You are on page 1of 29

ANGGARAN DASAR

IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA


MUKADIMAH
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami Fisioterapis Indonesia bertekad untuk
mengisi kemerdekaan Indonesia demi tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat dan
sejahtera.

Bahwa untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera yang
berasaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, perlu fisioterapis yang professional, kuat, mandiri, dan
independen yang berpegang teguh kepada Sumpah Profesi Fisioterapis dan Kode Etik
Fisioterapis Indonesia. Untuk itu sumber daya manusia yang unggul, asosiasi profesi yang
solid, dunia pendidikan yang mumpuni, struktur dan infra struktur keprofesian yang baik,
serta sistem kesehatan nasional yang tersinergi yang mencerminkan penghormatan pada
masing-masing profesi.

Bahwa untuk mencapai cita-cita, maksud dan tujuan organisasi tersebut disusun
kebijakan- kebijakan, upaya-upaya serta langkah-langkah yang konkrit dan terarah dan
berpedoman pada Anggaran Dasar sebagai berikut :

BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
Organisasi ini bernama “Ikatan Fisioterapi Indonesia” disingkat IFI dan dalam bahasa
inggris disebut Indonesian Physiotherapy Association disingkat IPA

Pasal 2
Organisasi fisioterapi didirikan di Surakarta pada tanggal 10 Juni 1968 untuk jangka
waktu tidak di tentukan dan telah disahkan pemerintah.

Pasal 3
Induk organisasi IFI berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB II
ASAS DAN DASAR
Pasal 4
Azas dan Dasar Ikatan Fisioterapi Indonesia Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945
BAB III
ATRIBUT
Pasal 5
Atribut organisasi terdiri dari Lambang, Panji Organisasi, Hymne dan Mars di tetapkan
oleh Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia

BAB IV
STATUS

Pasal 6
a. Ikatan Fisioterapi Indonesia adalah satu-satunya organisasi profesi fisioterapi di
Indonesia yang bersifat independent dan nirlaba.

b. Ikatan Fisioterapi Indonesia merupakan wadah pengembangan profesi, dan mitra


pemerintah dan pihak lain yang terkait, mengenai hal hal yang berhubungan dengan
pengembangan keilmuan, Pendidikan profesi, pelayanan Fisioterapi, peraturan
Fisioterapi, dan pengabdian kepada masyarakat.

BAB V
TUJUAN,PERAN DAN FUNGSI

Pasal 7
1. Ikatan Fisioterapi Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesehatan nasional
sebagaimana dicita-citakan dalam Pembukaan UUD 1945 melalui fisioterapis yang
professional, mandiri dan bermartabat.
2. Ikatan Fisioterapi Indonesia berperan sebagai mitra strategis pemerintah dan swasta,
yang secara aktif meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
3. Ikatan Fisioterapi Indonesia berfungsi sebagai pemersatu, Pembina, pengawas dan
pemberdaya fisioterapis di Indonesia

BAB VI
USAHA

Pasal 8
Ikatan Fisioterapi Indonesia melakukan usaha-usaha dan kegiatan kegiatan sebagai berikut
:

1. Menjalin kerjasama secara aktif dengan Pemerintah, organisasi-organisasi profesi


kesehatan, asosiasi-asosiasi dan badan badan lainya serta pihak pihak terkait.

2. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam Menyusun kebijakan dan


bekerjasama dalam pelaksanaan program-program kesehatan.
3. Menegakkan, memelihara dan mengawasi terlaksananya Kode Etik Profesi Fisioterapi
Indonesia dengan menjunjung tinggi sumpah profesi fisioterapis.

4. Melakukan komunikasi aktif dan kerjasama dengan organisasi- organisasi sejenis baik
antar negara, tingkat regional maupun Internasional di bidang riset, pengetahuan,
pendidikan, tehnologi dan profesi.

5. Menetapkan sikap, menyalurkan aspirasi kepentingan anggota kepada pemerintah.

6. Meningkatkan mutu pendidikan fisioterapi, penelitian dan pengembangan ilmu


fisioterapi, serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan fisioterapi.

7. Melaksanakan upaya upaya untuk peningkatan kesejahteraan anggota.

8. Melaksanakan usaha-usaha lain yang berguna untuk mencapai tujuan sepanjang tidak
bertentangan dengan asas, dasar, dan status Ikatan Fisioterapi Indonesia.

9. Ikut aktif menciptakan dan memelihara sistem kesehatan nasional yang bermartabat.

BAB VII
KEANGGOTAAN

Pasal 9
Anggota Ikatan Fisioterapi Indonesia terdiri dari :

1. Anggota Biasa

2. Anggota Luar Biasa

3. Anggota Kehormatan.

BAB VIII
PERMUSYAWARATAN STRUKTUR KEPEMIMPINAN DAN PERATURAN

Pasal 10
Permusyawaratan
Permusyawaratan tertinggi organisasi secara berjenjang adalah sebagai berikut :

1. Kongres Nasional,

2. Musyawarah Kerja Nasional

3. Musyawarah Daerah,

4. Musyawarah Cabang dan

5. Musyawarah Komisariat.
Pasal 11
Struktur Kepemimpinan

Tingkat Pusat

Terdiri dari Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia, Kolegium Fisioterapi (KF),
Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi (MKEDF) yang masing-masing memiliki
wewenang dan tanggung jawab sesuai tugas dan fungsinya.

Dalam menyelenggarakan tugasnya, kepemimpinan di tingkat pusat berkoordinasi


secara terintegrasi melalui Musyawarah Pimpinan Pusat (MPP) yang terdiri Ketua Umum
dan Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia, Ketua Kolegium
Fisioterapi (KF), Ketua Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi (MKEDF), yang
dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia.

Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia adalah pimpinan organisasi Ikatan


Fisioterapi Indonesia di tingkat nasional, yang melaksanakan kegiatan eksekutif organisasi
dan bertanggung jawab untuk dan atas nama organisasi.

Kolegium Fisioterapi (KF) adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat pusat yang
berperan dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan internal organisasi
dalam bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan.

Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi (MKEDF) adalah salah satu unsur
pimpinan di tingkat pusat yang berperan dan bertanggung jawab untuk mengelola kegiatan
internal organisasi dalam bidang disiplin dan etika Fisioterapi.

Tingkat Provinsi

Terdiri dari Pengurus Daerah

Tingkat Kabupaten/Kota

Terdiri dari Pengurus Cabang.

Pasal 12
Organisasi Binaan

Organisasi binaan adalah berupa perhimpunan dan komunitas.

