You are on page 1of 6

MASALAH AIR BERSIH DI INDONESIA

DAN SOLUSINYA
by mimin sedekah air | May 9, 2018 | Artikel |
Kebutuhan akan air merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi. Pertama, dari segi
kebutuhan fisik manusia. Tubuh kita terdiri dari ±60 persen air. Asupan cairan pun
harus terpenuhi agar metabolisme tubuh dapat berfungsi dengan baik, tidak terkecuali
untuk menghindari dehidrasi. Kedua, dari segi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Manusia
membutuhkan pelarut tersebut untuk memasak, mandi, mencuci, dan sebagainya.
Lalu, bagaimana jika terjadi krisis air bersih? Alhasil, tidak ada cukup air yang layak
digunakan untuk membersihkan diri maupun dikonsumsi. Tentunya hal tersebut akan
berdampak pada kesehatan manusia. Inilah yang menjadi perkara besar, mengingat
masalah air bersih di Indonesia khususnya di wilayah-wilayah tertentu masih menjadi
momok.

PENYEBAB KRISIS AIR BERSIH


Menurut Dr. Neil Mcintyre dari Imperial College London, bumi terdiri dari 98 persen air
asin dan 2 persen air segar yang layak dikonsumsi. Pada angka 2 persen tersebut, 70
persennya adalah salju dan es, 30 persen air tanah, kurang dari 0,5 persen air sungai
dan danau, dan kurang dari 0,05 persennya lagi berasal dari atmosfer. Sementara itu,
satu-satunya sumber air bersih terjangkau yang bisa digunakan hanyalah air tanah,
sebab air tanah terletak di bawah daratan dangkal.
Berdasarkan data di atas, bisa dibayangkan betapa terbatasnya komoditas air bersih
yang tersedia. Pada saat yang sama, populasi manusia terus meningkat setiap harinya.
Praktis, angka 2 persen tadi akan menjadi rebutan lebih banyak orang. Ironisnya lagi,
pertumbuhan penduduk juga turut meningkatkan masalah pencemaran air. Kawasan
resapan air terus berkurang, dan kasus-kasus yang disebabkan oleh rendahnya budaya
peduli lingkungan terus bertambah. Masalah air bersih pun berkembang menjadi konflik
menakutkan di masa depan.
Salah satu faktor permasalahan di atas adalah pencemaran air. Problem ini kerap
muncul sebagai dampak dari pemukiman dan industri, atau penggunaan teknologi yang
kurang ramah terhadap lingkungan.  Air pun terkontaminasi mikroorganisme—termasuk
senyawa polutan mikro mutagenik dan karsinogenik (penyebab kanker), sehingga turut
memberikan dampak buruk pada makhluk hidup. Jika air tercemar itu dikonsumsi oleh
masyarakat, penyakit-penyakit berbahaya akan turut mengintai. Efeknya, perkara
ekonomi untuk pengobatan menjadi lebih pelik lagi. Yang lebih miris, hal ini lebih rawan
terjadi pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Bencana lainnya juga datang dari alam. Kekeringan akibat musim kemarau misalnya,
dapat mengurangi persentase angka ketersediaan air bersih. Adapun pada tahun 2017,
BMKG mengeluarkan data menyangkut musim kemarau yang berakibat kekeringan
pada berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya menyurutkan sumber air bersih untuk
kebutuhan pangan,  faktor tersebut juga berpengaruh terhadap industri dan lingkungan.
Berhubung air layak konsumsi sukar didapat, industri makanan dan minuman
mengakalinya dengan filtrasi pada air yang tak layak. Meskipun sudah disaring, tidak
ada jaminan teknologi level standar tersebut akan bekerja sempurna.
Di Jawa Barat, Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala BNPB, mengungkapkan bahwa
kekeringan yang melanda telah berdampak kepada 936.328 jiwa penduduk. Sama
halnya dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, mengalami kekeringan yang diakibatkan
musim kemarau tahun itu. Lalu, di NTB, sebanyak 640.048 jiwa turut merasakan
dampak dari kekeringan. Di NTT, 9 kabupaten melaporkan kekeringan disebabkan
sumber-sumber air yang mengering. Sementara itu, di Yogyakarta, kekeringan
menyerang hingga 10 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo.
 

SOLUSI DARI MASALAH AIR BERSIH


Untuk mencegah masalah air bersih di Indonesia, diperlukan peran aktif dari
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat umum. Apa saja?

