You are on page 1of 12

MAKALAH

ONTOLOGI DAN EPISTEMOLOGI


“Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Filsafat Saintek”

Oleh:
ASLAN HERU ANSABRI
F1A2 21 028

Dosen Pengampu:
BAHRIDDIN ABAPIHI, S.Si, M.Si.

PROGRAM STUDI S1 STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT.


Karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Ontologi dan Epistemologi “ dengan baik dan selesai
dengan tepat waktu.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada bapak Bahriddin
Abapihi, S.Si, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat saintek yang
telah mempercayakan saya dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
saya ketahui. Maka dari itu, saya mohon saran dan kritikan dari teman-teman
maupun dosen. Demi tercapai makalah yang sempurna.

Kendari, 30 Oktober 2022

Aslan Heru Ansabri

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………….……………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...........1
1.1 Latar Belakang…………...……………………………………….……1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. …...2
1.3 Tujuan…………………………………………………………….……2
1.4 Manfaat…………………………………………………………….…..2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………............3
2.1 Pengertian Ontologi………………………………………….……..….3
2.2 Pembagian Pembagian Ontologi……………………………………….3
2.3 Pandangan Pandangan tentang Ontologi……………………………. ..4
2.4 Pengertian Epistemologi……………………………………….……. ..5
2.5 Pembagian Pembagian Epistemologi………………………….……. ...6
BAB III PENUTUP…………………………………………………….………8
3.1 Kesimpulan…………………………………………………….………8
3.2 Saran………………………………………………………….………..8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pemikiran filosofis senantiasa berkembang dikarenakan pemikiran merupakan
hal yang paling mendasar dalam kehidupan. Pemikiran filosofis meniscayakan
kelahiran filsafat sebagai induk dari semua ilmu. Di antara corak pemikiran manusia
adalah pengetahuan tentang wujud, awal bermulanya hingga akhirnya. Oleh karena
itu, buah pemikiran dari manusia melahirkan berbagai macam aliran dalam filsafat
yalni aliran empirisme, rasionalisme, idealisme, eksistensialisme, positivism,
vitalisme, sktrukturalisme, post-strukturalisme dan lain lain.
Filsafat tidak hanya berhenti pada permasalahan wujud, tetapi juga merambah
pada pembahasan berkenaan dengan ilmu. Selain itu, filsafat juga menyentuh tataran
praktis, terutama berkaitan dengan moral. Perkembangan tersebut merupakan
implikasi logis dari perkembangan pola pikir manusia itu sendiri. Hal tersebut tidak
lain merupakan upaya untuk menemukan “kebenaran”.
Pencarian terhadap kebenaran seiring dengan tujuan dari filsafat itu sendiri,
yakni untuk mencari kebenaran yang hakiki. Dengan kata lain, mengetahui segala
sesuatu yang ada sebagaimana adanya (problem ontologis). Kemudian, timbul
pertanyaan setelah mencari “Apa itu kebenaran?” yaitu “Bagaimana kita bisa
mendapatkan pengetahuan yang hakiki itu atau sesuatu yang ada sebagaimana
adanya (kebenaran)? Persoalan ini merupakan problem epistemologis. Singkatnya,
wilayah ontologi bertanya tentang “apa” wilayah epistemologi bertanya tentang
“bagaimana”.
Dua problem filosofis inilah yaitu ontologi dan epistemologi hingga kini masih
menimbulkan perdebatan. Hal itu dikarenakan masing-masing aliran filsafat
memiliki sudut pandang tersendiri berkaitan dengan ketiga hal tersebut. Oleh karena
itu, pembahasan mengenai Ontologi dan Epistemologi merupakan topik penting
pembahasan penting dalam dunia Filsafat. Hal inilah yang menjadi alasan bagi
penulis untuk mengetengahkan pembahasan tersebut dalam makalah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan


masalahnya antara lain sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan ontologi?
b. Seperti apa pembagian-pembagian dalam antologi?
c. Seperti apa pandangan-pandangan tentang ontologi?
d. Apa yang dimaksud dengan epistemologi?
e. Seperti apa pembagian-pembagian dalam epistemologi?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, maka tujuan masalahnya
antara lain sebagai berikut :
a. Untuk memahami apa itu ontologi.
b. Untuk mengetahui pembagian-pembagian dari ontologi.
c. Untuk memahami apa itu epistemologi.
d. Untuk mengetahui p embagian-pembagian dari epistemologi.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah dapat
mendorong mahasiswa untuk dapat lebih memahami apa itu ontologi dan
epistemologi, dimulai dari apa pengertiannya, bagian-bagiannya hingga
pandangan-pandangan pada ontologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ontologi


“Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos
yang berarti “ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Sedangkan secara terminologi
ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory of being
qua being). Sementara itu, Mulyadi Kartanegara menyatakan bahwa ontology
diartikan sebagai ilmu tentang wujud sebagai wujud, terkadang disebut sebagai ilmu
metafisiska.1 Metafisika disebut sebagai “induk semua ilmu” karena ia merupakan
kunci untuk menelaah pertanyaan paling penting yang dihadapi oleh manusia dalam
kehidupan, yakni berkenaan dengan hakikat wujud.
Plato berpendapat bahwa dunia yang sebenarnya adalah dunia ide. Dunia ide
adalah sebuah dunia atau pikiran univewrsal (the universal mind). Aristoteles tidak
menyangsikan pendapat gurunya (Plato), hanya saja dia lebih percaya bahwa yang
kita lihat adalah riil. Sedangkan Thales beranggapan bahwa sumber dari segala
sesuatu adalah air. Kita tidak tahu pasti apa yang dimaksudkannya dengan itu, dia
mungkin percaya bahwa seluruh kehidupan berasal dari air dan seluruh kehidupan
kembali ke air lagi ketika sudah berakhir.
2.2 Pembagian-Pembagian dari Ontologi
Adapun yang termasuk dalam pembahasan ontologi adalah fisika, matematika
dan Metafisika. Fisika sebagai tingkatan yang paling rendah, matematika sebagai
tingkatan tengah-tengah sedangkan teologi sebagai tingkatan yang paling tinggi.
Alasan pembagian tersebut adalah karena ilmu itu ada kalanya berhubungan dengan
sesuatu yang dapat diindera, yaitu sesuatu yang berbenda, yaitu fisika. Ada kalanya
berhubungan dengan benda tetapi mempunyai wujud tersendiri, yaitu matematika.
Dan ada yang tidak berhubungan dengan suatu benda yaitu metafisika.
Ontologi juga sering diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut dengan
proto-filsafat atau filsafat yang pertama atau filsafat ketuhanan. Pembahasannya
meliputi hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, substansi dan
aksiden, yang tetap dan yang berubah, eksistensi, keniscayaan dan kerelatifan,
kemungkinan dan ketidakmungkinan, realita, malaikat, pahala, surga dan neraka.

3
Dengan kata lain, pembahasan ontologi biasanya diarahkan pada
pendeskripsian tentang sifat dasar dari wujud, sebagai kategori paling umum yang
meliputi bukan hanya wujud Tuhan, tetapi juga pembagian wujud. Wujud dibagi ke
dalam beberapa kategori, yakni wajib (wajib al-wujud), yaitu wujud yang niscaya
ada dan selalu aktual, mustahil (mumtani’al wujud) yaitu wujud yang mustahil akan
ada baik dalam potensi maupun aktualitas, dan mungkin (mumkin al-wujud), yaitu
wujud yang mungkin ada, baik dalam potensi maupun aktualitas ketika diaktualkan
ke dalam realitas nyata.
Persoalan tentang ontologi ini menjadi pembahasan utama di bidang filsafat,
baik filsafaf kuno maupun modern. Ontologi adalah cabang dari filsafat yang
membahas realitas. Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu
kebenaran. Bedanya, realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan:
apakah sesungguhnya realitas yang ada ini; apakah realitas yang tampak ini suatu
realita materi saja; adakah sesuatu di ballik realita itu; apakah realita ini terdiri dari
satu unsur (monisme), dua unsur (dualisme) atau serba banyak (pluralisme).
2.3 Pandangan-Pandangan tentang Ontologi
Di bawah ini adalah berbagai macam pandangan tentang ontologi.
a. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanya
satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang
asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada
hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya
merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang
lainnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe.
Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran yaitu materialisme dan idealism
b. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan
spirit. Materi bukan muncul dari ruh dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-
sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri
sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan
dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama ini kedua
hakikat ini adalah dalam diri manusia

