You are on page 1of 14

UTS ISU ARSITEKTUR DALAM PERANCANGAN

( Studi kasus: “SDN Ragunan 08” )

NAMA : ZIYAD FAUZI NA’IM


NPM: 8112201021

DOSEN:
Dr. BACHTIAR FAUZY, Ir., MT.
IR. BASKORO TEDJO, M.SC., PH.D.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

BANDUNG
2022
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ziyad Fauzi Na’im NPM : 8112201021 menyatakan dengan sejujur -jujurnya bahwa seluruh
jawaban dari soal mata kuliah isu arsitektur dalam perancangan ini dikerjakan sendiri, tanpa bantuan orang
lain. Jika
suatu saat kedapatan bahwa hasil uts ini bukan karya sendiri, maka saya bersedia diberkan sanksi akademik.

Bandung, 10 Nopember 2022

Ziyad Fauzi Na‘im


10 November 2022

PENGARUH PENERAPAN ZERO NET CARBON TERHADAP


METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR DI SDN 08 RAGUNAN,
JAKARTA

Ziyad Fauzi Na’im, Dr. Bachtiar Fauzy, Ir., MT, Ir. Baskoro Tedjo, M.Sc., Ph.D.

Abstrak
Isu krisis energi konvensional dan kelestarian lingkungan menjadi perhatian khusus yang marak diperbincangkan
dalam perkembangan dunia saat ini. Telah diprediksi oleh sejumlah ilmuan bahwa dalam beberapa tahun kedepan,
sumber-sumber alam tak terbarukan akan sulit dan padatnya udara dengan karbon hasil dari aktivitas kehidupan
kita membuat udara segar semakin langka terutama diarea perkotaan. Masalah ini menimbulkan dampak yang
sangat besar terhadap penggunaan energi masa depan dan kapasitas udara bersih yang kita hirup setiap hari begitu
juga ekosistem kehidupan kita, sehingga diperlukan pengembangan teknologi yang dapat menghasilkan sumber-
sumber energi alternatif terbarukan dan bangunan yang memiliki pengaruh besar dalam penghematan energi salah
satunya dari pemerintah Jakarta mencoba mengimplementasikan Net-Zero Carbon pada sekolah dijakarta salah
satunya sekolah dasar negri 08 Ragunan. Tujuan dari penulisan ini untuk membahas bagaimana penerapan desain
dengan konsep zero-net carbon pada sekolah apakah sudah sesuai dengan tujuan dari konsep untuk memperbaiki
lingkungan kemudia isu apasaja yang timbul dengan adanya penerapan zero-net carbon. Maka penelitian ini fokus
pada sekolah 08 Ragunan sebagai studi kasus yang metode kualitatif deskriptif menggunakan literatur dan teori
kesesuaiannya dengan landasan mengenai zero-net carbon kalrifikasi dan eksplorasinya. Dari kajian teori dan
lietratur mengenai zero-net carbon dan perancangan yang berkonsep berkelanjutan akan dibandingkan dengan
realita yang sudah ada yaitu sekolah dasar negri 08 Ragunan dan hasil dari penulisan ini berupa penerapan teori
metode perancangan arsitektur dengan zero-net carbon berkelanjutan sudah terealisasikan dengan baik atau belum
sehingga bisa menjadi rekomendasi untuk perancangan sekolah.Diharapkan penulisan ini bisa jadi pertimbangan
mendesain bangunan dengan penerapan zero-net carbon.
Kata kunci: Zero-net, Sekolah, Perancangan

