You are on page 1of 107
ANALISIS RESPON BEBAN ANGIN PADA BANGUNAN BETON TINGKAT TINGGI YANG MENGGUNAKAN SISTEM OUTRIGGER TRUSS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat dalam menempuh Collogium Doctum/Ujian Sarjana (Insinyur) Teknik Sipit VERIK ANGERIK 04 0404 053 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 York angork : Analisis Rospon Boban Angin Pada Bangunan Boton Tingkat Tingg! Yang Monggunakan Sistom Outrigger Truss, 2008. USU Repository © 2008 ABSTRAK Bangunan tingkat tinggi merupakan suatu bukti dari perkembangan dan kemajuan dari suatu negara. Inovasi di dalam dunia teknik sipil terus mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan kebutuhan dan perkembangan zaman. Sistem struktur pada bangunan tingkat tinggi juga mengalami kemajuan dan semakin beragam pula penggunaannya, dengan tujuan untuk dapat menahan beban yang bekerja secara lateral yaitu beban angin dan beban gempa yang dianggap sangat berbahaya bagi keamanan dan kestabilan suatu struktur. Beban angin merupakan suatu fluida yang sifatnya dinamis serta mengalami kenaikan kecepatan dan tekanan seiring dengan pertambahan ketinggian, schingga dianggap berbahaya bagi suatu struktur yang bertingkat tinggi. Salah satu sistem struktural yang cukup efektif digunakan untuk menahan beban lateral pada bangunan tingkat tinggi adalah sistem outrigger truss. Sistem struktural yang masih kurang dikenal di Indonesia ini merupakan sejenis bracing (pengekang) yang dalam aplikasinya tidak direncanakan di semua lantai pada bangunan tingkat tinggi. Ourigger dipasang dengan cara menghubungkan core wall dari suatu bangunan dengan kolom terluar pada suatu bangunan bertingkat tinggi dengan tujuan untuk menambah kekakuan dan kekuatan suatu struktur.Penggunaan owirigger ini dapat dipasang pada beberapa lantai (double) ataupun hanya satu lantai saja (single) sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan ketinggian gedung. Outrigger yang prinsip kerjanya mengakukan suatu lantai pada bangunan tingkat tinggi ini, dapat direncanakan dengan profil baja yang dipasang diagonal ataupun berupa dinding beton. Salah satu manfaat utama dari pemasangan ow/rigger ini adalah mampu mereduksi displacement dan bahaya dari inter-storey drift yang ditimbulkan akibat beban lateral yang bekerja pada bangunan tersebut. Hasil perhitungan dan analitis telah membuktikan bahwa penggunaan outrigger dapat mengurangi displacement serta infer-storey drift dibandingkan dengan bangunan yang tidak menggunakannya.Lokasi optimum dari pemasangan outrigger ini juga dapat ditentukan melalui perhitungan analitis jika dipasang single ataupun dapat melalui perkiraan yaitu pada sekitar pertengahan ketinggian bangunan. Selain itu, parameter yang dapat digunakan untuk menentukan Jokasi optimum pemasangan single outrigger ini adalah parameter defleksi lateral. erik angerk : Analisis Respon Beban Angn Pada Sangunan Beton Tingkal Tings) Vang Menggunakan Sistem Outrigger Truss, 2008. USU Repository © 2008 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat rahmat dan karunia-Nya, akhimya penyusunan Tugas Akhir ini dapat saya selesaikan dengan baik, Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, motivasi dan bantuan semua pihak. Untuk itu m: alui tulisan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima ih yang tulus kepada : 1. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT. dan Bapak Ir. Robert Panjaitan selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan dukungan dalam penyclesaian Tugas Akhir ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. 4, Bapak dosen pembanding yaitu Bapak Ir. Nurjulisman, Bapak Ir. Mawardi S. , Bapak M. Aswin, ST, MT. atas bimbingan, saran, kritik dan penilaian yang diberikan pada Tugas Akhir ini. 5. Bapak / Ibu Staff pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara yang selama ini ikhlas dan sabar dalam mencurahkan ilmunya kepada seluruh anak didiknya termasuk penulis. 6. Scluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, 7. Papa dan Mama, terima kasih karena telah memberikan kasih s: ig, dukungan dan semangat yang luar biasa untuk menyelesaikan semua tugas, mata kuliah, dan juga makanan untuk Jembur selama empat tahun ini, Thank you so much, T love you, dad and mom! 8. Buat ciciku tercinta Veda dan iparku tersayang Mas Dion Hambali, terima kasih buat dukungan dan doanya, juga untuk saran serta tips untuk arir, Untuk pasangan pengantin baru ini, saya ucapkan selamat berbulan madu dan cepat punya 10. 1 momongan biar saya segera mempunyai keponakan, Juga adikku tercinta Verin, You're all so precious for me! © Ku dan Siau Ku yang memberi dukungan. Teman-teman dan keluarga besar dari “MY Home” yang luar biasa, Nyak Fena dan ‘Mr. Maxi yang akan married tahun ini, Charles, Wawan dan Cece yang sudah mau ke Palembang, Steffi, Franky, Lia, Ema, Reffy, Sherly, Andreas, Wendy, Liana, Marni, Hasan, Maik, Herlinda, Delfin, Dessy, Richard, Vritz, Budi, Susan, Darwin, AA, Winston, Ci Mega, Ko Maximilian, Dedy, Cindy T, Vecilia yang lagi di KL. Terima kasih buat dukungan kalian yang luar biasa. Doa-doa yang kalian tabur tidak akan sia-sia. Be excellent and keep reaching out for the lost! Anak-anak yang di Jakarta, Cindy, Ronny dan Heppy yang luar biasa dan senantiasa mendukung dan mendoakan dari pulau seberang. Love you guys!!! Juga Eka dan Ko Wang-Wang yang sudah meniti karir di ibukota tanab air (sukses ya!). Herry yang lagi gencar-gencamya di Bali, Sammuel Steven yang lagi masa pemulihan di New York, get well soon my lil bro! Pipi my doggy, Titi my kitty dan Jojo my greeny pet yang selalu menemani waktu mengerjakan Tugas Akhir ini, . Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara yang kompak, norak dan gokil abis, Erwin, Robert (seperjuangan TA), Marlon, Samuella, Nuel, Eric, Ory, SPICE (Siska, Indah, Muti, Agus, Grace), Fantastic Five Irigasi (Icha, Sheila, Rizky, Mario), Trio KP (Acha dan Dian), Ko Andy *02, Fira, Freddy, Citra, Andy, Dessy, Rio dan yang stambuk 04 lainnya tanpa saya sebutkan namanya satu per satu yang telih memberikan masukan, semangat dan motivasi yang positif buat saya, Penulis menyadari manusia tidak luput dari kesilapan dan kesalahan, demikian juga penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini sehingga Tugas Akhir ini masih memiliki kesalahan dan kekurangan walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, Oleh Karena itu dengan tangan terbuka dan hati yang tulus penulis akan menerima saran dan kritik yang positif demi kesempurnaan Tugas Akhir ini, Harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khusunya yang bergerak dalam bidang Teknik Sipil. Medan, Februari 2009 Penulis DAFTAR ISI ABSTRAK i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL .. x DAFTAR NOTASI .. xi BABI PENDAHULUAN 1-1 Ld Latar Belakang ............. m 1-1 12 Perumusan Masalah * 423 13. Tujuan Penelitian 1-4 14 Pembatasan Masalah 1.5 Metodologi Penelitian BABII TEORI DASAR W-1 2.1 Bangunan Tingkat Tinggi eI 2.4.1, Sejarah dan Perkembangan ... W-1 2.1.2. Klasifikasi Bangunan Tingkat Tinggi u-3 2.2 Sistem Outrigger Truss 2.2.1. Umum .. 2.2.2. Karakterisitik Outrigger Truss 2.2.3. Aplikasi I-12 2.2.4, Keuntungan Pemakaian Outrigger Ttss ooo H- 13 . Permasalahan oT 14 2.2.6. COMOh seasentennee 1-16 23 Aksi dan Penyebaran Gaya pada Bangunan Tingkat Tinggi 1-19 BAB IIL BABIV RESPON BEBAN ANGIN PADA BANGUNAN TINGKAT TINGGI .. M1 3.1 Beban Angin m-1 3.1.1. Kecepatan Angin Mm-1 3.1.2. Beban Angin dalam Peraturan . M-2 3.1.3. Arah Angin m-4 3.1.4. Turbulensi i m-4 3.2 Perhitungan Beban Angin pada Bangunan Tingka W-4 3.3 Perhitungan pada Bangunan Tingkat Tinggi M-8 3.3.1. Kekakuan I-8 3.3.2. Displacement... I-8 3.4 Lokasi Optimum Penempatan Outrigger Truss pada Bangunan Tingkat Tinggi. .. I-16 ANALISIS DAN PERHITUNGAN Iv-l 4.1 Data Bangunan Tingkat Tinggi IvV-1 42 Perhitungan Beban Angin 43° Kekakuan 44 Displacement .. IV-8 4.4.1. Displacement Model Struktur I. Iv-10 44.2. Displacement Model Struktur TI _IV-1 44.3, Displacement Model Struktur TIT Iv-13 444. Displacement Model Struktur 1V IV-14 4.4.5. Displacement Model Struktur V i IV -16 4.4.6. Pendataan . IV-17 45 Inter-storey Drift .. .1V-30 BAB V 4.6 Menentukan Lokasi Optimum Penempatan Single Outrigger Iv-43 4.6.1, Defleksi Lateral Iv-43 46.2. Lokasi Optimum Single Outrigger Iv-47 KESIMPULAN DAN SARAN v-1 5.1 Kesimpulan v-1 vV-2 52 Saran DAFTAR PUSTAKA Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar IL.1 Gambar 11.2 Gambar II.3 Gambar I.4 Gambar IIL.1 Gambar III.2 Gambar III.3 Gamibar IIL.4 (a) Gambar IIL.4 (b) Gambar ILS Gambar IIL.6 Gambar IV.1 Gambar IV.2 Gambar IV.3 Gambar IV.4 Gambar IV.5 Gambar IV.6 Gambar IV.7 Gambar IV. Gambar 1V.9 DAFTAR GAMBAR Sistem Outrigger Truss pada Bangunan Tingkat Tinggi (Tampa mping) Sistem Outrigger Truss pada Bangunan Tingkat Tinggi (Tampak Atas) Model Bangunan 40 Lantai Klasifikasi Sistem Struktur Bangunan Tingkat Tinggi (CTBUH, Group SC, 1980) Bangunan Tingkat Tinggi dengan Sistem Outrigger Truss Bangunan Tingkat Tinggi dengan Sistem Outrigger Truss yang Konvensional ‘Transfer Gaya dalam Sistem Outrigger Truss yang Konvensional Karakteristik Kecepatan Angin Kecepatan Maksimum Angin Grafik Beban Angin Berdasarkan Ketinggian Bangunan Displacement Satu Arah Double Flexure Aliran Turbulen Pemodelan dalam Penempatan Outrigger Bangunan 40 Lantai Grafik Beban Angin Berdasarkan Ketinggian Bangunan Distribusi Beban Angin Core Wall Distribusi Beban Angin pada Model T Distribusi Beba Angin pada Model IT Distribusi Beban Angin pada Model III Distribusi Beban Angin pada Model IV Distribusi Beban Angin pada Model V Gambar 1V.10 Gambar IV.11 Gambar IV.12 Gambar IV.13 Gambar IV.14 Gambar IV.15 Gambar IV.16 Gambar 1V.17 Gambar IV.18 Gambar IV.19 Gambar IV.20 Gambar IV.21 Gambar IV.22 Gambar IV.23 Grafik Hasil Displacement pada Model | Grafik Hasil Displacement pada Model IL Grafik Hasil Displacement pada Model IIL Grafik Hasil Displacement pada Model IV Grafik Hasil Displacement pada Model V Grafik Perbandingan Hasil Displacement Grafik Hasil Inter-storey Drift pada Model 1 Grafik Hasil Inter-storey Drift pada Model IL Grafik Hasil Inter-storey Drift pada Model IL Grafik Hasil Inter-storey Drift pada Model IV Grafik Hasil Inter-storey Drift pada Model V Grafik Perbandingan Hasil Inter-storey Drift Grafik Defleksi Terhadap Lantai Bangunan Grafik Lokasi Optimum Penempatan Single Outrigger Tabel IV.1 Tabel LV.2 Tabel LV.3 Tabel 1V.4 Tabel LV.5 Tabel 1V.6 Tabel 1V.7 Tabel 1V.8 Tabel 1V.9 Tabel LV.10 Tabel LV.11 Tabel 1V.12 Tabel TV.13 Tabel IV. 14 Tabel IV.15 DAFTAR TABEL Perhitungan Hasil Displacement pada Model I Perhitungan Hasil Displacement pada Model Il Perhitungan Hasil Displacement pada Model IIL Perhitungan Hasil Displacement pada Model IV Perhitungan Hasil Displacement pada Model V Displacement pada Puncak Bangunan Pers ase Pengurangan Displacement Perhitungan Hasil Inter-storey Drift pada Model 1 Perhitungan Hasil Inter-siorey Drift pada Model IL Perhitungan Hasil Jnter-storey Drift pada Model IIL Perhitungan Hasil Jnter-storey Drift pada Model IV Perhitungan Hasil Inter-storey Drift pada Model V Inter-storey Drift Maksimwum Persentase Pengurangan Inter-storey Drift Hasil Pethitungan Defleksi Lateral Ec b h An GA ISD % ISD DAFTAR NOTASI Besar Beban Angin Nilai Kekakuan Luasan Penampang Modulus Elastisitas dari Core Jarak Antar Kolom Tinggi Bangunan Momen Inersia dari Core Wall Lebar Core ‘Tinggi Core Displacemem pada Model n Persentase Pengurangan Displacement Nilai Momen Hasil Pethitungan Inter-storey Drift Persentase Pengurangan Inter-storey Drift Ketinggian Pemasangan Outrigger Diukur dari Puneak Bangunan Ketinggian Pemasangan Outrigger Diukur dari Tanah Rotasi dari Kantilever Akibat Beban Angin Secara Lateral Saat Z = L Rotasi dari Kantilever Akibat Kekakuan Rotasi Final dari Kantilever Saat Z= L BABI PENDAHULUAN Ll. Latar Belakang Tnovasi dalam perencanaan struktur terus menerus dikembangkan dalam mendesain bangunan tingkat tinggi dengan tujuan dapat menahan beban gempa dan tekanan angin. Pembangunan gedung bertingkat tinggi dapat dilakukan jika teknik-teknik perencanaan pembangunan yang