You are on page 1of 50

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

JEMBATAN FASA TUNGGAL TERKENDALI PENUH

Dosen Pengampu : Nofiansyah, S.T.,M.T.


Disusun oleh : Dhevia Maharani
NIM : 061930311830
Kelas : 5 LE
Kelompok :1

Arkan Ghifari : 061930311827


Astridebiani : 061930311828
Carava Lorenzo : 061930311829
Dhevia Maharani : 061930311830
Dhita Safira Putri : 061930311831
Intan Indah Mawarni : 061930311832
Jody Prayoga Mandalika : 061930311833

1
Kerin Berliana : 061930311834
Marhan : 061930311835
M. Adzi Al Amin : 061930311836
M. Afif Tamama : 061930311837
M. Faisal Mi’raj : 061930311838

2
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA
JEMBATAN FASA TUNGGAL TERKENDALI PENUH

Dosen Pengampu : Nofiansyah, S.T.,M.T.


Disusun oleh : Dhevia Maharani
NIM : 061930311830
Kelas : 5 LE

PPROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2021

3
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1. Mengetahui cara kerja penyearah gelombang penuh memakai thyristor dengan
pulsa yang tepat pada berbagai macam beban.
1.2. Menganalisa secara matematis harga Vdα/Vdo dan secara grafis dari lengkung
sifat pengaturan.
1.3. Mengukur harga rata-rata dan harga r.m.s. arus yang mengalir dalam cabang
jembatan Iv dan arus beban Id pada keadaan kerja yang diatur.
1.4. Mengamati perpindahan kerja dari kerja sebagai penyearah ke kerja sebagai
converter, dengan mengamati tegangan.
1.5. Mengukur daya pada Pdc dan daya masuk efektif P, serta menjelaskan keadaan
pada beban reaktif.
1.6.Memilih diode yang dapat dipakai berdasarkan harga puncak invers Vmn dan Vdnm
serta harga arus ITrms dan ITav.

II. PENDAHULUAN
2.1. Rangkaian B2 yang dapat dianggap sebagai dua buah rangkaian M2 yang dihubung
seri. Dengan demikian untuk dapat mengalirkan arus diperlukan dua buah thyristor
yang menyala. Dalam rangkaian ini kedua thyristor itu adalah V1 dan V4 untuk
setengah gelombang positif serta V2 dan V3 untuk setengah gelombang negative.
2.2. Tegangan searah keluaran, pada α=0º akan sama besar dengan tegangan searah
keluaran penyearah gelombang penuh yang tidak diatur. Vdα = Vdo = 0.9 atau
V/Vdo 1.1 dalam keadaan diatur maka tegangan keluaran akan mengikuti
hubungan :
Vdα = Vdo (1+cos α)/2 (untuk beban tahanan murni)
Vdα Vdo.A (beban induktif)

4
Grafik di atas menunjukkan lengkung pengaturan penyearah gelombang penuh
yang diatur :
a. Beban tahanan murni
b. Beban induktif, pada kerja sebagai penyearah dan inverter Vdα = 0 volt
2.3. Tegangan puncak inverse pada diode sama harga puncak tegangan sumber
Vrms = 2 V
2.4. Pada saat mengamati arus kerja, macam beban yang dipakai menjadi penting. Pada
beban tahanan murni, pada α > 0º timbul arus dengan celah kosong. Sedangkan
pada beban induktif yang besar arus yang mengalir menjadi rata dan sudut
pengaliran arus yang selalu 180º.
2.5. Dengan adanya perlambatan pada penyalaan maka fasa arus yang mengalir akan
terlambat sebesar α derajat terhadap gelombang sinus tegangan. Pergeseran fasa
ini akan menyebabkan bahan penyearah akan mempunyai daya reaktif yang besar.
Faktor beban suatu penyearah akan mempunyai daya reaktif yang besar.
2.6. Rangkaian untuk converter penuh satu fasa diperlihatkan pada gambar 1 dengan
beban induktif tinggi. Arus beban diasumsikan kontinyu tanpa ripple. Sepanjang
setengah siklus positif, thyristor T1 dan T2 akan terus tersambung saat waktu telah
melewati ωt = t walaupun tegangan masukan telah negative.

