You are on page 1of 184

Sanksi Pelanggaran Hak Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta


Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1)
dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat
1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Drs. ARIANUS MANDADUNG
Dra. MARGARETHA WADID RANTE, M.Si

POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR


Penulis
Drs. Arianus Mandadung
Dra. Margharetha Wadid Rante, M.SI

Editor dan Tata Letak


Muh. Zainuddin Badollahi

Desain Sampul
Ahmad Suthami Putra

ISBN
978-623-95958-3-8

Diterbitkan oleh

POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR


Jl. Gunung Rinjani, Kota Mandiri Tanjung Bunga,
Makassar 90224
Email: email.poltekparmakassar.ac.id
Telepon. (0411) 838456; Faksimile (0411) 838366
Cetakan Pertama, Juli 2021
100 eksemplar
xviii + 164 hlm.; 15,5 cm x 24 cm
KATA PENGANTAR

Perkenankan kami, menyampaikan terima kasih


kepada Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta
yang memberikan hikmat, sehingga kami diperkenankan
melakukan aktivitas menyusun suatu rangkaian
pengetahuan kepramuwisataan, dan terwujud dalam
bentuk sebuah buku yang berjudul “JADILAH PEMANDU
WISATA YANG BAIK”. Terima kasih kepada semua
pihak, sehingga tulisan ini bisa diselesaikan dan akan
menjadi sebuah buku yang berguna bagi kepentingan
kepramuwisataan khususnya, dan kepariwisataan pada
umumnya.
Virus Corona yang telah melanda dunia di akhir
tahun 2019, sampai ke Indonesia di awal tahun 2020 hingga
sekarang, membuat wajah harus ditutupi dengan masker
pengaman virus corona untuk semua orang di muka bumi
tanpa kecuali. Selain pakai masker, diharuskan mencuci
tangan dengan air mengalir, memakai disinfectant dan
menjaga jarak, dan DI RUMAH SAJA.
Berawal dari hidup “di rumah saja”, justru kami
gunakan kesempatan ini untuk mengisi waktu dan membuat
sesuatu yang bisa kami kenang, dan dipedomani oleh
generasi di masa yang akan datang. Bekal Pemanduan Wisata
dalam bentuk buku, akan menjadi salah satu pedoman bagi
yang terpanggil untuk melakukan tugas Pemandu Wisata
yang kemudian bisa menjadi Pramuwisata. Banyak orang

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || v


melatih diri menjadi Pemandu Wisata, tetapi belum tentu
menjadi Pramuwisata. Hal inilah yang diuraikan pada
bagian awal buku kepemanduan wisata ini.
Sebagai kenangan penulisan buku ini, suatu event
penting Pramuwisata Indonesia yaitu, Rapat Kerja Nasional
XVIII Himpunan Pramuwisata Indonesia (Rakernas XVIII
HPI), untuk pertama kali diselenggarakan secara virtual/
webinar/zoom meeting pada tanggal 5 Oktober 2020. HPI
dalam usianya yang ke-32 tahun, lahir di Bumi Sriwijaya
Palembang Sumatera Selatan tanggal 5 Oktober 1988.
Dengan alasan itulah, maka pengantar penulis buku ini
mengambil tanggal 5 Oktober 2020 sebagai hari penulisan.
Isi buku ini sangat mudah dimengerti karena bukan
buku hasil penelitian ilmiah, melainkan buku bernuansa
praktisi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan
lapangan. Memakai kata-kata sederhana, bukan kata-kata
ilmiah yang sulit dimengerti.

Mamasa, 01 Juni 2021

Penulis

vi || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


SAMBUTAN
KEPALA DINAS PARIWISATA
PROVINSI SULAWESI BARAT

Perjalanan wisata merupakan salah satu kegiatan


yang mendasar, sebagai upaya manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang beragam dalam bentuk
menambah pengalaman, pencerahan keadaan, penyegaran
fisik dan psikis, maupun dalam bentuk aktualisasi diri
mewujudkan impian yang selama ini dipendamnya.
Aktivitas perjalanan wisata oleh wisatawan, terkait dengan
produk wisata yang merupakan keseluruhan pelayanan
yang diperoleh dan dirasakan, dinikmati oleh wisatawan
selama melaksanakan perjalanan wisata. Produk wisata
dalam bentuk atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan
ancillary sebagai penyelenggara perjalanan wisatawan,
yang di dalamnya membutuhkan Pemandu Wisata yang
berkompeten dan profesional.
Sulawesi Barat, dianugerahi sumber daya pariwisata
yang beragam, dimulai dari alam pegunungan, lembah,
dataran sampai sumber daya kelautan dan perikanan.
Berbagai ragam suku, dan etnolinguistik yang hidup
di dalamnya, menjelajah Sulawesi Barat dari alam
menyulut berbagai sensasi yang menggoda untuk datang
menyaksikannya.
Keelokan alam, keunikan budaya serta akan hidup,
bila Pemandu Wisata dapat menerangkan dengan afik,
memberikan informasi lengkap kepada wisatawan,
pemandu yang baik dilengkapi pengetahuan tentang

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || vii


objek wisata dan hal lain yang terkait dengan lingkungan
sekitarnya, sebagai bahan ceritra menguatkan narasi
sehingga wisatawan dapat puas berkunjung ke daerah ini.
Menjadi pemandu yang baik selalu melengkapi dirinya
dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta
senantiasa menjaga penampilan dirinya.
Bila saja wisatawan yang mengunjungi Sulawesi
Barat mendapatkan pemandu wisata yang sesuai dengan
harapannya, tentu akan puas berada di Sulawesi Barat.
Kepuasan itu dicirikan dengan inginnya berlama lama di
tempat ini (long of stay), atau akan mengulang perjalanannya
datang lagi (repeating) atau ketika mereka tiba di tempat
asalnya berceritra tentang, kerabat, kenalannya bahkan
orang lain pun, sekalipun untuk berwisata, menikmati,
suasana alam pegunungan, panorama pesisir dan laut
keunikan budayanya, pola kehidupan keramahtamahan
masyarakatnya di Sulawesi Barat.
Peran pemandu Wisata sangat penting untuk
menambah hidupnya suatu perjalanan wisata, sebab
berwisata itu adalah harus dirasakan langsung “Tourism
is about the Experience“ berwisata itu tentang pengalaman
nyata, mesti didatangi (visited), dirasakan (felt), dinikmati
(enjoyed), dialami (experienced), keterlibatan (engage). Kesan
yang kuat dan mengasyikkan ini menjadi pengalaman yang
menyenangkan (guest satisfaction). Menghidupkan suasana
yang asik dan berkesan selain dari keindahan objeknya
sendiri juga kemampuan atau competence Pemandu Wisata
dalam menuturkan objek dimaksud alur ceritra, cara
menerangkan, karakter kepribadian, serta penampilannya
menjadi bagian penting dari suksesnya perjalanan wisata
itu.
Upaya yang dilakukan oleh Arianus Mandadung
dengan Margaretah Wadid Rante yang Menyusun buku

viii || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


“JADILAH PEMANDU WISATA YANG BAIK”, salah
satu inisiasi yang dibutuhkan para penggiat pariwisata
saat ini. Buku ini akan banyak memberikan informasi,
bimbingan, arahan serta langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh seorang Pemandu Wisata. Di tengah
tuntutan memenuhi target jumlah kunjungan wisatawan.
Kontribusi Pemandu Wisata dalam memberikan informasi
mengarahkan wisatawan untuk menikmati perjalanannya
di Sulawesi Barat, berdampak pada aktivitas kunjungan
wisatawan selanjutnya (Sustainable Tourism Development)
kini dan yang akan datang, sehingga hal yang terkait
peningkatan pengetahuan destinasi di Sulawesi Barat,
penyusunan perjalanan wisata, nilai dan kearifan lokal
masyarakat, peraturan-peraturan yang berlaku dan
prosedur keselamatan dan kesehatan itu menjadi hal utama
dan penting bagi Pemandu Wisata.
Secara khusus, perkenankan kami sebagai kepala
Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat menyampaikan
penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada Bapak
Arianus Mandadung dan Ibu Margaretha Wadid Rante di
tengah umur yang tidak muda lagi, namun semangatnya
masih membara tetap produktif aktif terlibat dalam berbagai
aktivitas pariwisata lokal, nasional dan internasional,
mengabdi di tanah leluhurnya membesarkan pariwisata,
memberikan yang terbaik yang mereka miliki demi
berkembangnya pariwisata di Sulawesi Barat.
Sekali lagi, buku yang berada di tangan para pembaca
ini, merupakan karya literasi kepariwisataan yang patut
kita apresiasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang pemanduan wisata, sekaligus akan mendapatkan
kiat-kiat jitu akan dibagikan berdasarkan pengalaman
memandu selama bertahun-tahun kedua penulis. Semoga
buku ini bermanfaat bagi kita semua.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || ix


Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa
meridhoi segala aktivitas kita. Amin.

Mamuju, 10 Maret 2021


KEPALA DINAS PARIWISATA
PROVINSI SULAWESI BARAT

Drs. FARID WAJDI, M. Pd.

x || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


SAMBUTAN
DIREKTUR
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas rahmat dan hidayat-Nya, buku dengan
judul “JADILAH PEMANDU WISATA YANG BAIK”
telah terbit. Penerbitan buku ini merupakan upaya untuk
memberikan informasi kepariwisataan, referensi mengenai
Pramuwisata dalam melaksanakan tugas (pemanduan
wisata) dan tanggungjawab sebagai garda terdepan bangsa
dalam melayani wisatawan, baik wisatawan nusantara
maupun wisatawan mancanegara, dan dapat pula
dimanfaatkan oleh mahasiswa(i) Politeknik Pariwisata
Makassar secara khusus, dan Politeknik Pariwisata yang
di bawah naungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif RI/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif, serta
perguruan tinggi lainnya untuk memajukan kepariwisataan
di Indonesia.
Politeknik Pariwisata Makassar tetap komitmen dalam
mengembangkan sumber daya manusia yang unggul di
bidang kepariwisataan dan menyambut baik dan bangga
dengan diterbitkannya buku ini untuk memperkaya
pengetahuan, secara terkhusus di bidang pemanduan
wisata yang dilakukan Pramuwisata.
Melalui sambutan ini, saya ingin menyampaikan
apresiasi kepada penulis dan panitia yang telah meluangkan

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || xi


waktunya dalam menyiapkan penerbitan buku ini.
Atas nama Direktur Politeknik Pariwisata Makassar,
menyampaikan selamat atas penerbitan buku ini, semoga
dapat bermanfaat dan membantu masyarakat mengenal
lebih dalam tentang Pramuwisata.

Makassar, 01 Juni 2021


DIREKTUR,
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR

Drs. MUHAMMAD ARIFIN, M.Pd.

xii || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


SAMBUTAN
KETUA UMUM
DPP HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA
(DPP-HPI)

Salam Pramuwisata,
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa
ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata
Indonesia (DPD HPI) Sulawesi Barat, Bapak Arianus
Mandadung profess Ibu Margaretha Wadid Rante, telah
menyelesaikan buku yang sangat berguna, baik bagi mereka
yang ingin menjadi Pramuwisata, maupun yang sudah
melakoni profesi tersebut, yang karena tuntutan profesinya
mesti meningkatkan kualitas dan kemampuannya sebagai
professional. Buku ini dapat melengkapi beberapa buku
tentang profesi Kepemanduan Wisata yang sudah beredar.
Mengingat peran pramuwisata yang di lapangan
lebih dikenal dengan sebutan gaid (guide), di mana dalam
melakukan pekerjaannya, posisinya berhadapan langsung
dengan wisatawan mewakili perusahan pemberi kerja dan
destinasi atau daerahnya. Di sanalah peran strategisnya
yang membutuhkan profession khusus yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap/tingkah laku
untuk memenuhi kompetensinya sebagai pramuwisata.
Melalui kiprahnya, orang sering mengatakan bahwa
baik atau buruknya citra sebuah destinasi tergantung
pramuwisatanya. Pramuwisata harus dibekali kemampuan
public speaking, storytelling, dan interpretasi.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || xiii


Di samping pengetahuan tentang budaya, pramuwisata
harus mempunyai informasi dari berbagai sumber baik dari
buku, jurnal, professi dan majalah, serta sumber lain yang
dapat dipertanggungjawabkan yang berhubungan dengan
pariwisata. Kode etik profesi dalam wujud sikap dan
tindakan serta aturan yang mengatur keberadaannya dan
peraturan tentang kepariwisataan harus pula dipahami.
Berkenaan dengan hal tersebut kami Dewan Pimpinan
Pusat HPI menyambut baik penerbitan buku yang berjudul
“JADILAH PEMANDU WISATA YANG BAIK”.
Semoga buku ini dapat dijadikan pegangan untuk
meningkatkan kemampuan dalam melakoni profesi
pramuwisata, agar naik kelas dari pekerja pariwisata
menjadi Pramuwisata professional. Amin.

Jakarta, 05 Maret 2021


DEWAN PIMPINAN PUSAT
HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA
(DPP-HPI),
KETUA UMUM,

SANG PUTU SUBAYA, S.H., M.H.

xiv || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................... v


SAMBUTAN
• KEPALA DINAS PARIWISATA
PROVINSI SULAWESI BARAT ............................... vii
• DIREKTUR
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR ............ xi
• KETUA UMUM DPP HIMPUNAN
PRAMUWISATA INDONESIA (DPP-HPI) ............ xiii
DAFTAR ISI .................................................................... xv
BAB I PEMANDU WISATA DAN
PRAMUWISATA .......................................... 1
1. PEMANDU WISATA .............................. 2
2. PRAMUWISATA ..................................... 3
BAB II PEMANDU WISATA ................................... 11
BAB III KODE ETIK
PRAMUWISATA INDONESIA .................. 17
BAB IV PERSIAPAN MENTAL DAN FISIK
SEORANG PRAMUWISATA SEBELUM
MENJALANKAN TUGAS
PEMANDUAN WISATA ............................. 19
1. PERSIAPAN FISIK .................................. 19
2. PERSIAPAN MENTAL ........................... 22
3. KEPRIBADIAN ........................................ 28

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || xv


BAB V PROTOKOL DAN ETIKET
KEPEMANDUAN ......................................... 31
1. PROTOKOL .............................................. 31
2. ETIKET DAN PERGAULAN .................. 34
3. PERPADUAN PROTOKOL DAN
ETIKET BAGI PRAMUWISATA ............ 41
BAB VI KOMUNIKASI DAN
PUBLIC SPEAKING ...................................... 45
1. KOMUNIKASI ......................................... 45
2. PUBLIC SPEAKING ................................. 51
BAB VII PROSEDUR TRANSFER IN, CITY TOUR,
TRANSFER OUT ........................................... 59
1. TRANSFER IN DARI BANDARA KE
HOTEL ...................................................... 59
2. CITY TOUR .............................................. 62
3. TRANSFER OUT DARI HOTEL KE
BANDARA ............................................... 62
4. WAKTU ISTIRAHAT/REST ROOM
STOP DALAM PERJALANAN .............. 64
BAB VIII PROSEDUR OVERLAND TOUR ................ 67
1. DEPARTURE BRIEFING ......................... 67
2. PEMBERIAN INFORMASI ..................... 67
BAB IX MATERI PEMBERIAN INFORMASI ........ 75
1. KLASIFIKASI PRAMUWISATA ............ 77
BAB X PERENCANAAN PERJALANAN DAN
PAKET WISATA ........................................... 81
1. BENTUK PAKET WISATA ..................... 83
2 ORGANISASI PERENCANAAN
PERJALANAN WISATA......................... 84
3. MENYUSUN PROGRAM TOUR............ 92
4. MENGHITUNG HARGA PAKET
WISATA (TOUR QUOTATION) ............. 94

xvi || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


BAB XI PENANGAN TAMU
KAPAL PESIAR TURIS ............................... 103
1. PENANGANAN TOUR DI PELABUHAN
(SHORE EXCURSION) ............................ 105
BAB XII SEJARAH LAHIRNYA HIMPUNAN
PRAMUWISATA INDONESIA (HPI) ....... 109
BAB XIII KARAKTERISTIK WISATAWAN ............. 119
BAB XIV BERBAGAI KESAN DAN
PENGALAMAN PRAMUWISATA DI
SULAWESI SELATAN ................................. 133
BAB XV PENGALAMAN PRIBADI
PENULIS BUKU INI .................................... 145

DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 155


BIODATA PENULIS ...................................................... 157

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || xvii


BAB I
PEMANDU WISATA DAN PRAMUWISATA

Istilah Pemandu Wisata dan Pramuwisata, sering


disamakan saja. Padahal sangat berbeda secara administrasi
dan hukum atau legal dan ilegalnya. Dalam menjalankan
kegiatan pelayanan kepada wisatawan, keduanya tidak
bisa dibedakan masing-masing ketika memandu dan
membimbing wisatawan ke destinasi dan daya tarik wisata.
Baik dalam sikap dan tingkah laku serta berbahasa, susah
dibedakan secara sepintas. Untuk itulah, sebelum menjadi
Pramuwisata, terlebih dahulu mengetahui dengan pasti
arti dan tugas Pramuwisata dalam kedudukannya sebagai
ujung tombak dan garda terdepan bangsa, menghadapi
wisatawan dari luar negeri ke Indonesia dan antar daerah
dalam negeri.
Garda atau ujung tombak pariwisata bermakna bahwa,
wisatawan dari berbagai bangsa di dunia yang masuk ke
Indonesia dengan tujuan berwisata, dihadapi langsung oleh
Pramuwisata, bukan pemerintah pusat dan daerah. Kalau
pelayanan prima mampu dilakukan seorang Pramuwisata
terhadap wisatawan tersebut, wisatawan akan mengatakan
“Indonesia sangat bagus”. Mereka tidak lagi mengatakan
Pramuwisata si “A” bagus. Dengan pujian ini, nama
pariwisata Indonesia di luar negeri bagus karena pelayanan
Pramuwisatanya kepada wisatawan, sukses penuh pujian.
Dengan demikian nama pemerintah Indonesia di pusat dan
daerah terangkat bagus. Tetapi sebaliknya, jika seorang

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 1


Pramuwisata tidak melakukan pelayanan yang memuaskan
maka wisatawan akan mengatakan “Indonesia jelek”.
Sebab itu, jadilah Pemandu Wisata yang baik dalam
pelayanan kepada wisatawan demi mengangkat nama
bangsa dan tanah air di dunia internasional. Berikut ini,
persamaan dan perbedaan antara Pemandu Wisata dan
Pramuwisata, serupa tapi tak sama secara administrasi dan
hukum.

1. PEMANDU WISATA
Pemandu Wisata adalah seseorang yang memandu
dan membimbing wisatawan ke destinasi dan daya
tarik wisata, baik setelah melalui bimbingan/pelatihan
pemandu wisata, maupun secara alami belajar sendiri
sampai bisa mengantar dan membimbing wisatawan.
Walaupun memandu wisatawan secara baik dan benar,
tetapi secara administrasi dan hukum belum memiliki
lisensi untuk tugas tersebut. Sehingga belum berhak
menyandang nama sebagai Pramuwisata serta tidak
berhak memakai atribut/tanda pengenal Pramuwisata
yaitu Lencana Burung Cendrawasih dan Lisensi
Pramuwisata (Badge License) yang dipasang di dada
atau digantung seperti kalung panjang di leher.
Sama halnya dengan pengendara kendaraan
bermotor, ada yang bisa menyetir dengan baik dan
benar tetapi belum mempunyai Surat Izin Mengendara
(SIM) yang memiliki dasar hukum untuk mengemudi.
Demikian juga pemandu wisata mampu menjalankan
tugas secara baik dan benar, tetapi belum punya lisensi.
Resikonya, jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan menyangkut keamanan negara dan daerah
misalnya bahkan menyangkut pribadi, maka pemandu

2 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


wisata ilegal dan pengendara sepeda motor ilegal
lebih tinggi resiko hukumnya dibanding yang punya
lisensi tugas tersebut. Inilah yang perlu diwaspadai,
apalagi kalau terjadi penipuan dan pemerkosaan atau
pemberian informasi yang salah terhadap wisatawan
yang dibimbingnya, ke mana hendak dicari pelakunya.
Untuk itulah biasanya Pemerintah Daerah dalam
hal ini Dinas Pariwisata Daerah bekerja sama dengan
pengurus organisasi profesi Pramuwisata yaitu
Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) melakukan
swiping di tempat-tempat strategis jalur wisata bagi
mereka yang mengantar wisatawan, apakah mempunyai
izin atau tidak. Sehingga setiap ada tugas mengantar
wisatawan, Pramuwisata yang mengantarnya harus
memakai Tanda Pengenal Pramuwisata (Tour Guide
Badge).

2. PRAMUWISATA
Pramuwisata adalah seseorang yang memandu
dan membimbing wisatawan ke destinasi dan daya tarik
wisata, sebelum menekuni profesi Pramuwisata sudah
mengikuti bimbingan/pelatihan pemandu wisata serta
dinyatakan lulus ujian pramuwisata. Dengan demikian,
berhak memiliki sertifikat dan lisensi pramuwisata.
Berhak memakai atribut/tanda pengenal pramuwisata
sesuai sertifikat dan lisensi yang dimiliki.
Dalam dunia kepariwisataan, istilah “guide”
masih lebih populer dibanding istilah “pramuwisata”.
Apa sebabnya karena biasa dihubungkan dengan
pramugari/pramugara, pramuria dan pramu-pramu
lainnya, tetapi istilah “guide” atau “tour guide” pasti
adalah orang yang profesinya mengantar wisatawan
atau turis.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 3


Pramuwisata terdiri dari dua kata yaitu “pramu”
dan “wisata”. Pramu artinya melayani, wisata adalah
kegiatan perjalanan dengan masa waktu tertentu
yang bertujuan rekreasi, bisnis, pengembangan ilmu
pengetahuan, dan lain-lain.
Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi Nomor: KM.82/PW.102/MPPT-88
tahun 1988 tanggal 17 September 1988 menyatakan:
Pramuwisata adalah seseorang yang bertugas
memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk
mengenai objek wisata serta membantu segala sesuatu
yang diperlukan wisatawan.
Dalam SK tersebut khususnya Pasal 2, 3, dan 4
memaparkan tugas dan tanggung jawab Pramuwisata
sebagai berikut:
a. Mengantar wisatawan, baik rombongan maupun
perorangan yang mengadakan perjalanan dengan
menggunakan transportasi yang tersedia.
b. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan
dan objek wisata, serta memberikan penjelasan
tentang dokumen perjalanan, akomodasi,
transportasi, dan fasilitas wisatawan lainnya.
c. Memberikan petunjuk tentang objek wisata.
d. Membantu menguruskan barang bawaan wisatawan.
e. Memberikan pertolongan kepada wisatawan yang
sakit, mendapat kecelakaan, kehilangan, atau
musibah lainnya.
Pada Pasal 5 SK Menparpostel tersebut ditegaskan
bahwa hal yang penting diperhatikan dan ditaati
seorang Pramuwisata adalah dilarang melaksanakan
kegiatan usaha Biro Perjalanan Umum (BPU) sekarang
dipakai istilah Biro Perjalanan Wisata (BPW). Seorang
Pramuwisata semata-mata hanya menjalankan

4 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


pekerjaan dengan memberikan jasa layanan pada
kegiatan usaha. Hal ini dimaksudkan, seorang
Pramuwisata dilarang menyusun program wisata/tour
itinerary dan paket wisata secara sembunyi-sembunyi
dan diberikan/dijual kepada wisatawan lalu ditangani
sendiri tanpa campur tangan Biro Perjalanan Wisata
yang punya kewenangan secara hukum menangani
perjalanan wisata. Pramuwisata hanyalah seseorang
yang menuntun dan membimbing wisatawan tanpa
menjual paket wisata dan ditangani sendiri.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi tersebut tentang Pramuwisata
dan Pengatur Wisata terdapat 3 (tiga) klasifikasi sebagai
berikut:
1) Pramuwisata Muda
Pramuwisata yang kursus/pelatihannya
diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten/
Kota. Sertifikat dan lisensinya diterbitkan oleh
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota. Wilayah
kerjanya dalam kabupaten/kota penerbit sertifikat
dan lisensi. Sertifikat berlaku sepanjang masa.
Lisensi dapat diperpanjang setiap 2 (dua) tahun
selama masih memenuhi persyaratan perpanjangan,
atau tidak melakukan pelanggaran Kode Etik
Pramuwisata Indonesia dan pelanggaran lainnya.
2) Pramuwisata Madya
Pramuwisata yang kursus/pelatihannya
diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi.
Sertifikat dan lisensinya diterbitkan oleh Kepala
Dinas Pariwisata Provinsi. Lingkup kerjanya dalam
wilayah provinsi penerbit sertifikat dan lisensinya.
Sertifikat berlaku sepanjang masa, lisensi dapat
diperpanjang setiap 2 (dua) tahun sepanjang masih

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 5


memenuhi persyaratan perpanjangan, atau tidak
melakukan pelanggaran Kode Etik Pramuwisata
Indonesia dan pelanggaran lainnya.
3) Pengatur Wisata (Tour Leader)
Pengatur Wisata yang kursus/pelatihannya
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata
RI. Sertifikat dan lisensinya diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Pariwisata RI. Wilayah kerjanya
di dalam wilayah republik Indonesia dan luar
negeri menangani wisatawan rombongan. Sertifikat
berlaku sepanjang masa, lisensi dapat diperpanjang
setiap 2 (dua) tahun sepanjang masih memenuhi
persyaratan perpanjangan, atau tidak melakukan
pelanggaran Kode Etik Pramuwisata Indonesia dan
pelanggaran lainnya.
Sebelum terbitnya SK Menparpostel tahun 1988,
yang dikenal dalam awal pengembangan pariwisata
Indonesia di than 1970-an s/d 1980-an hanyalah
Pramuwisata Umum tingkat provinsi. Belum ada
klasifikasi Pramuwisata dengan istilah Pramuwisata
Muda, Pramuwisata Madya dan Pengatur Wisata (Tour
Leader).
Istilah Pramuwisata Umum diatur dalam beberapa
keputusan antara lain: berdasarkan Keputusan Menteri
Perhubungan RI Nomor: 243/K/1970 tertanggal
5 Agustus 1970 dan Keputusan Direktur Jenderal
Pariwisata Nomor: 12/Kpts/1170-Par, tertanggal 24
Nopember 1970. Sesudah itu terbit pula Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor: KM.73/KP.103/PHB-80
tertanggal 1 April 1980 dan Keputusan Direktur Jenderal
Pariwisata Nomor: Kep-21/U/IV/80 tertanggal 21
April 1980.

6 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Dalam perkembangan selanjutnya, selain ketiga
klasifikasi Pramuwisata tersebut di atas, ada juga
yang disebut Pramuwisata Khusus seperti wisata
minat khusus (Special Interest Tour), museum, tempat
peninggalan sejarah dan purbakala, hutan wisata, wisata
berburu, kawasan industri, perkebunan/agro wisata,
dan lain-lain yang bersifat khusus dan wilayah kerjanya
terbatas. Bimbingan dan pelatihannya dilaksanakan
secara khusus oleh instansi tersebut. Sertifikat dan
Lisensinya diterbitkan secara khusus pula.
1) Lambang/Logo Pramuwisata
Burung cendrawasih yang merupakan burung chiri
khas dari Tana Papua sebagai burung kebanggaan
nasional yang dilindungi. Lambang yang berupa
pin ini dipasang di dada, seragam untuk semua
klasifikasi Pramuwisata dan Pengatur Wisata
(Tour Leader). Yang membedakannya adalah Tanda
Pengenal Pramuwisata (Tour Guide License) yang
digantung di leher memakai tali atau dipasang di
dada sebelah kiri di atasnya kantong baju sejajar
logo/lambang burung cendrawasih di dada sebelah
kanan baju. Pramuwisata Muda berlatar/dasar
Hijau, Pramuwisata Madya berlatar/dasar kuning,
Pengatur Wisata (Tour Leader) berlatar/dasar
merah. Dengan menggunakan kedua atribut yang
berbeda warna dasarnya, wisatawan dan seprofesi
Pramuwisata dapat mengetahuinya dengan mudah.
Lencana Pramuwisata adalah BURUNG
CENDRAWASIH dari Papua, ditetapkan dalam
Rapat Kerja Nasional II (Rakernas II) HPI di
Banjarmasin pada tahun 1989 dengan alasan:
a) Ciri khas ke-Indonesiaan,
b) Komposisi warna bulu serasi,

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 7


c) Burung yang paling peka terhadap perubahan,
d) Menurut agama Hindu, burung yang membawa
arwah ke surga.
2) Pramuwisata (Licensed Tour Guide)
Dalam hal ini, dapat dibaca pada BAB VI, Pasal 14,
diktum (1) poin F Undang-Undang No.: 10 tahun
2009 tentang Kepariwisataan, telah membakukan
dan memuat secara resmi bahwa Pramuwisata
termasuk dalam salah satu Usaha Pariwisata yang
resmi diakui berdasarkan Undang-Undang RI yang
berlaku sejak tahun 2009. Seorang Pramuwisata
mendapatkan upah kerja dalam dua jalur, sehingga
dikenal adanya Pramuwisata Tetap (Payroll guide)
dan Pramuwisata Tidak Tetap (Freelance Guide):
a) Payroll guide (guide tetap) adalah Pramuwisata
yang bekerja tetap pada salah satu Biro
Perjalanan Wisata (BPW), mendapatkan gaji
tetap dan kesejahteraan dari BPW tempat bekerja
tetap. Mendapatkan uang jasa pramuwisata
(guide fee) pada saat mengantar wisatawan dari
BPW tempat bekerja, tetapi jumlahnya lebih
rendah dibanding guide yang tidak bekerja tetap
di BPW tersebut. Jika Payroll guide dibutuhkan
BPW lain, harus mendapat izin dari BPW tempat
bekerja tetap. Beda dengan guide bebas/tidak
terikat (freelance guide) di salah satu BPW, kalau
tidak ada kegiatan mengantar tamu, gaji dan
kesejahteraannya setiap bulan tidak ada yang
membayarkan.
b) Freelance Guide (guide tidak tetap) adalah
Pramuwisata bebas/tidak terikat dengan salah
satu BPW, mendapatkan uang jasa pramuwisata
(guide fee) hanya pada saat mengantar
wisatawan. Uang jasa Pramuwisata (guide fee)

8 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


freelance guide lebih besar dari pada uang jasa
pramuwisata tetap. Tetapi kalau tidak ada tugas
mengantar wisatawan, tidak mendapatkan uang
jasa pramuwisata. Pramuwisata tidak tetap,
bebas melakukan hubungan kerja sama dengan
semua BPW yang ada di daerahnya. Kalau
Pramuwisata tidak tetap, bagus hubungannya
dengan banyak BPW, maka bisa saja orderan
mengantar wisatawan setiap saat, sisa
melayaninya berdasarkan prioritas pilihannya
sendiri. Tetapi jika seorang Pramuwisata tidak
tetap tidak jujur dan melakukan hal-hal tercela
bagi BPW maka pramuwisata tersebut bisa saja
di black list dan disampaikan ke semua BPW
sehingga pramuwisata tersebut tidak ada yang
order untuk melayani wisatawan.
Organisasi Pramuwisata: Pramuwisata Indonesia
tergabung dalam suatu organisasi profesi yang dikenal
dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) di
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota sebagai satu-
satunya wadah profesi pramuwisata yang diakui oleh
pemerintah Indonesia. Organisasi profesi Pramuwisata
berdiri sejak tahun 1988 dengan nama Himpunan Duta
Wisata Indonesia (HDWI), kemudian berubah menjadi
Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) sampai saat
ini.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 9


BAB II
PEMANDU WISATA

Wisata konvensional sejatinya memacu pertumbuhan


ekonomi melalui aktivitas wisata massal yang lebih
menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan hedonistik
tanpa manfaat yang berarti. Bahkan sebaliknya justru,
menghasilkan dampak yang tidak diharapkan, seperti
masalah moral, masalah sosial, serta kesenjangan antar
warga, maupun antar kelompok warga. Lebih dan itu, juga
menimbulkan dampak berupa kerusakan lingkungan, baik
ekosistem perairan maupun ekosistem hutan.
Seiring dengan itu, bergulirnya wacana tentang
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang
menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengurangi hak generasi yang akan datang
dalam memenuhi kebutuhannya, menyebabkan ekowisata
menjadi penting untuk mendukung wacana tersebut
melalui sustainable tourism development.
Arus global kepariwisataan pun berubah seiring makin
signifikannya pertumbuhan ekonomi di negara-negara asal
wisatawan, terutama Eropa-Amerika. Di negara-negara
ini, segmen pasar wisata semakin besar dengan eksploitasi
yang lebih besar pula untuk melakukan perjalanan wisata,
terutama perjalanan wisata yang lebih berkualitas. Kondisi
ini menyebabkan makin tingginya permintaan perjalanan
wisata dalam bentuk wisata minat khusus (special interest
tourism).

