You are on page 1of 21

PERCOBAAN 7

ENERGY LOSSES IN PIPE

7.1 PENDAHULUAN

7.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari headloss yang ditimbulkan
oleh friksi dalam aliran air melalui pipa serta menentukan friction factor yang
terjadi pada kecepatan aliran tertentu dan pada kedua jenis aliran, laminar dan
turbulen.

7.1.2 Latar Belakang


Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya memiliki penampang
lingkaran yang digunakan untuk mengalirkan fluida. Aliran fluida baik laminar
maupun turbulen dapat mengalami berbgai fenomena dalam mekanika fluida
seperti energy losses in pipe. Energy losses in pipe adalah kerugian energi yang
diakibatkan oleh friction factor dalam aliran melalui pipa.
Headloss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besar reduksi
tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistm
pengaliran. Friction factor adalah faktor gesekan liquid dalam pipa dengan
dinding - dinding pipa tersebut. Faktor ini berpengaruh terhadap pressure drop
yang terjadi antara upstream dengan downstream.
Aplikasi percobaan energy losses in pipe dalam industri antara lain pada
perancangan sistem perpipaan pada perancangan sistem perpipaan pada pabrik.
Industri yang paling banyak menggunakan sistem perpipaan adalah industri air
bersih seperti PDAM yang menggunakan sistem perpipaan dalam pendistribusian
produknya dari tempat pengolahan air bersih ke rumah masyarakat. Manfaat
dilakukannya percobaan ini agar praktikan dapat menentukan friction factor
dalam air elalui pipa sehingga praktikan dapat mengaplikasikannya dalam dunia
industri.

VII-1
7.2 DASAR TEORI

Fluida dapat mengalir di dalam pipa atau saluran menurut dua cara yang
berlainan. Pada laju aliran rendah, penurunan tekanan di dalam fluida itu
bertambah secara langsung menurut kecepatan fluida. Pada laju tinggi,
pertambahan fluida jauh lebih cepat lagi yaitu kira – kira menurut pangkat dua
kecepatan (McCabe, dkk,1996).
Aliran fluida digolongkan menjadi aliran laminar dan aliran bergejolak
(turbulen), dengan membuat neraca energi mekanis dapat diperoleh persamaan
untuk faktor gesekan dan dapat dihitung energi yang hilang dan daya yang
diperlukan dalam pipa. Pengetahuan tentang aliran laminar lebih jelas, sehingga
memudahkan alaisanya. Dalam aliran turbulen masih banyak digunakan
keterangan hasil percobaan (Triatmojo, 2003).
Sistem dalam perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal
sampai dengan lokasi tujuan, antara lain saringan (strainer), katup atau kran,
sambungan nozel dan sebagainya. Sistem perpipaan yang fluidanya liquid,
umumnya dari lokasi awal fluida, dipasang saringan untuk menyaring kotoran
agar tidak menyumbat aliran fluida. Saringan itu dilengkapi dengan katup sarah
(foot valve) yang fungsinya mencegah aliran kembali ke lokasi awal atau tandon,
sedangkan sambungan dapat berupa sambungan penampang tetap dan sambungan
penampang beruabh, belokan (elbow) atau sambungan berbentuk T (tee)
(Maryono, 2003).
Fluida yang mengikuti Hukum Newton disebut fluida Newton, yang
mempunyai harga μ yang tetap untuk temperatur tertentu. Viskositas merupakan
sifat fisis fluida yang besarnya tergantung pada tekanan dan temperatur. Fluida
yang viskositasnya selain pada tekanan dan temperatur, juga tergantung pada
faktor-faktor lain, misalnya waktu, disebut fluida tak-Newton. Contoh cairan tak-
Newton adalah pasta, aspal cair, dan sebagainya (Utomo, 1984).
Aliran laminar dalam pipa telah diketahui dari pengamatan percobaan
bahwa hubungan F dan bilangan reynolds f=64/Re hanya berlaku sampai bilangan
reynolds 2.100. Ini berarti bahwa aliran dalam pipa yang mempunyai bilangan Re

