You are on page 1of 13

MATERI PENYULUHAN BAGI MASYARAKAT OLEH PPKBD

DESA : LIMAU MANIS TAHUN 2021

Hari/ Tanggal : Rabu, 18 Agustus 2021


Pukul : 10.00 WIb
Tempat : Desa Limau Manis
Materi : Lansia Tangguh

Menjalani usia senja dengan sikap positif adalah modal dasar untuk
menjadi lansia yang bahagia dan sejahtera. Ini terungkap dalam penelitian Orb Media ,
sebuah organisasi jurnalistik yang berbasis di Washington DC. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ada korelasi antara persepsi positif terhadap kelanjutusiaan dengan
kesejahteraan lansia
Direktur Pusat Kajian Keluarga dan Kelanjutusiaan Universitas Respati Indonesia Jakarta,
Sudibyo Alimoeso mengatakan ada tujuh dimensi penting yang perlu diketahui
para lansia juga para keluarga yang merawat para masyarakat lanjut usia ini untuk
mendukung kehidupan lansia. Berikut tujuh dimensi itu:

1. Dimensi Spiritual. Menurut Sudibyo, dengan memahami dan menguasai dimensi ini, para
lansia bisa belajar untuk menerima keadaan bahwa ia mengalami perubahan fisik dan
psikis saat menjadi lansia. Dimensi spiritual bisa diperkuat dengan mendekatkan diri
dalam kegiatan rohani. "Dengan begitu, lansia bisa lebih tawakal dan lebih wise," kata
Sudibyo saat dihubungi 14 Juni 2018.

2. Dimensi Intelektual. Sudibyo mengatakan penting sekali para lansia bisa dilatih unsur
intelektual mereka. Salah satu caranya adalah dengan mengisi teka teki silang, bermain
catur, atau bahkan mengajak bermain kartu remi. "Kegiatan sederhana itu bisa bantu
agar kemampuan otak lansia tidak menurun, karena mereka terus diajak berpikir. Dengan
kegiatan itu, otak lansia jadi aktif terus," katanya.

3. Dimensi Hobi. Mengembangkan hobi sangat penting untuk dilakukan para lansia. Sudibyo
mengatakan melakukan kegiatan hobi bisa membantu masyarakat lansia tetap gembira
dan hal itu bisa mengurangi berbagai penyakit psikis yang bisa dialami masyarakat lansia.  

4. Dimensi Kesehatan Fisik. Para lansia biasanya sudah mengalami penurunan kesehatan
fisik. Untuk itu Sudibyo menyarankan untuk selalu mengajak para lansia tetap  beraktivitas
fisik. Para keluarga bisa mengajak lansia untuk bergerak minimal berjalan dengan berkala.
Dengan bergerak, tubuh lansia bisa terus terlatih.
 
5. Dimensi Vokasional. Menurut Sudibyo, para lansia biasanya memiliki keahlian masing-
masing. Ada yang ahli membuat anyaman, ada yang ahli menulis atau mengajar. Dengan
mengembangkan keahlian, para lansia akan merasa tetap berguna sehingga merasa
bangga dengan tetap eksis atas keahliannya di masyarakat.

6. Dimensi Sosial. Lansia cenderung menyendiri. Dengan mengembangkan dimensi sosial,


maka lansia bisa bergaul dan memiliki banyak teman seusianya. "Jadi kalau lansia mau
reuni, atau arisan, biarkan saja. Kalau dilarang dan diomelin melulu, mereka bisa merasa
terpuruk," katanya

7. Dimensi Lingkungan. Menurut Sudibyo, penting sekali memiliki lingkungan yang


ramah lansia. Ada beberapa lansia yang memiliki keterbatasan fisik sehingga mereka
membutuhkan beberapa alat bantu dalam bergerak. Misalnya, bagi lansia yang
mengenakan kursi roda perlu diberikan jalan yang tidak bertangga. Contoh lain, di toilet
rumah, bisa ditambah pegangan karena dikhawatirkan para lansia memerlukannya untuk
menyangga tubuh. "Dimensi lingkungan itu penting untuk dipikirkan para pihak demi
mendukung para lansia

