You are on page 1of 12

ISSN : 1829-9946

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis

Volume 7 No. 2 Pebruari 2011

ANALISIS FAKTOR MARKETING MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SUSU


FORMULA BALITA PADA PASAR SWALAYAN DIKOTAYOGYAKARTA

COMPETITIVE PROFILE MATRIX SEBAGAI ALATANALISIS STRATEGI PEMASARAN


PRODUK ATAU JASA

DIVERSIFIKASI PANGAN SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI PENINGKATAN GIZI


BERKUALITAS DI KOTA PROBOLINGGO (STUDI KASUS DI KECAMATAN
KANIGARAN)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA


KARANGGENENG PURWOBINANGUN, PAKEM, SLEMAN

KELEMBAGAAN PETANI: PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN


KAPASITASNYA

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN


DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI KABUPATEN
KLAIEN

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA TANI WORTEL DI KABUPATEN


KARANGANYAR

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI


KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA


KARANGGENENG, PURWOBINANGUN, PAKEM, SLEMAN

Eko Murdiyanto
Program Studi Agribisnis UPN “Veteran” Yogyakarta
e-mail: ekomur_upnyk@yahoo.com

Abstract

The development of the community as one of the model development approach is an effort
involving the active participation of local communities and their existing resources, is no exception in
the process of optimizing the ordinary village a village tour . These changes occurred along with the
potential and needs of people going places that are still natural. Karanggeneng Tourist Village has a
great potential in history, natural environment or geography and landscape, economy and culture
Social and Architectural and spatial structure to develop a tourist village into tourist destination.
The condition of people who are still was very embarrassed to participate in thoughts, energy
and matter into its own constraints which need to be addressed wisely by the managers of rural
tourism. This is related to the character of rural communities that are reluctant to stand out, though in
fact is ready to actively participate if invited by the manager to participate.
During this tour a lot of activity in the village supported by the manager of youth and youth with
the mainstay of outbound packets. Therefore in rural tourism development should be based on
Karanggeneng community participation in attractions and tour packages. The involvement all citizens
are expected to provide additional income to the community.

Key Words : Communityy’s participation, village tour, income

PENDAHULUAN unik dan menarik, baik berupa atraksi-atraksi,


Optimalisasi suatu wilayah atau desa akomodasi, makanan dan minuman, dan
dewasa ini mulai banyak dilakukan orang. Salah keunikan lain yang dimiliki oleh suatu desa.
satu optimalisasi desa dilakukan dengan Dusun Karanggeneng sebagai salah satu
mengubah desa biasa menjadi desa wisata. desa wisata yang terletak di Kelurahan
Dalam bentuk ini dilakukan pengembangan Purwobinangun, Kecamatan Pakem
pariwisata yang tidak dilepaskan dari ciri dikembangkan oleh para pemuda yang
kegiatan masyarakat perdesaan yang telah ada, tergabung dalam karang taruna. Dalam
baik aspek ekonomi maupun sosial budaya. kegiatannya desa Wisata ini menyediakan
Secara esensial desa wisata merupakan rumah singgah dan beberapa paket wisata,
pengembangan suatu desa dengan seperti paket pertanian, paket perikanan, paket
memanfaatkan kemampuan unsur-unsur yang peternakan, paket kesenian tradisional, paket
ada dalam masyarakat dan desa yang berfungsi jelajah sejarah dan out bond.
sebagai atribut produk wisata menjadi satu Dalam pengembangan Dusun
rangkaian aktivitas pariwisata yang terpadu dan Karanggeneng menjadi desa wisata, selain
memiliki tema tertentu sesuai dengan dilakukan identifikasi terhadap unsur-unsur
karakteristik desa. Berdasarkan esensi desa yang ada di desa juga harus diikuti dengan
wisata tersebut maka suatu desa disebut sebagai pemahaman terhadap karakteristik serta tatanan
desa wisata apabila mampu menawarkan sosial budaya masyarakat. Pemahaman ini
keseluruhan suasana yang mencerminkan dilakukan agar dapat ditemukan dan dikenali
keaslian perdesaan dari segi sosial ekonomi, karakter dan kemampuan masyarakat Desa
sosial budaya, adat istiadat keseharian warga Karanggeneng yang dapat dimanfaatkan dalam
desa, arsitektur bangunan desa, atau kegiatan- pengembangan aspek perekonomian desa
kegiatan keseharian warga desa yang bernilai tersebut. Dengan menemukan dan mengenal

