Professional Documents
Culture Documents
Contoh Draft Kajian UPTD Pengelala Fasilitas Kesehatan DKK Malang
Contoh Draft Kajian UPTD Pengelala Fasilitas Kesehatan DKK Malang
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan medis, beberapa besaran fisik dari tubuh pasien seperti temperatur, tekanan darah, detak jantung, berat
tubuh, kadar mineral-mineral dalam tubuh dan sebagainya, diperlukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit yang diderita
pasien. Penyakit demam berdarah pada seorang pasien, misalnya, dapat didiagnosis berdasarkan pada hasil pengukuran suhu
tubuh dikombinasikan dengan pengukuran kadar haemoglobin darah pasien. Penyakit jantung dapat dideteksi dari hasil
pengukuran tekanan darah pasien. Sedang untuk keperluan pengobatan, pemberian obat dosisnya disesuaikan dengan berat
tubuh pasien.
Untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien, selain pengamatan secara fisik terhadap gejala yang muncul pada tubuh,
dokter juga memerlukan alat bantu berupa alat-alat ukur yang dapat memberikan informasi lebih detil mengenai kondisi
pasien. Informasi itu seringkali tidak bisa diperoleh secara langsung melalui pengamatan dengan pancaindera. Karena itu, alat
ukur memiliki peran yang sangat besar untuk mendukung suksesnya diagnosis penyakit yang dilakukan oleh dokter terhadap
pasien.
Kesalahan informasi hasil pengukuran besaran fisik pada tubuh pasien akan berakibat pada kesalahan diagnosis
maupun tindakan medis yang diberikan kepada pasien tersebut. Karena termometer yang dipakai untuk mengukur suhu tubuh
pasien tidak bekerja secara normal, seorang pasien yang sebetulnya terserang penyakit demam berdarah, hasil diagnosisnya
menyatakan pasien tersebut hanya terserang flu, sehingga dokter salah dalam memberikan tindakan medis maupun pemberian
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur,
dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable ) ke standart Nasional dan atau
International.
Berdasarkan Permenkes 263 Tahun 1998 disebutkan bahwa Setiap Alat Kesehatan yang digunakan pada sarana pelayanan
kesehatan wajib dilakukan pengujian dan atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran atau kinerja dan keselamatan
pemakaian. Pengujian dan atau kalibrasi dilakukan oleh institusi penguji secara berkala sekurang-kurangnya 1 kali dalam
setahun.
Berdasarkan Undang-undang No. 36 Th 2009 tentang Kesehatan pasal 54 ayat 1 disebutkan bahwa Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan dilaksanakan secara Bertanggung jawab, Aman, Bermutu serta Merata dan Non Diskriminatif.
Di pasal 98 ayat 1 : disebutkan bahwa Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan harus Aman, Berkhasiat / Bermanfaat, Bermutu
dan Terjangkau.
Di pasal 103 ayat 1 :disebutkan bahwa Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alkes diselenggarakan untuk melindungi
dan Alat Kesehatan yang tidak memenuhi
masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan Farmasi
persyaratan mutu dan atau keamanan dan atau khasiat atau kemanfaatan
Berdasarkan Undang-Undang no 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Di pasal 16 ayat 2 : disebutkan bahwa Peralatan Medis sebagaimana ayat 1 harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh
BPFK dan atau Pengujian Fasilitas Kesehatan yang berwenang.
7,8,9,10,11,12,13,14 dan 16 tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit
B. TUJUAN
Tujuan Umum
1.
Membentuk Bengkel Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang menjadi UPTD Pengelolaan Fasilitas
Kesehatan dalam rangka memenuhi permintaan kebutuhan masyarakat.
