Professional Documents
Culture Documents
2340 4781 1 PB
2340 4781 1 PB
Muhyani Rizalie
Nia Budiarti Yollandasari
Email : jurnal_paradigma@yahoo.co.id
Abstrak:
penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan karena pelaksanaan pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial di SDN Sungai Lumbah 1 belum maksimal dan hasil belajar rendah.
Masalah ini terjadi karena kegiatan pembelajaran belum terlalu menarik dan siswa
kurang antusias dalam kegiatan belajar, siswa menjadi pribadi yang pasif dan potensi
berpikir kritis tidak diasah secara maksimal, dan akan membuat hasil belajar siswa
rendah. Untuk mengatasi masalah ini, peneliti menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) kombinasi dengan Think Pair and Share dan Role
Playing. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
tindakan kelas yang didesain dalam dua siklus, dengan dua pertemuan di setiap siklus.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa
dan tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar di akhir pertemuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas siswa selalu meningkat dalam setiap pertemuan dan hasil
pembelajaran di setiap pertemuan selalu meningkat bertahap dalam evaluasi siklus 1
dan siklus 2.
Kata Kunci : Hasil Belajar Koperasi, Problem Based Learning (PBL), Think Pair and
Share (TPS) dan Role Playing.
Jurnal Paradigma, Volume 8, Nomor 1, Januari – Juni 2013, 20-29 21
semester genap tahun pelajaran 2012/2013 pembelajaran yang efektif dengan adanya
yaitu diketahui mencapai < 65 secara komunikasi dua arah antara guru dengan
individual. Dari 28 Siswa hanya 10 orang peserta didik yang tidak hanya menekankan
yang tuntas secara klasikal yaitu 35,71%, pada apa yang dipelajari tetapi menekankan
sedangkan yang belum tuntas sebanyak 18 bagaimana ia harus belajar untuk saling
orang siswa atau 64,29%. Hal ini menghargai pendapat temannya, melatih
menunjukkan bahwa rata-rata nilai berada kesiapan siswa, saling memberikan
dibawah kriteria Ketuntasan Minimal pengetahuan dan mampu menemukan solusi
(KKM) yang ditetapkan sebesar 65. atas permasalahan yang dihadapinya. Selain
Berdasarkan standar ketuntasan yang itu, mengembangkan kemampuan berfikir
ditetapakan, kriteria ketuntasan minimal kritisnya, yang mampu merangsang minat
adalah jika > 80% dari seluruh siswa di siswa dalam mengikuti pembelajaran agar
kelas tersebut mencapai nilai minimal 65 proses pembelajaran menjadi menyenangkan
tentang koperasi. (fun learning), bermakna (meaningful) dan
Berdasarkan hasil pengamatan dan berpusat pada siswa (student center) serta
dari data siswa angkatan 2012/2013 yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa di
lalu dikumpulkan oleh peneliti dengan ibu sekolah. Salah satu alternatif untuk
Noorsalasiah, S.Pd guru wali kelas IV pada pengajaran tersebut adalah menggunakan
tanggal 20 Oktober 2012 pukul 09.30 wita model pembelajaran Problem Based
diketahui juga penyebab rendahnya hasil Learning (PBL) kombinasi dengan model
belajar siswa dikarenakan beberapa faktor, Think Pair and Share (TPS) dan Role
yaitu anak masih belum memahami materi Playing.
koperasi pada pembelajaran IPS. Selain itu,
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Melihat permasalahan yang terjadi,
saat pembelajaran berlangsung siswa kurang peneliti berupaya untuk memecahkan
dilibatkan dalam proses pembelajaran dan permasalahan tersebut melalui penelitian
startegi pembelajaran yang digunakan juga tindakan kelas dengan judul : “Meningkatkan
kurang tepat sehingga pembelajaran pun Hasil Belajar IPS Materi Koperasi
menjadi kurang bermakna karena aspek Menggunakan Model Pembelajaran
afektif dan aspek psikomotornya terabaikan. Problem Based Learning (PBL) Kombinasi
Hal inilah yang mengakibatkan nilai siswa Dengan Think Pair and Share (TPS) Dan
menjadi rendah dan tidak sesuai dengan Role Playing Pada Siswa Kelas IV SDN
harapan guru. Sungai Lumbah 1 Kabupaten Barito
Kuala”.
