You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULAN KEPERAWATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Dosen: Fifi Siti Fauziah, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh :

Vika Puspita Dewi 211120101

PRODI STUDI KEPERAWATAN D3

UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

2022-2023
HARGA DIRI RENDAH

A. DEFINISI
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini
dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-
apa, tidak kompeten, gagal, malang dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.
Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik
terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya.Gangguan harga diri
rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Towsend, 2012). Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri
(Carpenito, L.J, 2006)Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan,
harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional
maupun kronis atau menahun.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba. Misalnya
harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolaj, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
2. Harga diri rendah kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara
berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon
yang maladaptive, Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa (NANDA NIC-NOC, 2015).

RENTANG RESPON

Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep


dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
Respon Adaptif

Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima


oleh norma - norma sosial dan kebudayaan.

Respon Maladaptif

Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat


diterima oleh norma - norma sosial dan kebudayaan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diiri Konsep Diri HDR Kerancuan Depersonalis

Positif Identitas sasi

Stuart dan Sundeen (2013) mengatakan:


a. Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
b. Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
d. Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis. 
e. Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
B. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi
pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap
perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci dan
tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian. Anak
yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal
mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain. Individu yang
kurang mengerti akan dan tujuan kehidupan akan gagal menerima
tanggungjawab untuk diri sendiri. ia akan tergantung pada orang lain
dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri. Ia mengingkari
kebebasan mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat
kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri
sendiri. Ideal diri yang ditetapkan tidak dapat dicapai.
2) Faktor yang mempengarahui penampilan peran
Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh
masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri,kurang objektif dan kurang rasional dibandingkan pria. Pria
dianggap kurang sensitif, kurang hangat kurang ekspresif disbanding
wanita.Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan
tidak seperti lazimnya, maka dapat menimbulkan konflik didalam diri
maupunhubungan sosial Misalnya, wanita yang sacara tradisional
harus tinggal di rumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk sekolah
atau kerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang
tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat
terhadap wanita atau pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita
yang mempunyai sejumlah peran.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang
percaya diri pada anak. anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika
tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa
bersalah.Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja akan
menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. teman sebaya
merupakan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan,diinginkan dan dimiliki oleh kelompoknya
(Keliat, 2006).
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis
transisi peran:
- Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
- Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
- Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, Perubahan ukuran, bentuk, penampilan
atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan tumbuh
kembang normal dan prosedur medis dan keperawatan (Stuart,
2013).

C. TANDA DAN GEJALA


a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b. Gangguan dalam berhubungan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri
f. Penolakan terhadap kemampuan personal
g. Menarik diri secara sosial

D. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Psikofarmakologi
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk
gejala positif maupun gejala negative skizofrenia
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
h) Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya


diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama. (Maramis,2005).
c. Terapi Kejang Listrik
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
d. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan
rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan
dan kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan
masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. Pengkajian Sesuai Data Fokus


1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status mental,
suku bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa
medis, alamat.
b. Identitas Keluarga
Nama, umur, agama, pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat.
2. Keluhan Utama atau Alasan Masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang atau dirawat di rumah
sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah ini
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri tidak
realistis. (Fitria, 2009)
4. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktifitas. (Fitria, 2009)
5. Pemeriksaan Fisik
Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital, tinggi badan atau berat
badan dan ada atau tidak keluhan fisik seperti nyeri dll.
6. Psikososial
a. Genogram
Buat genogram (Minimal 3 generasi)
b. Konsep Diri
 Citra Tubuh : persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai.
 Ideal Diri : persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu.
 Harga Diri : penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisis sebagai seberapa perilaku konsentrasi
dan keunikan individu
 Peran : serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok sosial
c. Hubungan Sosial
Siapa orang terdekat dalam kehidupan klien, tempat mengadu, tempat
bicara, minta bantuan, kelompok yang diikuti klien, sejauh mana klien
terlihat dalam kelompok dimasyarakat
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan klien, kegiatan ibadah dirumah secara individu dan
kelompok, pendapat klien atau keluarga tentang ibadah
7. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan tidak rapi (rambut acak-acakan), penggunaan pakaian tidak
sesuai (pakaian dalam dipakai diluar), cara berpakaiam tidak sesuai
( waktu, tempat, identitas, situasi/kondisi), jelaskan juga hal-hal yang
ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
b. Pembicaraan
Amati pembicaraan (cepat, keras, gagap, membisu, apatis atau lambat),
pembicaraan inkoheren (pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat
lain yang tidak ada kaitannya)
c. Aktivitas
Lesu, tegang, gelisah
 Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
 TIK : gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol
 Grimesen : gerakan oto muka yang berubah-ubah yng tidak dapat
dikontrol klien
 Tremor : gemeter
 Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
d. Alam perasaan
Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan, ketakutan dan cemas.

