Professional Documents
Culture Documents
Askep Gerontik
Askep Gerontik
R DENGAN MASALAH
DIARE DI RT 001 / RW 002 KELURAHAN KEDAUNG KOTA DEPOK
Disusun oleh :
Nur Salsabilla Dwika Putri
191030100108
Kelas :
7D
S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA DHARMA HUSADA – TANGERANG SELATAN
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Gerontik
A. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang
mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari
(Notoatmodjo, 2007).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta
sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status
dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin
melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000) Menurut Undang
Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut
usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pad seluruh aspek
kehidupan (Khoiriyah, 2011).
Lanjut Usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2004 dalam Uswatun Chasanah, 2016).
B. Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
1. Pra lansia Seseorang yang berusia 45-59 tahun
2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa
5. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania, 2013 batasan
lanjut usia meliputi :
1.Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
2.Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
3.Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4.Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
C. Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
pekerjaan apa saja
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan
acuh tidak acuh
D. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus.menurut Potter
dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:
1. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan
sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi.Hal ini tidak dikaitkan dengan
penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
2. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu
mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya
peran bekerja.
3. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang
anaknya.Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat
berarti bagi dirinya.
4. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama
penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil
mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan
keamanan mereka pada resiko yang besar
5. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat
mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri
6. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anakanaknya
yang telah dewasa
7. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan
kualitas hidupnya.Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang
hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat
minat baru.Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas,
mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.
B. Etiologi
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi, makanan, dan faktor psikologis
(Djitowiyono dan Kristiyanasari, 2011). Infeksi merupakan penyebab utama diare
akut akibat bakteri, virus, dan parasit (Ridha, 2014). Etiologi pada diare menurut
Yuliastati & Arnis (2016) ialah:
a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran
pencernaan dimana merupakan penyebab diare meliputi infeksi bakteri, virus,
parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti
pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encepthalitis
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap karbohidrat
seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi protein dan lemak.
d. Faktor risiko
Menurut direktorat jendral pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
(2011) faktor risiko terjadinya diare adalah: faktor perilaku, dan faktor
lingkungan.
C. Klasifikasi
Menurut Dwienda (2014), klasifikasi diare dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai
berikut:
a. Diare akut: keluarnya tinja cair tanpa darah selama 7-14 hari.
b. Diare persisten atau diare kronis: keluarnya tinja cair selama 14 hari atau lebih
dan dapat disertai darah atau tidak. Diare persisten atau diare kronis dalam
waktu lama akan mengakibatkan dehidrasi.
c. Diare disentri: keluarnya tinja sedikit-sedikit dan sering dan mengeluh sakit
perut saat BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia, kehilangan
berat badan yang cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri.
D. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium
dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga
mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi
permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom
malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri kambuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
E. Manifestasi Klinis
Diare karena ineksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan atau demam,
tenesmus, hematocezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung
beberapa aktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan
kematian karena kekurangan cairan dibadan yang mengakibatkan rejatan hipovolemi
atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut, karena kehilangan
cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadai cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik (Zein, 2011).
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam. Reaksi ini adalah
usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal.
Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga
rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif (Zein, 2011).
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan
kadang sianosis. Karena Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun dan akan timbul anuria. Pada pasien dewasa bila keadaan ini tidak segera
diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada
saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik
menjadi lebih berat, akan terjadi pemusatan sirkulasi paru-paru dan dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena
tanpa alkali. (Zein, 2011).
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Kram abdominal.
4. Demam.
5. Mual dan muntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah.
8. Pucat.
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 )
1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga
ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
retensi terhadap berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
(terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan
dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya
air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan
memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang
terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO
ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter
air bersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen
dan cara mengurangi penularan.
H. Pengobatan
1. Air putih
Mengonsumsi cairan yang banyak bisa menjadi obat diare alami sekaligus
mencegah dehidrasi. Pelan-pelan tingkatkan porsi cairan yang Anda minum,
setidaknya 1 liter per jam selama 1-2 jam. Meski termasuk cairan, alkohol dan
kafein bukan obat alami untuk diare. Keduanya mengandung kafein yang bisa
membuat Anda buang air kecil lebih sering sehingga bisa memperparah gejala
diare.
2. Oralit buatan sendiri
Orang yang diare rentan kena dehidrasi selama diare karena tubuh kehilangan
banyak cairan yang keluar bersama feses. Selain cairan, nutrisi dan mineral
penting yang tersimpan dalam tubuh juga bisa hilang. Untuk itu, selain minum air
putih juga dianjurkan untuk minum oralit. Oralit adalah obat yang berfungsi untuk
menggantikan kadar elektrolit dan cairan tubuh yang telah hilang akibat diare.
Garam dapat menahan simpanan cairan dalam tubuh, sementara gula membantu
tubuh menyerap garam. Dua kombinasi ini membantu tubuh terhindar dari
kekurangan cairan yang bisa memperparah gejala diare. Bila tidak cukup kuat
untuk pergi ke apotek dan membelinya sendiri, Bisa meracik oralit sendiri sebagai
obat alami diare. Caranya mudah, cukup larutkan 6 sendok teh gula pasir dan 1/2
sdt garam dalam 1 liter air. Aduk merata, dan minum segelas (250 ml) tiap 4-6
jam sekali.
