You are on page 1of 40

MANAJEMEN PERAWATAN DAN TEKNIK

PENCABUTAN GIGI FRAKTUR

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

Drg. Ushlan Affandy


NIP.197210182005021003

PUSKESMAN SICANANG
MEDAN
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan izin Allah SWT penulis dapat meyelesaikan
penulisan makalah berjudul “Manajemen Perawatan Dan Teknik Pencabutan Gigi Fraktur”.
Penulisan makalah ini diajukan sebagai syarat untuk usul kenaikan pangkat. Penulisan
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan , untuk itu penulis mohon maaf
apabila masih ada kekurangan.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua . Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, 13 April 2022


Penulis

(drg. Ushlan Affandy)

DAFTAR ISI

2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Contoh Kasus.............................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6
2.1 Definisi.............................................................................................................6
2.2 Ciri-Ciri Gigi Premolar..................................................................................6
2.3 Klasifikasi Fraktur.........................................................................................6
2.4 Klasifikasi Fraktur Akar...............................................................................6
2.5 Etiologi.............................................................................................................7
2.6 Gambaran Klinis Fraktur Gigi.....................................................................7
2.6.1 Fraktur Email...........................................................................................7
2.6.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa........................................8
2.6.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa......................................8
2.6.4 Fraktur Mahkota-Akar...........................................................................8
2.6.5 Fraktur Akar............................................................................................8
2.6.6 Gambaran Radiografi..............................................................................9
2.7 Manajemen Fraktur Gigi.............................................................................10
2.7.1 Fraktur Email...................................................................................10
2.7.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa................................11
2.7.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa..............................11
2.7.4 Fraktur Mahkota-Akar...................................................................11
2.7.5 Fraktur Akar Vertikal.....................................................................13
2.8 Teknik Pencabutan Gigi Premolar.............................................................14
2.9 Teknik Pengambilan Fragmen Fraktur Akar......................................15
2.9.1 Teknik Tertutup...............................................................................15
2.9.2 Teknik Terbuka................................................................................18
2.10 Justifikasi Untuk Meninggalkan Fragmen Fraktur Akar...................20
2.11 Pertimbangan estetik...............................................................................25
2.12 Mahkota tiruan metal porselen..............................................................25
2.13 Preparasi servikal....................................................................................27
2.14 Tepi porselen............................................................................................27
2.15 Preparasi servikal....................................................................................28
2.16 Pertimbangan Estetik Dalam Pemilihan Pasak Dan Inti.....................29
2.17 Laporan Kasus.........................................................................................30
2.18 Tahap perawatan.....................................................................................31
BAB III....................................................................................................................34

3
PEMBAHASAN......................................................................................................34
4.1 SIMPULAN...................................................................................................36
4.2 SARAN...........................................................................................................36

4
BAB 1

PENDAHULUAN

Gigi merupakan organ tubuh yang berperan penting dalam proses

pencernaan, pengunyahan dan juga sebagai fungsi estetis dalam pembentukan

profil wajah. Fraktur sering terjadi pada manusia dan dapat terjadi pada golongan

anak-anak, orang dewasa dan golongan orang tua. Fraktur gigi dapat disebabkan

oleh faktor-faktor seperti trauma dari olahraga, kecelakaan lalu lintas, pencabutan

gigi yang kurang sempurna dan lain-lain. Terdapat tiga jenis fraktur gigi yaitu

fraktur mahkota, fraktur mahkota-akar dan fraktur akar.

Fraktur didefinisikan sebagai pecahnya sebagian gigi atau tulang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kapil Loomba dkk, prevalensi terjadinya

fraktur mahkota paling tinggi 26-76% dibandingkan dengan fraktur yang lain,

sedangkan prevalensi fraktur akar terjadi kira-kira 0,5% - 7%, tergantung gigi

sulung atau gigi permanen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Majorana dkk,

prevalensi fraktur akar gigi terjadi pada gigi permanen 7,7% dan prevalensi

fraktur akar gigi terjadi pada gigi sulung 3,8%. Prevalensi terjadinya fraktur akar

gigi lebih didominasi oleh laki-laki dalam gigi permanen (41 lelaki dan 19

perempuan, 68.3% dan 31.7%) dan juga gigi sulung (12 lelaki dan 4 perempuan,

75% dan 25%). Fraktur akar gigi paling sering terjadi pada kelompok umur 15-26

untuk gigi permanen dan umur 3-4 untuk gigi sulung. 4, 5, 6 Fraktur gigi

merupakan salah satu komplikasi pencabutan gigi. Kejadian fraktur gigi

tergantung pada banyak faktor seperti anatomi gigi dan juga keterampilan

operator. Penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian gigi yang lebih sulit

1
dicabut dari gigi yang lain. Keterampilan operator sewaktu pencabutan gigi juga

merupakan salah satu faktor terjadinya fraktur gigi karena tidak semua dokter gigi

mempunyai keterampilan dan pengalaman yang secukupnya untuk melakukan

pencabutan yang sempurna.

Kasus fraktur tidak seharusnya dianggap remeh karena kerusakan yang

ditimbulkan dari fraktur tersebut dapat menyebabkan perubahan patologis di

dalam jaringan periodonsium, jaringan pulpa dan tulang alveolar. 3, 8 Sebelum

dilakukan pencabutan gigi, dokter gigi harus mendiagnosa fraktur gigi dengan

tepat karena rencana perawatan akan dipengaruhi oleh hasil diagnosa. Untuk

mendiagnosa fraktur gigi dengan tepat, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan

pemeriksaan radiografi. 3 Setiap fraktur gigi walaupun kecil harus dilakukan

perawatan sehingga dapat mengurangkan kemungkinan komplikasi

Perawatan trauma gigi merupakan hal yang tidak mudah bagi klinisi

karena kompleksnya diagnosis dan perawatannya. Hal pertama dan langkah

penting dalam merawat trauma gigi adalah menentukan etiologinya. Trauma gigi

adalah salah satu penyebab umum fraktur gigi yang dapat mengakibatkan

kerusakan pulpa gigi anterior maupun posterior. Fraktur mahkota dengan pulpa

terbuka terjadi sebanyak 2-13% dari seluruh trauma kecelakaan yang melibatkan

gigi.2 Dalam hal ini pertimbangan endodontik mempunyai peran penting dalam

evaluasi dan perawatannya. Tujuan penanganan trauma gigi adalah

mengembalikan fungsi gigi.