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 11


Seseorang yang punya kemampuan berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar, menguasai minimal
bahasa Inggris, tidak mutlak bisa dan mampu menjadi
pramuwisata yang baik. Sama halnya dengan seseorang
yang bisa berbahasa Indonesia dengan baik, tetapi belum
tentu mampu tampil berdiri di muka umum membawakan
sambutan, ucapan belasungkawa, ucapan terima kasih
dalam suatu resepsi pernikahan, atau tugas lainnya, apalagi
kalau ditugaskan secara tiba-tiba. Hal yang sama, seseorang
yang menguasai bahasa Indonesia dengan sempurna, tetapi
belum tentu bisa menulis artikel, apalagi mau menulis
sebuah atau lebih buku. Banyak yang terpanggil, tetapi
hanya sedikit yang terpilih, demikian juga halnya untuk
menjadi pramuwisata.
Pertama-tama harus ada kemauan keras, bakat dan
kemampuan untuk menjadi seorang pramuwisata. Dia harus
punya seni dan teknik berbicara sehingga pendengarnya
setia dan bersemangat mendengarkannya, tidak merasa
bosan. Tidak kasar, tidak berteriak seperti orang ketakutan
sampai pendengarnya tutup telinga bahkan menjauh.
Tetapi juga tidak terlalu halus yang kadang-kadang tidak
kedengaran suaranya sehingga pendengarnya harus
mendekatkan telinganya ke Pramuwisata yang sedang
berbicara.
Harus memiliki kemahiran dan pengalaman serta
pengetahuan, sehingga mahir dalam penjelasan tidak
tersendat-sendat, tidak terpotong-potong, tidak setiap saat
mengintip catatan apalagi teks atau buku. Hal ini tentu
harus ditunjang oleh pengalaman dan pengetahuan yang
cukup, sehingga tidak kaku.
Punya solidaritas yang tinggi, menjalin kerja sama
antar seprofesi Pramuwisata, saling mengangkat dalam
memberi rekomendasi yang baik kepada wisatawan, tidak

12 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


saling menjatuhkan atau menjelekkan antar seprofesi
Pramuwisata. Kalau se-profesi Pramuwisata saling
memberikan rekomendasi yang baik, maka wisatawan
akan terkesan bahwa semua Pramuwisata di daerah atau
negara itu bagus-bagus cara pelayanannya. Sebaliknya
jika saling menjelekkan, wisatawan akan berkesan bahwa
semua Pramuwisata di daerah atau negara itu jelek. Marilah
saling memberikan rekomendasi yang baik se-profesi
Pramuwisata, sehingga nama daerah dan negara harum di
mata dunia.
Dalam menjalankan tugas kepramuwisataan, seorang
Pramuwisata harus mengenal dan mematuhi Tata Krama
Pramuwisata yang tertuang dalam 5 (lima) butir yaitu:
1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Seorang Pramuwisata Indonesia harus yang menganut
salah satu agama yang resmi di Indonesia yaitu: Islam,
Katholik, Protestan, Hindu, Budha.
2. Menjunjung tinggi Falsafah Pancasila dan Undang-
Undang Dasar tahun 1945
Seorang Pramuwisata Indonesia harus memahami dan
setia kepada falsafah Negara RI yaitu Pancasila dan
Undang-Undang Dasar tahun 1945.
3. Mengutamakan Kepentingan dan Keselamatan
Masyarakat, Bangsa dan Negara
Dalam menjalankan tugas, Pramuwisata harus melayani
wisatawan mancanegara (wisman) sebaik-baiknya
dan tetap memperhitungkan kepentingan masyarakat
Indonesia secara umum.
4. Menghargai Martabat, Nilai-Nilai Luhur Kepribadian
Bangsa Indonesia
Tidak boleh menginjak-injak kepribadian bangsa
dan kearifan lokal suatu daerah di mana wisatawan
berkunjung sebagai jati diri nasional dan daerah.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 13


5. Memelihara Azas Gotong Royong dengan Se-profesi
Pramuwisata
Semua Pramuwisata Indonesia harus memiliki rasa
kerjasama yang baik, tidak saling menjatuhkan atau
menjelek-jelekkan nama sesama Pramuwisata demi
kepentingan diri sendiri.
Seorang Pramuwisata dalam ikut mengembangkan
kepariwisataan nasional melalui peningkatan pelayanan di
semua sektor pariwisata, harus berusaha:
1. Menjaga Nama Baik Jabatan Profesi Pramuwisata,
dan Perusahaan yang Diwakili
Memelihara nama baik secara pribadi sebagai
Pramuwisata Indonesia dan tidak menghianati Biro
Perjalanan Wisata (BPW) yang memberikan tugas
mengantar wisatawan.
2. Mengutamakan Kejujuran dan Kebenaran dalam
Pelayanan
Pramuwisata adalah bendahara pengeluaran uang
di lapangan selama melayani wisatawan dan
melaporkannya kepada Biro Perjalanan Wisata yang
memberikan tugas mengantar wisatawan. Kalau jujur
akan dilamar terus, tetapi kalau tidak jujur akan ditolak
terus alias di black list oleh Biro Perjalanan Wisata yang
saling memberikan informasi terhadap Pramuwisata
tertentu, khususnya Freelance Guide.
3. Bertindak Sopan, Bijaksana dan Bertanggung Jawab
Kesopanan merupakan awal sukses suatu pelayanan
wisata di lapangan, penuh tanggung jawab dalam
menangani wisatawan sebagai duta bangsa dan wakil
daerah di daerah/destinasi wisata.

14 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


4. Patuh dan Taat terhadap Kesepakatan bersama antara
Pramuwisata dan Perusahaan dalam hal ini Biro
Perjalanan Wisata (BPW) yang Memberikan Tugas
Mengantar Tamunya
Sebelum melaksanakan tugas pemanduan wisata,
ada perjanjian yang dibuat antara Pramuwisata dan
Biro Perjalanan Wisata termasuk kesejahteraan (guide
fee) Pramuwisata khususnya Freelance Guide ketika
menangani tamu Biro Perjalanan Wisata.
5. Memelihara Hubungan yang Harmonis dengan
Pimpinan Perusahaan yang Menugaskan, Wisatawan
yang Ditangani, Rekan-Rekan Se-profesi Pramuwisata,
bahkan Semua Unsur Terkait Selama Menjalankan
Tugas Pelayanan kepada Wisatawan
Jadilah penilai yang baik terhadap perusahaan yang
menugasi dan tetap menjaga keharmonisan kerja sama
dengan rekan-rekan Pramuwisata, bahkan mengangkat
nama baik Biro Perjalanan Wisata yang menugasi.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 15


BAB III
KODE ETIK PRAMUWISATA INDONESIA

Kode etik Pramuwisata Indonesia ditetapkan melalui


Keputusan Musyawarah Nasional I Himpunan Pramuwisata
Indonesia (MUNAS I HPI) di Palembang Sumatera Selatan
dengan Keputusan Nomor 07/MUNAS.I/X/1988 tanggal 5
Oktober 1988 sebagai berikut:
1. Pramuwisata harus mampu menciptakan kesan
penilaian yang baik atas daerah, negara bangsa, dan
kebudayaan.
2. Pramuwisata dalam menjalankan tugasnya harus
mampu menguasai diri, senang, segar, rapi, bersih serta
berpenampilan yang simpatik (menghindari bau badan,
perhiasan, dan parfum yang berlebihan).
3. Pramuwisata harus mampu menciptakan suasana
gembira dan sopan menurut kepribadian Indonesia.
4. Pramuwisata harus mampu memberikan pelayanan
dan perlakuan yang sama kepada wisatawan dengan
tidak meminta tip, tidak menjajakan barang dan tidak
meminta komisi.
5. Pramuwisata mampu memahami latar belakang asal
usul wisatawan serta mengupayakan untuk meyakinkan
wisatawan agar mematuhi hukum, peraturan, adat
kebiasaan yang berlaku dan ikut melestarikan objek.
6. Pramuwisata mampu menghindari timbulnya
pembicaraan serta pendapat yang mengundang

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 17


perdebatan mengenai kepercayaan, adat istiadat, agama,
ras dan sistem politik sosial negara asal wisatawan.
7. Pramuwisata berusaha memberikan keterangan yang
baik dan benar. Apabila ada hal-hal yang belum dapat
dijelaskan maka pramuwisata harus berusaha mencari
keterangan mengenai hal tersebut dan selanjutnya
menyampaikan kepada wisatawan dalam kesempatan
berikutnya.
8. Pramuwisata tidak dibenarkan mencemarkan nama
baik perusahaan, teman seprofesi dan unsur-unsur
pariwisata lainnya.
9. Pramuwisata tidak dibenarkan untuk menceritakan
masalah pribadinya yang bertujuan untuk menimbulkan
rasa belas kasihan dari wisatawan.
10. Pramuwisata saat perpisahan mampu memberikan
kesan yang baik agar wisatawan ingin berkunjung
kembali.

18 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


BAB IV
PERSIAPAN MENTAL DAN FISIK SEORANG
PRAMUWISATA SEBELUM MENJALANKAN
TUGAS PEMANDUAN WISATA

Dalam melaksanakan tugas pemanduan wisata,


seorang Pramuwisata terlebih dahulu harus mempersiapkan
mental dan fisik sebelum berhadapan dengan wisatawan.
Hal ini sangat penting karena pramuwisata akan
berhadapan dalam pelayanan terhadap wisatawan yang
membayar paket wisata untuk senang, bukan untuk susah.
Wisatawan telah menyisihkan sebagian penghasilannya
untuk berwisata, menikmati alam dan budaya serta fasilitas
sesuai kelas paket wisata yang dibeli, pramuwisata sangat
berperan menyukseskan suatu perjalanan wisata. Sehingga
wisatawan menginginkan pelayanan prima selama
ditangani oleh seorang Pramuwisata.
Dalam mempersiapkan suatu perjalanan wisata yang
matang, jauh-jauh sebelumnya biasanya Pramuwisata
sudah punya daftar tugas di Biro Perjalanan Wisata (BPW)
tempat bekerja, baik payroll guide maupun freelance guide.
Sehingga tidak ada alasan untuk tidak mempersiapkan
mental dan fisik Pramuwisata sebelum menjalankan tugas,
walaupun ada juga tugas dadakan karena satu dan lain hal.

1. PERSIAPAN FISIK
a. Kapan?
Sebelum melaksanakan tugas pemanduan sudah
ada orderan guide. Seorang Pramuwisata yang
baik, sebaiknya membuat daftar tugas sendiri dan

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 19


kalau perlu di tempel di tempat yang strategis
mudah dilihat. Keluarga bisa diinfokan untuk
mengingatkan dengan adanya daftar tempel agar
tidak sampai terlupakan, kapan akan memandu
wisatawan.
b. Apa?
Apakah transfer in saja, city tour saja atau overland
ke suatu destinasi wisata selama beberapa hari,
atau wisata jalan kaki (trekking), wisata laut, wisata
minat khusus lainnya dan lain sebagainya. Dengan
mengetahui jenis pemanduan apa yang akan
dilakukan, perlu ada persiapan perlengkapan dan
juga perlu olah raga jika misalnya akan melakukan
wisata jalan kaki (trekking) agar tidak kaget tubuh
ketika jalan kaki tiba saatnya dilaksanakan.
Demikian juga makanan harus dipilih makanan
yang tepat dalam persiapan fisik. Untuk yang akan
trekking, kurangi makan makanan berlemak dan
pedas, tetapi perbanyak makan sayur dan buah-
buahan. Bagi yang perokok dan peminum alkohol
supaya dikurangi, cukup untuk menyegarkan
dan menguatkan badan, bukan untuk bermabuk-
mabukan dengan minuman alkohol berlebihan.
c. Siapa?
Yang akan ditangani nanti orang Indonesia (wisnus)
atau mancanegara (wisman) kebangsaan apa,
perorangan (individual) atau rombongan (group),
dan lain-lain. Perlu mengetahui karakter wisatawan
yang akan ditangani. Dengan mengetahui siapa yang
akan diantar, dengan muda seorang Pramuwisata
mempersiapkan segala sesuatu untuk memberikan
pelayanan prima.

20 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


d. Ke Mana/Di Mana?
Tujuan wisata ke daerah mana, jalur mana yang
akan dilalui, kendaraan apa yang akan dipakai, apa
yang harus disiapkan, di mana menginap, dan lain
sebagainya. Untuk memastikan ke mana dan di mana,
maka terlebih dahulu harus menguasai Program
Tour (Tour Itinerary) dan peta (map) yang dibuat oleh
Biro Perjalanan Wisata yang menugasi Pramuwisata.
Program tour tersebut tidak boleh dirubah oleh
seorang Pramuwisata, kecuali atas persetujuan
Biro Perjalanan Wisata yang menugasi jika ada hal-
hal tertentu istimewa yang harus dilakukan. Jika
program tour dirubah dan wisatawannya keberatan/
mengeluh (complaint) maka yang menanggung
resikonya adalah Pramuwisata. Apalagi kalau ada
pengembalian harga paket wisata (refund) akibat
perubahan program tour yang semena-mena dirubah
oleh Pramuwisata di lapangan.
e. Bilamana?
Dengan mengetahui ke mana wisatawan akan
diantar, seorang Pramuwisata yang sudah
berpengalaman sudah mengetahui rintangan dan
halangan apa yang bisa terjadi lewat jalur yang
akan dilalui. Misalnya sering ada tanah longsor
atau banjir di musim hujan dan harus lewat sungai,
daerah yang dilalui sering ada pengadangan atau
pencopetan di pasar/tempat keramaian, sering ada
anak-anak muda nakal berkumpul di pinggir jalan
di tempat tertentu, susah mendapatkan makanan
dan tempat menginap sesuai selera wisatawan pada
jalur trekking, serta banyak hal yang bisa terjadi
selama dalam perjalanan.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 21


f. Bagaimana?
Bilamana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
sebagaimana diuraikan pada poin (e) di atas,
seorang Pramuwisata harus mampu mengatasinya
di lapangan tanpa harus setiap saat menghubungi
kantor Biro Perjalanan Wisata yang menugasi untuk
menyelesaikan masalah, kecuali dalam keadaan
terpaksa. Di situlah seorang Pramuwisata diuji
kemampuannya, sekaligus menjadi penilaian bagi
Biro Perjalanan Wisata yang memberikan tugas
guiding. Semakin mulus penyelesaian masalah di
lapangan yang dilakukan seorang Pramuwisata,
semakin tinggi nilai ordernya terutama bagi
Freelance Guide.

2. PERSIAPAN MENTAL
a. Penampilan Diri
Kesan pertama wisatawan ketika untuk pertama
kalinya berjumpa dengan seorang Pramuwisata
yang akan mengantarnya. Pada saat itu, wisatawan
akan terkesan kalau Pramuwisata yang menemuinya
pertama kali, akan mampu memberikan pelayanan
prima dalam bentuk informasi dan tuntunannya
ke destinasi dan daya tarik wisata sesuai program
yang telah disusun sebelumnya. Senyum dan mimik
serta raut muka harus menampakkan keseriusan
melayani wisatawan. Jangan menampakkan wajah
seperti barua saja marah-marah, atau menatap layar
HP lebih banyak dari pada menatap muka wisatawan
dengan penuh gembira. Muka tidak perlu murung
dan tidak kelihatan loyo yang bisa mengurangi
keyakinan wisatawan akan keberhasilan tour yang
akan dilakukan. Pada prinsipnya penampilan
diri pertama menghadapi wisatawan harus

22 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


memperlihatkan kesegaran jiwa penuh semangat
agar wisatawan juga penuh semangat mengawali
perjumpaan pertama dan seterusnya dengan
Pramuwisata yang akan menanganinya.
b. Pakaian Basah
Sering tidak disadari kalau pakaian yang basah,
terutama pakaian dalam sangat menjadi sumber bau
tidak sedap, sehingga hindarilah memakai pakaian
basah ketika menangani wisatawan. Termasuk pula
kaos kaki yang basah sangat meresahkan apalagi
kalau robek walaupun sepatunya mengkilap
kelihatan tetapi baunya menyengat tidak nyaman.
c. Pemakaian Parfum, Lipstick, Minyak Rambut
Dalam menangani wisatawan janganlah parfum, dan
minyak rambut itu terlalu tajam baunya sehingga
membuat wisatawan tutup hidung dan mulut serta
bersin ketika berada di dalam mobil yang ber-AC.
Lipstik juga jangan terlalu tebal mengkilap silau
yang berlebihan. Demikian juga minyak gosok,
vicks, aroma therapy, bedak berlebihan, sering
mengganggu penghirupan wisatawan, sehingga
jangan terlalu berlebihan pemakaiannya. Demikian
juga bau badan terutama ketiak bagi yang memang
berbau ketiaknya, sering mengganggu penghirupan
wisatawan, pakailah obat yang menghilangkan atau
mengurangi bau ketiak tersebut saat mengantar
wisatawan.
d. Mulut, Hidung, dan Telinga
Ketiga lubang ini harus bersih sebelum menangani
wisatawan. Mulut sudah disikat sampai tidak
berbau. Hidung sudah dibersihkan dan digunting
bulunya jika terlalu panjang dan jangan dikorek-
korek saat menangani wisatawan. Telinga harus

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 23


digosok sampai bersih kelihatan sampai ke
lubangnya. Dengan demikian persiapan ketiga
lubang yang bersih akan menyegarkan penglihatan
wisatawan yang ditangani. Jangan sebentar-sebentar
menguak karena mengantuk, karena itu akan
terbaca bagi wisatawan bahwa pramuwisatanya
kelihatan mengantuk. Ada wisatawan yang justru
mengejek Pramuwisata yang kelihatan mengantuk
dan berkata: “Lebih baik guide pergi tidur dulu
karena mengantuk”.
e. Kuku
Sebelum melaksanakan tugas pemanduan wisata,
periksalah kuku anda jangan sampai panjang dan
kotor, ada juga yang pecah dan tajam mengganggu
dalam gerak. Malahan ada orang yang menggigit
kukunya karena ada yang menonjol tajam, potong
sebelum bertugas.
f. Rambut dan Kumis
Rapikan rambut dan kumis sebelum melayani
wisatawan agar mereka merasa nyaman dan tidak
ketakutan selama bersama dengan Pramuwisata.
g. Pandangan Mata
Mata merupakan salah satu kunci keberhasilan
suatu pemanduan wisata. Ketika sedang berbicara
dengan wisatawan, jangan membuang muka dan
memandang ke arah lain, tetapi tataplah matanya
dengan penuh kelembutan dan senyum. Pada saat
menjelaskan di atas mobil atau di daya tarik wisata,
pandangan mata harus bebas dan meluas ke segala
penjuru yang serasi dan seirama dengan apa yang
sedang keluar dari mulut seorang Pramuwisata.
Jangan hanya terfokus pada salah satu arah atau
sudut pandang tertentu. Ada juga orang karena

24 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


wisatawannya cantik atau gagah, pandangan mata
terus ke orang itu. Ini akan mengganggu konsentrasi
pemberian informasi dan bisa sistematika
pemberian informasi terganggu dan berantakan.
Ada Pramuwisata yang menangani wisatawan
yang sedang berbulan madu, pura-pura selalu
memberikan penjelasan dan menatap wajahnya,
hanya mau mengetahui gerak dan perlakuan
yang indah di antara dua insan yang sedang
menikmati dunianya. Kalau menangani wisatawan
rombongan, sering konsentrasi mata ditujukan
kepada seseorang yang menarik perhatiannya ketika
sedang memberikan informasi. Wisatawan lain
bisa cemburu dan merasa bahwa hanya satu orang
saja yang dilayani, selebihnya adalah tambahan.
Semua itu harus dihindari supaya ada pemerataan
mendapatkan pandangan dan senyuman ketika
sedang menangani wisatawan.
h. Posisi Tangan dan Kaki
Kaki dan tangan memegang peran ketika sedang
memberikan informasi kepariwisataan. Kedua alat
tubuh manusia ini harus digerakkan dalam fungsi
yang tidak kaku. Jangan hendaknya kedua atau satu
telapak tangan dimasukkan ke dalam kantong celana
sambil memberikan informasi, ini tanda-tanda
orang gugup menghadapi wisatawan. Jangan sambil
menggaruk telinga, korek hidung dan menyapu-
nyapu mulut ketika sedang memberikan informasi,
wisatawan bisa merasa jijik. Jangan juga kaki kanan
dan kaki kiri dalam posisi bersilangan, tetapi harus
berdiri tegak sejajar dan tidak kaku tegang tetapi
santai. Tangan biasanya digerakkan secara bebas
terbatas sesuai dengan arah pembicaraan, sehingga
menarik perhatian wisatawan, jangan siap di tempat

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 25


seperti sedang menyanyikan lagu kebangsaan, lalu
bercerita dengan mulut setengah terbuka seperti
setengah terkunci. Sering seseorang karena asyiknya
bicara dengan gerakan tangannya yang berlebihan,
menyentuh orang di sekitarnya, terlebih jika ada
orang di sampingnya.
i. Percakapan dan Kata-Kata yang Digunakan
Hubungan komunikasi oral dengan wisatawan
merupakan suatu kunci utama dalam memulai,
melaksanakan dan mengakhiri suatu perjalanan
wisata. Berbicaralah dengan nyaring pelan-pelan
dan sopan sesuai situasi dan kondisi di lapangan,
jangan terburu-buru dan aturlah pernafasan anda
sehingga kedengaran suara anda stabil, terlebih jika
memakai sound system di atas mobil. Pilihlah kata-
kata yang sederhana dan mudah dimengerti untuk
semua orang. Jika ada kata dalam bahasa daerah
terutama benda atau tumbuhan serta objek lainnya
tetapi tidak ada dalam bahasa Indonesia, jelaskanlah
dalam bahasa Indonesia sampai wisatawannya
mengerti. Demikian juga jika ada istilah dalam
bahasa Indonesia tetapi tidak bisa diterjemahkan
ke dalam bahasa mancanegara, jelaskanlah sampai
wisatawannya mengerti. Jangan dibiarkan berlalu
membuat wisatawan menyimpan kesan yang tidak
terselesaikan dalam hidupnya.
j. Idiolek Pribadi
Suatu bahasa terbagi atas beberapa dialek, dialek
terbagi atas beberapa sub-dialek, sub-dialek
terbagi atas beberapa logat, paling akhir adalah
idiolek. Idiolek adalah satu atau lebih kata yang
merupakan kata-kata emas seseorang. Tanpa kata-
kata itu, pembicaraannya tidak lancar. Misalnya

26 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


kata “oleh karena”, “oleh sebab itu”, “senantiasa”,
“agar supaya” ada juga seseorang lancar berbicara
dengan idiolek “a . . . ; e . . . . ”; dan banyak lagi
yang merupakan kebiasaan yang melekat pada
seseorang yang susah kalau tidak diucapkan. Ada
idiolek sampai puluhan kali disebutkan ketika
sedang berpidato atau sambutan dan semacamnya,
demikian juga kalau memberikan informasi kepada
wisatawan. Hal ini perlu dievaluasi dan dihindari,
jangan sampai karena banyaknya kata-kata yang
sama diulangi, bisa wisatawan membalikkan kata-
kata tersebut sebagai ejekan kepada Pramuwisata
yang menanganinya.
k. Sistematika Pemberian Informasi
Informasi yang diberikan di ruangan dan informasi
di lapangan sangat berbeda situasi dan kondisinya.
Sehingga seorang Pramuwisata harus mampu
menyesuaikan diri dalam pemberian informasi.
Pemberian informasi dalam ruangan tidak banyak
gangguan, apalagi kalau menggunakan banyak alat
peraga dan presentasi melalui layar in focus dan
didukung oleh peserta yang patuh tidak ribut tetapi
berkonsentrasi mendengarkan dan melihat alat
peraga, penampilan layar dan suara serta mimik
pembicara. Namun keletihan lebih tinggi untuk
pemberian informasi di dalam ruangan dengan
gerak terbatas, duduk terus-menerus.
Dalam membangun suatu informasi khususnya di
luar ruangan, laksana merangkai sebuah pohon
plastik, mulai dari akar, batang, dahan/cabang,
ranting dan daun sampai di ujung pucuk bagian
atas, maka jadilah sebuah pohon yang kelihatan
indah.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 27


Pada saat mulai memasang dan ada pertanyaan,
berhentilah dulu melanjutkan pekerjaan itu tetapi
peganglah akar itu sehingga tidak lupa apa yang akan
dikerjakan sesudah menjawab pertanyaan. Setelah
menjawab pertanyaan, dilanjutkan memasang
batang dahan/cabang. Ketika ada pertanyaan,
tetaplah memegang dahan/cabang itu dan sesudah
menjelaskan, lanjutkan memasang ranting dan
daun. Dengan demikian, sistematika pemasangan
sebuah pohon tidak terganggu dan tidak ada bagian
yang terlupakan.
Demikian juga ketika sedang memberikan informasi
kepariwisataan, apakah itu tentang alam, sejarah,
budaya, upacara pernikahan, upacara kematian,
syukuran keberhasilan hidup dan lain sebagainya.
Mulailah bercerita, ketika dalam perjalanan cerita
ada yang memotong pembicaraan dan bertanya,
jawablah itu apabila memang sudah saatnya
dijawab atau ditunda sampai masuk sesi ceritanya.
Tetapi ingat ! Di mana percakapan itu berhenti,
harus disambung dengan baik, jangan sampai
lupa sehingga bercerita lagi dengan topik lain.
Demikian juga pada saat bercerita dan ada sesuatu
yang melintas dalam pikiran yang harus dijelaskan,
jelaskanlah itu lalu masuk lagi ke intinya. Demikian
selanjutnya, maka lengkaplah sebuah topik
cerita, walaupun terpotong atau tersendat tetapi
diusahakan disambung dengan sambungannya,
jangan sampai tidak nyambung.

3. KEPRIBADIAN
a. Tepat Waktu
Seorang Pramuwisata harus mampu menghargai
waktu/tepat waktu. Sangatlah fatal jika seorang

28 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Pramuwisata yang akan menjemput di Bandara atau
di hotel atau di tempat mana saja untuk berjumpa,
selalu terlambat membuat wisatawannya bingung
dan komplain. Hal ini sangat merugikan diri pribadi
terlebih perusahaan yang memberi kepercayaan.
Jangan biasakan ditunggu tamu dengan gelisah,
sementara Pramuwisatanya santai-santai saja tidak
disiplin waktu. Hadirlah di tempat yang ditentukan
jauh sebelum waktunya untuk menunggu wisatawan
yang akan ditangani.
b. Jaga Kestabilan Emosional
Jangan membawa situasi dari rumah jika ada
masalah dengan suami/istri, dengan pacar, dengan
tetangga atau orang lain, sehingga muram masam
terimbas ke tamu yang ditangani. Tidak bisa senyum
terlebih tertawa, kurang melakukan komunikasi
dengan tamu karena masih menyimpan kemarahan.
Simpanlah dulu masalah yang tidak menyenangkan
itu lalu menangani tamu, seolah-olah tidak ada
masalah.
c. Siap Dikritik
Sebagai seorang Pramuwisata yang sudah dilatih
melalui pelatihan pemanduan wisata harus siap
dikritik oleh wisatawan jika ada hal-hal yang tidak
sesuai dalam pelayanan. Dari kritikan membangun
itulah yang membuat seorang Pramuwisata akan
bisa merubah cara yang tidak sesuai dan menjadi
bagian dari pengalaman. Namun jika ada kritikan
yang tidak sesuai dengan pendapat seorang
Pramuwisata, tangguhkanlah masalah itu jangan
bertahan lanjut dan pelan-pelan mengalihkan
pembicaraan ke topik lain.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 29


d. Penuh Inisiatif
Seorang Pramuwisata yang mau maju, harus
memiliki inisiatif yang tinggi. Tidak perlu menunggu
komando tetapi langsung melakukan sesuatu yang
positif, bukan over acting yang negatif di hadapan
tamu. Misalnya menjemput tamu di Bandara, tidak
perlu disuruh dan ditunjukkan barang bawaan
wisatawan, tetapi tanyakan mana barangnya.
Menjemput di hotel, jangan duduk asyik menelepon,
tau-tau tamunya sudah kiri-kanan, keluar masuk
di mana guidenya. Seorang Pramuwisata yang
profesional harus gelisah mencari di mana tamunya,
kalau perlu tanya ke Receptionist hotel.

30 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


BAB V
PROTOKOL DAN ETIKET KEPEMANDUAN

Protokol dan etiket merupakan dua kata yang


mengandung dua fungsi yang tidak bisa dipisahkan.
Protokol merupakan aturan memposisikan seseorang atau
sekelompok orang pada urutan atau tempatnya yang benar
dalam suatu upacara atau kegiatan kecil dan besar. Etiket
merupakan cara atau tingkah laku serta gerak yang sopan,
baik gerak tubuh (action) maupun untaian kata dan kalimat
(orality). Jika kedua fungsi ini dipadukan secara serasi dan
seimbang, sempurnalah tugas dan tanggung jawab yang
dilakukan dalam suatu upacara atau kegiatan tertentu.
Seorang Pramuwisata harus mampu menguasai dan
memadukan kedua fungsi tersebut dalam menangani
wisatawan. Jika hanya protokol melulu saja dan
mengabaikan etiket, maka bisa saja menjadi pusat perhatian
orang di sekelilingnya. Sebaliknya jika hanya sopan santun
beretiket melulu saja tetapi tidak bisa mengatur posisi
tempat dan gerak orang yang diantarnya, bisa menjadi
pusat ejekan banyak orang.

1. PROTOKOL
Kadang-kadang kata “protokol” diartikan sempit
yaitu “pembawa acara/pengatur acara” dalam suatu
acara atau kegiatan tertentu. Padahal “protokol” itu jauh
lebih luas lingkup tugasnya dibandingkan “pembawa
acara/pengatur acara” atau biasa disebut “MC (Master

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 31


Ceremony)” yang mengatur urutan-urutan acara dalam
suatu upacara atau sejenisnya mulai dari awal sampai
selesai, sekaligus sebagai pemegang mic sound system
dalam suatu upacara. Sering juga diartikan, beberapa
orang yang lari-lari berpakaian seragam lengkap,
khusus mengatur perjalanan pejabat atau orang
penting ketika memasuki upacara atau pertemuan-
pertemuan berskala besar dan kecil. Dapat diartikan
pula penghubung antara orang yang akan menemui
pejabat tertentu untuk maksud tertentu.
Kata “protokol” aslinya berasal dari bahasa Yunani
yaitu dari kata “Protos” dan “Kolla”. Kata “Protos”
berarti “yang pertama”, kata “kolla” berarti “lem atau
perekat” . Mula-mula, perkataan “protokol” digunakan
bagi lembaran-lembaran gulungan papyrus (paper) atau
kertas tebal yang ditempelkan/dilekatkan. Kemudian
kata “protokol” digunakan untuk seluruh gulungan itu
dimana dicatat semua dokumen negara yang bersifat
nasional dan internasional. (Renyut hal: 1).
Secara luas tetapi terbatas, arti “protokol” memiliki
fungsi sebagai berikut:
1. Informator,
2. Komunikator,
3. Guide/Pemandu Tamu,
4. Announcer,
5. Security,
6. Generalist.
Salah satu bagian yang teramat penting dalam
protokol ialah tata krama yaitu penggunaan kata-kata
sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya menurut tinggi
rendahnya pejabat yang bersangkutan atau mayoritas
peserta upacara. Bisa juga tergantung kepada jenis
upacara yang dihadapi. Memilih kata-kata yang tepat

32 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


dan bisa langsung dimengerti pendengarnya, tidak
memamerkan keahlian mengucapkan kata-kata bahasa
tinggi atau bahasa ilmiah/bahasa buku-buku supaya
tidak membingungkan peserta atau pendengarnya.
Unsur protokol yang baik dan benar membentuk
suasana/iklim yang mempengaruhi berhasil tidaknya
suasana upacara. Ada 3 (tiga) esensi yang terkandung
dalam keprotokolan:
1. Tata Cara,
2. Tata Krama,
3. Rumus-rumus dan aturan-aturan tertentu.
Tugas protokol sangat luas ruang lingkupnya.
Secara singkat dapat diformulasi, sebagai pemberian
pelayanan (service) kepada pimpinan atau atasan serta
tamu-tamu dan masyarakat umum, hubungannya
protokoler penyelenggaraan upacara-upacara. Seperti
urutan-urutan sambutan dalam upacara. Apakah
level paling tinggi sampai terendah diurutkan atau
sebaliknya, itulah salah satu bagian protokol yang
nyata dan sederhana. Demikian juga tempat duduk
yang diatur secara protokoler di bidang pemerintahan
atau kedinasan, siapa yang paling layak duduk di
bagian depan, kemudian pendampingnya lalu siapa
yang duduk di rei/barisan berikutnya, biasanya
dilihat eselonnya. Namun tatanan adat dan kebiasaan
wilayah/daerah tertentu lain lagi protokol tradisinya.
Walaupun seseorang memiliki pangkat/golongan
tinggi dalam pemerintahan di luar wilayah daerahnya,
tetapi jika berada di lingkup adat tentu ada tempat
duduk yang khusus secara protokoler adat yang patut
baginya. Ada juga orang VIP (Very Important Person)
atau orang penting, ada juga masyarakat dengan fungsi
dan kedudukan masing-masing.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 33


Kalau di masa Covid-19 ini, dikenal Protokol
Kesehatan: memakai masker lalu menuju suatu tempat,
sebelum memasuki ruangan atau tempat tertentu cuci
tangan dulu dengan air bersih mengalir dan memakai
sabun atau zat lain pembunuh kuman, masuk ke
ruangan dan duduk dengan mengatur jarak sesuai tanda
atau kode dalam ruangan. Itulah contoh protokoler di
bidang kesehatan di masa Covid-19. Istilah ini sangat
populer di masa virus corona yang merupakan virus
berbahaya secara global dunia.
Seorang Pramuwisata harus mampu bertindak
protokoler terbaik terhadap wisatawan yang diantarnya.
Sehingga seorang Pramuwisata wajib mengetahui seluk
beluk masyarakat di destinasi wisata tempat berkunjung
wisatawan yang diantarnya dan mengetahui karakter
wisatawan yang ditanganinya.
Dengan demikian salah satu kunci keberhasilan
seorang Pramuwisata akan terlihat dari cara mengatur
tamunya di mana berada dan ke mana saja perginya.

