You are on page 1of 18

LAPORAN EKSKURSI MATA KULIAH GEOLOGI STRUKTUR

DI DESA RANJAU PANJANG, KECAMATAN MUARA SIAU


KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI

Ezlan Fadlurrahman
F1D118029

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN EKSKURSI GEOLOGI STRUKTUR


DI KAWASAN DAERAH RANTAU PANJANG DAN SEKITARNYA
KECAMATAN SIAU
KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI

Ezlan Fadlurrahman
F1D118029

Asisten Penanggung Jawab Dosen Pengampu

Sukirman Wahyudi Zahar, S.T. M.T


F1D215005 19900803201803100

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yanga Maha Esa yang telah memberi rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
praktikum lapangan ini. Kegiatan ekskursi lapangan akhir semester yang diadakan
di lapangan merupakan kegiatan waib yang menjadi salah satu syarat sebelum
menyelesaikan praktikum geologi struktur. Pada laporan praktikum lapangan ini
membahas tentang pendeskripsian batuan baik secara geomorfologi maupun
litologi yang tujuannya untuk melihat singkapan-singkapan serta batuan yang
terdapat Provinsi Jambi khususnya di kawasan Daerah Rantau Panjang dan
Sekitarnya,kecamatan Siau, kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Hal ini
bermanfaat bagi kita sehingga dapat mengetahui batuan yang dominan di area
tersebut. Pada kegiatan yang di lakukan juga menentukan titik koordinat
menggunakan GPS, kemiringan dan kelerengan singkapan menggunakan
Kompas Geologi yang terdapat di lokasi pengamatan. Semoga dengan laporan
praktikum ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang lebih luas
kepada pembaca. Penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca jika
terdapat kesalahan pada laporan. Terima kasih.

Jambi, 13 Desember 2019

Ezlan Fadlurrahman

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….... iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL…………………………………………….iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Ekskursi Lapangan........................................................................1
1.3 Lokasi Ekskursi Lapangan........................................................................1
BAB 2 GEOLOGI REGIONAL...........................................................................3
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 7
BAB 4 KESIMPULAN........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
LAMPIRAN.........................................................................................................12

iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
GAMBAR
Gambar 1 Fisiografi regional Sumatera (Van Bemmelen, 1949)….......................3
Gambar 2 Peta Geologi Regional Daerah Penelitian Lembar Sarolangun
Bangko.....................................................................................................4

TABEL
Tabel 1…………………………………………………………………………….7
Tabel 2…………………………………………………………………………….7
Tabel 3…………………………………………………………………………….7
Tabel 4…………………………………………………………………………….7
Tabel 5 ……………………………………………………………………………8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah Rantau Panjang dan Sekitarnya, Kec. Muara Siau, kab. Merangin
menjadi lokasi ekskuri kali ini. Sebelumnya, ekskursi kali ini berguna untuk
mengetahui keadaan dilapangan berbeda di laboratorium. Saat di laboratorium
praktikan hanya mendeskripsikan batuan yang sudah ada atau batuan yang sudah
didapatkan terlebih dahulu, Sedangkan kalau dilapangan praktikan terlebih dahulu
mengecek amankah singkapan teresebut dan melihat sesar dn berapa lapisan
singkapan tersebut. Ekskursi kali ini berlokasi di Daerah Rantau Panjang dan
Sekitarnya, Kec. Muara Siau, Kab. Merangin. Batuan yang berada di lokasi yaitu
Stop site 1 batuan Metasedimen, stop site 2 terdapat batuan beku, Di Stop site 3
terdapat batuan Piroklastik. Dalam Ekskursi ini, praktikan juga dituntut untuk
terbiasa dalam menghadapi segala yang ada saat di lapangan. Seperti cuaca panas
terik matahari hingga hujan, dan bisa diatasi dengan menggunakan topi.
Tergelincir karena sepatu yang bergesekan dengan tanah yang licin akibat hujan.
Mampu menghadapi saat turun naiknya lokasi praktikum. Dan kerjasama dari tim.
Semua itu akan membiasakan nanti jika praktikan kuliah lapangan, ekskursi, atau
bahkan bekerja dilapangan.
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi
maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk
bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara dua bidang sejajar yang
merupakan batas bawah dan atas (top & bottom) suatu lapisan. Karena itu,
dengan kata lain perhitungan ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang
yang merupakan batas top & bottom lapisan tersebut. Jika pengukuran di lapangan
dilakukan tidak tegak lurus strike maka jarak dan sudut terukur di lapangan perlu
dikoreksi terlebih dahulu Kedalaman ialah jarak vertikal dari ketinggian tertentu
(umumnya permukaan bumi) ke arah bawah terhadap suatu titik, garis atau bidang
1.2 Tujuan Ekskursi Lapangan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud diadakanya ekskursi ini adalah:
1. Agar dapat melihat secara langsung singkapan-singkaoan batuan
yang dilapangan.
2. Dapat mendeskripsikan secara langsung batuan yang ada dialam
1.2.2 Tujuan
1. Untuk bisa mendeskripsikan ukuran butir pada saat dilapangan
2. Untuk bisa mengetahui bagaimana langkah yang akan dilakukan
jika menemukan singkapan
3. Untuk mengetahui cara penulisan di laporan sementara lapangan
4. Untuk mengetahui cara pengukuran strike dan dip
5. Untuk bisa mengetahui cara penggunaan alat

