You are on page 1of 38

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN KOMUNITAS

PADA NY. S DENGAN MASALAH ISPA DI DUSUN IV BARAT


B DESA TANJUNG GUSTA
TAHUN 2022

Disusun Oleh:

Dean Rex Azriel Telaumbanua, S.Kep


220202017

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga kami bisa menyelesaikan proposal dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN KOMUNITAS PADA NY. S
DENGAN MASALAH ISPA DI DUSUN IV BARAT B DESA TANJUNG GUSTA
TAHUN 2022”. Dalam penyusunan proposal ini, kami mendapat banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia.
2. Dr. Ivan Elisabeth, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners.
6. Kawibowo, Selaku Kepala Desa Tanjung Desa.
7. Irfan Tambunan selaku Kepala Dusun IV Barat B.
8. Ns. Rumondang Gultom, MKM, Selaku Koordinator Akademik Stase Keperawatan
Komunitas dan Keluarga.
9. Ns. Masri Saragih, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase Keperawatan
Komunitas dan Keluarga.
10. Ns. Rinco Siregar, MNS, Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase Keperawatan
Komunitas dan Keluarga.
11. Ns. Adventy Riang Bevy Gulo, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase
Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
12. Ns. Siska Evi Simanjuntak, MNS, Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase
Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
13. Ns. Flora Sijabat, MNS, Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase Keperawatan
Komunitas dan Keluarga.
14. Seluruh Kader yang membantu dalam pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan askep ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.

Medan, 18 Desember 2022

Dean, S.Kep
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas
maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun
reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya
mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan
gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. (Sari, 2013).

Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering
terjadi pada semua golongan umur, tetapi ISPA yang berlanjut menjadi Pneumonia sering
terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan
keadaan lingkungan yang tidak hygiene. (Sundari, dkk. 2014).

Berdasarkan data ISPA dapat di sebabkan oleh virus, bacteria, maupun riketsia.
Sedangkan infeksi barcterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh
virus, terutama bila ada epidemic. Penyulit bacterial umumnya di sertai keradangan
parenkim ISPA yang disebabkan virus pernafasan merupakan penyebab terbesar
ISPAinfeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas akan terapi sebaliknya
beberapa jenis virus bersama sama dapat pula gambaran yang hampir sama. Tanda dan
gejala secara umum yang sering di dapat adalah : pilek, batuk, keluar secret cair dan
jemih dari hidung, kadang bersin-bersin, sakit tenggorokkan, sakit kepala, sekret menjadi
kental, demam, nausea, muntah, anoreksia (Sari Kartika, 2013).

Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan kematian
karena ISPA, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko),
pemberian ASI (ASI eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi
risiko), suplementasi zinc (mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah
(meningkatkan risiko), vaksinasi (mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar
terutama asap rokok dan asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko). (Kemenkes RI,
2015).
World Health Organization (2018), memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Pada tahun 2018,
jumlah kematian pada balita Indonesia sebanyak 151.000 kejadian, dimana 14% dari
kejadian tersebut disebabkan oleh pneumonia (Agrina, 2019).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga dan komunitas pada ny. t
dengan masalah ispa di dusun iv barat b desa tanjung gust

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Ny. T dengan masalah ISPA
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada pasien Ny. T denga masalah ISPA
c. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien Ny. T dengan
masalah ISPA
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada pasien Ny. T dengan masalah
ISPA
e. Mahasiswa mampu evaluasi keperawatan pada pasien Ny. T dengan masalah ISPA
f. Mahasiswa mampu melakkan pendokumentasian pada pasien Ny. T dengan
masalah ISPA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi ISPA


Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak
(Wong, 2016). Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari (2015) adalah radang akut
saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA
adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan
yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang bersifat akut yang
menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus
termasuk (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes, 2017). Djojodibroto (2009),
menyebutkan bahwa ISPA dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan
bagian atas dan infeksi saluran bagian bawah.

Infeksi Saluran Pernafsan Akut mempunyai pengertian sebagai berikut (Fillacano, 2016) :
1. Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme lainnya ke dalam
manusia dan akan berkembang biak sehingga akan menimbulkan gejala suatu
penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam proses respirasi mulai
dari hidung hingga alveolus beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah, dan pleura
3. Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas
14 hari menunjukan suatu proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
di golongkan ISPA ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

2.2 Etiologi ISPA


Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non- infeksius. Agen infeksius yang
paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut adalah virus, seperti
respiratory syncytial virus (RSV), nonpolio enterovirus (coxsackie viruses Adan B),
Adenovirus, Parainfluenza, dan Human metapneumo viruses. Agen infeksius selain virus
juga dapat menyebabkan ISPA, staphylococcus, haemophilus influenza, Chlamydia
trachomatis, mycoplasma, dan pneumococcus (Wilson, 2015).