VII-2
VII-3

<2.100 selalu laminar. Jadi bilangan reynolds dapat dipakai sebagai petunjuk
tentang sifat aliran. Untuk bilangan reynolds yang lebih besar dari 2.100 sampai
kira-kira 4000 terdapat daerah peralihan yang memperlihatkan sifat kecepatan
yang tidak mantap. Dengan daerah peralihan alian kadang-kadang bersifat laminar
kadang-kadang turbulen. Berikut hubungan antara f dengan bilangan reynolds
(Utomo,1984):

64
𝑓 = 𝑅𝑒 ; Re < 2.100 ... (7.1)

0,0791
𝑓= 1 ; 4.000< Re <100.000 ...(7.2)
Re ⁄4

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hilangnya energi dalam pipa
adalah sambungan pipa. Dengan adanya sambungan dapat menghambat aliran
normal dan juga menyebabkan gesekan tambahan pada pipa yang pendek dan
mempunyai banyak sambungan. Fluida yang mengalir di dalam akan mengalami
banyak kehilagan energi di dalam pipa. Energi yang hilang dalam pipa tidak akan
kembal melainkan diubah ke dalam bentuk panas (Maryono, 2003).
Analisis dasar momentum aliran dalam sebuah uniform cross-section
tabung lurus menunjukkan bahwa perbedaan tekanan (P1-P2) antara dua titik
dalam tabung dipengaruhi oleh viskositas (fluid friction). Besarnya Head Loss
(∆h) secara langsung dipengaruhi oleh perbedaan tekanan (loss) berdasarkan
persamaan (Foust, 1980):
(P1  P) 2
Δh  ...(7.3)
ρg

Sedangkan friction factor berhubungan dengan head loss berdasarkan persamaan:

fL v 2
Δh  ...(7.4)
2gd

Δh diukur dengan manometer yang menghubungkan kedua pressure tappings


dengan pipa sepanjang L, sedangkan d adalah diameter pipa. v adalah kecepatan
VII-4

rata-rata aliran yang diperoleh dari kecepatan volumetrik (Qt) berikut:

4Qt
v ...(7.5)
πd 2

Friksi merupakan kerugian energi mekanik, sehingga tekanan downstream


berkurang. Persamaan friction factor:

64
𝑓 = 𝑅𝑒 Re < 2100 ...(7.6)

Persamaan ini berlaku untuk aliran laminar, karena f dan NRe tidak berdimensi,
maka persamaan dapat ditulis secara umum sebagai:

𝑓 = 𝜃 (𝑁𝑅𝑒) R ...(7.7)

Dimana fungsionalnya akan bergantung pada efek relatif pada mekanisme


molekular dan turbulen. Beberapa persamaan f tidak menyatakan perbedaan
dalam keseluruhan. Nilai f sendiri adalah friction factor.
Transportasi fluida yang sering dilakukan adalah sistem aliran pipa.
Masing-masing pipa ada yang berbentuk pipa panjang, ada yang silinder. Semua
jenis pipa tersebut dapat digunakan untuk alat transportasi gas, cairan maupun
keduanya. Diperlukan pengoperasian secara matematis dalam menentukan ukuran
pipa. Hal ini sebaggai sifat-sifat pada karakteristik aliran dan energi yang
dibutuhkan dalam memindahkan fluida.Porses ini umunya disebut juga mekanika
fluida. Namun hanya ada beberapa permasalahan yang khusus dalam mekanikan
fluida yang dapat diselesaikan secara baik oleh persamaan mekanik
(Erwin, 2000).
Alat yang paling umum digunakan untuk transportasi fluida adalah pipa
saluran. Setiap pipa panjang, silinder digunakan untuk transportasi gas, liquid atau
keduanya satu titik ke titik yang lain adapun kalkulasi matematika digunakan
untuk menentukan ukuran pipa, properti transportasi fluida, karakteristik aliran
dan energi yang diperlukan untuk memudahkan fluida. Salah satu masalah dalam
mekanika fluida adalah aliran laminar. Darty formula diperoleh dari prinsip
VII-5

bernoulli yang dapat menguraikan secara sederhana kesetimbangan energi antara


2 titik aliran fluida di dalam pipa. Persamaan energi ini juga dapat digunakan
dalam kondisi statis. Persamaan klasik energi bernoulli adalah :