BAB IX
KONGRES NASIONAL

Pasal 13
Kongres Nasional adalah badan legislatif tertinggi Ikatan Fisioterapi Indonesia dan
merupakan musyawarah utusan daerah dan cabang.

Pasal 14
Kongres Nasional Luar Biasa

1. Kongres Nasional Luar Biasa dapat diaadakan hanya bilamana dianggap perlu
oleh Pengurus Pusat atau atas permintaan sekurang-kurangnya setengan
ditambah satu jumlah Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang di seluruh
Indonesia.
2. Dalam Konggres Nasional Luar Biasa dibicarakan hal-hal yang bersangkutan
dengan maksud penyelenggaraan Kongres Nasional Luar Biasa tersebut.
3. Hasil-hasil Konggres Nasional Luar Biasa berkekuatan hukum sama dengan
Kongres Nasional.

BAB X
KEKAYAAN DAN KEUANGAN

Pasal 15
Kekayaan organisasi :

1. Kekayaan organisasi terdiri dari asset milik organisasi yang berupa benda
bergerak dan benda tidak bergerak yang dimiliki organisasi di semua tingkat.

2. Keuangan organisasi adalah dana yang dimiliki organisasi dan dimanfaatkan serta
dipergunakan untuk kepentingan organisasi.

3. dan lain-lain, misalnya hak cipta.

Pasal 16
Sumber keuangan Ikatan Fisioterapi Indonesia diperoleh dari :

1. Uang pangkal anggota.

2. Uang iuran anggota.

3. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB XI
LAMBANG DAN LAGU

Pasal 16
Lambang dan Panji Ikatan Fisioterapi Indonesia ditetapkan oleh kongres dan diatur
tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.

Pasal 17
Lagu Mars dan Hymne Ikatan Fisioterapi Indonesia ditetapkan oleh kongres.
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 18

1. Perubahan anggaran dasar hanya dapat dilakukan dalam Kongres Nasional atau
Kongres Nasional Luar Biasa.

2. Usulan perubahan diajukan oleh pengurus pusat, pengurus daerah atau pengurus
cabang.

3. Usulan perubahan harus sudah diterima pengurus pusat selambat-lambatnya 3 (tiga)


bulan sebelum Kongres Nasional atau Kongres Nasional Luar Biasa.

4. Perubahan Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan oleh Pengurus Pusat Ikatan
Fisioterapi Indonesia melalui Mukernas atau Kongres Nasional.

BAB XIII
PEMBUBARAN ORGANISASI IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA

Pasal 19
1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh kongres nasional yang diadakan
khusus untuk itu, atas usul dari sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah Pengurus
Daerah dan Pengurus Cabang.
2. Apabila Organisasi dibubarkan maka kongres harus menetapkan penghibahan harta
kekayaan organisasi.

BAB XIV
PENGESAHAN
Pasal 21
1. Pengesahan anggaran dasar ditetapkan pada Kongres Nasional atau Kongres Nasional
Luar Biasa.
2. Pengesahan Anggaran Rumah Tangga ditetapkan melalui Kongres Nasional atau
Mukernas.

BAB XV
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 20
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, dimuat dalam Anggaran Rumah
Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar Ikatan Fisioterapi Indonesia.
2. Anggaran Rumah Tangga sebagai penjabaran dari anggaran dasar yang diputuskan
melalui Kongres dan Mukernas.
BAB XVI
PENUTUP

Pasal 22
1. Anggaran Dasar ini disahkan dalam Sidang Pleno Konggres Nasional di Yogyakarta
Pada Tanggal 20 Juni 2021 dan dicatatkan pada Notaris, didaftarkan ke Kementerian
Hukum dan HAM, dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2. Dengan disahkanya Anggaran Dasar ini, maka Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan
tidak berlaku.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA

BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
Ketentuan :

1. Anggota biasa Ikatan Fisioterapi Indonesia adalah Warga Negara Indonesia yang mempunyai
ijasah Pendidikan Fisioterapi minimal Diploma Tiga lulusan dalam atau luar negeri yang sah
dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

2. Anggota luar biasa Ikatan Fisioterapi Indonesia terdiri dari Fisioterapis Warga Negara Asing
yang melakukan pelayanan fisioterapi di Indonesia atas ijin pemerintah Republik Indonesia.

3. Anggota kehormatan Ikatan Fisioterapi Indonesia adalah mereka yang telah ditetapkan oleh
Ikatan Fisioterapi Indonesia sebagai anggota kehormatan atas dasar jasa-jasanya terhadap
pengembangan fisioterapi.

Pasal 2
Tata cara penerimaan anggota :

1. Anggota biasa dapat diterima oleh Pengurus Cabang setempat setelah mendaftarkan diri
secara tertulis dan membuat pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia dengan cara mengisi formulir pendaftaran dan
membayar uang pangkal serta melampirkan ijazah pendidikan Fisioterapi terakhir yang diakui
pemerintah dan bagi lulusan luar negeri harus melampirkan surat keterangan penyetaraan.
Selanjutnya dilaporkan ke pengurus daerah dan dilanjutkan ke pengurus pusat untuk
diketahui dan dicatat diregistrasi.

2. Anggota luar biasa dapat diterima oleh pengurus cabang setempat setelah mendaftarkan diri
secara tertulis dan membuat pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia dengan cara mengisi formulir ke pengurus Pusat
serta melampirkan ijazah pendidikan Fisioterapi terakhir dan surat keterangan penyetaraan
yang diakui pemerintah, serta mendapat ijin dari pemerintah untuk mendapatkan
pertimbangan dan disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia dengan
tembusan ke pengurus daerah.

3. Bilamana ditempat calon tersebut berada belum ada Pengurus cabang Ikatan Fisioterapi
Indonesia, pendaftaran dilakukan melalui pengurus cabang terdekat.

4. Anggota Kehormatan diusulkan oleh pengurus cabang atau pengurus daerah terdekat ke
pengurus pusat atau langsung oleh Pengurus Pusat untuk disahkan oleh kongres dalam bentuk
Surat Keputusan setelah melalui pertimbangan-pertimbangan terhadap jasa-jasa yang
bersangkutan pada pengembangan fisioterapi Indonesia dalam hal pelayanan, regulasi,
pendidikan dan penemuan teknologi fisioterapi. Kriteria pertimbangan diatur tersendiri dalam
surat keputusan Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia.
5. Ketentuan tata cara penerimaan anggota lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi

Pasal 3
Hak Anggota :

1. Anggota biasa berhak memilih dan dipilih, mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau
pernyataan secara lisan maupun tertulis kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan
organisasi.

2. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan tidak berhak memilih dan dipilih, berhak
mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pernyataan secara lisan maupun tertulis
kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan organisasi.

3. Tiap Anggota berhak mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas
Ikatan Fisioterapi Indonesia dan atau pekerjaan di bidang Fisioterapi.

4. Anggota biasa berhak atas informasi yang berkaitan dengan profesi

5. Setiap anggota berhak mendapat manfaat dari organisasi.

Pasal 4
Kewajiban anggota :

1. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban menjunjung tinggi dan mengamalkan
sumpah Profesi fisioterapi dan kode etik Fisioterapi Indonesia, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga serta segala peraturan dan keputusan Ikatan Fisioterapi Indonesia.

2. Anggota biasa dan anggota luar biasa wajib membayar uang pangkal dan uang iuran.

3. Anggota biasa dan anggota luar biasa wajib mengikuti kegiatan yang diadakan oleh cabang
setempat minimal 1x dalam setahun.

4. Anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota kehormatan berkewajiban menjaga dan
mempertahankan kehormatan Ikatan Fisioterapi Indonesia.

BAB II
RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP JABATAN

Pasal 5
Anggota IFI tidak dapat merangkap menjadi anggota pada organisasi profesi
kesehatan lain.

Pasal 6
Kehilangan Keanggotaan :

1. Anggota biasa kehilangan keanggotaannya karena meninggal dunia, atas


permintaan sendiri atau diberhentikan oleh pengurus pusat Ikatan Fisioterapi
Indonesia atas rekomendasi dari pengurus cabang dan atau pengurus daerah.
2. Anggota luar biasa kehilangan keanggotaannya karena meninggal dunia, atas
permintaan sendiri atau diberhentikan oleh pengurus pusat Ikatan Fisioterapi
Indonesia dan/atau atas rekomendasi pengurus cabang dan atau pengurus
daerah.
3. Anggota dapat diberhentikan karena bertindak mencemarkan nama baik
Ikatan Fisioterapi Indonesia atau bertentangan denganAnggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, Sumpah Profesi Fisioterapi atau Kode Etik
Fisioterapi Indonesia.
4. Keanggotaan anggota biasa dapat diberhentikan sementara apabila yang
bersangkutan tidak menjalankan kewajiban selama dua tahun berturut-turut.

Pasal 7
Sanksi Dan Pembelaan

Anggota dapat diberi sanksi karena :

1. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan


Ikatan Fisioterapi Indonesia.
2. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik Ikatan Fisioterapi
Indonesia.
3. Anggota yang diberhentikan berhak memperoleh pembelaan atau membela
dirinya sendiri.
4. Tata cara pemberian sanksi dan pembelaan akan diatur dalam ketentuan dan
peraturan tersendiri.

BAB III
KEKUASAAN ORGANISASI

Pasal 8
Kongres Nasional
1. Status

a. Kongres Nasional merupakan kekuasaan tertinggi organisasi

b. Kongres adalah musyawarah nasional fisioterapis indonesia yang diwakili oleh


utusan daerah, utusan cabang, dan diberi nama Kongres Nasional Fisioterapi
Indonesia

c. Kongres Nasional diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.

d. Peserta Kongres Nasional terdiri dari Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Daerah,
Utusan Pengurus Cabang, Kolegium Fisioterapi (KF) dan Majelis Kehormatan Etik
dan Disiplin Fisioterapi (MKEDF)
e. Utusan cabang menampung aspirasi anggota dan masyarakat yang berada di
daerah tempat cabang berada, untuk disampaikan pada Kongres Nasional
Fisioterapi Indonesia

f. Dalam keadaan luar biasa, dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul sekurang-
kurangnya satu cabang atau satu daerah dan mendapat persetujuan sekurang-
kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah cabang yang ada secara tertulis.

g. Pengurus pusat menyelenggarakan kongres luar biasa selambat-lambatnya tiga


bulan setelah surat usulan diterima.

2. Kekuasaan dan wewenang

a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat dan ketua Kolegium Fisioterapi,


ketua Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi (MKEDF)

b. Laporan pertanggungjawaban serta tindaklanjutanya diatur dalam keputusan


kongres.

c. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Pedoman-


pedoman Pokok serta Garis-garis Besar Haluan dan Program Kerja Ikatan
Fisioterapi Indonesia.

d. Memilih dan Menetapkan Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum Ikatan
Fisioterapi Indonesia, Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan Etik
dan Disiplin Fisioterapi

e. Menetapkan tuan rumah penyelenggara kongres berikutnya.

f. Menetapkan pengangkatan seseorang sebagai anggota kehormatan Ikatan


Fisioterapi Indonesia.

g. Mengukuhkan, menon-aktifkan atau membubarkan perhimpunan dalam


lingkungan Ikatan Fisioterapi Indonesia, ketentuan diatur tersendiri oleh
Kolegium Fisioterapi.

h. Membentuk dan menetapkan panitia ad hock, badan-badan khusus/ badan


kelengkapan Ikatan Fisioterapi Indonesia.

i. Menyetujui dan menetapkan Persatuan, Perhimpunan dan komunitas sebagai


organisasi binaan Ikatan Fisioterapi Indonesia.

3. Tata Tertib Kongres Nasional

a. Kongres Nasional diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi


Indonesia bersama Panitia Pelaksana kongres yang dibentuk oleh pengurus
Ikatan Fisioterapi Indonesia Pusat.

b. Panitia pelaksana kongres adalah pengurus daerah yang telah ditetapkan sebagai
tuan rumah dalam kongres sebelumnya.

c. Pengurus pusat adalah penanggungjawab penyelenggaraan kongres.


d. Pengurus daerah sebagai Panitia pelaksana kongres bertanggung jawab atas
teknis penyelenggarakan kongres

e. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Ketua/Utusan Pengurus Daerah,


Ketua/Utusan Pengurus Cabang, Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis
Kehormatan Etik dan disiplin Fisioterapi ,anggota biasa dan peserta lain atas
undangan Pengurus Ikatan Fisioterapi Indonesia Pusat sebagai peninjau.

f. Kongres dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah cabang
yang ada dan lebih dari setengah dari jumlah pengurus daerah.

g. Bila persyaratan pada butir (f) tidak terpenuhi, maka kongres ditunda paling lama
satu kali 24 jam, dan setelah itu Kongres dianggap sah dengan utusan cabang
yang hadir.