Misnadiarly (2016), menyebutkan bahwa selain agen infeksius, agen non- infeksius juga
dapat menyebabkan ISPA seperti inhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia,
asap rokok, debu, dan gas. Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis
bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus,
stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus,
mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab
ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di
udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung (Sari, 2015).

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim
hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan,
status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2015).

2.3 Pafofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu rangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal
maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan (Kending,
2014).

Iritasi kulit pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Seliff).
Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan aktivitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernapasan sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan tersebut
menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang sangat menonjol
adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi tersebut terjadi kerusakan mekanisme mokosiloris yang
merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernapasan sehingga memudahkan
infeksi baakteri-bakteri patogen patogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas
seperti streptococcus pneumonia, Haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang
mukosa yang rusak tersebut.
Infeksi sekunder bakteri tersebut menyebabkan sekresi mukus berlebihan atau bertambah
banyak dapat menyumbat saluran napas dan juga dapat menyebabkan batuk yang
produktif. Infeksi bakteri dapat dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti
kedinginan dan malnutrisi. Suatu menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan
infeksi virus pada saluran napas dapat menimbulkan gangguan gisi akut pada bayi dan
anak (Tyrell, 2015). Virus yang menyerang saluran napas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain di dalam tubuh sehingga menyebabkan kejang, demam dan dapat
menyebar ke saluran napas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya
diturunkan dalam saluran pernapasan atas, akan menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri.

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh bakteri,
virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan
pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi
epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh
penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut
akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah (Fuad,
2016).

2.4 Tanda dan Gejala


Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi oleh
berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada sluran
pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan
proses infeksi, dan usia seseorang serta status kesehatan secara umum (Porth, 2014).
Adapun tanda dan gejala ISPA yang seering ditemui adalah :
1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul
sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50C-40,50C.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Wong, 2015).

2.5 Pencegahan
1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar
dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Seperti dengan mengkonsumsi
makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olahraga dengan
teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap
sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin
meningat, sehingga dapat mencegah vius / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh
kita.
2. Imunisasi
Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak – anak maupun orang dewasa.
Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah
terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi
asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang
menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi
yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan
sehat bagi manusia.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus / bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri
diudara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang diudara).

2.6 Komplikasi
1. Otitis media.
2. Sinusitis.
3. Bronchitis.
4. Bronkopneumonia.
5. Pleuritis (Alsagaff & Mukty, 2010).

2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Antipiretik dan analgetik : Asetoal, Parecetamol, Metampiron
Antitusi : Kodein – HCL, Noskapin Antibiotik
Vitamin C
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Kompres air hangat
b. Perasan jeruk nipis dicampur kecap/madu
c. Fisioterap
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 IDENTITAS UMUM KELUARGA


1. Identitas Keluarga
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 64 tahun
c. Agama : Kristen Protestan
d. Suku : Batak Toba
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Alamat : Gg. Simpati

2. Komposisi Keluarga

No Nama L/P Umur Hub.Kel Pekerjaan Pendidikan Ket


.
1. Tn. S L 66 Suami Wiraswasta SMA Sehat
2. Ny. S P 64 Istri IRT SMA Sehat

3. Genogram : (min 3 generasi)

X X
X X

Tn. S
Ny. S

Keterangan :
: Laki – Laki

: Perempuan

: Pasien

X : Meninggal

: Tinggal serumah

4. Ecomap Family
Wiraswasta, sebagai Kepala Keluarga yang Bekerja sebagai IRT
bertanggung jawab

Ny. S
Tn. S

5. Tipe Keluarga
1) Jenis tipe keluarga : Midle age
2) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut :-
6. Suku Bangsa
1) Asal suku bangsa : Batak toba
2) Budaya yang behubungan dengan kesehatan : Tidak ada budaya yang
berhubungan dengan kesehatan keluarga. Keluarga mengatakan jika ada anggota
keluarga yang sakit akan di bawa ke pelayanan kesehatan.
7. Agama Dan Kepercayaan Yang Mempengaruhi Kesehatan :
Keluarga menganut agama Kristen dan percaya bahwa Tuhan akan selalu bersama
mereka. Jika ada anggota keluarga sakit, keluarga berdoa kepada Tuhan untuk
mendapatkan pertolongan dan kesehatan.
8. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Menegah
9. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Suami
10. Penghasilan : 1.300.000/ bulan
11. Harta benda yang dimiliki (perabot,transportasi,dll) : 1 Televisi, 3 lemari, 2
kipas, 1 kulkas, 2 tempat tidu, memiliki kursi, sepeda motor, dll.
12. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Listrik, air, belanja
bulanan, bensin, dll
13. Aktivitas Reaksi Keluarga : Keluarga akan
menghabiskan waktu bersama dengan menonton televisi bersama dan makan bersama

