You are on page 1of 13

MAKALAH

PERSPEKTIF GLOBAL

“PERAN NEGARA DALAM PEMBANGUNAN DALAM KONTEKS DUNIA


KETIGA “

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK XIV

SELA WULANDARI (A1G120151)

YUNITA (A1G120175)

KELAS : 5. C

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat taufik dan hidayahnya
makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam penulis curahkan kepada nabi
Muhammad SAW sebagai pembawa risalah yang menjadi petunjuk serta rahmat bagi seluruh
alam.

Terima kasih atas perhatian dan kesempatan yang telah diberikan untuk membuat makalah ini
penulis ucapkan kepada Bapak/Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah Perspektif Global. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi masukan untuk
makalah ini. Adapun makalah ini yang berjudul ”Peran Negara Dalam Pembangunan
Dalam Konteks Dunia Ketiga”. Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui,
mempelajari dan juga menambah pengetahuan. Kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dari bapak/ibu dan teman-teman sekalian.

Kendari, 2 Desember 2022

Kelompok XIV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Dunia Ketiga ........................................................ 2


B. Ciri-Ciri Dunia Ketiga ................................................................................... 3
C. Peran Negara dalam Pembangunan Dunia Ketiga ......................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Saran .............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 10


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang ini orang memandang dunia sebagai suatu sistem yang ditandai oleh derajat
ketergantungan satu sama lain yang semakin meningkat. Dalam hal ini globalisasi teori
pembangunan terkait erat dengan nasib strategi pembangunan nasional. Bagi dunia ke-tiga
(Kawasan Tertinggal) semakin kuat dirasakan, bahwa pembangunan tiruan harus segera
diakhiri, tetapi transformasi dari model pembangunan yang orsinil itu sendiri menghadapi
persoalan yang sangat berbeda. Sejauh ini pembahasan tentang teori pembangunan telah
menghasilkan beberapa sumbangan yang bersifat normatif (otopis) dan berusaha menilai arti
pentingnya.
Teori pembangunan dunia ketiga adalah teori-teori pembangunan yang berusaha
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh negera-negara miskin atau negara-negara sedang
yang sedang berkembang dalam sebuah dunia yang didominasi oleh kekuatan ekonomi, ilmu
pengetahuan dan militer negara-negara adikuasa atau negara-negara industri maju.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari pembangunan dunia ketiga?
2. Apa ciri-ciri dari dunia ketiga?
3. Bagaimana peran negara dalam pembangunan dunia ketiga?
C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari pembangunan dunia ketiga.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari dunia ketiga.
3. Untuk mengetahui peran negara dalam pembangunan dunia ketiga.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembangunan Dunia Ketiga
1. Definisi Dunia Ketiga
Menurut Wikipedia istilah “Dunia Ketiga” muncul pada masa Perang Dingin untuk menyebut
negara-negara yang tidak memihak dengan NATO atau Blok Komunis. Amerika Serikat,
Kanada, Jepang, Korea Selatan, Eropa Barat dan sekutunya mewakili Dunia Pertama,
sedangkan Uni Soviet, Tiongkok, Kuba, dan sekutunya mewakili Dunia Kedua. Istilah ini
memungkinkan negara-negara di dunia dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan politik dan
ekonominya. Sejak jatuhnya Uni Soviet dan akhir Perang Dingin, istilah Dunia Ketiga semakin
jarang digunakan. Dunia Ketiga digantikan oleh negara berkembang, negara terbelakang, atau
Selatan Global. Konsepnya sendiri kedaluwarsa karena sudah tidak mencerminkan situasi
politik atau ekonomi dunia saat ini.

Definisi Dunia Ketiga biasanya mencakup negara-negara yang pernah mengalami kolonisasi
di Afrika, Amerika Latin, Oseania, dan Asia. Dunia Ketiga juga kadang dianggap sama dengan
anggota Gerakan Non-Blok. Menurut teori ketergantungan yang dipaparkan oleh Raúl
Prebisch, Walter Rodney, Theotonio dos Santos, dan Andre Gunder Frank, Dunia Ketiga
dikelompokkan sebagai negara "pinggiran yang didominasi oleh negara "inti" dalam
pembagian ekonomi sistemik dunia.