digunakan dapat memaksimalkan kapasitas dari bahan-bahan struktur tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak sistem design dan metode perencanaan yang terus dikembangkan dalam dunia teknik sipil dan dapat digunakan untuk merencana an bangunan tingkat tinggi; salah satunya adalah penerapan dan penggunaan sistem outrigger truss pada bangunan tingkat tinggi. Sistem outrigger truss biasanya digunakan sebagai salah satu sistem struktural yang efektif untuk mengontrol beban yang bekerja secara lateral. Ketika beban lateral yang tergolong kecil maupun menengah bekerja pada suatu struktur, baik beban angin ataupun gempa yang menimbukan respons pada bangunan, maka kerusakan struktur secara struktural maupun non-struktural dapat dihindari, Sistem ourrigger ini dapat dan umumnya digunakan pada bangunan bertingkat tinggi yang juga terletak pada daerah yang merupal zona gempa ataupun yang beban anginnya cukup berdampak pada bangunan. Sistem owirigger truss merupakan salah satu. sistem penahan beban lateral yang umumnya direncanakan dengan profil baja dan dipasang secara diagonal (juga dapat berupa struktur dinding beton ataupun struktur komposit). Kolom bagian terluar dari bangunan tingkat tinggi terhubung dengan core wall yang terdapat di bagian tengah bangunan dengan batang-batang ourrigger truss yang bersilat sangat kaku pada satu tingkat atau lebih (Gambar 1.1). Ketika beban lateral bekerja pada bangunan, penekukan pada core wall memutar batang- batang outrigger yang kaku yang juga terhubung dengan core wall serta mempengaruhi tarik dan tekan pada kolom. Shear wall or braced frame core Outrigger truss connected directly Column to core Gambar 1.1 — Sistem Outrigger Truss pada Bangunan Tingkat Tinggi (Tampak Samping) Outrigger Truss Shear Wall (Core Wall) Column Gambar I.2 - Sistem Outrigger Truss pada Bangunan Tingkat Tinggi (Tampak Atas) Outrigger truss yang digunakan pada bangunan tingkat tinggi tidak dipasang p: setiap lantai, Pemasangan ourigger truss disesuaikan dengan kebutuhan dan perencanaan dari bangunan tersebut. Umumnya, outrigger truss dapat dipasang hanya pada satu lantai saja ataupun lebih pada bangunan, 12. Perumusan Masalah Dalam tugas akhir ini akan dibahas penggunaan sistem outrigger truss yang akan itempatkan di beberapa lantai pada bangunan beton setinggi 40 lantai, dan pengaruh respon yang ditimbulkan oleh beban angin terhadap bangunan tingkat tinggi yang _menggunakan outrigger dan yang tidak menggunakan outrigger. Perencanaan beban angin akan diperhitungkan secara analitis. Dengan program perhitungan EXCEL, lokasi penempatan ourrigger truss yang optimum dan displacement secara lateral serta inter-storey drift dapat diperoleh. 13. 14. Tujuan Penelitian Dari tugas akhir ini penulis ingin mendapatkan beberapa tujuan akhir, diantaranya: Membandingkan penggunaan outrigger truss pada bangunan tingkat tinggi dengan bangunan tingkat tinggi yang tidak menggunakannya; dengan menunjukkan displacement secara lateral akibat dari beban angin. Menunjukkan hasil dari inter-storey drift yang merupakan hasil dari selisih displacement tiap lantai, Menentukan Jokasi optimum penempatan outrigger truss pada bangunan tingkat tinggi, Pembatasan Masalah Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada : Bangunan yang dianalisis adalah bangunan 40 lantai. Bangunan memiliki core wail 5 m x 5 m dengan ketebalan 50 em yang mempunyai ruang 5 m di kedua sisi (Gambar 1.3). Bangunan tingkat tinggi yang dianalisis adalah bangunan dari beton, tetapi dianalisis dalam bentuk portal dua dimensi. Outrigger truss yang digunakan adalah dari baja, tetapi dianalisis dalam bentuk portal dua dimensi. . Outrigger yang akan dimodelkan dalam lima bentuk permodelan berupa single truss yang artinya hanya satu lantai pada bangunan yang akan dipasang owrigger. Tinggi setiap lantai adalah 3.5 m yang menjadikan tinggi bangunan secara keseluruhan menjadi 140 m. Perencanaan beban menggunakan peraturan ACI 318 ~ 08, dalam hal ini hanya beban angin saja. Bangunan diasumsi sebagai bangunan kelas B berukuran 15 m x 15 m yang berada di tengah kota dengan masa waktu penggunaan 50 tahun, Karena peninjauan menggunakan beban angin akan menggui an parameter yang sangat banyak, maka analisis akan dibatasi hanya dari 5 model bangunan dengan dimensi yang tetap yaitu dari segi ketinggian per lantai yang tetap, bentang lebar yang tetap, jumlah lantai sebanyak 40 (tidak dibandingkan dengan bangunan yang lebih tinggi atau yang lebih rendah dari 40 lantai) dan single truss. 40 @ 3.50 m= 140 5m 5m 5m Gambar 1.3 ~ Model Bangunan 40 Lantai Ls. Adapun tahapan penge! N Metodologi Penelitian ‘Metode pengerjaan dan pembahasan tugas akhir ini adalah secara teoritis dan analitis. innya antara lain: Pengenalan dan pembahasan teoritis mengenai bangunan tingkat tinggi dan sistem outrigger truss. Pembahasan teori mengenai tata cara menganalisis struktur dengan metode perhitungan, Pembahasan respon pada bangunan tingkat tinggi yang ditimbulkan oleh beban lateral seperti beban angin. Analisis dan perhitungan struktur terhadap respon dari beban angin. Membandingkan hasil displacement dari bangunan yang menggunakan outrigger muss dan yang tidak menggunakannya. Membandingkan hasil inter-storey drift akibat displacement dari bangunan yang menggunakan outrigger truss dan yang tidak menggunakannya. Menunjukkan lokasi optimum dari penempatan outrigger truss pada bangunan 40 lantai. Menyimpulkan dan menyarankan hasil dari analisis. BABII TEORI DASAR ILI, Bangunan Tingkat Tinggi ILL.1. Sejarah dan Perkembangan Walaupun bangunan tingkat tinggi umumnya dianggap sebagai produk dari dunia internasioanal ataupun negara industri yang maju dan modern, ternyata keinginan manusia untuk membangun jalan menuju ke langit hampir seusia dengan peradaban manusia, Piramid kuno di Mesir, kuil Mayan di Tikal, Guatemala dan Kutab Minar di India adalah beberapa contoh yang nyata dan menjadi saksi dari keinginan tersebut. Gedung pencakar langit dalam pemikiran modern mulai bermunculan sekitar satu abad yang lalu. Itupun setelah berakhimnya