You are on page 1of 9

Materi Khutbah Jumat

Tema :

3 Sifat Negatif yang Membinasakan

Oleh : Ust. Sodiq Fajar

‫ك لَ ُه‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬


َ ‫ َوَأ ْش َه ُد َأنْ اَل ِإلَ َه ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،ُ‫ض َولَ ُه ْال َحمْ ُد فِي اآْل خ َِر ِة َوه َُو ْال َحكِي ُم ْال َخ ِبير‬ ِ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َل ُه َما فِي ال َّس َم َاوا‬
‫ َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َس ِّي َد َنا َو َن ِب ِّي َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ْالبَشِ ْي ُر ال َّن ِذ ْي ُر‬،ُ‫ْال َعلِيُّ ْال َك ِب ْير‬

ِ ‫اركْ َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى‬


‫آل م َُح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫ َو َب‬.‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
َ ‫ ِإ َّن‬،‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‬ َ ‫آل م َُح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
ِ ‫ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫ار ْكتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
َ ‫ ِإ َّن‬،‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‬ َ ‫َب‬

‫ َفا َّتقُوا‬،ِ‫ت ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ ي ِب َت ْق َوى هللا‬ >ِ ‫ب َواُأْلم ُْو َر ْال ُم ْهلِ َكا‬
ِ ‫ َواحْ َذر ُْوا ُس ُب َل ْال َع ْط‬،ِ‫ َواسْ لُ ُك ْوا َس ِب ْي َل ال َّساَل َم ِة َوال َّن َجاة‬،‫ ا َّتقُوا هللاَ َت َعالَى‬، ُ‫َف َيا َأ ُّي َها ال َّناس‬
‫هّٰللا‬
‫ ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُنوا ا َّتقُوا َ َح َّق ُت ٰقىتِهٖ َواَل َتم ُْو ُتنَّ ِااَّل َواَ ْن ُت ْم مُّسْ ِلم ُْو َن‬:‫ َقا َل هللاُ َت َعالى‬.‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َك َما َأ َم َر‬
َ

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Dalam penyampaian materi khutbah Jumat kali ini, kami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah
sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas takwa. Dengan cara melaksanakan segala perintah
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya serta menjauhi segala larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
rasul-Nya.

Mari kita tekuni ibadah shalat wajib lima waktu dengan berjamaah di masjid. Sebab, shalat merupakan
ibadah yang sangat penting. Satu amalan yang menjadi ciri utama perbedaan antara muslim dan kafir.

Mari kita hiasi diri dengan akhlaqul karimah. Mari jauhi seluruh bentuk akhlak sayyi-ah.
Dalam hal sifat dan akhlak, ada dua jenis sifat yang biasa melekat pada diri seseorang, yaitu sifat positif
dan negatif.

Sifat positif kita kenal dengan istilah akhlaqul karimah, atau akhlaq mahmudah. Sedangkan sifat negatif
kita kenal dengan istilah akhlak sayyi-ah, atau akhlak madzmumah.

Sifat positif akan mengantarkan kita pada kebaikan dan keselamatan di dunia dan di akhirat, sedangkan
sifat negatif akan mengantarkan kita pada kehancuran dan kebinasaan di dunia dan di akhirat.

Rasulullah sangat menjaga umatnya melalui nasehat dan peringatan supaya berhias diri dengan sifat
positif dan menjauhi setiap bentuk sifat negatif.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam kitab Kasyfu al-Astar karyaAl-Haitsami, jilid
1 halaman 60, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َوِإعْ َجابُ ْال َمرْ ِء ِب َن ْفسِ ِه‬،ٌ‫ َو َه ًوى ُم َّت َبع‬،ٌ‫ش ٌّح ُم َطاع‬
ُ :‫ات‬ ٌ َ‫َثال‬
ٌ ‫ث ُم ْهلِ َك‬

“Ada tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan; sifat kikir yang dituruti, hawa nafsu yang dituruti,
takjub terhadap diri sendiri (ujub).”

Melalui hadits di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa ada tiga sifat negatif
yang menggiring manusia pada jurang kebinasaan.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Sifat Negatif Pertama: Kikir

Kikir adalah sifat negatif. Kikir adalah sifat tercela. Kikir, bakhil, pelit artinya semua sama, yaitu tidak
mau memberikan sebagian hartanya kepada orang lain di saat orang lain membutuhkan.
Dalam syariat Islam, seorang muslim tidak boleh memiliki sifat kikir. Larangan bersifat kikir lebih
ditegaskan kembali bagi para pemimpin dan penguasa.

Kikir adalah akhlak madzmumah (tercela). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengategorikan ini
dalam sifat yang dapat membinasakan pelakunya.