2. ETIKET DAN PERGAULAN


a. Sopan Santun dalam Pergaulan Hidup Sehari-Hari
Dalam hal ini, dapat menyenangkan perasaan banyak
orang, jika betul-betul dilakukan secara spontan,
tidak dibuat-buat atau karena paksaan. Seorang
anak akan dikagumi oleh sebayanya atau orang yang
lebih kakak dari padanya atau orang banyak, jika
anak itu sopan dalam berbicara dan santun dalam
tingkah laku dengan orang sepergaulannya. Dasar
ini, bisa berkelanjutan di masa remajanya sampai
dewasa karena telah tertanam sejak dini. Kalau anak
dapat pujian, biasanya orang bertanya siapa orang
tuanya. Sehingga orang tua sangat berperan dalam

34 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


menanamkan etiket pergaulan hidup yang baik dan
benar sejak masa kecil supaya menjadi kebiasaan.
Orang tua yang sopan dan santun dalam pergaulan
hidupnya sehari-hari akan dikagumi banyak orang,
dan dijadikan contoh serta pedoman pergaulan
hidup remaja dan pemuda serta banyak orang akan
menjadi simpati terhadapnya.
Banyak perempuan yang mampu memikat pria,
hanya bermodalkan bahasa yang santun, gerakan
yang serasi dan tahu menghargai lawan bicara,
walaupun sekejab tetapi langsung tersimpan dalam
hati pria dan sebaliknya.
Begitu indahnya sopan santun dalam kehidupan
setiap insan, sehingga dapat menyenangkan
banyak orang dan menjadi perhatian orang-orang
tertentu yang terlibat dalam pergaulan hidup yang
bernapaskan sopan santun.
Banyak wanita cantik dan pria ganteng berperawakan
meyakinkan, kaya orang tuanya atau dirinya sendiri,
tetapi membujang seumur hidup hanya karena
tidak memiliki sopan santun yang memikat dalam
pergaulan dengan lawan jenisnya dan masyarakat
umum. Sebaliknya banyak wanita jelek wajahnya
atau pria yang tidak tampan, tetapi lawan jenisnya
terpikat hanya karena sopan santunnya yang
menawan hati membuatnya cepat mendapat jodoh.
Namun tidak semua yang membujang seperti itu,
kemungkinan ada penyebab lain.
Ada beberapa petunjuk yang bisa menolong seorang
Pramuwisata memahami dan mempraktikkan etiket
dalam menangani wisatawan:
• Sesuaikan diri dengan keadaan, berada di

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 35


tengah antara kepribadian bangsa Indonesia/
kearifan lokal dan kepribadian asal wisatawan
yang sedang ditangani, jangan kehilangan
kepribadian bangsa/daerah tempat berkunjung.
• Berlaku sopanlah, tidak kasar dan emosi
dalam mengemukakan sesuatu yang mungkin
bertentangan dengan jiwa wisatawan yang
ditangani, beranilah tetapi punya perhitungan
dengan kadang-kadang menyatakan maaf jika
perlu, tetapi tidak selalu.
• Jangan menonjolkan diri untuk dihormati,
dihargai dan dikagumi wisatawan, tetapi angkat
dan sanjunglah mereka tetapi tidak berlebihan.
• Beranilah dengan percaya diri sebagai duta
bangsa dan biasakanlah untuk berbicara dengan
lancar, memilih kata-kata yang tepat dengan
tidak banyak keluar dari jalur inti pembicaraan,
ketahuilah pokok pembicaraan dengan tidak
melupakan bagian-bagian kecil yang penting.
• Melihatlah ke depan menatap wajah-wajah para
tamu (jangan melihat ke bawah atau ke atas),
dengan tidak terpengaruh jika ada kebisingan
atau keributan di sekitarmu karena tugas
pemanduan wisata bukan hanya di tempat
tenang saja tetapi kebanyakan di luar ruangan,
penuh gangguan kesibukan orang lain.
• Jangan membetulkan ucapan-ucapan lawan
bicara bila, tidak diminta karena merasa lebih
dari pada dirinya. Biasanya seseorang bingung
mencari kata atau istilah yang tepat, tiba-tiba
seseorang memberikan kata dan istilah, bisa
orangnya tersinggung karena merasa digurui,
kecuali diminta kepada anda siapa tahu anda
tahu yang dicari-cari itu.

36 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


b. Perasaan Malu
Timbulnya perasaan malu lahir dari “rasa rendah
diri” menghadapi orang lain. Rendah diri berbeda
dengan rendah hati: rasa “rendah diri” itu mengarah
ke rasa “gugup”, sedangkan rasa “rendah hati”
mengarah kepada menghargai orang lain tidak
lebih dari pada menghargai diri pribadi. Hal rendah
diri biasanya disebabkan oleh masih kurangnya
pengetahuan dan pengalaman dalam suatu profesi,
termasuk profesi Pramuwisata.
Contoh misalnya seorang artis cantik atau ganteng
yang baru pertama kali naik di atas panggung
pentas akan merasa malu bahkan gemetar, tetapi
kalau sudah lama berkecimpung dalam profesi
sebagai artis, rasanya ingin terus berdiri di atas
panggung pentas dengan riuh tepuk tangan para
hadirin pencitanya.
Demikian juga seorang Pramuwisata ketika baru
pertama kali mengantar tamu ke suatu destinasi
wisata, akan merasa kaku terhadap wisatawan yang
diantar, malu terhadap teman-teman Pramuwisata
yang sudah senior. Ketika seorang Pramuwisata
baru, memberikan penjelasan di suatu daya tarik
wisata, ia usahakan jauh dari Pramuwisata senior
agar terhindar dari kekurangan isi dan teknik
pemberian informasi kepada tamunya, suaranya
diperkecil berbisik, cukup didengarkan oleh tamunya
saja. Tetapi kalau sudah berkali-kali mengantar
wisatawan dan sudah penuh dengan pengalaman
percaya diri sudah tinggi, banyak membaca buku-
buku penunjang dan belajar kepada pengalaman
orang lain, ia sudah percaya diri dan kalau perlu
berteriak memberikan penjelasan daya tarik wisata
di tengah-tengah kerumunan wisatawan biarkan

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 37


didengarkan oleh Pramuwisata lain dan tamu lain
selain tamunya.
c. Sikap Menghormati dan Perhatian kepada Tamu
Seorang Pramuwisata hendaknya jangan berlebihan
dalam hal penghormatan dengan membungkuk
terlalu lama penuh senyum dan tertawa lucu,
terlebih jangan merayap menghampiri tamu,
atau cara lain untuk menarik simpati tamunya.
Kalau bertemu pagi-pagi berjabat tangan jangan
terlalu mengeraskan tangan dan diayun-ayun
secara berlebihan. Apalagi ada orang yang senang
memeluk-meluk lawan jenisnya secara berlebihan.
Malah ada juga Pramuwisata memberikan
penghormatan berlebihan kapan dan di mana saja,
membelikan buah-buahan dan cindra mata dan lain-
lain, melakukan servis berlebihan dengan harapan
mendapatkan tip banyak. Namun setelah berakhir
tournya, tidak ada tip, kecewalah Pramuwisatanya.
Jangan juga acuh tidak sopan terhadap wisatawan,
misalnya masih dengan sebatang rokok melengket
di mulut, atau belum selesai menghormat sudah
menoleh ke arah lain sambil berbicara terus tidak
jelas. Sebaiknya secara santai dan penuh senyum
dengan memusatkan pandangan ke tamu yang
ditangani.
d. Cara Memperkenalkan
Secara umum, dalam suatu pertemuan yang
pesertanya belum saling mengenal, biasanya
diminta untuk saling memperkenalkan diri atau
diperkenalkan secara kolektif oleh seseorang yang
dipercayakan. Jika memperkenalkan diri tanpa
perantara tetapi secara langsung, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan:

38 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


• Yang lebih muda usianya memperkenalkan diri
kepada yang lebih tua, kemudian yang lebih
tua memperkenalkan diri kepada yang lebih
muda. Tentunya sebagai Pramuwisata, terlebih
dahulu memperkenalkan diri kepada Tamunya
kemudian tamunya memperkenalkan diri
kepada Pramuwisatanya, kalau bersama sopir
yang akan mengantar tamu, jangan lupa juga
memperkenalkan sopir yang dilakukan oleh
Pramuwisata.
• Pria memperkenalkan diri dulu kepada wanita,
lalu wanita memperkenalkan diri kepada pria,
tetapi hal ini tidak berlaku bagi Pramuwisata
karena tamunya lebih tua atau lebih muda
dari pada Pramuwisatanya, laki-laki atau
perempuan, selalu Pramuwisata yang terlebih
dahulu memperkenalkan diri kepada tamunya.
• Pada umumnya, baik wisatawan nusantara
maupun wisatawan mancanegara, jika
memperkenalkan diri tidak senang menyebut
embel-embel titel namanya dan jabatannya
tetapi cukup nama aslinya saja. Sehingga lebih
enak diperkenalkan oleh orang lain karena bisa
menyebut segala sesuatunya yang merupakan
embel-embel nama dan jabatannya dengan suara
jelas dan halus, pelan-pelan penuh wibawa
jangan tergesa-gesa seperti ada orang yang
memburunya.
e. Berjabat Tangan
Sering terjadi pada suatu perjumpaan, tidak secara
spontan melakukan jabat tangan karena saling
menunggu dan terlihat kaku. Orang yang lebih tua
umurnya terlebih dahulu melakukan gerakan jabat
tangan dan disambut yang lebih muda umurnya

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 39


dengan jabat tangan. Pria akan berjabat tangan
dengan wanita jika wanita yang pertama melakukan
gerakan jabat tangan disambut pria, tetapi jika
tidak terjadi jabat tangan, cukup wanita dengan
menganggukkan kepala sedikit.
Berjabat tangan merupakan cara yang santun bagi
orang Indonesia pada umumnya, tetapi orang Eropa
dan negara lainnya lebih senang berpelukan mesra.
Jika seorang Pramuwisata tidak langsung berjabat
tangan dengan tamunya pada perjumpaan pertama
di bandara, pelabuhan, hotel atau di mana saja,
biasanya orang Eropa senang merangkul. Untuk
menghindari hal tersebut, seorang Pramuwisata
dengan tegas langsung berjabat tangan dengan
mengatur jarak jangan mendekat, jangan
membuang wajah berdekatan muka dengan tamu
apalagi berlawanan jenis, itu berarti tanda kode
untuk saling merangkul gaya Eropa dan sekitarnya.
Kadang-kadang Pramuwisata yang menyambut
tamu lawan jenisnya, sengaja tidak mengulurkan
tangannya untuk berjabat tangan tetapi menunggu
dipeluk. Berpelukan dengan tamu kadang-kadang
menciptakan kemesraan awal, tetapi hati-hati pula
jika tamunya mengidap penyakit menular termasuk
virus aids yang mematikan dan banyak lagi penyakit
lain yang rawan terhadap daya tahan tubuh seorang
Pramuwisata.
Ketika buku ini ditulis, dunia sedang dilanda
ancaman virus corona dikenal dengan istilah
Covid-19 karena terjadi penularan pertama di China
pada akhir tahun 2019 yang mematikan. Sehingga
berjabat tangan dan rangkulan peluk dihindari
karena dengan muda terjangkit atau menjangkitkan
virus corona dari dan kepada orang lain. Cukup

40 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


dengan menganggukkan kepala dan tunduk sedikit
dengan jarak agak jauh minimal 1,5 meter jaraknya,
mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak
sebagai penerapan Protokol Kesehatan bagi semua
orang tanpa kecuali, tanpa memandang bulu.

3. PERPADUAN PROTOKOL DAN ETIKET BAGI


PRAMUWISATA
Seorang Pramuwisata harus mampu memulai
kariernya menuju profesionalisme Pramuwisata dengan
memadukan dua fungsi yaitu Protokol dan Etiket
pergaulan hidup.
Contoh pada saat mempersiapkan tamu dan memasuki
suatu upacara dukacita secara adat di Tana Toraja:
Baik wisatawan individual maupun wisatawan
rombongan, sebaiknya sehari sebelum berkunjung
ke suatu upacara dukacita diberikan semacam brifing
persiapan. Disampaikan bahwa besok kalau tidak ada
halangan, kita akan berkunjung ke sebuah upacara
dukacita Tana Toraja yang pasti menarik bagi anda.
Berbicaralah secara pelan tetapi suara nyaring
supaya semua peserta mendengarkan isi brifing
dan mematuhinya demi kepentingan/kenyamanan
wisatawan dan kenyamanan keluarga yang berduka.
Untuk itu perlu saya sampaikan beberapa hal menuju
dan di lokasi upacara sebagai berikut:
• Kita bukanlah keluarga inti maupun rumpun
keluarga tetapi akan hadir di tengah-tengah
mereka yang sedang menghormati jenazah dalam
tatanan budaya Toraja. Sebagai penghormatan
adat kebiasaan Toraja, kita harus patung-patungan
membeli dan membawa sesuatu untuk keluarga di
arena upacara.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 41


- Kalau wisatawan individu hanya beberapa orang
saja antara 1 s/d 10 orang cukup membawa rokok
minimal 1 – 2 pak berisi 10 atau 12 bungkus/
pak, bisa dibeli di toko tidak jauh dari sini.
- Kalau wisatawan rombongan sekitar 10-an orang
ke atas paling baik membeli seekor babi dipikul
masuk arena upacara, bisa dibeli di pasar tidak
jauh dari sini, disumbangkan ke keluarga yang
berduka, bisa diambil foto/videonya sebagai
ole-ole pulang ke negara asal.
- Dengan membawa sesuatu berarti kita
menghargai budaya mereka dan kitapun layak
diterima dan ditempatkan di suatu tempat yang
layak jika memungkinkan.
• Berhubung jarak dari jalan mobil ke lokasi upacara,
kita harus berjalan kaki sekitar 1 km naik dan turun
bukit, dianjurkan memakai sepatu atau sendal yang
tahan terhadap lumpur dan licin melewati tanah
liat.
• Saat ini musim hujan, perlu diantisipasi sebaiknya
memakai jas hujan/mantel/payung/topi supaya
kita nyaman dan aman menikmati upacara yang
memakan waktu tetapi menarik.
• Demi menyesuaikan diri dan menghormati
kebiasaan adat mereka, kita harus memakai pakaian
hitam, minimal gelap bukan berwarna tajam seperti
merah/putih/warna tajam lainnya. Bagi wanita
supaya memakai pakaian yang agak tertutup,
payudara terlindung tidak menjadi tontonan
orang banyak, baik pria maupun wanita sebaiknya
memakai celana yang tidak terlalu pendek terbuka,
tetapi agak tertutup agar tidak menjadi tontonan
orang banyak jika anda duduk dan kelihatan hal-
hal yang tidak perlu dipamer.

42 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


• Ketika memasuki arena upacara dan tidak
memungkinkan kita mendapat tempat yang standar
karena banyak orang, janganlah berdiri menghalangi
orang banyak. Carilah tempat di sela-sela orang
banyak untuk bisa melihat, jangan berdiri di depan
lumbung padi karena menghalangi orang-orang
penting yang duduk di lumbung padi. Lumbung
padi adalah tempat khusus orang tertentu dalam
tatanan adat dan budaya Toraja.
• Hati-hatilah menjaga diri masing-masing pada
saat pemotongan kerbau secara massal atau ketika
menonton adu kerbau karena sering kerbaunya lari
membabi buta menabrak orang.
• Ketika ada prosesi rombongan keluarga memasuki
arena upacara, jangan memotong barisan mereka.
• Nikmatilah semua proses jalannya upacara,
ambillah gambar atau foto/memotret semaksimal
mungkin karena kita sudah diterima secara adat
setelah menyerahkan hewan atau barang bawaan
kita kepada keluarga.
• Jangan ribut menambah kebisingan suasana arena
upacara yang mengganggu jalannya upacara.
• Jika ada hal yang perlu ditanyakan, datanglah
kepada Pramuwisata untuk mendapatkan
penjelasan, bisa juga diingat pertanyaannya dan
ditanyakan sesudah meninggalkan arena upacara,
apakah dalam perjalanan atau di hotel saat santai.
• Pramuwisata akan berada di suatu titik, jika semua
peserta sudah merasa puas atau sudah dipanggil
Pramuwisatanya, maka anda berkumpul di tempat
Pramuwisata untuk bergegas kembali ke mobil,
hafallah warna baju dan wajah saya di mana saya
akan menunggu dan mengamati anda.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 43


Dengan memadukan protokol dan etiket maka
seorang Pramuwisata akan sukses dalam menangani
wisatawan individual dan rombongan ketika menghadiri
suatu upacara duka menurut kebiasaan adat Toraja. Banyak
contoh yang bisa dikemukakan tetapi dengan contoh yang
ada sudah bisa menjadi bayangan untuk dikembangkan.

44 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


BAB VI
KOMUNIKASI DAN PUBLIC SPEAKING

1. KOMUNIKASI
Komunikasi dan public speaking sangat penting
diketahui dan dipraktikkan seorang Pramuwisata yang
ingin sukses dalam menangani wisatawan. Kadang-
kadang terjadi hal-hal yang tidak nyambung ketika
melakukan komunikasi dengan wisatawan, masyarakat
umum akan menertawakan seorang Pramuwisata
jika terjadi mis-komunikasi antara Pramuwisata
dengan tamunya dan dengan masyarakat umum di
sekelilingnya.
Suatu komunikasi dianggap baik apabila yang
disampaikan oleh pengirim pesan dapat diterima oleh
penerima pesan secara jelas, sempurna dan dipahami
sebagaimana adanya isi/bunyi pesan tersebut. Suatu
komunikasi disebut efektif apabila penerima pesan
melaksanakan/melakukan apa yang disampaikan
oleh pengirim. Suatu komunikasi yang baik belum
tentu efektif, sementara komunikasi yang efektif pasti
merupakan komunikasi yang baik.
Untuk melakukan komunikasi yang baik, relatif
gampang, asalkan kedua belah pihak siaga. Bersedia
melakukan prinsip-prinsip komunikasi antar manusia,
dan tidak mengalami gangguan pendengaran, serta
tidak ada suara lain yang mengganggu. Untuk

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 45


menciptakan komunikasi yang efektif bukanlah suatu
hal yang mudah, karena menyangkut kredibilitas si
pengirim pesan, kepemimpinan, sikap dan motivasi
pengirim maupun penerima terhadap isi pesan yang
ditangkapnya.
Pengaruh atau efek, dampak, akibat, konsekuen,
hasil, sering digunakan silih berganti. Inilah faktor
yang paling didambakan oleh setiap usaha komunikasi.
Seluruh kegiatan komunikatif selalu diarahkan kepada
pencapaian/perolehan pengaruh sesuai antisipasi
sumber.
Apa sesungguhnya “pengaruh” itu? Secara
sederhana dapat kita rumuskan bahwa pengaruh adalah:
perubahan pada tingkah laku penerima pesan yang
terjadi sebagai akibat dari penyerapan suatu informasi.
Seseorang yang mengeluarkan suara “tolong!” akan
menyebabkan ada reaksi pendengar. Kalau pengirim
pesan tidak berteriak keras, tetapi santai saja dan
hanya mengatakan dengan lembut “tolong!”, maka
seseorang yang mendengarkan belum tentu melakukan
suatu reaksi. Tetapi kalau pengirim pesan yang jatuh
ke dalam sumur lalu berteriak sekuat tenaga “to . . . .
long!”, seseorang yang mendengar suara itu pasti kaget
dan mencari sumber suara dari mana datangnya.
Demikian juga seorang Pramuwisata harus
mampu menarik perhatian tamunya. Sering-sering
bersuara lembut, sering-sering pula bersuara keras/
nyaring, tergantung situasi dan kondisi di lapangan.
Kalau bising dengan kendaraan di sekelilingnya, maka
suara harus diperkeras, apalagi kalau menangani
wisatawan rombongan. Kalau suara kecil, sering tamu
membuka telapak tangannya terbentang di dekat telinga
untuk mendengar suara kecil itu. Tetapi sebaliknya di

46 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


saat sepi tidak ada gangguan suara lain, perlahanlah
mengeluarkan suara, jangan terlalu keras tetapi jelas.
Kalau sepi tanpa gangguan suara lain, baru berteriak
memberikan informasi, tamunya akan menutup
telinganya dan berkata “bising!”.
Menyampaikan sebuah informasi kepada
wisatawan, terlebih dahulu harus disusun sedemikian
rupa sehingga menarik perhatian mereka. Pertama
menetapkan suatu “judul yang menarik”, dari judul
itu, pendengarnya akan membuka mata dan telinga
dengan konsentrasi penuh. Kemudian susunan
informasi secara sistematis dengan memilih kata-kata
yang tepat disesuaikan kepada siapa Pramuwisata
berbicara (petani, mahasiswa, akademisi, ibu-ibu,
campuran dll). Panjang dan pendeknya suatu informasi
tergantung situasi dan kondisi. Kalau terlihat sudah ada
yang bosan, informasi/cerita diperpendek, kalau masih
banyak yang perhatikan, lanjutkan informasi. Kadang-
kadang ada di antara mereka yang kelihatannya diam,
tutup mata. Jangan salah duga, sering hal itu terjadi
karena tutup mata dan diam, justru memusatkan
pendengarannya kepada Pramuwisata.
Salah satu resep untuk membangkitkan perhatian
agar tercipta efektivitas komunikasi adalah adanya
“AA (Attention to Action) procedure”. Artinya
membangkitkan perhatian (Attention) untuk selanjutnya
menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan
kegiatan (Action).
Selain prosedur di atas, dikenal pula istilah klasik
yaitu AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, Action).
Hal ini dimaksudkan, informasi itu dimulai dengan
membangkitkan perhatian (Attention) dengan judul yang
menarik dan suara yang meyakinkan, menumbuhkan

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 47


ketertarikan (Interest) dan biasanya wisatawan
tersenyum atau tertawa dan ada yang bertepuk tangan
dengan judul itu, sehingga pendengarnya memiliki
hasrat (Desire) karena merasa rugi kalau ketinggalan
informasi menarik, kemudian menerima/setuju dengan
apa yang dijelaskan (Decision), akhirnya mengambil
langkah atau tindakan seiring dengan informasi (Action)
karena setuju. Namun tentu ada juga yang melawan,
tidak setuju dan di situlah seorang Pramuwisata harus
mencari solusi sampai puas dengan informasi tambahan
yang bisa meredahkan perlawanan tamunya.
a. Canalizing
Mengusahakan agar pendengar pada tahap awal
dapat menerima dengan baik terhadap pesan yang
disampaikan, kemudian secara perlahan merubah
pemikiran dan sikap pendengar ke arah yang kita
kehendaki. Dengan kata lain, pemberi informasi
menyediakan saluran-saluran tertentu untuk
menguasai motif-motif yang ada pada penerima
informasi. Jadi metode canalizing memulai
komunikasinya di mana pendengar itu berada,
kemudian diubah sedikit demi sedikit ke arah
tujuan komunikator atau diarahkan ke pembicara.
Misalnya, objek wisata ini saya mulai kunjungi
bersama wisatawan sekitar 30 tahun yang lalu,
dengan demikian wisatawan memahami bahwa
Pramuwisata yang mengantarnya sudah senior
dan sudah mengantar wisatawan sekitar 30 tahun
lalu ke tempat ini, sehingga informasinya patut
didengarkan dan dipercaya sepenuhnya.
b. Informatif
Suatu bentuk isi pesan yang bertujuan mempengaruhi
khalayak dengan jalan (metode) memberikan
penerangan kepada pendengarnya. Penerangan

48 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, tidak
ditambah-tambah atau dikurangi. Penerangan itu
berdasarkan fakta-fakta atau data-data yang benar.
Misalnya, jika kita berada di suatu objek wisata
dan ada sesuatu hal yang aneh, segeralah bertanya
kepada Pramuwisata yang mengantarnya, jangan
bertanya kepada Pramuwisata lain atau orang
lain yang tidak dikenal karena sering seseorang
memberikan informasi salah untuk memojokkan
Pramuwisatanya.
c. Persuasif
Suatu cara untuk berusaha mempengaruhi,
membujuk untuk mengubah perasaan penerima
informasi, dengan tidak terlalu banyak bersifat kritis,
dengan harapan pendengarnya terpengaruh secara
tidak sadar. Dengan persuasif, komunikator terlebih
dahulu menciptakan situasi yang menyebabkan
penerima informasi mudah kena sugesti. Perlu
diketahui bahwa, situasi mudah kena sugesti
ditentukan oleh kecakapan untuk mengsugesti/
menyarankan sesuatu kepada komunikan. Mereka
itu sendiri diliputi keadaan mudah menerima
sugesti. Misalnya, ketika akan melintasi dengan
jalan kaki sebuah hutan lebat, terlebih dahulu
diberikan edukasi bahwa, dalam hutan ini biasa
ada ular, monyet dan tumbuhan beracun. Jangan
sembarang mengusir binatang itu dan hindari
bersentuhan tumbuhan karena ada yang berbisa.
Dengan sendirinya wisatawan akan setia setelah
mendapat pendidikan singkat berupa informasi
dari Pramuwisatanya.
d. Edukatif
Untuk mempengaruhi penerima informasi yang
bersifat mendidik. Metode ini dapat diwujudkan

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 49


dalam bentuk pesan yang berisi: pendapat-pendapat,
fakta-fakta dan pengalaman. Edukasi berarti
memberikan suatu idea kepada penerima informasi
tentang apa yang sesungguhnya terjadi berdasarkan
fakta dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Setelah penerima informasi dapat
mengerti, maka dengan sendirinya akan setia
dan mengarahkan perhatiannya kepada pemberi
informasi. Misalnya, bagaimana memberikan
informasi kepada wisatawan agar menghindar
menjauhi lokasi jika ada kerbau lepas pada saat adu
kerbau dan kerbau lari pontang panting menabrak
apa saja di depannya.
e. Kursif
Untuk mempengaruhi penerima informasi dengan
menyampaikan gagasan-gagasan, sedikit memaksa.
Dalam hal ini penerima informasi dipaksa, tanpa
perlu berpikir lebih leluasa dan waktu banyak
lagi. Dengan demikian penerima informasi akan
menerima gagasan-gagasan atau idea-idea yang
dilontarkan. Sebab itu, dari komunikasi semacam
ini mengandung paksaan-paksaan pendapat yang
harus diterima penerima informasi. Ini sering
terjadi pada saat seorang pramuwisata bersama
wisatawan terjebak pada suatu persoalan yang
susah diselesaikan. Misalnya dalam perjalanan
wisata terjadi hal-hal darurat tanah longsor,
wisatawan meninggal dunia dan lain-lain. Ada saja
instruksi Pramuwisata berdasarkan pengalamannya
yang harus bisa diterima oleh wisatawan yang
ditanganinya demi kebaikan bersama.

50 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


2. PUBLIC SPEAKING
Public Speaking harus dipelajari, dihayati dan
dipraktikkan seorang Pramuwisata. Banyak pemberi
informasi sering tidak karuan dalam pemberian
informasi karena tidak mengetahui seluk beluk cara
berbicara di muka umum, pintar menyanyi dan
berbicara tetapi terbatas hanya di kamar mandi saja,
bukan di muka umum.
Sistematika Naskah Pidato, pada dasarnya terdiri
dari Pendahuluan, Inti Materi, Kesimpulan.
a. Pendahuluan
Berisi penjelasan singkat dan latar belakang
tentang tujuan substansi yang dipidatokan,
supaya tercipta bayangan dan alur berpikir untuk
pendengar (audience). Bagian ini jangan terlalu
panjang dan bertele-tele, singkat tetapi membuat
orang penasaran, dan menunggu apa yang akan
dipidatokan.
b. Inti Materi Pidato
Berisi argumentasi yang mengacu kepada topik
pidato yang telah dipilihnya dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan. Sangat penting
diperhatikan bahwa, ketika masuk dalam inti,
sering keenakan yang berpidato itu keluar dari inti
pidato dan keenakan mengemukakan idea-idea
baru di luar topik pidato dan lupa kembali ke inti.
Hal ini biasanya membingungkan para pendengar.
Ada yang memegang teguh variasi saja karena lebih
muda ditangkapnya, ada yang memegang teguh inti
saja karena berpegang pada pendahuluan, tetapi
ada juga yang memegang teguh keduanya (inti dan
variasi).

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 51


c. Kesimpulan
Berisi inti sari dari keseluruhan materi yang
dipidatokan. Ini sangat penting, karena ketika
seseorang berpidato, ada saja pengalihan berpikir
di luar subjek yang dipidatokan sebagai variasi
pidato. Justru variasi itu ada hubungannya dengan
pendengar tertentu, sehingga variasi itu lebih
dominan diingat dari pada inti pidato. Sehingga
perlu dikembalikan ke inti pidato pada saat
menyampaikan kesimpulan pidato di akhir pidato.
Dengan catatan bahwa kesimpulan lebih pendek
dan mudah diingat itu lebih baik. Jangan lagi
panjang dengan penjelasan, sehingga pendengar
tidak bisa mengingat kesimpulan karena diuraikan
lagi panjang lebar.
Misalnya: Mari kita bersatu padu membangun
desa wisata “A” secara sukarela dulu. Kelak akan
membawa dampak positif bagi perekonomian rakyat
di sekitarnya. Ketika pengunjung akan banyak ke
situ tentu membeli jualan masyarakat setempat dan
dibawa pulang sebagai ole-ole. Jangan lagi dijelaskan
panjang lebar.
Teknik Mengikat Pendengar (Audience) melalui
Pidato, hal ini biasanya berdasarkan bakat dan talenta
setiap orang karena ada orang susah berpidato apalagi
kalau ditunjuk secara tiba-tiba berbicara di muka umum,
tidak semua orang bisa atau mampu melakukannya.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam
berpidato yang menarik:
a. Perhatian
Mulailah dengan mimik yang manis, paras muka
yang santai, menatap secara merata semua orang
dengan sedikit senyum yang merata pula. Berbicara

52 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


simpatik, tidak membuat suatu kesan yang galak
atau sombong, tidak memandang ke atas. Itulah
impresi pertama yang membuat orang akan terdiam
dan menatap si pembicara. Waktunya singkat saja,
jangan berlama-lama.
b. Tertarik
Setelah pendengar nampak menaruh perhatian,
pembicara harus berusaha memikat pendengarnya.
Misalnya: mengemukakan suatu harapan atau
gagasan yang ditunggu pendengar.
c. Keinginan
Setelah pendengar mulai tertarik dengan isi
pidato, upayakan membangkitkan suasana
segar. Agar perasaan pendengar ingin memiliki
isi pidato. Misalnya: berbicara dengan penuh
kesungguhan untuk meyakinkan pendengar.
Biasanya menggunakan kata-kata mutiara, motto
dan sebagainya yang populer masa kini. Semakin
mudah kata-katanya dimengerti, semakin baik.
Kalau menyampaikan kata-kata susah dimengerti
pendengarnya, seperti kata-kata sastra tinggi atau
memilih kata-kata seperti memberikan kuliah,
membuat orang harus buka kamus. Akhirnya bosan
mendengarkan dan terjadilah diskusi-diskusi kecil
berpaling ke arah teman, bukan ke arah yang sedang
berpidato.
d. Keputusan
Kalau suasana ingin memiliki materi pidato dapat
diwujudkan di benak pendengar, biasanya ada
orang tidak sadar mengangguk-angguk sambil
tertawa. Seterusnya doronglah supaya pendengar
memutuskan untuk membenarkan materi pidato,
kalau perlu memberi jempol secara sadar. Misalnya:

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 53


melalui kalimat-kalimat yang dapat membakar
emosi pendengar.
e. Aksi
Kalau sudah terwujud terhadap keputusan dari
pendengar atas kebenaran pesan yang disampaikan,
berarti telah mau mengikuti pesan tersebut.
Dengan sendirinya pendengar akan berpartisipasi
melaksanakan pesan yang telah disampaikan.
Misalnya: melalui kalimat ajakan atau pernyataan
yang diaminkan secara positif oleh pendengar.
Yang dijaga dalam suatu pidato, pertama adalah
suara yang nyaring, bukan terlalu keras membuat
pendengar terpaksa tutup telinga. Tetapi tidak juga
suara yang terlalu kecil, membuat pendengar tidak
bisa menangkap dan mengikuti isi pidato secara
jelas apa yang dipidatokan. Jangan juga terlalu cepat
berbicara atau terlalu lamban, melainkan santailah
supaya apa yang keluar dari mulut dihayati bukan
seperti memutar kaset. Bervariasilah, berselang
seling sering nyaring/agak keras diselingi suara
kecil sesuai dengan penekanan dalam pidato secara
berirama. Usahakan jangan banyak menyimpang
dari isi pidato, tetapi pegang teguhlah secara
berantai isi pidato secara terurai, jangan ke mana-
mana nanti lupa kembali ke pokok pidato. Perlu
diperhatikan jangan sampai terperangkap oleh
suasana klimaks, di mana sebenarnya pidato belum
berakhir tetapi karena tepukan tangan pendengar,
maka nilai klimaksnya hilang. Sedapat mungkin
pidato diakhiri pada saat klimaks (memuncaknya)
perhatian pendengar. Biasanya orang mengatakan:
“Masih mau dengar, sudah habis !”, itulah pidato
yang baik. Tetapi kalau orang bilang: “Panjangnya,

54 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


apa yang dia bilang !”, aduh inilah pidato yang tidak
berbobot, panjang berbelit, tidak karuan lagi.