4
c. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segala macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and
Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari unsur banyak, lebih dari satu atau dua entitas.
d. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah
doktrin yang tidak mengakui validitas alternative yang positif. Istilah nihilisme
diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fathers and Children yang
ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia.
e. Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda.
Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata agnosticisme berasal dari
bahasa Yunani yaitu agnostos yang berarti “unknown”. A artinya not dan no
artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal
dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri
dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu
kenyataan mutlak yang bersifat transcendent.

2.4 Pengertian Epistemologi


Epistemologi merupakan tahapan berikutnya setelah pembahasan ontologi
dalam filsafat. “Istilah epistemologi dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere yang
maksudnya untuk membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistemologi dan
ontologi (metafisika umum). Kalau dalam metafisika pertanyaannya adalah apa yang
ada itu? Maka pertanyaan dasar dalam epistemologi adalah apa yang dapat saya
ketahui?”
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa
diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori.
Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar dan
lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi
theory of knowledge.

5
Dengan kata lain, epistemologi adalah bidang ilmu yang membahas
pengetahuan manusia, dalam berbagai jenis dan ukuran kebenarannya.2 Isu-isu yang
akan muncul berkaitan dengan masalah epistemologi adalah bagaimana pengetahuan
itu bisa diperoleh? Jika keberadaan itu mempunyai gradasi (tingkatan), mulai dari
yang metafisik hingga fisik maka dengan menggunakan apakah kita bisa
mengetahuinya? Apakah dengan menggunakan indera sebagaimana kaum empiris,
akal sebagaimana kaum rasionalis atau bahkan dengan menggunakan intuisi
sebagaimana urafa’ (para sufi)? Oleh sebab itu yang perlu dibahas berkaitan dengan
masalah ini adalah tentang teori pengetahuan dan metode ilmiah serta tema-tema
yang berkaitan dengan masalah epistemologi.

2.5 Pembagian-Pembagian pada Epistemologi


Pembagian epistemologi meliputi sumber-sumber atau teori pengetahuan,
kebenaran pengetahuan, batasan dan kemungkinan pengetahuan, serta klasifikasi
ilmu pengetahuan.
a. Sumber-Sumber Pengetahuan
Apa saja sumber-sumber pengetahuan? Murtadha Muththahari mengatakan
bahwa sumber pengetahuan tidak hanya rasio dan hati, melainkan alam dan
sejarah.3 Sedangkan M. Taqi Mishbah Yazdi lebih menekankan fakultas indriawi
dan akal sebagai sumber pengetahuan. Adapun fakultas hati, dalam mencapai
pengetahuan, merupakan ranah ‘irfan bukan filsafat. Beberapa jenis sumber
pengetahuan yaitu:
1. Indera
2. Akal
3. Intuisi
4. Wahyu
b. Kebenaran Pengetahuan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Purwadaminta
ditemukan arti kebenaran, yakni keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok
dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya).4 Menurut William James yang
dikutip oleh Titus dkk (1984: 344), kebenaran (truth) adalah yang menjadikan
berhasil cara kita berpikir dan kebenaran adalah yang menjadikan kita berhasil