1. PENDAHULUAN
Isu krisis energi konvensional (tak terbarukan) dan kelestarian lingkungan menjadi perhatian
khusus yang marak diperbincangkan dalam perkembangan dunia hingga saat ini. Telah diprediksi oleh
sejumlah ilmuan bahwa dalam beberapa tahun kedepan, sumber-sumber alam tak terbarukan yaitu
bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam akan sulit dan langka untuk dikonsumsi
dan semakin lama sumber-sumber alam tersebut tidak dapat digunakan. Energi Konvensional memakan
waktu yang sangat lama untuk menggatikan sumber daya yang sudah terpakai, sehingga persediaan
sumber dayanya sangat terbatas.
Berkurangnya sumber daya energi konvensional, menimbulkan dampak seperti meningkatnya
biaya penambangan dan lonjakkan harga jual pada masyarakat yang tidak dapat dielakkan lagi dalam
masa yang akan datang. Masalah ini akan menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap
penggunaan energi dimasa depan, sehingga diperlukan pengembangan teknologi yang dapat
menghasilkan sumber-sumber energi terbarukan alternatif dan implementasi kebijakan efesiensi energi
disetiap rancangan bangunan.
Arsitektur sebagai perancang dituntut untuk bisa tanggap terhadap isu lingkungan maupun secara
global sehingga mempengaruhi cara pendekatan desain yang berbeda, sementara tidak sedikit arsitek
yang membawa penerapan desain dari barat untuk diterapkan di Indonesia sayangnya rancangan tidak
sepenuhnya menjadi solusi terhadap iklim di Indonesia salah satunya penerapan arsitektur berkelanjutan
masih sulit diterapkan akan pemahaman cita-cita dari arsitektur zero-net. Dikutip dari Dinas pendidikan

1
10 November 2022

Jakarta “Bangunan Net-zero Carbon adalah bangunan dengan emisi rendah, sebagian besar kebutuhan
energinya dipasok dari sumber energi terbarukan. Sehingga secara semisi, karbon yang dihasilkan
sangat minim“ (Dinas Pendidikan Jakarat, 2021) disini arsitek diharuskan untuk bisa memahami iklim
secara lebih detail sehingga terbentuknya kehematan energi yang ingin dicapai mempengaruhi cara
perancangan dari segi bentuk, tampak, tata kelola ruang dan penentuan material.
Pemerintah sudah menetapkan Indonesia siap untuk menerapkan zero-net didukung dari Perpres
61/2011 RAN GRK kemudian Perpres 61/2011 RAN GRK didalamnya mengandung segala aspek harus
diperhatikan untuk mencapai zero-net salah satunya dari aspek pembangunan dimana emisi karbon yang
dikeluarkan sangat besar untuk bisa membangun, pemerintah jakarta mencoba memberikan
percontohan untuk keseriusan menanggapi isu ini dengan dibangunnya sekolah zero-carbon
merevitalisasi beberapa sekolah salah satunya sekolah negri dsar 08 Ragunan. Banjir akan respon baik
dari kalangan masyarakat sebagai arsitek lebih bisa berfikir kritis sehingga memebuat berfikir ulang
dalam perancangannya memberikan inovasi baru ataupun melengkapi dari agenda bersama untuk bisa
menerapkan zero-net carbon.
Net-zero energy Building merupakan solusi yang efesien dalam mengatasi perubahan iklim
pertumbuhan emisi polusi dari bangunan dan menguragi penggunaan energi dari lingkungan binaan (
Robert & Kummert, 2012). Konsep ini dikembangkan dikarenakan semakin mahalnya ketersediaan
energi seperi listrik bisa menjadi solusi untuk menekan pembiayaan akan kebutuhan bangunan
pemerintahan seperti sekolah negeri.Hal ini dicapai melalui keseimbangan antara metode pasif dan aktif
serta material dan instrumen hemat energi ( Magdalena & Tondobala, 2016).
Fenomena ini sudah menjadi pemabahasan umum keterbukaan informasi membuat dari semua
kalangan sudah tanggap dengan adanya isu global ini sudah seharusnya pemahaman ini di pahami
seorang arsitek teratama dalam setiap keputusannya untuk bisa diterapkan pada desainya cara
pendekatan ini seolah sudah menjadi sesuatu yang harus diluar kepala untuk bisa mengemban tugas
sebagai profesi yang bertanggung jawab besar terhadap perubahan yang ada maupun yang akan datang
dari fenomena ini bisa disimpulkan rumusan masalah yang akan di bahas pada tulisan ini:
1 . Bagaimana penerapan Zero-Net Carbon pada fungsi bangunan sekolah?
2 . Bagaimana Zero-Net Carbon memepengaruhi dalam menentukan perancangan
arsitektur?

