You are on page 1of 3

Nama: Novita Ika Ramadhani

Kelas: XI MIPA 2
Absen: 25

Persembahan Tari Untuk Media Ritual

Tari adalah salah satu cabang seni yang difungsikan untuk berbagai macam kegiatan.
Misalnya tari sebagai hiburan atau juga tari sebagai media komunikasi kepada sang pencipta
atau yang biasa dikenal dengan ritual. Fungsi tari sebagai hiburan biasanya ditujukan untuk
sarana rekreasi atau destinasi wisata baik lokal maupun mancanegara yang biasanya juga
mengambil keuntungan dari pertunjukan tari tersebut. Salah satunya seperti pertunjukan tari
Kecak di Uluwatu, Bali. Sedangkan tari yang difungsikan sebagai media komunikasi kepada
sang pencipta biasanya lebih bersifat personal atau tidak banyak melibatkan orang, dan
mungkin hanya dalam lingkup desa/suku/keluarga saja.
Jika kita membahas mengenai tari, sudah pasti yang ada dibayang kita adalah gerak,
iringan, dan penampilan seorang penari yang meliuk-liuk diatas panggung. Namun,
bagaimana jika sebuah tarian tersebut ditampilkan atau ditarikan di atas gunung atau di
pesisir pantai. Mungkin untuk sebagian orang hal semacam ini mungkin baru atau asing
untuk dilihat. Menari ditempat yang tidak seharusnya akan dianggap hal yang unik untuk
orang awam yang tak akrab dengan dunia tari. Tentunya menari ditempat yang tak biasa
seperti itu dilakukan bukan tanpa alasan melainkan ada tujuan dan alasan tersendiri.
Tari yang digunakan sebagai media untuk ritual biasanya bertujuan untuk
mengungkapkan rasa syukur dan terimakasih kepada pencipta dalam bentuk gerakan. Ada
juga tarian yang digunakan untuk menolak bala/malapetaka seperti wabah dan bencana alam.
Ada juga beberapa orang yang menggunakan tari sebagai media ritual untuk sekedar
menenangkan diri dan sekaligus cara mereka untuk mendekatkan diri kepada pencipta.
Namun, di Indonesia dengan jaman yang modern seperti ini jarang sekali kita menemui tarian
yang dikhususkan untuk ritual. Kalaupun ada mungkin hanya di daerah yang masih kental
dengan budaya. Salah satu bentuk tarian untuk ritual adalah tarian Sang Hyang dari Bali.

Tari Sang Hyang Jaran yang berasal dari Bali ini merupakan tari untuk mengusir roh
jahat yang termasuk juga bentuk dari ritual. Tari ini sampai sekarang masih dilakukan karena
di Bali sendiri adalah daerah yang kental sekali akan budaya. Pada tarian Sang Hyang Jaran
ini penari meliukliukkan tubuhnya dan bergerak seperti menunggang kuda dengan
menggunakan kuda yang terbuat dari bambu. Kemudian, penari bergulingan di atas bara api,
tetapi tubuhnya tidak terbakar. Gerakan tubuhnya bergerak bebas karena dalam keadaan tidak
sadar. Gerakan ini dilakukan spontan mengikuti keinginan hati tanpa didasarkan kaidah seni,
tetapi menunjukkan gerakan ritmis yang tak disadarinya.
Selain Tari Sang Hyang Jaran yang berasal dari Bali, ada juga tari Jatilan. Tari ini
merupakan tarian dari daerah Borobudur yang sangat dekat dengan upacara ritual memanggil
roh binatang totem sebagai bala keselamatan dari roh jahat. Ritual ini dianggap dapat
menyucikan jiwa. Kadangkadang pemainnya melakukan adegan yang pada kehidupan nyata
sangat mustahil dilakukan. Mereka tidak terluka ketika menginjak bara api, memakan
pecahan kaca, memecahkan kelapa dengan kepala tanpa merasa sakit atau terluka. Hal
tersebut dilakukan pada saat ndadi atau trance (Bali: kerawuhan, kesurupan, masuknya roh
halus ke dalam tubuh) sebagai perwujudan bahwa roh ‘hadir’ dan menunjukkan kekuatannya
kepada masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan karena mereka menari dengan gerakan
spontan.

Tarian yang difungsikan sebagai media ritual dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
tari upacara ritual yang bersifat sakral dan tari ritual yang bersifat magis. Tarian jenis ini
merupakan tarian suci dan keramat (sakral). Salah satu contoh tari upacara ritual yang bersifat
sakral adalah Tari Ngalage. Seperti pada upacara perayaan panen padi di Jawa barat, Tari
Ngalage merupakan tarian sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Dewi Padi Pohaci
Sang Hyang Sri. Tarian ini berhubungan dengan hal-hal gaib (magis). Salah satu contoh
tarian upacara yang bersifat magis adalah Tari Sang Hyang Jaran dari Bali. Tarian ini sebagai
ungkapan permohonan keselamatan, yang mengandung unsur magis dengan menginjakinjak
bara api, membawa simbol kuda dibuat dari jerami, dan penari bergerak kerawuhan/trance.
Dipercaya kekuatan magis menjadi faktor penguat hubungan komunikasi dengan sang Dewa.
Mungkin dijaman yang sudah maju seperti sekarang, tentu banyak orang yang
menganggap hal semacam ini adalah hal yang tabu. Manusia jaman sekarang sudah
mengalami peradaban yang sangat besar. Namun, apa salahnya jika kita melestarikan budaya
semacam ini. Walaupun kita tidak bisa ikut secara langsung untuk melestarikannya maka kita
hanya cukup untuk menghargai dan mengakui bahwa budaya tersebut ada.

You might also like