Selama setengah siklus tegangan masukan telah negative, thyristor T3 dan T4


akan berbias maju dan penyalaan T3 dan T4 akan memberikan tegangan suplai
sebagai tegangan bias mundur bagi T1 dan T2. T1 dan T2 akan dimatikan melalui

5
komutasi line (komutasi neutral) dan arus beban akan ditransfer dari T1 dan T2 ke
T3 dan T4. Gaambar 5-3b memperlihatkan daerah operasi converter dan gambar 5-
3 c yang memperlihatkan bentuk gelombang tegangan masukan, tegangan keluaran,
dan arus masukan serta keluaran.
Selama periode dari α ke π, tegangan masukan Vs dan arus masukan Is akan
positif, daya akan mengalir dari sumber ke beban. Saat itu converter dikatakan
berada pada mode operasi penyearahan. Selama priode dari π ke π+α tegangan Vs
akan negative, sedangkan Is akan positif sehingga terdapat
aliran daya balik dari beban ke suplai.
Saat ini converter disebut berada pada keadaan mode operasi inversi.
Konverter jenis ini digunakan secara ekstensif pada banyak aplikasi industry
sampai level daya 15kW. Tergantung pada nilai α, tegangan keluaran ratarata dapat
positif ataupun negative dan memberikan operasi pada dua kuadran.

Gambar 2. Konverter Penuh Satu Fasa

III. ALAT DAN BAHAN


1. 1 sumber tegangan searah +15/-15 Volt
2. 1 Osiloscope
3. 1 Avometer
4. 1 Wattmeter Universal
5. 1 Alat ukur rms

6
6. 1 Sekering 3 super cepat
7. 1 Transformator 1 fasa
8. 1 Potensiometer
9. 1 Adaptor tegangan/arus
10. 1 Beban ohm, 2x100Ω/2A
11. 1 Beban induktif 100mH/5A
12. 4 Thyristor
13. 1 Unit pengatur Thyristor 4 pulsa

7
IV. RANGKAIAN PERCOBAAN

• Gambar 4.1

TH1 TH2

15V~
R = 100
V
230 VAC
50 HZ
15V~

TH4 TH3

α

• Gambar 4.2

TH1 TH2 R = 100

15V~ V
230 VAC
50 HZ
15V~

TH4 TH3
L = 50 mH

α

• Gambar 4.3

8
A

TH1 TH2 R = 100

15V~ V
230 VAC
50 HZ
15V~

TH4 TH3
L = 200 mH

α

Rangkaian Percobaan

V. LANGKAH KERJA
5.1. Buat rangkaian percobaan sesuai gambar. Menghubung singkat inductor/coil.
Menunjukkan bentuk gelombang keluaran pada Osiloscope. Mengukur daerah
kerja pergeseran fasa.
5.2. Tunjukkan tegangan keluaran searah pada sudut penyalaan = 60º dan menggambar
pada osiloscope bentuk tegangan keluaran. Mengukur V dan Vd60 dengan alat
ukur kumparan putar. Menghitung harga Vdo dengan rumus : Vdα = Vdo (1 + cos
α)/2 untuk beban tahanan murni.
Bandingkan Vd60/Vdo dari hasil pengukuran dan secara matematis.
Amati arus yang mengalir Id dari bentuk tegangan pada ujung-ujung Rm,
gambarkan bentuk gelombang arus dan menentukan besar sudut pengaliran arus.
5.3. Tunjukkan pada oscilocope bentuk tegangan VAK dan thyristor Vd tanpa
mengubah setting pengaturan. Gambarkan bentuk tegangan itu, berapa besar
tegangan puncak invers Vmn pada arah berlawanan?
Samakah harga tersebut dengan hasil perhitungan menurut rumus Vmn= 2 V
Berapa besar Vdnm
5.4. Pada α = 0º arus yang mengalir melalui diode adalah yang paling besar dan ukur
arus-arus berikut :
a. ITAV pada thyristor V1 dengan alat ukur kumparan putar?
b. ITrms pada thyristor V1 denganb alat ukur besi putar?
c. Arus masukan pada penyearah dengan alat ukur besi putar?
d. Arus keluaran penyearah Id dengan alat ukur kumparan putar?