2. KAJIAN TEORI
2.1. Zero-Net Carbon
Zero energy building (ZEB) adalah “ Bangunan non energi” artinya bangunan secara keseluruhan
tidak mengkonsumsi energi dari sumber eksternal seperti perusahaan listrik negara maupun dari bahan
bakal fosil tetapi bangunan dapat memenuhi kebutuhan energinya sendiri melalui sumber energi
terbarukan seperti matahri, angin, air , biofuel, biomassa dan biogas. Adapun persyaratan dalam hal
konsumsi energi, bahwa indeks energi minimal harus sama dengan 50% konsumsi energi bangunan
yang sesuai dengan regulasi termal lingkungan setempat ( Garda et al. 2012). Dengan konsep ini, desain
arsitektural akan memainkan peran yang sangat penting dalam mengurangi konsumsi sumber daya
sebanyak mungkin, dan mengurangi beban sumber daya produksi ( Pullen et al, 2012). Tanpa strategi
rancangan bangunan hemat energi, konsepsi ZEB tidak akan pernah terwujud.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA) ada 3 komponen utama dari sebuah bangunan
ZEB Adapun ketiga komponen utama tersebut di antaranya adalah: Mampu mencapai Net Zero Water,
yang berarti konsumsi air dapat diminimalisir, hasil buangan air dapat diolah kembali, serta dapat
disalurkan kembali pada tempat tertentu, mampu mencapai Net Zero Energy, dalam artian mampu
menghasilkan energi dari sumber terbarukan. Produksi energi ini haruslah sebanyak kebutuhan energi
yang diperlukan bangunan untuk satu tahun lamanya. Mampu mencapai Net Zero Waste, yang berarti

2
10 November 2022

dapat mengurangi, menggunakan kembali, ataupun mengolah barang bekas hingga dapat digunakan dan
tidaak dibuang ke tempat sampah. Sangat penting tidak hanya berfokus pada pembangunan dan estetika
tetapi perlu pemikiran jangka panjang perawatan bangunan hingga suatu saat terjadinya kerusakan.
Menurut ( Y. Mila Adriani, 2015) adapun kelebihan penerapan ZEB ini yaitu: pemilik
bangunan aman dari kenaikan harga energi masa depan, Meningkatkan kenyamanan temperatur
interior lebih seragam, Mengurangi kebutuhan untuk menghemat energi, mengurangi total biaya
kepemilikan karena meningkatkan efisiensi energi, mengurangi biaya bersih bulanan, Sisitem
fotovltaik memilki jaminan purna jual 25 tahun, Biaya tambahan diminimalkan untuk konstruksi
baru, Nilai dari sebuah bangunan ZEB relatif sama seperti bangunan konvensional, Regulasi pajak
yang lebih besar terhadap bangunan -bangunan beremisi CO2 tinggi. Berikut kekuranganya: Biaya
awal dapat lebih tinggi, Desainer yang ahli dibangunan zero energy sangat sedikit, Biaya utilitas
masih besar, Harga peralatan panel surya telah jatuh disekitar 17% per tahun. Ini akan mengurangi
nilai modal yang diinvestasikan dalam sistem pembangkit listrik surya.
Dari teori diatas bisa penerapan ZEB sangat diperlukan ahli dibidangnya salah satunya arsitek
yang menjadi penanggung jawab akan sebuah bangunan, sehingga perlunya pemahaman ini serta
penyelesaiannya yang bisa dibilang sangat kontekstual terhadap lingkungannya sehingga tidak bisa
semua penerapannya disamakan secara umum.
2.2. Metoda Perencanaan
Perencanaan dalam arsitektur memiliki pendekatan yang beragam memiliki suatu sarana untuk
mentranformasikan ide dan kondisi lingkungan dalam satu kesatuan yang dapat dilaksanakan
teratur. Perencanaan adalah sebuah proses untuk menetapkan Tindakan yang tepat dimasa depan
melalui pilihan-pilihan sistematik ( Paul Davidov, 1982). Perencanaan harus bisa tersetruktur dan
dapat dijelaskan secara verbal maupun visual, Perencanaan merupakan suatu proses Menyusun
konsepsi dasar suatu rencana yang meliputi kegiatan-kegiata: 1. Mengidentifikasi, menentukan
komponen-komponen yang menunjang terhadap objek, yang merupakan kompleksitas fakta-fakta
yang memiliki konstribusi terhadap kesatuan pembangunan. 2. Mengadakan studi. Mencari
hubungan -hubungan dari factor-faktor terkait, yang memilki pengaruh spesifik. 3. Mendeterminasi.
Menentukan setepat mungkin fakto-faktor yang dominan dengan memperhatikan kekhususan dari
unit perubahan yang spesifik yang memberikan perubahan terhadap faktor lain. 4. Memprediksi.
Mengadakan ramalan bagaimana suatau faktor akan berubah sehingga mencapai keadaan lebih baik
dimasa depan. 5. Melakukan Tindakan. Berdasarkan prediksi di atas melakukan tindakan terstruktur
untuk mencapai tujuan pembangunan ( William L.Lesley 1977).
Kegiatan perancangan didalam arsitektur seharusnya dilakukan/dilaksanakan didalam dunia
akademik maupun di dunia praktis. Didalam jurnal yang berjudul “Pemahaman Keterkaitan Teori
Arsitektur – Kegiatan Perancangan dan Kritik Karya” (2009), Udjianto Pawitro menyatakan bahwa
ada tiga hal pokok yang seharusnya dilakukan dilakukan dalam kegiatan “perancangan arsitektur”
yaitu: Untuk mendapatkan persiapan, proses dan hasil perancangan yang baik, perlu dilakukan
perancangan arsitektur yang tahapannya teratur dan terstruktur. Mempunyai pengetahuan dasar dan
lanjut terkait kaidah, prinsip, dan acuan tentang kegiatan perancangan yang ‘baik’ dan ‘benar’
Pengetahuan lanjut dalam memberikan corak terhadap kegiatan perancangan arsitektur sehingga
memberikan ‘nilai tambah’ pada hasil rancangan.
2.3. Arsitektur Berkelanjutan
Sustainable Architecture ( arsitektur berkelanjutan) memilki tujuan untuk mencapai kesadaran
lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada menciptakan arsitektur yang harmonis
dengan lingkungan manusia maupun dengan struktur lingkungan yang ada. Dijelaskan 3 elemen