Perang Dunia II yang menyebabkan arus urbanisasi yang deras serta perkembangan populasi yang mendesak kebutuhan akan pembangunan gedung tingkat tinggi. Perkembangan dari bangunan tingkat tinggi mengikuti alur dari kemajuan dan perkembangan kota, Urbanisasi, yang dimulai seiring dengan gencarnya industrialisasi, masih terus berjalan di berbagai tempat di dunia hingga saat ini, Di Amerika Serikat, proses ini bermula dari abad ke ~ 19. Masyarakat mulai berpindah dari jalur rural (desa) menuju urban (kota) yang memicu dan memaksa kota untuk meningkatkan daya tampungnya. Teknologi pembangunan menanggapi hal ini dengan serius; sehingga pada masa ini baja ringan, eskalator dan lift serta suplai energi listrik juga mulai dikenal dengan dimulainya daya tampung kota secara vertikal Dampak dominan dari bangunan tingkat tinggi terhadap tata kota telah mengundang banyak Kontroversi antara gedung kota dengan bangunan kuno yang bersejarah. Bentuk- bentuk dari bangunan tingkat tinggi telah mengubah dan membentuk garis-garis langit pada banyak kota di berbagai negara, Namun demikian, semuanya dibangun dan diciptakan dengan tujuan menyerukan karakteristik dan pernyataan simbol dari kemakmuran dan kemajuan suatu negara serta perwakilan dari ambisi perekonomian masyarakatnya Sistem struktural untuk bangunan tingkat tinggi telah mengalami evolusi yang dramatis dari beberapa dekade yang lalu hingga pada tahun 1990-an, Perkembangan dan kemajuan dalam bentuk sistem struktural ini telah menjadi sebuah respon kegerakan menuju trend sitektural yang terus berkembang dalam perencanaan gedung tingkat tinggi. Pada tahun 1980-an, mulai dikenal bangunan tingkat tinggi dengan gaya internasional dan design- design modern, Gedung-gedung tinggi berbentuk prisma, bergeometri vertikal dan gedung tinggi beratap rata mulai bermunculan dan menjamur di kota-Kota besar serta menjadi umum dan dikenal masyarakat. Zaman dan teknologi dunia pembangunan terus berkembang schingga mengakibatkan gedung-gedung tinggi semakin beragam bentuknya dengan tampilan dan design yang semakin luar biasa pula, Hal ini mendongkrak kemajuan dari perkembangan bangunan tingkat tinggi yang telah menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari (sebagai apartemen, hotel, perkantoran, sekolah, rumah sakit, gedung serba guna maupun pusat perbelanjaan); serta meningkatkan perkembangan estetika dunia arsitektural yang berpengaruh pada tata kota, Sistem struktural yang inovatif seperti megaframe, interior super diagonal braced frame, hybrid steel, core dan sistem outrigger telah menjadi perwakilan dari sebuah perkembangan sistem struktural pada bangunan tingkat tinggi. 11.1.2. Klasifikasi Bangunan Tingkat Tinggi Bangunan tingkat tinggi didefinisikan sebagai bangunan yang ketinggiannya menciptakan berbagai kondisi pada design, pembangunan dan penggunaannya lebih maksimal daripada bangunan biasa pada waktu dan tempat tertentu. Para insinyur teknik sipil Khususnya ahli struktur harusnya mengetahui dan menyadari pentingnya suatu sistem dari struktur dapat menahan beban yang bekerja secara lateral, apalagi telah dikategorikan jenis dari sistem struktural bangunan tingkat tinggi da tahun 1965, Fazlur Khan menyadari bahwa hirarki dari sistem struktur ini dapat dikategorikan dengan tujuan dapat menjadi pendekatan yang efektif untuk penahanan beban lateral (Gambar 11.1). Tipe yang pertama merupakan sistem penahan momen yang n untuk gedung bertingkat 20 hingga 30 lantai, Tipe berikutnya merupakan generasi dari sistem tubular dengan efisiensi dari kantilever yang tinggi. Tampilan bagan dari sistem ini terus dimodernisasi secara periodik dalam jangka waktu tertentu apabila ada sistem baru yang ditemukan dan dikembangkan dalam perencanaan bangunan tingkat tinggi. Proses pengklasifikasian bangunan tingkat tinggi ini didasarkan pada kriteria teknik dan sistem yang keduanya menjelaskan aspek fisis dan aspek design dari bangunan tersebut, seperti berikut: - Material © Baja * Beton © Komposit Sistem penahan beban gravitasi © Floor Framing (balok, slab) * Kolom © Truss © Pondasi - Sistem penahan beban lateral © Dinding © Frame © Truss © Diaphragm - Tipe beban lateral © Angin © Seismik Kekuatan dan kebutuhan kenyamanan e Drift © Acceleration © Dwiility BIL AA7AYNODNIC HOHELE| =anLaawwas asaNne| SN Osha wonusLxa| ‘$300. 3 AW TOC N BAY TaN 49 C15 (SE0ny. uvake NOW 4 ann aa Aves TAR Ww oval me TE ES exSsnuL wee uno cwonva wars werzan| ‘SSL UV HS ALM SAVES! dV¥ 1 ¥71.1NEN WH SAS LANS INdN Wd SASLANS W1FYVOLIND SASLANS n m 5 a Tn S in be 2 n awed aieny| aus C190e-1N35| Ss / 3, maka persamaan M, dapat ditulis: - (i) # (17) Berdasarkan nilai Mzpada persamaan (IIL 1), maka persamaan (IIT.17) dapat juga ditulis: Mz = 1.32 Mz uiL18) Displacement As pada saat Z = % L dapat diperoleh dari persamaan: _ wit MAL (6 34) "BEL 4EL 8 Dan nilai Asdapat diperoleh dengan persamaan: Be fwie a= (“F-124m,) am Pada model struktur yang keempat, outrigger dipasang pada lantai 20 pada bangunan 40 lantai yaitu pada posisi x = 0.5 L atau Z = 0.5 L. Perputaran akibat beban merata W pada Z=%L sama dengan 7 WL’ / 48 E /, schingga persamaan perputaran (ILL.8) akan menjadi: TWh 48 E a Ma Ky (aL20) ‘M, dan K, mewakili momen dan kekakuan pada model struktur yang keempat yaitu pada saat ourrigger ditempatkan pada pertengahan ketinggian gedung (lantai 20) atau x = Z = ¥@ L. Nilai kekakuan Ky= 2 K>, maka persamaan M, (II1.20) dapat diuraikan menjadi: wi w= (die) Berdasarkan nilai Mzpada persamaan (11.1 1), maka persamaan (II1.21) dapat juga ditulis: (L21) SIN M, = 1.75 Mp mmi22) Dan displacement Ay pada saat Z = L dapat diperoleh dari persamaan: Akan menjadi: (1L23) Pada model struktur yang terakhir dalam permodelan struktur 40 lantai ini, outrigger dipasang pada lantai 10 pada bangunan 40 lantai yaitu pada posisi x = 0.75 L atau 2 0.25 L. Perputaran akibat beban luar merata W pada Z = 4 L dideferensialkan dan sama dengan W 1° / 6 £1(37/64), sehingga persamaan perputaran (IIL8) akan menjadi: wi} (37 Ms L Ms cu en acs (mL.24) 6EI 4ET Ks Ms dan Ks mewakili persamaan momen dan