You are on page 1of 9

ANALISIS POTENSI REFUSE DERIVED FUEL (RDF) DARI SAMPAH PADA TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI KABUPATEN BARRU

 RDF (Refuse Derived Fuel)


Bahan bakar yang dihasilkan dari limbah padat umumnya disebut sebagai RDF
(Refuse Derived Fuel). RDF adalah pengembangan produk baru yang berkembang dengan
pesat. RDF tersedia dalam ukuran besar atau kecil dalam bentuk serbuk dan padat. Dalam
setiap kategori, limbah padat dapat diproses melalui berbagai desain proses yang dapat
menghasilkan RDF dengan tingkat kemurnian yang berbeda (Novita and Damanhuri, 2009).
Kemungkinan variasi kualitas dalam RDF berdasarkan dari input material atau limbah padat
bersifat heterogen dan komposisinya akan bervariasi tergantung lingkungan atau kedalaman
dari penimbunan sampah tersebut berada (Izaty, 2018).
Beberapa penelitian telah mengkarakterisasi komposisi limbah padat, namun masih
banyak lagi yang harus dilakukan, seperti prosedur pengujian yang baku, komposisi sampah
yang bervariasi dan lainnya (Brás, dkk., 2017). Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang
dilakukan yang diterima secara umum sebelum menghasilkan komposisi standar dengan
nilai kalor RDF yang diakui oleh Kementerian ESDM (Yusgiantoro, 2006).

Gambar 1.Spesifikasi Teknis RDF

Untuk melihat seberapa besar potensi sampah yang dapat dijadikan bahan baku
RDF, komposisi sampah dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu sampah kategori organik dan
anorganik. Sampah organik terdiri dari kategori food waste, yard waste, & other organic.
Sedangkan sampah anorganik terdiri dari kategori bahan baku RDF (mixed paper &
newsprint, wood, tekstil, rubber dan plastic), sampah yang bisa didaur ulang (ferous dan
aluminium) dan sampah residu. Sampah residu adalah sampah yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi dan dibuang (other inorganic/non-combustibles)
Menurut Rania, dkk., persentase komposisi dari bahan baku penyusun RDF yang
terdiri dari komposisi sampah 15,35% kertas, 1% kayu, 2% kain, dan 2,35% karet/kulit serta
tambahan 8% sampah plastik, bahwa berdasarkan hasil uji laboratorium diperoleh
persentase kadar air = 4,68%, kadar abu = 11.64%, kadar volatile = 7,81%, dan fixed carbon =
75.87% dengan nilai kalor briket RDF sebesar 16.609,03 kJ/kg atau setara dengan 3973,45
kcal/kg (Rania, Lesmana, dan Maulana, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Sriwijaya, menjelaskan bahwa persentase komposisi
dari bahan baku penyusun RDF yang terdiri dari komposisi sampah 5% kertas, 2% kayu, 3%
kain, dan 1% karet/kulit serta tambahan 28% sampah plastik dengan hasil uji laboratorium
diperoleh persentase kadar air = 5,49%, kadar abu = 6,40%, kadar volatile = 33,06%, dan
fixed carbon = 77% dengan nilai kalor briket RDF sebesar 6,267 kJ/kg atau setara dengan
1497,849 kcal/kg (Sriwijaya, 2016).
Persentase komposisi dari tiap-tiap bahan baku penyusun RDF terdiri dari 15.35%
sampah kertas, 1% sampah kayu, 2% sampah kain, dan 2.35% sampah karet/kulit dengan
tambahan 8% sampah plastik. Berdasarkan hasil uji laboratorium diperoleh persentase
kadar air, kadar abu, kadar volatile dan fixed carbon sebagai berikut berturut-turut , 4.68%,
11.64%, 7.81%, dan 75.87% dan nilai kalor briket RDF sampah 4K1P adalah sebesar
16609.03 [kJ/kg] atau setara dengan 3973.45 [kcal/kg].(Mutiara, 2019)

 Analisa Data Dan Pembahasan


 Timbulan Sampah
Timbulan sampah tahunan di Kabupaten Barru sekitar 27.722.04 ton/tahun.