3
10 November 2022

penting dalam proses membangun sebuah lingkungan yang berkelanjutan: 1. Connectivity, Bagaimana
desain dapat memperkuat hubungan antara bangunan, site, Community dan ekologi. Memperkuat
karakteristik lokasi secara spesifik dan alami. 2. Indigeneous Membuat desain yang seimbang dengan
aktivitas serta aksesibilitas penduduk asli yang ada disekitar site dan dapat menjadi keberlanjutan positif
ke masa depan.3. Long Life, Loose Fit. Bagaimana membuat desain untuk generasi dimasa dating tetapi
tetap mencerminkan generasi sebelumnya (Williams, 2007 p. 18).
Poala Sassi (2006) menjelaskan, terdapat komponen-komponen yang harus dipertimbangkan
untuk mencapai desain baik agar mencapai sustainable design, yaitu:

Gambar 2.1 Consideration for Sustainable Architecture


Sumber: (Strategy for Sustainable Architecture,2006) diolah oleh penulis, 2022

Keenam aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang harus saling terintergrasi. Sustainable
Architecture mampu mendorong keberlanjutan kehidupan. Tapi bagaimana bangunan dapat dirancang
dan dibangun agar berkontribusi terhadap rencana keberlanjutan ada dua hal tujuan utama Sustainable
Architecture: Bangunan berkelanjutan harus meminimalisir dampak terhadap lingkungan, Bangunan
harus mampu meberi kontribusi yang positif lingkungan sosial didalamnya dengan mentasi kebutuhan
masyarakat sementara meningkatkan kualita lingkungan.