Effective Speaking
Ada pendapat mengatakan bahwa, kita bisa membaca
dan menduga alur pemikiran seseorang dengan mendengar
orang tersebut berbicara di muka umum. Cara seseorang
berbicara, mencerminkan struktur berpikirnya. Ada orang
yang mampu mengemukakan ide-idenya dengan jelas,
komunikatif dan efektif, tetapi dilain pihak banyak orang
tidak memiliki keterampilan dalam hal mengemukakan
ide-idenya. Ada orang yang lancang berbicara tanpa kontrol
dan kadang-kadang lupa apa yang telah diucapkan. Ada
juga orang yang lamban berbicara dan hati-hati, jangan
sampai ada yang salah ucap yang susah dipertanggung
jawabkan.
Berbicara tentang “Effective Speaking”, sebenarnya
mencakup scope yang luas dalam hal: berpidato,
memberikan presentasi, promosi dalam bentuk iklan,
percakapan sehari-hari.
Effective Speaking untuk percakapan sehari-
hari merupakan hal yang sangat penting dikuasai.
Berkomunikasi bersifat dua arah, yang berbicara selaku
pihak pertama, yang mendengar sebagai pihak kedua.
Agar komunikasi atau pembicaraan itu lancar, menarik,
effective dan komunikatif, maka perlu mengetahui beberapa
hal dasar:
1. Tahu pokok pembicaraan dengan menguasai materi.
2. Kenali siapa lawan bicara kita.
3. Kenali pokok pembicaraan yang lebih diminati oleh
lawan bicara.
4. Jadilah pendengar yang baik.
5. Selami pikiran dan perasaan lawan bicara.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 55


6. Terampil mengajukan pertanyaan.
7. Mampu memberi umpan balik.
8. Jangan mengkritik pendapat lawan bicara.
9. Selalu berpandangan positif.
10. Latih diri untuk membiasakan humor yang tidak kaku.
11. Jangan memonopoli pembicaraan.
12. Jangan memotong pembicaraan orang lain.
13. Senyum.
14. Selalu menyebut nama dari lawan bicara.
15. Tunjukkan antusiasme dalam berbicara.
16. Tunjukkan sikap bersahabat.
17. Jangan menggurui lawan bicara.
Jika anda melakukan semua unsur tersebut di atas,
maka anda bukan saja seorang komunikator yang baik
dan efektif, tetapi lebih dari itu anda akan dikenal sebagai
seorang yang memiliki kepribadian yang baik dan patut
diteladani.
Faktor-faktor penghambat untuk mencapai sasaran
hidup seseorang adalah:
1. Ketidak disiplinan hidup sehari-hari, termasuk tidak
tepat waktu dan membuang-buang waktu.
2. Lambat tidur di waktu malam dan lambat bangun di
waktu siang,
3. Tidak punya gairah hidup, malas dan selalu merasa
loyo,
4. Hidup hanya ikut arus jaman apa adanya, tidak bisa
menciptakan sesuatu yang baru,
5. Tidak punya wawasan berpikir/bermasa bodoh,
6. Kekanak-kanakan,
7. Merasa banyak tahu sehingga tidak ada dorongan
mengetahui lebih banyak,
8. Tidak suka menghadapi tantangan,

56 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


9. Tidak punya antusiasme,
10. Tidak memiliki rasa percaya diri, selalu merasa rendah
diri (minder) bukan rendah hati,
11. Selalu bersikap negatif dan tidak percaya orang lain,
12. Tidak konsisten dalam segala sesuatu.
Komunikasi untuk Presentasi
Komunikasi untuk presentasi adalah suatu cara
berkomunikasi untuk menginformasikan, mempromosikan
dan menjual sesuatu produk, sehingga pendengar akan
mengambil tindakan.
Berkomunikasi melalui presentasi, dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, tergantung pada apa tujuan yang
akan dicapai.
Berkomunikasi untuk memberi informasi, dapat
dilakukan melalui formula dan langkah-langkah berikut
ini:
1. Pengirim Informasi harus memiliki:
- Bahasa yang mudah dimengerti,
- Harus memusatkan perhatian dan konsentrasi
menatap pendengarnya,
- Enak susunan kata dan kalimatnya,
- Diselingi dengan ilustrasi terkait,
- Persempit alur berpikir/tidak meluas kiri kanan,
- Terangkan langkah-langkanya sekali lagi.
2. Penerima Informasi harus memiliki pula:
- Latihan mendengar presentasi,
- Ikuti penjelasannya, jangan ke mana-mana
berpikir lain,
- Harus terkonsentrasi,
- Ambil kesimpulan secara diam-diam,
- Tidak cepat menilai negatif/menghakimi.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 57


Gunakan bukti sebagai pendukung yang dapat
menguatkan suatu presentasi:
- Demonstrasikan sesuatu,
- Ceritakan sesuatu yang khusus/spesifik sebagai
pendukung, apakah pengalaman, kejadian dan lain-
lain,
- Gunakan statistik/figure jika perlu dan memungkinkan,
- Selingi dengan humor yang menarik dan ada kaitannya
dengan judul presentasi,
- Kemukakan kesaksian dari orang lain, jangan
mengambil lebih banyak contoh dari diri anda.

58 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


BAB VII
PROSEDUR TRANSFER IN, CITY TOUR,
TRANSFER OUT

1. TRANSFER IN DARI BANDARA KE HOTEL


• Meeting Service Procedure
Setiap menjalankan tugas pemanduan wisata,
pakailah tanda pengenal Pramuwisata (Guide
License Badge) sebagai tanda kelegalan menangani
wisatawan, karena wisatawan akan melihat dan
yakin bahwa Pramuwisata yang menangani adalah
Pramuwisata Legal.
Sebelum wisatawan yang akan ditangani tiba
di bandara, sudah ada data ketibaan (nomor
penerbangan, waktu tiba dan dari mana) yang
tercantum dalam Guide Order dari Biro Perjalanan
Wisata yang menugasi. Datanglah di area ketibaan
tepat waktu dan mengecek jadwal pesawat yang
ditunggu di layar data ketibaan. Ini penting
untuk mengetahui jika terjadi kelambatan (delay)
pesawat tiba. Jangan setibanya di area ketibaan,
sibuk menelepon atau terpaku dengan game di
HP. Akhirnya tidak tahu informasi perubahan
jadwal ketibaan pesawat yang ditunggu. Untuk
mencari tamu, terutama wisatawan individual atau
rombongan, gunakanlah Sign Board di mana tertulis
nama tamu atau nama rombongan yang ditunggu,
nomor penerbangan dan jadwal ketibaan, serta
nama Biro Perjalanan Wisata yang mengirim tamu.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 59


Ini sangat penting, siapa tahu ada nama yang mirip
atau sama, tetapi jika lengkap data, lebih mudah
menemukan tamu secara benar. Senyumlah dan
mengucapkan selamat datang, lalu membantunya
dalam memindahkan barang, rekonfirmasi tiket
penerbangan dan urusan imigrasi jika dibutuhkan
serta urusan lain demi kelancaran berangkat menuju
hotel. Hal yang sangat penting dilakukan pada saat
sudah bertemu dengan tamu yang dijemput adalah
menanyakan “tour voucher” dari Biro Perjalanan
Wisata yang mengirim tamu. Dalam tour voucher
tersebut akan tercantum apa-apa yang termasuk
dalam penanganan seperti mobil yang digunakan
pakai AC atau tidak; guide bahasa apa; hotel dan
makanan yang termasuk; biasanya juga ada catatan
khusus misalnya tamu vegetarian tidak makan
daging, tamu berbulan madu, tamu yang mengidap
penyakit tertentu, dan lain-lain. Hotel dan mobil
sudah disiapkan oleh Biro Perjalanan wisata sesuai
yang tercantum dalam program tour/tour itinerary.
Panggillah mobil setelah tamu (wisatawan) berada
di area tunggu kendaraan, jangan sebelumnya
karena tidak bisa lama mobil diparkir di tempat
penjemputan.
• Perjalanan dari Bandara ke Hotel
Setelah naik di mobil, perkenalkan nama sopir
(driver) lalu perkenalkan nama sebagai Pramuwisata
yang bertugas. Dengan sendirinya wisatawan akan
memperkenalkan namanya juga. Hafallah namanya
baik-baik karena tamu itu senang kalau langsung
mengenal dan menyebut namanya pada pertemuan
selanjutnya. Demikian juga mereka akan menghafal
nama guide dan sopirnya. Serahkanlah Program
Tour (Tour Itinerary) dan peta kepada wisatawan

60 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


dan menjelaskannya, sambil mobil bergerak.
Jelaskan jarak dari Bandara ke hotel dengan estimasi
waktu tempuhnya, hal-hal yang menarik dalam
perjalanan sampai di hotel. Ingatkan sopir pada saat
menjelaskan misalnya gedung penting yang dilalui,
kampus-kampus, pelabuhan dan lain-lain agar
bergerak lambat saat memberikan informasi. Yang
dijelaskan saat transfer in, hanyalah sekitar apa yang
dilalui dan kaitannya. Kecuali jika ada pertanyaan
dari tamu, harus dijawab. Jangan katakan belum
waktunya diceritakan sekarang, sehingga garis
besarnya saja yang diceritakan. Jangan terjadi
banyak hal penting yang dilalui dari Bandara ke
hotel tetapi sudah asik menjelaskan City Tour atau
Daerah/Destinasi Wisata yang akan dikunjungi.
Dengan demikian informasi daya tarik yang dilalui
tidak sempat dijelaskan dan tamu tidak punya
kesan.
Setibanya di hotel, tugas utama adalah Check
In Procedure: pertama-tama, Pramuwisata harus
mendampingi tamu saat berada di Desk Reception dan
menanyakan reservasi yang sudah dilakukan Biro
Perjalanan Wisata yang menugasi, nama tamu. Jika ada
“voucher khusus hotel” supaya diserahkan saat itu ke
reception sebagai dasar untuk check in. Setelah prosedur
check in selesai, Pramuwisata menyampaikan kepada
Hotel Reception jika perlu tamu dibangunkan keesokan
harinya, jam berapa morning call supaya tamu bisa bangun
tepat waktu. Pramuwisata juga memberikan informasi
kepada tamu jika ada hal-hal penting dilakukan tamu
seperti mempersiapkan payung/jas hujan jika cuaca
akan hujan, sesuatu jika akan melalui jalan basah dan
atau berlumpur/becek. Jangan lupa mengingatkan
tamu siapa tahu ada barang yang ketinggalan di mobil,

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 61


sopir harus memeriksa mobil sebelum meninggalkan
hotel. Dengan demikian, tamu bisa mempersiapkan
segala sesuatunya sehubungan dengan city tour yang
akan berlangsung keesokan harinya.

2. CITY TOUR
Program city tour biasanya sudah tercantum
dalam program tour dari Biro Perjalanan Wisata yang
menugasi, sisa disesuaikan di lapangan. Kecepatan
mobil harus pelan-pelan sesuai kebutuhan karena
Pramuwisata menjelaskan sambil mobil bergerak.
Biasanya menjelaskan dulu secara detail kota tersebut,
kemudian disusul bagian-bagian kecilnya. Pada saat
tiba di daya tarik wisata, tamu dan guide berkunjung
ke objek wisata. Informasikan bahwa waktu yang kita
gunakan di objek tersebut paling lama sekian menit.
Pramuwisata turun terlebih dahulu membuka pintu
mobil disusul tamunya turun menuju objek wisata.
Sesudah mengunjungi objek wisata, kembali ke
mobil, Pramuwisata harus lebih dahulu bergerak dan
membuka pintu mobil. Demikian selanjutnya sampai
City Tour selesai.
Apakah sesudah city tour, tamunya langsung ke
Bandara atau kembali masuk hotel, tergantung program
tournya.

3. TRANSFER OUT DARI HOTEL KE BANDARA


• Meeting Service Procedure di Hotel
Hal ini dilakukan jika ternyata sesudah city tour
kembali lagi ke hotel dan transfer out keesokan
harinya. Pramuwisata harus tepat waktu dan sudah
berada di hotel sebelum jam berangkat ke Bandara,
memperhatikan tamunya kalau sudah datang

62 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


di lobby. Segera didekati dan menyapa dengan
penuh senyum, lalu membantu tamu check out di
Reception Desk, menyerahkan kunci dan jangan lupa
mengingatkan siapa tahu ada barang yang kelupaan
di kamar. Diingatkan pula untuk memisahkan
barang-barang bawaan di cabin pesawat dan barang
yang akan dibagasikan supaya tidak tercampur.
Tiket pesawat atau data secara elektronik diingatkan
supaya memperlancar check in procedure. Hitunglah
tamu baik-baik sebelum berangkat, siapa tahu masih
ada yang di kamar hotel atau di toilet lobby hotel.
Hal ini penting terutama wisatawan dalam bentuk
group.
• Perjalanan dari Hotel ke Bandara
Dalam perjalanan dari hotel ke Bandara dengan
jalur yang sama waktu transfer in, tidak perlu lagi
mengulangi penjelasan yang sudah dijelaskan saat
transfer in, tetapi langsung ke Bandara. Bantulah
semaksimal mungkin mengantar barang tamu
sampai ke tempat masuk penumpang dan buatlah
kesan terakhir penuh senyum agar tamu terkesan
mau datang kembali atau memberikan rekomendasi
kepada teman-temannya untuk datang berkunjung
ke tempat yang sudah dikunjunginya dan meminta
(request) guide dan sopir yang sama. Biasanya tip
diberikan ketika perpisahan di Bandara, namun
jangan kecewa jika tidak ada tip, tidak mutlak tamu
memberikan tip tergantung situasi dan kondisi. Bisa
terjadi karena ada pengeluhan (komplain) selama
penanganan wisatawan atau sudah termasuk
dalam harga paket wisata yang dibeli, sehingga
Pramuwisata tidak dapat tip.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 63


4. WAKTU ISTIRAHAT/REST ROOM STOP DALAM
PERJALANAN
Istirahat/rest room stop dalam suatu perjalanan
wisata sangat penting demi kesegaran jiwa dan
kesehatan jasmani. Biasanya wisatawan menanyakan di
mana bisa ke toilet, sehingga semuanya itu diantisipasi.
• Pada saat City Tour
Ketika berada di lokasi objek wisata, tanyakanlah
apakah ada toilet disitu. Jika ada, tawarkanlah
kepada tamu yang diantarnya jikalau ingin ke toilet.
• Overland ke Daerah/Destinasi Wisata
Jika overland ke suatu daerah/destinasi wisata
jarak jauh, waktu istirahat disarankan paling ideal
kurang lebih setiap 2 (dua) jam. Sopir harus mencari
tempat aman, apakah di tempat terbuka sambil
tamu menikmati alam dan mengambil foto, apakah
di warung supaya sopir bisa minum dan tamu ke
toilet. Tempat paling aman singgah ke toilet adalah
Masjid di mana tersedia toilet umum yang terkesan
bersih.
• Pengambilan Foto dalam Perjalanan
Ada tempat-tempat tertentu yang secara umum
disinggahi wisatawan untuk memotret. Sopir-
sopir dan Pramuwisata yang berpengalaman
sudah mengetahui tempat-tempat tersebut. Bagi
Pramuwisata yang baru, biasanya belajar sama
sopir di mana tempat singgah tetap bagi wisatawan.
Namun demikian, kadang-kadang wisatawan
melihat hal-hal lain di luar tempat yang biasa
disinggahi, layanilah itu dan berhenti sesuai selera
khusus atas permintaan wisatawan. Jangan pernah
mengatakan: “Di sana baru berhenti, bukan di
sini”. Layanilah wisatawan sesuai seleranya sambil

64 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


memperhitungkan waktu supaya tidak terlambat
tiba di tujuan karena keenakan melayani semua
permintaan wisatawan. Untuk menolak melayani
singgah terlalu banyak, berikanlah pengertian
bahwa, jika terlambat tiba di hotel ada hal-hal
tertentu yang tidak bisa kita nikmati, misalnya ada
pertunjukan tarian di hotel atau di tempat lain,
jangan sampai kita kehilangan waktu dan event.
• Pada saat Trekking
Berbeda pada saat jalan kaki (trekking), apalagi
melewati medan berat pendakian tajam. Disarankan
istirahat sejenak antara 30 menit sampai 60 menit
tergantung berat ringannya medan trekking dan
teriknya matahari ketika sedang trekking. Pada
saat istirahat dalam pendakian, disarankan jangan
langsung duduk tetapi berdiri sejenak lalu istirahat
duduk. Jangan langsung minum air ketika jantung
masih berdebar belum stabil, tunggu sejenak. Hal
ini kadang-kadang sangat berbahaya bagi mereka
yang mengidap penyakit jantung, bisa duduk terus
tidak bisa berdiri dan merepotkan Pramuwisata dan
peserta tour lainnya.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 65


BAB VIII
PROSEDUR OVERLAND TOUR

1. DEPARTURE BRIEFING
Dilakukan di hotel sebelum memulai suatu tour.
Paling bagus pada malam hari briefing dilakukan
untuk persiapan tour keesokan harinya. Apa sebabnya,
supaya tamu bisa mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan selama tour. Jika diperkirakan akan hujan
supaya menyiapkan jas hujan/mantel atau payung
dan jaket serta topi. Kalau dalam tour harus melintasi
gunung dan lembah yang kadang-kadang basah bahkan
berlumpur, wisatawan harus memakai sepatu atau
sendal yang bisa dipakai melewati rintangan tersebut.
Jika akan memasuki suatu tempat keramaian
upacara adat, pasar dan tempat keramaian lainnya,
disarankan memakai pakaian sopan dan tertutup demi
menghargai budaya lokal setempat, dan infomasi lain
yang perlu diberikan untuk persiapan keesokan harinya.
Kalau diberikan sebelum tour hari itu juga, hal ini akan
merepotkan karena harus kembali ke kamar mengganti
pakaian dan memakai perlengkapan yang disarankan,
akhirnya tidak tepat waktu dimulainya tour yang sudah
ditetapkan sebelumnya.

2. PEMBERIAN INFORMASI
• Di atas Mobil Pariwisata Ukuran Kecil
Mobil kecil jenis Avanza/Innova/Hi-Ace dan

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 67


sejenisnya, Pramuwisatanya duduk di depan sejajar
supir dan sekali-sekali menengok ke belakang
menghadap tamu pada moment tertentu, sambil
memberikan informasi dan menunjuk daya tarik
tertentu jika dianggap perlu dengan menggerakkan
tangan secara sopan dan menarik kelihatan (berseni).
• Di atas Bus Pariwisata Ukuran Besar
Pramuwisata duduk di depan, sewaktu-waktu
berdiri dan berjalan di lorong bus, sambil
memberikan informasi dengan memakai Sound
System, atau secara langsung manual jika suara
Pramuwisata memungkinkan besar dan nyaring,
jelas sampai ke telinga wisatawan dalam mobil.
Posisi kaki ketika sedang berdiri di depan bus, kaki
yang satu maju sedikit ke depan jangan sejajar supaya
tidak mudah jatuh jika mobil belok atau goyang,
sambil berpegangan yang benar. Demikian juga
saat berjalan di lorong mobil, lihat baik-baik tempat
pegangan yang benar, jangan sampai tamunya yang
dipegang secara tidak sengaja. Pintar-pintarlah
membaca suasana tamu, jika kelihatan lelah dan
mengantuk karena baru tiba di Bandara setelah
bangun subuh di tempat berangkat, hentikan pelan-
pelan pemberian informasi, tetapi jangan sampai
Pramuwisata juga tertidur. Pada saat tamunya
bangun bisa difoto guidenya lalu dipamerkan ke
teman-temannya dengan judul “guide mengantuk!”
Setelah tamunya satu-persatu bangun, pelan-
pelanlah memberikan informasi sampai semuanya
terbangun. Hati-hati memegang mic jangan sampai
mic-nya terjatuh atau suara anda terlalu keras
mengagetkan, tamu bisa komplain. Pada saat santai
dan kehabisan informasi sesuai moment yang dilalui
dalam perjalanan, bagi Pramuwisata yang memang

68 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


berbakat menyanyi, menyanyilah supaya tamu
terhibur tetapi waktunya terbatas, jangan menyanyi
terus. Jika Pramuwisatanya tidak berbakat
menyanyi, buatlah teka-teki atau pertanyaan yang
lucu-lucu agar wisatawan tidak jenuh dan tidak
mengantuk.
Adapun contoh yang bisa menjadi selingan/
pengisi waktu:
• Apa yang Bisa Diisap?
Ada seorang Nona Guru Taman Kanak-Kanak yang
baru saja diangkat menjadi guru PNS masih bujang
(single) di suatu kota. Kehabisan bahan cerita di depan
kelas di saat-saat berakhirnya semua pelajaran di
dalam kelas. Nona Guru sampaikan kepada murid-
muridnya bahwa, semua bahan pelajaran dan tugas
sudah selesai tetapi setengah jam lagi baru bisa
pulang. Siapa yang sudah menunggu penjemputnya
bisa pulang dengan syarat menjawab pertanyaan
saya berikut ini dan benar:
Pertanyaan Nona Guru: “Apa yang biasa diisap “?
Murid bergantian menjawab yang sudah gelisah
mau pulang cepat karena penjemputnya sudah
menunggu di luar:
1. Saya Ibu Guru!: “gula-gula”; Ibu Guru: benar
dan silakan pulang.
2. Saya Ibu Guru!: “susu dalam botol pakai dot”;
Ibu Guru: benar dan silakan pulang.
3. Saya Ibu Guru!: “rokok”; Ibu Guru: benar dan
silakan pulang.
4. Saya Ibu Guru!: “balon lampu listrik”; Ibu Guru
bingung: kenapa bisa diisap balon listrik? Murid
menjawab: “kalau malam papi bilang, mam!
lampu listrik padamkan mau isap”, Ibu Guru

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 69


bingung untuk pertama kalinya dan menjawab:
pulang saja nak cantik!
5. Saya Ibu Guru!: “sarung”; Ibu Guru bingung:
kenapa sarung diisap? Murid menjawab: kalau
malam sering saya dengar begini: “sarung mami
mau isap”. Ibu Guru bingung untuk kedua
kalinya dan menjawab: “pulang saja nak manis!”
6. Dari pada bingung terus, Nona Guru umumkan:
“semua bisa pulang sekarang!”. Lalu Nona Guru
pulang ke rumah termenung dengan 2 (dua)
jawaban terakhir dari anak murid yang Nona
Guru tidak pahami.
Pertanyaan kepada tamu: “Mengapa Nona Guru
pulang termenung ke rumah dengan pertanyaan
terakhir dari 2 (dua) murid tadi?” Pasti beragam
jawaban dari peserta dan itulah yang menarik
menghabiskan waktu.
Tentu jawabannya ialah “Nona Guru belum punya
pengalaman berumah tangga”. Jawaban ini tidak
boleh disampaikan ke murid-murid TK, hanyalah
sebagai bahan ketawaan supaya wisatawan menjadi
segar tidak mengantuk.
• Aneka Bangkai Binatang, Diterkam Buaya dan
Ular Sawa (Python)
Ketika perjalanan darat melelahkan dan
wisatawannya lama tertidur, tiba saatnya bangun.
Pada saat sampai pada sebuah pertemuan sungai
besar dengan pemandangan alam yang indah
menarik. Tamunya diajak turun dari mobil/bus,
lalu Pramuwisatanya menjelaskan sebagai berikut:
Daerah ini salah satu wilayah penganut agama Islam,
kaya akan ternak seperti kerbau, sapi, kambing,
ayam kecuali ternak babi tidak ada karena haram

70 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


makan daging babi bagi penganut agama Islam.
Di bagian hulu sungai jauh di atas pegunungan,
terkenal peternak babi karena mereka adalah
penganut agama Nasrani dan penganut agama suku
yang memakan daging babi.
Sekali peristiwa banjir, kedua sungai yang di
hadapan kita sekarang karena hulunya jauh di atas
pegunungan dilanda hujan deras. Banyak buaya
liar, ular sawa liar penghuni kedua muara sungai
ini rupanya panen bangkai binatang terbawa
arus sungai yang banjir. Yang tiba cepat dibawa
arus sungai adalah bangkai ayam dari ternak
ayam yang berada di pinggir sungai karena lebih
cepat di bawah arus sungai. Buaya dan ular sawa
dengan lalapnya dalam keadaan lapar, menerkam
bangkai ayam yang dibawa arus kedua sungai besar
tersebut. Kemudian disusul bangkai kambing, sapi
dan kerbau yang lambat tiba karena berukuran
besar dan berat, lambat terbawa arus bercampur
dengan bangkai babi bergelimpangan di pertemuan
sungai. Tetapi anehnya, tak satupun buaya dan
ular sawa yang menyentuh bangkai-bangkai yang
datang kemudian, tetapi dibiarkan berlalu dibawa
arus sungai sampai habis.
Pertanyaan kepada wisatawan yang mendengarkan
penjelasan:
“Mengapa buaya dan ular sawa tidak
menghiraukan bangkai kambing, sapi, kerbau
bercampur bangkai babi dan dibiarkan hanyut
sampai habis dibawa air sungai?”

Biarkan para wisatawan menjawab sesuai apa yang


ada di benak otak mereka, bisa saja menjawab tepat
tetapi bisa meleset. Misalnya:

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 71


“Karena wilayah ini dihuni penganut agama
Islam, haram makan babi yang bercampur dengan
bangkai binatang yang lain.”

Kalau tepat, berikan apresiasi sebagai wisatawan


cerdas sambil tepuk tangan untuk refreshing
sejenak, pasti semua rasa mengantuk akan hilang.
Jika tidak tepat jawabannya maka tenangkan
suasana mereka sampai terdiam lalu Pramuwisata
menjawab pertanyaannya sendiri, jawaban yang
benar:
“Buaya dan ular sawa sudah kenyang semua dan
tidak mampu lagi memakan bangkai yang tiba
menyusul setelah mereka kekenyangan.”

Banyak hal yang lucu bisa ditampilkan di atas


mobil atau turun dari mobil sebagai selingan.
Tetapi jangan cara itu-itu terus saja yang dilakukan,
nanti wisatawannya bosan dan ketahuan kalau
Pramuwisatanya belum berpengalaman menangani
tamu dan sudah kekurangan bahan informasi/
cerita pariwisatanya. Kalau ada bakat menyanyi,
menyanyilah untuk mengisi waktu supaya tidak
ada waktu terbuang dalam bus.
• Di Daya Tarik/Objek Wisata
Sebaiknya diberikan dulu kesempatan mengambil
gambar objek wisata tahap pertama selama 10 menit
sesuai seleranya masing-masing. Akan dilanjutkan
pengambilan gambar tahap kedua selama 15 menit
sesudah pemberian informasi objek wisata. Biasanya
setelah pemberian informasi, ada saja hal menarik
justru belum diambil gambarnya pada pengambilan
tahap pertama, sehingga tahap kedua pengambilan
gambar lebih lama dari pada tahap pertama. Hal ini

72 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


perlu dimaklumi karena pada tahap kedua ada foto
kenangan bersama di objek wisata.
Ada 2 (dua) cara pemberian informasi di objek
wisata tergantung kebiasaan Pramuwisatanya:
• Pertama, pemberian informasi secara terus-
menerus: pada bagian akhir atau ketika diberikan
kesempatan bertanya, barulah bisa mengajukan
pertanyaan. Diharuskan mencatat bahan pertanyaan
jika ada pada saat mendengarkan informasi dan
tidak dibolehkan ada pertanyaan sela dan interupsi
karena kadang-kadang Pramuwisata terganggu
konsentrasi sistematika pemberian informasinya
jika terpotong secara tiba-tiba.
• Kedua, pemberian informasi bersela: dapat bertanya
di tengah pemberian informasi, tetapi Pramuwisata
harus mampu mengingat kembali masuk ke pokok
informasi setelah menjawab pertanyaan.
Pada saat jalan kaki (trekking): pemberian
informasi kepada wisatawan ketika sedang jalan kaki,
hanya secara terbatas garis besarnya saja, itupun pada
saat istirahat sejenak. Jangan banyak berkata-kata ketika
sedang capek jalan kaki, apalagi sedang menanjak tajam
ke atas atau menurun tajam ke bawah. Wisatawan akan
bertanya banyak ketika ada diskusi setelah selesai jalan
kaki, itupun dilaksanakan di tempat penginapan.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 73


BAB IX
MATERI PEMBERIAN INFORMASI

Seorang Pramuwisata di lingkup lisensinya masing-


masing, harus mengetahui dan mampu menjelaskan secara
detail tentang seluk beluk yang ada di wilayah lisensinya.
Bukan saja yang nampak dilihat oleh mata, didengar oleh
telinga, dirasakan oleh kulit, tetapi setiap Pramuwisata
harus bisa menggali yang tersimpan di dalamnya dalam
bentuk informasi.
Misalnya, memasuki suatu perkampungan tradisional,
memiliki suasana yang nyaman dan menarik dilihat dengan
mata, penghuninya peramah dan kedengaran suaranya
nyaring menyapa, rumah-rumah adatnya bisa diraba dan
dirasakan oleh kulit manusia.
Namun kepuasan wisatawan yang ingin tahu
lebih mendalam, tidak berakhir sampai di situ. Seorang
Pramuwisata harus mampu menjelaskan arsitekturnya
mengapa demikian, bahan bangunannya terbuat dari kayu
jenis apa dan di mana mengambilnya, atapnya terbuat dari
apa, kapan dibangun rumah-rumah adat ini. Bagaimana
cara membangunnya, adakah ritual-ritual dalam proses
pembangunannya, adakah acara peresmian rumah-
rumah adat sesudah selesai dibangun. Siapa yang layak
menghuninya, dan lain-lain yang bisa dijelaskan.
Dengan penjelasan dari Pramuwisata, semua yang
tersembunyi yang justru menarik perhatian pengunjung

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 75


dapat diketahui wisatawan yang ditangani, dan itulah
tugas pemandu wisata yang dikenal secara administrasi
sebagai Pramuwisata.
Dalam penjelasan, jangan sampai ada informasi
yang tidak perlu disampaikan kepada wisatawan,
misalnya menyangkut rahasia-rahasia sejarah, budaya,
pemerintahan, masyarakat daerah dan nasional yang bisa
merugikan daerah dan negara. Pramuwisata harus mampu
memilah-milah informasi mana yang layak dan tidak layak
diinformasikan kepada wisatawan.
Contoh yang terjadi di masa Orde Baru, ada sebuah
buku yang ditulis dalam bahasa Inggris seorang penulis
terkenal Australia bernama Mr. Bill DALTON yang
cukup tebal sekitar 500 halaman. Buku tersebut berjudul
“INDONESIA & PAPUA NEW GUINEA”, edisi ke-6
terbitan tahun 1976. Dalam buku tersebut, secara gamblang
detail sampai ke ujung-ujungnya menceritakan tentang
G-30-S PKI yang terjadi di Indonesia di tahun 1965. Buku
tersebut kemudian dilarang beredar di Indonesia oleh
Presiden RI Bapak Soeharto dan ditarik dari peredaran.
Pengalaman seperti inilah, kehati-hatian seorang
Pramuwisata dalam pemberian informasi, siapa tahu secara
kebetulan mengantar seorang penulis pariwisata.
Ada informasi pariwisata layak info, tetapi ada rahasia
daerah dan negara tidak layak info ke wisatawan. Misalnya
seorang wisatawan mancanegara mengatakan bahwa
pemerintah Indonesia dan daerah ini terkenal korupsi toh?
Seorang Pramuwisata tidak perlu memperkuat, tetapi cukup
mengatakan di mana-mana di dunia ini ada korupsi. Jangan
mengatakan, memang Indonesia itu rata-rata pemerintah
pusat dan daerahnya terkenal korupsi. Sudah konyol,
ditambah konyol lagi melalui informasi pariwisata, apalagi
kalau mengantar seorang penulis. Data dan informasi yang

76 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


diberikan ditulis, syukur-syukur kalau sumber data yaitu
Pramuwisata tidak tercantum dalam buku tersebut sebagai
sumber data dan informasi, apalagi kalau diklaim sebagai
informan. Sejelek-jeleknya apa yang terjadi di daerah dan
nasional kita, jangan diperparah dengan memberikan
informasi menjatuhkan, tetapi daerahku dan negaraku
adalah milik kita bersama sebagai warga negara RI. Baik
dan jeleknya daerah dan negara kita tidak mungkin kita
barter dengan negara lain atau pindah ke negara lain.

1. KLASIFIKASI PRAMUWISATA
• Pramuwisata Khusus
Harus mampu menjelaskan secara detail apa yang
ada dan menarik dijelaskan kepada wisatawan yang
ada di dalam lingkupannya. Misalnya di museum,
tidak hanya menunjuk ini guci berusia ratusan
tahun, itu keris pusaka antik, di sana pakaian
kerajaan, di sana lagi alat penangkapan ikan tetapi
harus dijelaskan secara detail satu-persatu sampai
wisatawannya puas, itulah tugas pramuwisata
khusus yang ruang lingkupannya paling kecil.
• Pramuwisata Muda
Harus mampu menjelaskan sejarah, budaya, luas
wilayah dan jumlah penduduk, mata pencaharian
penduduk dan lain-lain yang dianggap perlu
dalam lingkup daerah kabupaten/kota di mana
lisensi Pramuwisata itu di peroleh. Itulah yang
diinformasikan kepada wisatawan. Kemudian
masuk ke daya tarik wisata secara umum di wilayah
daerah tersebut, lalu masuk ke objek wisata yang
sedang dikunjungi. Sama dengan sistematika
pemberian informasi yang mengerucut.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 77


Jadi, ada semacam informasi umum terlebih
dahulu sebagai pengantar, biasanya dibawakan dalam
bentuk briefing di hotel atau di atas mobil/bus, barulah
dijelaskan secara terurai masing-masing yang menarik
dalam wilayah tersebut. Kalau waktu mengizinkan,
setibanya di objek wisata sebaiknya menjelaskan dulu
hal-hal bersifat umum baru masuk ke objek wisata.
Dengan sistem informasi mengerucut ini, lebih muda
dipahami wisatawan. Jangan langsung menjelaskan
tentang objek wisata itu tanpa menjelaskan korelasinya
dengan pengetahuan secara keseluruhan di wilayah
daerah kabupaten/kota tempat mengantar wisatawan.
Selain pengetahuan tentang daerah tersebut,
biasa juga wisatawan menanyakan tentang sejarah
dan budaya serta hal-hal lain di luar wilayah tersebut,
apakah perbandingan dengan daerah lain atau
hubungannya dengan sejarah dan budaya wilayah
pemerintahan di atasnya, dalam hal ini propinsi di
mana daerah itu berada. Dengan demikian seorang
Pramuwisata harus banyak belajar dan membaca buku-
buku, mengumpulkan informasi sebagai kekayaan
seorang Pramuwisata dalam menghadapi wisatawan,
yang harus diberikan penjelasan sepuas-puasnya.
Pelatihan pemanduan wisata yang dilakukan secara
terbatas waktu dan isinya, merupakan langkah
awal seorang Pramuwisata mengembangkan ilmu
pengetahuan dan pengalamannya. Janganlah puas apa
yang sudah diperoleh hanya beberapa hari saja dalam
pelatihan pemanduan wisata, tetapi belajarlah setiap
saat untuk memperkaya pengetahuan dan menambah
pengalaman.
• Pramuwisata Madya
Sama halnya dengan Pramuwisata Muda, bedanya
adalah lisensi Pramuwisata Madya diterbitkan oleh

78 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Dinas Pariwisata Propinsi domisili Pramuwisata.
Lingkup tugasnya berada dalam propinsi tempat
lisensi diterbitkan. Pramuwisata Madya harus
mampu menjelaskan sejarah, budaya, luas
wilayah dan jumlah penduduk, mata pencaharian
penduduk dan lain-lain yang dianggap perlu dalam
lingkup propinsi ditambah/dikembangkan dengan
pengetahuan secara nasional, yang lebih luas dan
erat kaitannya dengan hal-hal tersebut.
• Pengatur Wisata (Tour Leader):
Sama halnya dengan Pramuwisata Madya, bedanya
adalah lisensi Pengatur Wisata (Tour Leader)
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pariwisata,
lingkup tugasnya berada di dalam dan di luar
negeri. Pengatur Wisata harus mampu menjelaskan
sejarah, budaya, luas wilayah dan jumlah penduduk,
mata pencaharian penduduk dan lain-lain yang
dianggap perlu ditambah/dikembangkan dengan
pengetahuan secara nasional dan internasional
yang lebih luas dan erat kaitannya dengan hal-hal
tersebut di atas.
Pengatur Wisata (Tour Leader) menangani
wisatawan rombongan dan bukan melaksanakan
tugas sebagai pemandu wisata, tetapi sewaktu-waktu
bertindak sebagai Pramuwisata jika dianggap perlu.
Pengatur Wisata mengurus kebutuhan wisatawan
rombongan di dalam dan di luar negeri. Yang
menjelaskan bukan Pengatur Wisata tetapi Pramuwisata
di negara/daerah tersebut, yang tentunya bekerja
sama dengan Pramuwisata di daerah/negara tempat
berwisata.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 79


80 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik
BAB X
PERENCANAAN PERJALANAN DAN
PAKET WISATA

Istilah “Tour“ atau “Perjalanan Wisata” terwujud


dalam suatu pelaksanaan “Paket Wisata”. Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan “Tour Package” adalah kumpulan
produk dari berbagai aspek dan kebutuhan perjalanan
wisata yang diramu dalam bentuk Paket Wisata. Produk-
produk yang dimaksud adalah: transportasi (darat, laut,
danau, udara), akomodasi (aneka macam penginapan/
hotel bintang dan non-bintang), tempat makan (restoran,
rumah makan), pramuwisata dalam berbagai spesialisasi
bahasa, atraksi/daya tarik/objek wisata, cindra mata, dan
lain-lain.
Pendekatan dari sudut ETIMOLOGI:
a. Kata “tour” berasal dari bahasa Ibrani yaitu “torah”
yang berarti pergi dari suatu tempat asal untuk mencari
sesuatu (ilmu pengetahuan) dan kembali lagi ke tempat
asal.
b. Dalam bahasa Latin dikenal istilah “tornus” artinya
alat untuk membuat sebuah lingkaran yang kita kenal
sekarang sebagai “jangka”.
c. Dalam bahasa Perancis tua dikenal kata “tour” artinya
perjalanan keliling di sebuah perkampungan.
Pendekatan dari sudut DEFINISI:
a. Perjalanan keliling.
b. Tinggal sementara di tempat tujuan.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 81


c. Dilakukan pada waktu senggang untuk bersenang-
senang.
d. Mengeluarkan uang berasal/diperoleh di tempat asal.
e. Tidak melakukan kegiatan mencari nafkah di tempat
tujuan.
f. Mempunyai tujuan mencapai kepuasan seperti apa
yang diharapkan sebelum perjalanan dimulai.
Pendekatan TERMINOLOGI
a. Ekskursi diartikan sebagai suatu perjalanan wisata
kurang dari 24 jam.
b. Sight Seeing diartikan sebagai sesuatu perjalanan wisata
yang melakukan kunjungan pada objek wisata secara
singkat.
c. Inclusive Tour diartikan lebih dari 24 jam perjalanan
wisata yang melibatkan kebutuhan akomodasi, lebih
cenderung kepada kepentingan business atau melibatkan
usaha-usaha lain.
Suatu usaha dalam industri perjalanan (industri
pariwisata) yang bergerak dalam penyelenggaraan
perjalanan wisata disebut “tour organizer” (tour operator).
Tour organizer menyusun dan meramu produk-produk
menjadi produk wisata dengan cara membeli produk-
produk seperti: jasa pelayanan transportasi (darat, laut,
danau, udara), jasa akomodasi, jasa Pramuwisata, dan jasa-
jasa lainnya.
Tour Organizer sebagai penghasil produk paket
wisata dibedakan pula atas:
a. Whole Saler: artinya Travel Agency tidak menjual
langsung produk wisata kepada konsumen, tetapi
menggunakan pihak kedua.
b. Retail Tour Operator: artinya Travel Agency menjual
langsung produk wisata yang dibuatnya kepada
konsumen.