Sifat kikir dapat merusak keharmonisan hubungan sosial masyarakat, wabil khusus, merusak hubungan
ukhuwah Islamiyyah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 180,

‫َواَل َيحْ َسبَنَّ الَّ ِذي َْن َيب َْخلُ ْو َن ِب َمآ ٰا ٰتى ُه ُم هّٰللا ُ مِنْ َفضْ لِهٖ ه َُو َخيْرً ا لَّ ُه ْم ۗ َب ْل ه َُو َشرٌّ لَّ ُه ْم‬

“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari
karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka.”

Islam mengajarkan untuk saling mencintai sesama muslim. Salah satu wujud rasa cinta kita kepada
sesama muslim adalah saling membantu dan meringankan beban kehidupan saudara seiman.

Harta yang ada pada diri kita saat ini sejatinya adalah titipan Allah subhanahu wata’ala. Semestinya kita
menunaikan hak-hak harta yang Allah Subhanahu wa Ta’ala titipkan ini sebaik mungkin. Selain sebagai
nafkah bagi keluarga, hak harta ini adalah dizakati dan disedekahkan untuk meringankan beban saudara
kita yang sedang membutuhkan.

Apa akibat orang yang bersifat kikir terhadap hartanya di akhirat kelak? Allah Subhanahuahu wa Ta’ala
berfirman dalam surat Ali Imran ayat 180, lanjutan ayat di atas,

‫َس ُي َط َّوقُ ْو َن َما َبخِلُ ْوا ِبهٖ َي ْو َم ْالق ِٰي َم ِة‬


“Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat.”

Sifat Negatif Kedua: Menuruti Hawa Nafsu

Sifat negatif kedua yang membawa pada kehancuran adalah menuruti hawa nafsu.

Dalam kitab al-Kulliyat halaman 962, imam al-Kafawi menjelaskan pengertian hawa nafsu adalah,

ِ ‫س ِإلَى َما َتسْ َتل ُِّذهُ م َِن ال َّش َه َوا‬


‫ت مِنْ غَ ي ِْر دَاعِ َي ِة ال َّشرْ ِع‬ ِ ‫َم ْي ُل ال َّن ْف‬

“Kecenderungan diri kepada kenikmatan syahwat yang tidak dilegalkan oleh syariat Islam.”

Menuruti hawa nafsu artinya lebih menuruti kecenderungan diri dan tunduk kepada syahwat yang
mengantarkan pada kemaksiatan.

Menuruti hawa nafsu termasuk sifat negatif yang membinasakan karena sifat ini akan merusak kebaikan
diri dan masyarakat sekitar.

Timbulnya kerusakan, permusuhan, pembunuhan, dan berbagai macam kriminalitas faktor pemicu yang
paling dominan adalah jiwa yang menuruti hawa nafsu.

Sifat menuruti hawa nafsu inilah yang menggiring manusia pada sifat rakus terhadap harta, sifat bejat
terhadap wanita, dan sifat ambisius dan angkuh terhadap tahta kekuasaan.

Fitnah harta tahta wanita adalah ujian berat di dunia bagi orang yang beriman dalam hal mengendalikan
hawa nafsu.
Apa akibat buruk dari sifat menuruti hawa nafsu ini?

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat al-Jatsiyah ayat 23,

‫ص ِرهٖ غِ ٰش َو ۗ ًة َف َمنْ َّي ْه ِد ْي ِه م ِۢنْ َبعْ ِد هّٰللا ِ ۗ اَ َفاَل َت َذ َّكر ُْو َن‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ضلَّ ُه ُ َع ٰلى عِ ْل ٍم َّو َخ َت َم َع ٰلى َسمْ عِهٖ َو َق ْل ِبهٖ َو َج َع َل َع ٰلى َب‬
َ َ‫اَ َف َر َءيْتَ َم ِن ا َّت َخ َذ ا ِٰل َه ٗه َه ٰوى ُه َوا‬

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah
membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya
serta meletakkan tutup atas penglihatannya.”

Sifat negatif Ketiga: Ujub

Sifat negatif yang ketiga adalah ujub atau angkuh. Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya imam al-Ghazali
dijelaskan bahwa ujub artinya

‫ضا َف ِت َها> ِإلَى ْال ُم ْنع ِِم َع َّز َو َج َّل‬ ِ ‫اِسْ تِعْ َظا ُم ال ِّنعْ َم ِة َوالرُّ ُك ْونُ ِإلَ ْي َها َم َع نِسْ َي‬
َ ‫ان ِإ‬

“Merasa hebat dengan anugerah yang ada pada dirinya dan selalu cenderung kepadanya sementara ia
lupa untuk menyandarkan nikmat tersebut kepada Allah subhanahu wata’ala sebagai Dzat yang
menganugerahkan nikmat kepadanya.”

Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa faktor penyebab sifat ujub adalah kebodohan.