Mengutip (Jack A. Kramers, 2013) menyatakan bahwa Sustainable architecture adalah respon
kegembiraan untuk eksistensi dan respect untuk dunia yang ada di sekitar kita. Sementara (Ridawan
2016) Arsitektur berkelanjutan memilki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan manfaatkan
sumber daya alam yang berkelanjutan keualitasmua dan daya dukungnya dalam rangka untuk tetap
menjalankan proses pembangunan yang terus berkelanjutan juga serta menciptakan arsitektur yang
harmonis dengan lingkungan dan penekanan pada prinsip meminimalkan kerusakan dan
memaksimalkan pemanfaatn lingkungan alami. Sustainable Architecture ini memilki 3 elemen yaitu
keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan lingkungan dana keberlanjutan sosial.

Penggunaan material-material bangunan yang ramah lingkungan untuk mempermudah


maintenance atau perawatan serta memperkecil biaya yang digunakan untuk perawatan bangunan.
Penggunaan material pada bangunan dapat meminimalisir dampak negative terhadap lingkungan
disekitar bangunan. Material berpengaruh pada produktivitas dan system bangunan. Terdapat 3 kualitas
pemilihan yang harus dipenuhi sebagai bentuk respon keberlanjutan bangunan (building sustainability)
terhadap lingkungan yakni: Resource effectiviness and conservation, Eenergy Conservation &
Effeciency (Keeler & Burke, 2009). Material dan produk yang digunakan harus berpotensi untuk
mempengaruhi sumber energi seperti cahaya matahri, udara dan air, dengan menggunakan energi
tertentu selama siklus pembangunan dan dapat mempengaruhi udara pada berbagai tahap pembangunan,
instalasi, pemeliharaan dan pembuangan. Tantangan tidak hanya untuk mengidentifikasi apa material
atau system yang akan digunakan pada proyek tertentu, tetapi untuk menentukan cara penyeimbangan
manfaat dan kekurangan bahan juga (Keeler & Burke, 2009).

4
10 November 2022

3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian dilakukakn dengan mendreskripsikan atau menggambarkan kondisi fisik serta aktivitas yang
terjadi pada sekolah dasar negeri 08 Ragunan. Dalam penelitian ini peneliti mengamati, mengumpulkan
data dan mengolah data penelitian. Penelitian dilakukakn dengan tujuan untuk mengetahui arti sebuah
Zero-Net Carbon pada sekolah dan pengaruhnya terhadap metode perancangan sebagai penyelesaian
isu yang ada.
Pengumpulan data dilakukan melalui proses pengumpulan data dari internet, jurnal, video dan data
yang valid untuk diolah. Tahap pemilihan sekolah dasar negeri 08 ini sebagai percontohan penerapan
konsep Zero-Net Carbon pada sekolah yang ada di Jakarta. Dari data yang ada akan dilakukan
pembanding antara penerapan desain Zero-Net Carbon ataupun arsitektur berkelanjutan di sekolah
dasar negeri 08 Ragunan dengan teori ataupun standar untuk mencapai konsep Zero-Net Carbon
Adapun fokus yang akan diterapkan untuk mengolah data adalah:
1. Hasil desain dalam menjawab isu Zero-Net Carbon
2. Perbedaan aplikasi desain sekolah negeri yang bukan Zero-Net Carbon
3. Analisa aspek-aspek yang mendukung terbentuknya Zero-Net Carbon
4. Perbedaan metode perancangan menggunakan Zero-Net Carbon dan yang tidak.
Mengetahui makna Zero-Net Carbon dan pengaruhnya terhadap pengguna dan juga lingkungan
secara luas menjadi tujuan utama untuk bisa menyelesaikan isu perancangan. Penerapan desain Zero-
Net Carbon ini mencerminkan bagaimana penerapannya dari pemerintah apakah sudah maksimal
ataupun banyak yang harus diperiksa dan diperbaharui untuk kedepannya dan sekolah lainya yang
berada di Jakarta maupun yang diluar Jakarta. Penerapan Zero-Net Carbon ini sangat berpengaruh untuk
arsitek bisa merespon dalam perancangannya sehingga muncul variasi dari penyelesaian isu walaupun
dalam menacari solusi lebih situasional dengan kondisi lingkungan paling tidak menjadi pedoman baru
untuk bisa melengkapi aspek akan kebutuhan sekolah dan juga penerapan Zero-Net Carbon di
bangunan.
4. ANALISA

Gambar 4.1: Lokasi sekolah dasar negeri 08 Ragunan


Sumber: (Google Earth)

