Professional Documents
Culture Documents
RISMAN
RISMAN
PETERNAKAN BABI
(Studi Kasus Di Dusun Nggerukopa)
SKRIPSI
Oleh:
RISMAN
NIM. 60700112029
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. Karena berkat taufik dan
(Studi Kasus Di Dusun Nggerukopa)”, yang diajukan sebagai salah satu syarat
mencapai gelar Sarjana Ilmu Peternakan (S.Pt) pada Fakultas Sains dan Teknologi
Insya Allah. Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberi dukungan, doa, semangat,
pelajaran dan pengalaman berharga pada penulis sejak penulis menginjak bangku
dan tantangan, namun berkat petunjuk, bimbingan, arahan, do’a serta dukungan
moril dari berbagai pihak maka hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi.
Fatimah, yang tanpa pamrih, penuh kasih sayang membesarkan dan mendidik
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis dengan
segala kerendahan hati dan rasa hormat untuk mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Ag selaku rektor Universitas Islam
2. Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.Ag selaku Dekan Fakultas Sains
3. Bapak Dr. Ir. Muh. Basir Paly, M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Peternakan
4. Bapak Dr. Ir. Muh. Basir Paly, M.Si selaku Dosen Pembimbing pertama, dan
Bapak Dr.Ir. Andi Suarda, M.Si, selaku Dosen Pembimbing kedua, atas
bimbingan dan panutannya selama ini dan banyak meluangkan waktu untuk
5. Ibu Hj. Jumriah Syam, S.Pt., M.Si, selaku penguji pertama, Ibu Rusny,
S.Pt., M.Si, selaku penguji dua dan Bapak Dr. Muh. Sabri AR., M.Ag,
selaku penguji tiga yang telah memberikan saran dan kritikan yang konstruktif
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Peternakan atas bimbingan dalam
perkuliahan.
vii
7. Untuk kakaku Sumarlin, S. Kep., M.Kep, kakak iparku Fitri Rahma, S.Pd.,
M. Pd terima kasih atas masukan dan motivasinya selama ini sehingga adinda
bosan-bosanya memintakan uang untuk abangnya ini ketika saya lagi takut
minta uang sama ibu dan abu dan si jago penuh canda tawaku di setiap saya
memulai kuliah yang selaluku ingat di setiap saat saya memulai kuliah sampai
penyemangatku dindaku.
Teknologi UIN Alauddin Makassar Angkatan 2012: Nur Radia Lestari, S.Pt,
satu-satu. Teristimewa kepada senior-senior 2011, 2010, dan 2009 yang banyak
membantu dan memberi masukan kepada penulis dikala suka maupun duka.
viii
9. Adik-adik ku Jurusan Ilmu Peternakan Angkatan 2013, 2014,2015, dan
kepada penulis.
10. Bapak, Bunda Posko Desa Julu Pama’i dan Sahabat-Sahabat KKN angkatan
51 yang tidak pernah berhenti mengiringi do’a, motivasi, serta canda tawa
sehingga dalam kondisi apapun penulis tetap mampu percaya diri dalam
11. Saudara-Saudari ku tercinta Kakak Mariani Am. Keb, Kakak Indra Wati S.
KM, Kakak Nur Anisa S.Kep., Ns, Bang Adiatman Am. Gizi, Kakaku Sri
memberi motivasi, semangat serta canda tawa kepada penulis dalam kondisi
12. Pacarku Fifi Astriani selaku motifator atau bunga revolusi yang memberikan
tanpa dia mungkin semangat ini akan mulai menurun dan malas untuk
Dinda Mahfut, Dinda saiful, Adinda Mara, Adinda Suci Yati, Dinda
Dian, Dinda Ningsig, Dinda Niningsih, Dinda Imam, Terima kasih telah
ix
diberikan motivasi, menghadapi rintagan tantangan sehinga saya mampu
RISMAN
NIM. 60700112029
x
DAFTAR ISI
Halaman
xii
DAFTAR TABEL
Nama : Risman
Nim : 60700112029
v
ABSTRACT
Name : Risman
Nim : 60700112029
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beternak babi merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh sebagian
besar jika dikelolah dengan baik termasuk kotorannya yang dapat dijadikan
sebagai pupuk dan sumber bahan bakar yang menjanjikan. Dalam beberapa
kepercayaan agama abrahamik, babi tidak boleh untuk disentuh (najis) dan
dianggap haram untuk dimakan. Namun hingga saat ini potensi tersebut masih
pembuangan limbah kotoran ternak. Hanya saja, usaha ternak babi tidak lepas
dari masalah lingkungan, selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak
buruk dari kegiatan usaha peternakan babi karena sebagian besar peternak
dampak pencemaran lingkungan seperti polusi udara (bau), banyaknya lalat yang
maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Soehart,
menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci
obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek
tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku
dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya seperti yang di jelaskan dalam surah Al-
Terjemahanya :
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik
akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik
saat penjajahan Belanda, hanya saja pemilihraan peternakan babi ini berada di
dampak dari limbah kotoran peternakan babi belum pernah dilakukan oleh
pemukiman untuk menghindari kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah
B. Rumusan Masalah
di Dusun Nggerekopa?
D. Kegunaan penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
berhidung lemper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari eurasia.
Kadang juga dirujuk sebagai khinzir (bahasa Arab). Babi adalah omnivora, yang
babi adalah salah satu mamalia yang paling cerdas, dan dilaporkan lebih pintar
dan mudah dipelihara dibandingkan dengan anjing dan kucing (Anonim, 2011).
yang sangat baik dalam memanfaatkan hasil sampingan dan sisa dapur.