91
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

karakter dan kemampuan masyarakat dapat


ditentukan jenis dan tingkatan pemberdayaan Potensi Desa Wisata Karanggeneng
masyarakat agar tepat dan berhasil guna. Secara esensial desa wisata merupakan
Disamping itu juga untuk menemukan dan pengembangan suatu desa dengan
mengenali tingkat kesediaan masyarakat memanfaatkan kemampuan unsur-unsur yang
menerima kegiatan wisata yang akan ada dalam masyarakat dan desa yang berfungsi
dikembangkan di wilayah tersebut sebagai sebagai atribut produk wisata menjadi satu
bentuk partisipasi masyarakat. rangkaian aktivitas pariwisata yang terpadu dan
Penelitian ini bertitik tolak dari asumsi memiliki tema tertentu sesuai dengan
bahwa perubahan suatu desa biasa menjadi karakteristik desa. Terpadu dalam konteks
desa wisata akan memberi dampak baik aspek memiliki makna bahwa desa sebagai produk
ekonomi maupun sosial budaya. Oleh karena itu wisata mampu menyediakan dan memenuhi
perlu dilihat partisipasi masyarakat di Desa serangkaian kebutuhan perjalanan wisata, baik
Wisata Karanggeng dalam mengembangkan aspek daya tarik maupun berbagai fasilitas
desa wisata dan arah pengembangan Desa pendukungnya.
Wisata Karanggeneng bagi peningkatan Berdasarkan esensi desa wisata tersebut
pendapatan masyarakat. maka suatu desa disebut sebagai desa wisata
apabila mampu menawarkan keseluruhan
METODOLOGI PENELITIAN suasana yang mencerminkan keaslian
Metode penelitian yang digunakan perdesaan. Keaslian suasana pedesaan tersebut
adalah metode survai, yaitu penyelidikan yang dari segi sosial ekonomi, sosial budaya, adaty
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari istiadat kesharian warga desa, arsitektur
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan- bangunan desa, atau kegiatan-kegiatan
keterangan secara faktual, baik tentang institusi keseharian warga desa yang bernilai unik dan
sosial, ekonomi, atau politik dari suatu menarik, baik berupa atraksi-atraksi,
kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 1999). akomodasi, makanan dan minuman, dan
Secara teknis survei dilakukan pada masyarakat keunikan lain yang dimiliki oleh suatu desa.
Desa Wisata Karanggeneng Esensi desa wisata yang
Pengambilan responden dalam mengedepankan suasana keaslian suatu desa
penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian, memerlukan suatu pemahaman tentang karakter
berdasarkan tujuan digunakan sensus. Sensus dan unsur-unsur yang ada di dalam desa,
dilakukan pada masyarakat desa Wisata termasuk didalamnya unsur pengetahuan dan
Karanggeneng yang berjumlah 70 kepala kemampuan lokal serta kearifan lokal yang
keluarga.. dimiliki oleh masyarakat. Pemahaman ini
Untuk menganalisis tingkat partisipasi dimasudkan untuk menghimpun atau
masyarakat digunakan analisis deskriptif, yaitu mengumpulkan potensi-potensi pembentuk
meneliti status sekelompok manusia, obyek, produk yang akan ditawarkan desa wisata
satu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun sebagai dasar perencanaan dan pengemasan
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. desa wisata.
Partisipasi dalam penelitian ini diukur dalam Beradasarkan pada aspek-aspek diatas
partisipasi pemikiran, tenaga dan materi. Teknik maka suatu desa dapat dikembangkan sebagai
analisis dengan menggunakan skala likert dalam desa wisata apabila memiliki wilayah-wilayah
skor 1-3. Untuk mengetahui arah yang cukup baik dari segi sosial ekonomi, sosial
pengembangan Desa Wisata Karanggeneng budaya, lingkungan fisik dan memiliki ciri
bagi peningkatan pendapatan masyarakat kehidupan yang tradisionil dan unik. Wilayah
dilakukan analisis deskriptif terhadap atau lokasi desa tersebut dapat terletak di
pengembangan atraksi desa dan pengembangan dataran rendah yang rata, daerah pantai,
terhadap paket wisata. Pengembangan terhadap pedalaman di tepi hutan ataupun di dataran
paket wisata didasarkan pada kondisi potensi tinggi yang bergunung-gunung. Pada dasarnya
desa wisata, baik potensi fisik, sosial ekonomi lokasi desa yang tidak dapat memilih masih
dan budaya serta kesediaan masyarakat dapat digunakan selam aspek-aspek tadi dapat
berpartisipasi secara aktif. dikemas dengan baik. Aspek-aspek tersebut

92
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

meliputi: aspek sejarah, lingkungan alam atau 2. lingkungan alam atau kondisi geografis
kondisi geografis dan bentang alam suatu desa, dan bentang alam
Sosial ekonomi dan budaya masyarakat, dan Desa Wisata Karanggeneng memiliki
Arsitektur dan struktur tata ruang. keunggulan dalam lingkungan alam atau
1. Aspek sejarah kondisi geografis dan bentang alam sebagai
Sejarah terbentuknya Desa Wisata sebuah desa wisata yang layak untuk dikunjungi
Karanggeneng sebagai salah satu desa wisata oleh para wisatawan, baik domestik maupun
terletak di Kelurahan Purwobinangun, mancanegara. Hembusan angin desa yang sejuk
Kecamatan Pakem dikembangkan oleh para dan gemericik air jernih dari mata air yang
pemuda yang tergabung dalam karang taruna melintasi desa ini, memberi penghidupan bagi
tidak dapat dipisahkan dari sejarah desa wisata warga desa. Hamparan sawah di sana juga
Srowolan. Padukuhan Karanggeneng bersama dihidupi oleh air ini. Air bagi warga
Padukuhan Gatep Srowolan dan Padukuhan Karanggeneng merupakan berkah nyata dari
Gandok Kadilobo pada awalnya bersama-sama Dewi Sri, dewi yang bercocok tanam dalam
bergabung membentuk Desa Wisata Srowolan. kepercayaan Hindu. Ini berawal sejak
Desa wisata ini merupakan satu dari 36 desa ditemukannya kembali tiga belik (sumber mata
wisata di Kabupaten Sleman. Desa wisata air) di Desa Wisata Karanggeneng yakni belik
Srowolan diuntungkan oleh Sanggar Budaya Nyamplung, belik Kepepet, dan Kemantren
Sayuti Melik dan Pasar Perjuangan Srowolan Belanda. Tanah yang tadinya kering, kini
(didirikan pada 1921) sebagai objek wisata menjadi produktif karena dapat ditanami padi.
sejarah, masyarakat ketiga dusun tersebut lantas Dari belik ini pulalah, Desa Wisata
menyadari bahwa selain potensi pertanian desa, Karanggeneng menawarkan untuk berwisata
terdapat peluang ekonomi lainnya untuk dengan nuansa alam pedesaan.
dikembangkan lebih lanjut yaitu pariwisata. Desa Wisata Karanggeneng
Melihat cita-cita masyarakat desa yang menyuguhkan area-area wisata pembelajaran
besar, maka Forum Merti Dusun yang dipimpin alam yang dikelola oleh Shaba (Sahabat Alam)
GKR Pembayun serta Dinas Kebudayaan dan dan Agromina Karang Asri. Shaba menawarkan
Pariwisata Kabupaten Sleman mendorong tempat rekreasi desa berupa pendapa lesehan
secara konkret dan terus-menerus upaya-upaya rumah makan tradisional, kolam pemancingan,
pembangunan kawasan desa wisata. Sejak itu, kawasan pendidikan alam, serta berbagai arena
perhatian masyarakat lebih banyak tercurah permainan. Shaba juga menyediakan area
pada pengembangan desa wisata. Kawasan ini permainan, seperti jembatan lumpur, bandulan
akhirnya diresmikan sebagai desa wisata pada tambang, outbound panjat kayu dan jaring laba-
28 Oktober 2007 bersamaan dengan peringatan laba, permainan air, serta permainan lumpur di
hari Sumpah Pemuda ke-79. sawah. Memburu ikan, main bola, ngluku
Sejak tahun 2009 masing-masing (membajak sawah dengan sapi sebagai
pedukuhan memisahkan diri menjadi desa penariknya), nggaru (menyiapkan lahan tanam
wisata-desa wisata yang mandiri. Pemisahan ini pagi dengan alat tradisional), jelajah sumber
terjadi karena masing-masing pedukuhan mata air, serta mandi alam .
memiliki potensi-potensi yang berbeda dan sulit Bagi wisatawan yang gemar
dikemas dalam satu paket yang sama serta memancing, Agromina Karang Asri
pengelolaan yang berbeda. Desa Wisata menyediakan Embung Karanggeneng. Embung
Karanggeneng sebagai salah satu desa wisata Karanggeneng merupakan kolam penampung
merupakan satu-satunya desa wisata yang air hujan yang dikembangkan menjadi
dikembangkan oleh para pemuda yang blumbang (kolam) ikan. Dengan karcis seharga
tergabung dalam karang taruna yang dikelola Rp 10.000,00, wisatawan dapat memancing
oleh Shaba (Sahabat Alam) dan Agromina berapapun jumlah ikan yang diperoleh dalam
Karang Asri dengan tampilan utama berupa sehari. Selain itu di Agromina Karang Asri
outbond dan perikanan. juga menyediakan outbond dan tempat untuk
berkemah atau camping.