82 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Produk wisata dari Tour Organizer atau Travel Agency
dapat berbentuk Paket Wisata:
a. Sight Seeing Package.
b. Sight Seeing Transfer Package.
c. Touring yaitu aneka Paket Wisata.
Ditinjau dari usaha mempersiapkan produk wisata,
masih dibedakan atas 2 macam yaitu:
a. Ready Made Tour: paket wisata yang sudah dipersiapkan
terlebih dahulu oleh Tour Organizer lengkap dengan
harga jualnya, lalu ditawarkan kepada konsumen.
b. Tailor Made Tour: paket wisata disusun untuk memenuhi
permintaan konsumen (on request), setelah konsumen
menyetujui barulah tour bisa diselenggarakan.

1. BENTUK PAKET WISATA


1) Berdasarkan Bentuk Tour:
a. Domestic Tour: Paket Wisata yang dilaksanakan
di dalam negeri.
b. Overseas Tour: Paket Wisata yang dilaksanakan
di luar negeri.
2) Berdasarkan Jumlah Peserta Tour:
a. Group Tour: pesertanya minimal 15 orang dengan
seorang Pemimpin Perjalanan Wisata (Tour
Leader).
b. Individual Tour: pesertanya terdiri dari 1 orang
atau lebih (tidak banyak) dan tidak didampingi
Pengatur Wisata (Tour Leader) tetapi jalan sendiri.
3) Berdasarkan fasilitas wisata yang diinginkan:
CLASS OF ACCOMMODATION TOUR ITINERARY
TOUR
Deluxe Deluxe Hotel: superior room, Acara sight seeing yang
A’ la carte lengkap
First Class STD Hotel: Std room, Table d’ Acara sight seeing dipilih
hotel

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 83


CLASS OF ACCOMMODATION TOUR ITINERARY
TOUR
Economy Economy Class Hotel: makanan Acara sight seeing dipilih
Class sederhana
Budget Hotel termurah, tidak termasuk Mengurus sendiri sight seeing
makanan

4) Berdasarkan lamanya waktu: Half Day Tour (3 – 5


jam); One Day Tour (7 – 8 jam); More than one day tour
(lebih dari sehari tour).
5) Berdasarkan alat transportasi: air touring (lewat
udara), bus/car touring (lewat darat dengan mobil),
train touring (lewat darat dengan kereta api), cruise
touring (lewat laut dengan kapal pesiar), boat touring,
mixing touring.
6) Berdasarkan cara pengadaan: Regular Tour, Irregular
Tour, Special Interest Tour.
7) Berdasarkan pengaturan dan acara persiapan:
Package Tour (tour siap beli), Custom Tailored Tour
(berdasarkan permintaan).
8) Berdasarkan kekhasan atau spesifikasi tour: historical
tour, culture tour, nature tour, sport tour, marine tour
(wisata bahari), hunting tour (wisata berburu),
pilgrim tour (wisata ibadah), scientific tour (wisata
ilmiah), industrial tour, plantation tour (agrowisata),
flora tour, fauna tour, honey moon tour (wisata bulan
madu), health tour, commercial tour, business tour,
musea tour, architectural tour, craft and art tour, orchide
tour, educational tour, nostalgia tour, off the beaten track
tour, agents familiarization tour (Fam Tour).

2 ORGANISASI PERENCANAAN PERJALANAN


WISATA
Setelah paket wisata sebagai produk wisata
dihasilkan, maka harus dibuatkan suatu perencanaan
wisata (tour operation) dengan harapan perjalanan

84 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


tersebut dapat dilaksanakan dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Pra-Perencanaan:
Sebelum melaksanakan perjalanan wisata, terlebih
dahulu dilakukan oleh Tour Organizer seperti:
a. Memberikan penerangan mengenai paket wisata
dengan segala seluk beluk dan konsekuensinya.
b. Penerangan itu harus diakhiri dengan penyajian
sebuah paket wisata yang akan dibeli oleh
konsumennya.
c. Konsekwensi hukum jika ada kesepakatan yang
dilanggar kedua belah pihak (Tour Operator dan
Clients).
2. Perencanaan:
a. Perencanaan operasi: perlengkapan tour,
harga paket wisata (yang termasuk dan tidak
termasuk).
b. Bentuk, jenis dan kelas paket wisata.
c. Cara pembayaran.
Penyusunan Program Tour, mutlak diketahui
seorang Pramuwisata, khususnya jika ada jalur-jalur
wisata yang baru ditemukan di lapangan yang belum
diketahui oleh Pimpinan Biro Perjalanan Wisata/
Tour Operator. Hal ini bisa disampaikan kepada Biro
Perjalanan Wisata yang memberikan tugas pemanduan
wisata kepada seorang Pramuwisata.
Perhitungan harga komponen yang masuk
dalam paket wisata, bisa mulai dipelajari sejak
menjadi Pramuwisata karena Pramuwisata adalah
embrio Pimpinan Biro Perjalanan Wisata. Mungkin
di antara 100 Pramuwisata, ada sekitar 1 atau 2 orang
lebih, setelah berpengalaman di lapangan akhirnya
mendirikan Biro Perjalanan Wisata, sebagai bagian

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 85


dari pada Pramuwisata Mandiri yang meningkatkan
statusnya menjadi Tour Operator. Sama halnya dengan
trekking porter (pembawa barang wisatawan saat jalan
kaki), horseman (tukang kuda) yang membawa barang
wisatawan waktu trekking, sopir angkutan wisata,
belajar sendiri dan meningkatkan profesinya menjadi
seorang Pramuwisata.
Agar tidak melakukan pelanggaran, seorang
Pramuwisata tidak boleh menghandel sendiri
wisatawan tanpa melalui Biro Perjalanan Wisata/Tour
Operator. Jika ada tamu pribadi, sebaiknya bekerja
sama dengan Biro Perjalanan Wisata. Ini menjaga
kemungkinan, siapa tahu terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dalam menangani wisatawan di lapangan
tanpa campur tangan Biro Perjalanan Wisata, maka
resiko pelanggaran hukum sangat tinggi dan berisiko
berat bagi Pramuwisata.
Paket Wisata, dalam bahasa Inggris dikenal dengan
“Tour Package”. Paket wisata adalah gabungan dari
berbagai unsur/bagian-bagian program perjalanan wisata.
Didahului dengan penyusunan program perjalanan
wisata (tour itinerary), kemudian diramu dengan berbagai
produk yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan,
diakhiri dengan perhitungan harga tour sesuai program
perjalanan wisata, jadilah sebuah paket wisata.
Produk yang masih berdiri sendiri-sendiri belum
dicampur dengan produk lainnya, adalah produk pasif,
tetaplah sebagai produk. Misalnya produk transportasi,
produk akomodasi, produk makanan dan minuman,
produk pramuwisata, produk daya tarik, dan produk-
produk lainnya. Nanti kalau produk-produk di atas
berjalan dalam ramuan paket wisata, barulah menjadi
produk aktif atau produk wisata.

86 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Andaikan mau membuat nasi dos, sudah ada: nasi
putih, ayam atau ikan goreng, sambal goreng, sayur,
buah pisang, kertas dos. Nanti menjadi nasi dos setelah
digabung menjadi satu dan dimasukkan dalam dos siap
jual/bagi.
Demikian juga paket wisata disusun program tour
(tour itinerary) terlebih dahulu. Kalau Tour Operator
Indonesia akan menyusun program tour untuk menarik
wisatawan luar negeri berkunjung ke Indonesia, tentu
disesuaikan dengan keinginan/selera pasar wisata,
bahkan pangsa pasar wisata, ke mana program tour itu
akan dialamatkan. Program tour bagi wisatawan Eropa,
berbeda dengan program tour wisatawan Amerika,
berbeda dengan program tour negara-negara Asean,
berbeda dengan program tour orang-orang Malaysia
dan sebagainya.
Sesudah itu dimasukkan produk-produk yang
dominan sesuai selera wisatawan yang akan ditujukan.
Misalnya orang Eropa pada umumnya tidak banyak
makan nasi tetapi roti atau kentang goreng dan beef steak,
orang Italia selalu mencari makanan spaghetti. Orang
Perancis, Switzerland, German pada umumnya senang
jalan kaki/trekking di pegunungan. Orang Amerika
dan Italia pada umumnya tidak tertarik trekking yang
berat-berat. Orang Jepang tidak senang berkunjung ke
kuburan. Dan lain-lain karakter dari berbagai bangsa
sumber wisatawan ke Indonesia. Hal-hal seperti itulah
yang harus diperhatikan dalam penyusunan program
tour dan produk-produk pendukungnya.
Suatu program tour akan menarik bagi
penggemarnya, jika judulnya sudah membangkitkan
selera untuk membaca isi program tour tersebut. Masuk
isi program yang sistematika/susunannya bersambung

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 87


menarik, bahasa yang mudah dimengerti, tidak bertele-
tele atau berbelit-belit dan tidak terjadi perulangan
yang membosankan. Penggemar perjalanan wisata akan
tertarik membaca terus sampai habis jika menarik, dan
memutuskan untuk mengikuti acara perjalanan wisata
tersebut, atau membeli paket wisata tersebut. Sebaliknya
kalau pembacanya tidak tertarik membacanya, berhenti
di tengah jalan pindah ke program lain yang lebih
bagus, alias program perjalanan wisata itu tidak laku
jual.
Program wisata harus diperbaharui minimal
setiap tahun, untuk ditawarkan pada awal melakukan
perjanjian tour penyelenggara tour dan pembeli jasa
paket wisata. Hal ini penting untuk mengantisipasi jika
ada perubahan di lapangan. Misalnya keadaan jalan
raya tahun lalu masih rusak, sekarang sudah mulus
untuk mobil angkutan wisata. Rute jalan kaki (trekking)
tahun lalu masih menarik, sekarang sudah dilalui mobil
sehingga harus dilakukan perubahan rute jalan kaki.
Demikian juga perubahan rute penerbangan, adanya
akomodasi atau hotel-hotel baru yang lebih bagus dan
lain-lain yang setiap tahun bisa berubah dan harus
disesuaikan.
Setelah selesai penyusunan program tour, tibalah
saatnya menyusun harga program tour mengikuti alur
program tour tersebut. Harga tersebut adalah meramu
harga-harga dari produk-produk menjadi produk
wisata melengkapi program tour, itulah paket wisata.
Harga-harga jual, misalnya hotel dan komponen
lainnya, Biro Perjalanan Wisata sebelum menetapkan
harga jual setahun ke depan, ada Contract Rate (harga
kontrak) yang dibuat antara hotel dan komponen lainnya
dengan Biro Perjalanan Wisata. Sehingga harga setahun

88 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


ke depan terjamin tidak akan naik. Semakin banyak
wisatawan yang menginap di hotel dan komponen
lain tersebut, semakin rendah harga kontrak yang
dilakukan. Di sinilah letak persaingan antara banyaknya
wisatawan yang ditangani dan berlangganan dengan
hotel dan komponen lain. Sehingga perlu menyatukan
tamunya ke suatu hotel tertentu yang sama kelasnya,
jangan dibagi ke banyak hotel yang sama kelasnya
untuk memperoleh harga kontrak rendah, sebagai
dasar persaingan harga dengan Biro Perjalanan Wisata
lainnya.
Harga setiap elemen produk disusun dalam bentuk
tabel yang disebut “tour quotation” dengan mengambil
harga-harga yang berlaku setahun ke depan. Sehingga
pengecekan harga-harga produk harus dilakukan secara
rutin dan diperbaharui setiap akan melakukan perjanjian
kerja sama antara Biro Perjalanan Penyelenggara Paket
Wisata dan Biro Perjalanan Pembeli Paket Wisata.
Harga-harga paket wisata pada setiap program
tour harus bersaing sehat, jangan terlalu murah tetapi
jangan juga terlalu mahal. Kalau terlalu murah,
kadang-kadang konsumen tidak percaya karena service
akan meragukan. Terlalu mahal, konsumen tidak bisa
menjangkau dan pindah ke Biro Perjalanan Wisata yang
lain. Sehingga harga paket wisata harus yang masuk
akal sesuai dengan keadaan, dengan keuntungan tipis
tetapi banyak wisatawan yang tertarik membeli paket
wisata tersebut. Dari pada keuntungan tebal dalam
perhitungan secara teoritis di atas kertas, tetapi kurang
minat wisatawan membeli paket wisata tersebut.
Menyusun Suatu Program Tour (Tour Itinerary):
Menyusun suatu program perjalanan wisata
(tour itinerary), terlebih dahulu melakukan penelitian

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 89


langsung ke lapangan untuk melihat apa yang menarik
dikunjungi oleh wisatawan. Dalam penelitian tersebut,
dikumpulkan semua objek wisata dengan ciri khasnya
masing-masing, termasuk daya tarik antara objek wisata
dengan objek wisata lainnya.
Dari hasil penelitian lapangan dikumpulkan
objek-objek wisata utama, penunjang dan pelengkap.
Program wisata disusun menghubungkan antara
objek-objek wisata utama dulu dalam koridor-koridor
penghubung. Sesudah itu, melekatkan objek-objek
wisata penunjang terdekat yang dilalui dalam koridor,
ada juga yang sedikit jauh dari koridor. Objek-objek
wisata penunjang dibutuhkan agar tidak maraton
saja perjalanan antara objek-objek utama wisata.
Dibutuhkan singgah jika dalam perhitungan waktu
memungkinkan yang terdekat dulu. Jika antara koridor
utama ditambah penunjang dalam koridor masih ada
waktu, maka objek wisata penunjang yang jauh dari
jalan koridor dikunjungi untuk mencukupkan waktu.
Daya tarik wisata pelengkap adalah daya tarik yang
dilalui, berupa pemandangan alam, dan ada saja yang
menarik, kadang-kadang wisatawan mau singgah
sejenak mengambil foto.
Kata dan kalimat dalam program tour singkat saja
tetapi jelas, tidak seperti penjelasan dalam promosi dan
pemasaran destinasi wisata yang harus banyak bumbu-
bumbunya. Penjelasan selengkapnya akan dilakukan
ketika melakukan perjalanan wisata, itulah tugas
seorang Pramuwisata menjelaskan yang kelihatan dan
tidak kelihatan.
Untuk mengetahui secara pasti waktu yang
dibutuhkan dalam program perjalanan wisata, maka
dalam survei dilakukan perhitungan waktu secara

90 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


teliti. Dengan demikian dalam program tour tidak lebih
banyak menyebutkan sekitar dan kurang lebih.
Untuk mengetahui dengan pasti waktu yang
digunakan pada suatu tour, berikut ini suatu cara
menghitung waktu yang dapat dipedomani dalam
penelitian untuk mengetahui waktu perjalanan wisata:

DISTRIBUTION TIME OF CHECK LIST


Tour Name: ___________________
DURATION
GROUND
PROGRAMMES ACTUAL
On
Board Tour
Actual Actual Rest Total

GRAND TOTAL
Duration of survey: ___/___/2021
to ___/___/2021

Name of Surveyor:
___________________________

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 91


Setelah melakukan survei langsung ke lapangan,
dapatlah diketahui dengan pasti (bukan kurang lebih
atau kira-kira). Berdasarkan itulah, program tour
disusun dengan menghubungkan objek-objek wisata
utama, ditambah dengan objek-objek wisata penunjang
jika dibutuhkan, bahkan pelengkap bila dianggap masih
dibutuhkan, dicantumkan dalam program wisata dalam
koridor-koridor perjalanan wisata. Apakah semua rute
itu dilalui dengan kendaraan bermotor (roda dua atau
empat), atau dikombinasi dengan jalan kaki, tergantung
seni menciptakan dan menyusun suatu program tour
yang menarik bagi wisatawan.
Dalam menyusun suatu program wisata, kadang-
kadang mencantumkan jarak saja dalam kilometer, tanpa
mencantumkan jam/waktu atau pun lama tempuh. Ada
juga hanya jam/waktu saja atau lama tempuh yang
dicantumkan tanpa menyebutkan kilometer. Hal ini
menjaga kemungkinan ketidak tepatan waktu tempuh
karena satu dan lan hal. Tetapi ada juga mencantumkan
keduanya, jam/waktu atau lama tempuh dan lengkap
dengan kilometer dalam program wisata.

3. MENYUSUN PROGRAM TOUR


Program wisata yang disusun, mulai dari yang
terpendek/tersingkat seperti transfer in/out bandara/
pelabuhan samudera/terminal/stasiun kereta api
dan lain-lain ke hotel atau ke tempat lain, sampai
program wisata sehari penuh/beberapa hari/beberapa
minggu/1 bulan atau lebih.
Transfer In/Out, menjemput wisatawan di
bandara/pelabuhan samudera/terminal/stasiun kereta
api dan lain-lain ke hotel atau ke tempat lain. Kalimatnya
pendek-pendek, tegas dan mudah dimengerti,
mencantum jarak dan waktu tempuh. Menyebutkan

92 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


hal-hal penting jika ada dalam perjalanan. Lengkapnya
informasi selama dalam perjalanan transfer, ada pada
Pramuwisata yang menanganinya.
City Sight Seeing, disusun sedemikian rupa,
sehingga mencerminkan apa yang dilihat dalam suatu
kota, rute perjalanan dan apa yang istimewa yang harus
dikunjungi. Pencantuman waktu/lamanya tour sangat
penting, siapa tahu tamunya keenakan dan lupa waktu
yang harus digunakan dalam suatu city tour (tour dalam
kota).
One Day Tour (Setengah hari tour), memerlukan
waktu sekitar 3-5 jam ke suatu destinasi luar kota, atau
gabungan wisata dalam kota ditambah beberapa objek
wisata di luar kota, misalnya ke air terjun yang jaraknya
puluhan kilometer di luar kota.
Full Day Tour (Tour Sehari Penuh), memerlukan
waktu sekitar 6-8 jam termasuk di dalamnya makan
siang. Diusahakan supaya waktu makan siang jangan
terlalu memakan waktu lama. Sehingga pemesanan
makan siang harus betul-betul mantap dengan
mencantumkan jam makan siangnya. Jangan sampai
tamunya sudah duduk di restoran, makanannya masih
lama baru akan siap saji, akhirnya banyak waktu duduk
di restoran yang menyita waktu tour, seakan-akan tour
makan saja. Makanan bisa dalam bentuk kotak (lunch
box) yang dibawa dari hotel, bisa juga dipesan di
restoran dengan ketepatan dan kesingkatan waktu.
Excursion (Eskursi), lamanya sekitar 24 jam tetapi
tidak bermalam dan kembali ke hotel tempat berangkat.
Makan malam termasuk, juga refreshment en route,
sering juga termasuk makan malam setelah diakhiri
berkunjung ke tempat hiburan di luar kota atau di
dalam kota.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 93


Long Distance Tour (Tour Panjang/Lama),
lamanya lebih dari sehari dan bermalam di luar hotel
tempat berangkat semalam atau lebih baru kembali lagi
ke hotel tempat berangkat. Bisa juga berangkat di suatu
kota, kemudian melakukan perjalanan wisata lintas
darat sampai ke suatu kota akhir tour dan dilanjutkan
ke tempat lain dengan naik pesawat. Misalnya trans
Sulawesi, berangkat dengan mobil di Makassar menuju
Manado Sulawesi Utara sejauh hampir 2000 kilometer,
singgah berkunjung ke objek-objek wisata yang dilalui
dalam perjalanan dan bermalam selama beberapa
malam dalam perjalanan.
Cruise Overland Tour (Wisatawan Kapal Pesiar
Tourist di darat), program wisata tamu kapal pesiar yang
turun dari kapal pesiar untuk tour darat, sangat berbeda
dengan program tour lainnya. Jauh sebelum kedatangan
kapal pesiar di salah satu atau lebih pelabuhan samudera
yang telah ditentukan, semua program harus sudah
mantap lengkap dengan rute tour, waktu perkunjungan
di objek-objek wisata sudah ditentukan waktu/jam dan
lamanya di suatu objek wisata. Kalau wisatawan itu
ratusan jumlahnya, maka harus dibagi terpisah dalam
group-group kecil, sehingga tidak bertumpuk sekaligus
di suatu objek wisata dalam waktu bersamaan.

4. MENGHITUNG HARGA PAKET WISATA (TOUR


QUOTATION)
Setelah melakukan survei secara langsung ke
destinasi wisata dengan memilih objek-objek wisata
yang dikoridorkan, sekaligus mencatat harga-harga
yang terkait dengan kebutuhan di lapangan, tibalah
saatnya menyusun paket wisata. Berikut ini ada 5 (lima)
tahapan dalam penyusunan Paket Wisata, mulai dari
penyusunan Program Perjalanan Wisata (Tour Itinerary)

94 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


sampai dengan selesainya suatu tour di lapangan dengan
laporan keuangan pelaksanaan perjalanan wisata di
lapangan, termasuk questionary yang telah diisi oleh
wisatawan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan tour di
lapangan.
a. Tahap Pertama: Menyusun Program Perjalanan
Wisata (Tour Itinerary)
MANAKARRA MAMASA TIPALAYO TOUR 5
HARI/4 MALAM
HARI 01: TIBA DI MAMUJU DENGAN PESAWAT
UDARA – CITY SIGHT SEEING
Tiba di Bandar Udara (Bandara) Tampapadang
Mamuju (30 km di sebelah utara Mamuju kota).
Jadwal penerbangan tiba di Mamuju dari Makassar:
GARUDA: GA 660 jam 12.50 WITA (Senin, Selasa,
Kamis, Sabtu, Minggu); WINGS AIR: IW 1300 jam
12.40 WITA (Senin, Rabu, Kamis, Minggu), IW
1302 jam 14.10 WITA (setiap hari), IW 1304 jam
15.15 (Senin, Selasa, Sabtu, Minggu).
Langsung menuju Mamuju kota, singgah di pantai
hutan bakau Saluleang, berkunjung ke beberapa
objek wisata di sekitar Mamuju kota dan sekitarnya,
sebelum sampai ke hotel. Makan malam di hotel
atau di salah satu rumah makan di Mamuju, istirahat
malam.
HARI 02: MAMUJU – MAJENE – POLEWALI (196
km)
Berangkat dengan mobil dari Mamuju kota menuju
Majene, singgah sejenak di Somba untuk melihat
makanan khas ikan yang diasapi siap saji dan
perahu-perahu penangkapan ikan di pinggir laut
Somba. Berkunjung ke pantai Dato Majene sebelum

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 95


makan siang di salah satu rumah makan di Majene.
Sesudah makan siang dilanjutkan menuju Polewali
(55 km), singgah sejenak di Masjid tua Salabose, tiba
di Polewali sore hari, check in di salah satu hotel di
Polewali. Makan malam di salah satu rumah makan
di Polewali, istirahat malam.
HARI 03: POLEWALI – SUMARORONG –
MAMASA (93 km)
Berangkat pagi di Polewali menuju Mamasa kota di
sebelah utara Polewali. Singgah melihat keindahan
alam Malimbong Messawa (Gerbang Wisata Remaja
bagian selatan Kabupaten Mamasa) sejauh 30
kilometer dari Polewali kota melalui pendakian
sejauh 15 kilometer. Makan siang di salah satu
rumah makan di Sumarorong, tiba di Mamasa kota
di sore hari, check in di salah satu hotel di Mamasa
kota. Makan malam di hotel, istirahat malam.
HARI 04: SEHARI PENUH WISATA LEMBAH
MAMASA
Berangkat pagi menuju Tawalian (4 km) di sebelah
timur Mamasa Kota, Orobua (4 km) di sebelah timur
Tawalian. Dari Orobua menuju Tatale, makan siang
di bukit Tokesan Ulu dengan lunch box yang dibawa
dari Mamasa kota. Dilanjutkan menuju Kariango
dan Rantebuda Rambusaratu’, tiba di destinasi
wisata Tondokbakaru yang terkenal dengan anggrek
dan objek wisata remaja Kabupaten Mamasa. Tiba
di Mamasa sore hari, bersiap mandi di salah satu
pemandian air panas alam di sekitar Mamasa kota.
Makan malam di hotel, istirahat malam.
HARI 05: MAMASA – MAMBI – MAMUJU (120 km)
Berangkat pagi-pagi di Mamasa lewat Mambi,

96 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Aralle, Lakahang, tiba di Bandara Tampapadang
Mamuju di siang hari, langsung dengan pesawat
udara menuju Makassar.
b. Tahap Kedua: Inventarisasi Harga (Buying Costs
Inventarisation)

NO DESCRIPTIONS BUYING COST REMARKS


1 Bus Avanza/Innova Rp. 4.500.000 Maximum 4 pax
Rp.1.000.000 x 4 ½ days /bus
2 English Speaking Guide Rp. 2.250.000
Rp. 500.000 x 4 ½ days
3 Hotel Accommodation Single Supplement
base on sharing room: (S. S.):
a. Mamuju: Single Rp. 800.000 Rp. 200.000/pax
Room Rp. 600.000/
night
Double Room Rp.
800.000/night
b. Polewali: Single Rp. 600.000 Rp. 100.000/pax
Room Rp. 400.000/
night
Double Room Rp.
600.000/night
c. Mamasa : Single Rp. 1.000.000 Rp. 300.000/pax
Room Rp. 300.000/
night
Double Room Rp
500.000/night
4 Meals:
a. Lunch : Rp. 50.000/ Rp. 250.000
pax x 5 days
b. Dinner: Rp. 50.000/ Rp. 200.000
pax x 4 nights
c. Breakfast include in Rp. 0
the hotel rates
d. Refreshment en Rp. 125.000
route: Rp. 25.000 x 5
days
5 Entrance Fees:
a. Mamuju: Rp. 10.000 x Rp. 50.000
5 objects
b. Mamuju – Polewali: Rp. 50.000
Rp. 10.000 x 5 objects
c. Mamasa: Rp. 10.000 x Rp. 100.000
10 objects

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 97


NO DESCRIPTIONS BUYING COST REMARKS

6 Porterages Airport: Rp. 50.000


Rp.25.000 x 2 days
7 Parkings:
a. Bandara: Rp. 10.000 x Rp. 20.000
2 days
b. Mamuju: Rp. 10.000 x Rp. 50.000
5 objects
c. Mamuju – Polewali: Rp. 50.000
Rp.10.000 x 5 objects
d. Polewali – Mamasa: Rp. 30.000
10.000 x 3 x objects
e. Mamasa Tour: Rp. 100.000
Rp.10.000 x 10 objects

Catatan: Single Supplement adalah harga tambahan bagi


yang ingin mengambil kamar sendiri (non-sharing), dengan
Rumus:
Harga Single – ½ Harga Double x Jumlah Malam

c. Tahap Ketiga: Menghitung Biaya Tour (Tour


Quotation)
TOUR QUOTATION
Tour Name : Manakarra – Tipalayo – Mamasa Tour
Duration : 5 Days/4 Nights

NO DESCRIPTIONS 1PAX 2 PAX 3 PAX 4 PAX S.SUP.


1 Transportation: 4,500,000 2,250,000 1,125,000 1,125,000
Minivan AC 4 seaters
Rp. 1.000.000/day x 4 ½
days
2 English Spg. Guide Fee 2,250,000 1,125,000 750,000 562,200
Rp.500.000/day
3 Hotel Accommodation
base on Sharing include
breakfast:
a. Mamuju: Rp.800.000/ 800,000 800,000 800,000 800,000 200,000
night
b. Polewali: Rp.600.000/ 600,000 600,000 600,000 600,000 100,000
night
c. Mamasa: Rp.500.000/ 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 300,000
night

98 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


NO DESCRIPTIONS 1PAX 2 PAX 3 PAX 4 PAX S.SUP.
4 Meals:
a. Lunch: Rp. 50.000/ 250,000 250,000 250,000 250,000
pax/day
b. Dinner: Rp.50.000/ 200,000 200,000 200,000 200,000
pax/night
c. Breakfast included in 0 0 0 0
hotels
d. Refreshment en route: 125,000 125,000 125,000 125,000
Rp. 25.000/pax/day
5 Entrance Fees:
a. Mamuju: Rp. 10.000/ 50,000 50,000 50,000 50,000
pax/obj.
b. Mamuju – Polman: 50,000 50,000 50,000 50,000
Rp.10.000/pax/object
c. Polewali – Mamasa:
Rp.10.000
d. Mamasa Tour: 100,000 100,000 100,000 100,000
Rp.10.000 x 10
6 Porterage Airport: 50,000 50,000 50,000 50,000
Rp. 25,000/pax/day
7 Parking Fees;
a. Bandara: Rp. 10.000/ 20,000 10,000 5,000 2,500
bus x 2 d
b. Mamuju: Rp.10.000/ 50,000 25,000 12,500 6,250
bus x 5
c. Mamuju – Polewali 50,000 25,000 12,500 6,250
Rp.10.000
d. Polewali – Mamasa: 30,000 15,000 7,500 3,750
Rp.10.000/bus x 3
objects
e. Mamasa Tour: 100,000 50,000 25,000 12,500
Rp.10.000/bus x 10
objects
SUB TOTAL 10,225,000 6,725,000 5,537,500 4,379,000 600,000

Admission Fee 10% 1,022,000 672,500 553,750 437,900 60,000

GRAND TOTAL/SELLING 11,247,000 7,397,500 6,091,250 4,816,900 660,000


PRICES

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 99


JUAL PAKET WISATA:
MANAKARRA – TIPALAYO – MAMASA TOUR
5 HARI/4 MALAM : PRICES (BERSIH) PER PAX
IN IDR/RUPIAH (NETTO)

1 pax : Rp. 11,247,000


2 pax : Rp. 7,397,500/pax
3 pax : Rp. 6,091,250/pax
4 pax : Rp. 4,816,900/pax
S.Supl. : Rp. 660,000/pax
HARGA TERMASUK (PRICES INCLUDE):
1. Minivan AC (Avanza/Innova) 4 seaters.
2. English Speaking Guide.
3. Hotel accommodation base on sharing include
breakfast.
4. Lunches and dinners.
5. Entrance Fees.
6. Porterage Airport.
7. Parking Fees.
8. Government taxes.
HARGA TIDAK TERMASUK (PRICES EXCLUDE):
1. All airfares.
2. Alcoholic drinks.
3. Massage.
4. Personal call phone in the hotels/accommodations.
5. Laundry.
6. Medical treatments.
7. All Tippings.
8. Other personal expenses.
Catatan: Harga Netto (Net Price) adalah harga jual
pokok, sehingga penjual selanjutnya menaikkan . .
. . . % (biasanya 10%) dari harga Net Price sebagai
keuntungan menjual paket wisata.