3. Teh Jahe
Jahe merupakan rempah yang telah banyak digunakan sebagai obat alami untuk
menangani rasa tak nyaman di bagian perut. Bersifat antiradang, antinyeri,
antibakteri, dan memiliki kandungan antioksidan, jahe bisa menenangkan perut
yang melilit akibat diare. Sebuah penelitian pernah menunjukan bahwa zat yang
dimiliki jahe dapat bekerja untuk memblokir racun dari bakteri penyebab diare
dalam perut. Jahe juga bantu mencegah cairan menumpuk di dalam usus.
Sehingga, rasa mual, muntah, atau kejang perut berkurang ketika
mengonsumsinya. penelitian lainnyadi tahun 2015 turut menunjukkan
kemampuan jahe dalam melawan listeria dan E.Coli dengan memperlambat
pertumbuhan bakteri tersebut. Untuk menggunakannya sebagai obat alami diare,
cukup memotong jahe menjadi beberapa irisan dan merebusnya dengan air. juga
bisa mencampurnya dengan teh, lemon, atau madu untuk menambah cita rasa.
4. Chamomile dan akar marshmallow
menggunakan chamomile sebagai obat alami diare, rebuslah beberapa tangkai
bunga chamomile kering sampai mendidih. Tuangkan ke dalam gelas dan biarkan
hingga sedikit mendingin, setelahnya teh chamomile siap diminum. Supaya lebih
enak, boleh tambahkan madu dan perasan jeruk lemon. Sementara untuk
mengolah akar marshmallow, hanya perlu menakar 2 sendok makan akar
marshmallow kering dan campurkan dalam 1 liter air. Diamkan selama seharian,
saring, dan minum layaknya teh.
I. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram ).
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
4. Hiponatremi.
5. Syok hipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA
FORMAT PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
Genogram
Keterangan
Klien :
Laki-laki :
Perempuan :
Garis perkawinan :
Garis keturunan :
Tinggal dalam satu rumah :
V. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
Penampilan : Sederhana
Tanda Vital
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi : 62x/menit
Respiratory rate : 23x/menit
Suhu : 36,5 C
2. Kepala : tidak ada benjolan, rambut sesekali rontok, tidak ada luka
Leher : Normal, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada
nyeri tekan ataupun nyeri telan.
3. Sistem respirasi : Tampak simetris, tidak ada distensi atau pengembangan dada
yang abnormal, tidak ada dispneu, tidak ada nyeri dada.
4. Sistem kardiovaskuler :
Irama jantung : reguler
Nyeri dada : tidak ada
Bunyi jantung : normal
CRT : 3 dtk
Akral : hangat
5. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : kurang baik
Porsi makan : setengah porsi, jika sedang sakit hanya beberapa suapan
Minum : jahe merah dan air putih
Mulut : bersih
Mukosa : lembab
Tenggorokan : normal
Abdomen : normal, kecuali saat sedang sakit rasanya lebih nyeri
Buang Air Besar : 1x sehari, kalau sedang sakit bisa lebih dari 3x sehari
6. Sistem musculoskeletal
Kemampuan pergerakan sendi : normal
Kekuatan otot : (BELUM DIISI)
7. Sistem integument
Warna kulit : Coklat
Tugor : baik
Odema : tidak ada
Luka : tidak ada
Tanda infeksi : tidak ada
8. Sistem neurosensori
Penglihatan (mata)
Pupil : isokor
Selera/konjungtiva : normal
Pendengaran (telinga)
Gangguan pendengaran : tidak
Penciuman (hidung)
Bentuk : normal
Gangguan penciuman : tidak
9. Sistem endokrin
Pembesaran tyroid : tidak
Hiperglikemia : tidak
Hipoglikemia : tidak
Luka gangren : tidak
Interpretasi hasil :
Jika total skor ≤ 11 maka lanjutkan kuesioner pengkajian
Jika total skor ≥12 hanya screening, TIDAK dillanjutkan kuesioner pengkajian
VII. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
1. Psikososial
2. Emosional
Identifikasi masalah emosional :
Pertanyaan tahap I
a.Apakah klien mengalami sukar tidur ? Iya
b.Apakah klien sering merasa gelisah ? Iya
c.Apakah klien sering murung atau menangis sendiri? Iya
d.Apakah klien sering was-was atau khawatir ? Iya
3. Spiritual
Ny. R tetap menjalankan sholat 5 waktu dan rajin mengaji, saat bulan Ramadhan
masih bolong beberapa hari tetapi selebihnya mampu menjalankan puasa dengan
baik.