Seseorang yang ujub, angkuh, membanggakan amalan ketaatannya, pada saat yang sama sejatinya dia
sedang dalam kondisi jahil, bodoh, tidak sadar jika amalan ketaatannya adalah taufiq dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala, bukan semata hasil usahanya.
Seseorang yang ujub membanggakan diri dengan hasil pikirannya, pendapat yang dia pilih, ide dan
gagasannya, argumentasi-argumentasinya, pada saat yang sama sejatinya ia sedang dalam kondisi
bodoh dan tidak sadar jika hasil pikir, ide, gagasan, argumentasi, atau pendapat yang ia pilih adalah
anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jika seseorang menyadari bahwa apa yang ada pada dirinya adalah anugerah dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala, tentu ia akan rendah hati, menaruh rasa hormat, tidak akan bersifat ujub, berbangga diri, dan
tidak merendahkan martabat pihak lain yang sedang berurusan dengannya.

Apa akibat buruk yang didapat oleh orang yang sombong dan ujub membanggakan diri?

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagaimana dalam hadits berderajat hasan yang
diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi, hadits nomor 2492,

‫س َتعْ لُو ُه ْم َنا ُر‬


َ َ‫ون ِإلَى سِ جْ ٍن فِي َج َه َّن َم ي َُسمَّى بُول‬
َ ُ‫ان َف ُي َساق‬ ُّ ‫ال َي ْغ َشا ُه ْم‬
ٍ ‫الذ ُّل مِنْ ُك ِّل َم َك‬ َّ ‫ُون َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة َأمْ َثا َل‬
ِ ‫الذرِّ فِي ص َُو ِر الرِّ َج‬ َ ‫يُحْ َش ُر ْال ُم َت َك ِّبر‬
ْ َ
ِ ‫ار طِ ي َنة ال َخ َب‬ َّ ‫َأ‬ َ ‫ار يُسْ َق ْو َن مِنْ ُع‬ ْ ‫َأْل‬
‫ال‬ ِ ‫ار ِة هْ ِل الن‬
َ ‫ص‬ ِ ‫ا ن َي‬

“Orang-orang yang sombong pada Hari Kiamat akan digiring seperti semut kecil dalam bentuk seorang
laki-laki yang diliputi kehinaan dari segala penjuru, digiring memasuki penjara di dalam Neraka Jahanam
yang disebut ‘Bulas (tahanan Jahanam)’ yang diliputi api yang sangat panas, diberi minum saripati
kotoran penghuni neraka yang membusuk.”

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kita berada di akhir zaman yang banyak sekali diliputi oleh fitnah. Bagaimana kita bersikap di zaman ini?

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat al-Maidah ayat 105,

َ ْ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا َعلَ ْي ُك ْم اَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ اَل َيضُرُّ ُك ْم مَّن‬
‫ض َّل ِا َذا اهْ َت َد ْي ُت ْم‬
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu! (karena) orang yang sesat itu tidak akan
membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk.”

Salah seorang sahabat bernama Abu Umayyah asy-Sya’bani pernah merasa kebingungan dalam
memahami ayat di atas. Lalu ia bertanya kepada sahabat Abu Tsa’labah al-Khusyanni tentang maksud
ayat tersebut.

Kronologi ini termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, hadits nomor
3058, dengan kualitas derajat hadits hasan gharib.

Abu Tsa’labah menjelaskan kepadanya dengan penjelasan yang ia dapatkan dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam,

‫اب ُك ِّل ذِي َرْأيٍ ِب َرْأ ِي ِه‬ ُ َ‫ َح َّتى ِإ َذا َرَأيْت‬،‫ َب ْل اْئ َت ِمرُوا ِبال َمعْ رُوفِ َو َت َنا َه ْوا َع ِن ال ُم ْن َك ِر‬،
َ ‫ َوِإعْ َج‬،‫ َو ُد ْن َيا مُْؤ َث َر ًة‬،‫ َو َه ًوى ُم َّت َب ًعا‬،‫شحًّ ا ُم َطاعً ا‬

“Hendaknya kalian melaksanakan amar makruf nahi munkar. Sampai suatu waktu kalian akan melihat
banyak orang yang menuruti sifat pelitnya, mengikuti hawa nafsunya, terperdaya oleh dunia dan setiap
orang yang punya pendapat kagum dengan pendapatnya.”

‫الج ْم ِر‬ ِ ‫ِيهنَّ م ِْث ُل ال َقب‬


َ ‫ْض َعلَى‬ َّ ‫ َفِإنَّ مِنْ َو َراِئ ُك ْم َأيَّامًا ال‬،‫ك َودَ ِع ال َع َوا َّم‬
ِ ‫ص ْب ُر ف‬ َ ِ‫ص ِة َن ْفس‬ َ ‫َف َعلَ ْي‬
َّ ‫ك ِب َخا‬

“Ketika itu jagalah diri kalian masing-masing. Dan tinggalkanlah kebanyakan manusia. Sungguh di masa
setelah masa kalian akan datang masa-masa (yang sangat dituntut) bersabar.”