B. ANALISA DATA

N DATA MASALAH
O

1. DS : Isolasi Sosial
 Klien mengungkapkan tidak berdaya
dan tidak ingin hidup lagi
 Klien malu bertemu dan berhadapan
dengan orang lain
DO :
 Lebih banyak diam
 Lebih banyak menyendiri / hubungan
interpersonal kurang
 Personal hygiene kurang
 Merasa tidak nyaman diantara orang
 Tidak cukupnya keterampilan sosial
 Berkurangnya frekuensi jumlah dan
spontanitas dalam berkomunikasi

2. DS : Harga Diri Rendah


 Klien menyatakan dirinya tidak
berharga, tidak berguna dan tidak
mampu
 Klien mengeluh tidak mampu
melakukan peran dan fungsi sebagai
mana mestinya
 Mengkritik diri sendiri
 Klien mengungkapkan tidak ada lagi
yang peduli terhadap dirinya
DO :
 Menarik diri dari hubungan sosial
 Mudah tersinggung
 Selera makan berkurang
 Penurunan prodiktifitas
 Berpakaian tidak rapi
 Tidak berani menatap lawan jenis
lebih banyak menunduk
 Bicara lambat dengan nada rendah
 Banyak diam dan sulit berkomunikasi
 Mudah marah
3. DS : Mekanisme Koping
DO : tidak Efektif
 Masalah yang dihadapi pasien
 Strategi dalam menghadapi masalah
 Status emosi pasien

C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Mekanisme koping individu tidak efekti

D. Rencana Keperawatan (Nursing Care Plan) sesuai SAK Keperawatan


Jiwa

TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI


Pasien mampu : Setelah ...x pertemuan klien Sp 1
 Mengidentifikasi mampu :  Identifikasi kemampuan positif
kemampuan dan  Mengidentifikasi yang dimiliki
aspek positif yang kemampuan aspek  Diskusikan bahwa pasien
dimiliki positif yang dimiliki masih memiliki sejumlah
 Menilai kemampuan  Memiliki kemampuan kemampuan dan aspek positif
yang dapat digunakan yang dapat digunakan seperti kegiatan pasien
 Menetapkan / menilai  Memilih kegiatan sesuai dirumah adanya keluarga dan
kegiatan yang sesuai kemampuan lingkungan terdekat pasien
dengan kemampuan  Melakukan kegiatan  Beri pujian yang realistis dan
 Melatih kegiatan yang yang sudah dipilih hindarkan setiap kali bertemu
sudah dipilih, sesuai Merencanakan kegiatan dengan pasien penilaian yang
kemampuan yang sudah dilatih negatif
Merencanakan kegiatan  Nilai kemampuan yang dapat
yang sudah dilatihnya dilakukan saat ini
 Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
digunakan saat ini
 Bantu pasien menyebutkan dan
memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang
diungkapkan pasien
 Perlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif
 Pilih kemampuan yang akan
dilatih
 Diskusikan dengan pasien
beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
 Bantu pasien menetapkan
aktifitas mana yang dapat
pasien lakukan secara mandiri
 Aktivitas yang memerlukan
bantuan minimal dari keluarga
 Aktivitas apa saja yang perlu
bantuan penuh dari keluarga
atau lingkungan terdekat
pasien
 Beri contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan
pasien
 Susun bersama pasien aktivitas
atau kegiatan sehari-hari
pasien
 Nilai kemampuan pertama yang
telah dipilih
 Diskusikan dengan pasien
untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan
 Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan
pasien
 Berikan dukungan atau pujian
yang nyata sesuai kemajuan
yang diperlihatkan pasien
 Masukan dalm jadwal kegiatan
pasien
 Beri kesempatan pada pasien
untuk mencoba kegiatan
 Beri pujian atas aktivitas /
kegiatan yang dapat
dilakukan pasien setiap hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi dan
perubahan sikap
 Susun daftar aktivitas yang
sudah dilatihkan bersama
psiaen dan keluarga
 Berikan kesempatan
mengungkapkan perasaannya
setelah pelaksanaan kegiatan.
Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan pasien

SP 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1)
 Pilih kemampuan yang dapat
dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilih
 Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien

Sp 3
 Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1
dan Sp 2)
 Memilih kemampuan ketiga yang
dapat dilakukan
 Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien

Keluarga mampu : Setelah ...x pertemuan Sp 1


keluarga mampu :  Identifikasi masalah yang
Merawat pasien dengan
 Mengidentifikasi dirasakan dalam merawat pasien
harga diri rendah
kemampuan yang  Jelaskan proses terjadinya HDR
dirumah dan menjadi
dimiliki pasien  Jelaskan tentang cara merawat
sistem pendukung yang
 Menyediakan fasilitas pasien
efektif bagi pasien
untuk pasien melakukan  Main peran dalam merawat
kegiatan pasien HDR
 Mendorong pasien  Susun RTL keluarga / jadwal
melakukan kegiatan keluarga untuk merawat pasien
 Memuji pasien saat
pasien dapat melakukan Sp 2
kegiatan  Evaluasi kemampuan Sp 1
 Membantu melatih  Latih keluarga langsung ke pasien
pasien Menyusun RTL keluarga / jadwal
 Membantu menyusun keluarga untuk merawat pasien
jadwal kegiatan pasien
 Membantu Sp 3
perkembangan pasien  Evaluasi kemampuan keluarga
 Evaluasi kemampuan pasien
 RTL keluarga
 Follow up
 Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Niel. Laporan Pendahuluan HDR. Diakses pada tanggal 22 Desember 2020 dari
https://www.academia.edu/36053385/LAPORAN_PENDAHULUAN_HDR.

Marpaung, Sinta. Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah. Diakses pada


tanggal 22 Desember 2020 dari
https://www.academia.edu/37004552/LAPORAN_PENDAHULUAN_HARGA_
DIRI_RENDAH.

Iriel. 2012. Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah. Diakses pada tanggal 22
Desember 2020 dari https://www.scribd.com/doc/96559325/Laporan-
Pendahuluan-Harga-Diri-Rendah.

You might also like