h. Ketua Pengurus Cabang dan Daerah atau utusan pengurus cabang dan Daerah
yang hadir dengan mandat resmi dari Ketua pengurus Cabang/ Daerah
mempunyai hak bicara dan hak suara, sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara atas permintaan Presidium.

i. Ketua/Utusan Pengurus Daerah mempunyai hak bicara dan hak suara.

j. Pengurus pusat, Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan Etik dan
disiplin Fisioterapi,mempunyai hak bicara dan tidak mempunyai hak suara.

k. Sidang pengesahan Kuorum, Pengesahan jumlah suara masing-masing cabang


dandaerah, pengesahan tata tertib Kongres dan Pemilihan Presidium dipimpin
oleh Ketua Panitia Pelaksana Kongres.

l. Selanjutnya Kongres dipimpin oleh Presidium yang dipilih dari dan oleh Peserta
Kongres dalam sidang pleno.

m. Presidium merupakan perwakilan seluruh wilayah Indonesia yaitu (1) ketua


panitia mewakili tuan rumah, (2) perwakilan propinsi DKI Jakarta, (3) Perwakilan
Kepulauan Sumatera, (4) perwakilan daerah Jawa Barat dan Banten, (5)
Perwakilan daerah Jawa tengah dan DIY, (6) Perwakilan Jawa Timur, Bali, NTB,
dan NTT. (7) Perwakilan kepulauan Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

n. Presidium terdiri dari satu orang ketua merangkap anggota, satu orang sekretaris
merangkap anggota dan lima orang anggota.

o. Ketua dan Sekretaris Presidium dipilih oleh anggota presidium.

p. Mekanisme pengambilan keputusan dalam Kongres dilaksanakan dalam sidang


pleno dan sidang khusus.

q. Apabila laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan


Fisioterapi Indonesia dan Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan
dan disiplin Fisioterapi) selesai, maka Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia
dan Ketua Kolegium Fisioterapi Ketua Majelis Kehormatan Etik dan disiplin
Fisioterapi (MKEDF) dinyatakan demisioner dan berstatus sebagai peninjau
setelah mendapat penilaian oleh kongres.
r. Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi
Indonesia dan Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan Etik dan
Disiplin Fisioterapi diserahkan kepada Presidium.

s. Apabila laporan pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan


Fisioterapi Indonesia dan Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan
Etik dan Disiplin Fisioterapi (MKEDF) dinyatakan ditolak oleh kongres maka yang
bersangkutan tidak bisa dicalonkan kembali.

t. Untuk pembubaran Ikatan Fisioterapi Indonesia harus Kongres Khusus yang


dihadiri oleh utusan cabang dan daerah yang mewakili sekurang-kurangnya ¾
(tiga per empat) dari jumlah cabang dan daerah. Dan keputusan sah apabila
disetujui oleh paling kurang 2/3 ( dua per tiga ) dari jumlah peserta yang
hadir/terwakili.

u. Banyaknya suara cabang dalam Kongres adalah

1) 5 sampai dengan 20 anggota : Satu Suara

2) 21 sampai dengan 40 anggota : Dua Suara

3) 41 sampai dengan 60 anggota : Tiga Suara

4) 61 sampai dengan 80 anggota : Empat Suara

5) Selanjutnya setiap penambahan 20 anggota mendapat tambahan satu suara


dengan jumlah

v. Banyaknya suara daerah dalam kongres nasional adalah satu suara per daerah.

Pasal 9
Musyawarah Daerah
1. Status

a. Musyawarah daerah (MUSDA) merupakan forum pengambilan keputusan


tertinggi di tingkat daerah.

b. Musda adalah musyawarah utusan cabang-cabang dalam satu daerah.

c. Musda diadakan sekali dalam 5 (lima)tahun.

d. Dalam keadaan luar biasa musda dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul
atau inisiatif satu cabang dan mendapat persetujuan lebih dari 50% jumlah
cabang yang ada dalam daerah tersebut.

e. Diantara musyawarah daerah, pengurus daerah dapat melaksanakan rapat


kerja daerah, yang dimaksudkan untuk menilai dan kemudian
memperbaiki/mengadaptasi pelaksanaan program kerja pengurus daerah.

2. Kekuasaan dan Wewenang

a. Menilai pertanggungjawaban Ketua Pengurus Daerah.


b. Menetapkan garis-garis besar program kerja daerah yang menunjang serta
tidak bertentangan dengan program kerja pengurus pusat.

c. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil ketua Pengurus daerah untuk
periode berikutnya

3. Tata Tertib Musyawarah Daerah

a. Musyawarah daerah diselenggarakan oleh pengurus daerah bersama


panitia pelaksana musyawarah daerah yang dibentuk oleh pengurus daerah.

b. Panitia pelaksana musyawarah daerah bertanggung jawab atas segi teknis


penyelenggaraan musyawarah daerah.

c. Musyawarah daerah dihadiri oleh Pengurus Daerah, Utusan Pengurus


Cabang, peninjau dan undangan pengurus daerah.

d. Musyawarah daerah sah apabila dihadiri lebih dari setengah jumlah cabang
yang ada.

e. Bila persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka musyawarah daerah ditunda


selambat-lambatnya 1 X 24 jam, dan setelah itu musyawarah daerah
dianggap sah dengan jumlah anggota yang hadir.

f. Utusan Cabang mempunyai hak bicara dan hak suara, peninjau mempunyai
hak bicara.

g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan acara, sidang pengesahan


tata tertib, dan sidang pemilihan presidium dipimpin oleh ketua panitia
pelaksana musyawarah daerah.

h. Musyawarah daerah selanjutnya dipimpin oleh presidium yang dipilih dari


dan oleh peserta dalam sidang lengkap yang diadakan untuk pemilihan
presidium.

i. Apabila laporan pertanggungjawaban pengurus daerah selesai, maka


pengurus daerah yang bersangkutan dinyatakan demisioner setelah
mendapat penilaian oleh musyawarah daerah, dan selanjutnya pengurus
daerah demisioner tersebut berstatus sebagai peninjau.

j. Banyaknya suara cabang adalah sesuai dengan jumlah anggota per cabang.