Di Ketahui Oleh, Limau Manis, 18 Agustus 2021


Kepala Desa Limau Manis PPKBD Desa Limau Manis

MUHAMMAD AMRU FITRI AGUSTINA


MATERI PENYULUHAN BAGI MASYARAKAT OLEH PPKBD
DESA : LIMAU MANIS TAHUN 2021

Hari/ Tanggal : Senin, 13 September 2021


Pukul : 10.00 WIb
Tempat : Desa Limau Manis
Materi : Stunting

Stunting adalah hasil dari berbagai faktor yang terjadi di masa lalu. Misalnya asupan gizi
yang buruk, berkali-kali terserang penyakit infeksi, serta berat badan lahir rendah (BBLR).

Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak ini biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir
saja. Melainkan bisa dimulai sejak ia masih di dalam kandungan. WHO sebagai Badan Kesehatan
Dunia, menyatakan bahwa sekitar 20 persen kejadian stunting sudah terjadi saat bayi masih
berada di dalam kandungan.

Hal ini disebabkan oleh asupan ibu selama hami kurang bergizi dan berkualitas, sehingga
nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan
mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.

Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi akibat kebutuhan gizi anak saat masih di bawah usia 2
tahun tidak tercukupi. Entah itu tidak diberikan ASI eksklusif, ataupun MPASI (makanan
pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas.

Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi salah
satu faktor utama penyebab stunting. Khususnya asupan makanan yang mengandung zink, zat
besi, serta protein ketika anak masih berusia balita.

Melansir dari buku Gizi Anak dan Remaja, kejadian ini umumnya sudah mulai berkembang
saat anak berusia 3 bulan. Proses perkembangan tersebut lambat laun mulai melambat ketika
anak berusia 3 tahun.

Setelah itu, grafik penilaian tinggi badan berdasarkan umur (TB/U), terus bergerak
mengikuti kurva standar tapi dengan posisi berada di bawah. Ada sedikit perbedaan kondisi
stunting yang dialami oleh kelompok usia 2-3 tahun, dan anak dengan usia lebih dari 3 tahun.

Pada anak yang berusia di bawah 2-3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi badan
menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang berlangsung.
Sedangkan pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut menunjukkan kalau
kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi (stunte

Gejala stunting yang paling utama adalah anak memiliki tubuh pendek di bawah rata-rata.
Tinggi atau pendeknya tubuh anak sebenarnya bisa dengan mudah Anda ketahui, jika Anda
memantau tumbuh kembang si kecil sejak ia lahir.

Sebab jika dipaksakan, kondisi tersebut justru bisa meningkatkan risiko kematian maternal
dan masalah kesehatan pada bayi. Entah itu dalam jangka pendek maupun panjang.
Rendahnya tinggi badan ibu yang telah terjadi sejak kecil juga bisa mengakibatkan hal yang
sama pada anak-anaknya kelak. Anak yang lahir dari ibu dengan tinggi badan di bawah rata-rata
berisiko mengalami underweight atau berat badan rendah, serta tinggi badan yang tidak rendah
pula.

Itulah mengapa kondisi ini dikatakan sebagai masalah gizi yang dapat berdampak hingga anak
berusia l Salah satu cara pertama yang bisa dilakukan untuk anak dengan tinggi badan di bawah normal,
yakni dengan memberikannya pola asuh yang tepat. Dalam hal ini meliputi inisiasi menyusui dini (IMD),
pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan, serta pemberian ASI bersama dengan MP-ASI sampai anak
berusia 2 tahun. WHO dan UNICEF menganjurkan agar bayi usia 6-23 bulan untuk mendapatkan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang optimal. Ketentuan pemberian makanan tersebut
sebaiknya mengandung minimal 4 atau lebih dari 7 jenis makanan.

