You are on page 1of 12

LAPORAN

PRAKTEK ANTENA DAN PROPAGASI


JOB 1 PENGUKURAN GAIN ANTENA STANDAR

Oleh :

Nama : Noer Ramadhon Noviansyah


Nim : 062140352381
Kelas : 3 TEB
Kelompok : 1
Partner : 1. Ikhsan Yuda Pratama
2. M.Aditya Ramadhan
3. Rayhan Dhafir Respati
4. Ahmad Satrio Perdana

Instruktur : Ir. Jon Endri, M.T

LABORATORIUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2022
JOB 1
PENGUKURAN GAIN ANTENA STANDAR

I. TUJUAN :
1. Mengetahui / memahami cara pengukuran gain antenna
2. Mengetahui besaran gain antenna standar.
3. Mengamati perubahan gain terhadap variasi panjang elemen antena.

II. PERANGKAT / ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :

1. 2 Set antenna standar.

2. 1 buah RF signal generator.

3. 1 buah RF amplifier.

4. 1 buah power supply.

5. 2 buah RF spectrum analyzer.

6. Kabel-kabel dan konektor-konektor.

7. Alat-alat pendukung lainnya ;

- Mistar panjang / meteran.

- Selotip / plester / lak ban.

- Obeng / tang / cutter.

III. TEORI PENDUKUNG :

3.1 Antena Standar

Antena standar merupakan antenna pabrikan / antenna yang dibuat pabrik yang telah
melalui pengujian laboratorium dan biasa digunakan sebagai referensi untuk mengukur
antenna-antena praktis hasil desain.
Antena standar ini didesain berupa antenna open dipole λ/2, dimana antenna ini
mempunyai gain matematis 2,15 dB.
Gambar 1. Antena standar (open dipole)

Keterangan :

l : panjang elemen antena (ℷ/2) .

a : jarak / spasi antar kutub elemen.

 b : panjang masing-masing potongan elemen antena.

1.1 Gain Antena

Gain antena merupakan perbandingan daya output terhadap daya input antena. Pada
antena transmitter daya output adalah daya radiasi efektif yang dipancarkan / ditransmisikan
antena, sedangkan daya input adalah daya listrik yang diterima antena dari pesawat
transmitter (daya output transmitter).
antena

Pret

Tx

PT

Gambar 2.Gambaran gain pada antena transmitter

Gain adalah perbandingan Pret terhadap PT. Jika Pret dan PT dalam satuan watt maka:
G = Pret / PT....................................................................................................... (1)

Dimana : G : gain antena (tanpa satuan ) Jika


Pret dan PT dalam satuan dBm maka ;
G = Pret – PT............................................................................................................ (2)

Dimana : G ; gain antena (dB).

Pada antena receiver daya output antena adalah daya listrik yang dihasilkan antena
untuk diberikan kepada pesawat receiver (daya input pesawat receiver ), sedangkan daya input
adalah radiasi efektif yang ditangkap antena dari udara bebas.
antena

Prer 

Rx

PR

Gambar 3. Gambaran gain pada antena receiver

Gain adalah perbandingan PR  terhadap Pret. Jika PR  dan Pret dalam satuan watt maka

G = PR  / Pret.......................................................................................................... (3)

Dimana : G : gain antena (tanpa satuan ). Jika


PR  dan Pret dalam satuan dBm maka :
G = PR  - Pret........................................................................................................... (4)

Dimana : G : gain antena (dB)

1.2 Pengukuran Gain

Pada pengukuran antena, antena yang akan diukur dioperasikan sebagai antena receiver
sedangkan pada transmitter selalu digunakan antena standar.
 Antena
 Antena receiver  (
transmitter  ( standar dan
standar ) yang
akan diukur )

Tinggi antena
( relatip )

Jarak antena Tx  – Rx


( relatip )
TX RX

RF RF
SA SA

Gambar 4. Diagram dasar pengukuran antena

Secara matematis transfer daya dari pesawat transmitter ke pesawat receiver dapat
dirumuskan :
PR  = PT + GT – LP + GR .................................................................... (5)

Dimana :

PR : daya input pesawat receiver / daya output antena receiver (dBm). PT : daya
output transmitter / daya input antena transmitter (dBm).
GT : gain antena transmitter / standar (2.15 dB). LP :
rugi-rugi lintasan propagasi (dB).
GR  : gain antena receiver (dB).
Menghitung gain antena yang akan diukur adalah dengan cara membandingkan hasil
pengukuran antena tersebut dengan hasil pengukuran antena standar.
Perhitungan gain hasil pengukuran tersebut dapat dirumuskan :

GR  = GR standar + ( PR  - PR standar )..............................................................(6)


Dimana :

GR  : gain antena yang diukur (dB).


GR standar : gain antena standar (2.15 dB).
PR  : daya output antena yang diukur (dBm).
PR standar : daya output antena standar (dBm).

II. Prosedur Pengukuran

1. Siapkan 2 (dua ) set antena standar.

2. Siapkan perangkat / alat-alat ukur.

3. Buat rangkaian pengukuran seperti gambar berikut ! dengan ketentuan ; Instalasi


: vertikal – vertikal
Frekuensi : 300 MHz

4. Hidupkan RF Spectrum analyzer, dengan ketentuan : Pada


sisi transmitter ;
Frekuensi center : 300 MHz

Span : 1 MHz

Rev Level : 20 dBm.