Banyaknya populasi babi juga tergantung pada iklim, dimana tidak banyak babi
dijumpai pada daerah-daerah kering, faktor sosial dan agama juga mempengaruhi
faktor penentu dalam usaha mengeksploitasi sifat tersebut. Pada skala usaha kecil,
pangan atau usaha lain dan peternakan babi hanyalah sebagai usaha sambilan.
Sedangkan pada skala usaha besar, tujuan ekonomi semakin menonjol oleh karena
itu prinsip ekonomi semakin diintensifkan, sehingga pertimbangan akan pengaruh
karena pertumbuhan yang luar biasa cepatnya dan oleh karena itu menuntut
berat badan atau pertumbuhan yang lebih tinggi dengan pemberian takaran
makanan tertentu jika dibandingkan dengan ternak lain, kecuali ayam broiler yang
dipelihara dengan cermat, jug akalori yang berasal dari makanan yang dikandung
di dalam bagian-bagian yang dapat dimakan dari ternak babi lebih tinggi
dibandingkan dengan yang berasal dari jenis ternak lain dengan pemberian
ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan
pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta
keberhasilan dalam suatu usaha peternakan babi adalah tenaga yang terampil
Ternak babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi akan mempunyai
1997).
kurun waktu yang cukup lama, namun belum ditemukan informasi tertulis, kapan
daerah seperti di Tapanuli Utara, Nias, Toraja, Nusa Tenggara Timur, Bali,
Kalimantan Barat, dan Papua ternak babi dipelihara hanya sebagai sambilan usaha
keluarga. Babi (umumnya dari jenis lokal) dilepas atau semi-dikurung dan
sesuai dengan yang diharapkan. Namun, Jawa dan Bali, sudah ada peternakan
yang berskala besar sebagai penghasil bibit atau babi potong. Berkembangnya
hubungan dagang dengan luar negeri telah membuka peluang bagi masuknya jenis
babi unggul dan berbagai peralatan serta teknologi yang berkaitan dengan usaha
peternakan babi, sekaligus membuka peluang untuk ekspor babi potong. Hal ini
(Mawa’da, 2012).
Babi adalah hewan yang sangat kotor karena ia merupakan jenis hewan
manusia pun dimakan. Secara psikis babi memiliki tabi’at yang malas tidak
menyukai matahari, sangat suka makan dan tidur, memiliki sifat tamak, dan tidak
memiliki khendak dan daya juang, bahkan untuk memela diri sekalipun. Seperti
Terjemhanya :
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan
itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena Sesungguhnya
semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.
Islam untuk tidak memakan, memilihara dan menjual daging babi dalam bentuk
alasan apapun, sementara peternakan babi di Indonesia di lakukan oleh agama non
muslim.
Ternak babi adalah ternak daging yang menguntungkan kalau dilihat dari
sampai 12 ekor, tetapi angka kematian dari anak babi yang tertinggi bila
dengan ternak lain, dalam usaha terdapat beberapa sifat yang menarik dan
1. Babi merupakan tabungan hidup yang dengan mudah dapat diatur untuk
150 hari dapat mencapai berat potong yaitu sekitart 100 kg.
3. Ternak ini prolific tinggi karena beranak 6 – 12 ekor per kelahiran dan
6. Dapat dipelihara dengan intensif modal sehingga biaya tenaga kerja rerlatif
kecil.
9. Limbah usahanya berguna sebagai pupuk, gas bio dan media pertumbuhan
Aryadin (2010) menambahkan bahwa, usaha ternak babi juga tak lepas
banyak makan dari bahan konsentrat, dan hijauannya hanya dalam jumlah yang
kecil.
Peternakan babi adalah peternakan yang cepat berkembang karena ternak
kelahiran yang pendek juga menghasilkan anak yang banyak dalam setiap
kelahiran serta pertumbuhan badan yang cepat (Williamson dan Payne, 1986).
kurun waktu yang cukup lama. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa skala
Nusa Tenggara, Sulawesi, Bali, Kalimantan, dan Papua ternak babi dipelihara
populasi ternak babi di pulau yang ada di Indonesia, peningkatan ternak babi di
pulau yang ada Indonesia menujukan bahwa peternakan ini dapat dikembangkan
di Negara Indonesia yang mayoritas beragama islam. Hal ini dapat di lihat pada
Rata-rata
Pulau 2013 2014 Pertumbuhan
(%)
Sumatera 1.099.800 1.139.170 3,58
Jawa 194.100 195.300 0,62
Bali 922.900 930.500 0,82
Nusa Tenggara 1.777.100 1.837.800 3,42
Kalimantan 1.042.700 1.087.200 4,27
Sulawesi 1.393.900 1.418.600 1,77
Maluku 269.200 303.000 12,56
Papua 600.700 613.900 2,19
Sumber: Dirjen peternakan (2014)
Peternakan babi merupakan usaha membudidayakan babi untuk
tinggal sedikit dan saat ini babi lebih banyak diternakkan secara intensif.
yaitu harus didirikan di daerah yang telah ditetapkan pemerintah setempat, daerah
yang dipilih untuk peternakan babi tidak termasuk rencana perluasan kota, tempat
perusahaan harus terisolir dari masyarakat umum, harus didirikan di daerah yang
dekat dengan sumber air, harus terletak di daerah dimana perhubungan lalu lintas
gampang, tidak jauh dari tempat pelemparan/ pasaran dan sedapat mungkin
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Secara internal dikenal faktor
gizinya, serta cara mengelola peternakan secara umum dan pengelolaan usahanya.
Faktor eksternal juga disebut faktor non teknis seperti kondisi sosial, ekonomi,
kebijakan dan aturan pemerintah, serta kondisi alam lingkungan usaha. Faktor-
faktor tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya baik secara positif
maupun negatif dengan derajat pengaruh yang berbeda yang berubah menurut
Modal yang dibutuhkan untuk mulai beternak babi relatif lebih murah
dibanding modal yang diperlukan untuk beternak hewan potong besar yang lain.
