Professional Documents
Culture Documents
LK 0.1 Modul 5 - PPKN - YANI NURLAILA
LK 0.1 Modul 5 - PPKN - YANI NURLAILA
Kegiatan Belajar 2:
Persatuan dan Kesatuan dalam Keberagaman
Masyarakat Multikultural
A. Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Indonesia memiliki karakteristik multikultural yang
rawan terjadi disintegrasi bangsa.
1. Integrasi Wilayah
yaitu konsep kesatuan aspek alamiah yang
merupakan: 1) prinsip negara kepulauan
(Archipelagic State); 2) manunggalnya tanah-air
yang menjadikan laut di antara pulau sebagai
penghubung dan menyatukan pulau bukan lagi
sebagai pemisah.
2. Integrasi Bangsa, mencerminkan proses
bersatunya orang-orang yang memiliki perbedaan
untuk menjadi satu bangsa (nation).
3. Pentingnya Nasionalisme
B. Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan
Kesatuan Bangsa Indonesia
1. Tiga faktor yang dapat memperkuat Persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah Sumpah Pemuda, Pancasila dan semboyan
Bhineka Tunggal Ika.
2. Faktor-faktor yang dapat menghambat persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia, diantaranya:
a. Kebhinekaan/keberagaman pada masyarakat
Indonesia.
b. Geografis
c. Munculnya penyakit kultural pada
masayarakat Indonesia
d. Melemahnya nilai budaya bangsa
C. Problema Keberagaman Masyarakat Multikultural
1. Adanya berbagai penyakit budaya yang dapat
merusak persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, yaitu:
a. Prasangka adalah sikap yang bisa positif
maupun negatif berdasarkan keyakinan
stereotipe atau pemberian label kita tentang
anggota dari kelompok tertentu.
b. Etnosentrisme yaitu paham yang berpandangan
bahwa manusia pada dasarnya individualistis
yang cenderung mementingkan diri sendiri,
namun karena harus berhubungan dengan
manusia lain, maka terbentuklah sifat
hubungan yang antagonistik (pertentangan).
c. Rasisme yaitu suatu sistem kepercayaan atau
doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan
biologis yang melekat pada ras manusia
menentukan pencapaian budaya atau individu
bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan
memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya
(Sutarno, 2008: 4-10).
d. Diskriminasi merupakan tindakan yang
membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari
kelompok dominan terhadap kelompok
subordinasinya.
D. Keberagaman Masyarakat Indonesia
1. Nasionalisme sebagai suatu faham yang
menegaskan bahwa kesetiaan tertinggi individu
harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Ada
dua hal yang harus kita lakukan untuk membina
nasionalisme Indonesia, yaitu mengembangkan
kesamaan di antara suku-suku bangsa penghuni
Nusantara dan mengembangkan sikap toleransi.
2. Dalam substansi persatuan dan kesatuan bangsa
itu terdapat sejumlah konsep dasar, di antaranya
adalah persatuan, kesatuan, bangsa, integrasi
nasional, nasionalisme dan patriotisme.
3. Ada tiga faktor yang dapat memperkuat Persatuan
dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ketiga faktor tersebut merupakan
pemersatu seluruh bangsa Indonesia. Ketiga faktor
tersebut adalah Sumpah Pemuda, Pancasila dan
semboyan Bhineka Tunggal Ika.
4. Multikulturalisme pada dasarnya adalah
pengakuan adanya perbedaan dan penghargaan.
5. Keberagaman masyarakat Indonesia antara laian
disebabkan oleh keadaan geografis, pengaruh
kebudayaan asing, penerimaan masyarakat
terhadap perubahan, keadaan transportasi dan
komunikasi serta perbedaan kondisi alam.
E. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan
alternatif untuk materi persatuan dan kesatuan dalam
keberagaman adalah bermain peran.
Model ini dirasakan tepat karena berupaya
memberikan pengalaman langsung kepada siswa
untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu yang
mencerminkan keberagaman masyarakat Indonesia.