Perawatan saluran akar satu kali kunjungan yaitu perawatan yang meliputi

pembersihan saluran akar, sterilisasi dan obturasi dilakukan dalam satu

2
kunjungan. Pada perawatan satu kali kunjungan yang berhasil akan menghemat

waktu, mengurangi resiko infeksi antar kunjungan dan jarang terjadi flare up.

Pada laporan kasus ini perawatan endodontik dilakukan dengan satu kali

kunjungan dan diteruskan dengan pemasangan pasak fiber dan restorasi porcelain

fused to metal.

Pasak dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu berdasarkan cara

pembuatannya pasak dapat dibedakan menjadi dua yaitu pasak prefabricated dan

fabricated, sedangkan berdasarkan bahan pembuatannya yaitu pasak logam dan

non logam. Penggunaan pasak pada gigi pasca perawatan saluran akar

berdasarkan struktur gigi yang tersisa dan sebagai pendukung restorasi akhir.

Restorasi porcelain fused to metal menjadi salah satu pilihan

restorasi untuk merekonstruksi estetik dan integritas struktural dari gigi yang

mengalami diskolorasi, fraktur maupun keausan akibat usia. Sifat estetik yang

sangat baik dari bahan porselen membuat porcelain fused to metal menggantikan

mahkota kombinasi logam emas akrilik pada penggunaan beberapa tahun terakhir

ini. Dengan kombinasi logam sebagai copingnya yang memberi kekuatan lebih

baik dari pada mahkota full porcelain.

Mahkota metal porselen sangat populer digunakan dalam bidang

kedokteran gigi karena sifat-sifatnya yang menguntungkan, seperti kekuatan yang

baik, daya tahan yang lama, mudah dan sederhana dalam pembuatannya. Akan

tetapi mahkota tiruan metal porselen anterior yang membutuhkan estetik optimal

seringkali tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena acapkali terlihat

3
adanya grey area di gingiva sekitar tepi mahkota, demikian pula sering terlihat

pada mahkota metal porselen yang telah dipakai dalam jangka waktu lama.

Meskipun feldsphatic atau aluminous all porcelain crown dapat digunakan

untuk mengatasi masalah estetik, tetapi mahkota tiruan all porcelain tidak

mempunyai kekuatan seperti mahkota tiruan metal porselen. Pada kasus-kasus

tertentu seperti pada pasien dengan gigitan dalam anterior atau pada gigitiruan

jembatan anterior yang panjang kekuatan dari restorasi metal porselen sangat

dibutuhkan.

Faktor estetik adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam

menghasilkan restorasi di regio anterior. Untuk mengatasi grey area dan

meningkatkan nilai estetik mahkota tiruan metal porselen dapat dilakukan

modifikasi dengan mengurangi metal pada bagian tepi labial, diganti dengan

porcelain margin. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Brecker pada tahun

1956. Sejak saat itu teknik ini menjadi populer dan terbukti meningkatkan nilai

estetik pada mahkota tiruan metal porselen. Dalam laporan kasus ini akan dibahas

mengenai penatalaksanaan mahkota tiruan pasak metal porselen pada gigi anterior

dengan porcelain margin.

1.1 Contoh Kasus

Seorang pasien perempuan umur 23 tahun datang ke klinik spsesialis

Konservasi Gigi RSGM FKG Unpad dengan keluhan gigi depan rahang atas patah

karena kecelakaan kendaraan bermotor 1 minggu yang lalu, dan pasien ingin

dirawat serta ditambal giginya. Pemeriksaan subjektif terlihat gigi 11,12,21

mengalami fraktur sampai meliputi dua pertiga mahkota disertai pulpa yang

terbuka. Pemeriksaan objektif gigi 11,12,21 dengan tes dingin dan Electric Pulp

4
Test positif, palpasi, perkusi, tekan dan mobilitas negatif. Pemeriksaan radiografis

menunjukkan gigi 11,12,21 mengalami fraktur hamper mengenai 2/3 mahkota

tanpa disertai lesi periapikal. Diagnosis gigi depan rahang atas adalah pulpitis

irreversibel dengan fraktur klasifikasi Ellis kelas III . Prognosis baik, dan rencana

perawatannya adalah perawatan saluran akar satu kali kunjungan, dengan restorasi

akhir yaitu pemasangan pasak fiber, pembuatan inti dan pembuatan porcelain

fused to metal.

Gambar 1. Foto Klinis Gigi 11,12,21

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Berdasarkan Mosby’s Dental Dictionary, fraktur secara umum
didefinisikan sebagai pecahnya sebagian dari gigi atau tulang. Fraktur akar
merupakan terjadinya celah mikroskopis atau makroskopis pada bagian akar gigi
yang dapat terjadi dari arah manapun.

2.2 Ciri-Ciri Gigi Premolar


Gigi premolar merupakan gigi permanen yang terletak di antara gigi
molar dan gigi kaninus. Gigi ini memiliki dua cusp yang tajam, yaitu buccal cusp
dan palatal cusp. Terdapat 4 premolar pada satu lengkung gigi, pada rahang atas
dan rahang bawah. 1

2.3 Klasifikasi Fraktur


Klasifikasi fraktur gigi yang paling umum digunakan adalah seperti
klasifikasi Ellis dan Davey, klasifikasi Andreasen, klasifikasi World Health
Organization yang memakai klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan
Klasifikasi Penyakit International. 2

2.4 Klasifikasi Fraktur Akar


Terdapat dua jenis klasifikasi fraktur akar, yaitu fraktur akar horizontal
dan fraktur akar vertikal. Fraktur akar horizontal diklasifikasikan dengan lebih
spesifik lagi dengan memperhatikan:, 4, 10, 11
1. Jumlah garis fraktur (simpel atau multipel)

6
2. Lokasi terjadinya garis fraktur (bagian servikal, tengah, apikal)
3. Posisi segmen koronal gigi (bergeser atau tidak bergeser)
4. Luas fraktur (parsial atau total)

Fraktur akar vertikal diklasifikasikan dengan memperhatikan: 4, 10


1. Derajat seperasi fragmen akar (secara menyeluruh atau tidak menyeluruh)
2. Posisi relatif fraktur terhadap puncak tulang alveolar. ( intraosseous atau
supraosseous)

