You are on page 1of 110

BLOK

Sistem Penginderaan

PEDOMAN UNTUK MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2022
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan


sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan
bentuk apapun juga tanpa seijin penulis dan penerbit

Diterbitkan:
Edisi revisi ke-17, Januari 2022

Judul:
Blok Sistem Penginderaan: Pedoman untuk Mahasiswa

Tim penyusun:
Olivia Charissa
Zita Atzmardina
Rebekah Malik
Yoanita Widjaja
Meriana Rasyid
Mira Amaliah
Linda Julianti
Sukmawati Tansil Tan
Irene Dorthy

Penerbit:
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Desain Sampul dan Tata Letak:


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan buku pedoman blok
sistem penginderaan pada waktunya. Blok sistem penginderaan berlangsung selama 8
minggu pada awal semester ganjil dengan bobot 7 SKS.
Buku ini berisi informasi dan petunjuk yang dibutuhkan oleh staf pengajar dan
mahasiswa peserta modul agar dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Materi dalam buku
pedoman ini meliputi tujuan pembelajaran, sasaran pembelajaran, lingkup bahasan, metode
pengajaran dan pembelajaran, rancangan evaluasi hasil pembelajaran, serta materi dan
informasi yang dibutuhkan bagi staf pengajar dan mahasiswa peserta modul. Pemicu pada
diskusi problem based learning (PBL) yaitu berkenaan dengan penyakit pada sistem
penginderaan yang paling banyak ditemui dalam praktek sehari-hari dengan berpedoman
pada Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012.
Bidang-bidang terkait antara lain: Anatomi, Fisiologi, Histologi, Mikrobiologi, Patologi
Anatomi, Farmakologi, Parasitologi, Radiologi, Ilmu Kesehatan Mata, Ilmu Penyakit THT,
dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Modul ini juga dilengkapi dengan materi
keterampilan klinis dasar yang harus dikuasai oleh para mahasiswa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Fakultas Kedokteran dan semua
staf pengajar yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku rancangan pengajaran ini,
juga kepada tenaga administrasi yang membantu penggandaan buku serta membantu
pelaksanaan blok sistem penginderaan.
Kami mengharapkan masukan dan saran yang dapat digunakan untuk memperbaiki
buku pedoman ini agar menjadi lebih baik dan lebih informatif lagi.

Jakarta, Juli 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................................. iii
PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
TUJUAN PEMBELAJARAN............................................................................................... 3
KOMPETENSI BLOK SISTEM PENGINDERAAN.......................................................... 7
 SESUAI DAFTAR PENYAKIT DALAM SKDI 2012............................................ 7
 SESUAI DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS DALAM SKDI 2012................... 14
KARAKTERISTIK MAHASISWA DAN PRASYARAT .................................................. 19
SASARAN PEMBELAJARAN (LEARNING OBJECTIVES)............................................. 20
ANALISIS SASARAN PEMBELAJARAN........................................................................ 21
LINGKUP BAHASAN......................................................................................................... 22
KEGIATAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN..................................................... 23
PEMICU 1............................................................................................................................. 25
PEMICU 2............................................................................................................................. 26
PEMICU 3............................................................................................................................. 27
PEMICU 4............................................................................................................................. 28
PEMICU 5............................................................................................................................. 29
PEMICU 6............................................................................................................................. 30
PEMICU 7............................................................................................................................. 31
PEMICU 8............................................................................................................................. 32
JADWAL BLOK SISTEM PENGINDERAAN................................................................... 33
SARANA PENUNJANG...................................................................................................... 42
1. SUMBER PEMBELAJARAN.................................................................................. 42
2. SUMBER DAYA MANUSIA.................................................................................. 45
3. SARANA DAN PRASARANA............................................................................... 46
EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN............................................................................. 47
LAMPIRAN
KETERAMPILAN KLINIS DASAR.................................................................................. 53
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN KLINIS DASAR...................................................... 68
DAFTAR TILIK PENILAIAN DISKUSI PBL.................................................................... 98
EVALUASI MAHASISWA TERHADAP PELAKSANAAN BLOK................................ 100
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 101

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Penyakit Sesuai SKDI 2012......................................................................... 8