Kegiatan Belajar 3:
Konsep Nilai, Moral, dan Norma
A. Makna Nilai, Moral, dan Norma
1. Bermacam-macam nilai menurut kriteria, yaitu:
a. Nilai Sosial, yaitu nilai yang telah melekat di
dalam masyarakat serta berhubungan dengan
sikap dan tindakan manusia di dalamnya, nilai
ini berhubungan dengan sikap manusia yang
tidak dapat hidup secara mandiri dan
membutuhkan pertolongan orang lain.
b. Nilai Keindahan, yakni nilai yang bersumber
melalui unsur rasa yang terdapat pada setiap
diri manusia, dengan istilah lain biasa disebut
dengan nilai “estetika”.
c. Nilai Moral, yaitu suatu penilaian yang
bersumber dari kehendak maupun kemauan
(karsa, etik).
d. Nilai Agama, yakni nilai yang bersumber dari
nilai ketuhanan dalam sebuah agama.
e. Nilai Material, yakni nilai sosial yang berguna
bagi jasmani manusia, termasuk benda-benda
nyata yang dapat dimanfaatkan bagi memenuhi
kebutuhan fisik manusia.
f. Nilai Vital, merupakan nilai sosial yang berguna
bagi aktivitas atau kegiatan manusia dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari.
g. Nilai Rohani, merupakan nilai sosial yang
berguna bagi memenuhi kebutuhhan rohani.
h. Nilai Kebenaran dan Nilai Empiris, merupakan
nilai yang bersumber pada proses berpikir oleh
akal manusia disertai fakta yang terjadi.
i. Nilai Keindahan, merupakan nilai yang
berkaitan dengan perasaan atau jiwa
keindahan manusia, atau juga sering disbut
sebagai nilai estetika.
j. Nilai Moral, merupakan nilai yang menyangkut
perilaku baik maupun buruk oleh manusia,
atau juga sering disebut sebagai nilai etika.
k. Nilai Religius, merupakan nilai ketuhanan yang
mengandung suatu keyakinan atau
kepercayaan oleh manusia terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Norma Formal, yaitu ketentuan dan ketentuan
dalam kehidupan bermasyarakat sengaja dibuat
oleh lembaga atau institusi yang bersifat formal
atau resmi.
3. Norma Non Formal, yaitu ketentuan dan tata
aturan dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak
diketahui tentang siapa dan bagaimana yang
membuat dan menerangkan norma tersebut.
4. Norma yang dapat dilihat dari daya pengikatnya
terhadap kehidupan sosial di masyarakatnya
(Soerjono Soekanto, 1982:174-176), antara lain:
a. Cara (Usage), yakni mengacu pada bentuk
perbuatan-perbuatan yang lebih menonjolkan
pada hubungan yang terjadi antar individu.
b. Tata Kelakuan (Mores), yakni apabila kebiasaan
tidak semata-mata dianggap sebagai suatu cara
dalam suatu cara berperilaku, namun dapat
diterima sebagai norma pengatur.
c. Adat Istiadat (Custom), yakni tata kelakukan
yang terintegrasi kemudian menjadi kuat
keberadaannya dengan pola perilaku
masyarakat dapat meningkat menjadi sebuah
adat istiadat (custom).
d. Hukum (Law) merupakan sebuah ketentuan
hukum dalam mengatur individu di lingkungan
masyarakat baik itu tertulis atau tidak tertulis
yang dicirikan oleh adanya penegak hukum,
serta sanksi yang bersifat untuk menyadarkan
dan menertibkan pelaku si pelanggar norma
hukum dengan sanksi yang pasti.
e. Norma Mode (Fashion), norma ini lahir karena
kehadiran gaya dan cara anggota masyarakat
yang cenderung untuk berubah, bersifat baru,
serta diikuti masyarakat pada umumnya.
Kegiatan Belajar 4:
Pancasila dan Kewarganegaraan Global
A. Pancasila dalam Kehidupan Bernegara
1. Sejarah Perumusan Pancasila
a. Asal Mula Pancasila
Pancasila telah memenuhi empat syarat sebab
(kausalitas)
1) Causa Materialis (asal mula bahan)
Pada hakikatnya, nilai-nilai Pancasila
merupakan nilai-nilai yang digali dari
bangsa Indonesia itu sendiri berupa nilai-
nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan
dan nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut
terdapat dalam kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia. Dengan demikian, asal
nahan Pancasila itu terdapat kehidupan
bangsa Indonesia sendiri.
2) Causa Formalis (asal mula bentuk)
Dalam hal ini, bagaimana bentuk Pancasila
itu dirumuskan sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Asal mula bentuk Pancasila ialah ketika
Soekarno bersama Mohammad Hatta serta
anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan
membahas Pancasila, terutama dalam hal
bentuk, rumusan, serta nama Pancasila.
