Professional Documents
Culture Documents
Putri Farah Azzahra - 2021-359 - Jurnal Artikel
Putri Farah Azzahra - 2021-359 - Jurnal Artikel
putrifarahazzahra05@gmail.com
Ada beberapa teori yang diungkapkan oleh berbagai ahli mengenai subjek
hukum internasional ini, salah satunya diungkapkan oleh Charles Cheny Hyde,
dikatakan bahwasannya subjek hukum internasional merupakan sekumpulan
hukum yang Sebagian besar terdiri atas prinsip prinsip dan peraturan peraturan yang
harus ditaati oleh negara-negara sebagai subjek di dalamnya, dan oleh karena itu
juga harus ditaati dalam hubungan antara satu dengan yang lainnya, sedangkan
menurut ahli lainnya dijelaskan mengenai teori adanya subjek hukum internasional
ini, dijelaskan bahwa subjek hukum internasional merupakan seluruh pihak atau
entitas yang dapat dibebani oleh hak serta kewajiban yang dapat diatur oleh hukum
internasionanal. Ada beberapa hak serta kewajiban yang harus dipenuhi, yang
pertama kemampuan dalam mengajukan klaims, kemampuan dalam mengadakan
perjanjian dengan berbagai aspek dan yang terakhir adanya sikap dan kemampuan
dalam mempertahankan suatu hak dalam keadaan yang mendesak dalam memiliki
suatu kekuatan hukum yang terjamin.
PBB menjadi salah satu organisasi dunia memiliki peran sebagai mediator
apabila adanya suatu pertikaian yang melibatkan berbagai pihak satu negara dengan
negara lainnya melihat bagaimana kondisi yang terjadi selalu memiliki tingkat
dinamis yang tinggi dan kekuatan setiap negara memiliki perbedaan yang cukup
mencolok, hal tersebut perlu adanya perhatian secara khusus dalam menangani
untuk memberikan kebijakan secara bijak dan benar, karena negara dalam
melakukan suatu tugasnya untuk selalu menyeleisaikan sengketa yang dimiliki
selalu terdapat titik yang bijak, hal tersebut menjadi salah satu objek bagaimana
hukum internasional perlu dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dengan
kehadiran PBB dapat memberikan suatu cara dalam mediasi antar negara
bagiamana peran dewan kemanan PBB bergera dengan memperhatikan berbagai
aspek kehidupan dalam mencapai tujuan secara bijak dengan mengelurkan suatu
keputusan berdasarkan data dan fakta yang terjadi secara objektif tidak adanya
kecurangan maupun kepentingan golongan yang dikedepankan, akan tetapi adanya
kepentingan masyarakat dunia selalu perhatian secara khusus dalam berbagai
penyeleisaian konflik yang terjadi, kepatuhan menjadi upaya yang perlu dijunjung
dengan adanya piagam PBB yang menjadi dasar bagaimana organiasasi dunia PBB
dapat berjalan hingga saar ini, sehingga negara anggota perlu adanya kepatuhan dan
sikap menghargai atas keputusan yang diterapkan.
Organisasi internasioanal PBB ini didirikan bukan hanya sebab atas dasar
perdamaian, kebutuhakan dan kepentingan Bersama setiap negara tentu memiliki
permasalahana secara kompleks, adanya prasayarat serta keinginan yang luas
memberikan kekuatan bagaimana peran organisasi internasioanl dapat menengahi
dengan bijak tanpa adanya proses melanggar suatu kedaulatan kekuasaan anggota,
menyadari adanya dasar tersebut, keberlansungan hukum dan hubungan
internasional perlu adanya struktur secara formal untuk memberikan
kesinambungan antar anggota negara dalam kesepakatan yang sudah diberikan
dengan adanya fakta dan data secara konkret untuk menjalankan fungsi serta tugas
yang dijalankan, Salah satu ahli yaitu Kartasasmita pada tahun 1983 menyampaikan
peran penting suatu organisasi internasional terutama PBB dalam
pemebentukannya, yaitu adanya cara dalam mengadministrasi masyarakat secara
sosial dengan adanya faktor general untuk memberikan kemudahan serta
merealisasikan tujuan Bersama secara okjektif, sehingga dalam penyampaian
tersebut dapat dikatakan bahwa pembentukan PBB ini merupakan proses
menjembatani antar negara dalam perdamaian dunia untuk melihat bagaimana pola
Kerjasama dengan adanya batas-batas yang selalu dijunjung tinggi, Kedudukan
PBB sendiri melihat kembali dengan sejarah yang sudah terjadi, pada tahun 1945,
adanya wakil terdiri dari 50 negara anggota menyetujui adanya piagam PBB
sebagai salah satu instrument untuk menetapkan hak dan kewajiban setiap
negaranya sesuai dengan prosedur ditetapkan oleh PBB, Perjanjian internasional
perlu adanya kekuatan prinsip untuk diutamakan dengan perjanjian serta persamaan
derajat berupa kedaulatan untuk memberikan jaminan atas keamanan, ada beberapa
tujuan dan kedudukan yang mendasari terbentuknya PBB.