5
10 November 2022

Gambar 4.2: Kondisi jalan di depan sekolah


Sumber: (Google Earth)

Lokasi sekolah ini berada di dalam perumahan Pembangkit Listrik Negara (PLN) dengan luasan
sekitar 5000m2, salah satu karya dari arsitek Ahmad Djuhara yang memeakan biaya kurang lebih 33
M. Lokasi sekolah memang sudah ada sejak dulunya dengan luasan yang lebih kecil dan bangunan
hanya satu lantai sebagai target pemerintah untuk percontohan dan juga agar bisa menampung
kapasitas lebih banyak makan bangunan di tingkatkan menjadi 4 lantai terdiri dari 7 gubahan
bangunan dan satu lapangan terbuka atau olahraga.
Jumlah pendidik atau guru kurang lebih ada 37 dan untuk peserta didik ada 699 anak, dari
hasil revitalisasi dari pemerintah Jakarta untuk semua kebutuhan ruang ada 36 ruangan dan untuk
ruang kelas sendiri terdapat 25 kelas.

Gambar 4.3: Sekolah sebelum revitalisasi dan sesudah revitalisasi


Sumber: (Dinas Pendidikan DKI Jakarta, 2022)

Dari gambar di atas terlihat jelas perubahan yang signifikan tidak hanya dari bentuk tetapi
kondisiyang lebih bersih dengan penggunaan warna netral warna putih, pada yang sudah terivitalisasi
bangunan lebih terlihat bersih kaya akan cahaya matahari di dalam ruang kelas dengan bukaan jendela
yang besar semetara sebelumnya atau pada umumnya jendela terbuat dari kayu dan tinggi terkesan
gelap.

Gambar 4.4: Sekolah sebelum revitalisasi


Sumber: (Medkom.id)

6
10 November 2022

4.1. Penerapan Zero-Net Carbon

Gambar 4.5: Tanaman rambat sepanjang koridor sebagai pembatas koridor


Sumber: (Liputan 6.com)
Penggunaan vegetasi sangat terlihat di tampak bangunan dengan latar tembok dan kolom putih
ketinggian dari pembatas juga lebih rendah sehingga memaksimalkan cahay untuk menerangi koridor
taanpa menggunakan bantuan lampu lagi. Tanaman rambat di harapkan dapat menekat emisi karbon
yang ada di udara dan juga memberikan memfiltrasi udara yang masuk ke koridor menjaga suhu agar
tidak terlalu panas pada tampak bangunan.

Gambar 4.6: Kondis koridor


Sumber: (Suara.com)

Disisi lain koridor dibuat bersih dengan warna monokrom yang dapat memantulkan panas
berlebih sehingga selain terasa lebih bersih juga menekan hawa panas dari luar saat matahari terik dan
aktivitas sekolah hanya pada saat pagi hingga siang hari orientasi koridor menghadap utara tidak
langsung terkena panas matahari, tetap memberikan dinding penuh di pembatas koridor menghilangkan
kesan ketinggian saat berjalan di lantai atas.
Pengunaan vegetasi beragam bukan pada tampak bangunan sehingga cahaya tidak langsung
mengenai koridor dan tanaman diperlukan tanaman pot yang bisa dipindahkan disaat tanaman butuh
cahaya lebih, koridor ini menghadap bangunan lainnya sehingga matahari terhalang, penggunaan
ventilasi bawah dinding membiarkan udara panas keluar lewat bawah sehingga dinding lebih terkesan
bersih dengan jarak pandang ke atas. Dari informasi yang ada penggunaan bak sampah di bangunan ini
dikurangi untuk bisa menekan produksi sampah pada pengguna bangunan.

7
10 November 2022

Gambar 4.7: Penggunaan solar panel sebagai energi cadangan


Sumber: (Sindikasirepublika.com)
Untuk bisa menjadikan bangunan sekolah ini tidak bergantung pada listrik Negara walaupun dengan
kapasitas sekolah masih sangat jauh dari cukup paling tidak sudah bisa digunakan 30% untuk
pemasokan listriknya terutama pada ruangan yang membutuhkan listrik dan juga pada malam hari,
peletakan solar panel ini menghadap timur sehingga menerima panas lebih lama dibandingkan
menghadap barat, selain dari fungsi untuk menggantikan energi listrik juga sebagai pemebelajaran
siswa sejak dini akan adanya energi terbaharukan.