Tujuan Khusus
2.
a. Meningkatkan mutu pelayanan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan pada masyarakat secara optimal, akurat, dan
terpercaya
b. Untuk memberikan perlindungan yang menyeluruh terhadap masyarakat dan menjamin kebenaran kondisi alat
kesehatan yang dipergunakan.
c. Menjadi mitra yang terpercaya dari penyelenggara fasilitas kesehatan ( klinik Rawat Jalan, Klinik Rawat Inap dan
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta) untuk pengelolaan alat kesehatannya.
C. SASARAN PELAYANAN
Pengawasan standarisasi peralatan kesehatan terutama di Jawa Timur masih sangat kurang dan BPFK (Badan Pengamanan
Fasilitas Kesehatan ) sebagai lembaga pengawasan fasilitas kesehatan yang berpusat di Surabaya saat ini kewalahan
menangani permasalahan tersebut. BPFK (Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan) yang berpusat di Surabaya melayani
fasilitas kesehatan di 7 propinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah, sangatlah kewalahan untuk menangani seluruh fasilitas kesehatan mulai dari Puskesmas, Klinik Rawat Jalan,
Klinik Rawat Inap dan Rumah Sakit yang ada di 7 Propinsi tersebut.
Propinsi Jawa Timur yang mempunyai fasilitas RS negeri dan swasta yang berjumlah 391, Klinik Rawat Jalan dan Klinik
Rawat Inap sejumlah 1589 dan puskesmas yang berjumlah 960 yang dibisa ditangani BPFK Surabaya hanya sekitar 10 – 20 %
saja.
BP
Klinik Rawat
TABEL Jalan
2.2. JUMLAH SASARAN BERDASARKAN ALAT KESEHATAN YANG DIKALIBRASI
No Alkes yang dikalibrasi Nama Fasilitas Jumlah
Kesehatan
Fasilitas
Kesehatan Jumlah Alkes Jumlah
Alkes Total
1 Tensimeter ( 1. Puskesmas 39 20 alkes x 39 78 alkes
Sphymomamografi) Puskesmas
2. BP 15 3 alkes x 15 BP 45 alkes
3. Klinik Rawat Jalan 54 3 alkes x 54 KRJ 162 alkes
4. Klinik Rawat Inap 31 5 alkes x 31 KRI 155 alkes
5. Rumah Sakit 26 8 alkes x 26 RS 206 alkes
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa saat ini, kemampuan di bengkel alkes Dinas Kesehatan Kabupaten Malang bisa
mengkalibrasi 3 jenis alat kesehatan yaitu Tensimeter, ECG dan Suction pump karena di bengkel alkes punya 3 jenis alat
kalibrator yaitu Digital Multi Meter, ECG Simulator dan Lux Delight Meter ( yaitu untuk mengukur Tensimeter, ECG dan
Suchtio Pump.)
Pada dasarnya setiap kegiatan yang ada dalam UPTD Pengelolaan Fasiltas Kesehatan harus memiliki pedoman baku
yang mendukungnya di setiap mutu secara keseluruhan sampai proses paling tehnis. Dalam menyelenggarakan pelayanan
pengelolaan fasilitas kesehatan mengacu pada prinsip – prinsip sebagai berikut :
C . KALIBRASI
1. Persiapan Alat yang akan dikalibrasi
2. Mempersiapkan alat kalibratornya
3. Melakukan kalibrasi alat medis
4. Mencatat hasil pembacaan dari proses kalibrasi
Mengacu pada prinsip-prinsip diatas terdapat kekurangan- kekurangan dalam pelayanan pengujian dan kalibrasi alkes
saat ini bila dibandingkan dengan kondisi ideal yang diinginkan antara lain :
A. RENCANA INVESTASI
1. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimiliki saat ini masih kurang,hal ini bisa dilihat dari berbagai sisi antara lain :
a. Ditinjau dari bangunan,bangunan bengkel Alkes yang nantinya jadi UPTD Pengelolaan Fasilitas Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang belum memiliki tata ruang yang memadai, idealnya bangunan memiliki ruang
penerimaan alkes, ruang perbaikan alkes, ruang pengujian, ruang kalibrasi, ruang data, ruang penyimpanan alkes,
ruang administrasi, ruang TU dan ruang Kepala UPTD.