2. Bartel Indeks
No Kriteria Dengan Mandiri Nilai
bantuan
1. Makan 5 10 10
2. Aktivitas Toilet 5 10 10
3. Berpindah dari kursi 5-10 15 15
roda ke tempat tidur dan
sebaliknya, termasuk
duduk di tempat tidur
4. Kebersihan diri 0 5 5
mencuci muka menyisir
rambut menggosok gigi
5. Mandi 0 5 5
6. Berjalan dipermukaan 10 15 15
datar
7. Naik turun tangga 5 10 5
8. Berpakaian 5 10 10
9. Mengontrol defekasi 5 10 10
10. Mengontrol berkemih 5 10 10
Total 95
Penilaian :
0-20 : Ketergantungan
21-61 : Ketergantungan berat / sangat tergantung
62-90 : Ketergantungan berat
91-99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Ny. R termasuk kedalam kategori lansia yang berketergantungan ringan, karna
masih mampu melakukan aktivitas nya secara sendiri
Keterangan :
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas
Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan
Ny. R masih mampu melakukan aktifitas
Total score : 8
Skor :
Nilai 24-30= Normal
Nilai 17-23= Probable gangguan kognitif
Nilai 0-16= Definitif gangguan kognitif
Penilaian
0 – 4 : Depresi tidak ada / Minimal
5 – 7 : Depresi ringan
8 – 15 : Depresi sedang
16 > : Depresi berat
Ny. R termasuk lansia yang mengalami depresi sedang
Total score : 12
DO :
- Ny. R tampak lebih
lemas/tidak
bertenaga
- Ny. R tampak lebih
pucat biasanya
LAPORAN PENDAHULUAN
MATA AJAR KEPERAWATAN GERONTIK
A. Latar Belakang
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia menggunakan pendekataan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal yang bertujuan mengumpulkan data
tentang status kesehatan klien.Data yang telah terkumpul dianalisa sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan yang ada pada keluarga.
B. Rencana Keperawatan
1. Tujuan umum : dalam waktu 60 menit terkumpul data yang dapat menunjang
timbulnya masalah kesehatan pada lansia.
2. Tujuan khusus :
- Terkumpul data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik
(khususnya bagi anggota keluarga yang berisiko tinggi)
- Terindentifikasi masalah Kesehatan
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik :
Pengkajian data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik dan
harapan keluarga.
2. Metode :
Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
3. Media :
Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan fisik
4. Waktu :
Senin, 12 September 2022
5. Tempat :
Rumah Ny. R Jl. Ketapang, Cinangka no. 18 RT 001/RW 002
6. Strategi Pelaksanaan :
a. Orientasi :
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan kunjungan
4) Memvalidasi keadaan keluarga
b. Kerja :
1) Melakukan pengkajian
2) Melakukan pemeriksaan fisik (khusus untuk anggota keluarga yang lansia)
3) Mengidentifikasi masalah kesehatan
4) Memberikan reinforcement pada hal yang dilakukan keluarga
c. Terminasi
1) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
2) Mengucapkan salam
7. Evaluasi :
a. Struktur :
1) LP disiapkan
2) Alat bantu/media disiapkan
3) Kpntrak dengan keluarga yang tepat dan sesuai rencana
b. Proses :
1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
2) Keluarga aktif dalam kegiatan
c. Hasil :
1) Didapatkan data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan
fisik dan harapan keluarga.
2) Terindentifikasi masalah Kesehatan
DOKUMENTASI PERTEMUAN
(BELUM DIISI)
A. Latar Belakang
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Di
negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari
5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke
praktek umum menderita diare infeksi.
Diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang
diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan
infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi.
Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit. Di negara berkembang, diare
infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika orang
dewasa terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang
lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.
Diare merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek
dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut
karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang
berobat ke rumah sakit. Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2
episode/orang/tahun sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan
penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi
setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun
dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun
sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan
terpadu tahun 2006 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit
didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama
disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli,
dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery,
kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan selama 30 menit, diharapkan klien dapat :
a. Mengetahui pengertian tentang diare
b. Mengetahui penyebab diare
c. Mengetahui komplikasi diare
d. Mengetahui pencegahan diare
e. Mengetahui pengobatan diare
2. Tujuan khusus
Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan selama 30 menit, diharapkan klien dapat :
a. Mengetahui pengertian tentang diare
b. Mengetahui penyebab diare
c. Mengetahui komplikasi diare
d. Mengetahui pencegahan diare
e. Mengetahui pengobatan diare
C. Metode pelaksanaan
Ceramah, tanya jawab
E. Strategi pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin, 12 September 2022
Tempat : Rumah Klien (RT/RW : 001/002)
Waktu : 10.30 – 11.00 WIB
H. Susunan acara
No Tahap Waktu Kegiatan
1 Pembukaan 5 menit Mengucapkan salam
Menjelaskan tujuan
Menjelaskan kontrak waktu
2 Pelaksanaan 20 menit Menjelaskan pengertian tentang diare
Menjelaskan penyebab diare
Menjelaskan komplikasi diare
Menjelaskan cara pencegahan diare
Menjelaskan pengobatan diare
3 Penutup 5 menit Melakukan evaluasi
Memberikan kesempatan untuk bertanya
Mengakhiri pelaksanaan
Menjelaskan kontrak Kembali
Mengucapkan salam penutup