3) Causa Efisien (asal mula karya)
Asal mula karya, yaitu asal mula yang
menjadikan Pancasila dari calon dasar
negara menjadi dasar negara yang sah. Asal
mula karya Pancasila ialah Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) sebagai pembentuk negara dan atas
kuasa pembentuk negara yang
mengesahkan Pancasila menjadi dasar
negara yang sah, setelah melalui
pembahasan baik dalam sidang-sidang
BPUPKI maupun Panitia Sembilan.
4) Causa Finalis (asal mula tujuan)
Pancasila dirumuskan dan dibahas dalam
sidang-sidang BPUPKI dengan tujuan
menjadikan Pancasila sebagai dasar negara.
Oleh karena itu, asal mula tujuan tersebut
ialah para anggota BPUPKI dan Panitia
Sembilan menentukan tujuan
dirumuskannya Pancasila sebelum
ditetapkan oleh PPKI sebagai dasar negara
yang sah. Demikian pula para pendiri
negara yang berfungsi sebagai kausa
sambangan, karena yang merumuskan
dasar filsafat negara.
b. Proses Perumusan Pancasila
1) Sidang Gelombang Pertama. Sidang ini
berlangsung dari tanggal 29 Mei 1945
sampai 1 Juni 1945, untuk membahas
rumusan dasar negara Indonesia merdeka.
2) Sidang Gelombang Kedua. Persidangan
BPUPKI yang kedua ini berlangsung antara
10 sampai 17 Juli 1945 untuk membahas
penyusunan rancangan Undang-Undang
Dasar.
B. Nilai-Nilai Pancasila
1. Klasifikasi nilai-nilai Pancasila
a. Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila:
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, Keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut
bersifat universal, sehingga di dalamnya
terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai
yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat
tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup
negara. Nilai dasar tersebut selanjutnya
dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Nilai instrumental, yaitu penjabaran lebih
lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
Misalnya program-program pembangunan yang
dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman dan aspirasi masyarakat, undang-
undang, dan departemen-departemen sebagai
lembaga pelaksana juga dapat berkembang.
Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan
perubahan.
c. Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-
nilai instrumental dalam suatu pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam realisasi praktis inilah maka penjabaran
nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang
dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan (reformasi) sesuai dengan
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat.
Inilah sebabnya bahwa ideologi Pancasila
merupakan ideologi yang terbuka.
2. Makna Nilai-nilai Pancasila
a. Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung
arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa
terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam
semesta.
b. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai- nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani
dengan memperlakukan sesuatu hal
sebagaimana mestinya.
c. Nilai persatuan Indonesia mengandung makna
usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat
untuk membina rasa nasionalisme dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan mengandung makna suatu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat
melalui lembaga-lembaga perwakilan.
e. Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur secara
lahiriah ataupun batiniah.
C. Kedudukan Pancasila
1. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila itu merupakan landasan bagi
penyelenggara negara dan pelaksanaan sistem
pemerintahan yang memiliki kedudukan tertinggi
dan sebagai sumber dari segala sumber hukum
dalam ketatanegaraan di Indonesia,
konsekuensinya segala peraturan yang ada harus
berdasar dan bersumberkan Pancasila.
2. Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diartikan
sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan
dasar dan cita- cita mengenai sejarah, manusia,
masyarakat, hukum dan negara Indonesia yang
bersumber dari kebudayaan nasional.
Pancasila mempunyai tiga kedudukan yang
istimewa secara sekaligus yaitu sebagai ideologi
nasional, ideologi negara dan pandangan hidup
bangsa dan negara Indonesia.
D. Kewarganegaraan Global
1. Pengertian Warga Negara Indonesia
Rakyat sebuah negara dibedakan atas dua, yakni:
a. Penduduk dan bukan penduduk. Penduduk
adalah orang yang bertempat tinggal atau
menetap dalam suatu Negara, sedang yang
bukan penduduk adalah orang yang berada di
suatu wilayah suatu Negara dan tidak bertujuan
tinggal atau menetap di wilayah negara
tersebut.
b. Warga Negara dan bukan warga Negara. Warga
Negara ialah orang yang secara hukum
merupakan anggota dari suatu Negara,
sedangkan bukan warga Negara disebut orang
asing atau warga negara asing.