1
1.2 Lokasi Ekskursi Lapangan
Pada waktu sampai di lokasi Daerah Rantau Panjang dan Sekitarnya, Kec.
Muara Siau, Kab. Merangin dengan cuaca cerah sekitar pukul 08.00 WIB kami
sampai dilokasi. Dalam kegiatan ekskursi tersebut kami membuat ploting di tiga
tempat adanya singkapan. Singkapan pertama dengan koordinat X= 0176834, dan
Y=9746821, pada lokasi kedua dengan titik koordinat X= 0176830, dan Y=
9746816, dan pada lokasi ketiga dengan titik koordinat X= 0176730, dan Y=
9746960. Kami langsung diberikan arahan terlebih dahulu oleh dosen dan asisten
laboratorium, Setelah itu kami langsung mengeplot lokasi dengan menggunakan
GPS, Lalu menandai di peta dengan data GPS yang diberikan oleh asisten.

2
BAB II
GEOLOGI REGIONAL

Pulau sumatera memiliki luas daerah berkisar 435.000 km2, dengan panjang
1650 km, lebar 100-200 km di daerah utara dan 350 km dibagian selatan. Pulau
sumatera memiliki orientasi Barat laut yang terbentang pada ekstensi lempeng
Benua Eurasia.Trendline utama dari pulau sumatera ini cukup sederhana, dimana
dibagia belakangnya dibentuk oleh pegunungan Barusan yang berada di sepanjang
bagian barat (Van Bemmelen, 1949).
Menurut Van Bemmelen, 1949 pulau sumatera terletak disebelah Barat Daya
dari kontinen Paparan sunda dan merupakan jalur konvergen antara lempeng
Hindia-Australia yang menyusup si sbelh Barat lempeng Paparan Sunda. Pulau
sumatera terbagi kedalam 3 zona yaitu:
1. Perbukitan Barisan
2. Zona sesar Semangko
3. Struktur Keselurusan
Zona perbukitan barisan merupakan satu zona perbukitan yang memanjang
dengan arah orientasi Tenggara-BaratLaut dengan panjang 1.650 km degan lebar
100 km. Puncak ketinggian dari zona ini adalah Puncak InderaPura yang berada di
Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.800m. Pola ini diinterprestasikan sebagai
zona yang terbentuk akibat geoteknik Sistem pegunungan Sunda yang awalnya
memiliki arah Tenggara-BaratLaut menjadi Barat-Timur yang berada di pulau
Jawa. Pada umumnya zona ini berada pada Gunung api aktif, Morfologi nya
berbentuk kubah.
Zona Sesar Sumatera atau disebut denga Zona Sesar Semangko adalah zona
yang memiliki pola memanjang dimana pola zona ini mengikuti Fisiografi dari
Bukit Barsisan, dimana zona ini meupakan Geoantiklin yang memanjang
berbentuk depresi, Zona ini memanjang dari mulai semangko (Sumatera Selatan-
Lampung). Daerah puncak dari zona ini hingga ke bagian Barat Laut di kotaradja
Aceh yang merupakan suatu lembah dan batas akhir zona ini.