93
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

kesehatan, kebersihan, keindahan dan


3. Sosial ekonomi dan budaya orisinalitasnya.
Kondisi Sosial ekonomi dan budaya
masyarakat merupakan salah satu daya tarik Partisipasi Masyarakat Desa Wisata
dalam perencanaan dan pengemasan suatu desa Partisipasi adalah keikutsertaan,
menjadi desa wisata. Kondisi sosial ekonomi peranserta tau keterlibatan yang berkitan
suatu desa yang masih asli meskipun terkesan dengan keadaaan lahiriahnya
terbelakang justru akan memberikan nilai (Sastropoetro;1995). Pengertian prinsip
tambah dalam pengembangan desa wisata. partisipasi adalah masyarakat berperan secara
Demikian juga dengan budaya masyarakat yang aktif dalam proses atau alur tahapan program
belum dipengaruhi oleh budaya dari luar akan dan pengawasannya, mulai dari tahap
memberikan daya tarik yang berbeda dengan sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan
budaya desa yang sudah bercampur atau pelestarian kegiatan dengan memberikan
bersinggungan dengan budaya dari luar. sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk
Dengan kata lain desa tersebut memiliki ciri-ciri materill (PTO PNPM PPK, 2007).
khas sebagai suatu rural atau non- urban. Verhangen (1979) dalam Mardikanto
Kehidupan yang masih tradisional suatu desa (2003) menyatakan bahwa, partisipasi
justru akan menjadikan desa tersebut memiliki merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi
aspek kehidupan yang laku untuk dijual. dan komunikasi yang berkaitan dengan
Beberapa kondisi sebagai rural yang dijual di pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan
Dusun Karanggeneng terlihat dari beberapa manfaat. Theodorson dalam Mardikanto (1994)
paket seperti, paket nandur (menanam padi), mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-
Ngluku (membajak sawah) dan tracking (jelajah hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau
desa). keterlibatan seseorang (individu atau warga
Desa Wisata Karanggeneng memiliki masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.
unggulan kondisi sosial dan budaya yang cukup Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud
lengkap, mulai dari bermain gamelan di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif
(karawitan), kuda lumping, yang bernuansa ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena
tradisional sampai pada nuansa modern, seperti itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi
nyanya bersama dengan menggunakan karaoke, keikutsertaan seseorang didalam suatu
dan budaya lainnya. Selain itu Desa Wisata kelompok sosial untuk mengambil bagian
Karanggeneng juga menyediakan Pusat Jajanan dalam kegiatan masyarakatnya, di luar
yang menyediakan menu-menu khas daerah pekerjaan atau profesinya sendiri.
setempat, seperti nasi urapan, nasi brongkos, Dengan demikian partisipasi merupakan
bebek bumbu rujak, dan ikan tawar. peran aktif atau tidak aktifnya anggota dalam
4. Arsitektur dan struktur tata ruang, kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.
Arsitektur dan struktur tata ruang yang Dengan kata lain partisipasi bermakna
masih sesuai dengan aslinya akan memberikan mengambil bagian atau ikut serta dalam suatu
nilai lebih dalam perencanaan dan pengemasan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.
suatu desa wisata. Kondisi arsitektur yang Tingkat partisipasi masyarakat dapat diukur
berbeda dengan arsitektur umumnya yang ada dengan tiga pendekatan, yaitu :
sesuai perkembangan jaman justru memiliki 1. Dimensi Pemikiran, yaitu partisipasi dalam
nilai lebih apabila tetap dipertahankan sesuai bentuk pemikiran dalam usaha
dengan kondisi aslinya. Bentuk rumah, tata mengembangkan desa wisata. Partisipasi ini
letak dalam rumah, bentuk kamar mandi, akan terlihat dari masukan pemikiran, baik
penggunaan MCK, hiasan dinding, dan tentang cara pengembangan, paket program,
perabotan rumahtangga yang digunakan sampai pada media yang digunakan dalam
meskipun terkesan tradisional, kuno dan pengembangan desa wisata.
ketinggalan jaman namun dari sisi nilai jual 2. Dimensi Tenaga, yaitu sumbangan berupa
justru memiliki nilai yang tinggi dengan tenaga atau fisik yang diperlukan dalam
kemasan yang baik dan memperhatikan apek pengembangan desa wisata. Partisipasi ini
dapat dilihat dari kesiapan secara fisik