2.5 Etiologi
Etiologi terjadinya fraktur gigi antara lain:
1. Trauma fisikal seperti kecelakaan dari olahraga, kecelakaan lalu lintas,
perkelahian, terjatuh dan objek yang terbentur pada gigi. 4, 12, 13
2. Trauma indirek seperti benturan kuat pada daerah maksilla atau mandibula. 12
3. Kebiasaan parafungsional seperti kebiasaan menggigit pensil, clenching,
grinding dan bruxism. 3, 14
4. Oklusi traumatik karena pemakaian gigi tiruan yang tidak sesuai. 3, 15
5. Faktor-faktor iatrogenik seperti posisi pemasangan pin dan pasak yang tidak
benar, perawatan saluran akar yang mengurangkan ketebalan dentin sehingga
menyebabkan struktur gigi menjadi lemah. 16
Daya kompresi yang berlebihan
sewaktu obturasi. 3, 12, 13
6. Resorpsi yang diinduksi oleh fraktur akar yang patologis. 13
7. Agen kimia seperti natrium hipoklorida yang digunakan sewaktu irigasi saluran
akar dapat menyebabkan erosi dentin. 16
8. Fraktur akar sewaktu pencabutan gigi, dapat disebabkan oleh : 17, 18
a) Teknik pencabutan yang kurang sempurna.
b) Keadaan akar itu sendiri yang panjang, bengkok, divergen.
c) Keadaan gigi yang rapuh karena karies yang besar.
d) Gigi yang mengalami kalsifikasi, sehingga gigi kurang kuat dan mudah pecah.
e) Akar yang hipersementosis dan ankilosis.
f) Keadaan tulang alveolar yang sangat tebal dan tidak elastis.

7
2.6 Gambaran Klinis Fraktur Gigi
2.6.1 Fraktur Email
Biasanya fraktur email terdiri dari enamel infraction, fraktur email dan
fraktur email-dentin. Fraktur ini merupakan fraktur mahkota sederhana, tanpa
mengenai dentin atau hanya sedikit mengenai dentin, fraktur email hanya terbatas
pada daerah email dan tidak melewati batasan email-dentin. Retakan pada fraktur
ini dapat terlihat dari cahaya tidak langsung atau trans-illumination. 2, 19

2.6.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa


Fraktur mahkota adalah fraktur yang paling sering terjadi pada gigi
permanen. Gambaran klinis frakur ini ditandai dengan adanya kehilangan
substansi gigi dengan melibatkan email dan dentin namun tidak melibatkan pulpa.
Fraktur mahkota yang terkena daerah dentin berpotensi tinggi untuk terjadi
kontaminasi dan inflamasi pulpa.
2, 19

2.6.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa


Fraktur jenis ini merupakan fraktur mahkota yang melibatkan email, dentin
dan pulpa. Fraktur ini mempunyai prognosis yang tergantung kepada jangka
waktu setelah terjadinya fraktur, ukuran pulpa, kondisi pulpa (vital atau non-vital)
dan tahap pembentukkan akar. 2, 19

2.6.4 Fraktur Mahkota-Akar


Fraktur ini merupakan fraktur yang mengenai email, dentin dan sementum
akar. Fraktur ini dapat disertai dengan terbukanya pulpa atau tidak. Gambaran
klinis fraktur mahkota-akar dapat berupa fraktur longitudinal pada axis panjang
gigi dan fraktur pada bagian koronal meliputi 1/3 bagian koronal. 2, 19

2.6.5 Fraktur Akar


Terdapat dua jenis fraktur akar gigi, yaitu fraktur akar horizontal dan

8
fraktur akar vertikal. Fraktur akar horizontal ditandai dengan pecahnya jaringan
keras akar.

gigi sehingga mempengaruhi bagian dentin dan sementum gigi, serta


memisahkan gigi menjadi satu segmen apikal dan satu segmen koronal. Segmen
apikal biasanya tidak menunjukkan tanda mobilitas sedangkan bagian segmen
koronal sering menunjukkan tanda-tanda mobilitas. 10
Untuk gambaran klinis pada fraktur akar gigi vertikal sangat bervariasi.
Tanda dan gejala klinis berbeda sesuai dengan posisi fraktur, jenis gigi, jangka
waktu selepas terjadinya fraktur, kondisi periodontal gigi tersebut dan bentuk
tulang setelah fraktur tersebut. 20

Gambar 1a.Fraktur email; b. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa ;


c. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa; d. Fraktur akar tidak rumit;
e. Fraktur akar rumit; f. Fraktur akar horizontal 2

9
2.6.6 Gambaran Radiografi
Hasil dari pemeriksaan radiografi merupakan komponen yang sangat vital
untuk konfirmasi diagnosis sesuatu fraktur gigi . Untuk mendeteksi fraktur akar
gigi, sinar rontgen harus melewati daerah garis fraktur. Jenis radiografi yang
biasanya digunakan untuk mendiagnosa fraktur gigi adalah jenis radiografi
periapikal, radiografi oklusal dan radiografi panaramik. 2, 4

Gambar 2a. Fraktur email; b. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa;c. Fraktur
mahkota dengan terbukanya pulpa; d. Fraktur akar 21

2.7 Manajemen Fraktur Gigi


Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, dokter gigi harus
dapat menentukan diagnosis dan memastikan perawatan yang tepat untuk fraktur
gigi tersebut.
2.7.1 Fraktur Email
Fraktur email merupakan fraktur yang terjadi pada bagian email dan garis
fraktur terhenti sebelum melewati dentinoenamel junction tanpa terjadi kehilangan
struktur gigi. 19
Biasanya tidak ada perawatan yang diindikasikan untuk fraktur
email, tetapi daya yang berlebihan pada daerah fraktur mungkin dapat
menyebabkan terjadinya nekrosis pulpa dan juga kelainan periodontal, maka
pemeriksaan berkala sangat penting untuk menghindari terjadi komplikasi
nekrosis pulpa dan juga kelainan periodontal. Perawatan yang dapat dilakukan
adalah dengan menghaluskan daerah fraktur yang kasar dan gigi direstorasi

10
dengan resin komposit.