144 𝑃2 𝑣2 144 𝑃2 𝑣2
𝑧1 + + 2𝑔 + ℎ1 = 𝑧2 + × 2𝑔 + ℎ2 ...(7.8)
𝜌 𝜌

Dimana : z = static head (H)


P = tekanan (psig)
ρ = weight density fluid (lb/ft2)
v = kecepatan aliran di dalam pipa (H/s)
g = percepatan grabitasi (H/s2)
h = headloss of static pressure (H)

h1 disebut friction factor (f) yang merupakan bilangan tak berdimensi yang
menunjukkan aliran dari fluida losses yang berkaitan dengan friksi, petama harus
menentukan dynamic force dan aliran fluida. Mengetahui proses resisting flow
sepanjang dinding pipa, osborne reynolds menunjukkan properti transportasi
fluida guna menentukan friction force. Nre memberikan properti fluida, densitas
fluida, viskositas dan kcepatan di dalam pipa (Erwin,2000).
Aplikasi yang paling penting pada aliran dalam pipa sirkulasi dan
kecepatannya yaitu pengukuran padajarak yang berbeda-beda dari dinding pipa
hingga bagian tengah pipa. Ternyata hasilnya adalah baik cairan laminar maupun
turbulen, fluida yang berada pada bagian tengah pipa bergerak lebih cepat
daripada fluida yang berada di dekat dinding. Pengukuran ini dilakukan pada jarak
yang masuk akal dan lubang masuk pipa (Geankoplis, 1997).
Reynolds menemukan bahwa pada laju aliran rendah, air mengalir tanpa
gangguan bersamaan dengan aliran umum. Perlakuan ini menunjukkan bahwa
aliran air yang mengalir menurut garis lurus yang sejajar dengan aliran tersebut
adalah aliran laminar. Apabila laju aliran ditingkatkan akan dicapai suatu
kecepatan yang disebut dengan kecepatan kritis dimana aliran tidak lagi laminar
VII-6

tapi bergerak kemana-mana dalam bentuk aliran silang dan pusaran yang
dinamakan aliran turbulen (McCabe, dkk,1999).
Headloss adalah penurunan energi total liquid yang berpindah melalui
suatu sistem. Total energi adalah jumlah dari energi elevasi, kecepatan dan
tekanan. Headloss terjadi karena pergesekan antara fluida dan dinding pipa dan
juga antara partikelyang berdampingan dalam fluida yang mengalir pada pipa
(Erwin,2000).
7.3 METODOLOGI PERCOBAAN
7.3.1 Alat dan Rangkaian Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
- Hydraulic bench (F1-10)
- Peralatan pipe friction (F-18)
- Stopwatch
- Termometer
- Gelas ukur 50mL, 100 mL, dan 250mL.

Deskripsi Alat :

Keterangan:
1. Air bleed screw
2. Pressure tapping (H.P)
3. Test section
4. Mercury manometer
5. Pressure water manometer
6. Pressure tapping (L.P)
7. Flow control valve
8. Adjustable feet
9. Inlet pipe to constant head
tank
10. Inlet pipe to test section
11. Pipe clips
12. Constant head tank
13. Air inlet/outlet valve
14. Air pump
15. Flexible outlet pipe from
head tank overflow

Gambar 7.1 Rangkaian Alat Energy Losses In Pipe

VII-7
VII-8

7.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air.

7.3.3 Prosedur Percobaan


7.3.3.1 Kecepatan Aliran Tinggi
7.3.3.1.1 Setting Up Alat
1. Inlet pipe to test section dihubungkan dengan hydraulic bench flow connector.
2. Pompa dinyalakan dan bench gate valve dibuka.
3. Flow control valve dibuka sedikit demi sedikit agar ada aliran fluida.
4. Air bleed screw dibuka hingga udara dipastikan tidak ada yang terperangkap
didalam manometer Hg.
5. Air bleed screw dan flow control valve ditutup.
6. Ketingggian (ho) pada manometer dibaca pada apabila sudah steady.