94
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

dalam mempersiapkan area kunjungan, 1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam


pemandu wisata, penyediaan saran pemikiran
prasarana dan penyediaan peralatan Hasil perhitungan tingkat partisipasi
penunjang kegiatan. masyarakat di Dusun Karanggeneng dalam
3. Dimensi Materi, yaitu sumbangan berupa pemikiran tentang kesadaran pegembangan
materi dalam pengembangan desa wisata, desa wisata menunjukkan bahwa tingkat
seperti pengumpulan dana pembangunan. partisipasi warga termasuk tinggi. Hal ini
Masyarakat lokal menjadi bagian yang ditunjukkan dari angka partisipasi sebesar
paling memahami keadaan daerahnya tentu 84.29% responden termasuk kategori
akan mampu memberikan masukan yang sangat partisipasi tinggi dan hanya 15.71%yang
berharga. Masyarakat lokal dengan pengetahuan termasuk sedang serta tidak ada responden
serta pengalamannya menjadi modal yang yang memiliki kategori partisipasi yang
sangat besar dalam melaksanakan rendah. Namun kategori ini terjadi pada
pembangunan. Masyarakat lokal-lah yang responden yang apabila diminta untuk
mengetahui apa permasalahan yang dihadapi partisipasi. Kondisi berbeda pada responden
serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya. yang apabila tidak diminta dalam
Hasil perhitungan tingkat partisipasi berpartisipasi, terjadi penurunan tingkat
masyarakat di Dusun Karanggeneng partisipasi yaitu hanya 27.14% responden
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga termasuk kategori partisipasi tinggi dan
termasuk tinggi. Hal ini ditunjukkan dari angka 72.86% yang termasuk sedang serta tidak
partisipasi sebesar 65,71% responden termasuk ada responden yang memiliki kategori
kategori partisipasi tinggi dan hanya 34.29% partisipasi rendah .
yang termasuk sedang serta tidak ada responden Partisipasi masyarakat dalam pemikiran,
yang memiliki kategori partisipasi yang rendah. tentang kesadaran berbeda apabila
Namun kondisi berbeda pada responden yang masyarakat diminta untuk berpartisipasi
apabila tidak diminta dalam berpartisipasi, dengan apabila tidak diminta. Terjadi
terjadi penurunan tingkat partisipasi yaitu hanya kecenderunan penurunan partisipasi dari
37,14% responden termasuk kategori partisipasi partisipasi yang diminta menjadi partisipasi
tinggi dan 62,86% yang termasuk sedang serta yang tanpa diminta. Tingkat partisipasi yang
tidak ada responden yang memiliki kategori tinggi mengalami penurunan sebesar
partisipasi yang rendah . 57.15%, dan beralih ke tingkat partisipasi
Partisipasi masyarakat dalam pemikiran, sedang, sehingga tingkat partisipasi sedang
tenaga dan materi untuk pengembangan desa mengalami kenaikan sebesar 57.15%. Hal
wisata berbeda apabila masyarakat diminta ini berarti bahwa dalam pemikiran tentang
untuk berpartisipasi dengan apabila tidak kesadaran masyarakat masih ‘malu-malu’
diminta. Terjadi kecenderunan penurunan untuk berpartisipasi, namun penurunan
partisipasi dari partisipasi yang diminta menjadi tersebut masih dalam tingkat sedang. Tidak
partisipasi yang tanpa diminta. Hal ini berarti ada perubahan dalam tingkat partisipasi
bahwa dalam pemikiran, tenaga dan materi yang rendah, artinya masyarakat sudah
masyarakat masih ‘malu-malu’ untuk memiliki kesiapan untuk berpartisipasi
berpartisipasi, namun penurunan tersebut masih dalam pemikiran tentang kesadaran untk
dalam tingkat sedang. Tidak ada perubahan mengembangkan desa wisata, hanya saja
dalam tingkat partisipasi yang rendah, artinya masyarakat masih harus diajak ecara aktif
masyarakat sudah memiliki kesiapan untuk oleh pengelola untuk berpartisipasi dalam
berpartisipasi dalam pengembangan desa mengembangkan desa wisata, kesediaan
wisata, hanya saja masyarakat masih harus menjadi pengurus desa wisata dan kesediaan
diajak ecara aktif oleh pengelola untuk hadi dalm pertemuan untuk membahas desa
berpartisipasi. Secara lebih detail kesiapan wisata.
masyarakat dalam partisipasi akan diuraikan Berdasarkan ketiga hal tersebut
dalam masing-masing dimensi partisipasi. kesediaan menjadi pengurus perlumendapat
perhatian, karena terdapat 29,03%
responden yang tidak bersedia menjadi