Gambar 4.8: Pencahayaan pada ruang kelas


Sumber: (Suara.com)

Pemaksimalan cahaya matahari juga diberlakukan pada ruang dalam terutama ruang kelas yang
menjadi aktivitas utama siswa dilihat bagaimana kaya akan penerangan dengan jendela yang lebih besar
sehingga luasan akan kebutuhan cahaya lebih tercukupi dan juga penggunaan warna putih sekali lagi
mendukung akan pantulan cahaya yang lebih baik ketimbang menggunakan warna lain yang lebih
sedikit memantulkan cahaya datang.
Dari sini bisa kita lihat dan pahami bahwa penerapan dari Zero-Net Carbon masih sangat sederhana
dengan modal yang harus banyak digelontrokan, penerapan penggunaan energi alam yang secara
langsung dengan bangunanlebih banyak dibandingkan dengan pembaharuan energi alam itu sendiri dari
keterangan di atas pembaharuan energi disini masih dengan menggunakan solar panel dan itupun tidak
menampung untuk semua kebutuhan gedung, bisa dibilang masih banyak penerapan energi
pembaharuan yang bisa di berlakukan di gedung ini dengan meningkatnya energi dan nantinya akan
mudah untuk bisa didapat.

8
10 November 2022

4.2. Pengaruh Desain

Gambar 4.9: Perubahan bentuk bangunan


Sumber: (Twitter Anies Baswedan)

Pengaruh perubahan desain dari masa bangunan zang sudah ada sejak 1980an pada umumnya
bangunan sekolah dengan bangunan memanjang memaksimalkan ruang tanpa adanya ruang kosong
ruang kosong untuk udara dan cahaya masuk, dilakukan dengan pemaksimalan energi alam untuk bisa
mendapatkan Zero-Net Eco sehingga bangunan di bagi dengan massa yang terpisah memberikan jalur
angin untuk penghawaan di tambah dengan rencana peninggian lantai, walaupun begitu kelas dapat
lebih banyak dan penggunaan sisitem single loaded memberikan suasan lebih terang.

Gambar 4.10: Konsep pemanfaatan rooftop


Sumber: (Twitter Anies Baswedan)
Pemaksimalan ruang pada bangunan dengan menggunakan dak beton mudah untuk di
alihfungsikan seperti untuk kegiatan maupun utilitas bangunan, pemanfaatan rooftop juga sebagai
roofgarden awalnya untuk bisa menggantikan tanah yang digunakan sayangnya penerapan pada
realitanya hanya menggunakan ruput sintetis sebagai area bermain anak, pada gambar di kiri yaitu aula
sekolah dengan ruang lebih tinggi dan bukaan yang penuh di dinding mengundang cahaya untuk masuk,
serta pada bagian rooftop di aula dijadikan sebagai area bermain anak untuk mengakomodasi lantai atas
sehingga tidak semua aktivitas bermain terkumpul ditengah lapangan yang mana dari luasan untuk
menampung semuanya tidak cukup.

9
10 November 2022

Gambar 4.11: Titik kumpul sekolah


Sumber: (Kumparan.com)

Penggunaan lapangan sebagai aktivtas sekolah sudah menjadi keharusan tetapi dengan adanya
penambahan kapasitas untuk bisa mencukupinya digunakan area rooftop untuk dapat digunakan untuk
menampung kegiatan outdoor, untuk meredakan panas pada siang hari digunakan rumput sintetis dan
beberapa pot tanaman.
Tampak bangunan dibuat untuk bisa memfiltrasi cahaya dari timur dan barat yang mana bangunan
ini menghadap utara sehingga walaupun dengan bukaan yang lebih luas di bagian tampak tetap
memperhatikan kenyamanan untuk koridor bangunan.