3.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga Tn.S adalah Tahap perkembangan keluarga
saat ini (ditentukan dengan anak tertua) : Tahap perkembangan keluarga Tn. S
merupakan tahan VIII.
2. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat kesehatan Kepala Keluarga : Sebelumnya Tn. S tidak pernah menderita
penyakit berat hanya batuk pilek dan demam saja. Tn. S juga mengerti jika
dirinya sakit dia tidak bisa bekerja maka dari itu dia juga menjaga kondisi
kesehatannya. Dia tidak pernah mendapat penyuluhan kesehatan dari dinas
kesehatan atau puskesmas
Riwayat kesehatan Istri : Ny. T juga tidak menderita riwayat penyakit berat,
hanya batuk pilek dan demam saja. Dia juga mengerti bahwa menjaga kesehatan
agar tidak sakit itu penting karenanya dia selalu makan teratur.
2) Riwayat kesehatan keluarga keturunan : Tidak ada riwayat kesehatan keturunan
keluarga
3) Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga
Keadaan Masalah Tindakan yang telah
No Nama Umur BB Imunisasi
kesehatan kesehatan dilakukan
Tidak ada
1. Tn. S 66 60 Sehat Lengkap
masalah -
2.
Ny. T 64 56 Sehat Lengkap ISPA -

3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Keluarga memanfaatkan


fasilitas kesehatan Puskesmas dan Klinik
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

:-
3.3 Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
1) Luas rumah : 7 x 16 Meter
2) Tipe rumah : Permanen
3) Kepemilikan : Pribadi
4) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 2 kamar
5) Ventilasi/jendela : 4 jendela
6) Pemanfaatan ruangan : Ruangan diisi dengan perabotan rumah tangga
seperti lemari, sofa, tv, kulkas, meja dll
7) Septi tank : Ada letak : didepan rumah
8) Sumber air minum : Dimasak
9) Kamar mandi : 1 kamar mandi
10) Sampah : Dimasukkan kedalam kantongan sampah
11) Kebersihan lingkungan : Bersih
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
1) Kebiasaan : Warga sering berkumpul didepan rumah
2) Aturan/kesepakatan : Warga menaati aturan yang telah ditetapkan didalam
lingkungan tersebut dan setiap 1 bulan sekali warga akan bergotong royong
untuk membersihkan lingkungan rumah
3) Budaya : Tradisional yaitu sering membantu dan rukun satu
sama lain.
c. Mobilitas geografis keluarga : Tn.S tinggal dirumah permanen bersama istri
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Tn.S aktif dalam
berinteraksi bersama tetangganya
e. Sistem pendukung keluarga : Tn. S dan anggota keluarga lain akan saling
mendukung jika memiliki masalah

3.4 Struktur Keluarga


a. Pola komunikasi keluarga : Cukup baik
b. Struktur Kekuatan keluarga : Hubungan antara anggota keluarga Tn.S terlihat
harmonis, saling terbuka satu sama lain dan menghargai satu sama lain,
mendukung dan membantu dalam keadaan dan kegiatan apapun.
c. Struktur nilai : Nilai yang dianut oleh keluarga Tn.S tidak ditemukan nilai-nilai
budaya yang bertentangan dengan penyakit ispa dan begitu pula dengan kegiatan
didalam keluarga Tn.S tidak ada yang bertentangan. Menurut keluarga Tn.S
kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan.

3.5 Fungsi Keluarga


a. Fungsi afektif :
Semua anggota keluarga Tn.S saling menyayangi seperti memberikan
perhatian dan saling mendukung satu sama lain dan bila ada anggota
keluarga yang berhasil anggota keluarga yang lain merasa senang dan
bahagia. Apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit,
semua anggota keluarga saling membantu untuk merawat.
b. Fungsi sosialisasi :
Hubungan keluarga Tn.S dan Ny.T dengan tetangga terjalin dengan
baik. Tn.S dan Ny. T selalu mengikuti kegiatan gotong royong.
c. Fungsi reproduksi
Ny.T sejak masih usia dalam produktif (42 Tahun) telah menjadi
ikatan aseptor alat KB Implan 4 tahun.
d. Fungsi kesehatan
1. Kebiasaan keluarga Tn.S jika ada anggota keluarga yang sakit
beli obat sendiri. Tetapi jika menurutnya belum ada perubahan
baru dibawa ke dokter atau ke klinik maupun puskesmas
terdekat.
2. Kelurga Tn.S dalam pengadaan makanan sehari – hari dengan
cara memasak sendiri. Komposisi jenis makanan sehari – hari
selalu ada makanan pokok, lauk-pauk (protein hewani dan
nabati), sayuran sedangkan untuk buah dan susu ketersediannya
kadang – kadang.
3. Keluarga Tn.S tidak memiliki pantangan makanan apapun.
Kebiasaan keluarga dalam mengelola air minum menggunakan
air minum yang dimasak, sedangkan mengelola makanan biasanya
dipotong dulu baru dicuci. Kebiasaan makan keluarga Tn.S
adalah makan bersama
4. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur Keluarga Tn.S
mempunyai kebiasaan tidur pada siang hari. Keluarga Tn.S hanya
mempunyai satu ruangan tamu dan dijadikan sebagai kamar
tidurnya sebagai tempat beristirahat.
5. Pemenuhan rekreasi dan latihan Keluarga Tn.S tidak pernah
melakukan liburan keluar rumah seperti pergi ke mall secara
bersama setiap ada kerja maupun hari sabtu dan minggu.
Menurut keluarga liburan ke luar rumah tidak terlalu penting.
Keluarga Tn.S hanya melakukan liburan dengan menonton tv dan
mengobrol dengan anggota keluarganya dalam mengisi waktu
sengang.
6. Pemeliharaan kebutuhan kebersihan diri Kebiasaan anggota
keluarga Tn.S dalam pemenuhan kebersihan diri yaitu mandi
3x/hr, sikat gigi 2x/hr, serta cuci rambut 2x/hr. Semua anggota
keluarga Tn.S menggunakan bahan – bahan dalam pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri dengan sabun, shampoo, pasta gigi,
dan lain- lain.