1. Penetapan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh


sektor swasta maupun masyarakat sekitar. Beberapa pabrik masih “nakal”
dalam hal membuang limbah. Alih-alih mengolah atau menetralkan limbah
terlebih dahulu, pihak pengelola justru langsung membuangnya ke sungai.
Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam menindak pelanggaran tersebut.
Tidak hanya pada sektor swasta, tetapi juga pada masyakarat sekitar yang kerap
membuang limbah rumah tangga secara sembarangan.
2. Teknologi dalam penyediaan sanitasi dan air bersih perlu
dikembangkan. Mengingat kepadatan penduduk di Indonesia, teknologi level
standar tidak bisa betul-betul bekerja efektif pada pengairan. Kurangnya ruang
dan jarak sumber air yang dekat juga menjadi alasan lainnya. Dalam penyediaan
air, melakukan penyebaran sumber daya teknologi ke daerah-daerah lebih efektif
daripada pemusatan di satu sektor. Bagaimanapun, sumber air yang tersedia
tidak terletak pada satu titik saja.
3. Diperlukan pengkajian terhadap PDAM, baik dari segi tugas, proses kerja,
maupun tanggung jawab kelembagaan. Pemerintah harus menetapkan
standar minimal kinerja untuk PDAM, melakukan pemantauan rutin, penegakan,
dan memberikan insentif sebagai apresiasi pekerjaan.
4. Sosialisasi intensif kepada masyarakat pun mengambil peran yang sangat
penting. Pemerintah harus memberikan imbauan terkait beberapa hal penting
kepada masyarakat. Salah satunya adalah penghapusan BAB (buang air besar)
di ruang terbuka, terutama sumber-sumber air semisal sungai dan danau. Selain
itu, limbah rumah tangga juga perlu diolah dengan tidak mencampur atau
membuang limbah cair bersama benda-benda padat dan cemaran berbahaya.
Upaya membenahi kesadaran akan lingkungan ini bisa dikatakan lebih besar
pengaruhnya daripada tindakan memperbaiki.
5. Menanamkan gagasan pentingnya air bersih sejak dini. Poin ini juga
merupakan tindakan penyuluhan, hanya saja lebih menjurus kepada anak-anak
yang berusia lebih muda. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggaet
sekolah-sekolah untuk terus mengingatkan para siswa. Tema-tema kesehatan,
lingkungan, dan peduli sosial diangkat menjadi salah satu materi pembelajaran.
Dengan terlibatnya para generasi muda, kita bisa lebih antisipatif terhadap
masalah air bersih di masa depan.
6. Melakukan pertolongan alternatif dengan sedekah air bersih. Dibandingkan
dengan kelompok berfinansial cukup, mereka yang kekurangan cenderung
terbebani biaya besar untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Jika kekeringan
melanda, sumber-sumber air dengan jarak dan biaya terjangkau akan menipis.
Akhirnya, masyarakat terpaksa mengeluarkan dana lebih, atau bahkan
mengonsumsi air yang kualitasnya lebih buruk. Karena itulah, bantuan air bersih
dari sesama merupakan pertolongan yang mulia.
Cara bersedekah pun beragam. Bisa dengan memberikan air minum secara langsung,
membangun sumber daya air bagi daerah-daerah yang kesulitan, berdonasi, maupun
menjadi relawan peduli lingkungan. Karena air begitu penting bagi kehidupan,
memberikan atau memudahkan akses air bersih kepada makhluk hidup sama dengan
merawat kehidupan itu sendiri.
Saat ini, sudah banyak komunitas yang bergerak untuk mengatasi masalah air bersih di
Indonesia, salah satunya adalah Komunitas Sedekah Air. Untuk turut memberikan andil,
Anda bisa memilih bentuk bantuan yang sanggup Anda berikan. Pertama,
memberikan donasi. Kedua, bergabung menjadi relawan untuk mendistribusikan sarana
air bersih secara profesional. Ketiga, mengusulkan lokasi yang patut mendapat akses
air bersih; pun mencakup komunitas masyarakat atau fasilitas umum—masjid misalnya
—yang memang kekurangan air. Sekecil apa pun bantuan Anda, akan memberikan
keringanan bagi mereka yang membutuhkan
Mengatasi Kualitas Air Karena Daya Serap
Tanah yang Berubah
 Post Author:Yosi
 Post published:April 17, 2020
 Post Category:Blog
 Post Comments:0 Comments

Kualitas Air  – Sudah banyak sekali bahasan tentang krisis air yang melanda berbagai wilayah di
Indonesia. Hal ini memiliki dampak yang sangat besar, khususnya terhadap perubahan kualitas airdi
dalam tanah. Perlu Anda ketahui, saat ini penyerapan air di tanah terbantu karena adanya tanaman
yang memiliki bulu akar dengan selalu terendamnya air di dalam tanah.
Melalui proses ini, nantinya air akan berdifusi masuk dalam dinding sel ruang bebas melalui
membran plasma yang terdapat di dalam tumbuhan. Oleh karena itu, daya serap air sangat
dipengaruhi dengan jumlah tumbuhan yang ada, karena dapat membantu transportasi air di dalam
tanah melalui proses osmosis.

Kasus penurunan daya serap ini juga sudah cukup banyak terjadi. Contohnya seperti yang dialami
oleh warga Pangandaran di Jawa Barat pada bulan Januari 2020 yang lalu. Di wilayah tersebut telah
terjadi pembalakan liar terhadap 13 hektar lahan yang menyebabkan tidak ada lagi tumbuhan yang
mampu menahan air di dalam tanah. Alhasil, pemerintah terkait bersama dengan warga menanami
kembali wilayah yang telah gundul tersebut dengan 1.000 tanaman untuk mengembalikan daya serap
air.