Babi yang beranak banyak (bersifat prolifik) juga merupakan faktor
pendukung.Yang paling utama dalam beternak babi adalah kualitas pakan ternak
untuk perbaikan gizi. Hal ini dilakukan agar mutu daging babi lebih meningkat.
Karena itulah, biaya terbesar dalam beternak babi adalah biaya pakan ternak, yaitu
mencapai 55-88% dari keseluruhan biaya. Jadi, harus diupayakan mencari pakan
ternak yang bisa lebih menekan biaya, namun tetap berkualitas dan mengandung
Campuran antara bangkai hewan, kotoran, dan air kencing hewan merupakan
peternakan hewan babi, limbah berupa kotoran dan air kencing ditampung di
sebuah kolam penampungan besar yang disebut lagoon, atau disimpan di dalam
menyebabkan polusi tanah dan air. Kotoran itu tersebar di lingkungan dalam
bentuk gas ammonia sebesar 30%. Sementara itu, tingginya kadar nitrat pada air
tinggi dan menyebabkan keguguran pada wanita hamil. Industri dan ternak babi
diolah ini berpotensi merusak lingkungan sekitar. Ini akan berdampak pada
sulitnya peternak meminta persetujuan dari masyarakat sekitar sebagai
2012).
Aryadin (2010) mengemukakan bahwa, usaha ternak babi juga tak lepas
dari segi-segi yang kurang menguntungkan, yaitu sesuai dengan sosial budaya
manusia, tidak semua orang makan daging babi, dan usaha ternak babi tidak bisa
keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan karena
feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan kandang
menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar. Baik berupa
bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi di
hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini dianggap
dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa keuntungan
ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan bukan saja
karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena pengembangan
peternakan babi itu akan adanya bau yang tercium tergantung dari individu
seseorang. Dimana bau peternakan babi itu dapat berasal dari makanan, feses,
permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun bising oleh suara ternak. Dari
sebab itu jarak peternakan dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus
udara dan air bagi penghuni rumah tempat tinggal dan pusat-pusat kegiatan lain
(Sihombing, 1997).
Jarak minimum dari tempat-tempat yang disebut tadi tergantung dari besar
usaha atau banyaknya ternak babi yang dipelihara terkurung. Spesies ternak
lainpun dapat mencemari lingkungan apabila tidak ditangani dengan wajar. Jarak
pisah minimum (JPM) yang disarankan untuk usaha peternakan babi sesuai
dengan banyak ternak yang dipelihara dan golongan pemukiman adalah seperti
anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal
atau objek. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderan,
yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera.
mengorganisir dan mengartikan kesan dari panca indera dalam tujuan untuk
Shiffman (1997), persepsi akan sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis
faktor:
yang dia lihat dari lingkungan itu sendiri, seperti pandangan seseorang
2. Faktor individu, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca
indra akan tetapi juga pada proses pengalaman yang serupa dan dorongan
mengenai perilakunya sendiri dikaitkan dengan gejala eksternal, atau suatu gejala
peristiwa menurut Muhyadi (1989) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) orang
orang, proses dan lain-lain), 3) stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi
menyeluruh. Stimulus adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera seperti
produk, kemasan, merek, iklan, harga dan lain-lain. Stimulus yang diterima oleh
(Sunarto, 2003).
menyeluruh. Stimuli adalah setiap input yang dapat ditagkap oleh indra. Stimuli
tersubut diterima oleh panca indera, seperti mata, telinga, mulut, hidung, dan
kulit. Stimulasi dapat dibedakan menjadi dua tipe. Tipe partama adalah stimuli
fisik yang datang dari lingkungan sekitar. Tipe kedua adalah stimuli yang berasal
dalam si individu itu sendiri dalam bentuk predisposisi, seperti harapan, motivitasi
diperhatikaan stimuli mana terpilih, tergantung pada dua faktor yaitu faktgor
personal dan faktor stimuli itu sendiri. Karakteristik stimulus memegang peranan
penting dalam merebut perhatian konsumen. Faktor personal antara lain meliputi:
dengan pengalamannya.
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung
pada rangsangan fisik tetapi juga yang berhubungan dengan lingkungan sekitar
dan keadaan individu yang bersangkutan. Orang dapat memiliki persepsi yang
beradaatas objek yang sama karena tiga proses persepsi; perhatian selektif,
distorsi selektif dan ingatan selektif. Orang terlibat kontak dengan rangsangan
yang sangat banyak setiap hari. Karena seseorang tidak mungkin dapat
menanggapi semua rangsangan itu, sebagian besar rangsangan akan disaring, hal
ini sebuah proses yang dinamakan perhatian selektif. Distorsi selektif adalah
kecenderungan orang untuk merubah informasi itu dengan cara yang akan
seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
proses pembentukkan persepsi merupakan proses yang terjadi pada diri individu.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa persepsi masyarakat merupakan suatu hal
yang tidak ada. Menurut Mayo (dalam Mawa’da Rahma, 2012), masyarakat dapat
diartikan dua konsep, yaitu: (1) masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”,
yakni sebuah wilayah geografi yang sama dan (2) masyarakat sebagai
dan identitas. Persepsi masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal.
Persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik
b) Faktor Struktural: Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-
timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang
serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi.
Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (input),
sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai
stimuli ke dalam gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh. Stimuli adalah
setiap input yang ditangkap oleh panca indera, seperti pesan, bentuk, gambar,
rasa, warna dan lain-lain. Stimuli tersebut diterima oleh panca indera, seperti
Thoha (1983) bahwa ada empat karakteristik dari faktor pribadi dan social yang
1. Faktor ciri khas dari obyek rangsangan yang terdiri dari : a. Nilai, yaitu
Faktor pribadi termasuk dalam ciri khas individu seperti tingkat kesadaran,
Dalam suatu kelompok manusia, respon orang lain akan memberi arah
sama karena latar belakang kultural yang berbeda. Boogaard et al. (2011)
pengalaman sensorik yang terdiri dari: bau, suara, penglihatan dan perasaan.
memelihara peternakan babi dan mengolah limbahnya, hal ini menunjukan bahwa
lurus dengan persepsinya. Persepsi yang baik akan menghasilkan yang baik pula.
kemampuan dia dalam memelihara ternaknya agar tidak memberikan dampak atau
hasilnya akan semakin baik pula. Peternak berpengalaman akan memiliki banyak
bahwa : 1). Persentase skor tingkat penerapan teknologi usaha ternak babi
Kabupaten Tabanan.
sekolah dasar.
3. Adrie Abram Sajow, Bobby Polii, dan Esry Laoh. 2014. Kajian Ekonomi Dan
IRR secara konvensional dan eksternalitas lebih besar dari satu, hasil ini
layak dilanjutkan.
yang dapat dicanangkan untuk meningkatkan nilai babi lokal, meliputi (1)
di Indonesia bagi babi-babi lokal liar; (2) Melestarikan babi-babi lokal dengan
mengembangkan peternakan babi lokal secara murni oleh masyarakat; dan (3)
D. Kerangka Pikir
Lingkungan
Persepsi masyarakat
Teologis Intermediat terhadap keberadaan
peternakan babi
Sosiologis
Keterangan:
: Vareiabel Independen
: Variabel Dependen
METODE PENELITIAN
1) Jenis Penelitian
b) Data sekunder yaitu data yang bersumber dari hasil telaah dokumen,
cara :
bantuan kuisioner.
1) Populasi
Jenis Kelamin
No Agama Jumlah
L P
1 Islam 31 24 65
2 Kristen Katolik 56 45 101
3 Kristen Protestan 52 59 111
2) Sampel
𝑁
𝑛 =
1 + 𝑁 (𝑒²)
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
65
n=
2
101
n=
1 + 101 (0,1)2
101
n=
3
111
n=
1 + 111 (0,1)2
111
n=
3
n = 37 Sampel Untuk Kristen Protestan
Adapun variabel dan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
· Aroma
Bau (Penciuman) · Sangat menyengat
· Tidak mudah hilang
1 Gangguan Lingkungan
· Suara ngorok
Suara (pendengaran) · Suara terus menerus
· Suara keras
. Agama islam
2 Gangguan Teologis Keyakinan
. Agama kristen
. Konflik
3 Gangguan Sosiologis Gejala Sosial
. Keresahan
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini statistik deskriptif dengan
likert. N
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variable yang akan diukur
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata yang
1) Sangat Setuju :5
2) Sutuju :4
3) Netral :3
4) Tidak Setuju :2
E. Definis Operasioanal
3. Keberadaan adalah sesuatu yang nampak dan jelas adanya dan diketahui
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
berhidung lemper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia.
usaha yang digeluti oleh sebagian masyarakat yang berada di Dusun Nggerukopa,
yang berdiri sejak tahun 2000 sampai sekarang di dekat pemukiman penduduk.
di Dusun Nggerukopa belum memelihara ternak babi tetapi mereka diberi babi
yaitu sisa makanan seperti daun ubi, kol dimasak ulang kemudian dicampur
dengan ampas tahu dan dedak. Selain bau dari makanan, bau juga berasal dari
feses karena feses tersebut hanya dibiarkan begitu saja mengalir tanpa ada
Desa Palama memiliki luas wilayah sekitar 123,83 km2 dengan jarak 25
3. Topografis
bagi suhu udara, secara alamiah setiap kenaikan tempat 1000 meter dpl. Maka
suhu turun 60 C . Jenis tanaman dan pertumbuhan suatu tanaman yang akan
diusahakan, semakin tinggi suatu tempat di permukaan laut maka suhunya akan
semakin turun. Tanaman Padi dan Jagung untuk tumbuh dengan baik memerlukan
topografis atau ketinggian antara 690 meter di atas permukaan laut. Sementara
Dusun Ngerukopa pada umumnya berada pada ketinggian 400-650 meter dpl.
Dusun Ngerukopa mempunyai medan yang berbukit dan sebagian landai, dengan
berada pada ketinggian tersebut, maka dari segi topografis Dusun Ngerukopa
; 2007).
4. Keadaan Penduduk
Menurut data tahun 2015 yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 879 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 931 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk di Dusun Ngerukopa adalah 329
jiwa. Dengan berdasarkan data tersebut jumlah penduduk laki-laki hampir sama
Ngerukopa Desa Palama, hal ini dilihat dengan jumlah penduduk yang seimbang.
5. Sarana Pendidikan
Desa Palama Kecamatan Donggo Kabupaten bima yang terbanyak adalah sekolah
Sekolah Dasar Inpres dengan jumlah murid 462 orang dan jumlah guru sebanyak
38 orang dengan jumlah sekolah sebanyak 5 unit yang tersebar di 5 Dusun Yang
ada di desa Palama kecamatan donggo kabupaten bima, Hal ini menandakan
bahwa sarana pendidikan sangat penting bagi tingkat kemajuan suatu daerah.
6. Sarana Komunikasi
antara sesama, baik itu hubungan komunikasi secara langsung maupun tidak
terdapat di Dusun Ngerukopa Desa Palama relatif memadai seperti yang ada di
kota-kota besar, telpon/hanpone dan listrik bukan lagi hal yang langkah bagi
masyarakat yang ada di Dusun Ngerukopa Desa Palama karena keseluruhan desa
telah tersedia listrik dan hampir seluruh desa telah disediakan jaringan
telpon/hanpone untuk rumah tangga. Namun pada Desa Palama itu sendiri masih
desa palama adalah salah satu desa yang sangat terpencil dari Kecamatan Donggo
Kabupaten Bima.
