You are on page 1of 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses penuaan merupakan proses yang normal dan alamiah pada

setiap individu, yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis

maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain akibat pertambahan

umur. Perubahan kondisi tersebut bagi seseorang yang telah memasuki masa

lanjut usia akan dapat dilihat dari berbagai system tubuh, salah satunya adalah

penurunan pada system sensoris yaitu penurunan fungsi pendengaran (Vania

dkk, 2019).

World Health Organization (WHO) telah memperkirakan bahwa saat

ini terdapat 360 juta (5,3%) orang di seluruh dunia mengalami gangguan

pendengaran, 328 juta (91%) diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki-

laki, 145 juta perempuan) dan 32 juta (9%) adalah anak-anak. Menurut survei

dari Multi Center Study (MCS), Indonesia merupakan salah satu dari empat

negara di Asia Tenggara dengan prevalensi tertinggi dalam gangguan

pendengaran yaitu 4,6% bersama Sri Langka (8,8%), Myanmar (8,4), dan

India (6,3%) (Sarah Nabila Istiqomah & Muklis Imanto, 2019).

Gangguan pendengaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang

umum dijumpai pada lansia. Hilangnya fungsi pendengaran dapat

menyebabkan terjadinya isolasi sosial, depresi dan menarik diri dari aktivitas

hidup. Gangguan pendengaran individu meliputi tuli, kehilangan pendengaran

berat ataupun kehilangan pendengaran parsial yang semuanya dapat


2

menyebabkan sulitnya berkomunikasi, walaupun beberapa fungsi

pendengaran masih baik. Beberapa orang dengan gangguan pendengaran

dapat mengalami keterbatasan dalam kebebasannya dan menderita penurunan

kualitas hidup (Defi Hamdalah, 2019).

Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah proses penuaan yang terjadi pada manusia. Perubahan

patologik pada organ pendengaran alibat degenerasi dapat mengakibatkan

gangguan pendengaran pada individu dengan usia lanjut. Namun pada usia

lanjut, seseorang akan mengalami perubahan dari berbagai aspek dalam

hidupny, baik dari aspek fisik, kognitif, bahkan kehidupan psikososialnyapun

akan berubah. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup dari usia

lanjut. Ketidakmampuan mendengar akibat gangguan pendengaran akan

berefek terhadap fungsi-fungsi organ dari suatu individu. Perubahan fungsi

tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup dari seseorang (Sarah Nabila

Istikomah & Mukhlis Imanto, 2019).

Secara terminologi, gangguan pendengaran diartikan sebagai

penurunan kemampuan untuk mendengar pada cakupan yang luas,

tingkatannya dapat mulai dari gangguan pendengaran secara subyektif sampai

tuli total (Sarah Nabila Istiqomah & Mukhlis Imanto, 2019).

Ada tiga gangguan pendengaran, yaitu gangguan pendengaran

konduktif, gangguan pendengaran sensorineural dan gangguan pendengaran

campuran atau kombinasi (Istiqomah, 2018). Centers For Disease Control

and Prevention (CDC) menyatakan bahwa gangguan pendengaran konduktif


3

akibat adanya masalah di dalam telinga luar atau tengah, sedangkan pada

gangguan pendengaran sensorineural akibat terdapat masalah di telinga

bagian dalam dan saraf pendengran. Sedangkan, tuli campuran disebabkan

oleh kombinasi tuli campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan

tuli sensorineural (Istiqomah, 2018).

Kualitas hidup salah satunya dipengaruhi oleh kesehatan fisik.

Presbikusis merupakan salah satu masalah kesehatan fisik yang umum

ditemukan pada lansia. Masalah pada kualitas hidup tidaklah dapat berdiri

sendiri berdasarkan suatu faktor penyebab tunggal. Faktor-faktor yang perlu

dijadikan perhatian antara lain usia, jenis kelamin, status pernikahan,

penghasilan, dan adanya penyakit kronis pada lansia. Faktor ini merupakan

faktor resiko dalam menentukan kualitas hidup lansia kedepannya karena

perubahan atau gangguan dalam salah satu poin tersebut dapat menurunkan

kualitas hidup lansia (Vania dkk, 2019).

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini di batasi pada asuhan keperawatan

gerontik dengan gangguan pendengaran. Adapun masalah pada studi kasus ini

adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan gerontik

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas penulisan membuat rumusan

masalah adalah “Asuhan keperawatan lanjut usia dengan gangguan

pendengaran”.
4

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan lanjut usia dengan

gangguan pendengaran secara langsung dan komprehensif meliputi aspek

bio psiko, sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Dapat melakukan pengkajian dengan gangguan pendengaran pada

lansia.

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan dengan gangguan

pendengaran pada lansia.

c. Dapat menyusun intervensi asuhan keperawatan dengan gangguan

pendengaran pada lansia.

d. Dapat melakukan implementasi keperawatan dengan gangguan

pendengaran pada lansia.

e. Dapat melakukan evaluasi dengan gangguan pendengaran pada

lansia.

f. Dapat membuat pendokumentasi dengan gangguan pendengaran pada

lansia.

E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih dalam

mengembangkan cara berfikir yang objektif serta dapat dijadikan

pedoman untuk melakukan perawatan dengan baik.


5

2. Manfaat praktis

a. Bagi perawat

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan

keterampilan dalam merawat klien dengan gangguan pendengaran.

b. Bagi panti jompo

Dapat digunakan sebagai acuan dan pemberian asuhan keperawatan

pada klien yang mengalami gangguan pendengaran di UPT. Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Binjai Sumatra Utara.

c. Bagi institusi pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambahkan masukkan dan

wawasan serta pengetahuan juga dapat menambah referensi,

kepustakaan didalam institusi pendidikan.

d. Bagi klien

Hasil yang diharapkan dapat memberikan penambahan kepada

klien terutama tentang pentingnya melakukan komunikasi dengan

lingkungan disekitar.

You might also like