3.6 Stres dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek :-
b. Stressor jangka panjang : -
c. Respon keluarga terhadap stressor : Keluarga Tn.S menghadapi
masalah dengan biasa saja dan jarang bersikap panik
d. Strategi koping individu : Apabila ada masalah apapun keluarg Tn.S
selalu melakukan musyawarah dengan cara berdiskusi untuk
menyelesaikan masalahnya secara bersama-sama dan tidak saling
menyembunyikan masalah satu sama lain.
e. Strategi adaptasi fungsional : Apabila ada masalah apapun keluarga
Tn.S selalu melakukan musyawarah dengan cara berdiskusi untuk
menyelesaikan secara bersama-sama dan tidak saling menyembunyikan
masalah satu sama lain. Respon keluarga Tn.S menghadapi masalah-
masalah tersebut dengan bersikap biasa saja, tidak marah-marah
3.7 Pemeriksaan Fisik
No Komponen Tn.S Ny.T
1 Kepala Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2 Mata Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
3 Telinga Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
4 Hidung Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
5 Mulut Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
6 Gigi Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
7 Leher Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Dada dan paru –
8 Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
paru

9 Abdomen Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

10 Ekstrimitas Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

11 TB 160 cm 158 cm

12 BB 60 kg 56 kg
13 TD : 120/90 TD : 120/80 mmHg
mmHg N : 82 x/mnt RR : 22
TTV N : 80 x/mnt RR : x/mnt
20 x/mnt S : 36,5 0C
S : 36,7 0C
3.8 Analisa Data
Setelah data fokus terkumpul maka data – data yang ada dirumuskan dalam
analisa data untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi, adapun analisa
data yang disusun dalam tabel 3.1 dibawah ini.
Masalah
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan
Kesehatan
1 DS : ISPA Ketidak efektifan bersihan
1. Ny.T nengatakan bahwa ISPA adalah jalan nafas pada keluarga
penyakit batuk-batuk, pilek, demam dan Tn.S khusunya Ny. T
sesak napas berhubungan dengan
2. Ny.T mengetahui apa penyebab dari Ketidakmapuan keluarga
penyakitnya yaitu bakteri dan cuaca dalam merawat anggota
3. Ny.T mengatakan tanda dan gejala yang keluarga yang sedang sakit
dirasakan meliputi batuk-batuk, pilek, ISPA
demam, sesak napas.
4. Ny.T mengatakan pernah memeriksakan
kesehatannya kepuskesmas tetapi tidak ada
perubahan. Namun kesehatan belum
kunjung sembuh, akhirnya pergi ke
puskesmas terdekat.
5. Keluarga mengatakan jika ada anggota
keluarga yang sedang sakit, keluarga
segera membawa ke klinik / puskesmas
terdekat

Tabel 3.1 Analisa Data


DO :

1. Kesadaran: Composmetis
2. TTV : N : 82 x/mnt
3. RR : 22 x/mnt
4. S : 37,2 0C
5. Terdengar suara ronchi diintercota 2
6. Klien tampak adanya cairan putih dihidung

2 DS : ISPA Resiko infeksi menular


1. Ny.T mengatakan masih batuk- batuk pada keluarga Tn.S
sudah kurang lebih 1 minggu, pilek, khususnya Ny. T
demam. berhubungan dengan
2. Ny.T mengatakan kalau malam hari suka Ketidak mampuan keluarga
terbangun karena batuknya dalam merawat anggota
3. Ny.T mengatakan bila batuk keluarga
tenggorokannya suka sakit karena sering
batuk.
DO :
1. Kesadaran : Composmetis
2. TTV : N : 82 x/mnt
3. RR : 22 x/mnt
4. S : 37,2 0C
5. Terdengar suara ronchi diintercota 2
6. Klien terlihat batuk-batuk.
7. Klien tampak adanya cairan dihidung.

B.

C.

D.

E.