95
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

pengurus meskipun diminta menjadi memberikan usulan atau saran baik dlam
pengurus, dan terdapat 54,84% responden pertemuan ataupundi luar pertemuan
yang tidak bersedia menjadi pengurus desa mengenai paket program wisata, penentuan
wisata meskipun tidak diminta. Hal ini harga, dan evaluasi terhadap kegiatan di
berarti bahwa kesadaran warga untuk desa wisata.
berpartisipasi masih terbatas pada kesadaran Berdasarkan ketiga hal tersebut
dalam bentuk pemikiran,belum pada kesediaan menjadi pengurus perlu mendapat
partisipasi secara langsung sebagai perhatian, karena terdapat 31% - 41%
pengurus. responden yang tidak bersedia memberikan
Hasil perhitungan tingkat partisipasi saran atu usulan mengenai program wisata,
masyarakat di Dusun Karanggeneng dalam penentuan harga, dan evaluasi terhadap
pemikiran tentang kemauan masyarakat kegiatan di desa wisata. Hal ini disebabkan
dalam pegembangan desa wisata karena masyarakat berpedapat bahwa segala
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sesuatu yang berkaitan dengan program
warga termasuk tinggi. Hal ini ditunjukkan wisata, penentuan harga, dan evaluasi
dari angka partisipasi sebesar terhadap kegiatan di desa wisata menjadi
55.71%responden termasuk kategori tugas dan kewajiban sepenuhnya dari
partisipasi tinggi dan hanya 44.29% yang pengelola yang betul-betul memahami dan
termasuk sedang serta tidak ada responden mengerti tentang program wisata, penentuan
yang memiliki kategori partisipasi yang harga, dan evaluasi terhadap kegiatan di
rendah. Namun kategori ini terjadi pada desa wisata. Hal ini berarti bahwa kemauan
responden yang apabila diminta untuk warga untuk berpartisipasi masih terbatas
partisipasi. Kondisi berbeda pada responden pada kemauan dalam bentuk pemikiran,
yang apabila tidak diminta dalam belum pada partisipasi secara langsung
berpartisipasi, terjadi penurunan tingkat dalam penentuan program wisata, penentuan
partisipasi yaitu hanya 41.43%responden harga, dan evaluasi terhadap kegiatan di
termasuk kategori partisipasi tinggi dan desa wisata.
58.57%yang termasuk sedang serta tidak ada
responden yang memiliki kategori 2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
partisipasi rendah. tenaga
Partisipasi masyarakat dalam pemikiran, Partisipasi masyarakat dalam tenaga
tentang kemauan berbeda apabila merupakan sumbangan berupa tenaga atau
masyarakat diminta untuk berpartisipasi fisik yang diperlukan dalam pengembangan
dengan apabila tidak diminta. Terjadi desa wisata. Partisipasi ini dapat dilihat dari
kecenderunan penurunan partisipasi dari kesiapan secara fisik dalam mempersiapkan
partisipasi yang diminta menjadi partisipasi area kunjungan, pemandu wisata,
yang tanpa diminta. Tingkat partisipasi yang penyediaan saran prasarana dan penyediaan
tinggi mengalami penurunan sebesar peralatan penunjang kegiatan.
14.28%, dan beralih ke tingkat partisipasi Hasil perhitungan tingkat partisipasi
sedang, sehingga tingkat partisipasi sedang masyarakat di Dusun Karanggeneng dalam
mengalami kenaikan sebesar 14.28%. Hal tenaga pada saat persiapan kegiatan desa
ini berarti bahwa dalam pemikiran tentang wisata menunjukkan bahwa tingkat
kemauan masyarakat masih ‘malu-malu’ partisipasi warga termasuk tinggi. Hal ini
untuk berpartisipasi, namun penurunan ditunjukkan dari angka partisipasi sebesar
tersebut masih dalam tingkat sedang. Tidak 80.00% responden termasuk kategori
ada perubahan dalam tingkat partisipasi partisipasi tinggi dan hanya 14.29% yang
yang rendah, artinya masyarakat sudah termasuk sedang serta 5.71% responden
memiliki kesiapan untuk berpartisipasi yang memiliki kategori partisipasi yang
dalam pemikiran tentang kemauan untk rendah. Namun kategori ini terjadi pada
mengembangkan desa wisata, hanya saja responden yang apabila diminta untuk
masyarakat masih harus diajak ecara aktif partisipasi. Kondisi berbeda pada responden
oleh pengelola untuk berpartisipasi dalam yang apabila tidak diminta dalam