Gambar 1 Fisiografi regional Sumatera (Van Bemmelen, 1949) 3


Secara statigrafi terdapat 2 formasi yaitu Breksi Gunung api-Tuf(Qhv)
dan Asai (Ja). Berikut merupakan urutan formasi dari tua ke muda:
1. Formasi Asai(Ja)
Terdiri dari perselingan batupasir malih, batusabak, filit, batulanau
terkersikkan dan batugamping. Terdapat sekis, genes kuarsit dan
batutanduk secara setempat. Terdapat ubahan mineral epidot-klorit-pirit
pada batusabak sebagai akibat dari intrusi granit aria (Kgra). Diendapkan
dilingkungan laut flysch. Disungau asai diterobos oleh Granit Arai (Kgra),
kebanyakan kontak setempat dan tersesarkan. Secara regional dapat di
korelasikan dengan formasi Siguntur pada lembar painan (Rosidi,
dkk.1976). Di beberapa tempat terlipatkan, berubah bentuk. Diduga proses
malihan ini terjadi pada akhir jura (Suwarna, dkk. 1992)
2. Breksi Gunung Api-Tuf(Qhv)
Terdiri dari Litologi pada satuan Breksi Gunung Api-Tuf ini
berupa Tuf, breksi lahar dan lava bersusunan andesit. Batuan Gunung api-
Tuf (Qhv) berumur kuater terendapkan tidak selaras dengan formasi Asai
(Ja) (Suwarna, dkk. 1992).

Gambar 2 Peta Geologi Regional Daerah Penelitian Lebar Sarolangun Bangko (Suwarna,
1992)

Strukttur Geologi di daerah penilitian berupa sesar, kelurusan, foliasi, dan kekar,
regional yang memiliki arah barat laut-tenggara dan arah penunjaman barat-laut-
tenggara. Jenis sesarnya dalah sesar mendatar dan naik ke kanan pada batuan
sedimen terubahkan dari Mengkarang dan Formasi peneta dan intrusi Pratesier.
Lipatan dapat dideteksi di beberapa bagian formasi Telukwang dengan dips sudut
rendah. Kelurusan hanya dapat dideteksi di Formasi Kasai yang berumur Plio-
Pleistosen. Sedangkan kekar ditemukan pada batuan sedimen terubahkan dan
batuan intrusive berumur Pratersier.
Pada Permian awal ditunjukkan oleh pengendapan sedimen klastik dan
batugamping terumbu Formasi Mengkarang dengan sisipan sedimen klastik
volkanogenik diikuti oleh batuan sedimen Formasi Telukwang dan Anggota

