You are on page 1of 4

Tugas UU No.

36 tahun 2009 tentang kesehatan

Soal:

1. Apa yang melatarbelakangi munculnya UU No. 36 Tahun 2009 tentang


kesehatan?
2. Apa dasar peneteapan UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan?
3. Apa saja kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan praktek kefarmasian
yang di atur dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan?
4. Apa saya yang tidak boleh di lakukan khususnya oleh tenaga kefarmasian
dalam UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan?
5. Apa saja sanksi yang akan dikenai pada tenaga kefarmasian jika ada
pelanggaran yang dilakukan sebagaimana terdapat dalam UU No. 36 tahun
2009 tentang kesehatan?
6. Menurut saudara apabila UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan belum
mengatur pelaksanaan praktek kefarmasian secara komprehensif apa upaya
yang diperlukan lebih lenjut untuk mengatasi hal ini?

Jawaban:

1. Latar belakang munculnya UU No, 36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah:

a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia d a n salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam
rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional;
c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi
negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga
berarti investasi bagi pembangunan negara;
d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan
dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat
dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun
masyarakat;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang- Undang
tentang Kesehatan yang baru;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang
Kesehatan;

2. Dasar hukum penetapan UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan


Dasar hukumnya:
Landasan keluarnya UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 20, pasal
28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
3. Kegiatan yang berhubungan dengan praktek kefarmasian yang diatur dalam
UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan ada pada Pasal 108

1. Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian


mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

4. Yang tidak boleh dilakukan khususnya pada tenaga kefarmasian dalam UU


No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah “dalam hal tenaga kesehatan
diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut
harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi”
5. Obat (salah satu contohnya Obat Keras) adalah sediaan farmasi (pasal 1 UU
No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

Obat Keras dan Obat tertentu hanya dapat diperoleh dengan menggunakan
resep dokter di sarana pelayanan kesehatan/kefarmasian yang resmi dan
berizin (Apotek, Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas)Pelaku
Usaha dilarang mendistribusikan/menjual/menyerahkan Obat Keras dan obat
tertentu lainnya di sarana seperti : Toko Obat, Toko Kelontong, Minimarket,
Supermarket, karena perbuatan tersebut melanggar peraturan perundang-
undangan di bidang obat dan dikenakan sanksi. Pada Pasal 108 dijelaskan
bahwa : (1) Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2)
Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Maka sanksi yang
dikenakan oleh Undang-undang No. 36 tahun 2009 pasal 198 berbunyi :
“Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).”

6. Menurut kami, jika tenaga kesehatan belum mengatur pelaksaanan praktek


kefarmasian secarakomprehensif, kita sebagai mahasiswa dalam mempelajari
dari buku buku yang ada, kita membacaa dan dapat turun ke apotek apotek
untuk melihat system kerja apoteker yang sudah menggunkan tenaga
pelayanan komprehensif. Sudah smstinya seorang apoteker memiliki rasa
kesadaran diri, harus menyadari dan peka terhadap lingukan, bahwa peran
apoteker itu sanggat penting dan sanggat dibutuhkan, tujuab dari pelayanan
tenaga komprehensif adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, jadi
tugass kita nantinya tidakhanya tentang pembuatan obat, peracikan resep,
penyediaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayann informasi obat
serta pengembangan obat, dll. Tetapi apoteker mesti meliputi pelayanan obat
dan pelayanan farmasi klinis, mesti memberikan pelayann yang bagus
terhadap pasien, memperhatikan obat dan penyakit pasien.

Dikerjakan oleh:

Melisya Silvani

Ayu Putri Nazari

Alya Apriani

Nikmah Nur Salamah

M. Hari Suhardi

You might also like