9
5.5. Lepaskan kawat penghubung singkat inductor. Ubah sudut fasa penyalaan dari 0º
menjadi 60º, lihat perubahan Vda pada oscilloscope dan gambarkan bentuk
gelombang tersebut.
5.6. Gambar gelombang arus Id dari point 5.2 pada diagram yang sama dengan
5.5 serta ukur dan bandingkan Id dengan I.
5.7. Hitung daya searah Pdc = Vd60.Id
Ukur daya masukan efektif P dan daya keluaran Pm dengan wattmeter.
Hitung daya semu S=V.I dan factor kerja.

10
VI. DATA HASIL PERCOBAAN
6.1 Percobaan dengan Beban R = 100Ω

6.1.1 Tabel Data Hasil Percobaan Dengan Beban R = 100Ω

NO α 0º 30º 45 º 60 º 90 º 120º 135º 150º 177º

1. Vdα 7,5 7,1 6,7 6,3 4,4 2,3 1,4 0,65 0,2

2. Vdα/Vdo 1 0.93 0,85 0,75 0,5 0,25 0,15 0,07 0,001

3. IRL 0,07 0,069 0,062 0,06 0,042 0,035 0,015 0,008 0,003

4. P 0,525 0,4899 0,4154 0,378 0,1848 0,0805 0,021 0,0052 0,0006

6.1.2 Perhitungan Vdo dan Daya P (watt) dengan beban R = 100Ω


1. Sudut 0º
a. Vdα = Vdo (1 + cos α)/2
7,5 = Vdo (1 + cos 0º)/2
7,5 =Vdo.1
Vdo =7,5 Volt
Vdα/Vdo =7,5/7,5
=1 Volt

b. P = V.I
= 7,5 x 0,07 = 0,525 watt
2. Sudut 30º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
7,1 =Vdo (1 + cos 30º)/2

7,1 =Vdo
7,1 =Vdo (0,93)
Vdo =7,1/0,93
Vdo =7,63 Volt
Vdα/Vdo =7,1/7,63
=0,93 Volt

11
b. P = V.I
= 7,1 x 0,069
= 0,4899 watt

3. Sudut 45º a. Vdα


6,7 (1 + cos 45º)/2

6,7 =Vdo (1+


6,7 =Vdo (0,85)
Vdo =6,7/0,85
Vdo =7,88 Volt
Vdα/Vdo =6,7/7,88
=0,85 Volt

b. P = V.I
= 6,7 x 0,062 = 0,4154 watt

4. Sudut 60º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
6,3 =Vdo (1 + cos 60º)/2

6,3 =Vdo (1+ )/2


6,3 =Vdo (0,75)
Vdo =6,3/0,75
Vdo =8,4 Volt
Vdα/Vdo =6,3/8,4
=0,75 Volt

b. P = V.I
= 6,3 x 0,06 = 0,378 watt

12
5. Sudut 90º a. Vdα
4,4 (1 + cos 90º)/2
4,4 =Vdo (1+0 )/2
4,4 =Vdo (0,5)
Vdo =4,4/0,5
Vdo =8,8 Volt
Vdα/Vdo =4,4/8,8
=0,5 Volt

b. P = V.I
= 4,4 x 0,042 = 0,1848 watt

6. Sudut 120º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
2,3 =Vdo (1 + cos 120º)/2

2,3 =Vdo (1+(− ))/2


2,3 =Vdo (0,25)
Vdo =2,3/0,25
Vdo =9,2 Volt
Vdα/Vdo =4,4/9,2
=0,25 Volt

b. P = V.I
= 2,3 x 0,035 = 0,0805 watt

7. Sudut 135º
a. Vdα
1,4 (1 + cos 135º)/2

13
1,4 =Vdo (1+
1,4 =Vdo (0,15)
Vdo =1,4/0,15
Vdo =9,3 Volt
Vdα/Vdo =1,4/9,3
=0,15 Volt

b. P = V.I
= 1,4 x 0,015 = 0,021 watt

8. Sudut 150º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
0,65 =Vdo (1 + cos 150º)/2

0,65 =Vdo (1+


0,65 =Vdo (0,07)
Vdo =0,65/0,07
Vdo =9,2 Volt
Vdα/Vdo =0,65/9,2
=0,07 Volt

b. P = V.I
= 0,65 x 0,008 = 0,0052 watt
9. Sudut 177º
a. Vdα
0,2 (1 + cos 177º)/2
0,2 =Vdo (1+(−0,998))/2
0,2 =Vdo (0,001)
Vdo =0,2/0,001
Vdo =200 Volt
Vdα/Vdo =0,2/200
=0,001 Volt