96
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

berpartisipasi, terjadi penurunan tingkat Hasil perhitungan tingkat partisipasi


partisipasi yaitu hanya 60.00% responden masyarakat di Dusun Karanggeneng dalam
termasuk kategori partisipasi tinggi dan tenaga pada saat pelaksanaan kegiatan desa
34.29% yang termasuk sedang serta 5.71% wisata menunjukkan bahwa tingkat
responden yang memiliki kategori partisipasi warga termasuk sedang. Hal ini
partisipasi rendah. ditunjukkan dari angka partisipasi sebesar
Partisipasi masyarakat dalam tenaga 35.71% responden termasuk kategori
dalam persiapan kegiatan di desa wisata partisipasi tinggi dan 32.86% yang termasuk
berbeda apabila masyarakat diminta untuk sedang serta 31.43% responden yang
berpartisipasi dengan apabila tidak diminta. memiliki kategori partisipasi yang rendah.
Terjadi kecenderunan penurunan partisipasi Namun kategori ini terjadi pada responden
dari partisipasi yang diminta menjadi yang apabila diminta untuk partisipasi.
partisipasi yang tanpa diminta. Tingkat Kondisi berbeda pada responden yang
partisipasi yang tinggi mengalami apabila tidak diminta dalam berpartisipasi,
penurunan sebesar 65.71%, dan beralih ke terjadi penurunan tingkat partisipasi yaitu
tingkat partisipasi sedang, sehingga tingkat hanya 15.71% responden termasuk kategori
partisipasi sedang mengalami kenaikan partisipasi tinggi dan 15.71% yang termasuk
sebesar 65.71%. Hal ini berarti bahwa sedang serta 68.57% responden yang
dalam partisipasi tenaga dalam persiapan memiliki kategori partisipasi rendah.
kegiatan masyarakat masih ‘malu-malu’ Masyarakat dalam tenaga dalam
untuk berpartisipasi, namun penurunan pelaksanaan kegiatan di desa wisata berbeda
tersebut masih dalam tingkat sedang. Tidak apabila masyarakat diminta untuk
ada perubahan dalam tingkat partisipasi berpartisipasi dengan apabila tidak diminta.
yang rendah, artinya masyarakat sudah Terjadi kecenderunan penurunan partisipasi
memiliki kesiapan untuk berpartisipasi dari partisipasi yang diminta menjadi
dengan tenaga dalam persiapan kegiatan partisipasi yang tanpa diminta. Tingkat
untuk mengembangkan desa wisata, hanya partisipasi yang tinggi mengalami
saja masyarakat masih harus diajak ecara penurunan sebesar 20%, dan tingkat
aktif oleh pengelola untuk berpartisipasi partisipasi sedang mengalami penurunan
dengan tenaga dalam persiapan kegiatan sebesar 17,15%, beralih menjadi partisipasi
baik kegiatan kebersihan tempat, alat dan rendah, sehingga tingkat partisipasi rendah
merawat alat yang digunakan. mengalami kenaikan sebesar 37,14%. Hal
Berdasarkan ketiga hal tersebut ini berarti bahwa dalam partisipasi tenaga
partisipasi dengan tenaga dalam kebersihan dalam peaksanaan kegiatan masyarakat
alat-alat yang digunakan dalam kegiatan masih segan untuk berpartisipasi. Perubahan
desa wisata perlu mendapat perhatian, besar terdapat pada tingkat partisipasi yang
karena terdapat 25,61% responden yang rendah, artinya masyarakat belum memiliki
tidak bersedia membantu dalam kebersihan kesiapan untuk berpartisipasi dengan tenaga
alat-alat yang digunakan dalam kegiatan dalam pelaksaan kegiatan untuk
desa wisata. Hal ini disebabkan karena mengembangkan desa wisata. Masyarakat
masyarakat berpedapat bahwa segala lebih mempercayakan pelaksanaan kegiatan
sesuatu yang berkaitan dengan alat-alat pada pengelola dan karang taruna sebagai
yang digunakan dalam kegiatan di desa pelaksana terutama sebagai pamandu dan
wisata menjadi tugas dan kewajiban pemandu aktif dalam kegiatan desa wisata.
sepenuhnya dari pengelola yang betul-betul Berdasarkan hal tersebut partisipasi
memahami dan mengerti alat-alat yang dengan tenaga dalam pelaksanaan kegiatan
digunakan dalam kegiatan desa wisata. Hal perlu mendapat perhatian, karena terdapat
ini berarti bahwa berpartisipasi masyarakat 35% - 77% responden yang tidak bersedia
dalam tenaga masih terbatas pada kesiapan menjadi pemandu dan pemandu aktif dalam
terhadap kebersihan dan bukan yang pelaksanaan kegiatan desa wisata. Hal ini
berkitan dengan alat-alat yang digunakan disebabkan karena masyarakat berpendapat
dalam kegiatan desa wisata. bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan

97
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

kegiatan dalam kegiatan di desa wisata berpartisipasi. Kondisi ini berkaitan dengan
terutama pemandu pengunjung menjadi keadaan perekonomian masyarakat di
tugas dan kewajiban sepenuhnya dari Dusun Karanggeneng yang relatif masih
pengelola yang betul-betul memahami dan rendah. Masyarakat lebih mempercayakan
mengerti kegiatan desa wisata, apalagi materi untuk kegiatan di desa wisata kepada
sebagian besar pengunjung masih berusia 30 pengelola dan karang taruna sebagai
tahun kebawa, sehingga leih cocok kalau pelaksana desa wisata.
dipandu oleh karang taruna.
3. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata
materi Pengembangan suatu desa menjadi desa
Partisipasi masyarakat dalam materi wisata membawa konsekuensi pada perubahan
merupakan segala bentuk sumbangan fisik desa dan perubahan dalam masyarakat
berupa materi dalam pengembangan desa secara luas. Perubahan fisik desa dan
wisata, seperti pengumpulan dana perubahan dalam masyarakat menjadi tuntutan
pembangunan dan materilainnya. Partisipasi sebagai konsekuensi untuk memberikan
ini merupakan partisipasi yang kelihatan kepuasan bagi pengunjung. Beberapa hal yang
secara fisik, meskipun memilki makna yang menjadi dasar bagi perubahan fisik dan
sama besarnya dengan partisipasi lainnya. masyarakat di desa wisata adalah potensi yang
Hasil perhitungan tingkat partisipasi ada di wilayah tersebut, baik potensi fisik,
masyarakat di Dusun Karanggeneng dalam sosial ekonomi, budaya dan potensi sumberdaya
materi untuk pegembangan desa wisata manusia dan kebutuhan pengunjung akan paket
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi wisata.
warga termasuk rendah. Hal ini ditunjukkan Potensi desa wisata dan potensi
dari angka partisipasi hanya sebesar 31.43% sumberdaya manusia serta kebutuhan
responden termasuk kategori partisipasi pengunjung dalam paket wisata mengharuskan
tinggi dan 30.00% yang termasuk sedang pengelola desa wisata melakukan
serta 38.57% responden yang memiliki pengembangan dalam atraksi desa dan paket
kategori partisipasi yang rendah. Namun wisata. Pengembangan atraksi desa dan paket
kategori ini terjadi pada responden yang wisata meskipun menjadi hal yang harus
apabila diminta untuk partisipasi. Kondisi dilakukan, dalam pelaksanaannya haruslah
berbeda pada responden yang apabila tidak mempertimbangkan aspek kemanfaatan bagi
diminta dalam berpartisipasi, terjadi masyarakat secara lebih luas. Kemanfaatan ini
penurunan tingkat partisipasi yaitu hanya terlihat dari semakin banyaknya anggota
24.29% responden termasuk kategori masyarakat yang terlibat dan berpartisipasi aktif
partisipasi tinggi dan 28.57% yang termasuk serta mendapat kemanfaatan secara finansial
sedang serta 47.14% responden yang dengan adanya desa wisata.
memiliki kategori partisipasi rendah . Kondisi saat ini belum semua anggota
Masyarakat dalam materi dalam masyarakat mendapatkan kemanfaatan secara
pelaksanaan kegiatan di desa wisata berbeda finansial. Keterbatasan manfaat bagi anggota
apabila masyarakat diminta untuk masyarakat disebabkan belum banyaknnya
berpartisipasi dengan apabila tidak diminta. anggota masyarakat dapat berperan secara aktif
Terjadi kecenderunan penurunan partisipasi dalam setiap kegiatan di desa wisata. Pada saat
dari partisipasi yang diminta menjadi ini kemanfaatan baru dapat dirasakan oleh
partisipasi yang tanpa diminta. Tingkat beberapa anggota kelompok masyarakat, yaitu:
partisipasi yang tinggi mengalami 1. Pemandu wisata, baik pemandu wisata aktif
penurunan sebesar 2,86%, dan tingkat maupun pemandu wisata pasif. Pemandu
partisipasi sedang mengalami penurunan wisata aktif terutama pada kegiatan outbond
sebesar 4,28%, beralih menjadi partisipasi dan tracking, sedangkan pemandu pasif
rendah, sehingga tingkat partisipasi rendah terutama pada kegiatan paket pertanian,
mengalami kenaikan sebesar 7,14%. Hal ini kesenian, industri kecil, dan penginapan.
berarti bahwa dalam partisipasi materi Pada saat ini sebagai pemandu aktif dalam
masyarakat masih segan untuk kegiatan desa wisata mendapatkan

