Professional Documents
Culture Documents
Artikel 1
Artikel 1
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
PUSKESMAN SICANANG
MEDAN
TAHUN 2022
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan izin Allah SWT penulis dapat meyelesaikan
penulisan makalah berjudul “Manajemen Perawatan Dan Teknik Pencabutan Gigi Fraktur”.
Penulisan makalah ini diajukan sebagai syarat untuk usul kenaikan pangkat. Penulisan
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan , untuk itu penulis mohon maaf
apabila masih ada kekurangan.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua . Amin Ya Rabbal Alamin.
DAFTAR ISI
2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Contoh Kasus.............................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6
2.1 Definisi.............................................................................................................6
2.2 Ciri-Ciri Gigi Premolar..................................................................................6
2.3 Klasifikasi Fraktur.........................................................................................6
2.4 Klasifikasi Fraktur Akar...............................................................................6
2.5 Etiologi.............................................................................................................7
2.6 Gambaran Klinis Fraktur Gigi.....................................................................7
2.6.1 Fraktur Email...........................................................................................7
2.6.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa........................................8
2.6.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa......................................8
2.6.4 Fraktur Mahkota-Akar...........................................................................8
2.6.5 Fraktur Akar............................................................................................8
2.6.6 Gambaran Radiografi..............................................................................9
2.7 Manajemen Fraktur Gigi.............................................................................10
2.7.1 Fraktur Email...................................................................................10
2.7.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa................................11
2.7.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa..............................11
2.7.4 Fraktur Mahkota-Akar...................................................................11
2.7.5 Fraktur Akar Vertikal.....................................................................13
2.8 Teknik Pencabutan Gigi Premolar.............................................................14
2.9 Teknik Pengambilan Fragmen Fraktur Akar......................................15
2.9.1 Teknik Tertutup...............................................................................15
2.9.2 Teknik Terbuka................................................................................18
2.10 Justifikasi Untuk Meninggalkan Fragmen Fraktur Akar...................20
2.11 Pertimbangan estetik...............................................................................25
2.12 Mahkota tiruan metal porselen..............................................................25
2.13 Preparasi servikal....................................................................................27
2.14 Tepi porselen............................................................................................27
2.15 Preparasi servikal....................................................................................28
2.16 Pertimbangan Estetik Dalam Pemilihan Pasak Dan Inti.....................29
2.17 Laporan Kasus.........................................................................................30
2.18 Tahap perawatan.....................................................................................31
BAB III....................................................................................................................34
3
PEMBAHASAN......................................................................................................34
4.1 SIMPULAN...................................................................................................36
4.2 SARAN...........................................................................................................36
4
BAB 1
PENDAHULUAN
profil wajah. Fraktur sering terjadi pada manusia dan dapat terjadi pada golongan
anak-anak, orang dewasa dan golongan orang tua. Fraktur gigi dapat disebabkan
oleh faktor-faktor seperti trauma dari olahraga, kecelakaan lalu lintas, pencabutan
gigi yang kurang sempurna dan lain-lain. Terdapat tiga jenis fraktur gigi yaitu
fraktur mahkota paling tinggi 26-76% dibandingkan dengan fraktur yang lain,
sedangkan prevalensi fraktur akar terjadi kira-kira 0,5% - 7%, tergantung gigi
sulung atau gigi permanen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Majorana dkk,
prevalensi fraktur akar gigi terjadi pada gigi permanen 7,7% dan prevalensi
fraktur akar gigi terjadi pada gigi sulung 3,8%. Prevalensi terjadinya fraktur akar
gigi lebih didominasi oleh laki-laki dalam gigi permanen (41 lelaki dan 19
perempuan, 68.3% dan 31.7%) dan juga gigi sulung (12 lelaki dan 4 perempuan,
75% dan 25%). Fraktur akar gigi paling sering terjadi pada kelompok umur 15-26
untuk gigi permanen dan umur 3-4 untuk gigi sulung. 4, 5, 6 Fraktur gigi
tergantung pada banyak faktor seperti anatomi gigi dan juga keterampilan
operator. Penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian gigi yang lebih sulit
1
dicabut dari gigi yang lain. Keterampilan operator sewaktu pencabutan gigi juga
merupakan salah satu faktor terjadinya fraktur gigi karena tidak semua dokter gigi
dilakukan pencabutan gigi, dokter gigi harus mendiagnosa fraktur gigi dengan
tepat karena rencana perawatan akan dipengaruhi oleh hasil diagnosa. Untuk
mendiagnosa fraktur gigi dengan tepat, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
Perawatan trauma gigi merupakan hal yang tidak mudah bagi klinisi
penting dalam merawat trauma gigi adalah menentukan etiologinya. Trauma gigi
adalah salah satu penyebab umum fraktur gigi yang dapat mengakibatkan
kerusakan pulpa gigi anterior maupun posterior. Fraktur mahkota dengan pulpa
terbuka terjadi sebanyak 2-13% dari seluruh trauma kecelakaan yang melibatkan
gigi.2 Dalam hal ini pertimbangan endodontik mempunyai peran penting dalam
Perawatan saluran akar satu kali kunjungan yaitu perawatan yang meliputi
2
kunjungan. Pada perawatan satu kali kunjungan yang berhasil akan menghemat
waktu, mengurangi resiko infeksi antar kunjungan dan jarang terjadi flare up.
