Professional Documents
Culture Documents
Energy Losses in Pipes
Energy Losses in Pipes
7.1 PENDAHULUAN
VII-1
7.2 DASAR TEORI
Fluida dapat mengalir di dalam pipa atau saluran menurut dua cara yang
berlainan. Pada laju aliran rendah, penurunan tekanan di dalam fluida itu
bertambah secara langsung menurut kecepatan fluida. Pada laju tinggi,
pertambahan fluida jauh lebih cepat lagi yaitu kira – kira menurut pangkat dua
kecepatan (McCabe, dkk,1996).
Aliran fluida digolongkan menjadi aliran laminar dan aliran bergejolak
(turbulen), dengan membuat neraca energi mekanis dapat diperoleh persamaan
untuk faktor gesekan dan dapat dihitung energi yang hilang dan daya yang
diperlukan dalam pipa. Pengetahuan tentang aliran laminar lebih jelas, sehingga
memudahkan alaisanya. Dalam aliran turbulen masih banyak digunakan
keterangan hasil percobaan (Triatmojo, 2003).
Sistem dalam perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal
sampai dengan lokasi tujuan, antara lain saringan (strainer), katup atau kran,
sambungan nozel dan sebagainya. Sistem perpipaan yang fluidanya liquid,
umumnya dari lokasi awal fluida, dipasang saringan untuk menyaring kotoran
agar tidak menyumbat aliran fluida. Saringan itu dilengkapi dengan katup sarah
(foot valve) yang fungsinya mencegah aliran kembali ke lokasi awal atau tandon,
sedangkan sambungan dapat berupa sambungan penampang tetap dan sambungan
penampang beruabh, belokan (elbow) atau sambungan berbentuk T (tee)
(Maryono, 2003).
Fluida yang mengikuti Hukum Newton disebut fluida Newton, yang
mempunyai harga μ yang tetap untuk temperatur tertentu. Viskositas merupakan
sifat fisis fluida yang besarnya tergantung pada tekanan dan temperatur. Fluida
yang viskositasnya selain pada tekanan dan temperatur, juga tergantung pada
faktor-faktor lain, misalnya waktu, disebut fluida tak-Newton. Contoh cairan tak-
Newton adalah pasta, aspal cair, dan sebagainya (Utomo, 1984).
Aliran laminar dalam pipa telah diketahui dari pengamatan percobaan
bahwa hubungan F dan bilangan reynolds f=64/Re hanya berlaku sampai bilangan
reynolds 2.100. Ini berarti bahwa aliran dalam pipa yang mempunyai bilangan Re
VII-2
VII-3
<2.100 selalu laminar. Jadi bilangan reynolds dapat dipakai sebagai petunjuk
tentang sifat aliran. Untuk bilangan reynolds yang lebih besar dari 2.100 sampai
kira-kira 4000 terdapat daerah peralihan yang memperlihatkan sifat kecepatan
yang tidak mantap. Dengan daerah peralihan alian kadang-kadang bersifat laminar
kadang-kadang turbulen. Berikut hubungan antara f dengan bilangan reynolds
(Utomo,1984):
64
𝑓 = 𝑅𝑒 ; Re < 2.100 ... (7.1)
0,0791
𝑓= 1 ; 4.000< Re <100.000 ...(7.2)
Re ⁄4
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hilangnya energi dalam pipa
adalah sambungan pipa. Dengan adanya sambungan dapat menghambat aliran
normal dan juga menyebabkan gesekan tambahan pada pipa yang pendek dan
mempunyai banyak sambungan. Fluida yang mengalir di dalam akan mengalami
banyak kehilagan energi di dalam pipa. Energi yang hilang dalam pipa tidak akan
kembal melainkan diubah ke dalam bentuk panas (Maryono, 2003).
Analisis dasar momentum aliran dalam sebuah uniform cross-section
tabung lurus menunjukkan bahwa perbedaan tekanan (P1-P2) antara dua titik
dalam tabung dipengaruhi oleh viskositas (fluid friction). Besarnya Head Loss
(∆h) secara langsung dipengaruhi oleh perbedaan tekanan (loss) berdasarkan
persamaan (Foust, 1980):
(P1 P) 2
Δh ...(7.3)
ρg
fL v 2
Δh ...(7.4)
2gd
4Qt
v ...(7.5)
πd 2
64
𝑓 = 𝑅𝑒 Re < 2100 ...(7.6)
Persamaan ini berlaku untuk aliran laminar, karena f dan NRe tidak berdimensi,
maka persamaan dapat ditulis secara umum sebagai:
𝑓 = 𝜃 (𝑁𝑅𝑒) R ...(7.7)
144 𝑃2 𝑣2 144 𝑃2 𝑣2
𝑧1 + + 2𝑔 + ℎ1 = 𝑧2 + × 2𝑔 + ℎ2 ...(7.8)
𝜌 𝜌
h1 disebut friction factor (f) yang merupakan bilangan tak berdimensi yang
menunjukkan aliran dari fluida losses yang berkaitan dengan friksi, petama harus
menentukan dynamic force dan aliran fluida. Mengetahui proses resisting flow
sepanjang dinding pipa, osborne reynolds menunjukkan properti transportasi
fluida guna menentukan friction force. Nre memberikan properti fluida, densitas
fluida, viskositas dan kcepatan di dalam pipa (Erwin,2000).