98
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

pemasukan Rp 50.000,- sampai Rp anggota karang taruna yang terlibat tanpa


125.000,- untuk sekali kegiatan atau sekitar mengurangi bagian dari anggota tersebut.
Rp 300.000,- sampai Rp 1.000.000,- setiap Persentase yang diperoleh karang taruna
bulan (asumsi kunjungan 8 kali selama adalah sebesar 10% dari honor yang
sebulan, setiap hari sabtu dan minggu). diperoleh anggota karang taruna. Dana yang
Potensi ini selama ini baru dimanfaatkan terkumpul kemudian digunakan untuk
oleh pemuda anggota karang taruna di kegiatan karang taruna, terutama kegiatan
dusun Karanggeneng. yang terkait dengan kegiatan desa wisata.
2. Pelaku wisata, baik penginapan, paket Elemen penting dalam pengembangan
pertanian, industri kecil, dan kesenian. desa wisata seperti potensi wilayah dan
Pelaku wisata akan memperoleh tambahan sumberdaya manusia serta kebutuhan
modal dari kunjungan wisata, baik modal pengunjung. Dalam bentuk sederhana arah
dalam bentuk finansial karena produksinya pengembangan desa wisata Karaggeneng dapat
dapat dipasarkan dan modal kerja lainnya dilihat pada gambar 1.
karena produksi industri kecilnya terus
bergulir.
3. Karang taruna, sebagai organisasi
kepemudaan akan memperoleh bagian dari

Potensi Wilayah
o Fisik,
o sosial ekonomi
o budaya
o sumberdaya
manusia

Pengembangan
atraksi desa

Arah Partisipasi
pengembangan Masyarakat

Pengembangan
paket wisata

Gambar 1. Arah Pengembangan Desa Wisata Karaggeneng

Gambar 1 menunjukkan bahwa arah Karakteristik dan desa wisata yang


pengembangan desa wisata berbasis pada memiliki unsur-unsur berupa aspek-aspek
partisipasi masyarakat secara luas dalam lingkungan alam atau kondisi geografis dan
pengembangan atraksi desa dan paket wisata. bentang alam suatu desa, aspek sosial
Hal ini merupakan salah satu cara untuk ekonomi dan budaya masyarakat, aspek
melibatkan seluruh anggota masyarakat arsitektur dan struktur tata ruang serta aspek
dalam kegiatan desa wisata. Pelibatan secara sejarah akan mempengaruhi jenis atraksi
langsung ini diharapkan akan menjadikan yang dapat ditampilkan kepada para
desa wisata sebagai salah satu sumber pengunjung. Namun yang harus selalu diingat
pendapatan bagi masyarakat, sehingga bahwa semua kegiatan ataupun atraksi yang
diharapkan akan terjadi peningkatan ditawarkan haruslah mencerminkan suasana
pendapatan masyarakat secara luas.