2.7.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa


Pada fraktur mahkota yang hanya melibatkan email atau dentin yang
minimal tanpa terbukanya pulpa hanya dilakukan perawatan untuk menghaluskan
daerah fraktur yang kasar. Sedangkan untuk fraktur mahkota yang melibatkan
dentin yang banyak, perawatan yang diindikasikan adalah dengan
mengaplikasikan kalsium hidroksida pada daerah dentin yang terkena fraktur
sebelum dilakukan restorasi yang sesuai. Kalsium hidroksida diaplikasikan untuk
menginduksi pembentukkan dentin reparatif. 17, 19

2.7.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa


Pada fraktur mahkota yang melibatkan email, dentin dan pulpa, tujuan
utama perawatan adalah untuk mempertahankan vitalitas pulpa dan menjaga
kondisi pulpa yang sehat. Perawatan yang dapat dilakukan adalah pulp capping
direk, pulpotomi, pulpektomi, apeksogenesis dan apeksifikasi. Kasus fraktur
mahkota dengan terbukanya pulpa harus dilakukan perawatan secepat mungkin
untuk mempertahankan vitalitas pulpa karena pulpa yang terbuka mempunyai
risiko infeksi lalu akan menyebabkan terjadinya nekrosis pulpa. Setelah
perawatan endodontik, dilakukan restorasi akhir yang sesuai keadaan gigi
tersebut. 3, 17, 19

2.7.4 Fraktur Mahkota-Akar


Perawatan fraktur mahkota-akar tergantung pada lokasi fraktur dan juga
anatomi daerah fraktur tersebut. Pada kasus fraktur mahkota-akar yang bagian
mahkota masih di tempat, maka bagian mahkota tersebut harus dikeluarkan agar
dokter gigi dapat menilai keadaan fraktur pada bagian akar. Jika fraktur pada

11
bagian apikal tidak parah, kondisi pulpa masih sehat dan tidak terbuka, maka
dilakukan perawatan konservatif untuk merestorasi fraktur tersebut. Pada kasus
fraktur mahkota-akar dengan terbukanya pulpa, dilakukan perawatan
endodontik dan gigi

Perawatan untuk fraktur akar gigi horizontal dapat dibagi berdasarkan lokasi
fraktur di bagian apikal, bagian tengah, bagian servikal: 4, 10
1. Fraktur di bagian sepertiga apikal.
Biasanya jika terjadi kasus fraktur akar horizontal, segmen bagian apikal
tidak terjadi pergeseran atau mobiliti. Dalam kebanyakan kasus, didapati
kemungkinan terjadinya nekrosis pulpa pada segmen fraktur di bagian apikal
sangat rendah. Maka dari itu, gigi tersebut diobservasi dan hanya dilakukan
perawatan lanjutan jika diperlukan. Jika terjadi nekrosis pulpa pada fragmen
apikal, pengeluaran fragmen menjadi indikasi.
2. Fraktur di bagian sepertiga tengah.
Perawatan yang dianjurkan untuk fraktur bagian sepertiga tengah adalah
reposisi fragmen koronal dan fiksasi pada gigi tetangga dengan split rigid atau
split semi- rigid. Jika nekrosis pulpa hanya terjadi pada bagian koronal , dilakukan
perawatan saluran akar pada segmen koronal dan prosedur apeksifikasi harus
dilakukan sebelum obturasi saluran akar. Pada kasus nekrosis pulpa seluruh gigi,
dilakukan perawatan saluran akar pada kedua bagian koronal dan apikal.
Pengeluaran fragmen fraktur secara bedah juga merupakan salah satu pilihan
perawatan.
3. Fraktur di bagian sepertiga servikal.
Prognosis pada fraktur ini dianggap paling buruk dibandingkan dengan
fraktur di bagian sepertiga apikal dan tengah. Rencana perawatan pada fraktur ini
dipilih berdasarkan posisi garis fraktur, panjang segmen akar yang tersisa dan
kehadiran segmen koronal. Perawatan yang dilakukan pada fraktur bagian
sepertiga servikal termasuk pemanjangan mahkota melalui bedah periodontal,
ekstrusi secara bedah, ekstrusi secara ortodonti dan ekstraksi. Perawatan yang
lebih konservatif seperti splinting juga boleh dilakukan.

12
2.7.5 Fraktur Akar Vertikal
Perawatan pada fraktur akar gigi vertikal sulit dan tergantung pada jenis
dan panjang gigi yang fraktur, durasi dan lokasi terjadinya fraktur tersebut. 10 Pada
kasus fraktur akar vertikal gigi anterior, hanya terdapat satu perawatan yang dapat
dilakukan, yaitu dengan perawatan ekstraksi. Sebaliknya untuk kasus fraktur akar
vertikal gigi posterior terdapat empat kategori dasar perawatan yaitu: 4, 10
1. Perawatan untuk fraktur supraosseous inkomplit dengan pulpa yang vital dan
mempunyai gambaran radiografik serta jaringan periodontal yang normal:
Gigi direstorasi secara menyeluruh dengan mahkota sementara dan dievaluasi
selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, jika didapati pasien asimptomatik, restorasi
mahkota permanen disementasi dengan semen polikarboksilat atau semen
ionomer kaca (GIC). Jika terdapat degenerasi pulpa, dilakukan perawatan saluran
akar dan dipasangkan mahkota permanen setelah perawatan saluran akar.
2. Perawatan untuk fraktur supraosseous inkomplit dengan pulpa non-vital dan
mempunyai gambaran radiografik serta jaringan periodontal yang normal:
Gigi direstorasi secara menyeluruh dengan Stainless Steel Crown (SSC)
dan melakukan perawatan kalsium hidroksida. Pasien dirawat dengan interval 3
bulan. Setelah 9-12 bulan dilakukan perawatan kalsium hidroksida, jika masih
tidak terdapat perubahan tulang yang positif, dilakukan perawatan saluran akar
dan mahkota permanen diletakkan pada gigi tersebut. Apabila terdapat poket
periodontal sepanjang garis fraktur harus dilakukan perawatan periodontal.
3. Perawatan untuk fraktur inkomplit intraosseous dengan pulpa non-vital,
kehilangan tulang dan poket periodontal sepanjang garis fraktur:
Bedah eksploratori diindikasikan untuk mendapatkan visual garis fraktur dan
tingkat kerusakan tulang. Jika garis fraktur terhenti sebelum kerusakan tulang,

13
harus dilakukan bedah periodontal untuk memulihkan kerusakan tulang tersebut.
4. Perawatan untuk fraktur komplit intraosseous dengan pulpa non-vital, kehilangan
tulang dan poket periodontal:

Jika terjadi fraktur pada gigi yang berakar tunggal, perawatan ekstraksi
diindikasikan. Pada fraktur berakar ganda, diindikasi perawatan amputasi akar,
hemiseksi atau ekstraksi.