100 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


d. Tahap Keempat: Menghitung Biaya Tour yang
diserahkan kepada Pramuwisata yang menangani
TOUR FUND REQUEST
AGENCY NAME : ___________________________________
Individual/Group Name (s) : ___________________________________,
Total Pax: __________________________
Tour Name and Duration : __________________________, ___/Days
___/Nights
Arrival Date : ____/____/____, by _________________,
at ______________, From _____________
Departure Date : ____/____/____, by _________________,
at ______________, For _______________
Hotel/Accommodation : ______________, Check in ___/___/___,
Check Out ___/___/___
Guide Name : ___________________________________
Guide Speaking : ___________________________________
Agency Clients’ Name : ___________________________________
Transportation Used : __________________ AC/Non-AC: ___,
Seaters Available ___
Attention : Please collect the clients’ Voucher and air
tickets for reconfirmation.

TOUR
NO DESCRIPTIONS REMARKS
EXPENSES
1 Guide Fee English Speaking Guide

2 Hotel/Accommodations:
a. Mamuju Rp.
b. Polewali Rp.
c. Mamasa Rp.
3 Meals:
a. Lunch Rp.
b. Dinner Rp.
c. Breakfast include in hotel price Rp.
d. Refreshment en route Rp.
4 Poretarage Airport Rp.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 101


TOUR
NO DESCRIPTIONS REMARKS
EXPENSES
5 Entrance Fees:
a. Mamuju Rp.
b. Mamuju – Polman Rp.
c. Polewali – Mamasa Rp.
d. Mamasa Tour Rp.
6 Parking Fees:
a. Airport Rp.
b. Mamuju Rp.
c. Mamuju – Polewali Rp.
d. Polewali – Mamasa Rp.
e. Mamasa Tour Rp.
7 Miscellaneous Rp.

TOTAL REAL TOUR EXPENSES Rp.

e. Tahap Kelima: Pramuwisata melaporkan


pertanggung jawaban keuangan tour yang
disiapkan formulirnya oleh Biro Perjalanan
Wisata yang menugasi dan menyetor Questionary
yang telah diisi wisatawan sebagai bahan evaluasi
perjalanan tour di lapangan
Ada Biro Perjalanan Wisata yang tidak mewajibkan
pertanggung jawaban keuangan di lapangan, tetapi
ada juga yang mengharuskan dan mengembalikan
jika ada saldo/sisa pengeluaran, atau menambahkan
jika ada kekurangan pengeluaran di lapangan.

102 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


BAB XI
PENANGAN TAMU KAPAL PESIAR TURIS

Wisata Kapal Pesiar, merupakan suatu sarana


berwisata lewat samudera dengan menggunakan kapal
pesiar turis, mengelilingi sebagian atau keseluruhan bola
bumi ini. Berbagai jenis kapal pesiar dengan kondisi,
kapasitas dan kelasnya masing-masing. Ada kapal pesiar
serba lux dengan harga yang tinggi, ada pula yang standar
dengan harga terjangkau.
Peserta Wisata Kapal Pesiar Turis akan merasakan
kenikmatan melalui tour kapal pesiar, bagaikan surganya
dunia. Selama berada di kapal pesiar, perasaan sekan-akan
berada di sebuah hotel bergerak dengan fasilitas serba
ada. Membuat pesertanya merasa nyaman selama dalam
perjalanan samudera.
Semua acara sudah disusun sedemikian rupa sehingga
tidak ada rasa bosan dan capek. Mulai dari penyajian
makanan dan minuman bervariasi silih berganti, hiburan
siang dan malam disusun sedemikian rupa, sehingga
pesertanya terpanggil untuk mengikuti semaksimal
mungkin semua acara.
Jika dalam perjalanan kapal pesiar, ada peserta yang
meninggal dunia, ada dokter khusus yang menanganinya,
lengkap ruang pendingin/kamar jenazah untuk menyimpan
jenazah dengan jangka waktu tertentu. Dapat dipulangkan
ke negara asalnya setelah tiba di suatu pelabuhan,

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 103


sementara wisatawan lainnya berwisata ke darat, jenazah
boleh diuruskan pemberangkatannya ke negara asalnya.
Jika ada peserta yang harus mengakhiri suatu tour
di suatu kota, sesuai dengan paket wisata yang dibelinya,
maka ia meninggalkan kapal pesiar dan melakukan tour
lain atau kembali ke negaranya dengan pesawat udara.
“Major Officers and On-Board Staff”
(Kelengkapan sebuah Kapal Pesiar Turis)
Captain : kapten kapal pesiar.
Staff Captain : staf pendamping kapten kapal pesiar.
Chief Engineer : bagian kamar mesin.
Hotel Manager : mengatur semua yang berhubungan dengan
hotel/akomodasi dalam kapal.
Chief Purser : bagian keuangan kapal termasuk penukaran
uang (Money Changer) di kapal.
Chief Radio Officer : bertanggung jawab berkomunikasi ke dalam dan
ke luar kapal dengan telepon/radio.
Cruise Director : yang bertanggung jawab atas semua acara dalam
kapal, mengawasi cabin, mengatasi jika ada hal-
hal terjadi di kapal, briefing dan lain-lain.
Bar Manager : yang mengatur semua jenis minuman dalam
kapal, baik yang termasuk dalam harga maupun
yang tidak termasuk.
Passenger Services : bertanggung jawab mengatasi masalah yang
Representative terjadi dengan peserta kapal pesiar, booking,
pengurusan tiket peserta, dan mengatur tempat
duduk di cabin.
Ship’s Doctor : melayani pasien peserta kapal pesiar yang sakit/
meninggal dunia di dalam kapal pesiar.
Cabin Stewards : bagian kebersihan cabin pesawat, room service
makanan dan snack.
Maitre d’ : mengatur pakaian kerja dining room, mengatur
meja dan tempat duduk secara bervariasi supaya
tidak membosankan, mengatur pergantian
pelayan dalam kapal.
Dining Room : penunggu/pelayan di dining room dan melayani
Waiters makanan buffet tengah malam, makan pagi,
makan siang, makan malam, khusus yang
berada di sekitar kolam renang kapal pesiar.

104 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Busboys : pembantu pelayan utama penunggu untuk
makanan dan minuman, serta membersihkan
meja.
Social Hostes : wanita-wanita yang memperkenalkan peserta
kepada kapten kapal, pada saat baru tiba dalam
kapal dan akan pergi meninggalkan kapal,
membantu staff untuk berbagai kegiatan dalam
kapal.
Ship’s Male Cruise : pria-pria pegawai kapal untuk menari bersama
Hosts pelayan-pelayan wanita dalam kapal pesiar
menghibur peserta kapal.
Entertainers : yang menghibur dalam bentuk pertunjukan dan
menyanyi dalam kapal untuk menghibur peserta
dalam kapal.
Shore Excursion : bertanggung jawab untuk penjualan eskursi
Manager di pelabuhan di mana kapal pesiar singgah
tour atau mampir sejenak, membagi tiket/
karcis kunjungan, mengurus penukaran uang
dan pengembalian jika harus terjadi, mengatur
peserta tour khusus bagi pegawai kapal,
melakukan koordinasi dengan petugas tour
darat yang dilakukan di suatu pelabuhan tempat
singgah.
Casino Manager : mengatur tempat dance dan hiburan malam
lainnya.
Youth Counselors : pegawai kapal yang mengatur hiburan untuk
pemuda (i) dan anak-anak peserta kapal pesiar.
Sumber: Brooke (1992: 198 – 199).

1. PENANGANAN TOUR DI PELABUHAN (SHORE


EXCURSION)
Setiap kapal pesiar, jauh sebelumnya, telah
ditetapkan pelabuhan tempat singgah secara paten.
Kriteria sebuah pelabuhan, layak tidaknya disinggahi,
terlebih dahulu dilakukan survei. Kelengkapan fasilitas
di Pelabuhan seperti, adanya persiapan bahan bakar
yang cukup, persediaan air bersih yang cukup untuk
disuplai ke kapal, adanya Rumah Sakit terdekat yang
memenuhi syarat kelengkapan alat-alat kesehatan –
dokter dan paramedis, adanya bank besar, adanya
sarana pengiriman barang seperti kantor pos dan
perusahaan pengiriman barang lainnya, dan lain-lain

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 105


yang dianggap perlu sesuai kebutuhan untuk kapal
pesiar dan penumpangnya. Jika layak, maka dimasukkan
dalam program tetap. Sehingga peserta sudah akan
mengetahui di pelabuhan mana cocok untuk turun
berwisata singkat ke darat. Dalam perjalanan, program
wisata (shore excursion tour itinerary) dijual di atas kapal
oleh Shore Excursion Manager dengan mencantumkan
batas waktu penutupan penjualan.
Kalau sudah ada kepastian adanya penumpang
yang akan turun di pelabuhan, yang ditugaskan dari
kapal pesiar turis melakukan koordinasi dengan kepala
Pelabuhan, bagian Keimigrasian pelabuhan, bagian
Karantina, bagian Bea cukai dan KP3 di pelabuhan
tersebut. Mereka akan mengurus semuanya sesuai
bidang masing-masing. Biro Perjalanan Wisata yang
menangani Tour Kapal Pesiar berkonsentrasi mengurus
tournya, walaupun ada juga koordinasi pengecekan
yang dilakukan Biro Perjalanan Wisata bagi petugas
pelabuhan.
Setelah ada kepastian berapa peserta yang akan
ikut pada Shore Excursion di pelabuhan tersebut,
disampaikan kepada Biro Perjalanan Wisata yang akan
menangani tour tersebut untuk menyiapkan segala
fasilitas yang dibutuhkan. Kebutuhan seperti jumlah
dan jenis bus, jumlah Pramuwisata dan Spesialisasi
Bahasa, jadwal perkunjungan dikontrol ulang siapa
tahu ada kendala seperti tanah longsor, atau halangan
lain yang mengharuskan adanya perubahan jadwal
yang perlu disampaikan ke kapal sebelum embarkasi
Shore Excursion.
Berdasarkan pengalaman bahwa, minimal 3 (tiga)
hari sebelum Shore Excursion Embarkation, sudah ada
name list yang dikirimkan dari kapal, berupa jumlah

106 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


peserta Shore Excursion dan catatan-catatan lain
menyangkut peserta tour.
Dengan komunikasi berapa orang yang akan turun
dari kapal mengikuti tour darat, sudah bisa disiapkan
mobil, pramuwisata, tarian menyambut di pelabuhan,
persiapan-persiapan lain. Untuk briefing menyangkut
persiapan kepada Pramuwisata dan sopir serta petugas
lainnya yang terlibat di pelabuhan, dalam perjalanan
dan di objek-objek wisata, selain dilakukan briefing
secara oral, juga dilengkapi dengan program tour secara
tertulis, lengkap dengan waktu/jam secara detail untuk
menjadi pegangan tertulis. Program tertulis, selalu
dipegang oleh Pramuwisata, sehingga tidak ada yang
salah ingat. Hal ini, menjaga kemungkinan, jika ada
Pramuwisata terlambat datang sebelum briefing atau
mengantuk saat briefing karena perjalanan jauh dan
sudah jauh malam.
Biasanya setelah persiapan di pelabuhan, mobil-
mobil serta Pramuwisatanya diatur sedemikian rupa
dilengkapi nomor kendaraan mulai dari nomor 01
dengan mencantumkan kapasitas tempat duduk
maksimal, nama Pramuwisata dan nama Sopir. Tidak
perlu berteriak keras-keras pakai pembesar suara di
pelabuhan, tetapi para wisatawan sisa melihat nomor
kendaraannya dan langsung naik ke bus, sesuai dengan
informasi yang disampaikan ke kapal paling lambat 1 x
24 jam sebelum embarkasi Shore Excursion.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 107


BAB XII
SEJARAH LAHIRNYA
HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA (HPI)

Lahirnya satu-satunya organisasi profesi Pramuwisata


di Indonesia bernama Himpunan Pramuwisata Indonesia
disingkat HPI, lahir dari embrio-embrio Pemandu Wisata
dari beberapa daerah. Laksana beberapa anak sungai yang
berhulu dari beberapa daerah, kemudian bermuara ke
sungai induk secara nasional itulah HPI sampai saat ini.
Menurut penuturan Ketua Umum DPP HPI Bapak Anak
Agung Tentram Wisana yang digiring DPD HPI Sulawesi
Selatan ke Mamasa di awal tahun 1991 bersama Ketua
Umum DPD HPI Sulawesi Selatan Drs. Emil Tumanduk
dan Sekretaris Umum DPD HPI Sulawesi Selatan Drs.
Arianus Mandadung serta Bendahara DPD HPI Sulawesi
Selatan Syahran Kindjam, B. Sc. menjelang Rakernas III HPI
di Makassar pada akhir tahun 1991, serta beberapa sumber
lain ditambal sulam, itulah yang diramu dalam tulisan ini.
Pulau Dewata Bali sebagai perintis tujuan wisata
Indonesia di jaman lampau, di sanalah lahir embrio-
embrio Pramuwisata. Bertitik tolak dari diresmikannya
hotel perintis terbaik di Bali yaitu Bali Beach Hotel pada
tahun 1966 oleh Presiden RI Pertama Bapak Ir. Soekarno.
Ternyata memiliki daya dorong munculnya Pemandu
Wisata di Bali yang walaupun saat itu masih sangat
kurang jumlahnya dan bisa dihitung jari. Para guide hanya
menguasai satu bahasa saja yaitu bahasa Inggris untuk
berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara. Secara

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 109


alami belajar sendiri, Pemandu Wisata menjemput sendiri-
sendiri tamu di Bandara Ngurah Rai Bali, sering berebutan
tamu, menyewa sendiri kendaraan dan diantar ke hotel Bali
Beach. Dari situlah Pemandu Wisata mengarahkan turis-
turis ke tempat menarik, prasarana dan sarana pariwisata
saat itu masih sangat sederhana apa adanya. Pada saat itu
belum ada Biro Perjalanan Wisata seperti sekarang yang
mengatur perjalanan wisata dan menyusun paket wisata
dan dijual kepada wisatawan.
Bapak Ida Bagus Rata yang saat itu sebagai dosen
di Universitas Udayana Bali muncul sebagai perintis
mengkoordinir guide di Bali karena jiwanya ada di
pariwisata. Bersama 12 orang Pemandu Wisata perintis yang
lahir secara inisiatif, difasilitasi Gede Ria sebagai Kepala
Dinas Pariwisata Bali saat itu. Menghimpun Pemandu
Wisata tersebut dan menghimbau agar para Pemandu
Wisata bergabung dalam suatu organisasi profesi Pemandu
Wisata supaya mudah dikoordinir dengan kontrol dan
pengawasan yang baik bahkan lebih mudah dibina.
Bertitik tolak pada pertemuan itulah sehingga pada
tahun 1969 lahir sebuah organisasi profesi Pemandu Wisata
yang dikenal dengan Persatuan Pramuwisata Bali yang
dalam bahasa Inggris “Bali Guide Association” disingkat
BGA dan Bagus Rata sebagai Ketua dengan sekretarisnya
yaitu Anak Agung Tentram Wisnawa.
Namun Bagus Rata sebagai Ketua BGA harus
mengundurkan diri di tahun 1971 karena ada peraturan
bahwa sebagai dosen Universitas Udayana Bali tidak boleh
terjun ke dalam asosiasi swasta, kemudian digantikan oleh
Kadek Yudanegara yang sebelumnya sebagai Wakil Ketua
BGA. Musyawarah Daerah (Musda) pertama BGA di tahun
1974, dihadiri 25 orang Pemandu Wisata dari 90 orang
yang sudah berkecimpung di bidang Pemandu Wisata Bali,

110 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


dilaksanakan di Gedung Merdeka Denpasar Bali. Pada saat
itulah Anak Agung Tentram Wisnawa yang sebelumnya
sebagai sekretaris BGA Bali, terpilih sebagai Ketua Umum
BGA didampingi Sekretaris yaitu Rizani Idsa Karnanda.
Mulai saat itulah, Pemandu Wisata Bali diberikan pembinaan
bahasa Inggris, tata cara mengantar turis, dan lain-lain
untuk menjadikan mereka lebih profesional. Pengaruhnya,
semakin bertambah jumlah wisatawan mancanegara ke
Pulau Dewata Bali yang ditangani Pemandu Wisata yang
sudah dibina dan dilatih. Pada saat itu juga dibentuklah Tour
Guide Course untuk melatih Pemandu Wisata lebih lanjut.
Kegiatan ini didukung pula oleh Tirto Sudiro yang saat
itu sebagai Dirjen Pariwisata Departemen Perhubungan.
Selain bimbingan dari pemerintah, ada juga bimbingan
dari Prof. Tito, seorang penggiat pariwisata berkebangsaan
Italia, maka lahirlah 10 Kode Etik Pramuwisata.
Menjelang Konferensi Pacific Asia Travel Association
(PATA Conference) yang akan diselenggarakan di Bali, ada
5 (lima) orang anggota BGA mendapat perhatian khusus
dari pemerintah dan diutus ke Jakarta untuk dididik dalam
mempersiapkan diri menangani peserta Konferensi PATA
di tahun 1974.
Di sisi lain, di Jakarta juga sejak tahun 1964 dalam
mengikuti perkembangan pariwisata Indonesia, para
Pramuwisata lokal Jakarta dimulai dengan penanganan
tamu Kapal Pesiar. Agar terciptanya pengaturan
Pramuwisata yang lahir secara spontanitas, supaya tidak
berebutan tamu, pada tahun 1965 dibentuklah Jakarta
Guide Association disingkat JGA dengan Ketua Syamsuarni
Sam. Organisasi JGA juga satu tujuan dengan GBA di Bali
yaitu untuk koordinasi persiapan Konferensi PATA karena
di Jakarta sebagai ibu kota negara akan menjadi tempat
penyelenggaraan lokakarya, Bali sebagai primadona
pariwisata nasional akan ditempati konferensi. Namun

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 111


secara internal Pramuwisata Jakarta juga punya kemelut,
terjadi persaingan berat antara Pramuwisata Senior dan
Pramuwisata Junior sehingga pecah.
Selanjutnya, Persatuan Pramuwisata Jakarta
menghadiri pembentukan organisasi profesi HDWI dengan
Ketua Wisnu yang muncul dari Amato Club, suatu kelompok
Pramuwisata Jakarta yang dibina oleh Pof. Eduardo Amato
dari Italia. Pada tahun 1987, sebanyak 3 (tiga) kelompok
Guide Jakarta mendirikan organisasi ASPITA singkatan dari
Asosiasi Pramuwisata Jakarta dengan Ketua Syamsuarni
Sam dengan Sekretaris Jan L. Simandjuntak. Keduanya
hadir mewakili guide Jakarta di Palembang pada tahun 1988
yang bergabung dengan pengurus lainnya di Indonesia
antara lain: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, Papua.
Pada saat itulah penyatuan kembali jiwa Pramuwisata
Indonesia setelah terjadi kemelut Surabaya.
Selanjutnya BGA menyelenggarakan Musyawarah
Daerah (Musda) II tepatnya berlangsung tanggal 26-
27 Maret 1983. Pada saat itu Bapak Yoop Ave sebagai
Dirjen Pariwisata Departemen Perhubungan menaruh
perhatian besar terhadap organisasi profesi Pemandu
Wisata. Sebelum pelaksanaan Musda II BGA, Yoop Ave
memberikan masukan untuk menghadirkan asosiasi
Pemandu Wisata dari daerah lain di seluruh Indonesia dan
mendirikan sebuah organisasi profesi Pramuwisata tingkat
nasional dengan menghargai embrionya yaitu BGA. Pada
saat itu hadir sejumlah pengurus asosiasi Pemandu Wisata
antara lain: Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat,
DIY Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Lombok,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara. Dalam MUSDA II BGA
ini, lahirlah organisasi profesi Pramuwisata nasional yaitu

112 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Himpunan Duta Wisata Indonesia disingkat HDWI dan
Musda II BGA di tahun 1983 dianggap sebagai Musyawarah
Nasional (Munas) I HDWI. Anak Agung Tentram Wisnawa
terpilih sebagai Ketua Umum dan Rizani Idsa Karnanda
sebagai Sekretaris, dibantu Wakil Ketua Ngurah Ardika
dan Kamarwan dari Persatuan Pramuwisata Istana Bogor.
Pada Munas I HDWI belum ada Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah tangganya, sehingga akan dibahas dalam
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I HDW yang direncanakan
pada saat itu akan berlangsung di Surabaya Jawa Timur,
yang pendanaannya dibantu oleh Wali Kota Surabaya dan
menunjuk pengurus HDW Jawa Timur sebagai Panitia
Lokal/Panitia Pelaksana Rakernas I HDWI. Namun, dalam
perencanaan Rakernas I HDWI di Surabaya ada perbedaan
pendapat mengenai pendanaan yang tidak transparan dan
tanpa sepengetahuan Ketua Umum HDWI Anak Agung
Tentram Wisnawa. Akhirnya Rakernas I HDWI di Surabaya
dibatalkan.
Adanya masalah besar di tubuh Panitia Rakernas
I HDWI di Surabaya Jawa Timur merupakan kemelut
internal asosiasi profesi Pramuwisata yang membawa
kesan yang tidak baik bagi pemerintah. Pemerintah sangat
menyesalkan adanya HDWI akibat peristiwa/kemelut
Surabaya.
Sebagai tindak lanjut kemelut tersebut yang menimpa
organisasi yang baru terbentuk dan masih merayap, Dirjen
Pariwisata mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan
Temu Wicara nasional yang diselenggarakan di Taman
Chandra Wilwatika Pandaan Jawa Timur yang dihadiri
seluruh Kepala Dinas Pariwisata Propinsi se-Indonesia
serta 15 (lima belas) Asosiasi Pramuwisata yang ada di
daerah-daerah. Temuwicara dimaksud terselenggara pada
tanggal 29–30 Maret 1988 dengan tujuan mempersatukan

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 113


kembali Asosiasi Pramuwisata seluruh Indonesia
yang telah renggang hubungannya pada saat gagalnya
penyelenggaraan Rakernas I HDWI di Surabaya.
Atas usul Dirjen Pariwisata maka Himpunan Duta
Wisata Indonesia (HDWI) diubah namanya menjadi
HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA disingkat HPI
dan dibentuk pengurusnya di semua daerah yang sudah
memungkinkan di seluruh Indonesia. Perubahan nama
ini harus dilakukan mengingat istilah Duta Wisata sangat
berat tanggung jawabnya karena identik dengan Duta Besar
berkuasa penuh di luar negeri.
Menindak lanjuti perubahan nama dari HDWI ke HPI,
maka pemerintah menetapkan Kepala Dinas Pariwisata
Sumatera Barat dan Kepala Dinas Pariwisata Sumatera
Selatan untuk menjadi penyelenggara MUNAS I HPI di
Palembang guna membentuk Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
HPI sekaligus membahas Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga HPI. Palembang ditunjuk sebagai tempat
penyelenggaraan MUNAS I HPI mengingat Palembang
sebagai tempat lahirnya dan jayanya Kerajaan Sriwijaya di
masa lampau. Kepedulian pemerintah terhadap organisasi
profesi Pramuwisata nasional dituangkan dalam Surat
Keputusan Dirjen PUOD Departemen Dalam Negeri
tanggal 16 Januari 1988 dengan nomor: 556/2134/PUOD,
tentang wadah Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI)
sebagai dasar hukumnya.
Pada tanggal 4-5 Oktober 1988, Munas I HPI
diselenggarakan di Palembang Sumatera Selatan dengan
agenda utama menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga HPI serta memilih Dewan Pimpinan Pusat
Periode 1988–1993. Event ini kembali menaruh kepercayaan
pemerintah untuk membina organisasi profesi Pramuwisata
sebagai garda terdepan Pariwisata Indonesia yang semakin

114 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


berkembang. Di tangan Pramuwisata lah di bawah kendali
organisasi profesinya akan mengangkat nama bangsa
Indonesia ke dunia internasional melalui pelayanan
primanya, di bawah naungan dan pengawasan pemerintah
dengan membina dan mendidik mereka menjadi tenaga
profesional pariwisata nasional.
Untuk itulah Tema Munas I HPI di Palembang:
“Melalui MUNAS I HPI Kita Mantapkan Organisasi
Profesi Pramuwisata guna Mendukung Kebijaksanaan
Pemerintah di Bidang Kepariwisataan”.
Begitu pentingnya event Munas I HPI di Palemnang
tanggah 4-5 Oktober 1988, maka tanggal 5 Oktober
1988 ditetapkan sebagai hari lahirnya organisasi profesi
Pramuwisata HPI yang akan dijadikan event penting
di masa yang akan datang. Dengan alasan inilah, maka
Rakernas XVIII HPI yang untuk pertama kali dilaksanakan
secara virtual karena masalah covid-19 yaitu tanggal 5
Oktober 2020 sekaligus menetapkan Labuan Bajo Nusa
Tenggara Timur sebagai tempat pelaksanaan Munas HPI
tanggal 5 Oktober 2021.
Sampai saat ini, selain DPP HPI, juga sudah terbentuk
DPD HPI di 34 propinsi se-Indonesia dan DPC HPI di
kabupaten/kota yang sudah memungkinkan terbentuk.
Dalam MUNAS I HPI di Palembang, ternyata yang
bisa diselesaikan hanyalah Anggaran dasar HPI. Anggaran
Rumah Tangga diserahkan penyelesaiannya kepada DPP
HPI dan disepakati akan dibahas dalam Rakernas I HPI
di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Pada Munas I HPI di
Palembang, juga diputuskan untuk menyelenggarakan
Munas II HPI di Manado Sulawesi Utara. Selain itu
bahwa, berhubung Munas I HPI di Palembang hanya bisa
menyelesaikan penyusunan Anggaran Dasar HPI, maka
Anggaran Rumah Tangga HPI akan dibahas dan disusun di

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 115


Rakernas I HPI di Banjarmasin Kalimantan Selatan sekaligus
pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
HPI, menyusun dan mengesahkan Program Kerja HPI masa
bhakti 1988 – 1993, membahas masalah organisasi HPI,
masalah Guide Fee, dan lain-lain yang sehubungan dengan
masalah Kepariwisataan.
Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Himpunan
Pramuwisata Indonesia (DPP HPI) periode pertama tahun
1988 – 1993 yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Munas
I HPI dengan nomor: 10/MUNAS I/X/1988 tertanggal 5
Oktober 1988 sebagai berikut:
Ketua Umum : Tentram Wisnawa
Ketu I : Harry Simandjuntak
Ketua II : Nongki
Ketua III : Munjirin
Ketua IV : H. Gathmir Senen
Sekretaris Umum : Drs. M. Rizani Idsa Karnanda
Departemen I Hubungan Antar Industri Pariwisata dan
Pemerintah:
1. Willy Jaya
2. Yose Rizal
Departemen II Pendidikan dan Kesejahteraan:
1. Easther M. Tamtama
2. Herman Rukmadani
Departemen III Hubungan Antar Daerah dan Luar Negeri:
1. Drs. M. Rizani Idsa Karnanda
2. Joe Nasroen
3. Drs. Emil Tumanduk
Departemen IV Humas:
1. Hery Marhono

116 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Ditetapkan di : Palembang
Pada Tanggal : 5 Oktober 1988

Musyawarah Nasional Pertama


Himpunan Pramuwisata Indonesia (MUNAS I HPI)
Ketua Umum Sekretaris Umum

Tentram Wisnawa Drs. M. Rizani Idsa Karnanda

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 117


BAB XIII
KARAKTERISTIK WISATAWAN

Seorang Pramuwisata harus bisa memahami karakter


wisatawan setiap suku dan bangsa. Jangan digiring ke
tempat yang mereka tidak senangi. Berikut ini, beberapa
karakteristik wisatawan dari berbagai negara sumber
wisatawan dunia:

1. Orang Perancis
Menyukai kebudayaan tradisional, pranata sosial,
tarian drama, musik, seni, upacara adat dan keagamaan
serta nuansa pedesaan. Lebih memilih berkunjung ke
atraksi wisata yang spesifik khususnya tempat-tempat
arkeologi, candi-candi kuno dan tempat-tempat yang
dikomersilkan. Suka mencoba pengalaman dan aktivitas
baru serta cenderung berpetualang sehingga banyak yang
senang wisata jalan kaki (trekking) berat. Suka belanja
kerajinan tangan dan barang-barang antik. Tidak mau
tergesa-gesa atau ceroboh, selalu berpikir panjang, dan
teliti. Bersahabat, disiplin, memiliki tingkah laku yang
baik, sopan dan patuh pada peraturan, tetapi mudah
kecewa apabila tidak menyukai sesuatu. Hal inilah
Pramuwisata harus mampu menghindari kekecewaan.
Ada juga orang Perancis, sepertinya mencari-cari
pengeluhan (complaint) di akhir tour supaya ada alasan
tidak memberikan tip kepada Pramuwisata dan Sopir
yang menangani, mungkin sudah kehabisan uang.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 119


Ada kesan bahwa, sepertinya ada wisatawan Perancis
tertentu sudah mempelajari bagaimana menciptakan
complaint (complaint science) supaya terhindar dari
pengeluaran uang tip kepada Pramuwisata dan Sopirnya
di akhir tournya. Wisatawan Perancis cenderung
berpakaian sesuai dengan situasinya, bisa rapi sekali/
modis, berparfum dan juga terkadang cara berpakaian
sangat ekstrim saat dipantai. Terkenal cepat memulai
tour di waktu pagi dan nanti tidak kelihatan mata hari
baru kembali ke hotel. Siapkanlah fisik dan mental
menangani wisatawan Perancis yang kadang-kadang
melelahkan dan membingungkan. Banyak wisatawan
Perancis, walaupun bisa berbahasa Inggris, tidak
mau berbahasa Inggris karena menganggap bahasa
Perancis lebih mulia dibanding bahasa Inggris. Kalau
Pramuwisatanya spesialisasi bahasa Inggris karena
kehabisan Pramuwisata spesialisasi bahasa Perancis,
terpaksa bahasa Inggris sedikit-sedikit, tetapi kalau
tiba-tiba marah, ternyata fasih berbahasa Inggris.

2. Orang Jerman
Berlaku sopan, terbuka, memiliki tingkah laku
yang baik, mengomentari langsung setiap pengalaman
mereka. Suka belanja souvenir dari batu dan kayu.
Toleransi pada fasilitas dan pelayanan yang berbeda.
Keingintahuannya tinggi terhadap sesuatu, bahkan
sampai mendetail. Suka daerah yang apa adanya, murni
dan ingin mengetahui atraksi hingga tuntas. Tertarik
pada kebudayaan tradisional, upacara keagamaan,
tarian, tempat bersejarah, pemandangan yang indah
dan suka membandingkan kebudayaan tradisional satu
dengan yang lainnya. Menyukai perjalanan sesama
bangsanya, terkadang kurang bisa bergabung dengan
bangsa lain. Disiplin, teliti, mempunyai organisasi

120 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


yang baik, komitmen, dan intelek. Kuat jalan kaki
petualangan dengan persiapan bahan makanan yang
cukup dalam perjalanan, senang minum bir bintang.

3. Orang Cina, Taiwan dan Korea


Lebih mementingkan nilai dan prinsip, senang
harga murah dan tidak terlalu mementingkan fasilitas
dan pelayanan yang prima. Banyak bicara, cerewet
namun sering juga begitu peramah dalam situasi tertentu
jika berhadapan dengan orang peramah. Menonjolkan
peran dan kesan budaya Cina. Gampang marah bila
tidak cepat bertindak. Lebih menyukai bahasa sendiri
dari pada bahasa Inggris. Suka bergerombol dalam
satu kelompok ramai-ramai menciptakan kekompakan
mirip bebek. Selalu berpikir ekonomis, hemat dasar
orang Cina. Sifatnya tertutup, kecuali kepada orang
yang sudah dikenal dan menaruh kepercayaan.

4. Orang Inggris
Hidup penuh disiplin tetapi terkenal egois
menjaga prestise, citra dan jati diri. Melayani orang
dengan bersahabat tetapi juga mempunyai kepribadian
ingin dilayani dengan baik. Teliti dalam pengeluaran
uang, tidak menyukai perjalanan berkelompok (group
tour), lebih senang jalan sendiri tanpa digabung dengan
orang lain. Hangat dan sopan dalam pergaulan hidup,
mempunyai tingkah laku yang baik penuh kesopanan
dan menjaga persahabatan dengan orang lain. Terkenal
tertutup tidak terbuka seperti orang Eropa lainnya dan
mempunyai kepribadian yang kuat. Senang budaya
tradisional dan karakteristiknya, menyukai pantai serta
keindahan alam. Tidak suka privasinya diganggu dan
tidak terlalu suka petualangan dalam berwisata, santai
saja.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 121


5. Orang Italia
Terkenal sangat terbuka, komunikatif, romantis,
ekspresif, agak cerewet khususnya jika sudah kenal.
Kurang disiplin dan sulit ditangani tetapi mereka mudah
beradaptasi dengan keadaan setempat, artinya terbuka
dan bersahabat untuk semua orang. Menyenangi tempat-
tempat mewah tetapi sedapat mungkin harganya murah,
bisa ditawar untuk penghematan. Senang kebudayaan
tradisional dan seni serta pemandangan alam yang
romantis seperti lambaian pohon kelapa di pinggir
pantai. Terkenal ribut dan di atas bus wisata masing-
masing membuka percakapan berhadapan dengan
sesamanya yang menciptakan kebisingan percakapan
di atas bus. Banyak wisatawan Italia mencari spaghetti
(mie khusus), sehingga hati-hati membawa wisatawan
Italia jika hidup dari spaghetti dan tidak ada di tempat
tersebut. Orang Italia sangat takut, jika ada binatang
kacoa’ dalam kamar hotel, biasanya langsung pindah
kamar jika melihat ada kacoa’ dalam kamar hotel.