Pada laporan kasus ini perawatan endodontik dilakukan dengan satu kali
kunjungan dan diteruskan dengan pemasangan pasak fiber dan restorasi porcelain
fused to metal.
pembuatannya pasak dapat dibedakan menjadi dua yaitu pasak prefabricated dan
non logam. Penggunaan pasak pada gigi pasca perawatan saluran akar
berdasarkan struktur gigi yang tersisa dan sebagai pendukung restorasi akhir.
restorasi untuk merekonstruksi estetik dan integritas struktural dari gigi yang
mengalami diskolorasi, fraktur maupun keausan akibat usia. Sifat estetik yang
sangat baik dari bahan porselen membuat porcelain fused to metal menggantikan
mahkota kombinasi logam emas akrilik pada penggunaan beberapa tahun terakhir
ini. Dengan kombinasi logam sebagai copingnya yang memberi kekuatan lebih
baik, daya tahan yang lama, mudah dan sederhana dalam pembuatannya. Akan
tetapi mahkota tiruan metal porselen anterior yang membutuhkan estetik optimal
3
adanya grey area di gingiva sekitar tepi mahkota, demikian pula sering terlihat
pada mahkota metal porselen yang telah dipakai dalam jangka waktu lama.
untuk mengatasi masalah estetik, tetapi mahkota tiruan all porcelain tidak
tertentu seperti pada pasien dengan gigitan dalam anterior atau pada gigitiruan
jembatan anterior yang panjang kekuatan dari restorasi metal porselen sangat
dibutuhkan.
Faktor estetik adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam
modifikasi dengan mengurangi metal pada bagian tepi labial, diganti dengan
porcelain margin. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Brecker pada tahun
1956. Sejak saat itu teknik ini menjadi populer dan terbukti meningkatkan nilai
estetik pada mahkota tiruan metal porselen. Dalam laporan kasus ini akan dibahas
mengenai penatalaksanaan mahkota tiruan pasak metal porselen pada gigi anterior
Konservasi Gigi RSGM FKG Unpad dengan keluhan gigi depan rahang atas patah
karena kecelakaan kendaraan bermotor 1 minggu yang lalu, dan pasien ingin
mengalami fraktur sampai meliputi dua pertiga mahkota disertai pulpa yang
terbuka. Pemeriksaan objektif gigi 11,12,21 dengan tes dingin dan Electric Pulp
4
Test positif, palpasi, perkusi, tekan dan mobilitas negatif. Pemeriksaan radiografis
tanpa disertai lesi periapikal. Diagnosis gigi depan rahang atas adalah pulpitis
irreversibel dengan fraktur klasifikasi Ellis kelas III . Prognosis baik, dan rencana
perawatannya adalah perawatan saluran akar satu kali kunjungan, dengan restorasi
akhir yaitu pemasangan pasak fiber, pembuatan inti dan pembuatan porcelain
fused to metal.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Berdasarkan Mosby’s Dental Dictionary, fraktur secara umum
didefinisikan sebagai pecahnya sebagian dari gigi atau tulang. Fraktur akar
merupakan terjadinya celah mikroskopis atau makroskopis pada bagian akar gigi
yang dapat terjadi dari arah manapun.