2. Teori Pembangunan Dunia Ketiga


Munculnya pemikiran pembangunan sebetulnya telah muncul sebelum era modern, tepatnya
pada abad 18 (abad pencerahan). Para pemikir abad pencerahan di Eropa pada saat itu melihat
kondisi masyarakat di lingkungannya yang mengalami masa-masa sulit dengan indikator
kualitas hidup yang rendah, tingginya angka kematian, dan kelaparan akibat tidak
terjangkaunya harga pangan. Hal tersebut mendorong Adam Smith dan para pemikir kapitalis
melahirkan Teori Klasik untuk membuat produksi barang dan jasa menjadi lebih efisien
sehingga diharapkan efeknya akan sampai ke masyarakat bawah dengan terjangkaunya harga
kebutuhan pokok.
Dalam perkembangannya, perekonomian yang dijalankan berdasarkan teori klasik ini
menimbulkan jurang antara kaum kapitalis dan buruh, sehingga para pemikir pada masa ini
menghasilkan teori sosialisme untuk meningkatkan derajat dan pendapatan kaum buruh dan
menentang para kapitalis melalui peran pemerintah yang kuat. Kedua pemikiran ini terus
bertentangan hingga pada abad ke-19 Keyness melahirkan teori campuran yang menekankan
pentingnya peran pemerintah dalam perekonomian yang liberal. Dari contoh tersebut terlihat
bahwa suatu teori berkembang sesuai perkembangan dan kondisi masyarakat pada masanya.
Setiap teori atau pemikiran pembangunan akan dianggap tidak relevan pada masa tertentu
sehingga menghasilkan antitesis pemikiran yang lain.
Ide tentang pentingnya perhatian terhadap teori pembangunan muncul ketika adanya keinginan
dari negara-negara maju untuk mengubah kondisi masyarakat dunia ketiga yang baru merdeka.
Teori pembangunan dunia ketiga adalah teori-teori pembangunan yang berusaha
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh negera-negara miskin atau negara-negara sedang
yang sedang berkembang dalam sebuah dunia yang didominasi oleh kekuatan ekonomi, ilmu
pengetahuan dan militer negara-negara adikuasa atau negara-negara industri maju.
Dalam Teori pembangunan dunia ketiga, tiga kelompok teori yang dibahas yaitu:
1) Teori modernisasi.
Menekankan faktor manusia dan nilai-nilai budanya sebagai pokok persoalan dalam
pembangunan. Teori modernisasi merupakan kelompok teori yang dominan dalam mengkaji
masalah pembangunan di Indonesia.
2) Teori ketergantungan.
Teori ini merupakan reaksi terhadap teori modernisasi. Teori ini mula-mula tumbuh di
kalangan para ahli ilmu sosial di Amerika Latin kemudian meluas sampai ke Amerika Serikat
dan Eropa dan Asia. Teori ini dipengaruhi oleh metoda analisis Marxis.
3) Teori yang merupakan reaksi terhadap teori ketergantungan.
Teori ini sering disebut sebagai teori pasca ketergantungan. Di dalamnya ada teori sistem dunia,
teori artikulasi dan lain sebagainya.

Pada perkembangannya teori pembangunan berkembang dan mempunyai beragam pendekatan


yang memberikan kritik satu dengan yang lain. Oleh para ahli, keberagaman pendekatan ini
diberi label teori pembangunan modernisasi, teori pembangunan struktural, Poststruktural,
Postdevelopment, poskolonial, feminisme dan sebagainya.