6. Orang Spanyol
Orang Spanyol mirip-mirip karakter wisatawan
Italia. Perbedaannya dengan orang Italia senang
mengunjungi daya tarik budaya/sejarah, mengunjungi
saudara maupun teman dan makanan enak negara
tujuan, merupakan faktor yang mendorong wisatawan
Spanyol untuk berkunjung ke negara-negara tujuan
wisata. Negara tujuan yang mendapat perhatian
wisatawan Spanyol adalah Perancis, Portugal, Maroko,
Italia, Inggris, Amerika Serikat, Yunani, dan Thailand.
Banyak wisatawan Spanyol mulai melirik ke Asia
selain wilayah Eropa, seperti Indonesia. Sejauh ini, Bali
masih merupakan tujuan utama wisatawan Spanyol
untuk berlibur di Indonesia. Tujuan lainnya adalah

122 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Lombok. Daya tarik budaya/sejarah negara tujuan
dan makanan enak merupakan faktor yang mendorong
wisatawan Spanyol berkunjung ke Indonesia.
Negara-negara Asia Tenggara yang banyak
melakukan promosi wisata di Spanyol adalah Thailand
dan Malaysia serta Indonesia.

7. Orang Rusia
Rusia adalah negara terbesar di dunia dengan luas
17.1 juta km2 di wilayah Eropa dan Asia. Wilayahnya
membentang dari Eropa Timur hingga Asia bagian Utara.
Tak heran jika negara ini memiliki beragam destinasi
wisata alam yang memukau.
Rusia memiliki berbagai variasi dataran. Gurun
Kutub Utara terletak di ujung utara, dan di wilayah
selatan berupa hutan dan padang rumput. Sebagian
besar Rusia terletak di wilayah yang memiliki suhu
sangat rendah pada musim dingin. Ketika musim dingin
banyak sungai, danau dan rawa-rawa yang beku akibat
suhu yang dapat mencapai minus (-) 30 derajat celcius.
Rusia adalah negara yang sangat menghormati
perbedaan. Etnis, budaya, dan nasionalisme Rusia sangat
erat kaitannya dengan Gereja Ortodox, yaitu agama yang
dianut oleh Rusia selama hampir seribu tahun. Hal ini
menyebabkan dalam setiap etnis Rusia memiliki warisan
Ortodoks. Konsensus para jemaat Ortodox dipandang
sebagai kebenaran yaitu suatu singularitas kebenaran
di mana tidak ada ruang pluralisme pendapat.
Komunal dan semangat kebersamaan yang sampai
saat ini masih melekat dalam jiwa Rusia, membedakan
Rusia dari negara-negara Barat lainnya. Rusia yang
memiliki sejarah dari komune desa pertanian dengan
kepemilikan tanah bersama dan pengambilan keputusan

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 123


berdasarkan pemimpin. Membuat kehidupan sehari-
hari pada saat ini terlihat jelas bahwa orang-orang Rusia
hidup secara berkelompok. Sebagai contoh, di restoran
orang-orang Rusia tidak segan untuk bergabung dengan
orang yang tidak dia kenal daripada menikmati makan
sendiri. Pria mencium pria dan menunjukkan perasaan
kasih sayang, rekreasi yang diatur oleh kelompok, dan
lain-lain.
Orangtua dan wanita memiliki tempat khusus di
hati kebanyakan orang Rusia. Meski hal ini dianggap
jamak dilakukan orang-orang di seluruh negara, namun
orang Rusia benar-benar melakukannya di mana-mana
tanpa melihat status. Contoh yang paling baik adalah
tradisi masuk kelas, mahasiswa wanita diperbolehkan
masuk kelas terlebih dahulu disusul mahasiswa pria.
Orang Rusia terkenal “to the point” dalam pergaulan
hidupnya. Contoh yang paling sederhana adalah saat
Anda ingin berkenalan dengan seorang wanita Rusia,
mereka akan langsung menolak dan pergi jika sudah
memiliki kekasih.
Paham komunis sering mendengungkan jargon
“sama rasa sama rata”. Artinya kurang lebih dalam
dunia komunis tak ada si kaya dan si miskin.
Kalau seorang Pramuwisata dapat menangani
wisatawan Rusia dengan baik dengan belajar latar
belakang negaranya, percayalah wisatawan Rusia bisa
semakin tinggi niatnya berwisata ke Indonesia. Rusia
dengan wilayahnya paling luas di dunia, penduduknya
yang relatif banyak, merupakan modal besar jika bisa
dipengaruhi berkunjung ke Indonesia lebih banyak
setiap tahun.

124 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


8. Orang Swiss
Tepat waktu adalah suatu hal yang sudah
mendarah daging bagi bangsa Swiss. Bukan lagi
sekadar basa-basi, atau pemanis saja, melainkan
dapat dikatakan sebagai sumber utama kebahagiaan.
Mereka sangat tepat waktu, efisien dan bersih. Tidak
heran kalau Negara Swiss terkenal dengan industri
jam (lonceng tangan dan lain-lain) terbaik dunia. Kita
akan sulit menemukan jawaban, mana yang terlebih
dulu ada, pencatat waktu yang tepat atau orang-orang
yang tepat waktu. Akan tetapi kenyataannya adalah di
negara ini alat transportasi umum seperti bis dan kereta
api, serta hal lainnya, benar-benar berjalan tepat waktu.
Bagi orang yang baru pertama kali datang ke
negara di pegunungan Alpen ini, keadaan itu membuat
berbagai perasaan bercampur aduk, antara kagum dan
merasa kesal. Apalagi jika mereka sering terlambat,
tidak efisien dan jorok.
Konon, letak geografis negara Swiss yang berada
di wilayah pegunungan yang keras dan dinginlah yang
membentuk karakter ini. Bayangkan jika mereka tidak
menanam bibit tanaman pangan dan memanennya
tepat waktu, maka mereka dipastikan akan kelaparan
sepanjang tahun.
Ketepatan waktu juga dapat meningkatkan rasa
frustrasi dan stres. Terutama karena terjadi sesuatu
hal yang tidak mereka harapkan terkait dengan
ketepatan waktu yang sebenarnya sangat jarang terjadi
akan membuat orang-orang Swiss merasa marah dan
bingung.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 125


9. Orang Arab
Negara-negara Arab seperti Mesir, Yaman,
Lebanon dan lain-lain, mempunyai karakteristik yang
sama. Pertama, kalau berbicara biasanya dengan suara
keras dan meledak-ledak. Kedua, mereka sangat suka
berdiskusi dan berdebat panjang tentang suatu masalah.
Ketiga, dalam mempertahankan pendapat, mereka
cenderung untuk terus bertahan alias keras kepala agar
pendapatnya diterima.
Kadang kalau mendengarkan mereka berdebat
dalam bahasa Arab, seperti orang yang sedang
berkelahi. Perdebatan berlangsung panjang dan lama.
Namun setelah selesai berdebat, mereka seperti biasa
kembali. Seolah-olah tidak terjadi suatu apapun, tapi
tidak tahu apa isi benak mereka masing-masing.
Sifat-sifat seperti ini cenderung ada pada orang
Arab. Tidak heran, kalau terjadi konflik terus menerus di
jazirah Arab sana. Keengganan mereka untuk mengalah
seolah-olah mencerminkan kekerasan hati mereka. Di
balik itu, mereka sangat menghormati keputusan yang
sudah diambil walaupun harus mengalah. Mereka juga
cenderung untuk tunduk pada keputusan yang diambil
oleh pemimpinnya. Dari situ semua, terpikir kenapa
banyak agama lahir di tanah Arab. Mungkin Allah
menetapkan mereka sebagai bangsa terpilih karena
kekerasan dan kekuatan hatinya.

10. Orang India


Pada umumnya, masyarakat India di wilayah
selatan bisa dikatakan lebih ramah dan mirip orang
Indonesia. Orang asing akan benar-benar dihargai oleh
penduduk lokal dan benar-benar dianggap sebagai
tamu. Jika sudah sangat akrab, tamu akan diundang ke

126 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


rumahnya dan mereka bangga memperkenalkan kita ke
keluarganya.
Jika kamu melihat film atau serial India, tidak
heran jika ada satu keluarga yang tinggal dalam satu
rumah. Ini karena sistem kekeluargaan dalam budaya
India sangat kental. Bahkan soal pasangan hidup,
orangtua ikut mengatur. Namun, kamu tidak perlu
meniru sampai seperti itu. Cukup selalu ingat kedua
orangtua, hubungi, dan dengarkan petuahnya meski
kamu telah berpisah rumah.
Banyak masyarakat India yang menganut agama
Hindu. Sementara itu, Hindu tradisional membawa
kebiasaan vegetarianisme. Apalagi sapi dianggap suci
dan tidak boleh dikonsumsi. 60% orang India vegetarian
dan punya persentase terendah dalam hal konsumsi
daging per kapita.
Beberapa manfaat dari vegetarian adalah
meningkatnya kesehatan tubuh secara menyeluruh,
berat tubuh terkontrol, dan menurunkan potensi
penyakit serius seperti kanker prostat, kanker usus
besar, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Meskipun masih terdapat tradisi perjodohan
dan pernikahan usia anak-anak, kesetiaan masih
dipegang teguh dan dianggap sakral oleh penduduk
India. Makanya, tingkat perceraian sangat rendah.
Pernikahan yang berakhir dengan perceraian hanya
berbanding 1:100 dan menjadikannya negara dengan
kasus perceraian terendah di dunia.
Penduduk India tidak terhitung banyaknya.
Lebih dari satu milyar orang bersaing ketat untuk
mendapatkan lapangan kerja dan rezeki. Hal ini
menuntut mereka lebih gigih dan pantang menyerah.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 127


Tidak jarang, mereka mempersiapkan ini dari jauh-jauh
hari dengan sekolah keluar negeri.
Selepas lulus, ia akan berusaha bekerja dengan
maksimal. Tidak heran jika sekarang kita melihat
nama-nama India dalam jajaran perusahaan teknologi
dunia. Di sana juga ada kota Bangalore, yang jadi pusat
pertumbuhan IT. Selain itu, India juga dikenal karena
industri film dan tekstilnya yang mumpuni. Etos kerja
mereka memang tak perlu diragukan lagi.
Kalau melihat gaya berbusana, kendaraan, serta
gaya rumah di India (khususnya di Chennai), bisa
disimpulkan betapa sederhananya kehidupan di sana.
Alih-alih mengikuti tren yang dipopulerkan artis
Bollywood atau artis dunia, mereka lebih memikirkan
fungsinya ketimbang gaya.
Ketika melihat model busana yang dijual di toko,
hampir semua potongannya sama. Hanya aksesoris dan
motif yang berbeda. Rumah-rumahnya juga hampir
seragam dengan bagian atap yang difungsikan untuk
menjemur pakaian dan bermain. Dalam makanan,
masyarakat India terbiasa dengan makanan rumahan
dan membawa bekal dari rumah masing-masing.

11. Orang Belanda


sangat memperhatikan masalah kesehatan dan
sanitasi, khususnya makanan dan minuman. Sangat
disiplin waktu tetapi santai dalam tour. Lambat
berangkat tour dan cepat selesai tour untuk kembali
santai di hotel. Senang berkunjung ke tempat-tempat
nostalgia khususnya di mana nenek moyangnya
pernah tinggal dan bekerja di situ dan bergaul dengan
orang-orang yang tinggal di situ bercerita nostalgia.
Biasanya mereka pergi ke tempat bersejarah yang

128 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


dipelajari di sekolahnya. Suka informasi spesifik dan
akurat serta aktual, tetapi kecewa jika tidak sesuai atau
tidak benar sama sekali. Taat kepada peraturan yang
berlaku, bersahabat, suka humor tetapi tidak selalu
terbuka, terus terang dalam memberikan komentar
dan reaksi. Tertarik bentuk-bentuk kebudayaan yang
masih asli, pemandangan alam yang indah, bangunan-
bangunan bersejarah tentang masa lalu orang Belanda
di Indonesia. Senang membantu orang-orang miskin
seperti anak-anak yatim piatu, anak-anak kekurangan
gizi, berkunjung ke tempat-tempat orang sakit yang
dikucilkan seperti masyarakat orang sakit lepra
berkelompok, dan lain-lain. Setia kepada janji dan selalu
mengingatnya jika ada orang ingkar janji terhadapnya.

12. Orang Amerika


Menyukai fasilitas dan pelayanan standar kualitas
tinggi, senang aspek kebudayaan tradional seperti
tarian, upacara adat dan upacara keagamaan. Senang
pemandangan alam yang indah, tertarik ke pantai
dan menghargai setiap perkembangan yang terjadi.
Tidak terlalu senang petualangan jalan kaki (trekking)
menyiksa diri, tetapi suka jalan kaki yang ringan-ringan
saja tidak terlalu jauh. Kental persahabatannya, berlaku
sopan, bertingkah langka baik, sedikit formal, terbuka
langsung dalam mengekspresikan pendapat dan reaksi
tentang apa saja tanpa memandang perbedaan status
sosial. Tertarik terhadap hal-hal baru dan pengalaman
baru, informasi terbaru dan aktual, bersahabat dengan
semua orang, penuh toleran, mudah beradaptasi,
humoris, terbuka tetapi sedikit kasar, suka bersosialisasi
dengan penduduk setempat walaupun kadang-kadang
juga banyak yang egois maupun individualis. Senang
pelayanan yang sederhana tetapi bersih, murah meriah

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 129


tetapi tempat yang menyehatkan tidak kotor, sering
pindah-pindah dengan melakukan perjalanan sendiri.
Suka kebudayaan desa dan aktivitas pantai yang
tradisional serta aktivitas malam seperti diskotik. Orang
Amerika paling takut lalat, kalau ada lalat di restoran,
langsung minta pindah ke restoran lain.

13. Orang Australia


Terbuka, arogan dan egois, kadang-kadang sulit
menanganinya, tetapi sering juga bersahabat kalau
diketahui keadaannya. Suka kebebasan dan tidak
senang terhadap aturan, suka harga murah meriah
dan tidak mementingkan kemewahan fasilitas dan
pelayanan. Sering berpakaian sangat ekstrim, ceroboh
dan sembarang tindakan dikedepankan. Senang
terhadap pantai dan kebudayaan tradisional tetapi
tidak terlalu tertarik menjadi wisata petualang jalan
kaki (adventure trekking) walaupun cinta pemandangan
alam pegunungan. Lebih memilih jalan sendiri
sebagai backpacker tourist dan kurang menyukai
wisata berkelompok (group). Pemuda Australia sangat
menyukai kehidupan malam seperti night club dan
semacamnya.

14. Orang Jepang


Senang melakukan perjalanan kelompok (group)
dan sangat takut kalau ada yang tercecer/lepas dari
grupnya. Mudah diarahkan seperti mengarahkan bebek.
Bagi rombongan pria, patuh kepada Pramuwisata
perempuan. Tetapi kadang-kadang jika berwisata
berombongan dengan perempuan, perempuannya
dibiarkan sendiri bebas tidak dihiraukan. Biasanya
Pramuwisatanya yang repot menjaga wisatawan
perempuannya. Tidak senang berkunjung ke kuburan

130 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


atau acara duka tetapi tertarik menyaksikan kalau ada
upacara pernikahan tradisional dan moderen yang
dilalui dalam perjalanan wisata. Terkenal disiplin
terhadap janji dan jadwal perjalanan wisata, tertutup
dan tidak muda percaya dengan orang yang belum
dikenal dengan baik. Kalau kehilangan kepercayaan
terhadap seseorang, susah dipulihkan kembali.
Senang terhadap masakan Jepang dan Eropa pada
saat berwisata. Senang belanja kerajinan tangan dan
barang-barang tradisional. Senang hal-hal yang unik,
senang difoto serta suka kehidupan malam. Kalau
seseorang memotret suatu tempat, biasanya berbondong-
bondong satu persatu memotret objek yang sama,
walaupun tidak semua mengetahui pada saat itu, apa
sebenarnya yang menarik. Suka fasilitas dan pelayanan
standar tinggi yang ditangani langsung oleh orang-
orang Jepang. Lambat mengemukakan kekecewaannya
(komplainnya) atau kemarahannya, tetapi ikut saja
menahan kekecewaan dan kemarahannya. Kekecewaan
atau komplainnya disalurkan melalui tulisan, mengisi
questionaire yang sesungguhnya yang biasa disediakan
Biro Perjalanan Wisata dan disetor di akhir tournya.
Tulisan kekecewaan atau komplain biasanya disampaikan
setelah tiba kembali ke negaranya. Orang Jepang senang
memberi tip berupa barang, ketimbang uang.

15. Orang Singapura


Karakter orang Singapura mirip-mirip dengan
karakter orang Cina moderen. Hidup disiplin dan tegas,
berkomitmen tinggi termasuk orang kecil. Senang main
judi, penggemar night club, senang belanja. Lebih
menyenangi fasilitas dan pelayanan sederhana tetapi
bersih. Tertarik dengan alam yang indah dan keunikan
modernisasi.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 131


16. Orang Malaysia
Daya belinya termasuk rendah dan tidak terlalu
tertarik untuk berbelanja. Mudah ditangani dalam
perjalanan wisata karena disiplin. Mirip-mirip
persamaannya dengan wisatawan Indonesia karena
memang ada kesamaan Melayunya, juga karena
kedekatan agama sebagai mayoritas Islam, tetapi tinggi
toleransinya. Fasilitas akomodasi yang sederhana
saja tidak berlebihan, makanan Masakan Padang
sangat disukai. Senang keindahan alam yang menarik
terutama wilayah pantai. Kalau berwisata ke Indonesia,
mereka merasakan kenikmatan dan kebebasan aturan
lepas dari disiplin di Malaysia. Tetapi kalau kembali
berwisata, setelah sampai di negaranya mereka tetap
disiplin aturan yang berlaku di negaranya. Kalau group
besar dan bercampur orang tua dan orang muda, senang
orang tua didrop ke Masjid, tetapi anak mudanya didrop
ke tempat disko atau tempat hiburan pemuda-pemudi.

132 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


BAB XIV
BERBAGAI KESAN DAN PENGALAMAN
PRAMUWISATA DI SULAWESI SELATAN

1. Bapak Simon Maraya


Lahir di Simbuang Kabupaten Tana Toraja
Propinsi Sulawesi Selatan tanggal 12 Februari 1940,
ketika tulisan ini disusun bulan Desember 2020, usianya
sudah lebih 80 tahun tetapi masih segar, sehat dan kuat
penuh semangat, masih mampu jalan kaki karena sudah
terlatih sejak kecil sampai menjadi Pemandu Wisata.
Mulai menekuni profesi Pemandu Wisata di tahun 1976
atas dorongan Alm. Bapak Nico B. Pasaka, mengikuti
kursus Pramuwisata Umum Propinsi Sulawesi Selatan
dan lulus pada tahun 1978 (angkatan pertama Propinsi
Sulawesi Selatan) yang diselenggarakan oleh Dinas
Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan di Makassar
dengan spesialisasi bahasa Inggris + bahasa Jerman
+ bahasa Perancis. Terpilih sebagai Pramuwisata Pria
Terbaik Pertama di tahun 1980-an yang ditetapkan
oleh pengurus Dewan Pimpinan Daerah Himpunan
Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Propinsi Sulawesi
Selatan yang direkomendasikan kepada Kepala Dinas
Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan. Mengikuti kursus
Pengatur Wisata (Tour Leader) angkatan pertama se-
Indonesia Timur tahun 1988 yang diselenggarakan oleh
Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi RI di
Makassar.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 133


Apa resepnya sehingga kuat dan awet: aktif olah
raga jalan kaki pagi, tengah hari menantang teriknya
mata hari secara rutin, jangan manja terhadap alam
tetapi tantanglah alam supaya sehat dan kuat. Setiap
ke kantor tempat bekerja, lebih senang jalan kaki pergi
pulang dibanding naik kendaraan. Terlebih ketika
mempersiapkan diri untuk menangani wisatawan jalan
kaki (trekking) sampai puluhan hari lamanya, olah raga
pemanasan sebelum trekking mutlak dilakukan demi
mencapai sukses di tujuan akhir trekking. Tanamkanlah
percaya diri penuh keyakinan bahwa tugas itu pasti
dapat dilaksanakan setelah mempersiapkan fisik
dan mental sebelum melaksanakan tugas jalan kaki
bersama wisatawan. Santailah selalu dengan penuh
senyum, hindari mengkhayal dengan memikirkan
sesuatu yang tidak mungkin dicapai, tetapi syukurilah
apa yang Tuhan berikan. Jangan menaruh dendam
terhadap seseorang terlebih banyak orang, melainkan
bersahabatlah untuk semua orang termasuk musuh
atau orang yang membencimu.
Resep makanan dan waktu istirahat: kurangi
makan nasi setiap hari terlebih pada saat persiapan
dan melakukan trekking bersama wisatawan. Kurangi
makanan berlemak dan asin serta bahan kimia pelesat
makanan seperti petzin dan sejenisnya. Kurangi merokok
bagi perokok rutin. Minum alkohol hanya sebagai
pemanasan tubuh dan penangkal gigitan nyamuk
dalam hutan, jangan berlebihan sampai mabuk. Banyak
minum air putih, makan kelapa dengan gula merah di
saat trekking, makan banyak buah-buahan seperti terung
Belanda (tamarella)-pisang serta pepaya, sayuran,
boleh sering minum susu secara terbatas, kurangi
makan malam. Cukup jam tidur setiap hari minimal 7
(tujuh) jam, cepat tidur diwaktu malam tetapi usahakan

134 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


cepat bangun di waktu subuh/pagi hari. Jangan
banyak menghayal tetapi lebih baik banyak menghafal
materi informasi kepariwisataan. Jangan memelihara
kemurungan tetapi senyum dan ketawa lebih penting,
sering humor membuat kesegaran tubuh dan jiwa akan
tercipta. Bergaul santai terhadap semua orang, rendah
hati tidak sombong dan syukurilah apa yang dimiliki
sebagai karunia Tuhan, hindari perdebatan dengan
orang lain tetapi tumbuhkan persahabatan bagi setiap
orang.
Pengalaman: pernah melakukan jelajah wisata
petualang trekking melintas dari Kalimantan Timur ke
Kalimantan Barat selama 40 (empat puluh) hari di tahun
1980-an bersama Dr. Werner party 5 pax dari Jerman.
Dalam hutan setelah berjalan kaki sekitar 20 hari,
kehabisan makanan, sisa obat ketahanan tubuh yang
dimakan dan minum air yang mengalir dalam hutan.
Makanannya terpaksa membakar ular, burung, monyet,
biawak, tikus dan binatang apa saja yang bisa dimakan
di dalam hutan. Kesan Bapak Simon Maraya dalam
perjalanan itu bahwa, demi untuk menyambung hidup,
terpaksa monyet sebagai guide hutan sekaligus sebagai
gurunya. Maksudnya, tumbuhan dan buah-buahan
apa saja yang dimakan monyet dengan melihat tanda
bekas gigitannya, itu boleh dimakan manusia, tidak
akan mematikan karena pasti tidak beracun. Sehingga
menyimpulkan bahwa monyet adalah professor dalam
hutan yang botak pantatnya menolong mereka pada saat
melintas selama 40 (empat puluh) hari dari Kalimantan
Timur ke Kalimantan Barat. Professor akademisi
katanya yang botak kepalanya karena ilmunya tinggi,
professor monyet yang pantatnya botak karena banyak
kali merayap mencari makanan, kulit dan daun kayu
serta buah-buahan yang bisa dimakan.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 135


Lakukanlah tugas sepenuh hati untuk melayani
sesama manusia dalam bentuk wisata jalan kaki
(trekking) dan ciptakanlah kesan agar mereka atau
keluarga dan teman mereka datang pula berwisata
mengikuti jejak keluarga atau kenalan yang sudah
melakukannya sebelumnya. Pintar-pintarlah mencari
tahu sedini mungkin siapa yang ditanganinya,
bagaimana karakternya, apa kesenangannya, bagaimana
kemampuannya dalam berjalan kaki. Kalau hal tersebut
sudah bisa terungkap dengan teknik masing-masing,
maka seorang Pramuwisata trekking akan mampu
menangani wisatawan tersebut dengan puas.
Simon Maraya terkesan dengan tamu khususnya
bernama Fiebinger sekeluarga 5 (lima) orang dari
Jerman, langganan tetap berwisata yang diatur Biro
Perjalanan Wisata Ramayana Satrya International Tours
& Travel Makassar. Berwisata ke mana-mana dengan
perahu khusus yang dicarter mulai tahun 1980-an.
Bapak Simon Maraya sebagai Pramuwisatanya, istrinya
sebagai tukang masaknya, anaknya sebagai asisten,
keliling lewat laut dan berkunjung ke darat selama
kurang lebih satu bulan berwisata santai.

2. Mrs. Stien Zwart-de Silo


Lahir di Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan
tanggal 10 Desember 1952, alamat sekarang: Abelstraat
2, Zandaam Holland, memulai karier sebagai pemandu
wisata tahun 1978, mendapat lisensi Pramuwisata Umum
Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1980 dengan spesialisasi
Bahasa Belanda. Terpilih sebagai Pramuwisata Putri
Terbaik Pertama di tahun 1980-an yang ditetapkan
oleh pengurus Dewan Pimpinan Daerah Himpunan
Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Propinsi Sulawesi

136 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Selatan yang direkomendasikan kepada Kepala Dinas
Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan.
Setelah 15 (lima belas) tahun menekuni profesi
sebagai pramuwisata spesialisasi bahasa Belanda
dengan serius, ternyata jodohnya ke negeri Belanda
dan menikah dengan orang Belanda di tahun 1993,
selanjutnya pindah ke negeri Belanda menetap di sana
sampai sekarang, namapun berubah menjadi Mrs. Stien
Zwart – de Silo. Jadilah seorang pramuwisata yang baik
dan bisa mengikuti nasib Mrs. Stien Zwart – de Silo.
Kesan mengantar turis Belanda: ketika memulai
menjadi pemandu wisata Sulawesi Selatan di tahun
1978, belum banyak pemandu wisata spesialisasi bahasa
Belanda saat itu, masih dihitung jari. Memulai tugas
penuh semangat dengan sebaik-baiknya yang didukung
keyakinan dan percaya diri menuju sukses. Walaupun di
tahun 1978 infrastruktur di Sulawesi Selatan, khususnya
dari Makassar ke Tana Toraja sebagai tujuan wisata utama
Propinsi Sulawesi Selatan, belum memadai. Jalan raya
masih rusak, kurangnya akomodasi dan restoran yang
memadai, transportasi pun seadanya. Dengan modal
yakin dan percaya diri dalam menangani wisatawan
Belanda, akhirnya membawa suatu kepuasan karena
dituntut bekerja keras dan serius secara profesional.
Melalui pengalaman menggeluguti pekerjaan pemandu
wisata dapat bertemu dengan berbagai individu yang
berbeda-beda karakter, silih berganti hari dan minggu,
memperluas wawasan membawah kesenangan.
Pesan untuk menjadi pemandu wisata yang
sukses: bekerjalah sungguh-sungguh dengan segala
kemampuan yang dimiliki. Jangan berhenti belajar dan
mengasah otak dengan ilmu yang sudah dipelajari.
Terlebih turis Belanda yang datang ke Indonesia,

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 137


banyak di antara mereka yang datang bernostalgia dan
sudah paham sejarah dan budaya yang ada di Indonesia.
Mau melihat rumah/dan atau tempat rumahnya tempo
dulu, atau melihat makam keluarga dan motivasi lain.
Wisatawan Belanda terkenal tepat waktu tetapi tournya
santai, betul-betul menikmati hari liburnya tidak
tergesa-gesa, “santai saja!” Lambat bangun di waktu
pagi, cepat istirahat tour di waktu sore.

3. Bapak Effendy Yassin


Lahir di Makassar tanggal 21 Mei 1956, mulai
menjadi pemandu wisata tahun 1986, mendapat
lisensi sebagai Pramuwisata Madya Propinsi Sulawesi
Selatan tahun 1988. Bapak Effendy Yassin merasakan
suatu karunia bagi seorang Hamba yang terlahir dan
mendapatkan banyak pengalaman hidup, sejak dari
masa kecil sebagai seorang anak yang beruntung hingga
menginjak usia remaja, bahkan sampai tua dengan
usia 65 tahun. Di usia 13 tahun, sudah hidup di luar
negeri yaitu Sabah Malaysia, Singapura, negeri-negeri
Eropa Timur seperti USSR (Mocba), Jerman Barat dan
Jerman Timur, Cekoslowakia, Hongaria, Netherland,
Prancis, Belgia; beberapa negara Arab seperti Egypt
Mesir, Kingdom of Saudia Arabia dan lain-lain.
Disamping ikut keluarga yang bekerja di KBRI, juga
pernah mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri
tersebut. Hingga kembali ke tanah air Indonesia, ilmu
dan pengalaman yang didapatkan ternyata ada gunanya
untuk mengantar wisatawan ke mana-mana.
Dunia pariwisata tidak asing lagi baginya, karena
selama di luar negeri sering kali ditugaskan untuk
menemani tamu-tamu mahasiswa dan pemerintah dan
itu adalah tugas sebagai pemandu wisata. Bahkan turut
membantu misi dagang Indonesia diajang pameran

138 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


dagang yang diselenggarakan oleh pemerintah
setempat, seperti misalnya ikut promosi pariwisata
paling bergengsi dunia yaitu ITB Berlin German.
Bapak Effendy Yassin merasa berkesan ketika
seorang teman bernama Syafruddin Malana seorang
Pemandu Wisata spesialisasi bahasa Jepang di Sulawesi
Selatan, mengajak ke beberapa Biro Perjalanan
Umum untuk silaturahmi dengan harapan siapa tahu
pengalaman dan ilmu yang diperolehnya di luar negeri
bisa dimanfaatkan.
Pada saat itu bertemu dengan Alm. Bapak Nico
B. Pasaka seorang senior perintis pariwisata Sulawesi
Selatan yang berkecimpung di Biro Perjalanan Umum.
Rupanya perkenalan pertama hasil keliling bersama
rekan Bapak Syafruddin Malana bermuara di tangan
Alm. Bapak Nico B. Pasaka sebagai Managing Director
Biro Perjalanan Umum Ramayana Satrya International
Tours & Travel, kemudian diajak untuk bekerja sama
sebagai Pramuwisata Tetap (Payroll guide) untuk
menangani wisatawan Jerman karena pada saat itu
masa emasnya pariwisata ke Indonesia pada umumnya
dan terkhusus ke Sulawesi Selatan, volume tamu Jerman
yang ditangani BPU Ramayana semakin bertambah
dan kewalahan Pemandu Wisata spesialisasi bahasa
Jerman untuk menangani wisatawan Austria, Swiss,
dan Jerman sendiri.
Pengalaman dan ilmu yang diperoleh selama di
luar negeri, saatnya diabdikan untuk nusa dan bangsa
khususnya untuk menangani wisatawan berbahasa
Jerman. Pada bulan Oktober 1986 resmi menjadi
Pramuwisata Tetap (Payroll guide) spesialisasi bahasa
Jerman. Yang menjadi keistimewaan bagi Bapak
Effendy Yassin, ketika untuk pertama kali ditraining

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 139


menangani wisatawan Jerman yaitu Group Wind Rose
bersama Tour Leadernya Mr. William Stuerck dari
Berlin Jerman ke Tana Toraja menggunakan pesawat
terbang perintis Merpati Nusantara Airlines dan bukan
naik mobil seperti biasanya seorang Pramuwisata yang
ikut training untuk guiding. Sebagai Pramuwisata
yang mentraining Bapak Effendy Yassin adalah
Arianus Mandadung (Tour Manager Ramayana Satrya
International Tours & Travel di Makassar). Ketika
melintas di atasnya Malusetasi Kabupaten Barru, Bapak
Efendy Yassin hanya mengenang kuburan ayahnya
yang ditunjukkan kepada Arianus Mandadung diintip
dari pesawat terbang Merpati Nusantara Airlines
jurusan Tana Toraja.
Segala puji bagi Tuhan, dan bersyukur punya kakak
pembina sekaligus mahaguru dalam menunjang karier
sebagai Pemandu Wisata hingga punya kesempatan
mengunjungi tempat-tempat wisata dan mengenal
budaya khususnya tanah air. Semua berkah peranan
dan tanggung jawab dari seorang Hamba Tuhan yang
selalu penuh cinta kasih yang Beliau berikan kepada
kami khususnya dari seorang Tour Manager PT
Ramayana Satrya International Tours & Travel dialah
Bapak Arianus Mandadung.
Mendapatkan Guide License adalah kesempatan
emas bagi setiap guide. Dan tentu menjadi keinginan bagi
siapa saja yang ingin menekuni profesi Pramuwisata.
Setelah mengikuti proses kursus guide selama kurang
lebih 3 (tiga) hari, akhirnya dinyatakan lulus pada
tahun 1986.
Berkiprah sebagai guide, adalah dambaan banyak
orang, bisa terbang ke mana-mana dan mengetahui
budaya setiap suku, ras, agama, bahkan karakter setiap

140 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


bangsa di dunia. Pada acara-acara tertentu bisa tampil
layaknya sebagai duta kecil bangsa. Dan pada saat
bertugas di lapangan/objek wisata bisa tampil sebagai
sosok yang berbeda, seperti diplomat ulung yang
sedang membuat presentasi.
Guide adalah jalan hidup kami, sumber rizki yang
tak pernah kering oleh masa. Dan menjadi jaminan
bahwa disinilah asap dapur hidup kami sekeluarga.
Terima kasih ya Allah, atas segala anugerah-
Mu, hingga tak kuasa membuat untaian kata yang
lebih indah, selain rasa syukur yang teramat dalam.
Bayangkan dari saya pribadi H. Effendy Yassin, istri
Farida Djafar Effendy dan anak sulung Dayangku
Seri Intan Effendy. Semuanya adalah termasuk guide-
guide handal yang seperti bunga, selalu semerbak
bau wanginya, menebar dibawa ke seluruh penjuru
mata angin nusantara. Demikian yang bisa ditulis
sebagai pengantar bagi Guide generasi berikutnya
dengan sejuta harapan ke depan bahwa kalian adalah
generasi milenial yang pasti lebih baik. KHAIRUNNAS
ANFAU LINNAS artinya MANUSIA YANG BAIK
DISISI TUHAN, ADALAH MANUSIA YANG PALING
BERGUNA BAGI SESAMANYA MANUSIA.