7. Sarana Kesehatan
Salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan adalah kesehatan,
dengan kesehatan yang baik dan terjamin memungkin masyarakat untuk dapat
berfikir dan bekerja dengan baik dan hal ini memungkinkan tingkat kesejahteraan
Desa Palama yang tertinggi adalah posyandu dengan jumlah 2 unit, dikarenakan
kabupaten Bima.
8. Sarana Peribatan
Masyarakat yang ada di Desa Palama mayoritas pemeluk agama islam dan
Kristen. Oleh karena itu sarana peribadatan yang tersedia di Desa Palama relatif
banyak. Adapun jumlah sarana peribadatan yang ada di Dusun Ngerukopa dan
ada di Desa Palama yang terbanyak yaitu mesjid dan musholah dengan jumlah 4
pemujaan bagi masyarakat Non Muslim. Hal ini disebabkan karena di Desa
9. Perkebunan
Jumlah Produksi
No Jenis Produk Perkebunan Luas Areal (Ha)
(Ton)
1 Kopi 25 2
2 Kelapa 10 3
3 Jambu Mente 10 2
4 Kemiri 50 70
Jumlah 95 77
Sumber : Data Sekunder Desa Palama Kecamatan Donggo, 2016
perkebunan yang paling banyak diproduksi adalah Kemiri dan Kopi hampir sama
dengan daerah lain, di mana jumlah produksi yang dihasilkan oleh perkebunan
dalam ukuran waktu selama 1 tahun adalah 70 ton tanaman Kemiri dan 3 ton
tanaman Kelapa.
10. Peternakan
Salah satu daerah yang memiliki komoditas peternakan yang cukup tinggi
adalah Kabupaten bima terutama peternakan sapi potong. Untuk labih jelasnya
terbanyak adalah sapi potong dengan jumlah populasinya sebanyak 430 ekor,
sedangkan ternak unggas yang paling besar memberikan hasil adalah ayam ras
pedaging sebanyak 100 ekor, dan peternakan sebanyak 236 ekor. Hal ini dapat
B. Karakteristik Responden
penelitian ini dibagi menjadi empat karakteristik, yang terdiri dari status
Penelitian ini menggunakan 102 responden sebagai sampel. Di bawah ini akan
berikut :
Dari Tabel 9 diatas, dapat diketahui bahwa dari 102 orang yang melakukan
responden hanya beberapa orang yang memelihara peternakan babi dan sebagian
besar dilakukan oleh masyarakat yang tinggal dekat dengan peternakan babi.
Yaitu sebanyak 73 orang dengan persentase 71,6 %, adalah bagian dari responden
berstatus (tidak kawin) yaitu sebanyak 29 orang dengan persentase 28,4 % adalah
data tersebut dapat di simpulkan status perkawinan responden yang telah menikah
babi.
2. Umur
seperti usia, keadaan lingkungan, dan yang paling penting adalah konsep diri.
umur.
41 - 60 Tahun 28 27,4
2 2
61 - 80 Tahun
Jumlah 102 100
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2016
tahun yaitu 28 orang dengan persentase 27,4 %. Hal tersebut menunjukan bahwa
peternakan babi namun sehingga pada sampai saat ini masyarakat yang
pendidikan SD, SMP, dan SMA, dari tiga tingkat pendidikan tersebur hanya
beberapa orang saja yang memelihara peternakan babi karna dilihat pada kisaran
umur. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden akan berpengaruh
4. Jenis Pekerjaan
menilai persepsinya. Di bawah ini akan disajikan jenis pekerjaan responden dalam
responden yang tidak bekerja atau memeliki profesi sebagai petani dan ibu rumah
dengan persentase 29,4 %, yang memeliki profesi sebagai petani yaitu 29 orang
dengan persentase 28,4 %. Hal ini menunjukan bahwa profesi seseorang dapat
peternakan babi tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan, umur, dan
penciuman. Fungsi persepsi dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu peristiwa yang
pun dengan peternak. Banyaknya peternak babi di Dusun Nggerukopa yang hanya
babi. Peternak hanya memelihara saja peternakan babi tanpa melihat kondisi
dengan adanya danpak dari peternakan babi dan kotoranya dapat menimbulkan
umur peternak maka pengalaman yang didapat lebih banyak dan lebih matang
dibandingkan dengan umur yang lebih muda. Peternak yang lebih tua mempunyai
a. Jumlah skor
Dari Tabel 13. dapat dilihat bahwa total skor untuk persepsi masyarakat
setuju. Hal ini berarti bahwa menurut jawaban responden sebagian merasa
terganggu dengan adanya peternakan babi dan sebagian juga tidak merasa
terganggu.
Dari hasil analisis diatas dapat ditentukan skor tertinggi dan skor terendah
STS TS N S SS
Dari Gambar 2. dapat dijelaskan bahwa total skor 235, untuk persepsi
100 % = 46,07 % tergolong cukup atau lebih dekat ketidak setuju antara tidak
setuju dan netral. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhyadi (1986), yang
bagi ternak babi, sehingga para pemilik ternak babi diberikan waktu yang cukup
Seperti yang dilihat pada gambar 1 bahwa dapat dilihat berdasarkan garis
bahwa :
Jumlah skor 235 kalau dilihat secara garis kontinum berada pada posisi
tidak setuju dengan netral atau lebih dekat pada posisi tidak setuju, dan pada
posisi kekuatan hasil analisis berada pada posisi lemah atara lemah dan cukup.