Gambar 4.12: Koridor multifungsi dan koridor pengudaraan


Sumber: (Twitter Anies Baswedan)

Kondisi koridor dengan adanya tanaman bisa dijadikan kursi untuk tempat duduk siswa saat koridor
dijadikan titik kumpul siswa saat istirahat, begitu juga dengan koridor untuk udara dimana bangunan
yang panjang di bagi jadi beberapa massa untuk bisa dilalui udara dan pencahayaan.

Gambar 4.13:Gedung aula Bukaan jendela lebih luas untuk menerima cahay maatahri
Sumber: (Kompas.com)

10
10 November 2022

5. KESIMPULAN
Dari bahasan di atas untuk bisa mencapai keberlanjutan arstekur banyak aspek yang di dorong
untuk mencapainya tergantung dari kapasitas setiap fungsi, sayangnya penerapan Sustainable
architecture tidak bisa diterapkan semua pada sekolah dikarenakan faktor keamanan dan lingkungan
menjadikannya sebagai fungsi yang hanya dapat hidup pagi sampai sore hari, pengurangan emisi karbon
pada penerapan desain sekolah terbatas dengan adanya pembiayaan tetapi pada kasus ini pemaksimalan
arsitek dalam mengedepankan desain untuk menjawab tantangan ini terbaukti memang baik dari paham
tentang sekolah negeri gelap lembab sekarang terjawab dengan desain terbaharui untuk bisa
diaplikasikan untuk jangka panjang dengan penyesuaian desain tehadap iklim, walaupun pembaharuan
energi yang ada tidak seratu persen lepas dari energi listrik contohnya, ataupun pemanfaatn air hujan
dan juga untuk lingkungan masih secara tidak langsung dengan batasan mendesain untuk sekolah sudah
memiliki dampak lebih baik.
Perancangan punya tantangan tersendiri disini untuk bisa menerapkan Sustainable architecture
atau pada kasus ini Zero-Net Carbon aspke perancangan lebih condong penyesuaiannya dengan iklim
dengan gaya desain yang lebih simpel untuk pendekatan budaya sendiri disini masih sangat kurang,
identitas dari sekolah di harapkan bisa menimbulkan kesan yang lebih mendalam tentang identitas
bangunan, diharapkan metode desain bisa lebih berkembang dengan penyelesaian aspek lainnya dalam
arsitektur maupun Sustainalbe architecture itu sendiri sehingga desain bisa menjadi solusi lebih luas
penerapanya bukan hanya pada bangunan sekolah.

11
10 November 2022

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden Republik indonesia No. 61 (2011) Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca.

Khasna Nur Ghaasyiyah 2021, Implementation of Net-Zero Energy Building Concept in the design
facade architecture buildings in centar java. Jurnal Universitas Trisakti.

Dr. Medrilzam 2019, Pembangan Rendah Karbon Indonesia & Net Zero Emission Menuju ekonomi
Hijau. Direktur Lingkungan Hidup Bappenas.

Anih Sri Suryani, 2021. Menuju nett Zero emissions Indonesia 2070. Pusat penelitian badan keahlian
DPR RI.

Siska Tiara Putri dan Muhamma Siam Priyono Nugroho, 2019. Konsep Zero Energy Building Bagi
Silamic Boarding School di Sragen. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dhuhara + Djuhara & Dinas Pendidikan DKI Jakarta. SDN Ragunan 08 & 09 Jakarta.

Kementrian ESDM Republik Indonesia, 2022. Berkenalan dengan Net Zero Emission
https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/seputar-ppsdma/berkenalan-dengan-net-zero-emission

Kementrian ESDM Republik Indonesia, 2021 . COP-26 Menteri ESDM sampaikan komitmen
Indonesia capai Net Zero Emission. https://migas.esdm.go.id/post/read/cop-ke-26-menteri-
esdm-sampaikan-komitmen-indonesia-capai-net-zero-emission

Mawardi Janitra, 2021. Arsitektur berkelanjutan NetZero Energy Building sebagai solusi perubahan
iklim. https://www.quipper.com/id/blog/quipper-campus/campus-info/p-arsitektur-
berkelanjutan-net-zero-energy-building/

Y. Mila Ardiani. 2015. Sustainable Architecture Arsitektur Berkelanjutan. Erlangga

12
PLAGIARISM CHECKER

You might also like