6
2. Lokasi terjadinya garis fraktur (bagian servikal, tengah, apikal)
3. Posisi segmen koronal gigi (bergeser atau tidak bergeser)
4. Luas fraktur (parsial atau total)
2.5 Etiologi
Etiologi terjadinya fraktur gigi antara lain:
1. Trauma fisikal seperti kecelakaan dari olahraga, kecelakaan lalu lintas,
perkelahian, terjatuh dan objek yang terbentur pada gigi. 4, 12, 13
2. Trauma indirek seperti benturan kuat pada daerah maksilla atau mandibula. 12
3. Kebiasaan parafungsional seperti kebiasaan menggigit pensil, clenching,
grinding dan bruxism. 3, 14
4. Oklusi traumatik karena pemakaian gigi tiruan yang tidak sesuai. 3, 15
5. Faktor-faktor iatrogenik seperti posisi pemasangan pin dan pasak yang tidak
benar, perawatan saluran akar yang mengurangkan ketebalan dentin sehingga
menyebabkan struktur gigi menjadi lemah. 16
Daya kompresi yang berlebihan
sewaktu obturasi. 3, 12, 13
6. Resorpsi yang diinduksi oleh fraktur akar yang patologis. 13
7. Agen kimia seperti natrium hipoklorida yang digunakan sewaktu irigasi saluran
akar dapat menyebabkan erosi dentin. 16
8. Fraktur akar sewaktu pencabutan gigi, dapat disebabkan oleh : 17, 18
a) Teknik pencabutan yang kurang sempurna.
b) Keadaan akar itu sendiri yang panjang, bengkok, divergen.
c) Keadaan gigi yang rapuh karena karies yang besar.
d) Gigi yang mengalami kalsifikasi, sehingga gigi kurang kuat dan mudah pecah.
e) Akar yang hipersementosis dan ankilosis.
f) Keadaan tulang alveolar yang sangat tebal dan tidak elastis.
7
2.6 Gambaran Klinis Fraktur Gigi
2.6.1 Fraktur Email
Biasanya fraktur email terdiri dari enamel infraction, fraktur email dan
fraktur email-dentin. Fraktur ini merupakan fraktur mahkota sederhana, tanpa
mengenai dentin atau hanya sedikit mengenai dentin, fraktur email hanya terbatas
pada daerah email dan tidak melewati batasan email-dentin. Retakan pada fraktur
ini dapat terlihat dari cahaya tidak langsung atau trans-illumination. 2, 19
8
fraktur akar vertikal. Fraktur akar horizontal ditandai dengan pecahnya jaringan
keras akar.
9
2.6.6 Gambaran Radiografi
Hasil dari pemeriksaan radiografi merupakan komponen yang sangat vital
untuk konfirmasi diagnosis sesuatu fraktur gigi . Untuk mendeteksi fraktur akar
gigi, sinar rontgen harus melewati daerah garis fraktur. Jenis radiografi yang
biasanya digunakan untuk mendiagnosa fraktur gigi adalah jenis radiografi
periapikal, radiografi oklusal dan radiografi panaramik. 2, 4
Gambar 2a. Fraktur email; b. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa;c. Fraktur
mahkota dengan terbukanya pulpa; d. Fraktur akar 21
10
dengan resin komposit.
11
bagian apikal tidak parah, kondisi pulpa masih sehat dan tidak terbuka, maka
dilakukan perawatan konservatif untuk merestorasi fraktur tersebut. Pada kasus
fraktur mahkota-akar dengan terbukanya pulpa, dilakukan perawatan
endodontik dan gigi
Perawatan untuk fraktur akar gigi horizontal dapat dibagi berdasarkan lokasi
fraktur di bagian apikal, bagian tengah, bagian servikal: 4, 10
1. Fraktur di bagian sepertiga apikal.
Biasanya jika terjadi kasus fraktur akar horizontal, segmen bagian apikal
tidak terjadi pergeseran atau mobiliti. Dalam kebanyakan kasus, didapati
kemungkinan terjadinya nekrosis pulpa pada segmen fraktur di bagian apikal
sangat rendah. Maka dari itu, gigi tersebut diobservasi dan hanya dilakukan
perawatan lanjutan jika diperlukan. Jika terjadi nekrosis pulpa pada fragmen
apikal, pengeluaran fragmen menjadi indikasi.
