Professional Documents
Culture Documents
Analisis Potensi Pltsa-Rdf Dian Kusumawati-D022212004
Analisis Potensi Pltsa-Rdf Dian Kusumawati-D022212004
Untuk melihat seberapa besar potensi sampah yang dapat dijadikan bahan baku
RDF, komposisi sampah dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu sampah kategori organik dan
anorganik. Sampah organik terdiri dari kategori food waste, yard waste, & other organic.
Sedangkan sampah anorganik terdiri dari kategori bahan baku RDF (mixed paper &
newsprint, wood, tekstil, rubber dan plastic), sampah yang bisa didaur ulang (ferous dan
aluminium) dan sampah residu. Sampah residu adalah sampah yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi dan dibuang (other inorganic/non-combustibles)
Menurut Rania, dkk., persentase komposisi dari bahan baku penyusun RDF yang
terdiri dari komposisi sampah 15,35% kertas, 1% kayu, 2% kain, dan 2,35% karet/kulit serta
tambahan 8% sampah plastik, bahwa berdasarkan hasil uji laboratorium diperoleh
persentase kadar air = 4,68%, kadar abu = 11.64%, kadar volatile = 7,81%, dan fixed carbon =
75.87% dengan nilai kalor briket RDF sebesar 16.609,03 kJ/kg atau setara dengan 3973,45
kcal/kg (Rania, Lesmana, dan Maulana, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Sriwijaya, menjelaskan bahwa persentase komposisi
dari bahan baku penyusun RDF yang terdiri dari komposisi sampah 5% kertas, 2% kayu, 3%
kain, dan 1% karet/kulit serta tambahan 28% sampah plastik dengan hasil uji laboratorium
diperoleh persentase kadar air = 5,49%, kadar abu = 6,40%, kadar volatile = 33,06%, dan
fixed carbon = 77% dengan nilai kalor briket RDF sebesar 6,267 kJ/kg atau setara dengan
1497,849 kcal/kg (Sriwijaya, 2016).
Persentase komposisi dari tiap-tiap bahan baku penyusun RDF terdiri dari 15.35%
sampah kertas, 1% sampah kayu, 2% sampah kain, dan 2.35% sampah karet/kulit dengan
tambahan 8% sampah plastik. Berdasarkan hasil uji laboratorium diperoleh persentase
kadar air, kadar abu, kadar volatile dan fixed carbon sebagai berikut berturut-turut , 4.68%,
11.64%, 7.81%, dan 75.87% dan nilai kalor briket RDF sampah 4K1P adalah sebesar
16609.03 [kJ/kg] atau setara dengan 3973.45 [kcal/kg].(Mutiara, 2019)
Timbulan Timbulan
Tahu Kabupaten/
Provinsi Sampah Sampah
n Kota
Harian(ton) Tahunan(ton)
2021 Sulawesi Selatan Kab. Barru 75,95 27.722,04
2020 Sulawesi Selatan Kab. Barru 73,97 26.998,76
2019 Sulawesi Selatan Kab. Barru 72,95 26.626,46
Komposisi Sampah
Dalam penanganan sampah di Kabupaten Barru sekitar 13.220,92 ton/tahun. Dengan
komposisi sampah berdasarkan jenis sampah sebagai berikut.
Tabel 2. Komposisi sampah berdasarkan jenis sampah
Kertas 6%
Kayu 12,5%
Kain 1%
Karet/Kulit 1%
Plastik 15%
Karakteristik Sampah
Model Empiris Prediksi Energi dari Sampah
Variabel bebas di dalam modelisasi empiris nilai kalor sampah adalah elemen komposisi.
Berikut dapat dilihat analisa kandungan nilai kalor sampah dengan cara perhitungan
menggunakan beberapa model dengan komponen yang diketahui, yaitu berupa komponen
fisik dan analisa proksimat.
Analisis Komposisi Fisik
Model Khan dan Abu Gharah :
E = 23(F+3.6(PA)) + 160(PL) (5)
Dimana :
E = kandungan energi sampah [Btu/lb]
PL = persentase berat plastik
F = persentase berat sampah makanan
PA = persentase berat kertas
Sehingga diperoleh data berdasarkan tabel 1
Diketahui:
PL = 15%
F = 57%
PA = 6%
Maka nilai E= 23 (57%+3,6(15%))+160(15%)(5) = 149,97 Btu/lb
= 83,3724235 kcal/kg
= 348,83022 kj/kg
Analisis Proximate
Model Tchobanoglous
∑ AxB
Kandungan energi =
∑B
Dimana :
A = kandungan energi tiap komponen sampah [kcal/kg]
B = berat sampah [kg]
Tabel 4. Perbandingan nilai kalor komponen sampah
Tabel 5. Hasil analisis proximate sampah
NPV = Bi- Ci
= 16.101.355.137-15.616.622.862
= 508.998.065
dimana :
NPV = Net Present Value (Rp)
NB = Net Benefit = Benefit – Cost
Bi = Benefit yang telah didiskon
Ci = Cost yang telah didiskon
n = tahun ke-
i = diskon faktor (%)
dimana:
IRR = Internal Rate of Return (%)
iP = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif
iN = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
NPVP = NPV dari iP
NPVN = NPV dari iN
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kenaikan maksimal biaya variabel adalah
sebesar 6,47%, kenaikan maksimal biaya tetap sebesar 9,59%. Sedangkan penurunan maksimal
produk RDF adalah sebesar 4,32% dan penurunan public service fee sebesar 8,53%. Apabila kenaikan
atau penurunan salah satu faktor melebihi batas maksimalnya, maka proyek pengolahan sampah di
TPSA tidak layak untuk dijalankan.