Seperti yang dilihat pada jumlah skor 1 bahwa dapat dilihat berdasarkan garis
235
𝑥 100 = 46,07%
510
Nilai 46,07% berada pada posisi lemah dan cukup atau lebih dekat pada posisi
persentase responden yang tidak setuju (46,07%) dan sangat tidak setuju
responden yang sangat setuju (10,78%), setuju (7,84%) dan netral (8,82%).
Hal ini sejalan dengan keberadan peternakan babi yang ada di Dusun
banyak warga yang mengeluh dengan keberadaan peternakan babi tersebut. Hal
ini pula berarti bahwa menurut jawaban responden sebagian merasa tidak terbiasa
peternakan babi, diantara kelompok responden yang diperoleh nilai skor yang
yaitu 47 skor dengan persentase 46.07 % pada kategori tidak setuju. Tinggi skor
responden yaitu 11 skor dengan persentase 10,78 %, tinggi skor tersebut karena
masyarakat terbiasa dengan peternakan babi. Hal ini sesuai dengan pendapat
menyediakan lokasi sementara bagi ternak babi, sehingga para pemilik ternak babi
diberikan waktu yang cukup untuk menjual atau membawa ternaknya dan
ditertibkan.
a. Jumlah skor
Table 14. Analisis Skor Respon Terhadap Bau Limbah Peternakan Babi
Nilai Frekuensi
Indikator Kategori jawaban Jumlah
skor (orang)
Sangat Setuju 5 11 55
Setuju 4 8 32
Bau Limbah Netral 3 9 27
Peternakan Babi Tidak Setuju 2 45 90
Sangat Tidak Setuju 1 29 29
Total 102 233
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016
Dari Tabel 14. dapat dilihat bahwa total skor untuk bau limbah peternakan
babi diperoleh 90 skor dengan kategori tidak setuju. Hal ini berarti bahwa
peternakan babi secara kontinum hasil analisis skor di atas dapat dilihat pada
STS TS N S SS
Lebih dekat ketidak setuju
(antara tidak setuju dan netral)
Gambar 4. Garis Kontinum Hasil Analisis Skor Bau Limbah Peternakan Babi
Dari Gambar 4. dapat dijelaskan bahwa total skor 233, untuk bau limbah
peternakan babi skor tertinggi yaitu 233/510 x 100 % = 45,68 % tergolong cukup
atau lebih dekat ketidak setuju antara tidak setuju dan netral. Hal ini sesuai dengan
pendapat Septianing (2012) bahwa bau menyengat muncul jika hujan turun
maupun angin kencang, namun bau tersebut akan menjadi terbiasa kalau
Seperti yang dilihat pada gambar 2 bahwa dapat dilihat berdasarkan garis
bahwa :
Jumlah skor 233 kalau dilihat secara garis kontinum berada pada posisi
tidak setuju dengan netral atau lebih dekat pada posisi tidak setuju, dan pada
posisi kekuatan hasil analisis berada pada posisi lemah atara lemah dan cukup.
Seperti yang dilihat pada jumlah skor 1 bahwa dapat dilihat berdasarkan garis
233
𝑥 100 = 45,68%
510
Nilai 45,68% berada pada posisi lemah dan cukup atau lebih dekat pada posisi
lemah, ini berarti bahwa Bau Limbah Peternakan Babi di Dusun Nggerukopa
Desa Palama Kecamatan Donggo berada pada posisi lemah. Namun apabila
dilihat pada kelompok responden maka dapat diketahui seperti berikut ini
persentase responden yang tidak setuju (44,11%) dan sangat tidak setuju
responden yang sangat setuju (10,78%), setuju (7,84%) dan netral (8,82%).
Hal ini sejalan dengan Bau Limbah Peternakan Babi yang ada di Dusun
Nggrukupa, dimana didusun ini tetap berlangsung meskipun banyak warga yang
mengeluh dengan bau limbah peternakan babi tersebut. Karena bau tersebut
muncul sesuai dengan arah datangnya angin. Hal tersebut diperoleh dari nilai skor
yang sangat tinggi yaitu 45 skor dengan persentase 44.11 % pada indikator bau
limbah dengan kategori Tidak Setuju. Tinggi skor tersebut disebabkan karena
masyarakat merasa risih dengan adanya bau yang ditimbulkan dari peternakan
dengan persentase 28.43 % pada kategori sangat tidak setuju, ini disebabkan
karena bau tersebut muncul sesuai jarak rumah dan untuk kelompok responden
lain yaitu 11 skor dengan persentase 10.78 % pada kategori sangat setuju. Tinggi
menjadi hal yang biasa yang dicium oleh masyarakat . Hal ini sesuai dengan
babi itu akan adanya bau yang tercium tergantung individu seseorang, dimana bau
peternakan babi itu dapat berasal dari makanan, feses dan lain-lain.
Kecamatan Donggo Kabupaten Bima, dapat dilihat pada table tahapan analisis di
bawah ini :
a. Jumlah skor
Nilai Frekuensi
Indikator Kategori jawaban Jumlah
skor (orang)
Sangat Setuju 5 11 55
Setuju 4 8 32
Efek Suara Netral 3 9 27
Peternakan Babi Tidak Setuju 2 42 84
Sangat Tidak Setuju 1 32 32
Total 102 230
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016
Dari Tabel 15. dapat dilihat bahwa total skor untuk efek suara peternakan
babi diperoleh 42 skor dengan kategori tidak setuju. Hal ini berarti bahwa
menurut jawaban responden sebagian merasa terganggu dengan efek suara yang
berasal dari peternakan babi dan sebagian juga tidak merasa terganggu dengan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai efek suara yang
berasal dari peternakan babi secara kontinum hasil analisis skor di atas dapat
STS TS N S SS
Lebih dekat ketidak setuju
(antara tidak setuju dan netral)
Gambar 6. Garis Kontinum Hasil Analisis Skor Efek Suara Peternakan Babi
Dari Gambar 6. dapat dijelaskan bahwa total skor 230, untuk efek suara
peternakan babi skor tertinggi yaitu 230/510 x 100 % = 45,09 % tergolong cukup
atau lebih dekat ketidak setuju antara tidak setuju dan netral. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anugrah (2012) bahwa suara ternak babi lebih jelas terdengar pada pagi
hari dan siang hari, ini disebabkan karena ada pemberian makan.