3.9 Diagnosa Keperawatan

1. Berdasarkan hasil analisa data sebagaimana tertera pada tabel 3.1 maka
diagnosa keperawatan yang dimunculkan pada kasus keluarga dengan Ispa
adalah :
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S
khusunya Ny. T berhubungan dengan Ketidak mapuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sedang
sakit ISPA
b. Resiko infeksi menular pada keluarga Tn. S khusunya Ny.
T berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga
2. Skoring Masalah Keperawatan
Dalam menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga menggunakan
teknik skoring keperawatan berdasarkan masalah yang telah disusun dalam
analisa data. Skoring keperawatan, sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel
dibawah ini :
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khusunya Ny. T
berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sedang sakit ISPA

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini bersifat aktual karena
Skala Potensial : 1 Ny.T mengatakan masih batuk-
Resiko :2 batuk, pilek, demam, mual dan
muntah, tidak nafsu makan. Jika
Aktual :3
tidak ditangani segera dapat
mengakibatkan penyakit komplikasi
2 Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Kemungkinan masalah dapat
masalah untuk diubah diubah dengan mudah, keluarga
sudah mengetahui beberapa
Skala Mudah : 2
mengenai penyakit Ny. T, sehingga
Sebagian :1
saat batuk dan pilek keluarga
Tidak dapat : 0 langsung membawa ke puskesmas
terdekat
3 Potensi masalah untuk 1 2/3 x 1 = 2/3 Potensial masalah untuk dicegah
dicegah cukup karena Ny.T mengatakan
sehabis aktivitas yang berlebih dan
Skala Tinggi : 3
batuk-batuk, pilek, demam terjadi,
Cukup :2
Ny. T langsung beristirahat dan
Rendah :1 meminum obat dari puskemas
4 Menonjolnya 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan apabila ada
masalah anggota keluarga sudah merasakan

Masalah tanda dan gejala penyakit tersebut.


Skala Segeraada tapi
ditangani
Keluarga segera membawa ke
: 2 tidak perlu : 1
klinik / puskesmas terdekat
Masalah tidak
dirasakan : 0
Total 4 2/3
b. Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khusunya Ny. T berhubungan dengan Ketidak
mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah ini belum terjadi
Skala sehingga perlu ditangani
Potensial : 1
Resiko :2

Aktual :3
2 Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Motivasi Ny.T untuk
masalah untuk mengatasi masalah ISPA
3. Daftar diubah untuk sembuh karena Ny.T prioritas
diagnosa mengatakan apabila sedang
Skala
mengalami masalah tersebut
Mudah :2
langsung dibawa ke klinik
Sebagian : 1
atau puskesmas terdekat.
Tidak dapat : 0
3 Potensi masalah 1 1/3 x 1 = 1/3 Resiko penularan penyakit
untuk dicegah sulit dicegah karena kondisi
rumah Tn.S yang kotor,
Skala
berdebu dan interaksi antara
Tinggi : 3
anggota keluarga yang lain
Cukup : 2
kurang dari 1 meter. Anggota
Rendah : 1 keluarga Tn.S menggunakan
masker apabila ada yang
sedang sakit seperti ISPA
4 Menonjolnya 1 2/2 x 1 = 1 Resiko penularan harus
masalah segera ditangani untuk tidak
terjadi pada anggota keluarga
Skala
yang lainnya
Segera ditangani : 2

Masalah ada tapi


tidak perlu : 1

Masalah tidak ada


dirasakan : 0
Total 4
keperawatan
Berdasarkan hasil perhitungan scoring keperawatan keluarga didapatkan diagnosa keperawatan prioritas
sesuai dengan jumlah yang tertinggi, adapun urutan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :

No Diagnosa Keperawatan Skore


1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khusunya 4 2/3
Ny. T berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sedang sakit ISPA
Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khususnya Ny. T 3
berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga
3.10 Rencana Tindakan
Berdasarkan urutan diagnosa diatas maka, diagnosa yang menjadikan prioritas studi kasus dalam karya tulis
ilmiah ini adalah :
FORMAT RENCANA TINDAKAN KELUARGA
Kriteria
Diagnosa Tujuan Intervensi
Evaluasi
keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
Ketidak efektifan Selama 4 kali Selama 1x30 Respon Verbal ISPA adalah infeksi Diskusikan bersama
bersihan jalan kunjungan menit kunjungan, saluran pernapasan akut keluarga pengertian
nafas pada rumah,bersih keluarga mampu yang terjadi secara tiba ispa dengan
keluarga Tn.S an jalan nafas mengenal – tiba yang menyerang menggunakan
khusunya Ny.T pada Ny. T masalah ISPA hidung, tenggorokan lembar balik.
berhubungan dapat teratasi pada keluarga. saluran bagian dalam
dengan Ketidak Dengan cara : sampai ke paru – paru. Tanyakan kembali
mampuan keluarga a. Menyebutkan Biasanya menyerang kepada keluarga,
dalam merawat pengertian anak usia 2 bulan sampai tentang pengertian
anggota keluarga ISPA 5 tahun ISPA
yang sedang sakit
ISPA Beri pujian atas usaha
yang dilakukan
keluarga
b. Menyebutkan Respon Verbal Menyebutkan 2 dari 3 Diskusikan bersama
penyebab penyebab ispa: keluarga tentang
terjadinya penyebab ISPA.
a. tertular penderita
ISPA Motivasi keluarga
batuk pilek
untuk menyebutkan
b. imunisasi belum
kembali penyebab
lengkap
ISPA
c. lingkungan tidak
sehat
Beri reinforcement
positifatasusaha
yang dilakukan
keluarga.
c. Menyebutkan Respon Verbal Menyebutkan 3 dari 5 1. Diskusikan
tanda dan tanda dan gejala ISPA: dengan
gejala dari keluarga
1) Batuk
ISPA tentang tanda
2) Pilek
gejala ISPA
3) Demam 2. Motivasi