2.8 Teknik Pencabutan Gigi Premolar


Pencabutan gigi premolar atas dicabut dengan tang #150, tang dipegang
dengan telapak ke atas dan dengan pinch grasp. Premolar pertama dicabut dengan
tekanan lateral ke arah bukal yang merupakan arah pengeluaran gigi. Karena
premolar pertama atas ini sering mempunyai dua akar maka gerakan rotasional
dihindarkan supaya tidak terjadi komplikasi fraktur akar. Aplikasi tekanan yang
hati- hati pada gigi ini, dan diperlukan perhatian khusus pada waktu mengeluarkan
gigi untuk mengurangi insidens fraktur akar. Gigi premolar kedua atas biasanya
mempunyai akar tunggal, digunakan kembali tang #150 dengan tekanan lateral,
yaitu bukal serta lingual. Pada waktu mengeluarkan gigi ke arah bukal, digunakan
kombinasi tekanan rotasional dan oklusal.

Untuk pencabutan gigi premolar bawah, digunakan tang #151 dipegang


dengan telapak tangan ke bawah dan sling grasp. Tekanan yang terutama
diperlukan adalah tekanan lateral atau bukal, dan dapat dikombinasikan dengan
tekanan rotasi. Pengeluaran gigi premolar bawah adalah ke arah bukal. 17

14
Gambar 3. Teknik pencabutan gigi premolar atas dengan menggunakan tang
#150. 17

Gambar 4. Teknik pencabutan gigi premolar mandibular dengan menggunakan


tang # 151. 17

2.9 Teknik Pengambilan Fragmen Fraktur Akar


Terdapat dua jenis teknik yang digunakan untuk pengambilan fragmen
fraktur akar, yaitu teknik terbuka dan teknik tertutup. Secara inisial, fragmen
fraktur akar tersebut harus diusahakan terlebih dahulu dengan pendekatan yang
konservatif dengan teknik tertutup, tetapi menghabiskan waktu dan usaha yang

15
banyak untuk mengeluarkan patahan akar atau fragmen serta sering meningkatkan
morbiditas fraktur akar tersebut. Jika pengambilan fragmen fraktur akar dengan
teknik tertutup tidak segera berhasil, dokter gigi harus segera melakukan
teknik bedah. Apapun teknik yang dipilih, dua syarat yang paling penting adalah
cahaya yang mencukupi dan suction yang baik. 17, 22

2.9.1 Teknik Tertutup


Pengambilan fragmen fraktur akar dengan teknik tertutup didefinisikan
sebagai teknik yang tidak memerlukan pembukaan flap pada jaringan lunak dan
pembuangan tulang. Teknik tertutup paling efisien pada gigi yang sebelumnya
terjadi fraktur akar telah mengalami luksasi dan mobiliti. Pada kasus fraktur akar
gigi yang tidak mobilitas, akar hipersementosis dan akar yang dilaserasi,
kemungkinan besar teknik ini tidak akan berhasil. Pada teknik tertutup, pasien
diposisikan dengan
visualisasi yang adekuat (pencahayaan yang cukup), irigasi dan suction yang
cukup. Terdapat empat jenis metode pada teknik tertutup 17

1. Teknik irigasi.
Setelah terjadi fraktur akar, soket gigi diirigasi dan dilakukan suction karena
fragmen fraktur akar yang longgar kadang-kala dapat diirigasi keluar dari soket
gigi. Setelah selesai irigasi dan suction, dokter gigi harus inspeksi soket gigi
secara teliti untuk melihat apakah serpihan akar tersebut telah dikeluarkan atau
tidak. 17
2. Teknik menggunakan Root Tip Pick.
Jika teknik irigasi tidak berhasil mengeluarkan fragmen fraktur akar dari
soket gigi, instrumen Root Tip Pick dimasukkan ke dalam ruang ligamen
periodontal dan digunakan untuk meluksasi fragmen fraktur akar dari soket
dengan hati-hati. Dokter gigi harus hati-hati dengan daya yang diaplikasikan pada
Root Tip Pick karena daya apikal yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya
pergeseran fraktur akar ke daerah anatomis yang lain dan daya lateral yang

16
berlebihan akan menyebabkan kerusakkan pada instrumen Root Tip Pick tersebut.
17

Gambar 5. (A) Apeks akar (2-4mm) yang telah fraktur dari gigi

Gambar 5. (B) Pengunaan Root Tip Pick ke dalam ruang ligamen periodontal
untuk mengeluarkan fragmen akar

3. Teknik menggunakan elevator lurus kecil.


Teknik untuk mengeluarkan fragmen fraktur akar menggunakan elevator lurus
kecil lebih diindikasikan untuk fragmen akar yang lebih besar. Teknik
menggunakan elevator lurus kecil untuk mengeluarkan fragmen fraktur akar
lebih kurang sama

dengan teknik Root Tip Pick diatas. Elevator elevator lurus kecil dimasukkan ke
dalam ruang ligamen periodontal, di mana elevator tersebut akan bertindak
seperti baji untuk menggerakkan fragmen tersebut ke arah bidang oklusal. Daya
ke arah apikal yang berlebihan harus dihindari karena dapat menekan fragmen
akar tersebut ke dalam jaringan di bawahnya. 17

4. Teknik menggunakan file endodonti.

17
Daerah bekas pencabutan dibersihkan dari darah dan saliva supaya saluran akar
fragmen fraktur akar kelihatan. File endodonti yang sesuai dimasukkan ke dalam
saluran akar
fragmen
fraktur akar dan
disekrup
sehingga file
endodonti
memegang
dengan kuat saluran
akar fragmen
akar tersebut. Handle pada file endodonti dijepit menggunakan needle holder dan
fragmen akar dikeluarkan dari soket gigi dengan menggunakan prinsip first class
lever atau second class lever. 23

Gambar 7. Teknik menggunakan file endodonti untuk mengeluarkan fragmen


akar 23

2.9.2 Teknik Terbuka


Jika pengambilan fragmen fraktur akar dengan teknik tertutup tidak
berhasil, maka dokter gigi harus segera beralih kepada teknik terbuka karena
menghabiskan terlalu banyak waktu dan usaha untuk mengeluarkan fragmen
fraktur akar dengan teknik tertutup sering meningkatkan trauma yang dialami

18
pasien, jika dibandingkan dengan perawatan dengan teknik terbuka yang lancar,
efisien dan pembukaan flep yang tepat. 17
Secara umum terdapat dua teknik yang digunakan untuk mengeluarkan
fragmen fraktur akar: 17, 22
1. Kelanjutan teknik pengeluaran gigi dengan satu akar melalui teknik bedah.
Flep jaringan lunak diinsisi dan diretraksi dengan elevator periosteal. Tulang
dibuang dengan menggunakan bur untuk menampakkan bagian bukal akar gigi
tersebut. Fragmen fraktur akar diambil dari sisi bukal menggunakan elevator lurus
yang kecil. Luka dari pembedahan diirigasi, flep direposisi kembali ke normal dan
dilakukan prosedur suturing.
2. Teknik open window yang dimodifikasi.
Teknik ini dapat mengeluarkan fragmen fraktur akar dengan pembuangan
tulang yang minimal pada daerah bukal gigi. Flep jaringan lunak diinsisi dan
diretraksi dengan elevator periosteal dan daerah apeks dilokasi. Bur dental
digunakan untuk

membuang tulang di atas apeks akar untuk menampakkan fragmen akar


tersebut. Root tip pick atau elevator kecil dimasukkan ke dalam daerah window
tersebut dan fragmen akar digeser keluar dari soket.