4
batuimpi. Lingkungan pengendapan sedimentasi formasi tersebut berada di
sepanjang tepi benua hingga laut dangkal, bersamaan dengan aktivitas vulkanik
andesitik-bastik dari Formasi palepat selain dari produk batuan lava dan klastik.
Di Akhir Trias-Awal Jura, intrusi Granit Tantan ke dalam batuan Permian
terjadi dan metamorphosis tingkat rendah terjadi secara regional. Permuakaan laut
naik di Jura Tengah hingga Kpaur Awal, Akhir Jura diindikasikan dengan
pembentukan gundukan lumpur batugamping Formasi Mersip, dan pada awal
akhirr Jura hingga Kapur Awal ditandai dengan pengendapan butiran halus klastik
Formasi Peneta.
Intrusi Granit Arai di Kapur Tengah ke Formasi Asai, Mersip dan Peneta
diikuti oleh deformasi, pengangkatan, dan metaorfisme rendah ke formasi.
Aktivitas tektonik ini juga diikuti dengan penggabungan blok Mengkarang dan
Blok peneta dalam sebuah kontak sesar naik secara tektonik pada Kapur Akhir.
Tektonik pada Miosen Tengah-Awal pliosen ditunjukkan oleh
pengangkatan Bukit Barisan. Dicekungan belakangan busur sedimentasi Formasi
Muaraenim berlangsung pada lingkungan transgresi dan regresi. Kemudian,
aktivitas tektonik dalam waktu Plio-Pleistosen seluruh daerah terangkat diikuti
oleh erosi, dan sesar mendatar kanan dengan searah barat laut-tenggara dan juga
terlipat. Dalam waktu yang sama dari aktivitas tektonik ini sedimentasi dari
gunung api-klastik Formasi Kasai terjadi.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat lithifikasi bahan
rombakan dari batuan asal, maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun
hasil kegiatan organisme. Bahan rombakan batuan asal itu bisa batuan beku,
batuan metamorf maupun batuan sedimen yang telah rusak atau lapuk akibat
terkena matahari, angin , hujan dan lain sebagainya. Selanjutnya batuan yang telah
lapuk tersebut ter-erosi dan tertransportasi ke cekungan pengendapan dan
mengeras (membatu) atau biasa disebut mengalami litifikasi. Batuan sedimen
banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan dari beberapa
cm sampai beberapa km. Ukuran butirnya bisa dari sangat halus (berukuran
lempung) sampai sangat kasar ( berukuran > 64 mm , misalnya pada batu breksi
atau konglomerat). Dan beberapa proses lagi seperti media transportasi , struktur
sedimen dan lain sebagainya yang cukup komplek dalam kaitannya dengan batuan
sedimen (Amin, 2014).
Batuan banyak sekali jenisnya. Salah satu jenis dari batuan adalah batuan
Metamorf. Nama metamorf ini menjadi sebuah nama dari jenis batuan melengkapi
batuan beku dan batuan sedimen. Batuan metamorf ini sering disebut juga sebagai
batuan malihan. Batuan metamorf atau batuan malihan ini merupakan sekelompok
batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan
yang sudah ada sebelumnya (protolit) oleh suatu proses yang disebut dengan
metamorfosis atau mengalami perubahan bentuk. Batuan metamorf ini
mempunyai kegunaan sangat penting bagi manuasia. Melalui penelitian yang
dilakukan pada batuan metamorf ini dapat diperoleh informasi yang sangat
penting mengenai suhu dan juga tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan
bumi. Namun saat ini batuan metamorf telah banyak yang tersingkap di
permukaan bumi dikarenakan adanya erosi tanah dan juga pengangkatan (Fenton,
1940).
Proses terbentuknya batuan metamorf dibagi menjadi 3 bagia yaitu
Metamorf termal (kontak), batuan metamorf yang terbentuk karena pengaruh suhu

5
yang sangat panas. Suhu yang panas dikarenakan letaknya dekat dengan magma.
Contoh dari batuan metamorf kontak adalah marmer. Marmer termasuk batuan
malihan dari batugamping.  Berkaitan dengan hal tersebut, suhu yang panas akan
membakar bahkan mencairkan batugamping. Pada tahap selanjutnya,
batugamping mengalami pendinginan dan menjadi marmer. Metamorf dinamo
(sintektonik), batuan yang terbentuk karena pengaruh tekanan yang sangat tinggi.
Batuan metamorf dinamo pada umumnya terjadi di bagian atas kerak bumi.
Adanya tekanan dari arah yang berlawanan menyebabkan perubahan butir-butir
mineral menjadi pipih dan ada yang mengkristal kembali. Jenis metamorfosa ini
banyak dijumpai pada daerah-daerah patahan dan lipatan. Pada jenis batuan
metamorf dinamo, batuan sedimen berubah menjadi batuan hablur, misalnya:
Gneis, Sabak, Antrasit, dan Serpih. Metamorfik pneumatolitis kontak, batuan
metamorf pneumatolitis kontak terbentuk karena pengaruh gas-gas dari magma.
Pengaruh gas panas pada mineral batuan menyebabkan perubahan komposisi
kimiawi mineral tersebut. Contoh batuan metamorf pneumatolitis kontak adalah
kuarsa dengan gas borium berubah menjadi Turmalin (Pambudi, K. 2009).