Gambar 2 Grafik Timbulan Kabupaten Barru


Tabel 1. Data Timbulan Kabupaten Barru

Timbulan Timbulan
Tahu Kabupaten/
Provinsi Sampah Sampah
n Kota
Harian(ton) Tahunan(ton)
2021 Sulawesi Selatan Kab. Barru 75,95 27.722,04
2020 Sulawesi Selatan Kab. Barru 73,97 26.998,76
2019 Sulawesi Selatan Kab. Barru 72,95 26.626,46
 Komposisi Sampah
Dalam penanganan sampah di Kabupaten Barru sekitar 13.220,92 ton/tahun. Dengan
komposisi sampah berdasarkan jenis sampah sebagai berikut.
Tabel 2. Komposisi sampah berdasarkan jenis sampah

Sisa Makanan (%) 57,00


Kayu-Ranting (%) 12,50
Kertas-Karton (%) 6,00
Plastik(%) 15,00
Logam(%) 2,50
Kain(%) 1,00
Karet- Kulit (%) 1,00
Kaca(%) 1,00
Lainnya(%) 4,00

Tabel 3. Komposisi Bahan Baku Penyusun RDF di Kabupaten Barru

Kertas 6%
Kayu 12,5%
Kain 1%
Karet/Kulit 1%
Plastik 15%

Gambar 3 Grafik Komposisi sampah berdasarkan jenis sampah

 Karakteristik Sampah
 Model Empiris Prediksi Energi dari Sampah
Variabel bebas di dalam modelisasi empiris nilai kalor sampah adalah elemen komposisi.
Berikut dapat dilihat analisa kandungan nilai kalor sampah dengan cara perhitungan
menggunakan beberapa model dengan komponen yang diketahui, yaitu berupa komponen
fisik dan analisa proksimat.
 Analisis Komposisi Fisik
 Model Khan dan Abu Gharah :
E = 23(F+3.6(PA)) + 160(PL) (5)
Dimana :
E = kandungan energi sampah [Btu/lb]
PL = persentase berat plastik
F = persentase berat sampah makanan
PA = persentase berat kertas
Sehingga diperoleh data berdasarkan tabel 1
Diketahui:
PL = 15%
F = 57%
PA = 6%
Maka nilai E= 23 (57%+3,6(15%))+160(15%)(5) = 149,97 Btu/lb
= 83,3724235 kcal/kg
= 348,83022 kj/kg
 Analisis Proximate
 Model Tchobanoglous
∑ AxB
Kandungan energi =
∑B
Dimana :
A = kandungan energi tiap komponen sampah [kcal/kg]
B = berat sampah [kg]
Tabel 4. Perbandingan nilai kalor komponen sampah
Tabel 5. Hasil analisis proximate sampah

 Analisis Kelayakan Proyek Pengolahan Sampah Menjadi Bahan Baku RDF


Penyusunan performa cashflow menggunakan asumsi dasar sebagaimana tertera pada
point berikut :
 Umur ekonomis proyek 10 tahun.
 Harga sampah dianggap nol dan perhitungan produksi RDF dalam penelitian ini
diasumsikan dilakukan diawal proses dan seterusnya sama yaitu 25 ton/hari atau
749 ton/bulan.
 Sumber pendapatan proyek adalah dari penjualan produk RDF ke pabrik semen
seharga Rp 225.000/ton dan public service fee seharga Rp 114.000/ton.
 Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap dan biaya
variabel diasumsikan dikeluarkan pada tahun ke-1, biaya operasional dan biaya
variabel mengalami kenaikan 10% per dua tahun.
 Pendanaan proyek bersumber dari 70% kredit bank dan 30% modal sendiri.
 Biaya tidak langsung investasi diasumsikan 5% dari biaya modal.
 Cadangan biaya investasi diasumsikan sebesar Rp 50.000.000
 Residu dari investasi 10%.
 Discount factor 14%
 Pajak pertambahan nilai 10%.
 Pajak penghasilan adalah sebesar 50% x 25% x PKP (pendapatan kena pajak).
Tabel 6 Proyeksi Cashflow
Tahun
No Uraian
0 1 10
A Arus masuk (Inflow)
1.Total Penjualan RDF 1.987.200.000
2.Tipping Fee 1.006.848.000
3. Kredit
a. Investasi -1.332.072.000
b.Model Kerja 191.805.600
4.Modal Sendiri
a.Investasi -570.888.000
b.Model Kerja 82.202.400
4.Nilai Sisa Proyek (Residu) 64.280.000
Total Arus Masuk -1.902.960.000 3.268.056.000 4.136.185.280