2. Fraktur di bagian sepertiga tengah.
Perawatan yang dianjurkan untuk fraktur bagian sepertiga tengah adalah
reposisi fragmen koronal dan fiksasi pada gigi tetangga dengan split rigid atau
split semi- rigid. Jika nekrosis pulpa hanya terjadi pada bagian koronal , dilakukan
perawatan saluran akar pada segmen koronal dan prosedur apeksifikasi harus
dilakukan sebelum obturasi saluran akar. Pada kasus nekrosis pulpa seluruh gigi,
dilakukan perawatan saluran akar pada kedua bagian koronal dan apikal.
Pengeluaran fragmen fraktur secara bedah juga merupakan salah satu pilihan
perawatan.
3. Fraktur di bagian sepertiga servikal.
Prognosis pada fraktur ini dianggap paling buruk dibandingkan dengan
fraktur di bagian sepertiga apikal dan tengah. Rencana perawatan pada fraktur ini
dipilih berdasarkan posisi garis fraktur, panjang segmen akar yang tersisa dan
kehadiran segmen koronal. Perawatan yang dilakukan pada fraktur bagian
sepertiga servikal termasuk pemanjangan mahkota melalui bedah periodontal,
ekstrusi secara bedah, ekstrusi secara ortodonti dan ekstraksi. Perawatan yang
lebih konservatif seperti splinting juga boleh dilakukan.
12
2.7.5 Fraktur Akar Vertikal
Perawatan pada fraktur akar gigi vertikal sulit dan tergantung pada jenis
dan panjang gigi yang fraktur, durasi dan lokasi terjadinya fraktur tersebut. 10 Pada
kasus fraktur akar vertikal gigi anterior, hanya terdapat satu perawatan yang dapat
dilakukan, yaitu dengan perawatan ekstraksi. Sebaliknya untuk kasus fraktur akar
vertikal gigi posterior terdapat empat kategori dasar perawatan yaitu: 4, 10
1. Perawatan untuk fraktur supraosseous inkomplit dengan pulpa yang vital dan
mempunyai gambaran radiografik serta jaringan periodontal yang normal:
Gigi direstorasi secara menyeluruh dengan mahkota sementara dan dievaluasi
selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, jika didapati pasien asimptomatik, restorasi
mahkota permanen disementasi dengan semen polikarboksilat atau semen
ionomer kaca (GIC). Jika terdapat degenerasi pulpa, dilakukan perawatan saluran
akar dan dipasangkan mahkota permanen setelah perawatan saluran akar.
2. Perawatan untuk fraktur supraosseous inkomplit dengan pulpa non-vital dan
mempunyai gambaran radiografik serta jaringan periodontal yang normal:
Gigi direstorasi secara menyeluruh dengan Stainless Steel Crown (SSC)
dan melakukan perawatan kalsium hidroksida. Pasien dirawat dengan interval 3
bulan. Setelah 9-12 bulan dilakukan perawatan kalsium hidroksida, jika masih
tidak terdapat perubahan tulang yang positif, dilakukan perawatan saluran akar
dan mahkota permanen diletakkan pada gigi tersebut. Apabila terdapat poket
periodontal sepanjang garis fraktur harus dilakukan perawatan periodontal.
3. Perawatan untuk fraktur inkomplit intraosseous dengan pulpa non-vital,
kehilangan tulang dan poket periodontal sepanjang garis fraktur:
Bedah eksploratori diindikasikan untuk mendapatkan visual garis fraktur dan
tingkat kerusakan tulang. Jika garis fraktur terhenti sebelum kerusakan tulang,
13
harus dilakukan bedah periodontal untuk memulihkan kerusakan tulang tersebut.
4. Perawatan untuk fraktur komplit intraosseous dengan pulpa non-vital, kehilangan
tulang dan poket periodontal:
Jika terjadi fraktur pada gigi yang berakar tunggal, perawatan ekstraksi
diindikasikan. Pada fraktur berakar ganda, diindikasi perawatan amputasi akar,
hemiseksi atau ekstraksi.