Gedung bengkel alkes saat ini menempati ruang seluas 4 m x 8 m sehingga kurang memenuhi syarat untuk
pelayanan kalibrasi, sedangkan untuk gedung UPTD Pengelolaan Fasilitas Kesehatan diperlukan bangunan seluas
11m 2 x 12 m 2 sehingga total luas gedung adalah 132 m 2 . Perkiraan harga bangunan permeter persegi sekitar Rp.
2.000.000. Total biaya pembangunan gedung adalah Rp. 264.000.000.
b. Ditinjau dari kualitas penunjang,bengkel alkes belum memiliki AC atau pengaturan kelembaban dan suhu ruang.
Pengaturan kelembababan dan suhu ruang diperlukan untuk pemeliharaan alat pengukur atau pembanding
kalibratornya juga untuk memenuhi persyaratan standarisasi ruang pengujian dan kalibrasi.
Untuk ruang pengujian,ruang kalibrasi,ruang penyimpanan alkes, ruang tunggu + lobbi dan ruang data perlu AC
jadi diperlukan 5 unit AC. Total biaya 4 x Rp.5.000.000,- = Rp. 25.000.000,-
NO Harga
Rin
cian
Bel
anj
a
Sar
ana
1 Gedung UPDT Rp. 360.000.000,-
2. Tenaga / SDM
Tenaga yang ada saat ini,dilihat dari segi kualitas dan kualifikasi pendidikan yang dimiliki masih kurang ideal. Tenaga
di bengkel alkes saat ini meliputi penanggung jawab 1 orang (SKM), pelaksana tehnis 1 orang (ATEM) dan tenaga
honorer 1 orang (SMA). Kebutuhan tenaga, terutama untuk tenaga pelaksana tehnis seperti dari ATEM kurang 2 orang,
SMK listrik 1 orang, SMK elektro 1 orang. Diharapkan kebutuhan tenaga tersebut bisa dipenuhi melalui test CPNS.
3. Belanja Operasional
Belanja Operasional untuk kebutuhan rutin UPTD Pengelolaan Fasilitas Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Malang dalam 1 tahun sebesar :
TABEL 4.3. RINCIAN BIAYA OPERASIONAL UPTD PENGELOLAAN FASILITAS KESEHATAN DALAM 1
TAHUN
Rincian Belanja Operasional Per Bulan Per Tahun
Tunjangan
-Kepala UPTD Rp. 600.000,- Rp. 7.200.000,-
- Ka sub bag TU Rp. 500.000,- Rp. 6.000.000,-
Listrik Rp.1.100.000,- Rp. 13.200.000,-
Telepon / Internet Rp. 600.000,- Rp. 7.200.000,-
Bahan Bakar Genset Rp. 150.000,- Rp. 1.800.000,-
TOTAL Rp. 35.400.000,-
b. Sedangkan untuk sasaran dengan 10 alat kesehatan yang bisa dikalibrasi adalah sebagai berikut :
TABEL 4.10. JUMLAH SASARAN DENGAN 10 ALAT KESEHATAN YANG BISA DIKALIBRASI
No Alkes yang dikalibrasi Jumlah Fasilitas Jumlah Alkes Jumlah Alkes Total
Nama Fasilitas Kesehatan Kesehatan
1 Tensimeter ( Puskesmas 39 20 alkes x 39 78 alkes
Sphymomamografi) Puskesmas
BP 15 3 alkes x 15 BP 45 alkes
5
Kota Malang
6
Kota Batu
5
B. Perhitungan Rencana Pendapatan dalam 1 tahun
Pola tarip kalibrasi yang diterapkan oleh UPTD Pengelolaan Fasilitas Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang,
mengacu pada Daftar Tarip Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Surabaya sesuai peraturan Permenkes RI
No 21 tahun 2013 tentang Jenis dan Tarip atas penerimaan bukan pajak.