6
cara kita bertindak.
Ada beberapa macam teori kebenaran, yaitu:
1. Teori Koherensi
2. Teori Korespondensi
3. Teori Kebenaran Pragmatis
c. Batasan Pengetahuan
Pembatasan ruang lingkup ilmu yang seperti ini nampaknya sangat sempit
sekali. Memang hal ini tidak bisa dilepaskan dari tradisi keilmuan yang
berkembang di Barat. Ilmu yang dalam bahasa Barat disebut dengan science
merupakan suatu pengetahuan yang tidak diragukan lagi kebenarannya karena ia
memenuhi standar-standar ilmiah. Ia bisa dibuktikan secara empiris dan bisa di
eksperimentasi.
d. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Ada berbagai macam kalsifikasi ilmu pengetahuan yang diberikan oleh
para ahli. Salah satunya klasifikasi ilmu yang disusun oleh Ibn khaldun dalam
kitab al-Muqaddimah. Ia memberikan gambaran yang sangat komprehensif
mulai dari yang paling utama—dalam arti mencapai tingkat kematangannya—
hingga yang paling bawah yaitu ilmu fisik. Ia membagi ilmu ke dalam dua
kategori besar yaitu:
A. Ilmu-ilmu Naqliyyah (Transmitted Science) yang terdiri dari:
1. Tafsir al-Qur’an dan Hadits
2. Ilmu fiqih yang meliputi fiqh, fara’id dan ushul fiqh
3. Ilmu Kalam
4. Tafisr-tafsir ayat Mutasyabihat
5. Tasawuf
6. Tabir Mimpi (ta’bir al-Ru’yah)
B. Ilmu-ilmu Aqliyyah (Rational Science)
1. Ilmu logika
2. Fisika
3. Matematika
4. Metafisika

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan, kita dapat mengetahui betapa
luasnya objek kajian filsafat seperti masalah ontologis dan epistemologis. Hal itu
memberikan sebuah kerangkan berpikir yang sangat sistematis. Hal itu dikarenakan
merupakan proses berpikir yang diawali dengan pembahasan “Apa itu kebenaran?”,
“Bagaimana mendapatkan kebenaran?”, dan “Untuk apa kebenaran tersebut
(aplikasinya) dalam kehidupan sehari-hari?”
Hal tersebut mengindikasikan bahwa filsafat layak dikatakan sebagai induk
dari semua ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu-ilmu lain akan mengalami
hambatan tanpa peranan filsafat. Hal itu dikarenakan semua permasalah mendasar
dari seluruh ilmu adalah problem filosofis. Hal tersebut harus segera dipecahkan
sebagai langkah awal untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sekunder.
Dengan kata lain, pada dasarnya semua ilmu pengetahun tidak terlepas dari tiga
problem filosofis tersebut (ontologis, epistemologis dan aksiologis). Artinya semua
ilmu pengetahuan pasti berbicara tentang apa yang menjadi objek kajiannya,
bagaimana cara mengetahuinya dan apa manfaatnya buat kehidupan manusia.

3.2 Saran
Saran saya agar makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran demi
perkembangan pemikiran kita. Sehingga, buah pemikiran tersebut dapat melahirkan
peradaban besar. Perbedaan pendapat berkaitan dengan Ontologi dan Epistemologi,
Di kalangan filosof semata karena berdasaekan pada aliran filsafat yang mereka anut.
Tetapi, semua itu harus kita apresiasi karena merupakan tahapan pencarian
“kebenaran yang hakiki”. Hal itu dikarenakan ilmu pengetahun berbicara tentang
peluang dan prediksi. Walaupun, sesungguhnya terdapat kebenaran absolut, tetapi
hanya Realitas Absolut yang mengetahui hal itu. Kita sebagai manusia yang
memiliki akal dan hati nurani hanya berupaya mencapai kebenaran tersebut sampai
akhir hayat dan mengaplikasikannya untuk kemaslahatan umat manusia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Osman. Tauhid dan Sains. Bandung: Pustaka Hidayah. 2008

Berten, K. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. 2006

Idi, Abdullah dan Jalaluddin. Filsafat Pendidika:Manusia, Filsafat dan


Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2007

Mishbah Yazdi, Muhammad Taqi. Buku Daras Filsafat Islam. Bandung: Mizan.
2003.

Mulyana. Filsafat Agama, Diktat Kuliah Filsafat Agama UIN Bandung. Bandung:
Fak Ushuluddin. 2001

Surajiyo. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: PT


Total Grafika Indonesia. 2003

You might also like