4. Bapak Drs. Syafruddin Malana


Lahir di Polmas tanggal 3 Juli 1952, mendapat
Lisensi Pramuwisata Madya Propinsi Sulawesi Selatan
tahun 1980 spesialisasi bahasa Inggris + bahasa
Jepang. Alamat: Jl. Cendrawasih 231C Makassar.
Peserta Seminar on Japanese Tourists di Bali, Indonesia
tanggal 13 – 14 Desember 1983 yang diselenggarakan
oleh ASEAN Promotion Centre on Trade, Investment and
Tourism, Tokyo, Japan bekerja sama Direktorat Jenderal
Pariwisata RI; Certificate of Appreciation ASITA Sulsel

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 141


tanggal 28 Februari 2009 bagi Pramuwisata yang bekerja
sebagai Pramuwisata Sulsel selama 25 – 30 tahun;
Sertifikat peserta Lokakarya Kegiatan Peningkatan
Wawasan Bahasa dan Budaya Jepang bagi Pemandu
Wisata tanggal 23 – 24 Nopember 2007 di Jakarta,
diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata RI.
Menghandel wisatawan Jepang agak berbeda
dengan wisatawan Eropa bahwa, jangan cepat puas
dengan anggukan kepala mereka tapi harap menunggu
setelah mereka balik ke negaranya. Karena periode
mereka akan mengevaluasi segala kesan yang mereka
dapatkan pelayanan dari guidenya.
Sebagai masukan bagi teman-teman yang
menghandel wisatawan, ingat nasihat orang tua di
kampung untuk memegang tradisi yang sopan dan
santun karena orang yang begitu maju tetap memegang
tradisinya, jangan risih dengan makanan tradisi kita
mereka senang hal semacam itu, good luck bless you.

5. Armani Amen
Lahir tanggal 26 Mei 1962, memiliki lisensi
Pramuwisata Madya Propinsi Sulawesi Selatan tahun
1997. Orang Jepang itu seperti orang Jawa, tidak terlalu
terbuka, perhatikan saja gerak-gerik dan mimiknya,
apalagi orang Jepang yang kolot paling susah bilang
tidak, pada umumnya mereka gampang capek dan tidak
kuat di udara panas. Tournya jangan terlalu dipaksakan
dan banyak melihat yang sama, tanya sajalah apa masih
mau melihat dan jalan terus, orangnya sangat jujur
tetapi tidak terbuka atau tidak suka berterus terang.
Yang pasti mereka punya budaya tip kadang mereka
bilang iya, iya tetapi belum tentu suka. Kalau bekerja,
mereka sangat kuat ha ha ha. Membawa orang Jepang

142 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


santai dan tidak seperti orang Perancis mau melihat
semua objek wisata yang ada dan tidak mau rugi waktu.

6. Sada’ Dualolo
Lahir di Tana Toraja tanggal 28 Desember 1962,
mulai memiliki Lisensi Pramuwisata Madya Propinsi
Sulawesi Selatan tahun 1985. Orang Italia itu suka
dipuji dan 99 persen senang musik, apalagi lagunya wa
wa. Biar bahasa pas-pasan mereka pasti mengatakan
“bravo”. Apalagi kalau ada upacara adat di Tana Toraja
yang mereka lihat, baik individu maupun group selalu
“bravo”. Pasti tipnya bagus jika mereka senang dengan
kata “bravo!”.
Semoga pengalaman para Pramuwisata terdahulu,
dapat menjadi pedoman dan referensi dalam belajar
menjadi Pemandu Wisata, atau bagi pelajar dan
mahasiswa, termasuk Pramuwisata yang sudah lama
berkecimpung dalam profesi tersebut, tetapi ingin
menambah pengetahuan atau perbandingan melalui
pengalaman-pengalaman Pramuwisata terdahulu.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 143


BAB XV
PENGALAMAN PRIBADI PENULIS BUKU INI

Banyak pengalaman yang diperoleh sebagai suka-


duka melaksanakan tugas profesi Pramuwisata yang
dimulai dari bawah merangkak ke atas secara perlahan tapi
pasti, penuh tantangan hidup. Beberapa kesan/pengalaman
khusus yang dilakukan selama lebih dari 40 (empat puluh)
tahun sebagai pemandu wisata lokal non-lisensi sampai
menjadi seorang Pramuwisata berlisensi.

1. Menangani Wisatawan Usia Lanjut


Di tahun 1990-an sering ditugaskan menangani
group kecil dari Amerika yaitu AFA (Alumni Flight
Abroad) group yang berjumlah sekitar 15-an orang.
Termasuk tamu VIP yang naik pesawat terbang dari
Makassar ke Tana Toraja pergi pulang. Kebanyakan
tamunya lanjut usia, 70 – 80 tahun lebih, sehingga
harus hati-hati menanganinya dengan memperhatikan
makanannya yang serba bervariasi pantangan yang
berbeda. Waktu istirahat harus cukup, pemberian
informasi harus serius dan pelan tetapi suara keras
karena sering tidak bisa mendengarkan dengan baik
sebab telinga kurang normal pendengarannya. Jalan
kaki yang harus pelan memasuki objek wisata, jangan
sampai naik tensinya atau terjatuh karena keseimbangan
yang kadang-kadang tidak bisa dikendalikan.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 145


Sering ada yang naik bus dari arah sebelah kanan
mobil tempat sopir, yang paling lucu, biasanya duduk
di atas mobil tetapi bukan pasangannya di sebelahnya,
yang mana istri atau suaminya. Sebagai Pramuwisata
yang baik, harus memperhatikan wajah-wajah pasangan
mereka supaya dibetulkan tempat duduknya yang salah
pasang suami istri.

2. Menangani Rombongan Kaum Ibu


Khusus rombongan ibu-ibu wisatawan nusantara
seperti rombongan PKK dan sejenisnya, apa lagi dalam
jumlah yang besar, sering Pramuwisatanya bingung
menanganinya karena satu perempuan banyak
kemauannya. Bangunnya tidak bersamaan, ada yang
mau cepat-cepat tour ada yang santai-santai saja.
Dalam perjalanan menuju daya tarik/objek wisata,
ada yang perlu banyak informasi tetapi ada pula yang
garis besarnya saja dan lebih senang memasang mata.
Di objek wisata ada yang cepat-cepat ada pula yang
santai-santai saja. Yang paling rumit kalau di pasar atau
toko kerajinan, sering terjadi persaingan gensi belanja
yang memakan cukup banyak waktu, tetapi ada pula
yang mau cepat tinggalkan tempat. Sering di akhir tour,
ada ibu-ibu ngomel “segini saja tournya, kok dibayar
mahal-mahal tidak memuaskan”. Sehingga banyak
Pramuwisata mengatakan, lebih baik menangani 30
(tiga puluh) lebih turis mancanegara, dari pada 10
(sepuluh) orang ibu-ibu karena rumitnya. Ini sekedar
bekal buat Pramuwisata baru, agar bisa berhati-hati
dan memberikan pelayanan prima kepada kaum ibu
dan mengerti sebelumnya.

146 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


3. Menangani Pemuda/Pemudi/Remaja
berbeda dengan orang dewasa, biasanya
remaja lebih suka selfie-selfiean, sehingga daya tarik
mereka lebih diarahkan ke objek wisata yang ramai
pengunjungnya dan banyak objek fotonya dan lebih
senang berbaur dengan remaja lainnya yang datang
dari berbagai daerah.

4. Menangani Rombongan Rusia:


Di tahun 1997, kami ditugaskan mengantar 16
wisatawan asal Rusia ke Tana Toraja memakai 1 unit
bus pariwisata. Saya ingat di masa lalu, orang Rusia
terkenal dengan “sama rata sama rasa”. Saya mau
membuktikan ternyata cukup menarik untuk diamati
sambil memberikan informasi di atas bus, di lapangan
dan di hotel. Saya sengaja memberikan informasi di atas
bus dengan berjalan ke belakang memberikan informasi
sambil memperhatikan situasi wisatawan. Yang tua-
tua duduk di depan dan yang muda-muda duduk di
belakang bus. Saya perhatikan, ternyata di atas bus,
pria dan wanita gantian pasangan duduk di kursi
mobil dari jam ke jam bergantian dengan gaya pacaran.
Sebelum dan sesudah makan siang, pasangan mereka
berubah. Dengan demikian terjawablah apa yang selalu
saya dengarkan yaitu orang Rusia terkenal “sama rata
sama rasa”. Semuanya milik kita bersama, mari nikmati
perjalanan ini dengan sepuas hati bergantian teman
supaya ada penyegaran dalam berwisata.

5. Menangani Rombongan Pelajar Australia


Di tahun 1990-an, sering menangani wisatawan
remaja setingkat SLTA dalam bentuk rombongan 20-an
orang dari Australia yaitu Northolm Grammar School
Arcadia Australia. Mereka datang khusus untuk wisata

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 147


jalan kaki (trekking) selama seminggu di Sulawesi
Selatan, lengkap dengan guru dan dokter. Pada saat itu,
saya baru berusia 40 (empat puluh) tahun lebih, tetapi
wisatawan remajanya berusia sekitar 16 s/d 18 tahun
pria dan wanita. Tentu kekuatan jalan kaki (trekking)
mereka 2x lebih kuat dari saya karena usia saya 2x
lebih tua dari pada mereka. Saya tidak kehilangan akal,
setiap memberikan briefing untuk memulai trekking hari
itu. Harus ada hal-hal yang diinformasikan agar mereka
setia dan taat kepada Pramuwisata yang mengantarnya.
Contohnya: ketika tiba waktunya memulai jalan
kaki seharian lewat hutan lebat, saya memberikan
briefing di pagi hari sebelum berangkat dan
menyampaikan bahwa di dalam hutan yang kita akan
lalui sering ada monyet melompat-lompat di atas
pohon, jangan melemparnya atau berteriak karena dia
akan menangkap alat pelempar dan melempar balik
atau lari turun dari atas pohon menyerang. Kalau ada
rombongan monyet mau menyeberangi jalan setapak/
jalur trekking, berhentilah sejenak sampai mereka jauh
meninggalkan rute jalan kaki baru teruskan perjalanan.
Pakailah topi dalam hutan sebab sering ada ular sawa
gantung (hanging python snake) di atas pohon dan ketika
kita istirahat, kepalanya turun mengambil kepala
manusia, tetapi kalau ada topi, topilah yang dibawa
naik ke pohon. Jangan sembarang mandi atau mencuci
muka di sungai, jangan sampai ada daun pohon berbisa
hanyut, bisa gatal dan rambut serta bulu badan rontok.
Jangan melambung Pramuwisata karena Pramuwisata
harus terlebih dahulu melihat keadaan dalam hutan,
aman dilalui atau tidak. Mulai saat itu mereka setia
kepada saya, baik pelajar maupun guru dan dokternya
takut mendahului saya, maka amanlah saya tidak
ditinggalkan jalan kaki oleh anak-anak remaja. Tetapi

148 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


dalam pemberian informasi jangan berbohong atau
menyampaikan sesuatu yang tidak masuk akal, boleh
dibumbui informasinya supaya pendengarnya tertarik,
tetapi jangan informasi yang fiktif.

6. Di Tengah Suku Dani Kabupaten Jaya Wijaya Papua


Di tahun 1985 saya mengantar 5 (lima) orang
wisatawan Jerman ke Papua (waktu itu masih disebut
Irian Jaya) dengan sasaran mengunjungi Suku Dani
di Lembah Baliem Kabupaten Jaya Wijaya. Kami
menyaksikan pesta babi di perkampungan suku Dani
dengan berjalan kaki sekitar 3 jam masuk hutan dengan
membawa Lunch Box.
Pesta babi diawali dengan membakar batu lalu
ditaruh di lubang tanah. Di atas batu panas ditaruh
rumput disusul timbunan daun dan isi ubi jalar. Di
atasnya ditaruh daging babi yang sudah diiris kecil
tanpa dicuci. Lalu ditimbuni lagi dengan tumpukan
daun dan ubi jalar, kemudian di atasnya ditimbuni
rumput dan terakhir batu panas. Lamanya ditimbun
minimal 1 (satu) jam sampai masak untuk siap saji di
makan di tempat.
Begitu tertariknya melihat proses pesta babi
sehingga sepertinya kelima wisatawan tersebut mau
menunggu biar kemalaman sampai selesai acara pesta
babi. Padahal harus jalan kaki kembali ke Wamena
selama 3 jam lagi, belum lagi kalau tiba-tiba hujan, tidak
ada senter dan alat penerang lainnya yang disiapkan
ketika mau kembali berjalan kaki di waktu malam.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 sore. Saya
tidak kehilangan akal. Saya informasikan bahwa, boleh
kita menunggu sampai selesai acara biar sampai malam,
dengan syarat pada saat sajian daging babi dibuka dari
lubang, semua yang hadir harus makan daging babi

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 149


yang belum tentu masak betul, belum lagi sangat kotor.
Kalau kita tidak makan, maka kita yang dimakan karena
merasa bahwa kita jijik makanan mereka dan kitalah
yang akan disembelih. Saat itu juga semuanya bergegas
kembali ke hotel Baliem Valley di Wamena kota, tanpa
syarat.

7. Mengurus Wisatawan yang Meninggal Dunia dalam


Perjalanan
Di tahun 1998, seorang wisatawan Jerman berusia
84 tahun berkunjung ke Mamasa bersama 4 teman
sebangsanya tetapi tidak ada hubungan keluarga.
Dalam perjalanan pulang dari Mamasa ke Makassar,
baru 1 jam meninggalkan Mamasa kota, ternyata
salah satu wisatawan dari 5 orang meninggal dunia
di atas minivan. Tindakan pertama adalah mencari
Puskesmas terdekat untuk divisum, apakah betul-betul
sudah meninggal dunia atau masih pingsan. Kami
singgah di Puskesmas terdekat dan diperiksa oleh
dokter didampingi polisi, ternyata wisatawan tersebut
sudah meninggal dunia dan kami diberikan surat
visum meninggal dunia dalam perjalanan. Sesudah
berdoa menurut agama Katholik, dengan ambulance
Puskesmas untuk jenazah didampingi seorang perawat
menuju Makassar. Pramuwisatanya di mobil pariwisata
terpisah dengan jenazah. Di Pare-Pare, jenazah diantar
ke Rumah Sakit untuk dimandikan, wisatawan yang 4
(empat) orang di antar ke restoran untuk makan siang.
Setelah selesai jenazah dimandikan, keempat wisatawan
juga sudah selesai makan, walaupun Pramuwisatanya
tidak makan karena sibuk urus tamu yang hidup
dan yang mati, terpaksa membawah makanan kotak
dimakan di atas bus.

150 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Demi kepercayaan dan keutuhan barang
jenazah, kami berkumpul bersama 4 temannya di
Rumah Sakit Fatimah Pare-Pare lalu membuka kopor
untuk mengambil pakaian jenazah dikenakan setelah
dimandikan. Sesudah itu, kopor jenazah dikunci
kembali dan kunci diserahkan kepada 4 temannya yang
akan melanjutkan perjalanan ke Irian Jaya. Kopor tanpa
kunci dibawa bersama jenazah ke Makassar.
Yang perlu saya jaga ketat jangan sampai ada
wartawan yang ikut meliput, bisa saja membuat berita
bahwa, gara-gara jalan ke Mamasa rusak, wisatawan
meninggal dunia dalam perjalanan. Berita semacam ini
bisa membuat wisatawan tidak mau berkunjung lagi ke
Mamasa karena jalan.
Setibanya di Makassar, jenazah dititip di kamar
jenazah RS Stella Maris untuk dibekukan selama 5
(lima) hari sambil mengurus Akta Kematian dan urusan
asuransi ke Jerman untuk biaya pengiriman jenazah ke
Jerman serta memesan peti jenazah yang layak dipakai
mengirim jenazah ke Jerman. Setelah sampai waktunya,
jenazah dikirim ke Jerman via cargo khusus jenazah.
Keempat temannya lanjut tour ke Irian Jaya selama
seminggu lagi, sehingga diperkirakan kunci kopor akan
lebih dahulu sampai ke Jerman sebelum jenazahnya
tiba di Jerman.
Demikian proses pengurusan wisatawan yang
meninggal dunia dalam masa penanganan tournya,
bagaimana seorang Pramuwisata harus melakukan
pelayanan prima penuh tanggung jawab dan jujur demi
nama baik bangsa Indonesia, di tangan Pramuwisatalah
nama baiknya Indonesia untuk menaruh kepercayaan
wisatawan berikutnya.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 151


8. Mengatur Pramuwisata sesuai Selera Wisatawan
Di suatu saat, kami mendapat booking dari
Perancis, seorang perempuan untuk ditangani
trekkingnya dari Mamasa ke Tana Toraja selama 3 hari/2
malam. Pesannya: “mohon diberikan guide yang kuat
dan energik”. Kami siapkanlah seorang Pramuwisata
yang kuat jalan kaki penuh semangat, energik dan alim,
setia demi tugas, tidak suka mengganggu perempuan.
Setibanya di Toraja, turis perempuan ini menelepon,
tolong berikan guide yang baik, suka melayani. Guide
trekking yang menemani saya, tidak bisa memenuhi
apa yang saya minta. Kami ganti Pramuwisatanya,
diberikanlah yang masih muda, energik dan perayu.
Pada akhir tournya di Toraja, perempuan ini menelepon
lagi kepada kami: “Real Good Guide, you provide,
thanks”. Artinya “Betul-betul Pramuwisata yang baik
yang anda siapkan, terima kasih”.

9. Mengatur Wisata Trekking dan Arung Jeram Mahasiswa


Akademi Pariwisata (Akpar) Negeri Makassar
Mulai tahun 2010, kami sudah mulai menangani
mahasiswa Akpar Negeri Makassar untuk wisata trekking
dan arung jeram di Mamasa Sulawesi Barat. Yang perlu
dicontohi dari kesan menangani perjalanan wisata
mereka adalah kedisiplinan dan kepatuhan terhadap
aturan yang diberikan. Baik aturan dan kedisiplinan
lokal Mamasa terlebih aturan dan kedisiplinan dari
dosen pembimbing yang mengantarnya. Mereka sudah
dibekali dari kampus mereka. Sehingga betul-betul
melakukan wisata dengan sempurna tanpa kendala,
bukan sekedar suatu persyaratan administrasi, tetapi
betul-betul mereka nikmati perjalanan tersebut.
Sehingga layak diberikan Sertifikat Wisata Trekking dan
Arung Jeram.

152 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Motto Arianus Mandadung:
Jangan pernah bangga dengan kelebihanmu, jangan
pula pernah tenggelam dengan kekuranganmu. Jadikanlah
kekuranganmu itu sebagai cambuk untuk tampil maju ke
depan yang lebih baik, menjadi Pramuwisata profesional
yang berkualitas-tinggi dan terpercaya.

Motto Margaretha Wadid Rante:


Lahirkan SDM Pramuwisata yang kompeten untuk
Pariwisata Indonesia. Pramuwisata berpendidikan,
profesional dan berdaya saing internasional.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 153


DAFTAR PUSTAKA

AMATO, Edwardo, Prof. Guiding Technique 1988. Materi


Pelajaran Kursus Pemimpin Perjalanan Wisata (Tour
Leader) Kanwil Deparpostel Sulselra.
BROOKE SHANNON BRAVOS, CTP. 1992. Cruse Hosting
(a step-by-step guide for beginners & professionals).
Travel Time Publishing Sausalito, California.
DERVAES L. CLAUDINE. 1996. The Travel Training
Workbook. Solitaire Publishing, USA.
DERVAES L. CLAUDINE. 1997. Teaching Travel. A handbook
for the Educator. Solitaire Publishing. USA.
DITJEN PARIWISATA. Lands and Peoples 1988. Materi
Pelajaran Kursus Pemimpin Perjalanan Wisata (Tour
Leader) Kanwil Deparpostel Sulselra.
FRANS SEDA, Drs. Ekon, Menteri Perhubungan RI
1970. Surat Keputusan Menteri Perhubungan
No.: SK.243/K/1970 tentang Persyaratan Tenaga
Pramuwisata, Jakarta 5 Agustus 1970.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
RI 2009. Undang-Undang No.: 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.
KRAF, Goris, Dr. Dialektologi, 1983. Diktat Mata Kuliah
Dialektologi Fakultas Sastra Unhas.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 155


PRAJOGO, M. J. Direktur Jenderal Pariwisata 1970. Surat
Keputusan Dirjen Pariwisata RI No.: 12/Kpts/1170-
PAR tentang Pelaksanaan Perijinan Pramuwisata,
Jakarta 24 Nopember 1970.
RENYUT, B. John, Drs. 1988. Pedoman Protokol dan Etiket.
Materi Pelajaran Kursus Pemimpin Perjalanan Wisata
(Tour Leader) Kanwil Deparpostel Sulselra.
SEABOURN CRUISE LINE, 1999. A Division of Curnars
Line Limited, San Francisco, California USA.
WORLD FEDERATION OF TOURIST GUIDE
ASSOCIATION (WFTGA) 2005, Checklist for
Professional Tourist Guides, PCS Printways Nicosia,
Cyprus.
YOETY, Oka A. Drs. 1977. Guiding System Suatu Penuntun.
Pradnya Paramita, Jakarta.

156 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


BIODATA PENULIS

Drs. Arianus Mandadung


Lahir di Tawalian Mamasa, Kabupaten
Polewali Mamasa (Polmas,) tanggal 30
Agustus 1951. Menikah dengan Oktovinah
Darru’ di Makassar tanggal 03 Desember
1980, dikaruniai 6 (enam) putra dan 1
(satu) putri atau 7 (tujuh) orang anak, 8
(delapan cucu). Agama Kristen protestan. Alamat di Sulsel:
Jl. Dg. Supu’ No.: 23 Makassar (Kompleks SMP Negeri 20
Nipa-Nipa), Kelurahan Manggala/Kecamatan Manggala
Makassar 90234 Provinsi Sulawesi Selatan. Alamat di
Sulbar: Ramayana Inn, Kampung Baru Mamasa Kabupaten
Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Pendidikan terakhir: S1
Sastra Inggris pada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin
Ujung Pandang, alumni tahun 1985.

Pendidikan Non Formal


Kursus Dasar Kewartawanan (Kursus Wartawan
Mekar) Makassar tahun 1974, Kursus Pramuwisata Umum
Spesialisasi Bhs. Inggris Diparda Tk. I Sulsel Angkatan
Pertama tahun 1978 dan Angkatan Kedua tahun 1980;
Kursus Pengurusan Dokumen Perjalanan Departemen
Kehakiman R.I. tahun 1981; Kursus Pramuwisata Madya
Spesialisasi Bhs. Inggris Diparda Tk. I Sulsel tahun 1987;
Kursus Pengatur Wisata (Tour Leader Spesialisasi Bhs.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 157


Inggris) Deparpostel R.I. Angkatan Pertama se-Indonesia
Timur (Peserta Terbaik Pertama) tahun 1988; Peserta Diklat
Peningkatan Mutu Keterampilan Pimpinan/Eksekutif
Usaha Perjalanan Wisata Deparpostel R.I. tahun 1995;
Peserta Pelatihan Auditor Pariwisata Bidang Usaha (Jasa
Perjalanan Wisata) yang diselenggarakan oleh Kementerian
Pariwisata RI (Deputi Bidang Pengembangan Destinasi
dan Industri Pariwisata) tanggal 24-28 Agustus 2015 di
Makassar.

Pekerjaan Formal
Freelance Guide tahun 1975-1978, Payroll guide
Ramayana Satrya International Tours & Travel Makassar
tahun 1979-1985, Divisi Special Interest Tour (Wisata Minat
Khusus) Kawasan Timur Indonesia (KTI) merangkap
Assistant Tour Manager Ramayana Satrya International
Tours & Travel Makassar tahun 1986-1988, Tour Manager
Ramayana Satrya International Tours & Travel tahun 1988-
2003, Bidang Fungsional Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Mamasa tahun 2004-2005. Anggota Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Propinsi Sulawesi Barat angkatan
pertama tahun 2005-2008.

Pekerjaan Non-Formal
Asisten Penelitian Kebudayaan Royal Tropical
Institute Amsterdam Belanda bekerja sama Fakultas Sastra
UNHAS tahun 1975-1977, Koresponden SKU Makassar
Press tahun 1979-1984, Koresponden Harian Pedoman
Rakyat Makassar tahun 1981-1991. Mulai terjun ke dunia
kepramuwisataan tahun 1973 menjelang Konprensi Pasific
Asia Travel Association (PATA) tahun 1974 di Bali. Salah
seorang pengajar perintis berdirinya Sekolah Menengah
Industri Pariwisata (SMIP) Sandhy Putra Telkom (Sekarang
SMK Telkom) Makassar tahun 1992-2000.

158 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Tahun 1997, mulai dipercayakan sebagai dosen tamu
(guest lecturer) pada BPLP Kementerian Pariwisata Pos dan
Telekomunikasi di Jl. Cendrawasih Makassar, berlanjut
ketika berubah menjadi Akademi Pariwisata Negeri
Makassar, berlanjut ketika berubah menjadi Politeknik
Pariwisata Negeri Makassar Kementerian Pariwisata di
Tanjung Bunga Makassar.
Salah seorang dosen tidak tetap, merintis D3
Pariwisata Fakultas Sastra Unhas kampus Tamalanrea di
tahun 1996 – 2000 dikenal dengan Tim Dosen 3 serangkau
yaitu Drs. Arianus Mandadung, Drs. Emil Tumanduk dan
Alm. Syahran Kindjam.
Penguji Sertifikasi Bidang Pariwisata pada Sekolah-
Sekolah Pariwisata di Makassar bersama Association of
Indonesia Tours & Travel Agencies (ASITA) Sulawesi
Selatan tahun 1988-2003.

Organisasi dan Kepanitiaan Kepariwisataan dan lain-lain


Anggota Sekretariat Staf Ahli Bapparda Tana Toraja
tahun 1981-1983, anggota Tim Khusus Dokumentasi dan
Penulisan Objek-Objek Wisata Kabupaten Tana Toraja
tahun 1981-1983, anggota Team Promosi Bersama Pariwisata
Sulawesi Selatan, Kanwil Deparpostel Sulawesi Selatan dan
Tenggara, tahun 1984, Wakil Sekretaris Himpunan Penulis
Pariwisata Indonesia (HPPI) Propinsi Sulawesi Selatan
tahun 1984-1987, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah
Himpunan Duta Wisata Indonesia (DPD HDWI) Propinsi
Sulawesi Selatan tahun 1987-1990, anggota Panitia Tim
Kampanye Sadar Wisata Nasional Daerah Tk I Sulawesi
Selatan tahun 1989-1990, anggota Team Penyusunan
Naskah Bahan-Bahan Promosi Pariwisata Sulawesi
Selatan tahun 1990-1991, Ketua Panitia Penyelenggara
Rapat Kerja Daerah I Himpunan Pramuwisata Indonesia
(Rakerda I DPD HPI) Sulawesi Selatan di Mamasa tahun

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 159


1990, Ketua Panitia Rapat Kerja Nasional I Himpunan
Pramuwisata Indonesia (Rakernas I HPI) se-Indonesia
di Makassar tahun 1991, Sekretaris Dewan Pimpinan
Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI)
Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1990-1994, anggota Panitia
Pelaksana Konvensi Kupu-Kupu Internasional tahun 1993
di Makassar, Penasehat DPD HPI Sulawesi Selatan tahun
1994-1999, anggota Pengurus Masyarakat Pemerhati
Pariwisata Sulsel tahun 1998-2000, anggota Pengurus
Asosiasi Kongres dan Konvensi Indonesia (AKKINDO)
Sulsel tahun 1998-2000, anggota Tim Pakar Pariwisata
Masyarakat Pemerhati Pariwisata Kabupaten Polmas
tahun 1999-2003, Koordinator Hubungan Masyarakat
dan Publikasi Panitia Pembentukan Kabupaten Mamasa
tahun 1999-2002, anggota Panitia Lomba Lambang Daerah
(LOGO), Mars dan Hymne Propinsi Sulawesi Barat tahun
2005, Ketua Badan Pimpinan Cabang – Perhimpunan Hotel
dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Kabupaten Mamasa
periode 2007-2011; 2011-2015, Wakil Ketua Badan Pimpinan
Daerah – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD
PHRI) Propinsi Sulawesi Barat periode 2007-2011; 2011-2015,
Ketua Pengurus Daerah Federasi Arung Jeram Indonesia
(Pengda Faji) Propinsi Sulawesi Barat Periode 2010-2015;
2015-2020, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan
Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Propinsi Sulawesi Barat
periode 2007 – 2012; 2012 – 2017; 2018 – 2023, Koordinator
Tim Pemerhati Pariwisata, Forum Group Discussion (FGD)
Kabupaten Mamasa, periode 2018 – 2023.

Memiliki 32 (tiga puluh dua) Sertifikat/Surat


Penghargaan/Rekomendasi, di Antaranya:
Surat penghargaan dari Department of Social Research
Royal Tropical Institute Amsterdam Belanda sebagai
Asisten Penelitian Kebudayaan tahun 1975-1977; sertifikat

160 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Juara Pertama dan Juara Harapan Pertama pada Lomba
Foto “Pariwisata dan Lingkungan” yang diselenggarakan
oleh Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1994; Kecakapan Amatir
Radio (Amatir Radio Tingkat SIAGA) Kanwil XIV
Deparpostel Sulselra tahun 1994; Surat Penghargaan Duta
Besar New Zealand untuk Indonesia Mr. Michael Green,
sebagai Pramuwisata yang menangani tournya di Mamasa
dan Tana Toraja Sulawesi Selatan tahun 2000; Certificate 1st
South East Asia Tourist Guide Association Congress, May
30 to June 2, 2008 in Bukit Tinggi Padang West Sumatera;
Certificate of Participation World Federation of Tourists
Guide Association (WFTGA) International Convention in
Denpasar Bali January 11-16, 2009; Piagam Penghargaan
“Peserta Kompetisi Pramuwisata Tingkat Nasional tahun
2010 di Bali” mewakili Provinsi Sulawesi Barat; Sertifikat
Narasumber pada Seminar Kepariwisataan Hasil Penelitian
Kelompok yang diselenggarakan oleh Unit Penelitian
dan Pengabdian pada Masyarakat Akademi Pariwisata
(Akpar) Makassar tahun 2015; Sertifikat Peserta Seminar
Hasil Penelitian Institusi Kepariwisataan dan Desiminasi
Hasil Penelitian Kepariwisataan dengan tema: “Strategi
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” yang
diselenggarakan oleh Politeknik Pariwisata Makassar
Kementerian Pariwisata RI tanggal 28 Oktober 2016 di
Makassar; dan lain-lain.

Buku yang Telah Ditulis mulai Tahun 1979


Sebanyak 20 (dua puluh) buku praktisi (non-ilmiah/
akademisi) sejarah, budaya dan pariwisata dalam bahasa
daerah, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jepang.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 161


Promosi Pariwisata yang Telah Diikuti mulai Tahun 1988
Lokal dalam bentuk Table Top, regional Kemilau
Sulawesi; Nasional TIME (Travel Indonesia Mart and
Exhibition); Regional International ASEAN Travel Forum
(ATF) yang diselenggarakan secara bergilir di negara-
negara ASEAN setiap bulan Januari; Internasional ITB
(Internationale Travel Burse) di Berlin Jerman setiap bulan
Maret + kunjungan ke negara-negara Eropa lainnya.

162 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik


Margaretha Wadid Rante
Lahir di Awa’ Kabupaten Tana Toraja
pada tanggal 07 Mei 1964. Menyelesaikan
Pendidikan S1 Fakultas Sastra pada Jurusan
Sastra Inggris di Universitas Hasanuddin
Makassar pada tahun 1988, kemudian
melanjutkan Pendidikan S2 pada program
Studi Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar
jurusan Ilmu Komunikasi dan diselesaikan pada tahun 2003.
Selain pendidikan formal, juga pernah mengikuti berbagai
pelatihan seperti CBT/CBA The Best Quality Framework di
Canberra Institute of Tafe-Australia, ASEAN Master Tourism
Trainer for Tour Operation Division di Vietnam. Pada tahun
2019 memperoleh gelar profesi Certified Hospitality Educator
(CHE) dari American Hotel & Lodging Education Institute
(AHLEI).
Mengikuti beberapa kursus bidang kepariwisataan,
Pengatur Wisata/Tour Leader di Kota Makassar tahun
1990, Train the Trainer di Kota Makassar tahun 1993,
Diklat Teknis Pariwisata Tingkat Dasar di Kota Bandung
tahun 1995, Diklat Teknik Pariwisata Tingkat Lanjutan
di Ibu Kota DKI. Jakarta tahun 1996, Diklat Tingkatan
Mutu Keterampilan Tenaga Kerja Tingkat Atas Usaha Jasa
Perjalanan Wisata Bidang Pemasaran di Kota Makassar
tahun 1996, Job Training Pada BPW Vaya Tour Jakarta tahun
2000, Job Training pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
tahun 2000, Diklat Computerzed Reservation System ABACUS
di DKI. Jakarta tahun 2001, Competency Based Training di
Canberra Institute Technology (CIT) Australia tahun 2002,
Construct Air Fares Ticketing di Kota Makassar tahun 2002,
Diklat Fungsional Peneliti Pariwisata di Yogyakarta tahun
2003 dan Diklat ASEAN Master Trainer di Vietnam tahun
2016.

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 163


Pengalaman kerja bidang kepariwisataan, pada tahun
1989-1993 Tour Manager, Tour Leader dan Tour Guide pada
Lintas Alam Tour & Travel, tahun 1993–sekarang Dosen
pada BPLP/Akademi Pariwisata Makassar/Politeknik
Pariwisata Makassar, tahun 1997 Sekertaris Program
Studi Manajemen UPW, tahun 2000 Ketua Program Studi
Manajemen Usaha Perjalanan Wisata, tahun 2002-2010
Ketua Jurusan Manajemen Perjalanan Wisata, tahun
2008–sekarang Asesor Uji Kompetensi, tahun 2010–2014
Manager Standarisasi LSPP Akpar Makassar, tahun 2014-
2016 Pembantu Direktur III Poltekpar Makassar, tahun
2014-2016 Manager Sertifikasi LSPP Akpar Makassar, tahun
2017-sekarang Sekertaris Sertifikasi LSPP Akpar Makassar,
dan pada tahun 2020-sekarang Pembantu Direktur III
Poltekpar Makassar.
Saat ini aktif dalam berbagai Asosiasi Profesi dan
Peneliti Pariwisata, Asesor Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP).

164 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik

You might also like