Dari jumlah sasaran penambahan alat kalibrator dan pola tarip sesuai daftar tarip dari BPFK, maka di dapatkan jumlah
penerimaan sbb :
TABEL 4.12. PERKIRAAN PENERIMAAN PENDAPATAN DARI KALIBRASI 10 ALAT KESEHATAN
No Nama Fasilitas Jumlah Fasilitas Jumlah alkes Tarip (sesuai
Alk dikalibrasi Kesehatan Kesehatan total
es
yan
g
tarip BPFK)
(Rp) Jumlah (Rp)
Tensimeter ( Puskesmas 39 78 alkes 70.000 5.460.000
Sphymomamografi)
BP 15 45 alkes 70.000 3.150.000
Klinik Rawat Jalan 54 162 alkes 70.000 11.340.000
Klinik Rawat Inap 31 155 alkes 70.000 10.850.000
Rumah Sakit 26 206 alkes 70.000 14.420.000
BP 15 - 150.000
Klinik Rawat Jalan 54 15 alkes 150.000 2.250.000
Klinik Rawat Inap 31 20 alkes 150.000 3.000.000
Rumah Sakit 26 26 alkes 150.000 7.800.000
Pengujian dan Kalibrasi Alkes merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan Kesehatan kepada masyarakat
dan sangat diperlukan oleh fasilitas Kesehatan mulai dari klinik Rawat Jalan, Klinik Rawat Inap dan RS Kelas D yang ada di
wilayah yang ada di sekitar Kabupaten Malang. Dari uraian mulai dari Bab I sampai dengan Bab IV, dapat disimpulkan bahwa
1. Kondisi bengkel Alkes saat ini masih kurang untuk menjadi UPTD Pengelolaan Fasilitas Kesehatan bila ditinjau dari
sarana prasarana, tenaga, dan peralatan kalibrasi.
2. Dengan kemampuan kalibrasi untuk 3 jenis alat kesehatan saat ini, nantinya dengan terbentuknya UPTD Pengelolaan
Fasilitas Kesehatan ini bisa ditingkatkan kemampuan kalibrasi untuk 10 jenis alat kesehatan.
3. Untuk mendukung peningkatan pelayanan kesehatan di semua fasilitas kesehatan di Kabupaten Malang diperlukan
lembaga Pengelolaan Fasilitas Kesehatan, dimana didalamnya ada pengujian dan kalibrasi alat kesehatan yang nantinya
akan menguji dan mengkalibrasi alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Malang .
4. Dengan melihat wilayah Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surabaya yang meliputi 7 Propinsi ( Jawa Timur, Bali,
NTT, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan), tentu sangat kewalahan bagi BPFK melayani
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di 7 Propinsi tersebut, hal ini merupakan peluang bagi UPTD Pengelolaan Fasiltas
Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang untuk mengembangkan pelayanan kalibrasi ke fasilitas kesehatan di
wilayah kabupaten/kota perbatasan dengan kabupaten Malang.
5. Melihat potensi jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Malang dan potensi keberadaan UPTD Pengelolaan
Fasilitas Kesehatan, maka sangat diharapkan keberadaan UPTD Pengujian Dan Kalibrasi Alkes segera bisa diwujudkan
6. Untuk menunjang beroperasinya UPTD Pengelolaan Fasilitas Kesehatan, maka diperlukan dasar Hukum dalam penentuan
tarip dalam bentuk PERDA Tarif Kabupaten Malang.
Demikian dan Kajian rencana pengembangan UPTD Pengelolaan Fasilitas Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten. Malang,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan pembahasan, sehingga masukan dan saran untuk membuat kajian yang
lebih baik masih sangat diperlukan.
Dan akhirnya besar harapan kami agar kajian ini bisa direalisasikan supaya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan pengujian dan kalibrasi yang lebih baik bisa terwujud.