14
b. P = V.I
= 0,2 x 0,003 = 0,0006 watt

6.1.3 Tabel gelombang osiloskop dan hasil pengukuran


Batas Ukur Voltmeter = 10 Volt
Batas Ukur Amperemeter = 0.3 Ampere

Tabel 6.1 (Beban R=100 Ohm)

Sudut (V) (A) Data Osiloskop

0o 7,5 0,07

30o 7,1 0,069

45o 6,7 0,062

15
60o 6,3 0,06

90o 4,4 0,042

120o 2,3 0,035

135o 1,4 0,015

16
150 o 0,65 0,008

177o 0,2 0,003

17
Tabel Alat Ukur

Tabel 6.2 (Beban R=100 Ohm)

Arus Tegangan
Sudut
(A) (V)

0o

7,5
0,07

30
o

0,069 7,1

45
o

0,062 6,7

18
60
o

0,06 6,3

90
o

0,042 4,4

12
0o

0,035 2,3

13
5o

0,015 1,4

19
15
0o

0,008 0,65

17
7o

0,003 0,2

6.1.4 Grafik Perbandingan Vdα/Vdo dengan perubahan sudut

Grafik 1 (Beban R=100 Ohm)

Perbandingan Pengukuran antara


Vdα/Vdo dengan Beban R
1,2

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0° 30° 45° 60° 90° 120° 135° 150° 177°

20
6.2 Percobaan Dengan Beban R = 100Ω dan L = 50mH

6.2.1. Data hasil Percobaan Dengan Beban R = 100Ω dan L = 50mH

NO α 0º 30º 45 º 60 º 90 º 120º 135º 150º 177º

1. Vdα 8,2 7,9 7,41 6,7 4,6 2,3 1,4 0,6 0,2

2. Vdα/Vdo 1 0,93 0,85 0,75 0,5 0,25 0,15 0,07 0,001

3. IRL 0,079 0,075 0,07 0,061 0,041 0,021 0,012 0,008 0,001

4. P 0,6478 0,5925 0,5187 0,4087 0,1886 0,0483 0,0168 0,0048 0,0002

6.2.2. Perhitungan Vdo dan Daya P (watt) dengan beban R = 100Ω dan L =
50mH
1. Sudut 0º
a. Vdα = Vdo (1 + cos α)/2
8,2 = Vdo (1 + cos 0º)/2
8,2 =Vdo.1
Vdo =8,2 Volt
Vdα/Vdo =8,2/8,2
=1 Volt

b. P = V.I
= 8,2 x 0,079 = 0,6478 watt

2. Sudut 30º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
7,9 =Vdo (1 + cos 30º)/2

7,9 =Vdo (1+


7,9 =Vdo (0,93)
Vdo =7,9/0,93
Vdo =8,49 Volt
Vdα/Vdo =7,9/8,49
=0,93 Volt

21
b. P = V.I
= 7,9 x 0,075 = 0,5925 watt

3. Sudut 45º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
7,41 =Vdo (1 + cos 45º)/2

7,41 =Vdo (1+


7,41 =Vdo (0,85)
Vdo =7,41/0,85
Vdo =8,71 Volt
Vdα/Vdo =7,41/8,71
=0,85 Volt

b. P = V.I
= 7,41 x 0,07 = 0,5187 watt

4. Sudut 60º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
6,7 =Vdo (1 + cos 60º)/2

6,7 =Vdo (1+ )/2


6,7 =Vdo (0,75)
Vdo =6,7/0,75
Vdo =8,9 Volt
Vdα/Vdo =6,7/8,9
=0,75 Volt

b. P = V.I
= 6,7 x 0,061 = 0,4087 watt

22
5. Sudut 90º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
4,6 =Vdo (1 + cos 90º)/2
4,6 =Vdo (1+0 )/2
4,6 =Vdo (0,5)
Vdo =4,6/0,5
Vdo =9,2 Volt
Vdα/Vdo =4,6/9,2
=0,5 Volt

b. P = V.I
= 4,6 x 0,041 = 0,1886 watt

6. Sudut 120º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
2,3 =Vdo (1 + cos 120º)/2

2,3 =Vdo (1+(− ))/2


2,3 =Vdo (0,25)
Vdo =2,3/0,25
Vdo =9,2 Volt
Vdα/Vdo =4,4/9,2
=0,25 Volt

b. P = V.I
= 2,3 x 0,021 = 0,0483 watt

23
7. Sudut 135º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
1,4 =Vdo (1 + cos 135º)/2