14
Gambar 3. Teknik pencabutan gigi premolar atas dengan menggunakan tang
#150. 17
15
banyak untuk mengeluarkan patahan akar atau fragmen serta sering meningkatkan
morbiditas fraktur akar tersebut. Jika pengambilan fragmen fraktur akar dengan
teknik tertutup tidak segera berhasil, dokter gigi harus segera melakukan
teknik bedah. Apapun teknik yang dipilih, dua syarat yang paling penting adalah
cahaya yang mencukupi dan suction yang baik. 17, 22
1. Teknik irigasi.
Setelah terjadi fraktur akar, soket gigi diirigasi dan dilakukan suction karena
fragmen fraktur akar yang longgar kadang-kala dapat diirigasi keluar dari soket
gigi. Setelah selesai irigasi dan suction, dokter gigi harus inspeksi soket gigi
secara teliti untuk melihat apakah serpihan akar tersebut telah dikeluarkan atau
tidak. 17
2. Teknik menggunakan Root Tip Pick.
Jika teknik irigasi tidak berhasil mengeluarkan fragmen fraktur akar dari
soket gigi, instrumen Root Tip Pick dimasukkan ke dalam ruang ligamen
periodontal dan digunakan untuk meluksasi fragmen fraktur akar dari soket
dengan hati-hati. Dokter gigi harus hati-hati dengan daya yang diaplikasikan pada
Root Tip Pick karena daya apikal yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya
pergeseran fraktur akar ke daerah anatomis yang lain dan daya lateral yang
16
berlebihan akan menyebabkan kerusakkan pada instrumen Root Tip Pick tersebut.
17
Gambar 5. (A) Apeks akar (2-4mm) yang telah fraktur dari gigi
Gambar 5. (B) Pengunaan Root Tip Pick ke dalam ruang ligamen periodontal
untuk mengeluarkan fragmen akar
dengan teknik Root Tip Pick diatas. Elevator elevator lurus kecil dimasukkan ke
dalam ruang ligamen periodontal, di mana elevator tersebut akan bertindak
seperti baji untuk menggerakkan fragmen tersebut ke arah bidang oklusal. Daya
ke arah apikal yang berlebihan harus dihindari karena dapat menekan fragmen
akar tersebut ke dalam jaringan di bawahnya. 17
17
Daerah bekas pencabutan dibersihkan dari darah dan saliva supaya saluran akar
fragmen fraktur akar kelihatan. File endodonti yang sesuai dimasukkan ke dalam
saluran akar
fragmen
fraktur akar dan
disekrup
sehingga file
endodonti
memegang
dengan kuat saluran
akar fragmen
akar tersebut. Handle pada file endodonti dijepit menggunakan needle holder dan
fragmen akar dikeluarkan dari soket gigi dengan menggunakan prinsip first class
lever atau second class lever. 23
18
pasien, jika dibandingkan dengan perawatan dengan teknik terbuka yang lancar,
efisien dan pembukaan flep yang tepat. 17
Secara umum terdapat dua teknik yang digunakan untuk mengeluarkan
fragmen fraktur akar: 17, 22
1. Kelanjutan teknik pengeluaran gigi dengan satu akar melalui teknik bedah.
Flep jaringan lunak diinsisi dan diretraksi dengan elevator periosteal. Tulang
dibuang dengan menggunakan bur untuk menampakkan bagian bukal akar gigi
tersebut. Fragmen fraktur akar diambil dari sisi bukal menggunakan elevator lurus
yang kecil. Luka dari pembedahan diirigasi, flep direposisi kembali ke normal dan
dilakukan prosedur suturing.
2. Teknik open window yang dimodifikasi.
Teknik ini dapat mengeluarkan fragmen fraktur akar dengan pembuangan
tulang yang minimal pada daerah bukal gigi. Flep jaringan lunak diinsisi dan
diretraksi dengan elevator periosteal dan daerah apeks dilokasi. Bur dental
digunakan untuk
19
Gambar 9.
Bur dental
digunakan
untuk
membuang
tulang di atas
apeks akar
untuk
menampakkan
fragmen akar.
