPLPO). Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan

obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan perencanaan

kebutuhan yang telah dibuat (Depkes RI, 2014).

Penerimaan obat menjadi tugas apoteker penanggung jawab dan dibantu

dengan asisten apoteker. Dalam proses penerimaan harus diteliti dan disesuaikan

dengan lembar LPLPO yang sudah dibuat. Pengecekan obat yang dilakukan,

meliputi :

a. Nama obat yang diterima, bentuk sediaan

b. Jumlah

c. Kondisi fisik perbekalan kesehatan (bentuk, warna, keutuhkan, kekentalan),

d. Tanggal kadaluwarsa.

e. No. Batch

Obat yang sudah diterima akan disimpan digudang obat. Gudang obat di

UPT Puskesmas Glugur Kota berada dilantai satu, sehingga terjangkau dengan

ruang pengambilan obat pasien, hal ini mempermudah saat akan mengambil obat

di Gudang. Penyimpanan di gudang obat di UPT Puskesmas Glugur Kota,

diletakkan berdasarkan abjad untuk mempermudah saat pengambilan.

Penyimpanan juga menerapkan FIFO dan FEFO agar obat yang waktu

47
kadaluarsanya lebih dekat dapat dipakai terlebih dahulu. Untuk obat LASA belum

diberikan penanda khusus, untuk meminimalkan kesalahan saat pengambilan obat.

Sehingga hal ini perlu diperhatikan dan dibuat label/stiker LASA untuk obat

kategori LASA. Penyimpanan dilakukan menggunakan rak biasa dan palet. Obat

psikotropika disimpan khusus di rak khusus tertutup dan terkunci, dan selalu

menjadi tanggung jawab apoteker. Untuk obat-obat yang harus disimpan di suhu

dingin, seperti vaksin disimpan di kulkas dan di pantau suhunya setiap hari.

Gudang penyimpanan dilengkapi dengan air conditioner (AC) agar suhu tetap

terjaga sehingga kualitas obat terjamin.

Obat yang masuk digudang selalu dicatat di buku stok yang meliputi nama

obat, asal/sumber obat, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, tanggal masuk dan

keluar, jumlah masuk dan keluar, serta jumlah sisa stok. Obat yang sudah

memasuki masa kadaluwarsa dilakukan pemusnahan. Apoteker mendata obat

yang kadaluarsa dan melaporkannya kepada kepala Puskesmas dan selanjutnya di

laporkan ke Dinas Kesehatan Kota utuk selanjutnya dilakukan pemusnahan.

Secara umum pemberian obat UPT Puskesmas Glugur Kota dilakukan

dengan sistem individual prescribing yaitu dengan menebus obat ke unit instalasi

farmasi yang ada, dengan membawa resep yang didapatkan dari dokter. Alur

distribusi sediaan farmasi ke pasien dimulai dengan diterimanya resep oleh

Apoteker, ditelaah oleh Apoteker, jika ada yang kurang jelas, tanyakan ke dokter.

lalu asisten apoteker menyiapkan obat. Dilakukan peracikan obat sesuai dengan

yang tertulis di resep. Setelah itu, obat diberikan ke pasien dengan etiket yang

jelas serta diberikan konseling terkait penggunaan obat. Obat yang diberikan

kepada pasien tidak dipungut biaya.

48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Peran, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di

UPT Puskesmas Glugur Kota antara lain pengelolaan sediaan farmasi, bahan

medis habis pakai, serta alat kesehatan; pelayanan farmasi klinis; dan

melakukan evaluasi pelayanan kefarmasian.

2. Pelaksanaan PKPA di UPT Puskesmas Glugur kota, meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku profesional, serta wawasan

dan pengalaman nyata bagi calon Apoteker.

3. Pelaksanaan PKPA di Puskesmas Glugur Kota, menambah pengetahuan

terkait strategi pengembangan Puskesmas.

4. Permasalahan yang ditemukan di Puskesmas Glugur Kota, yaitu

permasalahan terkait suhu penyimpanan obat di gudang obat yang tidak

dilakukan pengecekan secara rutin dan butuh penataan ulang gudang obat

agar lebih rapi dan kualitas obat tetap terjamin.

5. Pelaksanaan PKPA di Puskesmas Glugur Kota, meningkatkan bersosialisasi,

bekerjasama dan berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan

etika profesi Apoteker.

5.2 Saran

1. Melakukan pemantauan dan pencatatan suhu dan kelembaban, serta

kebersihan ruang gudang obat secara teratur untuk menjaga kualitas obat dan

alat kesehatan.

49
2. Melakukan penataan ulang atau penambahan jumlah rak di gudang obat,

sehingga obat-obat dan alat kesehatan yang ada tetap terjamin kualitasnya

serta memberi stiker LASA pada obat kategori LASA serta mengatur jarak

penyimpanan obat-obat dengan kategori LASA.

50
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006). Pedoman


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

51
Lampiran 1. Puskesmas Glugur Kota

52
Lampiran 2. Struktur Organisasi

53
Lampiran 3. Resep

54
Lampiran 4. Etiket

Lampiran 5. Kartu Stok

55
Lampiran 6. Catatan Dokumen Laporan Pemakaian dan Lebar Penerimaan Obat

56
57

You might also like