4) Anoreksia keluarga untuk


menyebutkan
5) Sakit kepala
kembali tanda
gejala ISPA
3. Beri
reinforcement
positif atas
usaha yang
dilakukan
keluarga.
Selama 1x30 Respon Verbal Menyebutkan akibat Menjelaskan kepada
menit kunjungan, bila penyakit ISPA keluarga mengenai
keluarga mampu tidak diatasi dapat akibat lanjut dari
Mengambil terjadi : penyakit ISPA
keputusan untuk a. Infeksi Telinga Motivasi keluarga
mengatasi Bagian Tengah untuk
penyakit ISPA b. Infeksi Selaput mengungkapkan
Menjelaskan Otak kembali akibat
akibat yang c. Infeksi Otak lanjut ISPA jika
terjadi bila tidak di tangani
penyakit ISPA
tidak di atasi. Mendiskusikan
kembali dengan
keluarga tentang
keinginan keluarga
untuk merawat
anggota keluarga.
Setelah dilakukan Respon Keluarga dapat
tindakan Psikomotor mendemonstrasikan
keperawatan cara perawatan ISPA
selama 1x60 dengan membuatkan
menit kunjungan jeruk nipis dan madu.
rumah diharapkan
keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang
sakit ISPA
Membuat jeruk Pembuatan jeruk nipis
nipis dan kecap dan madu 1. Demostrasikan
1) Persiapan Alat: pada
keluarga
a) Gelas atau
tentang
mangkok
cara membuat
b) Jeruk nipis
jeruk nipis dan
c) madu
madu
d) Sendok 2. Berikan
Makan kesempatan pada
2) Prosedur keluarga untuk
Tindakan : mencoba
a) Siapkan buah jeruk membuat jeruk
nipis yang masih nipis dan kecap
segar dan sudah 3. Beri reward
masak positif supaya
b) Siapkan juga madu yang dilakukan
c) Ambil 3 buah jeruk keluarga
nipis dan potong
menjadi dua
d) Peras jeruk nipis ke
dalam wadah gelas
atau mangkok
e) Air perasan jeruk
nipis saring
menggunakan
penyaringyang sangat
halus agar tidak ada
biji atau ampas buah
jeruk nipis yang
tercampur
f) Tambahkan kecap
secukupnya, biasanya
cukup berikan 3
sendok makan
Setelah dilakukan Respon Verbal Menyebutkan 2 dari 3 1. Klarifikasi
Tindakan Cara memodifikasi pengetahuan
keperawatan Lingkungan untuk keluarga tentang
selama 1 x 30 mencegah terjadinya manfaat fasilitas
menit kunjungan ISPA : kesehatan
rumah diharapkan 2. Memotivasi
a. Lantai rumah
keluarga mampu : keluarga untuk
bersih
memodifikasi menyebutkan
b. Atap rumah bersih
lingkungan kembali manfaat
tanpa sawang
yankes
c. Terdapat ventilasi
3. Memberikan
dan penerangan
reward positif
yang kuat
pada keluarga
d. Dapur dan kamar
atas usaha yang
mandi bersih
dilakukan
e. SPAL mengalir
keluarga.
tidak berbau
Setelah dilakukan Respon Verbal Manfaat fasilitas
tindakankeperawa kesehatan adalah untuk
tan selama 1x30 mengontrol kesehatan,
menit kunjungan mendapatkan
rumah diharapkan pendidikan kesehatan
Keluarga mampu yang tepat dan segera
memanfaatkan untuk mengatasi ISPA.
Memanfaatkan
fasilitas kesehatan
untuk mengatasi
ISPA
3.11 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