17
Gambar 10. Elevator lurus kecil digunakan untuk mengeluarkan fragmen akar
dari soket. 17
2.10 Justifikasi Untuk Meninggalkan Fragmen Fraktur Akar
Ujung akar dan frakmen akar adalah sisa-sisa dari struktur yang normalnya
berada di dalam prosesus alveolaris. Karena itu benda tersebut kadang-kala bisa
ditolerir dan jarang mengakibatkan adanya reaksi benda asing atau infeksi.
Keputusan untuk mengeluarkan fragmen fraktur akar harus didasarkan pada
perkiraan bahawa tidak akan terjadi kecedaraan akibat pengeluarkan fragmen
fraktur akar tersebut , oleh itu kasus harus dalam keadaan dengan rasio resiko
manfaat yang menguntungkan. Merusakkan sebagian besar linggir alveolar dalam
upaya untuk membebaskan fragmen akar tersebut merupakan tindakan yang patut
dipertanyakan. Apabila ada resiko terdorongnya gigi ke dalam sinus maxillaris, ke
fossa infratemporalis, canalis alveolaris inferior atau ke ruang submandibular
20
maka pengeluarkan fragmen fraktur akar sering memberikan rasio resiko terhadap
manfaat yang merugikan. Apabila pengeluaran fragmen fraktur akar pada situasi
yang memang diperlukan, maka seorang dokter gigi harus informed consent pada
pasien tersebut bahawa meninggalkan fragmen fraktur akar tersebut akan
mendatangkan kerugian yang lebih besar dari keuntungan. Apabila fragmen
fraktur akar dibiarkan tetap pada tempatnya, maka sebaiknya dilakukan foto
roentgen untuk kontrol di masa mendatang untuk menghindari terjadinya
komplikasi.
21
2.11 Pertimbangan estetik
Dalam pembuatan mahkota tiruan, nilai estetik yang dihasilkan sangat erat
kaitannya dengan pilihan perawatan dan jenis bahan yang digunakan. Oleh karena
itu perlu mempertimbangkan dengan baik jenis bahan yang digunakan sesuai
dengan kasus yang dihadapi. Seorang dokter gigi perlu mengetahui indikasi dan
keinginan dan harapan pasien dari mahkota tiruan yang akan dibuat.
Mengevaluasi kasus dan mengetahui keadaan mulut tempat mahkota tiruan akan
dipasang, misalnya oklusi, artikulasi, kebiasaan buruk pasien, dan posisi gigi
antagonisnya. Disamping itu, secara klinis harus diketahui teknik preparasi sesuai
digunakan karena berbagai keunggulannya. Tetapi dari segi estetik mahkota metal
poselen tidak seunggul mahkota tiruan all porcelain. Hal ini disebabkan karena
cahaya pada mahkota, sedangkan pada mahkota all porcelain transmisi cahayanya
jauh lebih baik.2 Preparasi gigi untuk mahkota metal porselen seringkali tidak
adekuat sehingga ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak
karena ketebalan porselen yang menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan
25
tiruan yang estetis. Akan tetapi pada beberapa kasus tidak semua gigi dapat
direduksi setebal 1,5 mm. Kadang-kadang pada saat dilakukan preparasi yang
adekuat malah terjadi trauma pada pulpa. Hal lain yang sering mengganggu
tampilan pengguna mahkota tiruan metal porselen adalah adanya grey area pada
tepi mahkota, biasanya disebabkan gingiva yang resesi setelah pemakaian dalam
jangka waktu lama, sehingga bagian metal pada tepi sedikit terlihat dan terjadinya
Gigi 21
26
2.13 Preparasi servikal
porselen di regio anterior yang diteliti pada suatu penelitian yang melibatkan 51
fakultas kedokteran gigi di AS. Untuk mahkota metal porselen, preparasi servikal
berbentuk flat shoulder digunakan 38%, 45º beveled shoulder 24%, 135º shoulder
15%, chamfer 10%, dan deep chamfer dengan bevel 6%.2 Menurut Chiche dan
Pinault, chamfer merupakan tepi pilihan untuk hampir semua restorasi metal
Kemungkinan terjadinya undercut juga lebih kecil dan menyebabkan stres paling
kecil terhadap semen dibandingkan bentuk tepi yang lain, sehingga potensi
lebih baik dan gingiva tidak terganggu oleh warna dari coping metal (gambar 2).
porselen sendiri mempunyai masalah, yaitu adaptasi tepi dari mahkota dengan tepi
porselen tidaklah sebagus tepi metal. Hal ini disebabkan pengerutan poselen saat
dibakar.