Karena begitu dahsyatnya fitnah yang terjadi saat itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menggambarkan orang beriman yang bersabar dalam menghadapi fitnahnya seperti sedang
menggenggam bara api.
Dengan kesabarannya tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan pahala yang sangat besar,
sebagaimana sabda beliau,

‫ون م ِْث َل َع َملِ ُك ْم‬ َ ِ‫ِيهنَّ م ِْث ُل َأجْ ِر َخمْس‬


َ ُ‫ين َر ُجاًل َيعْ َمل‬ ِ ‫ل ِْل َعام ِِل ف‬

“Orang yang mengamalkan ajaran agama ketika itu pahalanya seperti pahala 50 orang.”

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Demikian materi khutbah Jumat tentang contoh sifat negatif yang membinasakan yang dapat kami
sampaikan pada siang hari ini.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga kita dari sifat-sifat madzmumah tersebut.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kita kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai
fitnah yang terjadi di zaman kita ini. Aamiin.

‫ َفاسْ َت ْغفِر ُْوهُ ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬،ٍ‫اِئر ْالمُسْ لِ ِمي َْن مِنْ ُك ِّل َذ ْنب‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ِ ‫ قُ ْو ُل َق ْولِيْ َه َذا َو سْ َت ْغفِ ُر هللاَ لِيْ َولَ ُك ْم َولِ َس‬.

Khutbah Kedua

َ ‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َهاد‬،‫ت َأعْ َمالِ َنا‬
‫ِي‬ ِ ‫شر ُْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا‬ ِ ‫ َو َنع ُْو ُذ ِبا‬،ُ‫هلل َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُره‬
ُ ْ‫هلل مِن‬ ِ َ‫ِإنَّ ْال َحمْ د‬
ُ‫ك لَ ُه َوَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُحم ًَّدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْول ُه‬ َ ‫اَل‬ ‫هّٰللا‬ َّ ٰ َ ْ َ
َ ‫ أش َه ُد أنْ ال ِإله إال ُ َوحْ َدهُ ش ِر ْي‬،ُ‫له‬

َ ‫ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬،‫ك َو َت َعالَى‬
َ ‫ار‬ ِ ‫ ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى‬،ِ‫عِ َبادَ هللا‬
ُ ‫هللا َع َّز َو َج َّل َحي‬
َ ‫ْث َقا َل َت َب‬

‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا‬ َ ‫ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬، ِّ‫ون َعلَى ال َّن ِبي‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا‬ َ ‫ِإنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َك َت ُه ُي‬
َ ُّ‫صل‬
‫اركْ َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل م َُح َّم ٍد َك َما‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬و َب ِ‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إ َّن َ‬ ‫آل م َُح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَل ٰلّ ُه َّم َ‬
‫ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫ار ْكتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إ َّن َ‬ ‫َب َ‬

‫ت ااْل َحْ َيآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَمْ َوا ِ‬


‫ت‬ ‫اَل ٰلّ ُه َّم ْ‬
‫اغفِرْ ل ِْلمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ‬
‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬

‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو َدمِّرْ‬


‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬
‫ادَك ْالم َُوحِّ ِد َّي َة َوا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬ ‫ال ٰلّ ُه َّم َأعِ َّز ْاِإلسْ اَل َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َب َ‬
‫ِك ِإلَى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬
‫ْن‬ ‫ْن َواعْ ِل َكلِ َمات َ‬‫َأعْ َدا َء ال ِّدي ِ‬

‫ال َواَأْلهْ َوا ِء‪َ ،‬واهْ ِد َنا ُس ُب َل ال َّساَل ِم‬


‫ت اَأْل ْخاَل ِق َواَأْلعْ َم ِ‬ ‫اَل ٰلّ ُه َّم ِإ َّنا َنع ُْو ُذ ِب َ‬
‫ك مِنْ ُم ْن َك َرا ِ‬

‫َر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي اآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬

‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‪َ ،‬وَأقُ ْو ُل َق ْولِي َه َذا‬ ‫ان َوِإ ْي َتا ِء ذِي ْالقُرْ َبى‪َ ،‬و َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ َشا ِ>ء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي‪َ ،‬يع ُ‬ ‫ْأ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫عِ َبادَ هللاِ‪ِ ،‬إنَّ هللاَ َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواِإْلحْ َس ِ‬
‫َوَأسْ َت ْغفِ ُر َ‬
‫هللا ْال َعظِ ي ِْم لِي َولَ ُك ْم َفاسْ َت ْغفِر ُْوهُ ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬

‫‪Sumber : dakwah.id‬‬

You might also like