Meliputi serealia/umbi-umbian, kacang-kacangan, produk olahan susu, telur atau sumber


protein lainnya, sayur dan buah kaya vitamin A atau lainnya. Di sisi lain, perhatikan juga batas
ketentuan minimum meal frequency (MMF), untuk bayi usia 6-23 bulan yang diberi dan tidak
diberi ASI, dan sudah mendapat MP-ASI, seperti:

1. Untuk bayi yang diberi ASI:


 Umur 6-8 bulan: 2 kali per hari atau Bible
 Umur 9-23 bulan: 3 kali per hari atau lebih
2. Untuk bayi yang tidak diberi ASI:
6-23 bulan: 4 kali per hari atau lebih

Bukan hanya itu saja. Ketersediaan pangan di masing-masing keluarga turut berperan
dalam mengatasi stunting. Misalnya dengan meningkatkan kualitas makanan harian yang
dikonsumsi. Lanjut usia, apabila tidak segera ditangani.

Kejadian stunting bukanlah masalah baru di dunia kesehatan. Di Indonesia sendiri, stunting
adalah masalah gizi pada anak yang masih menjadi pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan
dengan baik. Terbukti menurut data Pemantauan Status Gizi (PSG) dari Kementerian Kesehatan
RI, selama 3 tahun terakhir ini, jumlah anak pendek terbilang cukup tinggi.

Kasus anak stunting memiliki jumlah tertinggi jika dibandingkan dengan permasalahan gizi
lainnya, seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Pertanyaan selanjutnya adalah, bisakah stunting
pada anak dicegah sejak dini? Jawabannya sebenarnya bisa. Stunting pada anak merupakan
satu dari beberapa program prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah agar angka kasusnya
diturunkan.

Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016. Cara mencegah stunting menurut Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, yakni:

3. Untuk ibu hamil dan bersalin:

Pemantauan kesehatan secara optimal beserta penanganannya, pada 1.000 hari pertama
kehidupan bayi.

 Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) secara rutin dan berkala.


 Melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan terdekat, seperti dokter, bidan,
maupun puskesmas.
 Memberikan makanan tinggi kalori, protein, serta mikronutrien untuk bayi (TKPM).
 Melakukan deteksi penyakit menular dan tidak menular sejak dini.
 Memberantas kemungkinan anak terserang cacingan.
 Melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.

4. Untuk balita:

 Rutin memantau pertumbuhan balita.


 Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita.
 Melakukan stimulasi dini perkembangan anak.
 Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak.

5. Untuk anak usia sekolah:

 Memberikan asupan gizi yang cukup sesuai kebutuhan harian anak.


 Mengajarkan anak pengetahuan terkait gizi dan kesehatan.

6. Untuk remaja:
 Membiasakan anak untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi
seimbang, tidak merokok, dan tidak memakai narkoba.

 Mengajarkan anak mengenai kesehatan reproduksi.

7. Untuk dewasa muda:

 Memahami seputar keluarga berencana (KB).


 Melakukan deteksi dini terkait penyakit menular dan tidak menular.
 Senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak
merokok, dan tidak memakai narkoba.

Intinya, jika ingin mencegah stunting maka asupan serta status gizi seorang calon ibu harus
baik. Hal ini kemudian diiringi dengan memberikan asupan makanan yang berkualitas ketik anak
telah lahir.

Apakah stunting masih mungkin diperbaiki?

Sayangnya, stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa dikembalikan
seperti semula. Maksudnya, ketika seorang anak sudah stunting sejak masih balita, maka
pertumbuhannya akan terus lambat hingga ia dewasa. Saat puber, ia tidak dapat mencapai
pertumbuhan maksimal akibat sudah terkena stunting di waktu kecil. Meskipun, Anda telah
memberikannya makanan yang kaya akan gizi, tapi tetap saja pertumbuhannya tidak dapat
maksimal seperti anak normal lainnya.