Seperti yang dilihat pada gambar 3 bahwa dapat dilihat berdasarkan garis
bahwa :
Jumlah skor 230 kalau dilihat secara garis kontinum berada pada posisi
tidak setuju dengan netral atau lebih dekat pada posisi tidak setuju, dan pada
posisi kekuatan hasil analisis berada pada posisi lemah atara lemah dan cukup.
Seperti yang dilihat pada jumlah skor 1 bahwa dapat dilihat berdasarkan garis
230
𝑥 100 = 45,09%
510
Nilai 45,09% berada pada posisi lemah dan cukup atau lebih dekat pada posisi
lemah, ini berarti bahwa Efek Suara yang berasal dari Peternakan Babi di Dusun
Nggerukopa berada pada posisi lemah. Namun apabila dilihat pada kelompok
persentase responden yang tidak setuju (41,17%) dan sangat tidak setuju
responden yang sangat setuju (10,78%), setuju (7,84%) dan netral (8,82%).
Hal ini sejalan dengan keberadaan peternakan babi yang ada di Dusun
banyak warga yang mengeluh dengan efek suara yang berasal dari peternakan
babi tersebut. Hal ini berarti bahwa menurut jawaban responden sebagian merasa
tidak setuju dengan adanya efek suara yang berasal dari peternakan babi yaitu 42
skor dengan persentase 41,17 %, karena suara tersebut dapat terdengar sesuai
diperoleh nilai skor yang sangat tinggi pula yaitu 32 skor dengan persentase 31.37
% dengan kategori sangat tidak setuju. Hal ini disebabkan karena suara babi dapat
responden lainya yaitu 11 skor dengan persentase 10.78 % pada kategori sangat
setuju. Tinggi skor tersebut disebabkan karena suara babi tersebut dapat didengar
sesuai dengan jarak antara rumah dengan peternakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mustafa (2005) bahwa suara yang berasal dari peternakan babi itu akan
sangat jelas terdengar apabila jarak rumah dengan peternakan itu dekat.
secara keseluruhan adalah tidak setuju, namun kalau dilihat dari persentase agak
peternakan babi yaitu 235 skor tidak setuju dengan persentase 46,07% agak
lemah, sedangkan untuk indikator bau limbah peternakan babi yatu 235 skor tidak
setuju dengan persentase 45,68 % agak lemah dan untuk indikator efek suara
peternakan babi yaitu 230 skor tidak setuju dengan persentase 45,09 % agak
lemah. Tinggi skor tersebut disebabkan karena sebagian masyarakat di Dusun
babi.
b. Gangguan Teologis
bidang ilmu lainnya. Objek kajiannya yaitu ketuhanan dan segala sesuatu yang
a. Agama Islam
Kaum muslimin memandang babi sebagai icon hewan paling rendah dan
tontonan yang menarik bagi warga. Di Dusun Nggerukopa, babi melekat dengan
legenda jelmaan manusia yang dikutuk dan terkait dengan ilmu hitam. Penilaian
dan perlakuan kaum muslimin terhadap babi sepertinya terlalu berlebihan.
Dewasa ini, kaum muslimin praktis tidak bersentuhan dengan babi sebagai sebuah
lingkup usaha yang berkaitan dengan peternakan babi, hanyalah orang-orang yang
terpaksa dan dipadang lemah imannya. Oleh karena itu, peternakan babi identik
dengan usaha non-muslim. Bagi kaum muslimin kehadiran peternakan babi sering
lingkungan. Pandangan dan sikap negatif kaum muslimin terhadap babi mungkin
perlu dicermati dengan lebih bijaksana agar tidak menimbulkan pencitraan negatif
dan kerugian yang tidak perlu terjadi. Memang, pencemaran lingkungan oleh
baik. Untuk itu, Pemerintah Daerah harus memainkan perannya secara maksimal
masyarakat.
b. Agama Kristen
luput dari memperhatikan persoalan tentang babi, mulai dari kepercayaan yang
Mane") adalah babi emas milik Freyr, diciptakan oleh orang kerdil Brokk dan
Sindri sebagai bagian dari tantangan. Bulunya yang istimewa dikatakan mengisi
Peradaban mesir kuno babi diasosiasikan dengan Set, rival tuhan matahari
Horus. Ketika Set tidak disukai orang-orang Mesir, swineherd dilarang masuk
kuil. Menurut Herodotus, swineherd adalah sejenis sekte terpisah atau kasta, yang
hanya menikah sesama mereka. Orang Mesir kuno menghormati babi sebagai
pengorbanan yang tak patut bagi tuhan mereka selain bulan dan Dionysus, yang
bahwa, walau dia tahu alasan mengapa orang Mesir membenci babi pada pesta
"not a seemly one for me to tell. Dalam agama Hindu, Dewa Vishnu berwujud
babi varaha untuk melindungi bumi dari demon yang telah menyeretnya ke dasar
laut. Dalam kepercayaan Yunani kuno, babi betina adalah korban yang sesuai
untuk demeter dan telah menjadi hewan favoritnya sejak dia menjadi Dewa
babi.
