You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN LEUKEMIA


Pendahuluan
Leukemia dalam bahasa Yunani Leukos (putih) aima (darah) attau lebih
dikenal sebagai kanker darah. Merupakan penyakit dalam klasifikasi
kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang
yang ditandai oleh berbanyakan secara tak normal atau transformasi
maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan
limfoid, umumnya terjadi pada lekosit (sel darah putih)

Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentukan darah (Suriadi & Yuliani, 2001)
• Leukemia adalah kanker pada anak yang paling sering,
33% dari keganasan pediatric
• Leukemia limfoblastik akut (LLA) berjumlah kira-kira
75% dari semua kasus dengan insidensi tertinggi pada
umur 4 tahun
• Leukemia myeloid akut (LMA) berjumlah kira-kira 20%
dari leukemia
• Gambaran klinis umum dari leukemia adalah serupa
karena semuanya melibatkan kerusakan sumsum
tulang
Etiologi
• Penyebab pasti belum diketahui
• Faktor predisposisi:
Genetik (virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen 
T cell leukemia lymphoma virus/HTLV
Radiasi
Obat-obat imunosupresif, obat-obat karsinogenik spt diethylstilbestrol
 herediter  kembar monozigot
 Kelainan kromosom  down syndrome
Jenis Leukemia
1. Leukemia Mielogenus Akut (AML)
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia.
Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis (CML)
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid.
Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di bawah
20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda
dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang
luar biasa, limpa membesar.
3. Luekemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering
terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50
sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak
menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan
fisik atau penanganan penyakit lain
Manifestasi klinis
• Pilek tidak sembuh-sembuh
• Pucat, lesu, mudah terstimulasi
• Demam dan anorexia
• Berat badan menurun
• Petechiae, memar tanpa sebab
• Nyeri pada tulang dan persendian
• Nyeri abdomen
• Limphadenopathy
• Hepatosplenomegaly
• Abnormal WBC
Pemeriksaan Diagnostik

• Pemeriksaan darah tepi: Terdapat lekosit yang imatur


• Aspirasi sumsum tulang (BMP): hiperseluler terutama
banyak terdapat sel muda
• Biopsi sumsum tulang
• Lumbal punksi untuk mengetahui apakah SSP
terinfllasi
Penatalaksanaan terapi
1. Radioterapi dan Kemoterapi, dilakukan etika sel leukemia sudah
terjadi metastasis.kemoterapi dilakukan juga pada fase induksi
remisi yang bertujuan mempertahankan remisi selama mungkin
2. Terapi modalitas, untuk mencegah komplikasi, karen adanya
pansitopenia, anemia, perdarahan, infeksi. Pemberian antibiotik
dan mungkin transfusi dapat diberikan.
3. Pencegahan terpaparnya mikroorgansme dengan isolasi
4. Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang
merupakan alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini
juga biasa dilakukan pada pasien dengan limphoma, anemia
aplastik
Komplikasi
• Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel
darah merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan
akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi LGK juga dapat
meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
• Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah
(trombositopenia) pada keadaan LGK dapat mengganggu proses
hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami
epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.
• Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau
sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan
leukosit abnormal yang berkembang pesat.
• Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang
diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini
menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
• Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien
dengan kasus LGK memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak
dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah
(trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan
mengakibatkan stroke.
• Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga
dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem
imun tidak efektif.
• Kematian
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
• Keluhan Utama
• Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika
disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala.
• Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
• Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor
herediter misal kembar monozigot)
• Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
• Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi
pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul
kemerahan atau hitam tanpa pus.
• Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji
adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali.
• Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.
2. Pemeriksaan fisik meliputi :
• Keadaan Umum
• Tingkat Kesadaran
• Tanda-Tanda Vital
• Tekanan darah dan nadi
• Suhu: meningkat jika terjadi infeksi
• RR: Dispneu, takhipneu
Pemeriksaan Kepala Leher
• Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau
bakteri), perdarahan gusi
• Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat
infiltrasi ke SSP.
Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi
dehidrasi.
Pemeriksaan Dada dan Thorax
• Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
• Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat
infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
• Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
• Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan
vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran
hepar dan limpa.
• Perkusi tanda asites bila ada.
Pemeriksaan Ekstremitas: Adakah cyanosis kekuatan otot.
Diagnosa keperawatan

1. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder


NOC:
• Immune Status
• Knowledge : Infection control
• Risk control
NIC:
• Infection Control
2. Risiko perdarahan
Faktor risiko: Penyakit keganasan (perubahan factor pembeku)
NOC: Status hidrasi
NIC:
- Status perdarahan
- Status cairan/komponen darah
- Cegah perdarahan
3. Pola nafas takefektif b.d penurunan energy
NOC:
• Respiratory status : Ventilation
• Respiratory status : Airway patency
• Vital sign Status
NIC:
- Manajemen jalan nafas
- O2 terapi
TERIMA KASIH

You might also like