B. Ciri-Ciri Negara Dunia Ketiga


Negara Dunia Ketiga adalah negara yang pandangan negaranya tidak sepaham dengan NATO
dan kapitalisme Amerika dan sekutunya, dan juga tidak sependapat dengan komunisme yang
dibawakan oleh Uni Soviet atau Rusia. Terminologi Dunia Ketiga dimulai sejak Perang Dingin
dan digunakan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergabung dengan Dunia Pertama –
yakni NATO dan kapitalisme – dan Dunia Kedua – yang berarti Uni Soviet dan komunisme.
Seiring dengan perkembangan jaman, negara-negara yang bergabung dalam kelompok Dunia
Ketiga ternyata banyak menyimpan masalah sehingga lebih layak dimasukkan dalam kategori
negara miskin. Jika beruntung, mereka naik tingkat menjadi negara berkembang. Sulit sekali
ditemukan alumni negara Dunia Ketiga yang naik kasta menjadi negara maju. Berikut ini
adalah masalah-masalah yang mendominasi negara Dunia Ketiga dan menghambat kemajuan
mereka.
1. Kemiskinan
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemiskinan merupakan masalah utama dan mendominasi
negara-negara tertentu sehingga mereka masuk dalam kategori negara Dunia Ketiga. Ada
sekitar 1,3 miliar penduduk di negara Dunia Ketiga yang hidup cukup dengan 1,25 dolar
Amerika Serikat per hari (kurang lebih 17.500 rupiah). Walaupun PBB telah menempuh
langkah serius untuk memangkas jumlah penduduk miskin antara tahun 1990 hingga 2008,
kenaikan harga pangan telah menjadi momok lanjutan sehingga kemiskinan tetap merajalela.
Jutaan orang hidup dalam kelaparan dan kurang gizi, baik karena tidak punya uang untuk
mengkonsumsi menu bergizi atau karena mereka tidak mampu menyediakan pangan atau
menanam bahan pangan mereka sendiri.
2. Kekurangan listrik
Adalah suatu hal yang memprihatinkan bahwa di tengah gelimang gadget dan semarak dunia
Internet, terdapat sejumlah negara di dunia ini yang kekurangan listrik. Riset PBB
menunjukkan bahwa sekitar seperempat warga dunia mengalami kegelapan total di kala malam
karena tidak memiliki akses memadai terhadap listrik. Jika listrik saja mereka tidak punya,
maka jangan harap mereka punya media dan perangkat untuk mengakses informasi seperti
televisi maupun radio, apalagi komputer atau ponsel.
3. Kondisi pertanian buruk
Lebih dari setengah populasi negara berkembang tergantung pada pertanian untuk bertahan
hidup dan harus mengkonsumsi sedikitnya 2 (dua) kali makan. Akan tetapi, ada lebih dari 1,4
miliar orang di dunia ini yang kondisi pertaniannya buruk dan yang paling merana dalam hal
ini adalah keluarga yang mendasarkan hidupnya dari bercocok tanam. Meski demikian, PBB
dan banyak LSM di dunia ini yang mencanangkan pelatihan guna mengatasi persoalan kondisi
pertanian yang buruk tersebut
4. Air minum dengan kualitas buruk
Anda pernah kehausan, bukan? Tidak sulit untuk membayangkannya. Tapi, bisakah Anda
membayangkan tengah kehausan namun tidak mampu menemukan sumber air yang layak
dikonsumsi dan menghilangkan dahaga? Sulit, tentunya, untuk berimajinasi seliar itu. Hanya
saja, bagi mereka yang hidup di negara Dunia Ketiga, hal tersebut sudah menjadi makanan
sehari-hari. Kelangkaan air semacam ini dialami oleh dan menjadi agenda rutin tahunan sekitar
2,8 miliar orang di seluruh dunia dan berlangsung kurang lebih selama sebulan. Lebih buruk
lagi, sekitar 1,8 miliar orang di dunia tidak punya akses ke air minum yang layak. PBB, melalui
program Millenium Development Goals, gagal mencapai target agar setengah dari orang-orang
ini punya akses ke air minum bersih per 2015.
5. Terorisme
Terorisme telah menjadi bagian dari dunia global dewasa ini. Insiden tersebut tidak hanya ada
di Timur Tengah, Amerika Serikat atau Eropa Barat, tapi dimana pun manusia berada. Tidak
mudah menuntaskan terorisme karena kompleksitasnya yang begitu tinggi. Lebih buruknya
lagi, ada sejumlah negara dunia ketiga yang dipimpin dan dijalankan oleh organisasi teroris.
Tak ayal lagi, warganya hidup dalam teror dan ketidakpastian akan nasib di masa depan.
6. Pekerja anak-anak di bawah umur
Beruntunglah mereka yang masa kecilnya bahagia dan dijalani secara normal. Betapa tidak,
ada jutaan anak-anak yang kehilangan masa kecilnya karena harus bekerja guna memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya. Menurut riset yang dikeluarkan PBB, setiap harinya ada sekitar
168 juta anak-anak yang bekerja di ladang dan rumah tangga, direkrut sebagai tentara di medan
perang, buruh di pabrik hingga menjadi pengemis di jalanan. Dari angka sebanyak itu, sekitar
85 juta di antaranya terlibat dalam pekerjaan berisiko tinggi dimana mereka terekspos bahan
kimia dan pestisida yang karena harus menjadi buruh di lahan pertanian atau pabrik bahan
kimia. Anak-anak ini tidak pernah berhasil lolos dari jeratan kemiskinan meski bekerja setiap
hari. Kelaparan, kemiskinan, dan sakit adalah masa depan mereka, seberapa keras pun mereka
bekerja. Pendidikan adalah hal yang mahal bagi mereka karena tidak ada waktu dan dana untuk
memenuhi kebutuhan yang satu itu.
7. Sarana kesehatan yang buruk
Satu hal yang paling akrab dengan negara Dunia Ketiga adalah penyakit seperti HIV/AIDS
yang sifatnya pandemik di negara tersebut. Perkiraan PBB menunjukkan sekitar 50 juta orang
terkena penyakit HIV/AIDS dan 65 persen di antaranya adalah perempuan. Sekitar 90 persen
anak-anak dan 60 persen wanita di selatan Gurun Sahara hidup dengan HIV. Sementara setiap
tahunnya di negara Dunia Ketiga lebih dari 11 juta anak-anak meninggal karena diare,
pneumonia dan malaria. Lebih buruknya lagi, sekitar 200 juta balita tidak punya akses ke sarana
kesehatan paling mendasar sekalipun. Dan itu semua dialami mereka yang hidup di Dunia
Ketiga.