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Stopsite I
Tabel 1.Pengukuran Panjang dan Ketebalan Lapisan Batuan Metasedimen
Lapisan Panjang (cm)
I 110
II 350
III 250
Total 740

Tabel 2.Pengukuran Kedudukan Tiap Lapisan Batuan Metasedimen


N…0E/…0
183/33
203/23
164/40

Tabel 3.Pengukuran Gores Garis Batuan Sedimen


Pengukuran Nilai
Strike/Dip N 1830 E/ 330
Plunge, Bearing 230, N 2050 E
Rake 220
Azimuth N 3130E
Tabel 4.Data Pengukuran Kekar Gerus Intrusi Batu Andesit

N…0E/…0
344/79 339/80 348/75 359/80
303/75 349/73 343/83 340/74
313/73 300/76 338/71 336/76
321/80 328/77 333/80 352/81
340/80 337/78 301/75 349/83
311/71 335/70 356/78 319/79
317/68 329/71 320/70 320/83
347/67 318/73 333/72 319/78
352/70 353/80 340/75 325/81

Tabel 5.Data Pengukuran Kekar Tarik Intrusi Batu Andesit

N…0E/…0

7
161/72 170/79 154/71
154/70 175/80 181/75
179/73 180/73 173/80
162/78 177/73 170/75
159/78 183/70 156/76
175/74 172/73 171/80

Tabel 6.Data Pengukuran Breksiasi Intrusi Batu Andesit

N…0E
315 320 285
319 313 351
279 296 354
244 332 278
318 316 308
324 289 321

Ekskursi geologi struktur ini dilakukan untuk memenuhi suatu syarat dari
sebuah praktikum geologi struktur. Daerah yang digunakan pada saat
pengambilan data yaitu desa rantau panjang kecematan muara siau kabupaten
merangin dan provinsi jambi. Dimana pada ekskursi ini dilakukan untuk
penerapan pengukuran secara langsung yang ada dilapangan. Adapun data yang
akan dicari pada saat akan melakukan pengukuran ini yaitu kekar, sesar dan
lipatan. Pada saat akan pengambilan data dibagi menjadi 3 top site dimana pada
setiap top site ini memiliki pengukuran yang berbeda. Pada top site pertama
pengukuran atau pengambilan data yang dilakukan yaitu sesar. Top site kedua
data yang akan diambil yaitu data kekar dimana pada saat pengambilan data
digunakan kompas sebagai alat mencari nilai ukur yang terdapat disana. Top site
ketiga pada top site ini menjelaskan tentang lipatan.
Data kekar yang terdapat pada desa rantau panjang kecematan muara siau
yaitu kekar gerus dan kekar tarik. Dimana kekar gerus ini bisa juga disebut
dengan shear fracture dimana pada kekar ini selalu terdapat berpasangan berbeda
dengan kekar tarik atau disebut dengan gash fracture dimana pada kekar ini
umumnya tidak berpasangan (tunggal). Pada gash fracture ini umumnya terdapat
pada kekar yang terisi oleh mineral ini disebabkan karena kekar ini merupakan
kekar terbuka, sehingga menyebabkan kekar ini dapat terisi oleh mineral yang ada
disekitar area gash fracture.
Pada saat akan melakukan analisis kekar satu parameter menggunakan tiga
diagram yaitu diagram kipas, diagram roset dan histogram. Pada diagram ini data
yang digunakan itu sama hanya saja proses dalam pembuatannya itu berbeda.
Dimana seperti diketahui bahwa pada saat pembuatan diagram kipas dan roset itu