Apabila permasalahan dalam
pembelajarn IPS ini terus saja dibiarkan,
maka akan berdampak pada terhambatnya METODE
kreativitas, kemandirian siswa dan keaktifan Pendekatan yang digunakan dalam
siswa dalam pembelajaran, serta dampak penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
paling berpengaruh pada akhirnya yaitu Menurut Rochiati, Pendekatan kualitatif
pada hasil belajar siswa, dimana siswa tidak adalah prosedur yang menghasilkan data
akan mampu mencapai nilai rata-rata standar deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan,
atau KKM yang telah ditetapkan. Hal ini peneliti merupakan instrumen utama dalam
nantinya juga akan menyulitkan siswa untuk pengumpulan data, proses sama pentingnya
mencapai nilai standar pada kelas berikutnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan
bahkan untuk melanjutkan kejenjang kepada pemahaman bagaimana
pendidikan yang lebih tinggi yaitu berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari
pendidikan menengah. suatu tindakan (Kunandar, 2013:46).
Proses pembelajaran yang baik Adapun jenis penelitian yang
adalah yang dapat menciptakan digunakan dalam penelitian ini adalah
Jurnal Paradigma, Volume 8, Nomor 1, Januari – Juni 2013, 20-29 23
Playing yang diperoleh dari aspek kognitif, menyampaikan bahan pelajaran, guru jangan
afektif dan psikomotorik. membicarakan pokok bahasan yang lain,
Analisis data mengenai hasil belajar yang tidak ada hubungannya dengan pokok
siswa dilakukan dengan menghitung jumlah bahasan yang sedang diberikan kepada
siswa yang tuntas mengerjakan tes tertulis di peserta didik. Pokok bahasan harus terfokus
setiap akhir pertemuan dengan materi yang pada masalah tertentu, sehingga peserta
telah diberikan selama proses pembelajaran. didik mudah menyerap bahan pelajaran yang
Indikator keberhasilan dari penelitiaan diberikan. Dalam hal ini diperlukan
ini adalah : 1. Aktivitas siswa dinyatakan keterampilan seorang guru sebagaimana
berhasil jika 80% dari jumlah seluruh siswa yang dinyatakan Hamalik (2013:119) yaitu
sudah mencapai skor dengan kategori setiap guru harus menguasai pengetahuan
sangat aktif dengan rentang skor 26 – 32. 2. yang mendalam dalam spesialisasimya.di
Hasil belajar siswa secara individu dalam diri para siswa.
dinyatakan berhasil jika berhasil meraih
nilai ≥ 80 dan secara klasikal dinyatakan Di dalam pembelajaran Problem Based
berhasil apabila 80% jadi jumlah seluruh Learning guru membimbing siswa untuk
siswa mendapatkan nilai ≥ 80 atau meraih mengumpulkan informasi yang sesuai,
kriteria tuntas. sambil mengajukan pertanyaan yang terkait
dengan pembelajaran untuk difikirkan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN siswa. Hamalik (2013:207) menyatakan
Pembahasan dilakukan berdasarkan bahwa guru perlu memperoleh umpan
rumusan masalah yang ditentukan kemudian balikan tentang kegiatan atau hasil belajar
berdasarkan data yang diperoleh melalui siswa. Dalam hal ini guru bertujuan
observasi yang telah dilakukan kemudian mengecek kemajuan belajar siswa. Siswa
akan diuraikan sesuai dengan data yang yang memiliki pengetahuan yang memadai
diperoleh di lapangan, baik mengenai tentang penggunaan bahasa standar
aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil misalnya, akan mempengaruhi proses
belajar siswa terhadap tindakan pembelajaran mereka. Djamarah (2006:141-
pembelajaran yang dilakukan dengan 142) menyatakan bahwa interaksi dalam
menggunakan model pembelajaran Problem bentuk tanya jawab dilakukan, dikarenakan
Based Learning (PBL) kombinasi dengan asumsi guru bahwa kemungkinan besar
Think Pair and Share (TPS) dan Role sebagian anak didik belum mengerti dan
Playing pada mata pelajaran IPS terhadap belum menguasai bahan pelajaran yang baru
materi Koperasi di kelas IV SDN Sungai disampaikan. Sebagai orang yang
Lumbah 1 Kabupaten Barito Kuala, pada menginginkan keberhasilan dalam mengajar,
siklus I dan siklus II hasilnya dapat guru selalu mempertahankan agar umpan
diuraikan sebagai berikut: balik selalu berlangsung dalam diri anak
1. Aktivitas Siswa didik. (Suriansyah, 2011:9). Siswa yang
Di dalam pembelajaran Problem memiliki pemahaman dalam mempelajari
Based Learning (PBL) guru hanya bertindak materi akan berpengaruh terhadap hasil
sebagai pembimbing sekaligus tutor bagi belajarnya.