27
Akan tetapi, menurut Lomanto dan Weiner4 sampai saat ini berbagai
teknik pembuatan dan bahan-bahan khusus untuk membuat tepi porselen telah
dikembangkan dan adaptasi tepi dari porselen saat ini dapat diterima secara klinis.
porselen cukup baik. Adaptasi tepi yang dihasilkan oleh tepi porselen mempunyai
hasil yang konsisten dengan celah tepi rata-rata antara 8-11 μm.
tensile stress maka preparasi servikal yang ideal untuk tepi porselen adalah
terhadap permukaan akar dengan ketebalan 1-1,5 mm (gambar 3). Finish line
porselen karena porselen akan terlalu tipis pada bagian tepinya sehingga mudah
pecah.
28
2.16 Pertimbangan Estetik Dalam Pemilihan Pasak Dan Inti
mahkota tiruan pasak adalah dengan menggunakan pasak non-metal Saat ini
sudah banyak jenis pasak non-metal beredar di pasaran. Biasanya bahan pasak ini
terbuat dari fiber karbon atau zircon. Keuntungan paling baik dari pasak fiber
tuang. Selain itu warnanya lebih estetis dibandingkan pasak metal. Sedangkan
kerugiannya adalah kekuatannya tidak sebaik pasak tuang dan terlihat radiolusen
dalam foto ronsen.6 Ada beberapa jenis bahan inti yang dapat digunakan dengan
pasak siap pakai, yaitu amalgam, GIC konvensional, silver reinforced GIC, resin
modified GIC, dan resin komposit. Bahan inti yang mempunyai nilai estetik
paling baik adalah GIC konvensional, resin modified GIC, dan resin komposit.
29
2.17 Laporan Kasus
gigi insisivus sentralis kanan atas (11) yang sudah berubah warna (gambar 4A). Pasien
ingin dibuatkan mahkota tiruan untuk memperbaiki estetik giginya. Pasien dalam
keadaan sehat, gigi 11 telah dirawat saluran akar dengan restorasi berupa tumpatan
komposit.
estetis dan tahan lama untuk gigi depannya, status umum pasien dalam keadaan
sehat dengan sikap mental exaciting. Secara ekstra oral pasien memiliki bentuk
wajah lonjong dan simetris, profil wajah lurus, hidung simetris dan pernapasan
lancar, rima oris normal, bibir atas dan bawah tipis dan tonus normal, serta sendi
rahang normal. Secara intra oral kebersihan mulut sedang, kalkulus dan stain ada,
refleks muntah rendah, gigitan ada dan stabil, overbite anterior 4 mm dan
posterior 1 mm, overjet anterior 4 mm dan posterior 2 mm. Gigitan terbuka tidak
30
ada, gigitan silang tidak ada, hubungan rahang ortognati, artikulasi group
function, kontak prematur dan bloking tidak ada. Dari pemeriksaan radiografis
nampak gigi 11 telah dilakukan perawatan saluran akar yang hermetis, tidak ada
kelainan periapikal, ada tumpatan yang besar, keadaan tulang alveolar baik,
Bentuk kasus adalah gigi 11 pasca perawatan saluran akar yang membutuhkan
rehabilitasi berupa mahkota pasak menggunakan fiber dan inti komposit dengan
tumpatan komposit yang telah berubah warna (gambar 6A), dilanjutkan dengan
31
32
Gambar 7. A. Membangun inti. B. Tepi bentuk bahu 90o dengan bagian
dalam membulat.
percha dengan gates glidden drill sampai no.3 dan membentuk saluran akar
dengan reamer peeso sampai no.3 untuk tempat pasak sepanjang 2/3 saluran akar,
yaitu sepanjang 10 mm. Pasak fiber dicobakan ke dalam saluran akar (gambar 6C)
dan disementasi dengan semen resin (gambar 6D). Prosedur selanjutnya adalah
melakukan etsa dan bonding yang diaplikasikan pada struktur mahkota gigi yang
menghindari trauma gingiva pada preparasi tepi gingiva maka dilakukan retraksi
dahulu. Preparasi untuk daerah tepi menggunakan bur flat-end tapered untuk
33
Bur round-end tapered untuk membulatkan sudut bagian dalam (gambar
6B). Preparasi untuk tepi porselen berbentuk bahu 90° dengan sudut bagian dalam
kerja dengan bahan rubber base, penentuan warna gigi, pembuatan dan
mahkota (gambar 7A) pada pasien, pemeriksaan oklusi, artikulasi dan warna gigi.