7.3.3.1.2 Pengambilan Data


1. Flow control valve dibuka pada bukaan ¾, 1¾, 2¾ dan 3¾.
2. Headloss yang tertera pada manometer dibaca.
3. Volume dan temperature fluida yang tertampung dalam gelas ukur selama 10
detik diukur.
4. Percobaan diulangi sebanyak 3 kali untuk masing-masing bukaan.

7.3.3.2 Kecepatan Aliran Rendah


7.3.3.2.1 Setting Up Alat
1. Inlet pipe to test section dihubungkan header in flow.
2. Inlet pipe to constant head tank dihubungkan dengan hydraulic bench flow
connector.
3. Pompa dinyalakan dan bench gate valve dibuka.
4. Air bleed screw dan vent udara pada pada manometer air dibuka hingga udara
tidak ada yang terperangkap di dalam manometer.
5. Flow control valve dibuka hingga ketinggian air pada manometer menurun.
6. Air bleed screw ditutup kemudian flow control valve dan vent udara ditutup.
7. Ketingggian (ho) pada manometer dibaca pada apabila sudah steady.
VII-9

7.3.3.1.3 Pengambilan Data


1. Flow control valve dibuka pada bukaan ¾, 1¾, 2¾ dan 3¾.
2. Headloss yang tertera pada manometer dibaca.
3. Volume dan temperatur fluida yang tertampung dalam gelas ukur selama 10
detik diukur.
4. Percobaan diulangi sebanyak 3 kali untuk masing-masing bukaan.
VII-10

7.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

7. 4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 7. 1 Hasil Pengamatan Kecepatan Aliran Tinggi
Bukaan
Volume
flow Volume 1 Volume 2 Volume 3 Waktu Temperatur h0 h1 h2
No. avg
control (m3) (m3) (m3) (s) (oC) (m) (m) (m)
(m3)
valve
1. ¾ 4,3 x 10-5 4,1 x 10-5 4,1 x 10-5 4,16 x 10-5 10 28 0,240 0,244 0,237
2. 1¾ 5,4 x 10-5 6,4 x 10-5 6,3 x 10-5 6,36 x 10-5 10 28 0,240 0,245 0,235
3. 2¾ 8,4 x 10-5 8,2 x 10-5 8,3 x 10-5 8,30 x 10-5 10 28 0,240 0,250 0,233
4. 3¾ 10,6 x 10-5 1,10 x 10-4 1,06 x 10-4 1,07 x 10-4 10 28 0,240 0,255 0,228

VII-10
VII-11

Tabel 7.2 Hasil Pengamatan Kecepatan Aliran Rendah


Bukaan
Volume
flow Volume 1 Volume 2 Volume 3 Waktu Temperatur h0 h1 h2
No. avg
control (m3) (m3) (m3) (s) (oC) (m) (m) (m)
3
(m )
valve
1. ¾ 2,1 x 10-5 2,1 x 10-5 2,1 x 10-5 2,10 x 10-5 10 28 0,277 0,300 0,251
2. 1¾ 3,4 x 10-5 3,5 x 10-5 3,4 x 10-5 3,43 x 10-5 10 28 0,277 0,315 0,235
3. 2¾ 4,7 x 10-5 4,7 x 10-5 4,7 x 10-5 4,70 x 10-5 10 28 0,277 0,330 0,215
4. 3¾ 5,6 x 10-5 5,6 x 10-5 5,6 x 10-5 5,60 x 10-5 10 28 0,277 0,392 0,149

VII-11
VII-12

7.4.2 Hasil Perhitungan


Tabel 7.3 Hasil Perhitungan Kecepatan Alir Tinggi

Test Pipe (m) Volume Time Kinematic Headloss,


Temp. of h0 h1 h2
avg, to Viscosity, ∆hf
No. Bukaan Length, Diameter, water,
V collect V (m) (m) (m)
L d (0C) (m)
(m3) (s) (m2/s)
1. ¾ 0,5 0,003 4,16 x 10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,240 0,244 0,237 0,0893