para siswa yang dapat memberikan motivasi, Di dalam pembelajaran Think Pair and
semangat, dan membantu dalam menguasai Share guru meminta siswa berpikir
keterampilan pemecahan masalah. Dalam mengenai materi yang telah disampaikan.
hal ini guru dituntut dalam menyampaikan Menurut Susanto (2013: 53) yang
pengetahuan kepada siswa haruslah dengan menyatakan bahwa proses pembelajaran
penyampaian yang lugas dan mudah dikatakan efektif apabila seluruh peserta
dipahami. Selain itu materi yang diajarkan didik dapat terlibat secara aktif, baik mental,
haruslah terfokus pada materi yang akan fisik maupun sosialnya. Sebab dalam proses
disampaikan. Suriansyah (2011:67) dalam pembelajaran aktivitas yang menonjol ada
Jurnal Paradigma, Volume 8, Nomor 1, Januari – Juni 2013, 20-29 25
peserta didik. Hal ini sependapat dengan mengembangkan komunikasi antar anggota
Trianto (2013:121) yang menyatakan bahwa kelompok. Siswa sudah dapat mengutarakan
aktivitas pembelajaran harus lebih banyak pemikiran masing-masing dengan teman
berpusat pada peserta didik agar dapat sebangkunya. Hasil observasi siswa
mengembangkan berbagai potensi yang terhadap pembelajaran ini menunjukkan
dimilikinya. adanya peningkatan dalam setiap pertemuan.
Di dalam pembelajaran Think Pair Dengan adanya peningkatan aktivitas siswa
Share Siswa diminta berpasangan dengan dalam kelompok ini sudah menunjukkan
teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
mengutarakan hasil pemikiran masing- Peningkatan dari segi aktivitas siswa ini
masing. Ngalimun (2013:90) menyatakan disebabkan oleh ketepatan guru dalam
bahwa masalah yang dijadikan sebagai melaksanakan dan menerapkan kombinasi
fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa model pembelajaran Problem Based
melalui kerja kelompok sehingga dapat Learning (PBL) kombinasi dengan Think
memberi pengalaman-pengalaman belajar Pair and Share (TPS) dan Role Playing
yang beragam pada siswa, seperti kerja sama pada mata pelajaran IPS materi Koperasi.
dan interaksi dalam kelompok, disamping Adapun peningkatan tersebut dapat dilihat
pengalaman belajar yang berhubungan dari segi siswa baik aktivitasnya, minat
dengan pemecahan masalah. Selain itu siswa maupun peningkatan kemampuan
dalam aktivitas ini siswa dituntut aktif siswa itu sendiri dalam pembelajaran.
dalam pembelajaran agar meningkatkan Ngalimun (2013:90) menyatakan
kerja sama dalam memecahkan masalah. bahwa masalah yang dijadikan sebagai
Pembelajaran aktif memungkinkan siswa fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir melalui kerja kelompok sehingga dapat
tingkat tinggi, serta menganalisis dan memberi pengalaman-pengalaman belajar
mensitesis, serta melakukan penelitian yang beragam pada siswa, seperti kerja sama
terhadap berbagai peristiwa belajar dan dan interaksi dalam kelompok, disamping
menerapkannya dalam kehidupan sehari- pengalaman belajar yang berhubungan
hari. Jadi, keterlibatan siswa aktif dalam dengan pemecahan masalah. Selain itu
proses belajar dapat meningkatkan dalam pembelajaran berkelompok juga
pemahaman dan kompetensinya (Rusman, mengajarkan peserta didik untuk
2011:324). berinteraksi sosial dengan teman sebayanya
Di dalam pembelajaran Role Playing dan melatih peserta didik untuk bertukar
siswa siswa membentuk kelompok yang pikiran.
anggotanya terdiri dari 5 orang. Rusman Model problem Based Learning
(2013:203) menyatakan bahwa di dalam (PBL) merupakan model pembelajaran yang
pembelajaran kooperatif akan tercipta melatih siswa berpikir secara kritis dan
sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu melibatkan keaktifan siswa dalam
interaksi dan komunikasi yang dilakukan menemukan suatu masalah dan memecahkan
antara guru dengan siswa, siswa dengan masalah tersebut.
siswa, dan siswa dengan guru. Selain itu Barrow mendefinisikan Problem
siswa diberikan kesempatan untuk Based Learning (PBL) sebagai pembelajaran
menempatkan diri mereka dalam peran- yang diperoleh melalui proses menuju
peran dan situasi-situasi yang akan pemahaman akan resolusi suatu masalah.
merningkatkan kesadaran terhadap nilai- Masalah tersebut dipertemukan pertama-
nilai dan keyakinan-keyakinan mereka tama dalam proses pembelajaran
sendiri-sendiri dan orang lain (Shoimin, (Huda,2013:271).