8
hampir sama hanya saja yang membedakan kedua diagram ini jika diagram kipas
setengah lingkaran sedangkan diagram roset satu lingkaran. Dari ketiga diagram
ini kita dapat mengetahui arah umum yang didapat pada data kekar yang ada.
Analisis kekar dua parameter yaitu menggunakan diagram kontur. Data
yang digunakan adalah data pengukuran kekar yang diplotkan kedalam polar
equal area. Dimana pada proses pembuatan menggunakan dua parameter ini
hampir sama dengan satu parameter.
Sesar merupakan suatu rekahan yang telah mengalami pergerakan dimana
pergerakan tersebut tidak menentu tergantung pada gaya atau terikan. Sesar ada
tiga jenis yaitu yaitu sesar turun, sesar naik, dan sesar mendatar. Dimana seperti
diketahui dalam menentukan sesar dibutuhkan beberapa data dimana pada data
tersebut dapat membantu dalam mencari sesar yang terjadi disana. Adapun data
yang perlu dicari disana yaitu zona breksiasi (gores-garis). Dimana dalam
menentukan zona gores – garis itu sangatlah sulit karena pada zona tersebut tidak
dapat dilihat oleh kasat mata.
Lipatan adalah depormasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batua bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.
Pada pengukuran lipatan ini memiliki dua data dimana pada data tersebut
memiliki sayap kiri serta sayap kanan. Pada pengukurannya pun hampir sama
dengan pengukuran shear. Alat yang digunakan yaitu kompas serta clipboard.
Lipatan ada dua jenis yaitu lipatan antiklin dan lipatan sinklin.

9
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari kegiatan ekskursi pada tanggal 8 Desember 2019 di Desa
Ranjau Panjang, Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
adalah:
1. Saat di lapangan, sama halnya dengan praktikum saat di laboratorium.
Bedanya deskripsi yang didapatkan itu lebih banyak dan lebih lengkap.
2. Saat di lapangan, dan saat menemukan singkapan hal yang pertama
dilakukan yaitu melihat singkapan dari jauh, lalu mensketsakan
singkapan, langkah selanjutnya melihat dengan lebih dekat lagi
singkapan itu, jika perlu menandai lokasi saat menemukan singkapan
tersebut dengan menggunakan GPS, foto singkapan dengan
menggunakan perbandingan.
3. Untuk menulis di laporan sementara saat berada di lapangan yaitu
pertama tulis keadaan dari saat menuju ke lapangan sampai saat
dilapangan. Catat koordinat saat berada di lapangan dan saat berada pada
setiap singkapan. Sketsa morfologi dari lokasi dan catat morfologinya.
Deskripsikan sampel dan singkapan yang ditemukan.
4. Dip digunakan untuk mengukur kemeringingan lapisan batuan dari suatu
singkapan. Sedangkan strike digunakan untuk mengukur kemenerusan
dari singkapan.
5. Alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah kompas geologi dan
kompas. Dan dip dilihat dari gelembung tabung yang juga sudah berada
di tengah. Untuk strike setelah gelembung berada ditengah jangan lupa
untuk memencet tombol kecil yang berada di kanan bawah untuk
mengunci jarum agar tidak lari lagi. Sedangkan untuk dip saat
penggerakan tabung digunakan alat penggerak tabung dan penunjuk dari
kompas, jika gelembung sudah berada di tengah angkat dan baca saja
hasil pengukuran tanpa dikunci lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Mustaghfirin. 2014. Batuan SMK Geologi Pertambangan. Jakarta:
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Fenton. 1940. The Rock Book. New York: Doubleday Company, inc.
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, ESDM. 2013. Aspiring National
Geopark Of Merangin Jambi.
Suwarna, dkk. 1992. Peta geologi Lembar Sarolangun Bangko. Pusat Penelitaian
dan Pengembangan Geologi : Bandung.
Van Bemmelen, R . W . 1949. Geology of Indonesia. Volume IA. Martinus Nijhof
: Den Haag, Belanda.

11
LAMPIRAN

Foto Singkapan Stopsite 1

12
Foto Singkapan Stopsite 3

13

You might also like