Di Ketahui Oleh, Limau Manis, 13 September 2021


Kepala Desa Limau Manis PPKBD Desa Limau Manis

MUHAMMAD AMRU FITRI AGUSTINA


MATERI PENYULUHAN BAGI MASYARAKAT OLEH PPKBD
DESA : LIMAU MANIS TAHUN 2021

Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Oktober 2021


Pukul : 10.00 WIb
Tempat : Desa Limau Manis
Materi : Pendewasaan Usia Perkawinan

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN

Permasalahan kependudukan pada dasarnya terkait dengan kuantitas, kualitas dan


mobilitas penduduk. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga telah mengamanatkan perlunya pengendalian
kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk agar mampu menjadi
sumber daya yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional.
Salah satu program pembangunan yang berkaitan dengan kependudukan adalah Program
Keluarga Berencana yang bertujuan mengendalikan jumlah penduduk diantaranya melalui
program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Pendewasaan Usia Perkawinan diperlukan
karena dilatarbelakangi beberapa hal sebagai berikut:
1. Semakin banyaknya kasus pernikahan usia dini.
2. Banyaknya kasus kehamilan tidak diinginkan
3. Banyaknya kasus pernikahan usia dini dan kehamilan tidak diinginkan menyebabkan
pertambahan penduduk makin cepat (setiap tahun bertambah sekitar 3,2 juta jiwa)
4. Karena pertumbuhan penduduk tinggi, kualitasnya rendah
5. Menikah dalam usia muda menyebabkan keluarga sering tidak harmonis,sering cekcok,
terjadi perselingkuhan, terjadi KDRT, rentan terhadap perceraian.
Beberapa persiapan yang dilakukan dalam rangka berkeluarga antara lain:
1. Persiapan fisik, biologis
2. Persiapan mental
3. Persiapan sosial ekonomi
4. Persiapan Pendidikan dan ketrampilan
5. Persiapan keyakinan dan atau agama
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada
perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun
bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja
tetapi mengusahakan agar kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup dewasa.
Bahkan harus diusahakan apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya, maka
penundaan kelahiran anak pertama harus dilakukan. Dalam istilah KIE disebut sebagai anjuran
untuk mengubah bulan madu menjadi tahun madu. Pendewasaan usia perkawinan merupakan
bagian dari program Keluarga Berencana Nasional. Program PUP memberikan dampak pada
peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan Total Fertility Rate
(TFR).
Tujuan program pendewasaan usia perkawinan adalah Memberikan pengertian dan
kesadaran kepada remaja agar didalam merencanakan keluarga, mereka dapat
mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik,
mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran.
Tujuan PUP seperti ini berimplikasi pada perlunya peningkatan usia kawin yang lebih dewasa.
Program Pendewasaan Usia kawin dan Perencanaan Keluarga merupakan kerangka dari
program pendewasaan usia perkawinan.
Kerangka ini terdiri dari tiga masa reproduksi, yaitu:
1. Masa menunda perkawinan dan kehamilan
2. Masa menjarangkan kehamilan dan
3. Masa mencegah kehamilan

Kerangka ini dapat dilihat seperti dibawah ini.


1. Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan
Kelahiran anak yang baik, adalah apabila dilahirkan oleh seorang ibu yang telah berusia 20
tahun. Kelahiran anak, oleh seorang ibu dibawah usia 20 tahun akan dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan anak yang bersangkutan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan apabila seorang
perempuan belum berusia 20 tahun untuk menunda perkawinannya. Apabila sudah terlanjur
menjadi pasangan suami istri yang masih dibawah usia 20 tahun, maka dianjurkan untuk
menunda kehamilan, dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti yang akan diuraikan
dibawah ini. Beberapa alasan medis secara objektif dari perlunya penundaan usia kawin
pertama dan kehamilan pertama bagi istri yang belum berumur 20 tahun adalah sebagai
berikut:
a. Kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan
risiko kesakitan dan kematian pada saat persalinan, nifas serta bayinya.
b. Kemungkinan timbulnya risiko medik sebagai berikut:
1. Keguguran
2. Preeklamsia (tekanan darah tinggi, cedema, proteinuria)
3. Eklamsia (keracunan kehamilan)
4. Timbulnya kesulitan persalinan
5. Bayi lahir sebelum waktunya
6. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
7. Fistula Vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina)
8. Fistula Retrovaginal ( keluarnya gas dan feses/tinja ke vagina)
9. Kanker leher Rahim
Penundaan kehamilan pada usia dibawah 20 tahun ini dianjurkan dengan menggunakan
alat kontrasepsi sebagai berikut:
a. Prioritas kontrasepsi adalah oral pil, oleh karena peserta masih muda dan sehat
b. Kondom kurang menguntungkan, karena pasangan sering bersenggama (frekuensi
tinggi) sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
c. AKDR/Spiral/IUD bagi yang belum mempunyai anak merupakan pilihan kedua.
AKDR/Spiral/IUD yangdigunakan harus dengan ukuran terkecil.
2. Masa Menjarangkan kehamilan
Masa menjarangkan kehamilan terjadi pada periode PUS berada pada umur 20-35 tahun.
Secara empirik diketahui bahwa PUS sebaiknya melahirkan pada periode umur 20-35 tahun,
sehingga resiko-resiko medik yang diuraikan diatas tidak terjadi. Dalam periode 15 tahun (usia
20-35 tahun) dianjurkan untuk memiliki 2 anak. Sehingga jarak ideal antara dua kelahiran bagi
PUS kelompok ini adalah sekitar 7-8 tahun. Patokannya adalah jangan terjadi dua balita dalam
periode 5 tahun. Untuk menjarangkan kehamilan dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi.
Pemakaian alat kontrasepsi pada tahap ini dilaksanakan untuk menjarangkan kelahiran agar ibu
dapat menyusui anaknya dengan cukup banyak dan lama. Semua kontrasepsi, yang dikenal
sampai sekarang dalam program Keluarga Berencana Nasional, pada dasarnya cocok untuk
menjarangkan kelahiran. Akan tetapi dianjurkan setelah kelahiran anak pertama langsung
menggunakan alat kontrasepsi spiral (IUD).

3. Masa Mencegah Kehamilan


Masa pencegahan kehamilan berada pada periode PUS berumur 35 tahun keatas. Sebab
secara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengalami resiko medik.
Pencegahan kehamilan adalah proses yang dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Kontrasepsi yang akan dipakai diharapkan berlangsung sampai umur reproduksi dari PUS yang
bersangkutan yaitu sekitar 20 tahun dimana PUS sudah berumur 50 tahun. Alat kontrasepsi
yang dianjurkan bagi PUS usia diatas 35 tahun adalah sebagai berikut:
a. Pilihan utama penggunaan kontrasepsi pada masa ini adalah kontrasepsi mantap
(MOW,  MOP).
b. Pilihan ke dua kontrasepsi adalah IUD/AKDR/Spiral
Pil kurang dianjurkan karena pada usia ibu yang relatif tua mempunyai kemungkinan timbulnya
akibat sampingan.