Pasal 10
Musyawarah Cabang
1. Status

a. Musyawarah cabang (muscab) merupakan forum pengambilan keputusan


tertinggi di tingkat cabang.

b. Musyawarah cabang adalah musyawarah anggota Ikatan Fisioterapi


Indonesia dalam satu cabang.

c. Musyawarah cabang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.


d. Dalam keadaan luar biasa Musyawarah cabang dapat diadakan sewaktu-
waktu atas usul atau inisiatif sekurang-kurangnya lima anggota dan
mendapat persetujuan lebih dari 50% jumlah anggota cabang yang ada
dalam daerah tersebut.

e. Diantara Musyawarah cabang, pengurus cabang dapat melaksanakan rapat


kerja cabang, yang dimaksudkan untuk menilai dan kemudian
memperbaiki/mengadaptasi pelaksanaan program kerja pengurus cabang.

2. Kekuasaan dan wewenang

a. Menilai pertanggungjawaban ketua pengurus cabang.

b. Menetapkan Garis-garis besar program kerja cabang yang menunjang serta


tidak bertentangan dengan program kerja pengurus pusat.

c. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil ketua pengurus cabang untuk
periode berikutnya

3. Tata Tertib Musyawarah Cabang

a. Musyawarah cabang diselenggarakan oleh pengurus cabang bersama panitia


pelaksana musyawarah cabang yang dibentuk oleh pengurus cabang.

b. Panitia pelaksana musyawarah cabang bertanggung jawab atas segi teknis


penyelenggaraan musyawarah cabang.

c. Musyawarah cabang dihadiri oleh Pengurus Cabang, Anggota Cabang,


peninjau dan undangan pengurus cabang.

d. Musyawarah cabang sah apabila dihadiri lebih dari setengah jumlah anggota
biasa yang ada.

e. Bila persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka musyawarah cabang ditunda


selambat-lambatnya 1 X 24 jam, dan setelah itu musyawarah cabang dianggap
sah dengan jumlah anggota yang hadir.

f. Anggota biasa mempunyai hak bicara dan hak suara, peninjau mempunyai hak
bicara.

g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan acara, sidang pengesahan


tata tertib, dan sidang pemilihan presidium dipimpin oleh ketua panitia
pelaksana musyawarah cabang.

h. Musyawarah cabang dipimpin oleh presidium yang dipilih dari dan oleh
peserta dalam sidang lengkap yang diadakan untuk pemilihan presidium.

i. Apabila laporan pertanggungjawaban pengurus cabang selesai, maka


pengurus cabang yang bersangkutan dinyatakan demisioner setelah
mendapat penilaian oleh musyawarah cabang, dan selanjutnya pengurus
cabang demisioner tersebut berstatus sebagai anggota biasa

j. Banyaknya suara anggota adalah satu anggota satu suara.


Pasal 11
Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS)

1. Status

a. Musyawarah Kerja Nasional adalah rapat pengurus Ikatan Fisioterapi


Indonesia yang dihadiri oleh segenap kelengkapan organisasi tingkat pusat
dengan Ketua Pengurus Daerah dan Ketua Pengurus Cabang atau yang
mewakili.

b. Musyawarah Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam


periode pengurusan Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia

2. Kekuasaan dan Wewenang

a. Menilai pelaksanaan keputusan dan ketetapan kongres, menyempurnakan


dan memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa kepengurusan selanjutnya.

b. Mengadakan pembicaraan pendahuluan tentang bahan kongres yang akan


datang.

c. Menetapkan perubahan Anggaran Rumah Tangga (ART)

3. Tata Tertib Musyawarah Kerja Nasional

a. Musyawarah Kerja Nasional diadakan oleh pengurus pusat bersama panitia


pelaksana musyawarah kerja yang dibentuk oleh pengurus pusat.

b. Keputusan dan ketetapan musayawarah kerja diambil dengan cara


musyawarah dan mufakat.

c. Panitia pelaksana musyawarah kerja nasional bertanggung jawab atas segi


teknis pelaksanaan musyawarah kerja nasional.

d. Musyawarah Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, Majelis, Ketua


Pengurus Daerah, Ketua Pengurus Cabang atau yang mewakili sebagai
utusan cabang dengan mandat dari ketua Pengurus Daerah atau Cabang

e. Musyawarah Kerja Nasional dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari
setengah jumlah cabang yang ada.

f. Bila persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka musyawarah kerja nasional


ditunda selambat-lambatnya 1 X 24 jam, dan setelah itu musyawarah kerja
nasional dianggap sah dengan jumlah utusan yang hadir.

g. Musyawarah kerja nasional dipimpin oleh ketua umum, apabila ketua umum
berhalangan hadir maka musyawarah kerja nasional dapat dipimpin oleh
pengurus lain sesuai hierarki organisasi.
BAB III
KEPEMIMPINAN ORGANISASI

Pasal 12
Pengurus Pusat
1. Status

a. Pengurus pusat adalah Badan Eksekutif tertinggi Ikatan Fisioterapi Indonesia

b. Bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi

c. Periode Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia adalah diantara 2(dua)


kongres yang berurutan yaitu 5 (lima) tahun. Terhitung sejak disahkan atau
dilantik oleh Kongres Nasional yang memilihnya.

d. Apabila ketua umum berhalangan atau tidak dapat melaksanakan tugasnya


maka pelaksanaan tugas dapat didelegasikan kepada pengurus lain sesuai
hierarki organisasi dan tupoksi.

e. Apabila ketua umum mangkat, berhenti atau tidak melakukan kewajibannya


dalam masa jabatannya, ketua umum digantikan oleh wakil ketua umum
sampai masa jabatannya berakhir.

2. Personalia Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia

a. Pengurus pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sekurang-kurangnya terdiri dari


satu orang ketua umum, satu orang wakil ketua umum, satu orang sekretaris
umum, satu orang bendahara umum, dan beberapa ketua bidang.

b. Ketua Umum mengangkat dan memberhentikan, sekretaris umum,


bendahara umum, ketua-ketua bidang atau wakil-wakil pada jabatan
tersebut.

c. Ketua umum yang telah habis masa jabatannya untuk satu periode dapat
dipilih kembali untuk satu periode berikutnya

d. Seorang anggota bisa menjadi ketua umum paling banyak dua kali masa
kepengurusan.

e. Pengurus pusat tidak boleh rangkap jabatan di pengurus daerah atau cabang
kecuali dibutuhkan

3. Tugas dan wewenang

a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan semua


keputusan yang telah ditetapkan kongres.

b. Mensosialisasikan kepada semua pengurus daerah, pengurus cabang


mengenai pengambilan keputusan organisasi.
c. Membina dan meningkatkan kinerja daerah dan cabang termasuk
mengesahkan terbentuknya daerah dan cabang.

d. Menyelenggarakan kongres dan bertanggung jawab kepada anggota dalam


kongres.

e. Membina hubungan yang baik dengan semua instansi yang ada, baik
pemerintah maupun swasta di dalam maupun di luar negeri khususnya
instansi yang berhubungan dengan kesehatan pada umumnya dan
fisioterapi pada khususnya.

f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui


forum Kongres Nasional.

g. Menyiapkan draft materi kongres nasional melalui forum mukernas

h. Mengesahkan pengurus daerah dan cabang serta perangkat organisasi


tingkat pusat.