Gambar 8. Teknik open-window. 17

19
Gambar 9.
Bur dental
digunakan
untuk
membuang
tulang di atas
apeks akar
untuk
menampakkan
fragmen akar.
17

Gambar 10. Elevator lurus kecil digunakan untuk mengeluarkan fragmen akar
dari soket. 17
2.10 Justifikasi Untuk Meninggalkan Fragmen Fraktur Akar
Ujung akar dan frakmen akar adalah sisa-sisa dari struktur yang normalnya
berada di dalam prosesus alveolaris. Karena itu benda tersebut kadang-kala bisa
ditolerir dan jarang mengakibatkan adanya reaksi benda asing atau infeksi.
Keputusan untuk mengeluarkan fragmen fraktur akar harus didasarkan pada
perkiraan bahawa tidak akan terjadi kecedaraan akibat pengeluarkan fragmen
fraktur akar tersebut , oleh itu kasus harus dalam keadaan dengan rasio resiko
manfaat yang menguntungkan. Merusakkan sebagian besar linggir alveolar dalam
upaya untuk membebaskan fragmen akar tersebut merupakan tindakan yang patut
dipertanyakan. Apabila ada resiko terdorongnya gigi ke dalam sinus maxillaris, ke
fossa infratemporalis, canalis alveolaris inferior atau ke ruang submandibular

20
maka pengeluarkan fragmen fraktur akar sering memberikan rasio resiko terhadap
manfaat yang merugikan. Apabila pengeluaran fragmen fraktur akar pada situasi
yang memang diperlukan, maka seorang dokter gigi harus informed consent pada
pasien tersebut bahawa meninggalkan fragmen fraktur akar tersebut akan
mendatangkan kerugian yang lebih besar dari keuntungan. Apabila fragmen
fraktur akar dibiarkan tetap pada tempatnya, maka sebaiknya dilakukan foto
roentgen untuk kontrol di masa mendatang untuk menghindari terjadinya
komplikasi.

21
2.11 Pertimbangan estetik

Dalam pembuatan mahkota tiruan, nilai estetik yang dihasilkan sangat erat

kaitannya dengan pilihan perawatan dan jenis bahan yang digunakan. Oleh karena

itu perlu mempertimbangkan dengan baik jenis bahan yang digunakan sesuai

dengan kasus yang dihadapi. Seorang dokter gigi perlu mengetahui indikasi dan

kontraindikasi dari masing-masing pilihan perawatan, selain mengetahui

keinginan dan harapan pasien dari mahkota tiruan yang akan dibuat.

Mengevaluasi kasus dan mengetahui keadaan mulut tempat mahkota tiruan akan

dipasang, misalnya oklusi, artikulasi, kebiasaan buruk pasien, dan posisi gigi

antagonisnya. Disamping itu, secara klinis harus diketahui teknik preparasi sesuai

dengan jenis bahan mahkota tiruan yang akan dibuat.

2.12 Mahkota tiruan metal porselen

Mahkota tiruan metal porselen adalah restorasi yang sangat sering

digunakan karena berbagai keunggulannya. Tetapi dari segi estetik mahkota metal

poselen tidak seunggul mahkota tiruan all porcelain. Hal ini disebabkan karena

translusensi cahaya mahkota metal porselen seringkali terganggu oleh coping

metal yang menghambat transmisi cahaya, sehingga meningkatkan pantulan

cahaya pada mahkota, sedangkan pada mahkota all porcelain transmisi cahayanya

jauh lebih baik.2 Preparasi gigi untuk mahkota metal porselen seringkali tidak

adekuat sehingga ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak

diperoleh, sehingga akan menyebabkan warna mahkota tiruan menjadi buram

karena ketebalan porselen yang menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan

ruangan preparasi minimal setebal 1,5 mm untuk mendapatkan warna mahkota

25
tiruan yang estetis. Akan tetapi pada beberapa kasus tidak semua gigi dapat

direduksi setebal 1,5 mm. Kadang-kadang pada saat dilakukan preparasi yang

adekuat malah terjadi trauma pada pulpa. Hal lain yang sering mengganggu

tampilan pengguna mahkota tiruan metal porselen adalah adanya grey area pada

tepi mahkota, biasanya disebabkan gingiva yang resesi setelah pemakaian dalam

jangka waktu lama, sehingga bagian metal pada tepi sedikit terlihat dan terjadinya

diskolorisasi gingiva akibat korosi metal.

Gambar 2. Contoh Mahkota Metal Porselen Yang Kurang Estetik Pada

Gigi 21

26
2.13 Preparasi servikal

Ada beberapa macan desain preparasi servikal untuk mahkota metal

porselen di regio anterior yang diteliti pada suatu penelitian yang melibatkan 51

fakultas kedokteran gigi di AS. Untuk mahkota metal porselen, preparasi servikal

berbentuk flat shoulder digunakan 38%, 45º beveled shoulder 24%, 135º shoulder

15%, chamfer 10%, dan deep chamfer dengan bevel 6%.2 Menurut Chiche dan

Pinault, chamfer merupakan tepi pilihan untuk hampir semua restorasi metal

veneer, karena sifatnya lebih konservatif dibandingkan preparasi bahu.

Kemungkinan terjadinya undercut juga lebih kecil dan menyebabkan stres paling

kecil terhadap semen dibandingkan bentuk tepi yang lain, sehingga potensi

terjadinya kegagalan semen di bawah tepi lebih kecil.

2.14 Tepi porselen

Untuk meningkatkan estetik mahkota metal porselen dapat dilakukan

dengan membentuk tepi porselen, sehingga translusensi cahaya di daerah servikal

lebih baik dan gingiva tidak terganggu oleh warna dari coping metal (gambar 2).