Di Ketahui Oleh, Limau Manis, 12 Oktober 2021


Kepala Desa Limau Manis PPKBD Desa Limau Manis

MUHAMMAD AMRU FITRI AGUSTINA


MATERI PENYULUHAN BAGI MASYARAKAT OLEH PPKBD
DESA : LIMAU MANIS TAHUN 2021

Hari/ Tanggal : Rabu, 17 November 2021


Pukul : 10.00 WIb
Tempat : Desa Limau Manis
Materi : Tumbuh Kembang Anak
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang dimulai sejak konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah yang membedakan anak dari orang dewasa. Jadi
anak tidak bisa diidentikkan dengan dewasa dalam bentuk kecil. Pertumbuhan ialah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran
fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan
satuan panjang satuan berat.
Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan stuktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya  jauh lebih sulit daripada pengukuran
pertumbuhan. Perkembangan fisik yaitu kemampuan seorang anak melakukan kegiatan fisik
seperti mengontrol kepala dan badan, membalikkan badan, duduk, merangkak dan berjalan,
mengontrol gerakan jari-jari tangan, melihat dan mendengar.
Peran orang tua juga sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan kemampuan
berpikir anak usia dini. Anak usia dini mampu untuk menguasai lebih banyak kata dan memiliki
keinginan yang besar untuk memahami segala sesuatu. Oleh karenanya pada masa ini, anak
akan menjadi lebih kritis sehingga anak akan banyak bertanya. Anak juga sudah mampu untuk
belajar berhitung, menjadi lebih aktif bercerita, dan suka berimajinasi. Orang tua dapat
mendukung anak melalui pemberian rangsangan untuk melakukan banyak aktivitas, seperti
bernyanyi, mendongeng, dan mengajarkan abjad atau angka. Kegiatan – kegiatan tersebut
tentu akan semakin mendukung tumbuh kembang anak.
Ibu biasanya memiliki lebih banyak pengaruh dan kesempatan untuk mendukung tumbuh
kembang anak. Hal tersebut karena peran utama ayah untuk mencari nafkah menyebabkan
waktu yang ia miliki untuk anak menjadi lebih terbatas. Oleh karena itu, peran ibu sangat
penting untuk menjaga kualitas interaksi anak-orangtua. Hampir sebagian besar keputusan
yang berkaitan dengan urusan rumah tangga banyak dibuat oleh ibu. Namun demikian, pada
usia dini, anak biasanya mengenal sosok ayah sebagai sosok yang akan mengajak mereka pergi
ke tempat-tempat yang menyenangkan dan teman bermain, akan tetapi peran ini akan
dilakukan oleh ibu, jika ayah berhalangan karena harus bekerja.
Menyadari ketersediaan waktu yang sangat terbatas dengan anak, ayah biasanya tetap
berusaha menyediakan waktu khusus untuk anaknya. Hal tersebut bisa dapat dilakukan dalam
bentuk ayah akan menyempatkan diri menelpon anak hanya untuk menyapanya ketika dirinya
sedang berada di kantor. Saat pulang, ayah juga akan berbincang dan bermain dengan anaknya.
Hal-hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menjaga hubungan dekat antara ayah dengan
anak.
Program BKB dicanangkan oleh BKKBN  pada hari ibu tahun 1981. Program ini merupakan
suatu program yang melengkapi program-program pengembangan sumber daya manusia yang
telah dilaksanakan seperti misalnya program-program perbaikan kesehatan dan gizi ibu dan
anak. Pelaksanaan program BKB dimulai pada tahun anggaran 1985/1986 yang mengedepankan
tentang kerjasama pelaksanaan pengembangan proyek BKB dalam keterpaduan dengan
program KB dalam rangka mempercepat proses pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera (NKKBS). Keputusan Bersama ini menggariskan BKKBN sebagai penanggung
operasional BKB.
Program BKB memiliki beberapa ciri utama diantaranya sebagai berikut :
a. Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga lainnya yang memiliki
balita
b. Membina tumbuh kembang anak
c. Menggunakan alat bantu seperti Alat Permainan Edukatif (APE), dongeng, nyanyian
sebagai     perangsang tumbuh      kembang anak
d. Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik fisik maupun mental
e. Tidak langsung ditujukan kepada balita
Dalam pelaksanaanya BKB dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang
pentingnya Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental dan sosial dan
pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya di Posyandu
Penyelenggaran BKB dilakukan oleh kader terlatih berasal dari anggota masyarakat yang
bersedia secara sukarela bertugas memberikan peyuluhan kepada sasaran gerakan BKB. BKB
dilaksanakan untuk membina ibu kelompok sasaran yang mempunyai anak Balita yang
kemudian dibagi menjadi 5 kelompok menurut umur anaknya, yaitu :
1. Kelompok ibu dengan anak umur 0-1 tahun
2. Kelompok ibu dengan anak umur 1-2 tahun
3. Kelompok ibu dengan anak umur 2-3 tahun
4. Kelompok ibu dengan anak umur 3-4 tahun
5. Kelompok ibu dengan anak umur 4-5 tahun
Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tugas perkembangan anak, dimana tiap-tiap
kelompok umur tersebut mempunyai tugas perkembangan anak. BKB sebaiknya berada pada
tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri.
Dengan demikian kegiatan BKB dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah
penduduk, balai desa, tempat pertemuan RT atau di tempat khusus yang dibangun oleh
masayarakat.
Adapun kegiatan BKB dilakukan oleh kader yang terlatih dengan 3 kegiatan :
1. Penyuluhan
2. Bermain APE (Alat Permainan Edukatif)
3. Pencatatan hasil perkembangan ke dalam KKA
Kegiatan BKB adalah kegiatan pelayanan pada hari buka BKB yang dilakukan satu hari
dalam sebulan. Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik, sesuai dengan pedoman yang
berlaku, maka jumlah kader setiap BKB minimal 10 orang yang dibagi dalam 5 kelompok umur.
Setiap kelompok umur dibina kader inti yang memberikan penyuluhan, kader piket yang
mengasuh anak balita dan kader bantu yang membantu dan dapat menggantikan tugas kader
inti atau kader piket demi kelancaran tugas.