4. Tata cara pengelolaan

a. Pengurus pusat menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah


terima dengan pengurus pusat demisioner.

b. Pengurus Pusat dan Majelis Ikatan Fisioterapi Indonesia harus sudah


melengkapi personelnya paling lambat 30 hari setelah kongres

c. Serah terima kepengurusan pada saat berakhirnya kongres dan disertai


berita acara serah terima jabatan.

d. Untuk menyelenggarakan kegiatannya, pengurus pusat harus mengadakan


rapat-rapat berupa musyawarah kerja, rapat harian, rapat pleno terbatas,
rapat pleno, rapat pleno diperluas.

e. Ketentuan tentang musyawarah kerja diatur dalam pasal tersendiri.

f. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus pusat dengan atau tanpa ketua
bidang/seksi sekurang-kurangnya diselenggarakan sebulan sekali, atau
sesuai kebutuhan.

g. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus pusat, ketua Majelis yang
diperlukan, sekurang-kurangnya diselenggarakan tiga bulan sekali, atau
sesuai kebutuhan.

h. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus pusat lengkap dan seluruh ketua dan
anggota majelis yang diselenggarakan sekurang-kurangnya enam bulan
sekali, atau sesuai kebutuhan.

i. Rapat pleno diperluas dihadiri pengurus pusat lengkap, ketua dan anggota
Majelis dan ketua pengurus daerah/ cabang yang diperlukan,
diselenggarakan sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam setahun, atau sesuai
kebutuhan.
2. Tata cara pengelolaan administrasi dan keuangan

a. Menyelengarakan administrasi keanggotaan yang dikelola oleh unit khusus


yang bertugas untuk mendaftar, mendata, menyimpan, dan mengelola
potensi dasar anggota.

b. Meyelenggarakan adminitrasi kesekretariatan yang dipimpin oleh sekretaris


jenderal atau sekretaris khusus yang bertanggung jawab langsung kepada
sekretaris jenderal.

c. Meyelenggarakan administrasi keuangan sesuai dengan tata cara dan tata


kelola keuangan yang transparan dan akuntabilitas dan dipimpin oleh
bendahara umum atau seorang kepala bagian keuangan yang bertanggung
jawab langsung kepada bandahara umum.

d. Membuat laporan keuangan tahunan dan disampaikan kepada seluruh


anggota melalui pengurus cabang.

Pasal 13
Pengurus Daerah
1. Status

a. Pengurus daerah adalah perangkat organisasi ditingkat propinsi yang


berkedudukan di ibu kota propinsi.

b. Ketua Pengurus Daerah Ikatan Fisioterapi Indonesia dipilih melalui


musyawarah daerah.

c. Pengurus Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang


sekretaris dan 1 orang bendahara.

d. Bila dianggap perlu pengurus Daerah Ikatan Fisioterapi Indonesia dapat


membentuk perangkat organisasi lainnya untuk kepentingan organisasi dan
atas sepengetahuan pengurus pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia.

e. Masa jabatan pengurus daerah 5 (Lima) tahun terhitung sejak musyawarah


daerah yang memilihnya dan pengesahannya dilakukan oleh pengurus
pusat.

f. Ketua pengurus daerah yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya.

g. Seorang anggota hanya bisa menjadi ketua pengurus daerah paling banyak
dua kali masa jabatan baik secara berturut-turt maupun tidak berturut-
turut.

h. Struktur kelengkapan pengurus daerah Ikatan Fisioterapi Indonesia


disesuaikan dengan struktur kelengkapan Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi
Indonesia.

i. Pengurus daerah tidak boleh merangkap jabatan pengurus cabang kecuali


dibutuhkan
2. Tugas dan wewenang

Tugas :

a. Mewakili kegiatan Ikatan Fisioterapi Indonesia di tingkat Provinsi.

b. Melakukan koordinasi dengan pengurus cabang di daerah Provinsi dalam


rangka kegiatan di daerah Provinsi.

c. Memberikaan laporan tertulis kepada pangurus Pusat Ikatan Fisioterapi


Indonesia tentang pelaksanaan program kerja serta hasil kerja yang telah
dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

d. Melaksanakan keputusan kongres, keputusan pengurus pusat Ikatan


Fisioterapi Indonesia.

e. Membina hubungan baik dengan semua aparat yang berhubungan dengan


upaya kesehatan pada umumnya dan Fisioterapi pada khususnya di tingkat
Propinsi.

f. Melaksanakan musyawarah daerah pada akhir masa jabatannya, paling


lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum masa jabatan berakhir.

g. Bertanggung jawab kepada pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia.

h. Mengkordinasikan pembinaan organisasi profesi di daerahnya

i. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan organisasi profesi di daerahnya

j. Memberdayakan dan memfasilitasi kegiatan organisasi di daerahnya

Wewenang:

a. Memberi penghargaan dan sanksi kepada PC di daerahnya

b. Menyelesaikan perselisihan atas pelayanan yg terjadi di daerahnya

c. Memberikan persetujuan atas usulan pelantikan PC terpilih di daerahnya

d. Melantik PC terpilih di daerahnya atas nama pengurus pusat

4. Tata cara pengelolaan

a. Formatur pengurus Daerah terpilih harus membentuk kepengurusannya


selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari setelah selesainya musyawarah
daerah.

b. Pengurus Daerah menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah


terima dengan pengurus daerah demisioner.

c. Serah terima kepengurusan harus dilaksanakan paling lambat 30 hari setelah


selesai musyawarah daerah dan selanjutnya ketua daerah yang lama
melaporkan pergantian pengurus daerah pada pengurus pusat disertai data-
datanya untuk mendapatkan pertimbangan dan atau pengesahan dari
pengurus pusat.

d. Untuk menyelenggarakan kegiatannya, pengurus daerah harus mengadakan


rapat-rapat berupa rapat harian, rapat pleno terbatas dan rapat pleno.

e. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus daerah Ikatan Fisioterapi


Indonesia (ketua, bendahara, sekretaris) sekurang-kurangnya
diselenggarakan sebulan sekali.

f. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus harian cabang ditambah


pengurus daerah lain yang diperlukan sekurang-kurangnya diselenggarakan
tiga bulan sekali.

g. Rapat pleno dihadiri oleh seluruh pengurus cabang lengkap yang


diselenggarakan sekurang-kurangnya enam bulan sekali.

h. Pengurus daerah dalam mengadakan kegiatannya secara periodik sekurang-


kurangnya satu tahun sekali membuat laporan kegiatan kepada pegurus
pusat.

i. Yang dapat menjadi pengurus daerah adalah anggota biasa IFI daerah
setempat.