kekakuan pada model struktur yang kelima yaitu pemasangan outrigger pada lantai 10 dari bangunan 40 lantai yaitu pada x = % L atau Z = 14 L. Nilai Kekakuan dari Ks = 4 Ko, maka persamaan Ms (IIL.24) dapat diuraikan dan setelah diperhitungkan serta disubstitusi dengan nilai M> (IIL.11) akan menjadi: Ms = 2.3 M, (L25) Dan displacement As pada saat x= 4 L atau Z= % L dapat diperoleh dari persamaan: mot Akan menjadi (L26) IIL4. Lokasi Optimum Penempatan Single Outrigger pada Bangunan Tingkat Tinggi Pada ilustrasi dan permodelan struktur bangunan 40 lantai sebelumnya diketahui bahwa mengikat kolom terluar dengan core merupakan fungsi dari dua buah karakteristik, yaitu kekakuan yang diakibatkan oleh outrigger dan perputaran sudut yang terjadi akibat Jokasi penempatan outrigger terhadap beban luar yang merata (angin). Kekakuan dari outrigger akan mencapai nilai minimum ketika ditempatkan pada Jantai teratas, yakni pada lantai 40, Dan nilai kekakuan akan maksimum ketika ditempatkan pada lanta yang lebih bawah, dalam permodelan ini adalah lantai 10. Sedangkan rotasi perputaran terjadi akibat dari beban angin yang bervariasi nilainya secara parabolik, dari yang memiliki nilai maksimum di atas hingga mencapai nilai nol di bawah. Dengan demikian, dari sudut pandang kekakuan dan juga pertimbangan perputaran yang terjadi, lokasi outrigger dapat ditentukan. Dan sangat jelas bahwa lokasi optimum dari penempatan outrigger truss adalah di sekitar bagian tengah dari ketinggian bangunan. Dengan asumsi outrigger yang digunakan adalah sangat kaku, maka lokasi optimum dari penempatan outrigger dapat diperoleh dengan perhitungan kalkulus. Langkah pertama adalah menggunakan persamaan untuk perputaran pada x, yang merupakan lokasi penempatan outrigger diukur dari puncak bangunan, w me - B)- = 27) ddimana: W = besar beban angin M, — =momen pada x K, =kekakuan outrigger pada x yang senilai dengan rh L = tinggi bangunan E = modulus elastisitas dati core I momen inersia dari core A =luas dari kolom yang mengikat outrigger x= Tokasi dari ow/rigger yang diukur dari lantai teratas jarak dari kolom ke kolom Kemudian, nilai defleksi pada puncak bangunan dapat diperoleh dari nilai M, dengan persamaan: Mx(L—x)(L4+x) 261 Yu (HL28) Lokasi optimum dari penempatan outrigger adalah lokasi dimana defleksi ¥y bemilai maksimum. Didapatkan da mendiferen: a persamaan (III.28) terhadap x dan hasilnya adalah nol. d@ | w(x8- Gx Fr rece | 0 (1.29) 12(EN? (F543) Sehingga diperoleh: 4x34 3x°7L- B=0 (1130) BABIV ANALISIS DAN PERHITUNGAN IV.1. Data Bangunan Tingkat Tinggi Bangunan yang akan dianalisis adalah bangunan 40 lantai (Gambar TV.1) dengan perincian data sebagai berikut: 40 @ 3.50 1n- 140 ir 5m 5m 5m Gambar IV.1 — Bangunan 40 Lantai Ketinggian (dari jalan hingga atap) : 140 m Jumlah lantai 40 lantai Bangunan Beton Live load pada lantai 2.5 kPa (50 ps!) Kecepatan angin - 33.5 m/s (75 mph) - 50 tahun Defleksi lateral maksimum 1/500 Balok - Beton ~ Ukuran (50 x 50) em Kolom - Beton ~- Ukuran (50 x 50) cm ~ Jarak antar kolom 5 m ~ 84 MPa (12000 psi) Core - Dinding beton dengan ketebalan 50 em ~ Ukuran (5 x 5)m ~ 84 MPa (12000 psi) Outrigger - Profil baja - Dipasang sesuai dengan permodelan IV.2. Perhitungan Beban Angin Kode bangunan untuk bangunan tinggi segi empat dengan kecepatan angin 75 mph berikut: (33,5 ns) telah di ada (Gambar IV.2) s mbarkan dalam bentuk graf 500 34 2 ae 400 33 =u as uw & 300 32 eg 58 mm” 200 30 a 100 2B 60 24 40 21 y 25 a4 0 10 20 30 40 WIND LOAD ON WALL (psf) Gambar IV.2~ Grafik Beban Angin Berdasarkan Ketinggian Bangunan Bangunan tingkat tinggi yang dianalisis mempunyai ketinggian 140 m dan jika dikonversi ke satuan ft (1 fi = 0.3048 m), maka ketinggian bangunan akan menjadi 460 ft. antai adalah Ketinggian dari m dan dikonversi akan menjadi 11.5 ft, serta bentang Jebar bangunan sebesar 15 m dikonversi ke satuan ft akan menjadi 49.213 ft. Berdasarkan grafik beban angin (Gambar TV.2), maka beban angin yang bekerja pada bangunan setinggi 460 fi (140 m) adalah sebagai berikut - 15 psf untuk 0—25 ft di atas tanah - 18 psf untuk 26 ~ 40 ft di atas tanah - 21 psf untuk 41 - 60 ft di atas tanah - 24 psf untuk 61 — 100 fi di atas tanah - 28 psf untuk 101 — 200 ft di atas tanah - 30 psf untuk 201 — 300 ft di atas tanah ~ 32 psf untuk 301 ~ 400 ft di atas tanah - 33 psf untuk 401 ~ 500 ft di atas tanah Maka, akibat pengaruh angin terhadap ketinggian bangunan akan memberikan distribusi beban angin yang akan ditunjukkan (Gambar 1V.3) berikut: 92° ‘92/ 23? 460° Perhitungan beban angin yang terdistribusi pada tiap Jantai bangunan 40 lantai setinggi 140 m (460 ft) dengan bentang lebar sepanjang 15 m (49. 213 ft) adalah sebagai berikut: W7 = (0.015) (23) (49.213) Wo = (0.018) (11.5) (49.213) = Ws= (0.021) (23) (49.213) = Wa = (0.024) (34.5) (49.213) = Ws = (0.028) (92) (49.213) = We = (0.030) (92) (49.213) ~ — W, = (0.032) (92) (49.213) = Ws = (0.033) (92) (49.213) Woorat " " 16.978 k 10.187k 23.770k 40.748 k 126.773k 135.828k 144.883k 149.411k 648.578k Beban angin yang bekerja pada bangunan Wi, yang telah diperoleh yaitu 648.578 k dikonversi kembali ke satuan SI yaitu ke satuan KN, dimana 1 kips = angin Wy.) akan menjadi: Wrotat = 2884.8749 kN Wrotat = 2.88487 x 10°N 448 KN. Jadi, beban Iv.3. Kekakuan Nilai dari kekakuan K dapat diperoleh dari persamaan (11.6) yaitu: K=pd= ES (IL6) Elastisitas dari core (Eo) Ec = 4700 J fe = 4700 VB4 Ec = 43076.2115 MPa Ec = 4.30762 x 10!" Pa = 4.30762 x 10'° N/m? Jarak antar kolom (d) adalah 5 m Tinggi bangunan (L) L=40x35 = 140m Jadi, nilai dari kekakuan (&) adalah: Ka wed L 2 K (0.25)(4.30762 x 102°) (5)? 140 2 K = 9.615223214 x 10°Nm IVA. Displacement Untuk menentukan dan membandingkan hasil displacement pada model bangunan 40 lantai, dibagi perhitungan displacement dalam 5 kasus / model seperti yang telah ditunjukkan pada (Gambar IIL.6). Lima contoh model struktur dengan pemasangan outrigger pada bangunan 40 lantai adalah sebagai berikut 1. Model struktur tanpa outrigger. 2. Model struktur dengan 1 outrigger pada lantai teratas. 