Di Ketahui Oleh, Limau Manis, 17 November 2021


Kepala Desa Limau Manis PPKBD Desa Limau Manis

MUHAMMAD AMRU FITRI AGUSTINA


MATERI PENYULUHAN BAGI MASYARAKAT OLEH PPKBD
DESA : LIMAU MANIS TAHUN 2021

Hari/ Tanggal : Senin, 13 Desember 2021


Pukul : 10.00 WIb
Tempat : Desa Limau Manis
Materi : Pola Asuh Anak dan Remaja
Pengertian pola asuh anak dalam keluarga bisa ditelusuri dari pedoman yang dikeluarkan oleh
Tim Penggerak PKK Pusat (1995), yakni : usaha orang tua dalam membina anak dan membimbing anak
baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa (18 tahun). Selain itu, yang dimaksud dengan pola
asuh adalah kegiatan kompleks yang meliputi banyak perilaku spesifik yang bekerja sendiri atau
bersama sama yang memiliki dampak pada anak. Tujuan utama pola asuh yang normal adalah
menciptakan kontrol.
Sebelum jauh membahas pola asuh anak dan remaja, maka yang harus diperbaiki terlebih
dahulu adalah orang tua itu sendiri dimana pribadi orang tua sebelum melahirkan anaknya diupayakan
orang tuanya harus lebih baik. Orang tua tampil sebagai Panutan (role Model) sehingga anak yang lahir
nantinya menjadi anak yang baik. “Bibit yang anggul akan menghasilkan tanaman yang unggul”.
            Setelah menjadi orang tua yang baik, maka yang tak kalah pentingnya diperhatikan adalah keluar
masuknya keuangan dan sumber makanan yang sehari hari diberikan kepada anak pastikan dari sumber
yang halal dan berkah supaya anak dapat tumbuh berkembang sehat dan  penuh berkah .
Meskipun tiap orang tua berbeda dalam cara mengasuh anaknya, namun tujuan utama orang tua dalam
mengasuh anak adalah sama yaitu untuk mempengaruhi, mengajari dan mengontrol Setiap anak   tidak
terkecuali anak-anak yang masih di bawah umur 17 tahun dan juga para remaja.  Walaupun secara
umum belum memiliki pemikiran yang berkembang seperti halnya orang dewasa, anak-anak remaja
telah dihadapkan dengan berbagai permasalahan hidup yang bervariasi.
Ada masalah yang ringan  mudah dipecahkan, dan ada pula masalah berat yang sulit untuk
diselesaikan dengan baik.  Tentu saja para orangtua, anggota PKK,  Guru dan seluruh elemen masyarakat
untuk siap sedia menjadi pembimbing untuk anak-anak, bukan hanya anak kandung saja melainkan anak
yang ada di sekitarnya dan anak-anak Indonesia pada umumnya.