2. 1¾ 0,5 0,003 6,36 x 10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,240 0,245 0,235 0,1365
3. 2¾ 0,5 0,003 8,30 x 10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,240 0,250 0,233 0,1782
4. 3¾ 0,5 0,003 1,07 x 10-4 10 28 0,836 x 10-6 0,240 0,255 0,228 0,2297

Flowrate, Velocity
Friction faktor, Reynolds number,
Qt v
(f) (NRe)
(m3/s) (m/s)

4,16 x10-6 0,5888 0,0303 2112,9837

6,36 x10-6 0,9002 0,0198 3230,4270


8,30 x10-6 1,1748 0,0152 4215,8088
-5
1,07 x10 1,5145 0,0118 5434,8378

VII-12
VII-13

Tabel 7.4 Hasil Perhitungan Kecepatan Alir Rendah

Test Pipe (m) Volume Kinematic Headloss,


Time to Temp. of h0 h1 h2
avg, Viscosity, ∆hf
No. Bukaan Length, Diameter, collect, water,
V V (m) (m) (m)
L d (s) (0C) (m)
(m3) (m2/s)
1. ¾ 0,5 0,003 2,10 x10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,277 0,300 0,251 0,0451

2. 1¾ 0,5 0,003 3,43 x10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,277 0,315 0,235 0,0736
3. 2¾ 0,5 0,003 4,70 x10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,277 0,330 0,215 0,1009
4. 3¾ 0,5 0,003 1,07 x10-4 10 28 0,836 x 10-6 0,277 0,392 0,149 0,1202

Flowrate, Velocity
Friction faktor, Reynolds number,
Qt v
(f) (NRe)
(m3/s) (m/s)
2,10 x 10-6 0,2972 0,0600 1066,6504
3,43 x 10-6 0,4855 0,0367 1742,1957
4,70 x 10-6 0,6653 0,0268 2387,2652
-6
1,07 x 10 0,7926 0,0225 2844,4011

VII-13
VII-14

7.4.3 Pembahasan
Headloss merupakan bilangan energi mekanik persatuan massa fluida.
Friction factor adalah fungsi kekasaran relatif dari dinding pipa bagian dalam.
Biasanya tergantung dari jenias bahan pipa yang digunakan dan merupakan
fungsi turbulensi aliran yang dinyatakan sebagai Reynolds number.
Reynolds number dapat berhubungan langsung dengan headloss atau
kerugian energi yang diakibatkan oleh friksi dalam aliran air melalui pipa.
Headloss yang timbul pada aliran suatu fluida dalam pipa dapat disebabkan oleh
ketidakteraturan saluran, ukuran dan bentuk saluran serta debit fluida tersebut.
Sedangkan fluida yang mengalir dekat dengan dinding pipa akan memiliki friksi
yang lebih besar dibandingkan fluida di sumbu pipa. Hal ini disebabkan adanya
gaya gesek antara fluida dengan dinding pipa, sehingga gerakannya lebih lembut
daripada fluida di sumbu pipa.
Adanya percobaan ini dilakukan dengan dua kecepatan alir, yaitu aliran
tinggi dan aliran rendah. Kecepatan aliran tinggi pada percobaan ini adalah aliran
yang sumber airnya berasal dari pompa sehingga menghasilkan debit dan aliran
yang lebih besar, sedangkan kecepatan aliran rendah adalah aliran yang sumber
airnya berasal dari reservoir yang ada pada alat. Sehingga, kecepatan dan debit
airnya tidak terlalu besar. Variasi pada aliran tersebut akan diketahui dengan
hubungan velocity dan headloss serta friction factor dan reynolds number.
Grafik hubungan antara headloss dan velocity pada kecepatan aliran
tinggi dan rendah dapat dilihat pada Gambar 7.2 sebagai berikut ini :
VII-15

0.2500

0.2000
Headloss (m)

0.1500

0.1000 Tinggi
Rendah
0.0500

0.0000
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000
Velocity (m/s)

Gambar 7.2 Hubungan Headloss (Δhf) dan Velocity (v) pada Kecepatan Aliran
Tinggi dan Kecepatan Aliran Rendah