1,4 =Vdo (1+


1,4 =Vdo (0,15)
Vdo =1,4/0,15
Vdo =9,3 Volt
Vdα/Vdo =1,4/9,3
=0,15 Volt

b. P = V.I
= 1,4 x 0,012 = 0,0168 watt

8. Sudut 150º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
0,6 =Vdo (1 + cos 150º)/2

0,6 =Vdo (1+


0,6 =Vdo (0,07)
Vdo =0,6/0,07
Vdo =8,57 Volt
Vdα/Vdo =0,6/8,57
=0,07 Volt

b. P = V.I
= 0,6 x 0,008 = 0,0048 watt

24
9. Sudut 177º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
0,2 =Vdo (1 + cos 177º)/2
0,2 =Vdo (1+(−0,998))/2
0,2 =Vdo (0,001)
Vdo =0,2/0,001
Vdo =200 Volt
Vdα/Vdo =0,2/200
=0,001 Volt

b. P = V.I
= 0,2 x 0,001 = 0,0002 watt

25
6.2.3. Tabel hasil gelombang osiloskop dan hasil pengukuran

Tabel 6.3 (Beban R=100 Ohm + L=50mH)

Tegangan Arus
Sudut Data Osiloskop
(V) (A)

0o 8,2 0,079

30o 7,9 0,075

45o 7,41 0,07

26
60o 6,7 0,061

90o 4,6 0,041

120o 2,3 0,021

135o 1,4 0,012

27
150
o
0,6 0,008

177o 0,2 0,001

28
Tabel 6.4 (Beban R=100 Ohm + L=50mH)

Arus Tegangan
Sudut
(A) (V)

0o

0,079 8,2

30o

0,075 7,9

45o

0,07 7,41

29
60o

0,061
6,7

90o

0,041 4,6

120o

0,021 2,3

135o

0,012 1,4

30
150
o

0,008 0,6

177o

0,001 0,2

6.2.4. Grafik perbandingan pengukuran antara Vdα/Vdo dengan Beban R

Grafik 2 (Beban R=100 Ohm L=50 mH)

Perbandingan Pengukuran antara


Vdα/Vdo dengan Beban R
1,2

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0° 30° 45° 60° 90° 120° 135° 150° 177°

31
6.3 Percobaan Dengan Beban R = 200Ω dan L = 200mH
6.3.1 Tabel data hasil Percobaan Dengan Beban R = 200Ω dan L = 200mH