Pasal 14
Pengurus Cabang
1. Status

a. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk di tempat yang


mempunyai sekurang-kurangnya sepuluh anggota biasa.

b. Keberadaan cabang adalah di tingkat Kabupaten atau Kota.

c. Dalam satu kabupaten/kota hanya boleh ada satu cabang.

d. Bila jumlah anggota Fisioterapi dalam satu kabupaten/kota adalah 10


(sepuluh) orang dapat membentuk cabang sendiri atas usulan Pengurus
Daerah atau Pengurus Cabang Ikatan Fisioterapi Indonesia terdekat dan
disahkan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia pusat, dengan pertimbangan
khusus, seperti letak geografis.

e. Jika satu cabang terdiri dari beberapa kabupaten maka harus ditunjuk
koordinator kabupaten.

f. Bila dianggap perlu pengurus Ikatan Fisioterapi Indonesia cabang dapat


membentuk perangkat organisasi lainnya untuk kepentingan organisasi dan
atas sepengetahuan pengurus Ikatan Fisioterapi Indonesia pusat.

g. Masa jabatan pengurus cabang 5 (Lima) tahun terhitung sejak musyawarah


cabang yang memilihnya dan pengesahannya dilakukan oleh pengurus
pusat.

h. Ketua pengurus cabang yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya.
i. Seorang anggota bisa menjadi ketua cabang paling banyak dua kali masa
kepengurusan secara berturut-turut.

j. Struktur kelengkapan pengurus cabang Ikatan Fisioterapi Indonesia


disesuaikan dengan struktur kelengkapan pengurus pusat Ikatan Fisioterapi
Indonesia.

k. Yang dapat menjadi pengurus cabang adalah anggota biasa IFI cabang
setempat.

2. Tugas dan wewenang

Tugas

a. Melaksanakan keputusan kongres, keputusan pengurus pusat Ikatan


Fisioterapi Indonesia , musyawarah daerah dan musyawarah cabang.

b. Memberikan laporan kepada pengurus pusat dan pengurus daerah Ikatan


Fisioterapi Indonesia tentang program kerja serta hasil kerja yang telah
dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

c. Membina hubungan baik dengan semua instansi yang berhubungan dengan


upaya kesehatan pada umumnya dan fisioterapi pada khususnya di tingkat
kabupaten/kota.

d. Pengurus Cabang harus melaksanakan musyawarah cabang pada akhir masa


jabatannya, paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum masa jabatan
berakhir.

e. Bertanggung jawab kepada musyawarah cabang dan pengurus pusat Ikatan


Fisioterapi Indonesia.

3. Tata cara pengelolaan

a. Formatur pengurus cabang terpilih harus telah dapat menyusun


kepengurusannya selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari setelah
selesainya musyawarah cabang.

b. Pengurus cabang menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah


terima dengan pengurus cabang demisioner.

c. Serah terima kepengurusan harus dilaksanakan paling lambat 30 hari setelah


selesai musyawarah cabang dan selanjutnya ketua cabang yang lama
melaporkan pergantian pengurus cabang pada pengurus pusat disertai data-
datanya untuk mendapatkan pertimbangan dan atau pengesahan dari
pengurus pusat.

d. Untuk menyelenggarakan kegiatannya, pengurus cabang harus mengadakan


rapat-rapat berupa rapat harian, rapat pleno terbatas dan rapat pleno.

e. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus Ikatan Fisioterapi Indonesia


cabang (ketua, bendahara, sekretaris) sekurang-kurangnya diselenggarakan
sebulan sekali.
f. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus harian cabang ditambah
pengurus cabang lain yang diperlukan sekurang-kurangnya diselenggarakan
tiga bulan sekali.

g. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus cabang lengkap yang diselenggarakan


sekurang-kurangnya enam bulan sekali.

h. Pengurus cabang dalam mengadakan kegiatannya secara periodik sekurang-


kurangnya satu tahun sekali membuat laporan kegiatan kepada pegurus
pusat.

i. Yang dapat menjadi pengurus cabang adalah anggota biasa Ikatan


Fisioterapi Indonesia cabang setempat.

Pasal 15
Majelis-majelis
1. Status

a. Majelis adalah badan kelengkapan Ikatan Fisioterapi Indonesia yang


dibentuk oleh kongres nasional untuk menjalankan tugas dan kewajiban
dalam bidang khusus.

b. Majelis-majelis tersebut adalah Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin


Fisioterapi, dan Kolegium

c. Masa jabatan Majelis sama dengan masa jabatan pengurus Pusat Ikatan
Fisioterapi Indonesia

d. Kepengurusan Majelis sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, sekretaris dan


anggota.

2. Tugas dan wewenang

a. Kekuasaan dan wewenang majelis diatur dalam pasal tersendiri.

b. Secara umum seluruh badan khusus dalam menjalankan tugasnya perlu


saling koordinasi dengan eksekutif organisasi.

c. Majelis bertanggung jawab kepada kongres nasional.

Pasal 16
Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi
1. Status

a. Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi adalah badan yudikatif


Ikatan Fisioterapi Indonesia yang bertanggungjawab memberikan masukan
ke badan Eksekutif dalam pengembangan kebijakan, pembinaan
pelaksanaan dan pengawasan penerapan etika Fisioterapi.

b. Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi dibentuk ditingkat Pusat.


2. Tugas dan wewenang

a. Melaksanakan isi anggaran dasar dan rumah tangga Ikatan Fisioterapi


Indonesia serta semua keputusan yang ditetapkan oleh kongres.

b. Melakukan tugas bimbingan , pengawasan dan penilaian dalam pelaksanaan


etik Fisioterapi, termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan
etika dan disiplin fisioterapi berkoordinasi dengan badan eksekutif.

c. Memperjuangan agar kehormatan dan disiplin fisioterapi dapat ditegakkan


di Indonesia

d. Membina hubungan baik dengan majelis atau instansi yang berhubungan


dengan kehormatandan disiplin profesi, baik pemerintah maupun organisasi
profesi lain.