C. Peran Negara Dalam Pembangunan Dunia Ketiga


Saat ini, orang memandang dunia sebagai sistem yang ditandai dengan saling ketergantungan
yang meningkat. Globalisasi teori pembangunan erat kaitannya dengan nasib strategi
pembangunan nasional. Di Dunia Ketiga (daerah tertinggal), kesan bahwa pembangunan
buatan harus segera dihentikan semakin meningkat, tetapi transformasi model pembangunan
asli itu sendiri menghadapi masalah yang sama sekali berbeda. Perdebatan perkembangan
sejauh ini bersifat normatif (autopik) dan telah memberikan beberapa kontribusi dalam
mencoba menilai kepentingannya. Namun pertanyaannya adalah apakah pengalaman 30 tahun
dalam berinteraksi dengan masalah keterbelakangan telah membuat teori pembangunan relevan
dengan negara maju. Ini adalah upaya terbaru untuk menerapkan teori pembangunan pada
masalah pembangunan Eropa, dan validitasnya adalah tahap pengembangan teori
pembangunan yang lebih universal.
1. Globalisasi Teori Pembangunan Dunia
Tidak ada negara yang benar-benar otonom di dunia ini. Dengan kata lain, tidak ada negara
yang dapat memahami pembangunan hanya sebagai cerminan dari apa yang terjadi di luar
perbatasan (semua negara saling bergantung). Tetapi aspek yang jelas dari saling
ketergantungan ini adalah gagasan fisik, biologis, dan ekologis tentang keutuhan dan
keterbatasan.
Munculnya kebutuhan akan laporan dari New International Economic Order (TEIB) dan
Brandt Commission dilatarbelakangi terutama oleh puncak krisis dan runtuhnya sistem dunia.
Strategi reformasi global yang tertuang dalam proposal TEIB dan laporan Komisi Brandt dari
tahun 1980 hingga 1983 membutuhkan pendekatan "satu dunia satu sistem". Oleh karena itu,
kata kunci dalam laporan Brandt adalah saling ketergantungan, termasuk teori dan strategi.
Menurut teori, dunia saling ketergantungan berusaha untuk perdamaian dan pembangunan.
Strategi saat ini adalah saling ketergantungan ini harus diperkuat dengan dukungan organisasi
internasional.
2. Pengaruh Globalisasi Teori Pembangunan Dunia terhadap Pembangunan
Nasional Indonesia
Kenyataannya, sistem dunia tidak ada karena hanya merupakan pendekatan umum terhadap
proyek-proyek teoretis dan upaya untuk merekonstruksi ilmu-ilmu sosial historis yang
dibebaskan dari prasangka-prasangka belakangan ini yang melumpuhkan sejarah dan ilmu-
ilmu social, Evolusionisme, reduksionisme, Eurosentrisme, sentris-negara, prasangka
penyitaan.
Asal usul teori sistem dunia dapat ditelusuri kembali ke teori ketergantungan. Teori
ketergantungan sama kritisnya dengan kerangka kerja "perkembangan". Sumber kedua adalah
Annales of History, yang bertentangan dengan kecenderungan positivis dalam sejarah arus
utama dan mempertahankan perspektif holistik. Sumber ketiga adalah tradisi yang realistis,
atau mungkin neorealistik, dalam urusan internasional. Oleh karena itu, interpretasi sistem
dunia dari perspektif negara-bangsa pada dasarnya adalah interpretasi yang realistis.
Pendekatan sistem dunia menyatakan bahwa ekonomi dunia kapitalis telah ada sejak abad ke-
16. Sejak itu, ia sebelumnya telah mengintegrasikan sebagian besar masyarakat yang kurang
lebih terisolasi dan mandiri ke dalam sistem hubungan fungsional yang kompleks (Wallerstein
1974, 1980). Ada dua sisi dalam proses ekspansi ini. Artinya, ekspansi geografis dan
pendalaman negara bagian tengah, konversi wilayah luar yang luas menjadi wilayah