Berdasarkan Gambar 7.2 menunjukkan bahwa headloss berbanding lurus dengan


velocity. Semakin besar velocity maka semakin besar juga nilai headloss. Hal ini
dikarenakan laju aliran yang besar, berarti debit yang dihasilkan juga besar
sehingga tekanan yang ditimbulkan fluida terhadap dinding pipa meningkat yang
mengakibatkan headloss semakin besar. Headloss pada kecepatan aliran rendah
lebih besar daripada kecepatan aliran tinggi. Hal it dikarenakan pada aliran
rendah, debit air yang dapat dihasilkan juga besar yang membuat tekanan dalam
pipa meningkat. Hasil di atas telah sesuai dengan teori reynolds yang menyatakan
yaitu semakin besar nilai headloss maka semakin besar pula nilai velocitynya.
Sehingga percobaan ini telah sesuai dengan hukum reynols yang menyatakan
semakin besar friksi, maka semakin sedikit hambatan yang ditimbulkan pada
fluida sehingga tekanan yang dihasilkan semakin besar dan headloss pun
meningkat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan nilai headloss adalah
friction factor, panjang pipa, diameter pipa, kecepatan aliran fluida dalam
gravitasi. Hubungan dari friction factor dengan headloss sendiri berdasarkan
persamaan :
VII-16

f .L.v 2
H  ....(7.9)
2.g .d

Grafik hubungan antara friction factor dan reynols number pada


kecepatan aliran tinggi dan rendah dapat diliat pada Gambar 7.3 sebagai berikut :

0.07
0.06
0.05
Factor (f)

0.04 Tinggi
0.03
Rendah
0.02
0.01
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Reynolds Number (Re)
Gambar 7.3 Hubungan antara Reynolds Number (Re) dengan Friction
Factor (f) pada Kecepatan Aliran Tinggi dan Kecepatan
Aliran Rendah

Berdasarkan Gambar 7.3 menunjukkan bahwa friction factor berbanding terbalik


dengan nilai reynolds number. Semakin besar bukaan flow control valve maka
reynolds number akan semakin besar sehingga friction factor akan semakin kecil.
Hal ini sesuai dengan persamaan yang menyatakan bahwa semakin besar reynolds
number maka friction factornya semakin kecil. Persamaannya adalah sebagai
berikut :

64
𝑓= ....(7.10)
NRe

Beberapa faktor yang mempengaruhi reynolds number adalah kecepatan aliran


fluida, diameter dan viskositas kinematik. Sedangkan faktor – faktor yang
mempengaruhi friction factor adalah nilai dari reynolds number dan kekerasan
relatif pipa.
VII-17

7.5 PENUTUP
7.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah nilai headloss pada
bukaan ¾, 1¾, 2¾ dan 3¾ untuk kecepatan aliran tinggi berturut – turut adalah
sebesar 0,0893 m; 0,0136 m; 0,01782 m dan 0,2297 m. Sedangkan nilai headloss
pada bukaan ¾, 1¾, 2¾ dan 3¾ untuk kecepatan aliran rendah berturut – turut
adalah 0,0415 m; 0,0738 m; 0,1009 m dan 0,1202 m. Untuk nilai friction factor
pada bukaan ¾, 1¾, 2¾ dan 3¾ masing – masing pada kecepatan aliran tinggi
adalah 0,0303; 0,0198; 0,0152 dan 0,0118 dan pada kecepatan rendah sebesar
0,0600; 0,0307; 0,0268 dan 0,0225.

7.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah adanya lebih
banyak pengambilan volume sebanyak 4 kali sehingga data volume lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, D. P.E. 2000 . Industrical Chmical Process Design . McGraw Hill . Tokyo

Foust, A.S. 1980. Principles of Unit Operations. John Willey and Sons, Inc . New
York.

Geankoplis, C.1997. Transport Processes and Separation Process Principles 3th


Edition. Prentice Hall. New Jersey.

Maryono, A, dkk. 2003. Hidrolika Terapan. Pradnya Paramita . Jakarta.

McCabe, W.L, dkk. 1956. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Erlangga . Jakarta.

Triatmojo, B. 2003 . Hidrolika I . Beta Offret . Yogyakarta

Utomo, T. 1984. Teori Dasar Phenomena Transport. Binacipta . Bandung.