Babi adalah salah satu dari 12 binatang dalam siklus tahunan yang muncul
(Kashrut, adj. Kosher) melarang, di antara jenis daging yang lain, memakan
daging babi dalam berbagai bentuk, menimbang babi sebagai hewan yang tidak
bersih. Dari membaca secara seksama pesan Taurat yang relevan, daging babi
dilarang seperti daging hewan yang tidakk bersih lainnya. Dalam praktiknya,
kebencian terhadap daging babi jauh lebih kuat dan emosional dalam kultur orang
daging babi juga dilarang dalam Islam demikian juga di antara Seventh-day
Adventists dan sebagian kaum Kristen lain. Tetapi, dalam ajaran katolik, Eastern
Orthodoxy, dan kelompok Kristen lain yang lebih tua, babi diasosiasikan dengan
Saint Anthony the Great, orang suci yang dijadikan pelindung babi (swineherd).
c. Hukum Adat
dalam wujudnya yang tertulis maupun tidak tertulis, berisi perintah, kebolehan
masyarakat Dusun Nggerukopa, yakni adat, kasama weki, kaboro weki, kasabua
nggahi dan lainnya untuk menyebut adat kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat, baik untuk adat yang bersifat hukum (hukum adat) maupun untuk
hukum adat masyarakat Dusun Nggerukopa tidak bisa dilepaskan dari adat yang
mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata pergaulan hidup masyarakat umat
tiga atau kahyangan desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan
Dusun Nggerukopa merupakan salah satu langkah yang harus di benahi oleh
dengan baik sehingga banyak peternak yang memelihara peternaknya dengan cara
dari pada peternakan babi tersebut menimbulkan suatu permasalahan baru bagi
c. Gangguan Sosiologis
a. Konflik
Manusia membuat sejarah, sejarah yang kita buat selalu terjadi dalam
suasana interaksi dengan orang lain. Manusia adalah mahluk social yang
non muslim yang ada di Dusun Nggerukopa melihat jalannya sejarah didorong
oleh konflik antar manusia yang terjadi pada tahun 2003 yang dimana pada saat
itu gereja masyarakat non muslim di bakar oleh masyarakat muslim hanya karena
tindakan yang dilakaukan oleh masyarakat non muslim yang tidak beretika.
b. Keresahan Masyarakat
terancam mau ditutup. Pasalnya, limbah dari puluhan hingga ratusan ternak babi
peternakan membuat pengelolaan limbah kotoran babi agar tidak lagi dibuang di
pengelolaan limbah kotoran ternak. Namun hingga saat ini belum terealisasi,
PENUTUP
A. Kesimpulan
setempat. Namun hal ini tidak mendukung karna dilihat dari jumlah penganut
peternakan babi maka dilihat pada persentase kekuatan skor berada pada posisi
tersebut.
B. Saran
yang lebih variatif sehingga diperoleh perbandingan untuk setiap variabel yang
lebih memadai.
Zidan Nafi'a & ukhty Izzah Maghfiroh, 2014. Fikih Kontemporer. Diakses tanggal
Juli 2012.
Boogaard, B.K, Bockhorst. L.J.S, Oosting and S.J, Sorensen.J.T. 2011. Socio-
Cultural Sustainability Of Pig Production: Perception In The Netherlands
And Denmark. Livestock Science 140 (1)pp: 189-200.
Data BPS. 2015. Donggo Dalam Angka. Diterbitkan Oleh Badan pusat Statistik
Kabupaten Bima.
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sihombing, Dkk. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha
Peternakan.Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Thoha, M. 1983. Perilaku Organisasi, konsep Dasar & Aplikasinya. PT. Raja.
Grafindo Persada, Jakarta.
Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Van Den Ban dan H.S Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
C. Pernyataaan
D. Pertanyaan Pendukung
55 32 27 94 27 = 235
Kuisioner Variabel Persepsi Masyarakat (Sub Variabel Bau)
(Studi Kasus Di Dusun Nggerukopa)
Bau Limbah
No Nama Responden 5 4 3 2 1
SS S N TS STT
1 H √
2 B √
3 E √
4 H √
5 L √
6 S √
7 F √
8 A √
9 F √
10 S √
11 E √
12 S √
13 H √
14 H √
15 M √
16 T √
17 S √
18 J √
19 H √
20 A √
21 L √
22 S √
23 A √
24 S √
25 S √
26 S √
27 M √
28 D √
29 R √
30 D √
31 S √
32 D √
33 E √
34 P √
35 F √
36 Y √
37 Y √
38 N √
39 P √
40 M √
41 M √
42 H √
43 E √
44 E √
45 E √
46 E √
47 D √
48 S √
49 J √
50 G √
51 G √
52 S √
53 M √
54 J √
55 Y √
56 D √
57 D √
58 A √
59 Y √
60 Y √
61 S √
62 L √
63 H √
64 S √
65 L √
66 E √
67 A √
68 L √
69 D √
70 A √
71 J √
72 Y √
73 A √
74 A √
75 E √
76 K √
77 E √
78 J √
79 M √
80 E √
81 W √
82 G √
83 P √
84 P √
85 M √
86 G √
87 M √
88 S √
89 M √
90 M √
91 L √
92 D √
93 B √
94 K √
94 R √
96 K √
97 J √
98 I √
99 S √
100 R √
101 S √
102 J √
Jumlah 11 8 9 45 29
Ketererangan :
5 = Sangat Setuju
4 = Setuju
3 = Netral
2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak Setuju
55+32+27+90+29= 233
Kuisioner Variabel Persepsi Masyarakat (Sub Variabel Suara)
(Studi Kasus Di Dusun Nggerukopa)
Ketererangan :
5 = Sangat Setuju
4 = Setuju
3 = Netral
2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak Setuju
55+32+27+84+32= 230
RIWAYAT HIDUP
pada SMP Negeri 1 Donggo dan lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat menengah atas pada SMA Negeri 1 Donggo dan lulus pada
tahun 2012. Setelah menyelesaikan SMA pada tahun 2012 penulis melanjutkan
Alauddin Makassar dan lulus pada tahun 2012, kemudian Lulus Strata 1 (S1) pada