99
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

pedesaan yang diusahakan sedekat mungkin menjadi kesenian yang berlangsung dan
dengan suasana aslinya. ada di desa tersebut.
Atraksi yang ditawarkan oleh suatu 3. Atraksi wisata yang berkaitan dengan
desa wisata akan memberikan kesan yang kegiatan adat atau upacara desa. Dalam
mendalam bagi pengunjung mengenai desa kegiatan ini wisatawan terlibat secara
tersebut. Terlebih-lebih pada suguhan atraksi langsung baik aktif maupun pasif mulai
yang tidak ditemukan di tempat lain atau saat persiapan sampai pelaksaan kegiatan
merupakan hal yang baru mereka temui. adat desa dengan persyaratan tertentu
Berbagai macam atraksi yang mungkin dapat yang harus dipenuhi tanpa mengurangi
dikembangkan sesuai dengan keempat aspek kesakralan atau nilai-nilai budaya atau
tersebut diantaranya: religiusitas upacara tersebut.
1. Atraksi wisata yang berkaitan dengan 4. Atraksi wisata yang berkaitan dengan
kegiatan ekonomi/mata pencaharian kegiatan olahraga yang menjadi olehraga
masyarakat desa, seperti: masyarakat desa. Wisatawan dapat
a. kegiatan persawahan atau terlibat secara langsung, baik aktif maupu
perladangan. Dalam kegiatan ini pasif, seperti pada kegiatan sepakbola,
wisatawan diajak langsung dalam kasti, jalan kaki menyusuri sawah,
proses penanaman di swah atau bermain layang-layang dan sebagainya.
ladang, mulai dari mengolah lahan, Penentuan pola pengembangan
pembajakan sawah, penanaman, potensi wisata perlu ditemukan dan dikenali
pemelihraan tanaman, pemanenan dan potensi dan permasalahan di tiap-tiap desa
perlakukan pasca panen. yang akan dikembangkan. Perbedaan
b. Kegiatan peternakan dan perikanan. permasalahan dan potensi desa akan
Dalam kegiatan ini wisatawan terlibat menentukan produk wisata yang ditawarkan
langsung dalam kegiatan di bidang desa tersebut. Berdasarkan potrensi atraksi
peternakan dan perikanan, seperti; desa, tingkat penerimaan masyarakat desa
pemberian pakan ternak atau ikan, dan lokasi desa, pengembangan desa wisata
pemerahan susu, pemotongan rumput dapat dikembangkan menjadi 2 pola
untuk pakan ternak, pemanenan ikan, pengembangan, yaitu:
menguras kolam dan lainnya yang 1. Paket singgah, yaitu paket yang diberikan
merupakan kegiatan rutin peternak. kepada wisatawan yang hanya
c. Kegiatan industri rumahtangga. menginginkan untuk singgah sementara
Dalam kegiatan ini wisatawan diajak tanpa harus menginap (one day trip).
untuk terlibat secara langsung dalam Wisatawan yang melakukan kegiatan ini
prose produksi pembuatan industri mulai dari menikmati makan, minum,
rumahtangga, seperti pembuatan gula atraksi kesenian/budaya dan atraksi
kelapa, pembuatan makanan ringan, lainnya dalam satu hari tanpa menginap.
pembuatan industri rumahtangga 2. Paket inap, yaitu paket yang
lainnya. Kegiatan ini dilakukan mulai memungkinkan wisatawan untuk
dari tahap persiapan, proses produksi menginap atau bermalan di desa tersebut.
sampai pada pengemasan produk jadi. Segala aktivitas yang ditawarkan dapat
2. Atraksi wisata yang berkaitan dengan dilakukan seperti apa yang dilakukan oleh
kegiatan kesenian masyarakat desa. amsyarakat setempat. Wisatawan yang
Dalam kegaiatn ini wisatawan terlibat datang harus meyesuaikan diri dengan
secara langsung dalam kegaiatn kesenian kondisi sosial, ekonomi dan budaya
yang ada di desa tersebut, seperti; masyarakat setempat.
menenun, membatik, menari, memahat,
mengukir, musik tradisionil atau gamelan, Kesimpulan
seni beladiri dan lainnya yang memang 1. Desa Wisata Karanggeneng memiliki
potensi yang besar dalam sejarah,

100
SEPA: Vol 7 No. 2 Pebruari 2011: 91-101 ISSN: 1829-9946

lingkungan alam atau kondisi geografis Globalisasi. Penerjemah: Satrawan


dan bentang alam, Sosial ekonomi dan Manulang, Nurul Yakin dan M
budaya dan Arsitektur dan struktur tata Nursyahid. Pustaka Pelajar.
ruang bagi pengembangan desa wisata. Yogyakarta.
2. Masyarakat masih ‘malu-malu’ untuk Indrawati, Dewi, Evi Irawan, Nana Haryanti,
berpartisipasi dalam pemikiran, tenaga dan Dodi Yuliantoro. 2003.
dan materi untuk pengembangan desa Partisipasi Masyarakjat dalam
wisata namun siap untuk berpartisipasi Upaya Rehabilitasi Lahan dan
apabila diajak secara aktif oleh pengelola Konservasi Tanah (RLKT). Jurnal
untuk berpartisipasi. Pengelolaan DAS. Surakarta.
3. Desa Wisata Karanggeneng dalam Midgley, James. 1986. Community
kegiatannya berbasis pada pengelola dan Participation, Social Development
pemuda karang taruna. and The State. London. Metheun.
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian
Saran Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM.
1. Pengelola desa wisata lebiah aktif Nazir, Moch. 1999. Metode Penelitian.
mengajak masyarakat untuk Ghalia. Jakarta
berpartisipasi sesuai dengan kegiatan Prijono, OS dan AMW Pranarka. 1996.
desa wisata dan potensi yang dimiliki Pemberdayaan; Konsep, Kebijakan
anggota masyarakat. dan Implementasi. Jakarta. CSIS.
2. Arah pengembangan Desa Wisata Rachmat.Jalaludin. 1999. Metode Penelitian
Karanggeneng sebaiknya berbasis pada Komunikasi. Remaja Rosdakarya.
partisipasi masyarakat dalam atraksi Bandung.
desa yang berkaitan dengan kegiatan Sanafiyah Faisal. 1990. Penelitian Kualitatif
ekonomi/mata pencaharian masyarakat, Dasar-Dasar dan Aplikasinya.
berkaitan dengan kegiatan kesenian Malang: YA3
masyarakat, berkaitan dengan kegiatan Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi, 1987.
adat atau upacara desa serta atraksi Metode Penelitian Survei.
wisata yang berkaitan dengan kegiatan Yogyakarta: LP3ES
olahraga yang menjadi olahraga Slamet, Y. 1992. Pembangunan Masyarakat
masyarakat desa dan paket wisata yang Berwawasan Partisipasi. Sebelas
berupa paket singgah dan paket inap. Maret University Press. Surakarta.
Soemardjan, Selo. 2002. Hubungan Budaya
Daftar Pustaka Sosial dan Budaya Ekonomi.
Friedman, John. 1991. Empowerment; The Prosiding Lokakarya Nasional
Politics of Alternative 2002. Fakultas Pertanian UPN
Development. Cambridge. “Veteran” Yogyakarta.
Blackwell. Usman, Sunyoto. 2003. Pembangunan dan
Ife, Jim and Tesoriero. 2006. Community Pemberdayaan Masyarakat,
Development: Alternatif Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Pengembangan Masyarakat di era

101

You might also like