DIAGNOSA
HARI/TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
KEPERAWATAN
Senin, 5 Desember Ketidak efektifan 1. Mendiskusikan dengan keluarga
2022 bersihan jalan nafas pengertian ISPA, mengajarkan keluarga
pada keluarga Tn.S untuk mengungkapkan kembali
khusunya Ny. pengertian ISPA
T berhubungan Ds : keluarga mengatakan ISPA adalah
dengan Ketidak batuk, pilek saja
mapuan keluarga Do : Ny.T tampak mengerti tentang ispa
dalam merawat 2. Mendiskusikan dengan keluarga
anggota keluarga penyebab ispa
yang sedang sakit Ds : keluarga mengatakan penyebab
ISPA ispa berasal dari bakteri dan cuaca
Do : Ny.T tampak memperhatikan dan
memahami yang didiskusikan
3. Mendiskusikan dengan keluarga tanda
dan gejala
Ds : keluarga mengatakan tanda dan
gejala yang dirasakan batuk, pilek,
demam
Do : klien tampak menyimak dan
menjawab pertanyaan
Selasa, 6 Ketidak efektifan 1. Mengidentifikasi akibat lanjut dari ispa
Desember 2022 bersihan jalan nafas Ds : keluarga mengatakan akibat lanjut
pada keluarga Tn.S dari ispa ada infeksi telinga bagian otak
khusunya Ny. Do : Ny.T tampak paham akibat lanjut
T berhubungan dari ispa
dengan Ketidak 2. Memotivasi keluarga untuk
mapuan keluarga mengungkapkan kembali akibat lanjut
dalam merawat dari ispa
anggota keluarga Ds : keluarga mengatakan memutuskan
yang sedang sakit untuk merawat anggota keluarga yang
ISPA sakit, jika tidak sembuh akan membawa
ke klinik atau puskesmas terdekat
Do : Ny.T tampak menjawab pertanyaan
Rabu, 7 Desember Ketidak efektifan 1. Mendemontrasikan cara melakukan
2022 bersihan jalan nafas inhalasi buatan
pada keluarga Tn.S Ds : keluarga mengatakan mengerti dan
khusunya Ny. ingin melakukan cara tersebut
T berhubungan Do : Ny. T tampak paham dan
Kamis, 8 Ketidak efektifan
dengan 1.
KetidakMendiskusikan
menyimak cara memodifikasi
Desember 2022 bersihan jalan nafas
mapuan keluargalingkungan keluarga
2. Memotivasi keluarga untuk
pada keluarga
dalam Tn.S merawatDs : keluarga mengatakan cara menata
redemontrasikan
khusunya
anggota Ny.keluargalingkungan yaitu lantai rumah bersih,
Ds : keluarga mengatakan senang karena
T berhubungan
yang sedang sakit atap bisarumah bersih tanpa sawang,
melakukan inhalasi buatan.
denganISPA Ketidak terdapat ventilasi dan penerangan yang
Do : keluarga tampak kooperatif dan aktif
mapuan keluarga kuat
dalam merawat Do : Ny. T tampak menyimak
anggota keluarga 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
yang sedang sakit kembali cara memodifikasi lingkungan
ISPA Ds : keluarga mengatakan cara menata
lingkungan yaitu lantai rumah bersih,
atap rumah bersih tanpa sawang,
terdapat ventilasi dan penerangan yang
kuat
Do : Ny.T tampak menjawab pertanyaan
yang diberikan
Jumat, 9 Desember Ketidak efektifan 1. Mengklarifikasi pengetahuan keluarga
2022 bersihan jalan nafas tentang manfaat fasilitas kesehatan
pada keluarga Tn.S Ds : keluarga mengatakan manfaat dari
khusunya Ny. fasilitas kesehatan bisa mengetahui
T berhubungan kondisi atau keadaan tubuh,
dengan Ketidak mendapatkan pengobatan yang tepat
mapuan keluarga serta pendidikan kesehatan
dalam merawat Do : Ny. T tampak menjawab
anggota keluarga pertanyaan yang diberikan
yang sedang sakit
ISPA
3.12 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria hasil dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan.
Evaluasi disusun dengan pedoman SOAP.
No Hari/Tanggal/Waktu Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
1 Sabtu, 9 Desember Data Subjektif :
2022 1. keluarga mengatakan ispa adalah batuk, pilek
2. keluarga mengatakan penyebab ispa berasal dari
virus dan bakteri.
3. keluarga mengatakan tanda dan gejala ispa adalah
batuk, pilek, demam, mual muntah, tidak nafsu
makan.
4. keluarga mengatakan akibat lanjut dari ispa adalah
infeksi telinga bagian otak.
5. keluarga mengatakan memutuskan untuk merawat
anggota keluarga yang sakit, jika tidak sembuh akan
membawa ke klinik atau puskesmas terdekat.
6. keluarga mengatakan, gara-gara ispa dapat berakibat
mengganggu aktivitas
7. keluarga mengatakan mengerti apa yang telah
diajarkan.
8. keluarga mengatakan senang karena bisa melakukan
cara inhalasi buatan.
9. keluarga mengatakan cara memodifikasi
lingkungannya yaitu lantai rumah yang bersih, atap
rumah bersih tanpa sawang, terdapat ventilasi dan
penerangan yang kuat
10. keluarga mengatakan manfaat dari fasilitas
kesehatan bisa mengetahui kondisi atau keadaan
tubuh, mendapatkan pengobatan yang tepat serta
pendidikan kesehatan”