Tabel 2. Daftar Keterampilan Klinis Sesuai SKDI 2012...................................................... 15
Tabel 3. Matriks Metode Pencapaian Tujuan Pembelajaran................................................. 37
Tabel 4. Matriks Komponen Evaluasi Hasil Pembelajaran.................................................. 47
Tabel 5. Blueprint ujian tulis................................................................................................. 48

iv
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sistem penginderaan merupakan bagian dari sistem persarafan yang berfungsi
untuk proses informasi sensorik. Sistem ini tersusun atas reseptor sensorik, yang menerima
rangsangan baik dari dalam maupun dari luar, dan jalur persarafan yang meneruskan
informasi ke otak untuk kemudian diproses (Sherwood, 2010). Organ-organ yang terlibat
dalam sistem penginderaan yaitu mata sebagai indera penglihatan, telinga sebagai indera
pendengar, kulit sebagai indera peraba, hidung sebagai indera penciuman dan lidah sebagai
indera pengecap. Masing-masing organ tersebut memiliki reseptor khusus sesuai dengan
fungsinya.
Dari kelima organ yang termasuk dalam sistem penginderaan, Kurikulum Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK Untar) memetakan kelainan pada mata, telinga,
dan kulit untuk dibahas pada blok sistem penginderaan. Kelainan pada hidung sudah
dibahas pada blok sistem respirasi di semester IV dan kelainan pada lidah sudah dibahas
pada blok sistem gastrointestinal di semester V. Modul ini diselenggarakan pada awal
semester VII dengan harapan bahwa mahasiswa sudah memiliki dasar pengetahuan
biomedik yang dibutuhkan untuk dapat menganalisis dan merencanakan tindak lanjut
kelainan-kelainan pada mata, telinga dan kulit. Modul ini berlangsung selama tujuh
minggu dengan bobot tujuh SKS.
Blok sistem penginderaan berupaya untuk mempersiapkan lulusan dokter dengan
bekal pengetahuan terkait kelainan mata, telinga dan kulit mengingat tingginya frekuensi
kasus tersebut pada praktik sehari-hari. Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi
kebutaan nasional adalah sebesar 0,4% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Hal ini
menunjukkan penurunan prevalensi kebutaan dibandingkan pada tahun 2007 yang
menempatkan Indonesia pada kedudukan tertinggi kedua di dunia setelah Ethiopia
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Walaupun demikian, gangguan penglihatan bisa
bermanifestasi mulai dari gangguan ringan hingga yang menimbulkan kebutaan. Oleh
karena itu, WHO membuat program vision 2020 yang merupakan inisiatif global untuk
menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia. Indonesia telah menjalani
program ini sejak tahun 2000. Latar belakang program ini adalah karena sesungguhnya
sekitar 80% gangguan penglihatan dapat dicegah (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Dokter umum sebagai garda terdepan perlu diberikan bekal yang cukup untuk dapat
menanganinya. Selain mata, kelainan sistem penginderaan lain yang harus dapat ditangani

1
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

oleh dokter umum sesuai dengan kompetensi dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) adalah telinga dan kulit (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012). Prevalensi ketulian
nasional di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013, adalah sebesar 2,6%. Sedangkan
untuk penyakit kulit, salah satu yang menjadi perhatian adalah penyakit kusta (SKDI
kompetensi 4A), walaupun prevalensinya sudah mengalami penurunan, tetapi pulau Jawa
masih merupakan salah satu daerah endemis kusta. Kusta menjadi perhatian karena dapat
menyebabkan kecacatan permanen yang sesungguhnya dapat diminimalisir jika kasus baru
dapat dideteksi lebih dini. Angka kecacatan yang tinggi pada daerah tertentu
mengindikasikan kemampuan yang rendah dalam mendeteksi kasus baru (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Hal ini menjadi salah satu tugas dari seorang dokter umum yang
harus dipersiapkan sejak tahap pendidikan.

2
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

TUJUAN PEMBELAJARAN
(LEARNING OUTCOME)

Blok sistem penginderaan bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dengan prinsip-


prinsip dasar dalam merencanakan tatalaksana dan melakukan manajemen kelainan pada
sistem penginderaan yang meliputi kelainan mata, telinga, serta kulit dan adneksanya.

KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI

KOMPETENSI AKHIR (GOALS)


Setelah menyelesaikan blok ini mahasiswa diharapkan memenuhi kompetensi:

Area kompetensi 1: Profesionalitas yang Luhur


1. Bermoral, beretika dan disiplin
2. Berperilaku profesional

Area kompetensi 2: Mawas Diri dan Pengembangan Diri


3. Menerapkan mawas diri
4. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
5. Mengembangkan pengetahuan

Area kompetensi 3: Komunikasi Efektif


6. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
7. Berkomunikasi dengan mitra kerja

Area kompetensi 4: Pengelolaan Informasi


8. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan

Area kompetensi 5: Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran


9. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu
Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini
untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif

Area kompetensi 6: Keterampilan Klinis


10. Melakukan prosedur diagnosis
11. Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif

Area kompetensi 7: Pengelolaan Masalah Kesehatan


12. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
13. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada
individu, keluarga dan masyarakat
14. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

3
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

KOMPETENSI KHUSUS (GENERAL PURPOSES)

Area kompetensi 1: Profesionalitas yang Luhur


1.1. Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesuai dengan nilai dan
prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.
1.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Bermoral, beretika, dan berdisiplin
2. Berperilaku profesional

Area kompetensi 2: Mawas Diri dan Pengembangan Diri


2.1. Kompetensi Inti
Mampu melakukan praktik kedokteran dengan menyadari keterbatasan, mengatasi
masalah personal, mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan peningkatan
pengetahuan secara berkesinambungan serta mengembangkan pengetahuan demi
keselamatan pasien.
2.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Menerapkan mawas diri
2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
3. Mengembangkan pengetahuan baru

Area kompetensi 3: Komunikasi Efektif


3.1. Kompetensi Inti
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien
pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
3.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya

Area kompetensi 4: Pengelolaan Informasi


4.1. Kompetensi Inti
Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
dalam praktik kedokteran.
4.2. Lulusan Dokter Mampu
Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi kesehatan untuk dapat belajar
sepanjang hayat

Area kompetensi 5: Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran


5.1. Kompetensi Inti
Mampu menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan ilmiah ilmu
kedokteran dan kesehatan yang mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.
5.2. Lulusan Dokter Mampu
Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu
Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini
untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.
 Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran
Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat

4
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

 Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran


Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang berhubungan dengan prevensi masalah kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat
 Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran
Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas untuk menentukan prioritas masalah kesehatan pada individu,
keluarga, dan masyarakat
 Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran
Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat
 Menggunakan data klinik dan pemeriksaan penunjang yang rasional untuk
menegakkan diagnosis
 Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan masalah
kesehatan berdasarkan etiologi, patogenesis, dan patofisiologi
 Menentukan prognosis penyakit melalui pemahaman prinsip-prinsip ilmu
Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan
Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas
 Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran
Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang berhubungan dengan rehabilitasi medik dan sosial pada individu,
keluarga dan masyarakat
 Mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pasien, bukti ilmiah kedokteran,
dan keterbatasan sumber daya dalam pelayanan kesehatan untuk mengambil
keputusan

Area kompetensi 6: Keterampilan Klinis


6.1. Kompetensi Inti
Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan
orang lain.
6.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Melakukan prosedur diagnosis
 Melakukan dan menginterpretasi hasil auto-, allo- dan hetero-anamnesis,
pemeriksaan fisik umum dan khusus sesuai dengan masalah pasien
 Melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang dasar dan
mengusulkan pemeriksaan penunjang lainnya yang rasional
2. Melakukan prosedur penatalaksanaan masalah kesehatan secara holistik dan
komprehensif
 Melakukan edukasi dan konseling
 Melaksanakan promosi kesehatan
 Melakukan tindakan medis preventif
 Melakukan tindakan medis kuratif
 Merencanakan tindakan medis rehabilitatif
 Merencanakan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan
diri sendiri dan orang lain
 Merencanakan tindakan medis pada kedaruratan klinis dengan menerapkan
prinsip keselamatan pasien

5
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Area kompetensi 7: Pengelolaan Masalah Kesehatan


