You are on page 1of 2

Nama : Christiana Ndari / 20210102259

UTS Hukum Pajak

1. Sistem Pemungutan Pajak dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu Official Assessment


System, Self Assessment System, dan With Holding System.
a. Official Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Sistem ini umumnya
diterapkan terhadap jenis pajak yang melibatkan masyarakat luas dari
semua lapisanm dimana masyarakat selaku subjek pajak dipandang belum
mampu diserahi tanggung jawab untuk menghitung dan menetapkan
pajaknya, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
b. Self Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang. Sistem ini umumnya diterapkan pada jenis
pajak yang wajib pajaknya dipandang cukup mampu untuk menghitung dan
menetapkan utang pajaknya sendiri. Misalnya, Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Penjualan atas Barah Mewah
(PPnBM)
c. With Holding System adalah suatu pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiscus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak. Sistem ini terletak pada wewenang yang menentukan besarnya pajak
terutang yang ada pada pihak ketiga, selain fiscus dan wajib pajak. Misalnya
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, dimana pemberi kerja, bendaharawan
pemerintah, dana pensiun, dan sebagainya yang diserahi tanggung jawab
untuk memotong pajak terhadap penghasilan yang mereka bayarkan.

2. Menurut saya system yang paling baik ialah Self Assessment System karena
wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
itu sendiri, dan wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang fiscus pun tidak ikut campur dan hanya
mengawasi saja. Dengan demikian wajib pajakpun akan memenuhi kewajiban-
kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh undang-undang seperti
memasukan Surat Pemberitahuan (SPT) pada waktunya, membayar pajak pada
waktunya dan sebagainya tanpa diperingatkan untuk melalukan hal itu.

3. Penerapan Self Assessment System di Indonesia sudah berjalan dengan baik,


karena dengan diterapkannya system pemungutan pajak tersebut dapat
mendorong wajib pajak (WP) lebih percaya dengan mekanisme perpajakan,
dan juga adanya DJP sebagai Lembaga pajak resmi Indonesia yang terus
melakukan pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan terhadap wajib pajak
dimana salah satu bentuk pengawasannya yaitu dengan melakukan
pemeriksaan pajak, pemeriksaan pajak tersebut sangat perlu dilakukan untuk
mendeteksi adanya kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak atau tidak.
4. Teori Asuransi adalah teori yang menyamakan negara dengan perusahaan
asuransi. Untuk mendapatkan perlindungan warganegara harus membayar
pajak sebagai premi. Sebenernya teori ini sudah lama ditinggalkan karena tidak
sesuai dengan kenyataan, dimana tidak ada hubungan langsung pembayaran
pajak dengan nilai perlindungan terhadap pembayaran pajak.
Teori Kepentingan adalah semakin banyak individu menikmati jasa dari
pekerjaan pemerintah makan semakin besar juga pajaknya, jadi teori ini
menganggap pembayaran pajak mempunyai hubungan dengan kepentingan
individu yang diperoleh dari pekerjaan negara.
Teori Daya Pikul adalah pemungutan pajak harus sesuai dengan kemampuan
si pembayaran pajak yang memperhatikan besar penghasilannya, kekayaan
dan pengeluaran belanja wajib pajak.
Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti, teori ini menjelaskan bahwa dasar
hukum pajak adalah hubungan antara rakyat dan negara dimana negara berhak
memungut pajak dan rakyat berkewajiban membayar pajak.
Teori Daya Beli, teori ini merupakan teori modern yang memandang efek baik
dari pajak sebagai dasar keadilan. Teori ini menjelaskan penyelenggaraan
kepentingan masyarakat merupakan dasar keadilan pemungutan pajak, bukan
individu ataupun bukan kepentingan negara melainkan kepentingan
masyarakat.

5. Kurang setuju, karena teori daya pikul tidak memberikan dasar yang
membenarkan atas pungutan pajak oleh negara, melainkan merupakan dasar
untuk memungut pajak secara adil. Berdasarkan pendekatan daya pikul, pajak
dikatakan telah dibebankan secara adil apabila mengacu pada daya pikul wajib
pajaknya, akan tetapi teori ini sulit untuk menentukan secara tepat daya pikul
seseorang. Karena akan berbeda dan selalu berubah-ubah.

6. Perlawanan Hukum Pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam


pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas
negara.
Terdapat 2 Jenis perlawanan pajak yaitu perlawanan aktif dan
perlawanan pasif.
Perlawanan Aktif adalah perlawanan yang inisiatifnya berasal dari wajib
pajak itu sendiri, hal ini merupakan usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak atau
mengurangi kewajiban pajak yang seharusnya dibayar.
Perlawanan Pasif adalah perlawanan yang inisiatifnya bukan dari wajib pajak
itu sendiri tetapi terjadi karena keadaan yang ada di sekitar Wajib Pajak itu.
Hambatan – hambatan tersebut berasal dari struktur ekonomi, perkembangan
moral dan intelektual penduduk dan teknik pemungutan pajak itu sendiri.

You might also like