Dengan preparasi yang adekuat tepi porselen diindikasikan untuk mahkota

tunggal maupun retainer gigitiruan jembatan di regio anterior.2 Penggunaan tepi

porselen sendiri mempunyai masalah, yaitu adaptasi tepi dari mahkota dengan tepi

porselen tidaklah sebagus tepi metal. Hal ini disebabkan pengerutan poselen saat

dibakar.

27
Akan tetapi, menurut Lomanto dan Weiner4 sampai saat ini berbagai

teknik pembuatan dan bahan-bahan khusus untuk membuat tepi porselen telah

dikembangkan dan adaptasi tepi dari porselen saat ini dapat diterima secara klinis.

Berbagai penelitian menunjukkan akurasi dari berbagai teknik pembuatan tepi

porselen cukup baik. Adaptasi tepi yang dihasilkan oleh tepi porselen mempunyai

hasil yang konsisten dengan celah tepi rata-rata antara 8-11 μm.

Gambar 3. Ilustrasi Tepi Porselen

2.15 Preparasi servikal

Untuk tepi porselen agar mendapatkan kekuatan yang cukup terhadap

tensile stress maka preparasi servikal yang ideal untuk tepi porselen adalah

dengan bentuk internally rounded shoulder/radial shoulder dengan sudut 90-100

terhadap permukaan akar dengan ketebalan 1-1,5 mm (gambar 3). Finish line

berupa chamfer atau sloping shoulder merupakan kontraindikasi untuk tepi

porselen karena porselen akan terlalu tipis pada bagian tepinya sehingga mudah

pecah.

28
2.16 Pertimbangan Estetik Dalam Pemilihan Pasak Dan Inti

Salah satu solusi untuk meningkatkan nilai estetik pada pembuatan

mahkota tiruan pasak adalah dengan menggunakan pasak non-metal Saat ini

sudah banyak jenis pasak non-metal beredar di pasaran. Biasanya bahan pasak ini

terbuat dari fiber karbon atau zircon. Keuntungan paling baik dari pasak fiber

karbon ini adalah modulus elastisitasnya yang mendekati dentin sehingga

kemungkinan terjadinya fraktur akar lebih kecil dibandingkan dengan pasak

tuang. Selain itu warnanya lebih estetis dibandingkan pasak metal. Sedangkan

kerugiannya adalah kekuatannya tidak sebaik pasak tuang dan terlihat radiolusen

dalam foto ronsen.6 Ada beberapa jenis bahan inti yang dapat digunakan dengan

pasak siap pakai, yaitu amalgam, GIC konvensional, silver reinforced GIC, resin

modified GIC, dan resin komposit. Bahan inti yang mempunyai nilai estetik

paling baik adalah GIC konvensional, resin modified GIC, dan resin komposit.

Meskipun demikian resin komposit adalah pilihan terbaik karena fracture

toughness-nya yang paling tinggi.

Gambar 4. Bentuk Preparasi Tepi

29
2.17 Laporan Kasus

Seorang pasien pria, umur 25 tahun datang ke Klinik Prostodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, dengan tujuan ingin memperbaiki tumpatan di

gigi insisivus sentralis kanan atas (11) yang sudah berubah warna (gambar 4A). Pasien

ingin dibuatkan mahkota tiruan untuk memperbaiki estetik giginya. Pasien dalam

keadaan sehat, gigi 11 telah dirawat saluran akar dengan restorasi berupa tumpatan

komposit.

Gambar 5. A.Keadaan Awal Gigi Pasien. B. Foto Periapikal Gigi 11 Pasca

Pengisian Saluran Akar.

Dari hasil anamnesis, pasien menginginkan suatu restorasi yang lebih

estetis dan tahan lama untuk gigi depannya, status umum pasien dalam keadaan

sehat dengan sikap mental exaciting. Secara ekstra oral pasien memiliki bentuk

wajah lonjong dan simetris, profil wajah lurus, hidung simetris dan pernapasan

lancar, rima oris normal, bibir atas dan bawah tipis dan tonus normal, serta sendi

rahang normal. Secara intra oral kebersihan mulut sedang, kalkulus dan stain ada,

refleks muntah rendah, gigitan ada dan stabil, overbite anterior 4 mm dan

posterior 1 mm, overjet anterior 4 mm dan posterior 2 mm. Gigitan terbuka tidak

30
ada, gigitan silang tidak ada, hubungan rahang ortognati, artikulasi group

function, kontak prematur dan bloking tidak ada. Dari pemeriksaan radiografis

nampak gigi 11 telah dilakukan perawatan saluran akar yang hermetis, tidak ada

kelainan periapikal, ada tumpatan yang besar, keadaan tulang alveolar baik,

perbandingan mahkota : akar 1 : 1,5, dan panjang akar 15 mm (gambar 4B).

Bentuk kasus adalah gigi 11 pasca perawatan saluran akar yang membutuhkan

rehabilitasi berupa mahkota pasak menggunakan fiber dan inti komposit dengan

mahkota metal porselen yang dimodifikasi dengan menggunakan tepi porselen.

2.18 Tahap perawatan


Pada kunjungan pertama dilakukan pencetakan pendahuluan dengan

alginat untuk membuat model studi. Selanjutnya dilakukan pembuatan foto

periapikal serta pengisian kartu status. Berikutnya dilakukan pembuangan

tumpatan komposit yang telah berubah warna (gambar 6A), dilanjutkan dengan

pembersihan jaringan karies. Disamping itu juga dilakukan pembuangan sedikit

jaringan gingiva di daerah distal yang menutupi sisa mahkota secara

electrosurgery (gambar 6B).

Gambar 6. Perawatan awal pada gigi 11. A. Pembuangan tumpatan

komposit dan pembersihan karies. B. Crown lengthening di distal gigi. C.

Mencoba pasak fiber. D. Sementasi pasak

31
32
Gambar 7. A. Membangun inti. B. Tepi bentuk bahu 90o dengan bagian

dalam membulat.

Selanjutnya dilakukan preparasi saluran akar, yaitu membuang gutta

percha dengan gates glidden drill sampai no.3 dan membentuk saluran akar

dengan reamer peeso sampai no.3 untuk tempat pasak sepanjang 2/3 saluran akar,

yaitu sepanjang 10 mm. Pasak fiber dicobakan ke dalam saluran akar (gambar 6C)

dan disementasi dengan semen resin (gambar 6D). Prosedur selanjutnya adalah

melakukan etsa dan bonding yang diaplikasikan pada struktur mahkota gigi yang

tersisa, dilanjutkan dengan pembuatan inti menggunakan komposit resin (gambar

7A). Selanjutnya dilakukan preparasi mahkota dengan tepi subgingiva. Untuk

menghindari trauma gingiva pada preparasi tepi gingiva maka dilakukan retraksi

gingiva dengan benang retraksi yang mengandung aluminium klorida terlebih

dahulu. Preparasi untuk daerah tepi menggunakan bur flat-end tapered untuk

membentuk akhiran bahu.