NO α 0º 30º 45 º 60 º 90 º 120º 135º 150º 177º

1. Vdα 8,2 7,7 7,2 6,4 4,4 2,2 1,2 0,79 0,2

2. Vdα/Vdo 1 0,93 0,85 0,75 0,5 0,25 0,15 0,07 0,001

3. IRL 0,04 0,039 0,035 0,031 0,021 0,01 0,008 0,002 0,001

4. P 0,328 0,3003 0,252 0,1984 0,0924 0,022 0,0096 0,00158 0,0002

6.3.2 Perhitungan Vdo dan Daya P (watt) dengan beban R = 200Ω dan L =
200mH

1. Sudut 0º
a. Vdα = Vdo (1 + cos α)/2
8,2 = Vdo (1 + cos 0º)/2
8,2 =Vdo.1
Vdo =8,2 Volt
Vdα/Vdo =8,2/8,2
=1 Volt

b. P = V.I
= 8,2 x 0,04 = 0,328 watt

2. Sudut 30º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
7,7 =Vdo (1 + cos 30º)/2

7,7 =Vdo (1+


7,7 =Vdo (0,93)
Vdo =7,7/0,93
Vdo =8,27 Volt
Vdα/Vdo =7,9/8,27
=0,93 Volt

32
b. P = V.I
= 7,7 x 0,039 = 0,3003 watt

3. Sudut 45º a. Vdα


7,2 (1 + cos 45º)/2

7,2 =Vdo (1+


7,2 =Vdo (0,85)
Vdo =7,2/0,85
Vdo =8,47 Volt
Vdα/Vdo =7,2/8,47
=0,85 Volt

b. P = V.I
= 7,2 x 0,035 = 0,252 watt

4. Sudut 60º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
6,4 =Vdo (1 + cos 60º)/2

6,4 =Vdo (1+ )/2


6,4 =Vdo (0,75)
Vdo =6,4/0,75
Vdo =8,53 Volt
Vdα/Vdo =6,4/8,53
=0,75 Volt

b. P = V.I
= 6,4 x 0,031 = 0,1984 watt

33
5. Sudut 90º a. Vdα
4,4 (1 + cos 90º)/2
4,4 =Vdo (1+0 )/2
4,4 =Vdo (0,5)
Vdo =4,4/0,5
Vdo =8,8 Volt
Vdα/Vdo =4,4/8,8
=0,5 Volt

b. P = V.I
= 4,4 x 0,021 = 0,0924 watt

6. Sudut 120º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
2,2 =Vdo (1 + cos 120º)/2

2,2 =Vdo (1+(− ))/2


2,2 =Vdo (0,25)
Vdo =2,2/0,25
Vdo =8,8 Volt
Vdα/Vdo =2,2/8,8
=0,25 Volt

b. P = V.I
= 2,2 x 0,01 = 0,022 watt

34
7. Sudut 135º
a. Vdα
1,2 (1 + cos 135º)/2

1,2 =Vdo (1+


1,2 =Vdo (0,15)
Vdo =1,2/0,15
Vdo =8 Volt
Vdα/Vdo =1,2/8
=0,15 Volt

b. P = V.I
= 1,2 x 0,008 = 0,0096 watt

8. Sudut 150º
a. Vdα =Vdo (1 + cos α)/2
0,79 =Vdo (1 + cos 150º)/2

0,79 =Vdo (1+


0,79 =Vdo (0,07)
Vdo =0,79/0,07
Vdo =11,28 Volt
Vdα/Vdo =0,79/11,28
=0,07 Volt

b. P = V.I
= 0,79 x 0,002 = 0,00158 watt

35
9. Sudut 177º
a. Vdα
0,2 (1 + cos 177º)/2
0,2 =Vdo (1+(−0,998))/2
0,2 =Vdo (0,001)
Vdo =0,2/0,001
Vdo =200 Volt
Vdα/Vdo =0,2/200
=0,001 Volt

b. P = V.I
= 0,2 x 0,001 = 0,0002 watt

6.3.3 Tabel hhasil gelombang osiloskop dan hasil pengukuran

Tabel 6.5 (Beban R=200 Ohm + L=200mH)

Tegangan Arus
Sudut Data Osiloskop
(V) (A)

0o 8,2 0,04

30o 7,7 0,039

36
45o 7,2 0,035

60o 6,4 0,031

90o 4,4 0,021

120o 2,2 0,01

37
135o 1,2 0,008

150 o 0,79 0,002

177o 0,2 0,001

38
Tabel 3 (Beban R=200 Ohm + L=200mH)

Arus Tegangan
Sudut
(A) (V)

0o

0,04 8,2

30o

0,039 7,7

45o

0,035 7,2

39
60o

0,031 6,4

90o

0,021 4,4

120o

2,2
0,01

135o

40
0,008 1,2

150 o

0,002 0,79

177o

0,001 0,2

6.3.4. Grafik Perbandingan Vdα/Vdo dengan perubahan sudut

Grafik 1 (beban R = 200Ω dan L = 200mH)

Perbandingan Pengukuran antara


Vdα/Vdo dengan Beban R
1,2

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0° 30° 45° 60° 90° 120° 135° 150° 177°

41
6.4 data hasil percobaan 5.4 poin a,b,c dan d.
a. ITav pada thyristor VI dengan alat kumparan putar = 0,015 A
b. ITrms pada thyristor dengan alat ukur besi putar = 0,035 A
c. Arus masukan pada penyearah dengan alat ukur besi putar = 0,0001 A