Data Objektif :
1. keluarga mampu menyebutkan pengertian ISPA
dengan benar
2. keluarga dapat menyebutkan penyebab ISPA
3. keluarga mampu menyebutkan tanda gejala ISPA
4. keluarga tampak kooperatif, dan dapat menjawab
pertanyaan dengan benar
5. keluarga dapat menyebutkan akibat lanjut dari ISPA
6. keluarga tampak memperhatikan apa yang dijelaskan
oleh perawat dan keluarga terlihat sangat
menyayangi Ny. T
7. keluarga nampak mengambil keputusan dengan benar
8. keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan
ISPA dengan benar
9. keluarga mampu melakukan yang didemontrasikan
oleh perawat.
10. Klien mampu menyebutkan lingkungan yang aman
bagi penderita ISPA
11. Keluarga sudah melakukannya
12. Keluarga dapat menyebutkan manfaat pelayanan
kesehatan

Analisa : TUK 1 sampai TUK 5 teratasi sesuai


rencana

Planning : Memotivasi keluarga untuk melanjutkan


dan menerapkan apa yang perawat sudah berikan
BAB IV
PEMBAHASA
N

4.1 Analisa Dan Diskusi Hasil


Kasus asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama ISPA pada Ny. T
wilayah Desa Tanjung Gusta Dusun IV Barat B didapatkan data klien dari hasil
pengkajian atas nama Ny. T, usia 64 tahun, berjenis kelamin perempuan, agama
kristen protestan status menikah .

Data keluarga yang diperoleh meliputi data demografi, komposisi keluarga,


riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Karakteristik lingkungan, strukur
keluarga, fungsi keluarga, fungsi ekonomi, stress dan koping keluarga, harapan
keluarga. Data yang didapatkan berkaitan dengan individu sebagai anggota
keluarga meliputi pemeriksaan fisik, mental, emosi, sosio dan spiritual didapatkan
pada semua anggota keluarga.

Pada penentuan skor masalah dan prioritas masalah tidak mengalami hambatan
dan ditemukan satu masalah dari tujuh kemungkinan diagnosa keperawatan
keluarga yang mungkin muncul yaitu manajemen kesehatan tidak efektif.
Sedangkan penyebab yang muncul pada asuhan keperawatan tidak efektid pada
asuhan keperawatan keluarga pada Ny. T dengan diagnosa manajemen kesehatan
tidak efektif didapatkan 1 yaitu : ketidakmampuan merawat yaitu kurang tahu cara
merawat Ny. T yang terserang ISPA dibuktikan dengan data bahwa keluarga
kurang tahu cara merawat Ny. T apabila mengalami keluhan akibat ISPA.
Sesuai tinjauan pustaka terdapat 5 kemungkinan penyebab yang muncul pada
asuhan keperawatan keluarga dan 3 kemungkinan penyebab tidak ditemukan
dengan rasionalisasi sebagai berikut :
1. Keluarga mampu mengambil keputusan tepat dengan masalah utama ISPA
yaitu Ny. T rutin minum obat
2. Keluarga memelihara dan memodifikasi lingkungan yang mendukung proses
terapi dan penyembuhan yaitu dengan menciptakan rumah yang bersih,
menjaga lingkungan
3. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu dibuktikan dengan
Ny. T jika sakit berobat ke RS. Intervensi keperawatan yang disusun sesuai
dengan tinjauan pustaka dan bisa dilaksanakan asuhannya dengan baik.
Dibuktikan dengan data pada evaluasi bahwa keluarga mengatakan sudah
memahami tentang cara merawat keluarga..
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan penulis pada Ny. T.
Maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Kasus keluarga Tn. S telah dilakukan asuhan keperawatan keluarga
yang dimulai dari pengkajian sampai tahap evaluasi
2. Karakteristik partisipan pada kasus ini pasien Ny. T memiliki
karakteristik dengan berjenis kelamin perempuan, agama kristen
protestan, umur 64 tahun, status menikah.
3. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis merumuskan
diagnosa keperawatan keluarga yaitu manajemen kesehatan keluarga
tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
dalam mengenali masalah anggota keluarga dengan ISPA
4. Penulis melakukan implementasi selama 5 hari, implementasi dilakukan
sesuai intervensi yang telah disusun sebelumnya
5. Evaluasi hasil dari pemberian asuhan keperawatan keluarga didapatkan
hasil pasien menunjukkan tanda dan gejala positif

5.2 Saran
1. Keluarga
Diharapkan keluarga dapat menerapkan pendidkan kesehatan yang telah diberikan
2. Puskesmas
Diharapkan pihak puskesmas dapat menindaklanjuti asuhan keperawatan yang diberikan
dan diintergasikan dengan program kunjungan rumah (home care) atau Pelayanan
Keperawatan kesehatan masyarakat (Puskesmas).

You might also like