tidak ada peradangan pada gingiva, dilakukan lagi pemeriksaan oklusi, artikulasi.
pemeriksaan oklusi dan artikulasi. Tidak ditemukan adanya kelainan, estetik baik,
dan tidak ada keluhan pada kontrol 1 minggu dan 1 tahun setelah insersi.
34
BAB III
PEMBAHASAN
pasien, bentuk kasus dan kondisi dalam mulut pasien. Meskipun pilihan terbaik
untuk estetik dalam pembuatan mahkota tiruan di regio anterior adalah mahkota
all porcelain, tetapi indikasi mahkota all porcelain hanya terbatas pada regio
anterior dengan tekanan oklusi yang normal dan tidak ada kebiasaan parafungsi
dari pasien.
pasien mempunyai gigitan dalam dan daya kunyah pasien besar, sehingga
dibutuhkan restorasi yang cukup kuat untuk menahan tekanan. Bahan pasak fiber
yang sewarna gigi dipilih agar didapatkan estetik yang optimal, sebab apabila
digunakan pasak tuang atau pasak sediaan yang berwarna metal maka
kemungkinan warna metal akan berbayang kehitaman pada daerah tepi porselen.
Penggunaan pasak inti tuang dapat menyebabkan perubahan warna pada dinding
saluran akar dan pada akhirnya juga akan menyebabkan diskolorisasi pada daerah
tepi gingival.
Bahan untuk inti menggunakan komposit resin, karena selain estetik baik,
dibandingkan dengan semen ionomer kaca. Keuntungan paling utama dari inti
35
komposit resin adalah kemampuannya untuk melekat pada sisa struktur gigi yang
ada.
gigi agar didapatkan ferrule effect yang maksimal. Ferrule effect diperoleh dari
sisa struktur gigi di atas tepi preparasi yang berguna untuk memberikan efek
wedging dari mahkota tiruan terhadap struktur mahkota gigi yang tersisa agar
tidak terjadi fraktur akar gigi saat ada tekanan dari lateral. Ferrule effect yang baik
membutuhkan lebih dari 2 mm struktur gigi tersisa di atas tepi. Menurut Wall dan
sensitif. Semakin banyak bagian metal yang dikurangi dari daerah tepi, maka akan
makin sulit mendapatkan kerapatan tepi yang akurat. Oleh karena itu pemakaian
berpengalaman dalam membuat tepi porselen. Alternatif lain untuk kasus di atas
selain menggunakan tepi porselen, bisa juga digunakan restorasi metal porselen
dengan precious metal, namun precious metal ini harganya sangat mahal.
Gambar 8. Mahkota
36
BAB IV
4.1 SIMPULAN
harapan pasien, evaluasi kasus dan keadaan dalam mulut pasien. Pemilihan
mahkota metal porselen dengan tepi porselen, merupakan salah satu alternatif
4.2 SARAN
Preparasi servikal disarankan berbentuk bahu dengan internal round angle,
37
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Gardner FM, Tillman-McCombs KW, Gaston ML, Runyan DA. In vitro failure
load
of metal- collar margins compared with porcelain facial margins of metal
ceramic crowns. J Prosthet Dent 1997; 78: 1-4
Orbis dental, LLC. Porcelain Fused to Metal restoration [dikutip 2008 November
21]; Available from URL: http://www. orbisdentalllc.com/pfm.html.
Robbins JW. Restoration of the endodontically treated tooth. Dent Clin North Am
2002; 46: 367-84.
38
Shillinburg HT, Hobo S, Whitsett LD, Brackett SE. Fundamentals of fixed
prosthodontics. 3 rd Ed. Chicago: Quintessence; 1997. p. 139- 54.
Wall JG, Cipra DL. Alternative crown systems. Dent Clin North Am 1992; 36:
765
82.
39