42
VII. Analisa
Berdasarkan hasil praktikum Elektronika Daya yang berjudul Jembatan Fasa Tunggal
Terkendali Penuh yang telah dilakukan, maka dapat dibuat analisa sebagai berikut.
Pada percobaan ini, komponen elektronika daya yang diperlukan ialah 4 buah SCR
(Sillicon Control Rectifier). Keempat SCR tersebut dirangkai menjadi rangkaian
penyearah jembatan seperti gambar rangkaian yang telah ditampilkan sebelumnya.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa variasi beban yaitu beban
resistif murni (R = 100 Ω), beban resistif-induktif (R = 100 Ω + L = 50 mH), dan beban
resistif-induktif (R = 200 Ω + L = 200 mH). Lalu, pada masing-masing percobaan, besar
sudut picuan (α) yang digunakan yaitu 0°, 30°, 45°, 60°, 90°, 120°, 135°, 150°, dan
180°. Namun, setelah dipraktikkan, pengatur sudut picuan hanya bisa diatur sampai
177° (maksimal), sehingga sudut 180° diganti dengan sudut 177°.
Tegangan sekunder trafo pada rangkaian ini yaitu sebesar 16,16 volt. Tegangan inilah
yang menjadi tegangan sumber bagi rangkaian jembatan fasa tunggal terkendali penuh.
• Beban Resistif Murni (R = 100 Ω)
Pada percobaan ini rangkaian jembatan dari 4 buah SCR dihubungkan ke beban resistif
murni R = 100 Ω. Kemudian, besar sudut picuan α diatur mulai dari 0° hingga 180°.
Ketika sudut picuan (α) diatur sebesar 0°, maka diperoleh tegangan pada beban (Vdα)
sebesar 7,5 volt, dan arus yang mengalir ke beban sebesar 0,07 A. Ketika sudut picuan
(α) diatur sebesar 60°, maka diperoleh tegangan pada beban (Vdα) sebesar 6,3 volt, dan
arus yang mengalir ke beban sebesar 0,062 A Kemudian, Ketika sudut picuan terus
dinaikkan, maka besar tegangan beban (Vdα), dan arus beban (I) akan semakin kecil.
Dimana, Ketika sudut picuan (α) diatur sebesar 177°, tegangan beban (Vdα), dan arus
beban (Idα) yang dihasilkan sebesar 0,2 volt dan 0,003 A. Sehingga dapat diketahui
bahwa besar tegangan beban (Vdα) dan arus beban (I) berbanding terbalik dengan besar
sudut picuan (α). Bentuk gelombang pada saat (α) diatur sebesar 60° sebagai berikut:

• Beban Resistif-Induktif (R = 100 Ω + L = 50 mH)


Pada percobaan ini rangkaian jembatan dari 4 buah SCR dihubungkan ke beban resistif-
induktif (R = 100 Ω + L = 50 mH). Kemudian, besar sudut picuan α diatur mulai dari
0° hingga 180°. Ketika sudut picuan (α) diatur sebesar 0°, maka diperoleh tegangan
pada beban (Vdα) sebesar 8,2 volt, dan arus yang mengalir ke beban sebesar 0,079 A.
Ketika sudut picuan (α) diatur sebesar 60°, maka diperoleh tegangan pada beban (Vdα)

43
sebesar 6,7 volt, dan arus yang mengalir ke beban sebesar 0,061 A Kemudian, Ketika
sudut picuan terus dinaikkan, maka besar tegangan beban (Vdα), dan arus beban (Idα)
akan semakin kecil. Dimana, Ketika sudut picuan (α) diatur sebesar 177°, tegangan
beban (Vdα), dan arus beban (Idα) yang dihasilkan sebesar 0,2 volt dan 0,001 A.
Sehingga dapat diketahui bahwa besar tegangan beban (Vdα) dan arus beban (I)
berbanding terbalik dengan besar sudut picuan (α). Berikut gambar gelombang untuk
sudut picuan (α) diatur sebesar 60°.