3. Model struktur dengan 1 outrigger pada % dari ketinggian bangunan. 4, Model struktur dengan 1 outrigger pada ' dari ketinggian bangunan, 5. Model struktur dengan 1 outrigger pada ¥4 dari ketinggian bangunan, Sebelum menghitung dan menganalisis hasil displacement pada 5 jenis model bangunan 40 lantai, maka terlebih dahulu akan dilakukan perhitungan momen inersia yang mbulkan oleh core (Gambar TV.4). Core jika tampak dari atas adalah herbentuk segi empat simetris (persegi) berukuran (5 x 5) m dengan ketebalan dinding sebesar 50 cm dan tingginya dihitung dari muka tanah adalah 140 m. Perhitungan dari inersia adalah sebagai berikut: Gambar IV.4 ~ Inersia Jadi, inersia dari core adalah: ee 1 3 2 2 2 1= 4 (505 05%) + 2(0.5? x 7.5? + 057+ 25") + (& 054.5%) T = 35.0671 m* IV.4.1. Displacement Model Struktur I Model struktur pertama dari analisis bangunan ini tidak menggunakan outrigger. Displacement pada model struktur yang pertama dapat langsung ditentukan secara analitis, dengan persam; diL7) Beban angin yang bekerja diasumsi beban yang bekerja dengan distribusi secara merata, sehingga beban W’ yang digunakan dalam kalkulasi adalah beban angin total yaitu sebesar 648.578 k. W = Woor = 648.578 k W = 2884.8749 KN W = 2.88487 x 10°N W =2.88487 x 10°N Gambar IV.5 — Distribusi Beban Angi pada Model I Jadi, displacement maksimum yang terjadi pada bangunan 40 lantai Ketika tidak dipasang ourrigger adalah: A= 2.88487 x 10° (140)* 1g (140) (4,30762 x 101) (35.06771) A, = 655.052 mm IV.4.2. Displacement Model Struktur IL Pada model struktur yang kedua, outrigger dipasang pada lantai tertinggi pada bangunan (x = 0 atau Z = Z) yaitu pada lantai 40, Lantai 40 menjadi kaku karena adanya sistem outrigger, dengan distribusi beban angin secara merata pada model ini juga. W =2.88487 x 10°N Gambar IV.6 —Distribusi Beban Angin pada Model IL Meneari nilai momen Mz dengan persamaan (IIL11) M, = (UL ‘© Beban angin (WW) = 2.88487 x 10° N © Tinggi bangunan (L) = 140 m © Elastisitas dari core (E) = 4.30762 x 10'° Nim” © Inersia core (/) = 35.06771 m* * Nilai kekakuan (K) = K = 961522321.4Nm. Sehingga, nilai M> adalah: (2.88487 x 108) (140)3 6 (440) (4.30762 x 101) (85,06771) i ee deeis22a214 * (aa0762 x1010)\506771) 7.91608 x 1012 6889 x 1015 1.03503 x 10779 + 9.26794 x 10711 Mz = 5507729.202Nm Displacement Ax dapat dihitung dengan persamaan (IT. 12) yaitu: Bowe = A(=- M. ) (uuL.12) Dengan menginput semua data yang diketahui, maka nilai A akan menjadi a (90)? (eam 105) 040? 5297799 202) 2 3 (as0762 = 10") (3506771) (140) “ 4,= 619.320 mm IV.4.3. Displacement Model Struktur III Pada model struktur yang ketiga, outrigger dipasang pada bangunan yaitu pada posisi x= 0.25 L atau Z = 0.75 L. Artinya lantai 30 yang diperkaku karena adanya outrigger. W =2.88487 x 10°N 1 x = 0,25L 2=0,75L| Gambar IV.7 — Distribusi Beban Angin pada Model III Setelah persamaannya diturunkan dan telah diuraikan pada bab II sebelumnya serta mengingat bahwa nilai K;= 4 K>/3, maka persamaan M, menjadi: M, = 132M, auL.is) Sehingga, nilai M; adalah: M; = 1.32 (5507729.202) Mz = 7270202546 Nm Displacement Ay pada saat Z= ¥ L dapat diperoleh dari persamaan: 2 2 A3= (4 - 1.24 M,) (L19) Nilai dari As adalah: (aso? = _(Gesereat ays 4s Fa sored x 1010) GS0e77) 1.24(5507729.202)) 40) A3= 610.744 mm IV.4.4. Displacement Model Struktur 1V Pada model struktur yang keempat, outrigger dipasang pada lantai 20 pada bangunan yaitu 0.5 Latau Z= 05 L. posisi W = 2.88487 x 10°N x=0,5L z=05L Gambar IV.8 — Distribusi Beban Angin pada Model IV Nilai kekakuan Ky= 2 , maka persamaan My diuraikan menjadi: M,= 1.75 M, (L22) Sehingga, nilai Ms menjadi: Mg = 1.75 (5507729.202) My = 9638526.103 Nm Dan displacement Ay pada saat Z = L dapat diperolch dari persamaan (III.23) berikut: 'w i? WE = 132M,) a2» Jadi, nilai dari Ayadalah: G40)? _ (2.90487 x 10°) (140)? A4> Fagor x 10") GEOG (240) = 132(5507729.202)) A,= 607.886 mm IVA.5. Displacement Model Struktur V Pada model struktur yang kelima dalam permodelan struktur 40 lantai ini, ourrigger dipasang pada po x = 0.75 Latau Z = 0.25 L. Yang berarti lantai 10 diperkaku W = 2.88487 x 10°N 0,75 L| z= 0,251 Gambar IV.9 —Distribusi Beban Angin pada Model V Nilai kekakuan dari Ks = 4 K>, maka nilai persamaan Ms diturunkan dan diuraikan menjadi: Ms = 2.3M, (mmL.25) Sehingga, nilai Ms menjadi: Ms = 2.3 (5507729.202) Ms = 12667777.16 Nm Dan displacement As pada saat x=%4 L atau Z = % L dapat diperoleh dari persamaan: WL? 01 M;) (1IL26) Jadi, nilai dari Asakan menjadi: = 4? ‘Teesorer = 10) (30077) As coer 30 40" _ 4 91(5507729.202)) (080) A;= 618.963 mm 1V.4.6. Pendataan ‘Tujuan dari hasil perhitungan analitis terhadap 5 model struktur bangunan 40 Tantai adalah menhasilkan output yang berupa displacement. Perhitungan telah dilakukan dan hasil dari perhitungan dari 5 model tersebut telah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut: Tabel LV.1 - Perhitungan Displacement pada Model Struktur I w 2060621429 Nim = 140 m K 9615223214 Nm E 43076200000 N/m” I 35.0671 mi 25, 24 84.0, 311.281 rk LS sss Pu 26 O10 352.638 a 29 28 98.0 394,800 De 3 30 105.0 437.554 33, 32 1120 480.721 35, uM 119.0 524,152 37 36 1260 567.733 39 38 133.0 611.383 4L 40 1400 655.052, 700,000 «00,000 | 00,000 | 400,000 | 300,000 | 200,000 100,000 + 0,000 geessegaeasessszasaess - 8 Sar nae? 2s 22 5 = SQlaaeraee 2 sefege ya S/o ¢ e ¥ Height (m) 5 a odes a Gambar IV.10 ~ Grafik Hasil Displacement Model Struktur 1 Tabel LV.2 - Perhitungan Displacement pada Model Struktur IL w 2060621429 Nim = 140 m K 9615223214 Nm E 43076200000 N/m” . 35.06771 mi’ M $507729.202 Nm 1 0 00 0.000 23 22 77.0 260.166 a S966 25, 24 84.0 298.417, ha ” 26 91.0 337541 hn a ao 29 28 98.0 377.291, 31 30 105.0 417.455 33, 32 1120 457.852 35, a4 119.0 498.336 126.0 538,791 1330 579,135 ma 619.320 700,000 600,000 + 500,000 - 400,000 300,000 | 200,000 | 100,000 + 0,000 Displacement(mm) Height (m) —Model2 Gambar IV. 11 - Grafik Hasil Displacement Model Suuktur IL Tabel LV.3 - Perhitungan Displacement pada Model Struktur II w 2060621429 Nim = 140 m K 9615223214 Nm E 43076200000 N/m” . 