DP.VII - 1
DAFTAR NOTASI

L = Panjang pipa (m)


d = Diameter pipa (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
T = Temperatur (oC)
V = Volume (m3)
Δh = Perbedaan ketinggian manometer h1 dan h2 (m)
Δhf = Headloss (m)
ho = Tinggi manometer awal (m)
h1 = Tinggi manometer akhir (m)
h2 = Tinggi manometer akhir (m)
Qt = Flowrate (m3/s)
v = Velocity (m/s)
t = Waktu penampungan air (s)

DN.VII - 1
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Kecepatan aliran tinggi


Bukaan ¾
a. V rata – rata (𝑉̅ )
𝑉1+𝑉2+𝑉3 43 𝑚𝐿+41 𝑚𝐿+41 𝑚𝐿
𝑉̅ = = = 41,6 mL = 4,16 × 10-5 m3
3 3
b. Tinggi (h) pada manometer
∆ℎ = h1-h2 = (244 – 237) × 10-3 m = 7 × 10-3 m
c. Flowrate (Qt)
̅
𝑉 4,16 ×10−5 𝑚3
Qt = = = 4,16 × 10-6 m3/s
𝑡 10 𝑠
d. Velocity (ν)
Diketahui : d test pipa = 0,0003 m
4𝑄𝑡 4 × 4,16 × 10−6 𝑚3 × 10 𝑠
ν= = = 0,5888 m/s
𝜋𝐷2 3,14 ×0,00032

e. Reynolds Number (Re)


Diketahui : T = 28oC
Kinematika Viskositas = 0, 836 × 10-6 m/s
𝑚
ν×d 0,5888 × 0,0003 𝑑
𝑠
Re = = = 2112,9837
𝑉 0,836 × 10−6 𝑚2 /𝑠

f. Friction Factor
64 64
f= = = 0,0303
𝑅𝑒 2112,9837

g. Headloss
𝑓 ×𝑙 × 𝑣 2 0,303 ×0,5 𝑚 ×0,5888 𝑚/𝑠 2
∆ℎ𝑓 = = = 0,0893 m
2 ×𝑔 ×𝑑 2×9,8 𝑚/𝑠 2 ×0,0003 𝑚

Hasil perhitugan pada bukaan 1¾, 2¾ dan 3¾ dapat dilihat pada Tabel 7.3

LP.VII - 1
Kecepatan aliran rendah
Bukaan ¾
h. V rata – rata (𝑉̅ )
𝑉1+𝑉2+𝑉3 21 𝑚𝐿+21 𝑚𝐿+21 𝑚𝐿
𝑉̅ = = = 21 mL = 2,1 × 10-5 m3
3 3
i. Tinggi (h) pada manometer
∆ℎ = h1-h2 = (300 – 251) × 10-3 m = 49× 10-3 m
j. Flowrate (Qt)
̅
𝑉 2,1 ×10−5 𝑚3
Qt = = = 2,1 × 10-6 m3/s
𝑡 10 𝑠
k. Velocity (ν)
Diketahui : d test pipa = 0,0003 m
4𝑄𝑡 4 × 2,1 × 10−6 𝑚3 × 10 𝑠
ν= = = 0,2977 m/s
𝜋𝐷2 3,14 ×0,00032

l. Reynolds Number (Re)


Diketahui : T = 28oC
Kinematika Viskositas = 0, 836 × 10-6 m/s
𝑚
ν×d 0,2972 × 0,0003 𝑑
𝑠
Re = = = 1066,6504
𝑉 0,836 × 10−6 𝑚2 /𝑠

m. Friction Factor
64 64
f= = = 0,0600
𝑅𝑒 1006,6504

n. Headloss
𝑓 ×𝑙 × 𝑣 2 0,0600 ×0,5 𝑚 ×0,2977 𝑚/𝑠 2
∆ℎ𝑓 = = = 0,0451m
2 ×𝑔 ×𝑑 2×9,8 𝑚/𝑠 2 ×0,0003 𝑚

Hasil perhitugan pada bukaan 1¾, 2¾ dan 3¾ dapat dilihat pada Tabel 7.3

LP.VII - 2

You might also like