Aplikasi yang paling penting pada aliran dalam pipa sirkulasi dan
kecepatannya yaitu pengukuran padajarak yang berbeda-beda dari dinding pipa
hingga bagian tengah pipa. Ternyata hasilnya adalah baik cairan laminar maupun
turbulen, fluida yang berada pada bagian tengah pipa bergerak lebih cepat
daripada fluida yang berada di dekat dinding. Pengukuran ini dilakukan pada jarak
yang masuk akal dan lubang masuk pipa (Geankoplis, 1997).
Reynolds menemukan bahwa pada laju aliran rendah, air mengalir tanpa
gangguan bersamaan dengan aliran umum. Perlakuan ini menunjukkan bahwa
aliran air yang mengalir menurut garis lurus yang sejajar dengan aliran tersebut
adalah aliran laminar. Apabila laju aliran ditingkatkan akan dicapai suatu
kecepatan yang disebut dengan kecepatan kritis dimana aliran tidak lagi laminar
VII-6
tapi bergerak kemana-mana dalam bentuk aliran silang dan pusaran yang
dinamakan aliran turbulen (McCabe, dkk,1999).
Headloss adalah penurunan energi total liquid yang berpindah melalui
suatu sistem. Total energi adalah jumlah dari energi elevasi, kecepatan dan
tekanan. Headloss terjadi karena pergesekan antara fluida dan dinding pipa dan
juga antara partikelyang berdampingan dalam fluida yang mengalir pada pipa
(Erwin,2000).
7.3 METODOLOGI PERCOBAAN
7.3.1 Alat dan Rangkaian Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
- Hydraulic bench (F1-10)
- Peralatan pipe friction (F-18)
- Stopwatch
- Termometer
- Gelas ukur 50mL, 100 mL, dan 250mL.
Deskripsi Alat :
Keterangan:
1. Air bleed screw
2. Pressure tapping (H.P)
3. Test section
4. Mercury manometer
5. Pressure water manometer
6. Pressure tapping (L.P)
7. Flow control valve
8. Adjustable feet
9. Inlet pipe to constant head
tank
10. Inlet pipe to test section
11. Pipe clips
12. Constant head tank
13. Air inlet/outlet valve
14. Air pump
15. Flexible outlet pipe from
head tank overflow
VII-7
VII-8
7.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air.
VII-10
VII-11
VII-11
VII-12
2. 1¾ 0,5 0,003 6,36 x 10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,240 0,245 0,235 0,1365
3. 2¾ 0,5 0,003 8,30 x 10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,240 0,250 0,233 0,1782
4. 3¾ 0,5 0,003 1,07 x 10-4 10 28 0,836 x 10-6 0,240 0,255 0,228 0,2297
Flowrate, Velocity
Friction faktor, Reynolds number,
Qt v
(f) (NRe)
(m3/s) (m/s)
VII-12
VII-13
2. 1¾ 0,5 0,003 3,43 x10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,277 0,315 0,235 0,0736
3. 2¾ 0,5 0,003 4,70 x10-5 10 28 0,836 x 10-6 0,277 0,330 0,215 0,1009
4. 3¾ 0,5 0,003 1,07 x10-4 10 28 0,836 x 10-6 0,277 0,392 0,149 0,1202
Flowrate, Velocity
Friction faktor, Reynolds number,
Qt v
(f) (NRe)
(m3/s) (m/s)
2,10 x 10-6 0,2972 0,0600 1066,6504
3,43 x 10-6 0,4855 0,0367 1742,1957
4,70 x 10-6 0,6653 0,0268 2387,2652
-6
1,07 x 10 0,7926 0,0225 2844,4011
VII-13
VII-14
7.4.3 Pembahasan
Headloss merupakan bilangan energi mekanik persatuan massa fluida.
Friction factor adalah fungsi kekasaran relatif dari dinding pipa bagian dalam.
Biasanya tergantung dari jenias bahan pipa yang digunakan dan merupakan
fungsi turbulensi aliran yang dinyatakan sebagai Reynolds number.
Reynolds number dapat berhubungan langsung dengan headloss atau
kerugian energi yang diakibatkan oleh friksi dalam aliran air melalui pipa.
Headloss yang timbul pada aliran suatu fluida dalam pipa dapat disebabkan oleh
ketidakteraturan saluran, ukuran dan bentuk saluran serta debit fluida tersebut.
Sedangkan fluida yang mengalir dekat dengan dinding pipa akan memiliki friksi
yang lebih besar dibandingkan fluida di sumbu pipa. Hal ini disebabkan adanya
gaya gesek antara fluida dengan dinding pipa, sehingga gerakannya lebih lembut
daripada fluida di sumbu pipa.