• beban resistif-induktif (R = 200 Ω + L = 200 mH)


Pada percobaan ini rangkaian jembatan dari 4 buah SCR dihubungkan ke beban resistif-
induktif (R = 200 Ω + L = 200 mH). Kemudian, besar sudut picuan α diatur mulai dari
0° hingga 180°. Ketika sudut picuan (α) diatur sebesar 0°, maka diperoleh tegangan
pada beban (Vdα) sebesar 8,2 volt, dan arus yang mengalir ke beban sebesar 0,04 A.
Ketika sudut picuan (α) diatur sebesar 60°, maka diperoleh tegangan pada beban (Vdα)
sebesar 6,4 volt, dan arus yang mengalir ke beban sebesar 0,031 A Kemudian, Ketika
sudut picuan terus dinaikkan, maka besar tegangan beban (Vdα), dan arus beban (Idα)
akan semakin kecil. Dimana, Ketika sudut picuan (α) diatur sebesar 177°, tegangan
beban (Vdα), dan arus beban (I) yang dihasilkan sebesar 0,2 volt dan 0,001 A. Sehingga
dapat diketahui bahwa besar tegangan beban (Vdα) dan arus beban (I) berbanding
terbalik dengan besar sudut picuan (α). Berikut gambar gelombang Ketika sudut picuan
(α) diatur sebesar 60°.

Dari ketiga percobaan rangkaian Jembatan Fasa Tunggal Terkendali Penuh, pada sudut
penyalaan yang sama yaitu sudut a = 60° dengan 3 jenis beban yang berbeda yang

44
dihasilkan tegangan keluaran Vda masing-masing 6,3 volt, 6,7 volt dan 6,4 volt.
Berdasarkan nilai tersebut, dapat dikatakan bahwa tidak terjadi perubahan yang
signifikan terhadap tegangan keluaran yang dihasilkan pada sudut penyalaan yang
sama, meskipun dengan beban yang berbeda.
Ketika rangkaian dihubungkan dengan beban yang bersifat induktif, maka gambar
gelombang yang dihasilkan pada display osiloskop menunjukkan adanya ripple disetiap
gelombangnya. Ripple ini terbentuk karena ada tegangan yang disimpan pada inductor
yang kemudian akan dikosongkan pada polaritas balik. Ripple pada gelombang
keluaran ini disebabkan oleh variasi dari kondisi terisi dan membuang.
Arus kerja pada beban tahanan murni, pada sudut penyalaan a > 0° akan terdapat sedikit
celah sehingga akan ada arus yang mengalir. Kemudian pada saat rangkaian bekerja
dengan beban induktif yang besar, misalnya pada percobaan ini 200mH berdasarkan
teori, arus yang mengalir menjadi rata dan sudut pengaliran arus selalu 180°. Namun
ternyata pada percobaan ini, arus yang mengalir tidak rata dan sudut pengaliran arus
adalah 0° hingga 120°. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya penambahan beban murni
R yang ditambahkan dengan beban induktif L pada rangkaian percobaan saat
melakukan praktikum. Harga Vda/Vdo secara matematis dan grafis dari sifat lengkung
pengaturan pada sudut penyalaan 60° maupun sudut lainnya dihitung dengan mengikuti
hubungan : Vda = Vdo (1 + cos a)/2 Sementara secara grafis, seperti yang tertera pada
sub bagian data hasil percobaan di atas.
Ketika rangkaian dihubungkan dengan beban yang bersifat induktif, maka gambar
gelombang yang dihasilkan pada display osiloskop menunjukkan adanya ripple disetiap
gelombangnya. Ripple ini terbentuk karena ada tegangan yang disimpan pada inductor
yang kemudian akan dikosongkan pada polaritas balik. Ripple pada gelombang
keluaran ini disebabkan oleh variasi dari kondisi terisi dan membuang.

45
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain sebagai berikut.
- Besar tegangan beban (Vdα atau Vdc), dan arus beban (Idc) pada
rangkaian jembatan fasa tunggal terkendali penuh sangat bergantung pada
pengaturan besar sudut picuan (α). Dimana, semakin besar sudut picuan (α),
maka besar tegangan beban (Vdα atau Vdc), dan arus beban (Idα) akan
semakin kecil.
- Penambahan beban induktif (L) menyebabkan penyearah mendapat
energi dari inductor ketika setengah siklus negatif dari tegangan input.
- Penggunaan beban induktif yang diserikan dengan beban resistif akan
menghasilkan ripple pada gelombang keluaran.

46
X. Lampiran
• Gambar rangkaian percobaan keseluruhan

• Osiloskop keadaan mati

47
• Beban Resistif (R)

• Beban induktif (L)

• Alat ukur

48
49
50

You might also like