2013:161). Problem Based Learning (PBL)
Aktivitas siswa dalam kelompok merupakan pembelajaran yang
menunjukkan bahwa mereka sudah dapat penyampaiannya dilakukan dengan cara
Jurnal Paradigma, Volume 8, Nomor 1, Januari – Juni 2013, 20-29 26
untuk meningkatkan kualitas respon siswa, pembelajaran yang tepat beserta cara
siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir penyampaian informasi yang benar.
mengenai konsep dalam mata pelajaran., Dari data di atas menunjukkan
siswa lebih memahami tenteng konsep topik peningkatan pada setiap pertemuannya,
pelajaran selama diskusi, siswa dapat belajar sehingga pada siklus II pertemuan II siswa
dari siswa lain, setiap siswa dalam sudah dikatakan tuntas dan memenuhi
kelompoknya mempunyai kesempatan untuk standar yang telah ditetapkan berdasarkan
berbagi atau menyampaikan ide nya. KKM yaitu sebesar ≥65
Model Pembelajaran Role Playing Didasarkan dari pendapat hasil
juga memiliki keunggulan diantaranya menurut K. Brahim (Susanto, 2013:5) Hasil
Siswa bebas mengambil keputusan dan belajar dapat diartikan sebagai tingkat
berekspresi secara utuh, berkesan dengan keberhasilan siswa dalam mempelajari
kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
sangat menarik bagi siswa sehingga dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
memungkinkan kelas menjadi dinamis dan mengenal sejumlah materi pelajaran
penuh antusias, membangkitkan gairah dan tertentu.
semangat optimisme dalam kesetiakawanan Hasil belajar siswa merupakan
sosial yang tinggi, dapat menghayati kemampuan yang diperoleh anak setelah
peristiwa yang berlangsung dengan mudah melalui kegiatan belajar. Penilaian
dan dapat memetik buli-bulir hikmah yang dilakukan oleh guru terhadap hasil
terkandung di dalamnya dengan pembelajaran untuk mengukur tingkat
penghayatan siswa sendiri (Shoimin, pencapaian kompetensi peserta didik, serta
2013:162-163). digunakan sebagai bahan penyusunan
laporan kemajuan hasil belajar, dan
Berdasarkan hal tersebut, dari paparan memperbaiki proses pembelajaran.
data serta beberapa pendapat ahli yang (Rusman, 2013:13).
diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa Pada siklus I pertemuan 1 hasil belajar
penggunaan model pembelajaran Problem siswa masih jauh dari indikator yang telah
Based Learning (PBL) kombinasi dengan ditentukan. Ketidak berhasilan hasil belajar
Think Pair and Share (TPS) dan Role ini diatasi pada siklus I pertemuan 2 dengan
Playing terbukti dapat meningkatkan cara guru menekankan kepada siswa bahwa
aktivitas siswa dalam belajar. kalian harus benar-benar memperhatikan
soal dan hati-hati dalam mengerjakan soal
2. Hasil Belajar tersebut serta guru memperbanyak
Berdasarkan hasil tes belajar terhadap melakukan tanya jawab dengan siswa, agar
pembelajaran maka diperoleh hasil belajar mengetahui seberapa jauh siswa menyerap
pada siklus I pertemuan 1 ada 42,86% siswa pelajaran.
yang mendapat nilai ≥65, siklus I Adanya peningkatan hasil belajar ini
pertemuan 2 ada 64,29% siswa yang merupakan dampak dari aktivitas guru dan
mendapat nilai ≥65. Pada siklus II aktivitas siswa itu sendiri. Hal ini sesuai
pertemuan 1 ada 75% siswa yang mendapat dengan pendapat Rusman (2013: 58) yang
nilai ≥65, siklus II pertemuan 2 ada 89,29% menyatakan guru merupakan faktor penentu
siswa yang mendapat nilai ≥65 yang yang sangat dominan dalam pendidikan
berhasil mendapat nilai KKM yang telah umumnya. Dalam hal ini peran guru sangat
ditentukan. berpengaruh dalam meningkatkan hasil
Data diatas menunjukkan bahwa selalu belajar siswa.
terjadi peningkatan dari siklus I sampai Hal ini terbukti dengan terjadinya
siklus II, ketuntasan hasil belajar peningkatan yang signifikan pada Siklus II
dipengaruhi oleh pelaksanaan proses pertemuan 2 dengan berhasilnya pencapaian
Jurnal Paradigma, Volume 8, Nomor 1, Januari – Juni 2013, 20-29 28