PENGERTIAN REMAJA MENURUT PARA AHLI


Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat adalah:
Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak lagi, baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa
yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15
– 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi Monks, Knoers,
dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun,
masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 –
21 tahun (Deswita, 2006:  192)
Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock
tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan
masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

Gaya Dari Pola Asuh Anak Dalam Keluarga.


Contoh Bentuk / Jenis Masalah yang Dihadapi Oleh Anak-Anak dan Remaja :
A. Masalah di Sekolah
1. Masalah dengan guru
2. Masalah dengan peraturan sekolah
3. Masalah dengan ujian, kenaikan kelas, dan kelulusan
4. Masalah dengan jajan dan makan minum
5. Masalah dengan kegiatan belajar dan mengajar
6. Masalah dengan transportasi pulang pergi
B. Masalah di Rumah
1. Masalah dengan Pekerjaan Rumah (PR)
2. Masalah dengan tugas sekolah
3. Masalah dengan kursus, les, bimbingan belajar, dll
4. Masalah dengan orangtua
5. Masalah dengan anggota keluarga dan kerabat
6. Masalah dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
7. Masalah dengan uang saku / uang jajan

C. Masalah dengan Teman-Teman


1. Masalah dengan teman sekolah
2. Masalah dengan teman di sekitar rumah
3. Masalah dengan teman kursus / bimbel
4. Masalah dengan teman lama
5. Masalah dengan teman sehobi
6. Masalah dengan teman gaib (bila ada)
D. Masalah dengan Orang yang Disukai
1. Masalah sebagai pengagum gelap
2. Masalah dengan pacar
3. Masalah dengan penggemar
4. Masalah dengan teman dekat

E. Masalah dengan Kekhawatiran Masa Depan


1. Masalah dengan penetapan cita-cita sesuai minat dan bakat
2. Masalah dengan keterampilan dan kemampuan modal kerja
3. Masalah dengan pekerjaan di masa depan
4. Masalah dengan istri, anak, cucu dan mertua di masa depan
5. Masalah dengan penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan hidup di masa mendatang

F. Masalah dengan Hobi


1. Masalah dengan kebutuhan modal berhobi
2. Masalah manajemen barang-barang hobi
3. Masalah dengan pihak ketiga penyelenggara kegiatan hobi

G. Masalah dengan Agama contoh bagi  yang muslim


1. Masalah dengan sholat lima waktu dan sunnah
2. Masalah dengan puasa wajib dan sunnah
3. Masalah dengan pembayaran zakat
4. Masalah dengan pergi haji ketika mampu
5. Masalah dengan  sedekah
6. Masalah dengan istiqomah

Orang Tua yang Bijak  sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia akan belajar memaki;
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka akan senang berkelahi;
Jika anak dibesarkan toleransi, maka anak akan belajar mengendalikan dirinya;
Jika anak dibesarkan dengan penuh kelembutan, maka anak akan belajar menghargai sesamanya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, maka dia akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya;
“Mari kita fikirkan bersama nasib generasi Indonesia yang kita cintai ini ”
Selanjutnya Gaya pola asuh memiliki 2 elemen penting, yaitu : parental responsiveness (respons
orang tua) dan parental demandingness (tuntutan orang tua).

Di Ketahui Oleh, Limau Manis, 13 Desember 2021


Kepala Desa Limau Manis PPKBD Desa Limau Manis

MUHAMMAD AMRU FITRI AGUSTINA

You might also like