35.06771 mi’ M 7270202.545 Nm 1 0 0.0 0.000 23 22 77.0 257.571 27830 25, 24 84.0 295.330 hh a ” 26 91.0 333918 hn a 29 28 98.0 373.089 31 30 105.0 412,631 33, 32 1120 452.364 35, a4 119.0 492.140 37 36 126.0 ‘S31.844 39 38 133.0 571.396 a 40 v0 e174 700,000 + 600,000 | 500,000 | 00000 + 300,000 4 200,000 | 100,000 000 329982983932999928833 SRSHRRP TESTS RS SR SSS Sas = £ Height) : ey, 6 Gambar IV.12 — Grafik Hasil Displacement Model Struktur IIL Tabel LV.4 - Perhitungan Displacement pada Model Struktur IV w 2060621429 Nim = 140 m K 9615223214 Nm E 43076200000 N/m” . 35.06771 mi’ M 9638526.103 Nm 1 0 0.0 0.000 23 22 77.0 256.707 a 1538 25, 24 84.0 294.301 | ” 26 91.0 332710 a a a 29 28 98.0 371.688 31 30 105.0 411,023, 33, 32 1120 450.534 35, a4 119.0 490.075 126.0 529,529 133.0 568.816 607.886 700,000 1 600,000 | 500,000 400,000 | 300,000 + 200,000 + 100,000 + oo00 | Sw SARS ASTESRRSSRSAL ERS A Height (m) 5 — § —Modela 5 Gambar IV.13 — Grafik Hasil Displacement Model Struktur IV Tabel LV.5 - Perhitungan Displacement pada Model Struktur V w 2060621429 Nim = 140 m K 9615223214 Nm E 43076200000 N/m” . 35.06771 mi’ M 12667777.16 Nm 1 0 0.0 0.000 23 22 77.0 260.057, ma S90 25, 24 84.0 298.289 hh a ” 26 91.0 337.390 ni a 29 28 98.0 377.116 31 30 105.0 417.254 33, 32 1120 457.624 35, a4 119.0 498.078 126.0 538.501 133.0 578.813, 618.968 700,000 » «00,000 | 500,000 | 00.00 + 30000 | 200,000 | 100,000 | 000 = SR2Re ess HTSe Te se RS 22s . g2288 § £ 2 ‘Height (m) 2 § Models 8 Gambar IV.14 ~ Grafik Hasil Displacemem Model Struktur V 700,000 600,000 + 500,000 | 400,000 + 300,000 | 200,000 + 100,000 + 0,000 ofovr oer over ort ovr o'sor 086 or os ou ore ores o's oer ow ose ow ore ovr on oo Height (m) (ww) uawase|dsia Gambar IV.15 — Grafik Perbandingan Hasil Displacement Dari hasil perhitungan, terbukti bahwa bangunan tingkat tinggi yang dipasang ourrigger mengalami displacement lebih kecil daripada bangunan yang tidak menggunakan outrigger. Di lokasi manapun ouirigger digunakan hasil displacement yang terjadi adalah selalu lebih kecil dari yang seharusnya terjadi, Tabel berikut menunjukkan persentase pengurangan displacement akibat pemasangan outriggger. Persentase pengurangan displacement dihitung dengan: sf, es WA: Simaz= Amex x 100% av.2) ‘max Tabel IV.7 — Persentase Pengurangan Displacement 1 I 655.052 655.052 0 2 n 619.320 655.052 5.45 3 it 610.744 655,052 6.76 4 Iv 607.886 655.052 721 si v 618.963 655.052 351 IVS. Inter-storey Drift Displacement yang ditimbulkan oleh model-model struktur tersebut juga mengakibatkan terjadinya inter-storey drift yaitu selisih dari displacement tiap lantai. Hal ini merupakan suatu hal yang juga diperhitungkan Karena cukup beresiko dan dianggap berbahaya untuk suatu bangunan tingkat tinggi. Perhitungan dari inter-storey drift dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut ‘abel LV.7 - Perhitungan Inier-storey Drift pada Model Struktur I 29 Ey 98.0 394.800 168 31 30 105.0 437.554 21.430 33 32 12.0 480.721 21.625, 35, 4 119.0 524.152 21741 a7 36 126.0 567.733 21.808 39 38 133.0 611.383 21.830 4 40 140.0 655.052 21.835 25,000 20,000 + 15,000 | 10,000 5,000 0,000 ofort oreer orset oferr o'r o'sor o's ots ore one oroe o's oss oer oy o'se o'sz oz ort on oo Height (m) model (wi) ast Gambar IV.16 — Grafik Hasil Inter-Storey Drift Model Struktur I abel LV.8 - Perhitungan Inter-storey Drift pada Model Struktur IL 31 30 105.0 417.455 20.122 3 2 1120 457.852 20.218 35 xu 119.0 498.336 20.245 a7 36 126.0 538.791 20.218 39 38 133.0 579.135 20.155 4l 40 1400 619.320 20.071 25,000 1 20,000 ~ 415,000 + 10,000 + 5,000 0,000 S83 Fee aides ae 2S = Height(m) £ a —Model 2 Gambar IV.17 ~ Grafik Hasil Imer-Storey Drift Model Struktur I Tabel LV.9 - Perhitungan Inier-storey Drift pada Model Struktur IL 1 0 0.0 0.000 0.000 ral 3 2 70 3.087 2270 Liisi 5 4 140 11.806 5.048 Pi es a 7 6 21.0 25.643, 7518 i 9 8 28.0 43.994 9.705. 10 9 BS 54692 10,698 1 0 35.0 66318 B 2 420 92.108 _ 13.298 29 B 98.0 373.089 19.645 31 30 105.0 412.631 19805 3 32 1120 452.364 19.880 35 34 1190 492.140 19.885 37 36 1260 531.844 19.837 30 38 1330 571.396 19.753 4 40 140.0 610.744 19.647 25,000 1 20,000 + 415,000 10,000 5,000 - 0,000 18D (mm) —Model 3 Gambar IV.18 — Grafik Hasil Imter-Storey Drift Model Stuktur II ‘Tabel IV. 10 - Perhitungan Inter-storey Drift pada Model Struktur 1V 1 0 0.0. 0.000 0,000 3 2 70 3.050 2.274 5 4 140 11778 5.035 7 6 210 25.579 7.498 i 9 8 28.0 43.880 2.678 Sto 9s sas 10.668 uw 10 35.0 66.140 13 12 42.0 = 1s 6 49.0 120,539 88, 17 16 56.0 151.762, 415: 19) 18 63.0 185.110 16.915, 21 20 70.0 2D 208! 17744 23 2 77.0 256.707 1 29 2B 980 371.688 19.546 31 30. 105.0 411.023 19.700 33, 2 1120 450.534 19.768 35. oo 119.0 490.075 19.766 37 36 1260 529.529 1971 30 38 1330 568.816 19619 41 40 1400 607.886 19.506 25,000 + 20,000 + 415,000 10,000 - 5,000 0,000 egeeageegagasageggaagageg SV SSR MPSS RRR SRSA Ae ge e Height (m) £ 3 —Medela Gambar LV.19 — Grafik Hasil Jmer-Storey Drift Model Struktur IV ‘Tabel LV.11 - Perhitungan Inter-storey Drift pada Model Struktur V 1 0 00 0.000 0.000 Ere 3 2 10 3.077 2.295 or ee 5 4 140 11.889 5.084 6s Ss Bast 365 1 6 210 25828 1574 ILE 9 8 28.0 44.323 9.782 19S S508 tas un 10 35.0 66.832 1.724 385 zie, B 12 420 92.848 = i 15 4 49.0 121.896. 14.875. 6s as Sass) 7 16 56.0 153.594 6.116 it 18 63.0 187.353 17.158 21 2» 70.0 222.975. 18.014 23 2 710 200.057 18. 25 24 84.0 298.289 19.241 29 28 98.0 377.116 v 31 30 105.0 417.254 20.108 eC 3 2 112.0 457.624 20.204 SS aT 0a 35 4 119.0. 498.078 20.230 a6 as as s209° 20221) 37 36 126.0. 