Selain itu, ada pula beberapa penyebab lainnya yang menyebabkan perubahan kualitas air yang
diakibatkan oleh adanya kerusakan tanah, yaitu:

 Pencemaran limbah domestik, yang umumnya berasal dari pasar, kawasan perhotelan, dan juga
pemukiman penduduk.
 Pencemaran limbah cair, yang berasal dari sisa pengolahan pabrik seperti oli, deterjen, dan
cairan kimia lainnya.
 Penebangan hutan, yang menyebabkan terjadinya erosi tanah yang berujung pada penurunan
daya serap air yang signifikan.
 Kegiatan pertambangan, yang menyebabkan kerusakan sangat besar terhadap struktur
permukaan tanah
 Pengolahan lahan pertanian sembarang, contohnya dengan membuat lahan terasering yang
tidak sesuai dengan kaidah pengolahan tanah yang benar.
Oleh karena itu, dibutuhkan langkah yang cukup drastis agar perubahan kualitas airdapat dikurangi,
sehingga seluruh masyarakat di Indonesia tidak lagi mengalami krisis air yang membawa dampak
yang sangat besar, baik dari segi ekonomi, kesehatan, maupun sosial.

Sebenarnya ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan, baik di lingkungan tempat tinggal Anda
sendiri ataupun di lingkup area pekerjaan Anda, untuk mengembalikan kualitas air akibat daya serap
tanah yang berubah. Langkah-langkah tersebut pun dapat dikatakan cukup sederhana dan dapat
dimulai dari lingkungan terdekat Anda, seperti:

1. Menyuling Air dengan Sistem Reverse Osmosis


 Dengan memanfaatkan teknologi Reverse Osmosis, Anda tidak perlu khawatir jika terjadi perubahan
kualitas air di rumah. Melalui beberapa filterisasi yang dilakukan, Anda dapat menghasilkan air
minum sendiri tanpa perlu khawatir harus mencari sumber air dengan kualitas yang baik. Sehingga,
keluarga pun menjadi lebih sehat dan terhindar krisis air.
 Menyediakan Sumur Resapan (Recharge Well)
 Cara lain yang disebut tidak kalah efektif untuk memperbaiki kualitas air adalah dengan membuat
sumur resapan di sekitar pemukiman. Dengan membuat sumur resapan tersebut, Anda dapat
mengembalikan air tanah yang sebelumnya terkuras akibat aktivitas manusia dan menghindari krisis
air yang mengintai. Selain itu, pembangunan Recharge Well juga dipercaya dapat mengembalikan
volume air hingga 90% dalam 5 tahun saja.
 Pengecekan Pipa Air secara Berkala
Walaupun terlihat remeh, tapi pipa air yang bocor juga dapat menjadi faktor terjadinya perubahan
kualitas air di rumah Anda. Dengan melakukan pengecekan secara berkala, Anda dapat segera
melakukan perbaikan jika ternyata ada kerusakan yang dapat mengubah rasa dan warna air.
 Memasang Instalasi Pengolahan Air Limbah
Jika Anda termasuk dalam pelaku industri tertentu, cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kualitas air yang berkurang adalah dengan memasang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sisa
limbah cair bisa diolah kembali untuk dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, sehingga perusahaan
tidak perlu lagi mencari sumber air tambahan. Selain itu, air yang telah diolah tersebut juga dapat
dialirkan kepada masyarakat untuk kebutuhan konsumsi dan pertanian. Jika Anda memiliki
perusahaan yang membutuhkan instalasi ini, Adika Tirta Daya dapat membantu untuk pemasangan
dan perawatannya. Dengan demikian, tentu saja Anda akan memenuhi aturan pemerintah terkait cara
pembuangan limbah dan pemenuhan standar baku mutu air.

 Berkebun di Sekitar Rumah


Tentunya Anda bertanya-tanya, bagaimana caranya berkebun dapat mengembalikan kualitas air?
Caranya adalah dengan menanam beberapa tanaman yang dapat membantu air kembali seperti
semula pada sumber air di sekitar pemukiman Anda. Contohnya seperti Eceng Gondok, yang dikenal
dapat menetralisir air yang tercampur logam berat sisa limbah industri. Selain itu, dengan berkebun
Anda dapat mengembalikan kemampuan tanah untuk menyerap air, sehingga volume air tanah dapat
kembali bertambah.

Itulah tadi beberapa langkah sederhana yang dapat Anda lakukan untuk turut andil mengembalikan
kualitas air ketika daya serap tanah sudah semakin berkurang. Dengan mempraktikkan beberapa
kegiatan di atas, bukannya tidak mungkin Anda dan juga masyarakat di sekitar lingkungan Anda
dapat menjadi agen perubahan agar tidak ada lagi krisis air di masa depan. Mari bergerak bersama-
sama, demi air untuk masa depan! (Pradana

You might also like