Adanya istilah mengenai negara dan bangsa merupakan kedua hal yang
berbeda di dalam hukum internasional, mengapa hal ini terjadi, karena perlu dinngat
kembali bahwasannya bangsa terbentuk dari adanya proses keberadaan sekelompok
orang yang mempunyai kesamaan seperti ras, adat istiadat dan Bahasa, sedangkan
negara terbentuk dari adanya proses dalam adanya sekelompok orang yang berada
di wilayah tertentu yang diatur oleh peraturan hukum yang berlaku dan adanya
pemerintahan yang berdaulat dengan adanya pengakuan dari internal maupun
eksternal
Ada beberapa aspek yang dikatakan sebagai partisipan selain negara, yaitu
organisasi internasional, individu, dan perusahaan tidak hanya berkaitan erat
dengan ekonomi di dalam suatu negara saja, akan tetapi dengan adanya perusahaan
ini mampu memberikan suatu dampak dalam membangun serta merusak ruang
lingkup dalam hukum internasional bagi suatu negara, maka harus adanya suatu
kebijakan yang kuat dan bijak, karena pada dasarnya saat ini perusahaan dijadikan
sebagai subjek hukum internasional, karena adanya sikap negara yang
mengikutsertakan perusahaan tersebut sebagai subjek di dalam adanya hukum
internasional.
Melihat kembali dengan adanya kasus yang terjadi pada kondisi kelautan
negara Indonesia dikutip dari CNN pada awal tahun 2021, dijelaskan bahwa adanya
kapal tanker berbendera Iran dan panama melakukan suatu pelanggaran hukum
yang diterapkan di negara Indonesia, Ada berbagai indikasi yang mencuat kepada
publik berbagai pelanggaran yang dilakukan, pertama yaitu dengan adanya
pelanggaran Undang-Undang pelayaran menyangkut mengenai adanya rute
pelayaran, kedua yaitu adanya suatu proses penjualan minyak dengan cara
pendistribusian antar kapal, menurut Hukum Indonesia hal tersebut tidak dapat
dilakukan dan dilarang, ketiga adanya suatu pencemaran ekosistem laut, dengan
membuang berbagai zat yang memiliki suatu kandungan berbahaya bagi lingkugan
dengan adanya pencemaran, keempat adanya suatu proses tidak ada penerapan
bendera dan nama perusahaan induk kapal serta tidak adanya sinyal yang digunakan
sebagai identitas pelayaran, hal tersebut sangatlah berbahaya dengan adanya
dugaan bahwa kedaulatan negara Indonesia tercancam.
Melihat kondisi kasus tersebut dapat dilihat bahwa penerapan hukum perlu
adanya upaya kepatuhan melihat bagaimana hukum internasional digunakan
seluruh wilayah sebagai bentuk kedaulatan dengan melihat bagaimana subjek
hukum internasional secara jelas mengatur, sehingga Ketika aktivitas yang
dilakukan pada wilayah laut perlu adanya pemenuhan kewajiban sebagai bentuk
dari hak-hak yang didapatkan berdasarkan pada permintaan negara melalui
hubungan yang sudah disepakati secara jelas dengan tidak adanya pihak yang
dirungikan, serta organisasi PBB sebagai salah satu organisasi internasional yang
mengatur perlu adanya suatu pengawasan serta pengendalian melalui aturan kuat
sehingga memberikan dampak adanya kepatuhan yang selalu dijaga oleh setiap
negara.
DAFTAR PUSTAKA
(Agoes Profesor, 2021; Azizah & Wahyu Purnama Sari, 2014; Fahrudin & Solihin,
2018; Fiorentina, 2016; Geovanie, 2021; Gurinda, 2019; Kurnia, 2008;
Purnami et al., 2021; Rohman, 2019; Sunyowati, 2013)Agoes Profesor, E. R.
(2021). Hukum Laut Internasional (Unclos 1982 ): Implementasi Dan
Tantangan Ke Depan.
Azizah, S., & Wahyu Purnama Sari, S. (2014). Pengaturan Kawasan (The Area)
Dalam Hukum Laut Internasional. In Hukum Laut Internasional Dalam
Perkembangan (Vol. 3).
Purnami, N. P. I., Landra, P. T. C., & Utari, A. A. S. (2021). Tinjauan Hukum Laut
Internasional Mengenai Tanggungjawab Terkait Pencemaran Lingkungan
Akibat Tumpahan Minyak Di Wilayah Tumpang Tindih Zona Ekonomi
Eksklusif Antara Indonesia Dan Malaysia Yang Terletak Di Perairan Selat
Malaka. Jurnal Udayana, 6(11), 1–15.