538.501 20.202 39 38 133.0 578.813 20.138 4l 40 1400 618.963 20,053, 25,000 20,000 ~ 415,000 ~ 10,000 - 5,000 - 0,000 a8 3 2 2 Aes fee als ag _ Height (m) E — —Model 5 a Gambar IV.20 ~ Grafik Hasil Inter-Storey Drift Model Struktur V 25,000 4 20,000 15,00 | 2000 | s.oco 4 o.oeo EB NZ A Sesiegsds ese esses Rss 1SD}(mm) Height (m) Gambar IV.21 — Grafik Perbandingan Hasil Inter-Storey Drift Imer-storey drift pada ima model bangunan telah dihitung dan terbukti bahwa nilai dari model yang tidak menggunakan outrigger lebih besar daripada yang menggunakan outrigger. Hasil perhitungan telah ditabelkan beserta dengan persentase pengurangan imter- storey drift tethadap nilai maksimumnya. Persentase pengurangan inter-storey drift dihitung dengan: ISD" max — ISD ISD = mar x 100% avs) Tabel IV. 14 —Persentase Pengurangan Inter-storey Drift 1 L 21.835 21.835, 0 2 20071 21.835, 8.08 lh 19.647 21.835_ 10.02 4 19.506 21.835, 10.70 v 20.053 8.16 IV.6. Menentukan Lokasi Optimum Penempatan Single Outrigger IV6.1.Defleksi Lateral Nilai defleksi pada puncak bangunan dapat diperoleh dari nilai Mf, dengan persamaan: My(L—x)(L+x) Yy = a 261 (IL28) Nilai ini hanya diperhitungkan pada model I, IM, IV dan V karena bertujuan untuk menentukan lokasi optimum penempatan outrigger. Jadi, model I tidak diperhitungkan Karena model I merupakan model struktur yang tidak menggunakan outrigger. Perhitungan: © Model I: x =0 L =140m M; — = 5507729,202 Nm E — =4.30762 x 10" N/m? 1 = 35.06771 mé My (L-x)(L+x) Yu = M 2EL y, = 3807772! 2(140—-0)(140+0) M ~~ '2 (4.30762 X 102°) (35.06771) Yy = 1.4947x 10? m © Model IIL x 025L 335m Lo =140m Ms; — =7270202.546 Nm E — =4.30762x 10" Nim 1 = 35.06771 m* _ My(L-x)(L+x) Yu = 2ET yy = 7270202.546(140—35)(140+35) a 2 (4.30762 x 102°) (35.0671) 1.8472 x 107 m Model IV: x =05L =m L = 140m My — = 9638526.103 Nm E = 4,30762.x 10" Ninv I 5.06771 m* _ Mx(l=x)(L+x) Yu = 2EL Yu = 9638526.103(140-70)(140+70) 2 (4.30762 x 101) (35.06771) Vg = 1.9592 x 10? m Model V: x 5075L =105m Lo =140m Ms — = 12667777.16N E — =430762x 10" Nh 5.06771 m* Mx(b=x)(L+x) 2EI x I _ 12667777.16 (140-105)(140+105) 2 (4.30762 x 102°) (35.06771) 1.5021 x 10? m Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel berikut untuk mempermudah dalam. memasukkan nilai ke dakam grafik: ‘Tabel IV.15 — Hasil Perhitungan Defleksi Lateral io) or} 1 0 0 14.947 2 sue 35 18.472 3 Vv. 2 19,592 4 Vv 105, 15.021 1V6.2.Lokasi Optimum Single Outrigger Lokasi optimum dari penempatan single outrigger adalah lokasi dimana defleksi Yw bernilai maksimum. Didapatkan mendiferensialkan persamaan (IIL28) terha dan hasilnya adalah nol @ | w(x8- 1 )(L4. feecnes| 0 (111.29) 12 (EN? (Fez) Sehingga diperoleh: 4x9 + 3x7L- B=0 (L30) Dari hasil perhitungan pada tabel (1V.15) dapat dilihat bahwa model IV mempunyai nilai defleksi yang maksimum dan dapat diprediksi bahwa lokasi outrigger yang optimum, berada di sekitar bagian tengah ketinggian bangunan. Nilai hasil defleksi lateral terhadap ketinggian bangunan akan disajikan dalam bentuk grafik pada (Gambar IV.22) berikut: Lantai 43, 40 35 30 25 20 45 10 Lokasi Optimum Single Outrigger s 10 45 20 Parameter Defleksi Puncak Bangunan (mm) 25, Gambar IV.22 ~ Grafik Defleksi Terhadap Lantai Bangunan Nilai defleksi maksimum antara lantai 20 hingga lantai 25, dan lebih tepatnya berada pada lantai 22. Sebingga, akan memberikan lokasi optimum pada lantai 22 yang telah digambarkan dalam grafik berikut: Lokasi Optimum Single Outrigger 45 | 40 35 30 } = ASS a { g 2 a5 a0 5 0 o 5 10 45 20 25 Parameter Defleksi Puncak Bangunan (mm) Gambar IV.17- Grafik Lokasi Optimum Penempatan Single Outrigger BABV KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Dari hasil analisis respon beban angin terhadap bangunan beton tingkat tinggi setinggi 40 lantai yang menggunakan sistem outrigger, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan tingkat tinggi yang menggunakan sistem oufrigger dapat_mengurangi displacement secara lateral dibandingkan dengan bangunan identik yang tidak menggunakannya. Pada model struktur IV, penggunaan outrigger dapat mengurangi displacement secara lateral sebanyak 7.21 %. ‘Tabel IV.7 ~ Persentase Pengurangan Displacement NON oR Cnet 1 L 655.052 655.052 oO 2 u 619.320 655.052 55 3 m 610.744 655.052 6.76 4 WV 607.886 655.052 721 5 v 618.963 655.052 551 2. Karena penggunaan outrigger dapat mengurangi displacement secara lateral, maka secara langsung juga dapat mengurangi inter-storey drift yang dianggap berbahaya untuk sebuah bangunan tingkat tinggi. Pada model sturktur IV, juga dapat mengurangi inter-storey drift sebesar 10.7 %. ‘Tabel IV. 14 —Persentase Pengurangan Inter-storey Drift 1 1 21,835 21,835 0 2 0 20.071 21,835 8.08 3 um 19.647 21,835 10.02, 4 Vv 19.506 21.835 10.70 5 v 20.053 21,835 8.16 3. Lokasi penempatan single outrigger pada bangunan 40 lantai adalah di tengah ketinggian gedung yaitu pada lantai 20 atau pada model stuktur yang TV. Terbukti dari perhitungan hasil displacement yang paling minimum dari kelima model struktur. 4, Jika menggunakan parameter defleksi maksimum, maka sesuai dengan grafik pada (Gambar IV.17) lokasi optimum dari penempatan single outrigger juga berada di sekitar pertengahan ketinggian gedung tetapi lebih tepatnya pada lantai 22. V2. Saran 1. Perlunya studi yang lebih mendalam mengenai bangunan tingkat tinggi di dalam mata kuliah teknik sipil agar mahasiswa dapat lebih memahami studi secara struktural dan aplikasi di dalam dunia lapangan kelak. Tidak terluput juga dari pembahasan bracing karena merupakan suatu kesatuan dengan bangunan tingkat tinggi Penerapan metode perhitungan secara analitis lebih ditingkatkan agar pengenalan das ir dan filosofi dari konsep struktur lebih mudah dipahami, DAFTAR PUSTAKA. American Concrete Institute ACT-318R-2008. 2008. Building Code Requirements for Structural Concrete and Commentary. Council on Tall Buildings and Urban Habitat. 1995. Structural Systems for Tall Buildings. ‘New York: Mc Graw Hill. Nair, R. Shankar. 1998. Belt Trusses and Basements as Virtual Outriggers for Tall Buildings. Chicago : Teng and Associates. Po Seng Kian dan Frits Torang Siahaan. 2001. The Use of Outrigger and Belt Truss System for High-rise Concrete Buildings. Surabaya : UK Petra. Pudjisuraydi, Pamuda dan Benjamin Lumartana. 2002. A Preliminary Study of Shear Wall Frame-Belt Truss (Virtual Outrigger) System. Surabaya: UK Petra Schueller, Wolfgang. 1977. High-rise Building Structures. Canada: John Wiley and Sons, Inc. Taranath, Bungale S. 1998. Structural Analysis & Design of Tail Buildings, New York : Me Graw Hill.

You might also like