33
Bur round-end tapered untuk membulatkan sudut bagian dalam (gambar

6B). Preparasi untuk tepi porselen berbentuk bahu 90° dengan sudut bagian dalam

membulat, kemudian dilanjutkan dengan retraksi gingiva dan pencetakan model

kerja dengan bahan rubber base, penentuan warna gigi, pembuatan dan

pemasangan mahkota sementara. Pada kunjungan berikutnya dilakukan percobaan

mahkota (gambar 7A) pada pasien, pemeriksaan oklusi, artikulasi dan warna gigi.

Selanjutanya dilakukan pemasangan mahkota tetap dengan semen sementara zinc

oxide freegenol. Seminggu kemudian pada kunjungan berikutnya, ditemukan

tidak ada peradangan pada gingiva, dilakukan lagi pemeriksaan oklusi, artikulasi.

Pasien puas dengan estetiknya. Dilakukan sementasi permanen dengan semen

resin (gambar 8B).

Gambar 8. A.Mahkota dengan tepi porselen. B. Mahkota disementasi. C.

Kontrol setelah 1 tahun.

Seminggu setelah sementasi permanen dilakukan kontrol (gambar 7C),

pemeriksaan oklusi dan artikulasi. Tidak ditemukan adanya kelainan, estetik baik,

dan tidak ada keluhan pada kontrol 1 minggu dan 1 tahun setelah insersi.

34
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis pada kasus ini, harapan dan keinginan pasien

menekankan bahwa pasien membutuhkan mahkota tiruan yang mempunyai estetik

baik. Pilihan perawatan harus diputuskan dengan mempertimbangkan keinginan

pasien, bentuk kasus dan kondisi dalam mulut pasien. Meskipun pilihan terbaik

untuk estetik dalam pembuatan mahkota tiruan di regio anterior adalah mahkota

all porcelain, tetapi indikasi mahkota all porcelain hanya terbatas pada regio

anterior dengan tekanan oklusi yang normal dan tidak ada kebiasaan parafungsi

dari pasien.

Pada kasus di atas, alasan pemilihan mahkota metal porselen karena

pasien mempunyai gigitan dalam dan daya kunyah pasien besar, sehingga

dibutuhkan restorasi yang cukup kuat untuk menahan tekanan. Bahan pasak fiber

yang sewarna gigi dipilih agar didapatkan estetik yang optimal, sebab apabila

digunakan pasak tuang atau pasak sediaan yang berwarna metal maka

kemungkinan warna metal akan berbayang kehitaman pada daerah tepi porselen.

Penggunaan pasak inti tuang dapat menyebabkan perubahan warna pada dinding

saluran akar dan pada akhirnya juga akan menyebabkan diskolorisasi pada daerah

tepi gingival.

Bahan untuk inti menggunakan komposit resin, karena selain estetik baik,

pengerjaannya mudah, dan mempunyai fracture toughness yang lebih baik

dibandingkan dengan semen ionomer kaca. Keuntungan paling utama dari inti

35
komposit resin adalah kemampuannya untuk melekat pada sisa struktur gigi yang

ada.

Crown lengthening dengan electrosurgical dilakukan pada bagian distal

gigi agar didapatkan ferrule effect yang maksimal. Ferrule effect diperoleh dari

sisa struktur gigi di atas tepi preparasi yang berguna untuk memberikan efek

wedging dari mahkota tiruan terhadap struktur mahkota gigi yang tersisa agar

tidak terjadi fraktur akar gigi saat ada tekanan dari lateral. Ferrule effect yang baik

membutuhkan lebih dari 2 mm struktur gigi tersisa di atas tepi. Menurut Wall dan

Cipra, proses laboratorium pembuatan tepi porselen merupakan teknik yang

sensitif. Semakin banyak bagian metal yang dikurangi dari daerah tepi, maka akan

makin sulit mendapatkan kerapatan tepi yang akurat. Oleh karena itu pemakaian

tepi porselen merupakan kontra indikasi apabila laboratorium tidak

berpengalaman dalam membuat tepi porselen. Alternatif lain untuk kasus di atas

selain menggunakan tepi porselen, bisa juga digunakan restorasi metal porselen

dengan precious metal, namun precious metal ini harganya sangat mahal.

Gambar 8. Mahkota

Dengan Precious Metal

36
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 SIMPULAN

Untuk keberhasilan perawatan dan estetik yang optimal pada pembuatan

mahkota tiruan, dibutuhkan anamnesis yang adekuat mengenai keinginan dan

harapan pasien, evaluasi kasus dan keadaan dalam mulut pasien. Pemilihan

mahkota metal porselen dengan tepi porselen, merupakan salah satu alternatif

perawatan untuk mendapatkan estetik yang baik di regio anterior.

4.2 SARAN
Preparasi servikal disarankan berbentuk bahu dengan internal round angle,

dengan sudut antara

37
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Chiche G, Pinault A. Metal ceramic crowns dalam esthetichs of anterior fixed


prosthodontics. Chicago: Quintessence Publishing & Co; 1994. p.75-96.

Gardner FM, Tillman-McCombs KW, Gaston ML, Runyan DA. In vitro failure
load
of metal- collar margins compared with porcelain facial margins of metal
ceramic crowns. J Prosthet Dent 1997; 78: 1-4

Kakehashi Y, Lüthy H, Naef R, Wohlwend A, Schärer P. A new all-ceramic post


and core system: clinical, technical, and in vitro results. Int J Perio Rest
Dent
1998; 18: 587-93.

Lomanto A, Weiner S. A comparative study of ceramic crown margins


constructed
using different techniques. J Prosthet Dent 1992; 67: 773-7.

Orbis dental, LLC. Porcelain Fused to Metal restoration [dikutip 2008 November
21]; Available from URL: http://www. orbisdentalllc.com/pfm.html.

Robbins JW. Restoration of the endodontically treated tooth. Dent Clin North Am
2002; 46: 367-84.

38
Shillinburg HT, Hobo S, Whitsett LD, Brackett SE. Fundamentals of fixed
prosthodontics. 3 rd Ed. Chicago: Quintessence; 1997. p. 139- 54.

Wall JG, Cipra DL. Alternative crown systems. Dent Clin North Am 1992; 36:
765
82.

39

You might also like