2. Makna dan Karakteristik Warga Negara Global
Warga negara global adalah warga negara yang
bertanggungjawab untuk memenuhi persyaratan
institusional dan kultural demi kebaikan yang
lebih besar bagi masyarakat.
3. Kompetensi Kewarganegaraan untuk Warga Negara
Global
Komponen-komponen utama civic competences
yang merupakan tujuan civic education meliputi:
a. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic
Knowledge), berkaitan dengan materi substansi
yang seharusnya diketahui oleh warga negara
berkaitan dengan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara.
b. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills),
merupakan keterampilan yang dikembangkan
dari pengetahuan kewarganegaraan, agar
pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu
yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan
dalam menghadapi masalah-masalah
kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang
menopang berkembangnya fungsi sosial yang
sehat dan jaminan kepentingan umum dari
sistem demokrasi.
4. Globalisasi
a. Pengertian Globalisasi
Globalisasi itu menunjukkan adanya suatu
proses pembentukan suatu tatanan masyarakat
dengan segala perangkat peraturannya yang
bersifat universal atau menyeluruh tanpa
memperhatikan batas-batas wilayah negara.
b. Karakteristik Globalisasi
1) Perubahan dalam konsep ruang dan waktu
2) Pasar dan produksi ekonomi di negara yang
berbeda menjadi saling bergantung.
3) Meningkatan interaksi budaya melalui
perkembangan media massa (terutama
televisi, film, musik, dan transmisi berita
serta olah raga internasional).
4) Meningkatnya masalah bersama, misalnya
pada bidang lingkungan hidup, masalah
pemanasan bumi, masalah pencemaran,
memberantas terorisme.
c. Pengaruh Positif Globalisasi bagi Indonesia
1) Aspek Politik. Dengan adanya keterbukaan,
dimungkinkan akan dapat dicegahnya
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme
sehingga dapat dicapai pemerintahan yang
bersih dan berwibawa.
2) Aspek Ekonomi. Pengaruh positif globalisasi
bagi kehidupan ekonomi yang dapat kita
ambil diantaranya:
Makin meningkatnya investasi asing atau
penanaman modal asing di negara kita.
Makin terbukanya pasar internasional
bagi hasil produksi dalam negeri
3) Aspek Sosial Budaya. Kecanggihan alat
komunikasi yang ditandai dengan
munculnya internet secara langsung telah
mempermudah kita untuk memperoleh
informasi dari belahan bumi lainnya,
sehingga kita secara tidak langsung telah
melakukan proses tranformasi ilmu yang
sangat bermanfaat bagi kita.
4) Aspek Hukum, Pertahanan dan Keamanan.
Pengaruh positif globalisasi dalam bidang
hukum, pertahanan dan keamana yang
dapat kita ambil diantaranya:
Semakin menguatnya supremasi hukum,
demokratisasi dan tuntutan terhadap
dilaksanakannya hak asasi manusia.
Menguatnya regulasi hukum dan
pembuatan peraturan perundang-
undangan yang memihak dan
bermanfaat untuk kepentingan rakyat
banyak.
d. Pengaruh Negatif bagi Indonesia
1) Aspek Politik
Terjadinya tindakan-tindakan anarki
sebagai reaksi terhadap sikap pemerintah
yang menurut mereka tidak terbuka.
2) Aspek Ekonomi
Indonesia akan dibanjiri oleh barang-
barang dari luar seiring dengan adanya
perdagangan bebas yang tidak mengenal
adanya bataa-batas negara.
Akan timbulnya kesenjangan sosial yang
tajam sebagai akibat dari adanya
persaingan bebas.
3) Aspek Sosial Budaya
Munculnya sifat hedonisme, yaitu
kenikmatan pribadi dianggap sebagai
suatu nilai hidup tertinggi.
Adanya sikap individualisme
4) Aspek Hukum, Pertahanan dan Keamanan
Dampak isu negatif di Malang, Surabaya,
dan Papua yang disebarkan melalui media
sosial dapat cepat merebak dan
menimbulkan tindakan anarkhis yang
melanggar hukum yang pada gilirannya
mengganggu keamanan dan ketertiban
masyarakat.
e. Sikap terhadap Pengaruh Globalisasi
Bersikap selektif terhadap pengaruh tersebut,
yaitu kita mengambil hal-hal positif dari
globalisasi dan membuang hal-hal negatifnya.