You are on page 1of 4

Perihal : Pemberitahuan Penyesuaian Kepada,

Pelayanan Kepenataan Anestesi Yth Direktur RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM
Lampiran : 2 (dua) berkas cq Ka. Bidang Penunjang Medis
Di-
Kalianda

Dengan Hormat

Berdasarkan Surat Ketua Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lain No. 94 / KTKPL.12/2020
tertanggal 14 Oktober 2020 Perihal Surat Pemberitahuan Rekomendasi Komite Tenaga Kesehatan
Profesional Lain terhadap pelayanan praktek kepenataan anestesi, maka kami penata anestesi unit
kerja RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM Kab. Lampung Selatan dengan ini memberitahukan bahwa akan
mengikuti / melaksanakan rekomendasi tersebut dalam bentuk penyesuaian praktik kepenataan
anestesi. Penyesuaian praktek kepenataan ini akan mulai berlaku pada tgl. 01 Desember 2020.
Penyesuaian praktek kepenataan ini tidak menghilangkan kewajiban dan hak kami sebagai Aparatur
Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, sehingga kami akan tetap hadir
dan melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai jam kerja dan jadwal dinas yang sudah ditetapkan

Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan terima kasih.

Kalianda, 25 November 2020


Penata Anestesi
Unit kerja RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM Kab. Lampung Selatan

1. Suwanto, SKep.
NIP : 19720109 199201 1 001 ..........................................

2. Yuriawan, SKep.
NIP : 19770403 199703 1 002 ..........................................

3. Catur Supriyadi, SST. An.


NIP : 19790308 199903 1 004 ..........................................

4. Agus Setiawan, SST. An.


NIP : 19830811 200604 1 004 ..........................................

Tembusan :
1. Ka. Bidang Pelayanan Medis RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM
2. Ka. Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM
3. Ka. Penanggung jawab Pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif RSUD dr. H. Bob Bazar,
SKM
4. Ka. Ruang OK RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM
5. Ka. Komite Etik dan Hukum RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM
6. Ka. Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lain RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM
7. Per tinggal sebagai arsip
Lampiran 1

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 18 Tahun 2016


Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Penata Anestesi.
1. Penata Anestesi dalam menjalankan praktik keprofesian dalam pelayanan anestesi
rumah sakit di mana dokter spesialis anestesi (sudah) tersedia, maka; dalam
menjalankan praktik keprofesiannya pada saat bekerja bersama dengan dokter
spesialis anestesi dalam satu tempat kamar operasi (pasal 10 & 11) berwenang untuk
melakukan pelayanan asuhan kepenataan anestesi pada:
a. praanestesi;
b. intraanestesi; dan
c. pascaanestesi
(1) Pelayanan asuhan kepenataan pra anestesi yaitu melakukan pengkajian
penatalaksanaan pra anestesia yang meliputi:
a. persiapan administrasi pasien;
b. pemeriksaan tanda-tanda vital;
c. pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai kebutuhan pasien baik
secara inspeksi, palpasi, maupun auskultasi;
d. pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien;
e. analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien;
f. evaluasi tindakan penatalaksanaan pelayanan pra anestesia,
mengevaluasi secara mandiri maupun kolaboratif;
g. mendokumentasikan hasil anamnesis/ pengkajian;
h. persiapan mesin anestesia secara menyeluruh setiap kali akan
digunakan dan memastikan bahwa mesin dan monitor dalam keadaan
baik dan siap pakai;
i. pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari
untuk memastikan bahwa semua obat- obatan baik obat anestesia
maupun obat emergensi tersedia sesuai standar rumah sakit; dan
j. memastikan tersedianya sarana prasarana anestesia berdasarkan
jadwal, waktu, dan jenis operasi tersebut.
(2) Pelayanan asuhan kepenataan intra anestesi terdiri atas;
a. pemantauan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan
perencanaan teknik anestesia;
b. pemantauan keadaan umum pasien secara menyeluruh
dengan baik dan benar; dan
c. pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar seluruh
tindakan tercatat baik dan benar.
(3) Pelayanan asuhan kepenataan pasca anestesi meliputi;
a. merencanakan tindakan kepenataan pasca tindakan anestesia;
b. penatalaksanaan dalam manajemen nyeri sesuai instruksi
dokter spesialis anestesi.
c. pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter
epidural;
d. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika
regional;
e. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika
umum;
f. evaluasi hasil kondisi pasien pasca pemasangan kateter
epidural;
g. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan
anestesia regional;
h. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan
anestesia umum;
i. pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat;
j. pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan
yang dipakai; dan
k. pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada
tindakan anestesia selanjutnya.

2. Dalam kondisi dokter spesialis anestesi berhalangan hadir di kamar operasi pada
saat penata anestesi melaksanakan pelayanan praktek kepenataan maka penata
anestesi dapat melakukan pelayanan (pasal 12 huruf a) di bawah pengawasan
atas pelimpahan wewenang secara mandat dari dokter spesialis anestesiologi
atau dokter lain dalam rangka membantu pelayanan anestesi (pasal 13) yang
meliputi :
a. pelaksanaan anestesia sesuai dengan instruksi dokter spesialis
anestesiologi;
b. pemasangan alat monitoring non invasif;
c. melakukan pemasangan alat monitoring invasif;
d. pemberian obat anestesi;
e. mengatasi penyulit yang timbul;
f. pemeliharaan jalan napas;
g. pemasangan alat ventilasi mekanik;
h. pemasangan alat nebulisasi;
i. pengakhiran tindakan anestesia; dan
j. pendokumentasian pada rekam medik.
3. Apabila suatu daerah atau rumah sakit telah terdapat dokter spesialis
anestesiologi, wewenang untuk melakukan pelayanan berdasarkan pemerintah
tidak berlaku (pasal 15). Kondisi ini dengan sendirinya juga berlaku untuk
pelaksanaan praktek penata anestesi di unit kerja RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM
Lampung Selatan

4. Dalam keadaaan darurat untuk penyelamatan nyawa, penata anestesi dapat


melakukan tindakan pelayanan anestesi di luar wewenangnya dalam rangka
pertolongan pertama yang ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan
menstabilkan kondisi pasien dan melakukan rujukan pasien kepada tenaga
kesehatan yang berkompeten setelah pertolongan pertama selesai dilakukan
(pasal 16 ayat 1-3)

You might also like