B Arus Keluar (Outflow) dst


1. Biaya Investasi -1.902.960.000
2.Biaya Variabel 1.365.072.000
3.Biaya tetap 869.913.000
4.Depresiasi 144.577.000
5.Angsuran Pokok 152.387.760
6.Angsuran Bunga 203.564.649
7. Pajak - 53.113.430
Total Arus Keluar -1.902.960.000 2.735.514.409 1.623.008.110

C Arus Bersih (NCF) -1.902.960.000 532.541.591 2.513.177.160


Discount Factor (14%) 10000 0,8772 0,269
Present Value -1.902.960.000 467.141.746 677.913.980
D CUMMULATIVE -1.902.960.000 -1.435.818.254 50999806

 Net Present Value (NPV)

NPV = Bi- Ci
= 16.101.355.137-15.616.622.862
= 508.998.065
dimana :
NPV = Net Present Value (Rp)
NB = Net Benefit = Benefit – Cost
Bi = Benefit yang telah didiskon
Ci = Cost yang telah didiskon
n = tahun ke-
i = diskon faktor (%)

 Internal Rate of Return (IRR)


Melalui perhitungan coba-coba (trial and error), diketahui i1 = 15% diperoleh NPV1 =
392.519.721dan i2 = 20% diperoleh NPV2 = (69.519.667).

IRR = 15% + 392.519.721/392.519.721– (-69.519.667) x (20% - 15%) 15% + 4,13% = 19,13%

dimana:
IRR = Internal Rate of Return (%)
iP = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif
iN = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
NPVP = NPV dari iP
NPVN = NPV dari iN

 Nett Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C = Bi /Ci


= Rp 16.101.355.137/ Rp 15.616.622.862
= 1,03
dimana:
BCR = Benefit Cost Ratio
Bk = Keuntungan (benefit) pada tahun k (Rp)
Ck = Biaya (cost) pada tahun k (Rp)
N = Periode proyek (tahun)
k = Tahun ke-

 Pay Back Periode (PBP)

PBP = 9 + (1.902.960.000 - 1.735.044.083) / 677.913.982 9 +0,25


= 9,25 tahun
dimana:
PBP = Pay Back Periode
Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP
Ii = Jumlah investasi yang telah didiskon
Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah didiskon sebelum PBP
Bp = Jumlah benefit pada PBP

 Analisis Switching Value


Analisis dilakukan pada perubahan harga input dan output yang terdiri dari empat
perubahan, yaitu:
 Penurunan harga output
 Kenaikan biaya total
 Kenaikan biaya investasi, dan
 Kenaikan biaya operasional
Diasumsikan faktor yang digunakan dalam analisis switching value tidak saling terkait
dengan faktor-faktor lain, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 7 Switching value proyek pengolahan sampah menjadi RDF

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kenaikan maksimal biaya variabel adalah
sebesar 6,47%, kenaikan maksimal biaya tetap sebesar 9,59%. Sedangkan penurunan maksimal
produk RDF adalah sebesar 4,32% dan penurunan public service fee sebesar 8,53%. Apabila kenaikan
atau penurunan salah satu faktor melebihi batas maksimalnya, maka proyek pengolahan sampah di
TPSA tidak layak untuk dijalankan.

You might also like