"pinggiran". Di antara keadaan pusat dan periferal ini, para ahli teori sistem dunia menemukan
keadaan semi-periferal yang juga memainkan peran penting dalam berfungsinya sistem.
Berawal dari teori perubahan sosial, teori pembangunan setelah Perang Dunia II lahir dan
menjadi trend baru. Sejak itu, evolusi menjadi sangat beragam dalam perkembangannya. Hal
ini dapat dilacak dengan melihat sejarah perkembangan negara-negara di berbagai belahan
dunia. Pada kenyataannya, tidak ada negara yang sepenuhnya otonom dan mandiri sepenuhnya,
karena semua negara saling bergantung dan semuanya bergantung pada sistem di mana mereka
berpartisipasi.
Oleh karena itu, masalah bagi negara berkembang adalah memilih strategi yang paling tepat,
menerapkannya secara konsisten, dan mampu mengubahnya sesuai kebutuhan. Kebutuhan ini
sering kali ditentukan oleh keadaan internal dan eksternal yang tidak dapat dikendalikan
sepenuhnya oleh pemerintah, tidak peduli seberapa kuat negara tersebut. Harus selalu diingat
bahwa situasi internasional terus berubah, menciptakan hambatan baru dan peluang baru.
Untuk alasan ini, sangat diragukan untuk menarik kesimpulan perkembangan yang paling tepat
dari dekade ini dan mengharapkan kesimpulan ini berlaku pada dekade lainnya. Untuk alasan
yang sama, teori perkembangan harus fleksibel dan sesuai dengan strategi perkembangan
khusus yang berlaku untuk situasi yang selalu berubah.
Oleh karena itu, dalam merencanakan strategi pembangunan nasional, harus selalu
diperhatikan bahwa pengaruh internal dan eksternal merupakan faktor penentu keberhasilan
pembangunan nasional. Seperti halnya negara Indonesia, pengalaman sejarahnya memberikan
gambaran tentang naik turunnya penerapan teori dan strategi pembangunan nasional. Dalam
hal ini, pandangan Keith Griffin tentang enam strategi pembangunan yang dia identifikasi
(Griffin K., 1988) perlu ditinjau kembali. (a) Strategi moneteris, (b) Strategi ekonomi terbuka.
(c) Strategi industrialisasi. (d) Strategi Revolusi Hijau. (e) Strategi redistribusi. (f) Strategi
sosialis.
Kedua, Wallerstein memiliki tiga prinsip strategi pembangunan. Artinya, (a) strategi untuk
menangkap peluang. (b) Strategi iklan sambutan, dan (c) Strategi kemandirian ke dalam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi Dunia Ketiga biasanya mencakup negara-negara yang pernah mengalami kolonisasi
di Afrika, Amerika Latin, Oseania, dan Asia. Dunia Ketiga juga kadang dianggap sama dengan
anggota Gerakan Non-Blok. Serta Dalam Teori pembangunan dunia ketiga, tiga kelompok teori
yang dibahas yaitu teori modernisasi, teori ketergantungan dan teori yang merupakan reaksi
terhadap teori ketergantungan.
Negara dunia ketiga juga termasuk negara yang memiliki banyak sehingga menghambat
kemajuan terhadap negara tersebut.
B. Saran
Dari berbagai kasus pembangunan dunia ketiga dapat ditarik beberapa pelajaran, bahwa minat
baru dalam teori global dapat dianggap sebagai usaha untuk melampaui teori ketergantungan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dunia_Ketiga

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=EvVzCQAAQBAJ&oi=fnd&pg=PT11&dq=info
:eVuAhjRd_UAJ:scholar.google.com/&ots=z5bHMPUbgu&sig=xgo2lBXU8paNZdDXIjpLZyXVe
CI&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dunia_Ketiga#:~:text=Third%20Worldisme%20adalah%20ali
ran%20politik,urusan%20dalam%20negeri%20negara%20lain.

https://aguraforestry.wordpress.com/2013/11/27/teori-pembangunan-dunia-ketiga/

You might also like