Adanya percobaan ini dilakukan dengan dua kecepatan alir, yaitu aliran
tinggi dan aliran rendah. Kecepatan aliran tinggi pada percobaan ini adalah aliran
yang sumber airnya berasal dari pompa sehingga menghasilkan debit dan aliran
yang lebih besar, sedangkan kecepatan aliran rendah adalah aliran yang sumber
airnya berasal dari reservoir yang ada pada alat. Sehingga, kecepatan dan debit
airnya tidak terlalu besar. Variasi pada aliran tersebut akan diketahui dengan
hubungan velocity dan headloss serta friction factor dan reynolds number.
Grafik hubungan antara headloss dan velocity pada kecepatan aliran
tinggi dan rendah dapat dilihat pada Gambar 7.2 sebagai berikut ini :
VII-15
0.2500
0.2000
Headloss (m)
0.1500
0.1000 Tinggi
Rendah
0.0500
0.0000
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000
Velocity (m/s)
Gambar 7.2 Hubungan Headloss (Δhf) dan Velocity (v) pada Kecepatan Aliran
Tinggi dan Kecepatan Aliran Rendah
f .L.v 2
H ....(7.9)
2.g .d
0.07
0.06
0.05
Factor (f)
0.04 Tinggi
0.03
Rendah
0.02
0.01
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Reynolds Number (Re)
Gambar 7.3 Hubungan antara Reynolds Number (Re) dengan Friction
Factor (f) pada Kecepatan Aliran Tinggi dan Kecepatan
Aliran Rendah
64
𝑓= ....(7.10)
NRe
7.5 PENUTUP
7.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah nilai headloss pada
bukaan ¾, 1¾, 2¾ dan 3¾ untuk kecepatan aliran tinggi berturut – turut adalah
sebesar 0,0893 m; 0,0136 m; 0,01782 m dan 0,2297 m. Sedangkan nilai headloss
pada bukaan ¾, 1¾, 2¾ dan 3¾ untuk kecepatan aliran rendah berturut – turut
adalah 0,0415 m; 0,0738 m; 0,1009 m dan 0,1202 m. Untuk nilai friction factor
pada bukaan ¾, 1¾, 2¾ dan 3¾ masing – masing pada kecepatan aliran tinggi
adalah 0,0303; 0,0198; 0,0152 dan 0,0118 dan pada kecepatan rendah sebesar
0,0600; 0,0307; 0,0268 dan 0,0225.
7.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah adanya lebih
banyak pengambilan volume sebanyak 4 kali sehingga data volume lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Erwin, D. P.E. 2000 . Industrical Chmical Process Design . McGraw Hill . Tokyo
Foust, A.S. 1980. Principles of Unit Operations. John Willey and Sons, Inc . New
York.
McCabe, W.L, dkk. 1956. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Erlangga . Jakarta.
DP.VII - 1
DAFTAR NOTASI
DN.VII - 1
LAMPIRAN PERHITUNGAN
f. Friction Factor
64 64
f= = = 0,0303
𝑅𝑒 2112,9837
g. Headloss
𝑓 ×𝑙 × 𝑣 2 0,303 ×0,5 𝑚 ×0,5888 𝑚/𝑠 2
∆ℎ𝑓 = = = 0,0893 m
2 ×𝑔 ×𝑑 2×9,8 𝑚/𝑠 2 ×0,0003 𝑚
Hasil perhitugan pada bukaan 1¾, 2¾ dan 3¾ dapat dilihat pada Tabel 7.3
LP.VII - 1
Kecepatan aliran rendah
Bukaan ¾
h. V rata – rata (𝑉̅ )
𝑉1+𝑉2+𝑉3 21 𝑚𝐿+21 𝑚𝐿+21 𝑚𝐿
𝑉̅ = = = 21 mL = 2,1 × 10-5 m3
3 3
i. Tinggi (h) pada manometer
∆ℎ = h1-h2 = (300 – 251) × 10-3 m = 49× 10-3 m
j. Flowrate (Qt)
̅
𝑉 2,1 ×10−5 𝑚3
Qt = = = 2,1 × 10-6 m3/s
𝑡 10 𝑠
k. Velocity (ν)
Diketahui : d test pipa = 0,0003 m
4𝑄𝑡 4 × 2,1 × 10−6 𝑚3 × 10 𝑠
ν= = = 0,2977 m/s
𝜋𝐷2 3,14 ×0,00032
m. Friction Factor
64 64
f= = = 0,0600
𝑅𝑒 1006,6504
n. Headloss
𝑓 ×𝑙 × 𝑣 2 0,0600 ×0,5 𝑚 ×0,2977 𝑚/𝑠 2
∆ℎ𝑓 = = = 0,0451m
2 ×𝑔 ×𝑑 2×9,8 𝑚/𝑠 2 ×0,0003 𝑚
Hasil perhitugan pada bukaan 1¾, 2¾ dan 3¾ dapat dilihat pada Tabel 7.3
LP.VII - 2