Pada sisi receiver ;

Frekuensi center : 300 MHz

Span : 1 MHz

Rev Level : -20 dBm

5. Hidupkan RF Signal Generator, dengan ketentuan ;


Frekuensi : 300 MHz
Amplitudo output : 3 dBm

6. Hidupkan RF amplifier dengan memberi tegangan catu s/d 20 Volt dc.

7. Amati dan catat hasil pengukuran pada spectrum analyzer sisi transsmitter.

8. Amati dan catat hasil pengukuran pada spectrum analyzer sisi receiver (PR 
standar).

9. Ganti antena receiver dengan variasi panjang elemen 3ℷ/4 ℷ/4.

Amati dan catat hasil pengukuran spectrum analyzer untuk masing-masing variasi
panjang elemen tersebut (PR ).
10. Lakukan pengukuran seperti butir 7, 8, dan 9 untuk instalasi vertikal
horizontal.

III. Data Hasil Pengukuran

Dibuat data hasil pengukuran seperti tabel berikut.

Tabel data hasil pengukuran

Frekuensi PT PRs  tandar PR   (dBm)


No Instalasi (MHz) (dBm) (dBm) ℷ/ ℷ/

-71.93
1. Vertikal -vertikal 300 MHz4.42 dBm - 75.15 - 77.02
dBm
-69.59
2.Vertikal - Horizontal300 MHz4.42 dBm - 74.94 - 78.03
dBm

IV. Tugas

1. Hitung gain antena untuk masing-masing variasi panjang elemen !

2. Buat tabel hasil perhitungan !

3. Buat analisa hasil pengukuran untuk masing-masing variasi panjang elemen antena
baik pada instalasi vertikal-vertikal maupun vertikal-horizontal !

V. Penyelesaian Tugas

1. Perhitungan gain antena

a. Instalasi vertikal-vertikal.

• GR  = GR standar + ( PR  - PR standar )

= 2,15 + (-75,15 – (-71,93)

= -1,07 dB
• GR  = GR standar + ( PR  - PR standar )

= 2,15 + (- 77.02 – (-71,93)

= -2.94 dB

 b. Instalasi vertikal-horizontal

GR  = GR standar + ( PR  - PR standar )

= 2,15 + (-74,94 – (-69,59)

= - 3,2 dB

GR  = GR standar + ( PR  - PR standar )

 = 2,15 + (-78,03 – (-69,59)

= - 6,29 dB

2. Tabel hasil Perhitungan

Frekuensi PRs  tandar PR   (dBm)

No Instalasi (MHz) (dBm) ℷ/ ℷ/

1. Vertikal -vertikal 150 MHz -71,93 dBm - 1,07 dBm - 2,94 dBm

2. Vertikal - Horizontal 150 MHz -69,59 dBm - 3,2 dBm - 6,29 dBm

3. Analisa

a. Instalasi vertikal-vertikal
Posisi antena sangat berpengaruh pada bentuk atau polarisasi penyebaran sinyal menjadi

berbeda-beda, Posisi vertikal menyebabkan polarisasi penyebaran sinyal atau gelombang

yang dipancarkan menjadi lebih rapat atau sempit dengan daya jangkauan yang lebih jauh.

Jadi penggunaan posisi vertikal adalah untuk koneksi jarak jauh dan sudut LOS (Ligth Of

Sight) yang kecil.


Kelebihah posisi vertikal adalah jangkauan yang jauh tetapi kekurangannya

 beam nya sangat kecil sehingga saat pointing harus benar-benar pas dan butuh

kesabaran yang tinggi. Dengan demikian instalasi dengan posisi vertikal-vertikal

menghasilkan daya input yang kecil karena daya jangkauan nya yang jauh tanpa
 penghalang dan posisi lurus antara letak antena receiver   dan antena transmitter,  hasil
percobaan bisa dilihat pada tabel pengukuran diatas bahwa daya input yang
diterima lebih kecil. Pada dasarnya teori sudah menjelaskan bagaimana gambaran
hasil percobaan yang benar namun terkadang hasil percobaan tidak sesuai dengan
yang dikatakan teori sebab dipacu oleh berbagai macam hal yang mempengaruhi
 praktikan ataupun alat yang digunakan.

 b. Instalasi vertikal-horizontal

Posisi antena horizontal ini menyebabkan polarisasi penyebaran signal atau


gelombang yang dipancarkan menjadi lebih lebar dengan daya jangkauan yang lebih
pendek dibandingkan dengan posisi vertikal. Satu vertikal dan satunya horizontal maka
kemungkinan besar pasti tidak akan terkoneksi.
Hal ini disebabkan oleh posisi keduanya berbeda sehingga menyebabkan Power Loss
yang besar. Penggunaan posisi horizontal adalah untuk koneksi jarak dekat dengan sudut Los
yang besar . Kelebihanan posisi horizontal adalah beam- nya besar sehingga tidak susah
untuk pointing tetapi kekurangannya adalah mudah terkena interfensi dan jarak jangkauannya
kurang jauh.
Dengan demikian Instalasi pada posisi vertikal-horizontal menghasilkan daya input
yang lebih besar daripada posisi instalasi vertikal-vertikal dikarenakan daya jangkauan nya
yang lebih pendek dari posisi vertikal, namun menyebabkan kerugian yang besar atau Power
Loss. Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel
 pengukuran yang diatas bahwa daya yang diterima lebih besar dengan menghasilkan Power
Loss yang besar. Pengambilan data harus sabar dan teliti sebab angka terkecil dari
pengukuran yang ditampilkan pada spectrum tersebutlah yang kita ambil sebagai data
percobaan. Harus diperhatikan juga bahwa hasil Pr Standar (Pr α/2) tidak lebih besar dari Pr
3α/4, dan hasil Pr α/4 tidak lebih besar daripada Pr 3α/4 dan Pr standar (Pr α/2).

You might also like