3. Tata cara pengelolaan

a. Ketua Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi dipilih dan ditetapkan
dalam kongres

b. Pengurus Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi adalah anggota


biasa.

c. Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi segera menjalankan


tugasnya segera setelah kongres.

d. Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi dapat melakukan kegiatan


atas inisiatif sendiri ataupun atas usul serta permintaan.

e. Keputusan MKEDF terkait Etik dan disiplin bersifat mengikat dan wajib
dilaksanakan oleh anggota dengan dilakukan pengawasan oleh pengurus IFI
Cabang.

Pasal 17
Kolegium Fisioterapi
1. Status

a. Kolegium Fisioterapi adalah badan khusus Ikatan Fisioterapi Indonesia yang


bertanggungjawab memberikan masukan ke badan eksekutif dalam
pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan
penerapan sistem pendidikan Fisioterapi.

b. Kolegium Fisioterapi dibentuk ditingkat Pusat.


2. Tugas dan wewenang

a. Melaksanakan isi anggaran dasar dan rumah tangga Ikatan Fisioterapi


Indonesia serta semua keputusan yang ditetapkan oleh kongres.

b. Mempunyai kewenangan pengawasan terhadap badan eksekutif dalam


pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sistem pendidikan
bidang fisioterapi.

c. Mewakili Ikatan Fisioterapi Indonesia dalam bidang pendidikan fisioterapi


setelah berkoordinasi dengan eksekutif.

d. Menyusun kurikulum pendidikan fisioterapi.

3. Tata cara pengelolaan

a. Ketua Kolegium Fisioterapi dipilih dan ditetapkan dalam kongres

b. Pengurus Kolegium Fisioterapi adalah anggota biasa.

c. Kolegium Fisioterapi segera menjalankan tugasnya segera setelah kongres.

Pasal 18

Organisasi Binaan merupakan organisasi pendukung Ikatan Fisioterapi


Indonesia dan dibawah naungan Ikatan Fisioterapi Indonesia, bisa berupa
Perhimpunan dan Komunitas

1. Syarat Pendirian

a. Jumlah anggota sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang

b. Mempunyai AD/ART yang sekurang-kurangnya memuat maksud, tujuan, visi


dan misi dibentuknya organisasi yang tidak bertentangan dengan AD-ART
Ikatan Fisioterapi Indonesia.

c. Mempunyai program kerja yang jelas.

d. Disahkan dengan surat keputusan Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi


Indonesia.

e. Masa jabatan satu periode kepengurusan paling lama 5 (lima) tahun

2. Keanggotaan

a. Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka bagi seluruh anggota Ikatan


Fisioterapi Indonesia.

b. Anggota harus terdaftar sebagai anggota Ikatan Fisioterapi Indonesia

3. Status
a. Organisasi binaan merupakan organisasi dibawah Ikatan Fisioterapi
Indonesia, bertanggungjawab kepada anggota dan Pengurus Pusat Ikatan
Fisioterapi Indonesia

b. Memberikan masukan ke pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia


tentang kebijakan program pengembangan pendidikan dan pelayanan.

BAB III
KEPUTUSAN

Pasal 19
1. Semua keputusan yang diambil dalam organisasi dan badan kelengkapan Ikatan
Fisioterapi Indonesia dilakukan secara musyawarah dan mufakat.

2. Jika musyawarah dan mufakat tidak berhasil maka keputusan diambil atas dasar
perhitungan suara terbanyak.

3. Keputusan yang menyangkut perseorangan dilakukan secara bebas dan rahasia.

BAB IV
KEKAYAAN

Pasal 20
1. Besarnya uang pangkal dan uang iuran anggota ditetapkan oleh kongres dan
pemungutannya dilaksanakan oleh pengurus cabang.

2. Pengurus cabang diwajibkan menyerahkan dari uang pangkal dan iuran anggota
yang besarannya ditetapkan kongres kepada pengurus pusat sebesar 25%,
pengurus daerah sebesar 10%, dan penyerahannya sekurang-kurangnya satu
tahun sekali.

3. Untuk kepentingan masing-masing cabang, pengurus cabang dapat menetapkan


iuran tambahan atas dasar musyawarah dan mufakat musyawarah cabang.

4. Kekayaan organisasi dikelola serta dipertanggungjawabkan oleh pengurus yang


bersangkutan.

BAB V
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
SERTA PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 21
Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

1. Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dapat dilakukan dalam
kongres nasional dan kongres nasional luar biasa.
2. Perubahan dan Pengesahan Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan pada
Kongres Nasional atau Mukernas

3. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh pengurus pusat, pengurus daerah


atau pengurus cabang kepada kongres nasional.

4. Rencana perubahan dari pengurus cabang harus sudah diterima pengurus pusat
selambat-lambatnya 3(tiga) bulan sebelum kongres nasional

Pasal 22

Pembubaran Organisasi Ikatan Fisioterapi Indonesia hanya dapat dilakukan oleh


Kongres Khusus yang diusulkan oleh sekurang-kurangnya dua pertiga pengurus
cabang yang mewakili sekurang-kurangnya tiga per empat dari jumlah anggota.

BAB VI
PERALIHAN

Pasal 23
1. Sebelum pengurus daerah terbentuk sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini, fungsi dan peran pengurus daerah
dilaksanakan oleh pengurus Cabang Ikatan Fisioterapi Indonesia yang berada di
ibu kota provinsi

2. Pengurus Daerah dibentuk selambat-lambatnya enam bulan sejak Anggaran


Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan.

3. Menggunakan sebutan Ikatan Fisioterapi Indonesia yang disingkat IFI pada seluruh
aktifitas organisasi terkait administrasi dan keuangan dalam masa transisi 1 (satu)
tahun.

BAB VII
PENUTUP

Pasal 24
1. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ini bersifat mengikat bagi seluruh
anggota Ikatan Fisioterapi Indonesia

2. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
dapat diatur dengan Keputusan Musyawarah Nasional maupun Keputusan
Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia, sepanjang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ini.

3. Anggaran Rumah Tangga ini disahkan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 2022
Dan diaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM dan berlaku sejak disahkan.
Dengan disahkannya Aggaran Rumah Tangga ini maka ART sebelumnya
dinyatakan tidak berlaku.

You might also like