7.1. Kompetensi Inti
Mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara
komprehensif, holistik, terpadu dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan
kesehatan primer.
7.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
 Mengidentifikasi kebutuhan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta
modifikasi gaya hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok
umur, agama, masyarakat, jenis kelamin, etnis, dan budaya
 Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka
promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat
2. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada
individu, keluarga dan masyarakat
 Melakukan pencegahan timbulnya masalah kesehatan
 Melakukan kegiatan penapisan faktor risiko penyakit laten untuk mencegah
dan memperlambat timbulnya penyakit
 Melakukan pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya
komplikasi penyakit dan atau kecacatan
3. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
 Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis
 Menginterpretasi data kesehatan keluarga dalam rangka mengidentifikasi
masalah kesehatan keluarga
 Memilih dan menerapkan strategi penatalaksanaan yang paling tepat
berdasarkan prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti
 Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab (lihat
Daftar Pokok Bahasan dan Daftar Penyakit) dengan memperhatikan prinsip
keselamatan pasien
 Mengkonsultasikan dan/atau merujuk sesuai dengan standar pelayanan
medis yang berlaku (lihat Daftar Penyakit)
 Membuat instruksi medis tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat
dibaca
 Menulis resep obat secara bijak dan rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat
dosis, tepat frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien),
jelas, lengkap, dan dapat dibaca
 Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor
perkembangan penatalaksanaan, memperbaiki, dan mengubah terapi dengan
tepat
 Menentukan prognosis masalah kesehatan pada individu, keluarga, dan
masyarakat
 Menerapkan prinsip-prinsip epidemiologi dan pelayanan kedokteran secara
komprehensif, holistik, dan berkesinambungan dalam mengelola masalah
kesehatan

6
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

KOMPETENSI BLOK SISTEM PENGINDERAAN


(Sesuai Daftar Penyakit dalam SKDI 2012)

Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai:


Tingkat Kemampuan 1: Mengenali dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai
penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 2: Mendiagnosis dan merujuk


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter
juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 3: Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan


merujuk

3A. Bukan gawat darurat


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang
paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

3B. Gawat darurat


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan
dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling
tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 4: Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri


dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter

4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level kompetensi tertinggi adalah 4A

7
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tabel 1. Daftar Penyakit Sesuai SKDI 2012

TINGKAT
NO DAFTAR PENYAKIT
KEMAMPUAN
-- MATA --
KONJUNGTIVA
1 Benda asing di konjungtiva 4A
2 Konjungtivitis 4A
3 Pterigium 3A
4 Perdarahan subkonjungtiva 4A
5 Mata kering 4A
KELOPAK MATA
6 Blefaritis 4A
7 Hordeolum 4A
8 Chalazion 3A
9 Laserasi kelopak mata 3B
10 Entropion 2
11 Trikiasis 4A
12 Lagoftalmus 2
13 Epikantus 2
14 Ptosis 2
15 Retraksi kelopak mata 2
16 Xanthelasma 2
APARATUS LAKRIMALIS
17 Dakrioadenitis 3A
18 Dakriosistitis 3A
19 Dakriostenosis 2
20 Laserasi duktus lakrimal 2
SKLERA
21 Skleritis 3A
22 Episkleritis 4A
KORNEA
23 Erosi 2
24 Benda asing di kornea 2
25 Luka bakar kornea 2
26 Keratitis 3A
27 Kerato-konjungtivitis sicca 2
28 Edema kornea 2
29 Keratokonus 2
30 Xerophtalmia 3A
BOLA MATA
31 Endoftalmitis 2
32 Mikroftalmos 2

8
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

TINGKAT
NO DAFTAR PENYAKIT
KEMAMPUAN
ANTERIOR CHAMBER
33 Hifema 3A
34 Hipopion 3A
CAIRAN VITREOUS
35 Perdarahan Vitreous 1
IRIS DAN BADAN SILIER
36 Iridosisklitis, iritis 3A
37 Tumor iris 2
LENSA
38 Katarak 2
39 Afakia kongenital 2
40 Dislokasi lensa 2
AKOMODASI DAN REFRAKSI
41 Hipermetropia ringan 4A
42 Miopia ringan 4A
43 Astigmatism ringan 4A
44 Presbiopia 4A
45 Anisometropia pada dewasa 3A
46 Anisometropia pada anak 2
47 Ambliopia 2
48 Diplopia binokuler 2
49 Buta senja 4A
50 Skotoma 2
51 Hemianopia, bitemporal, and homonymous 2
52 Gangguan lapang pandang 2
RETINA
53 Ablasio retina 2
54 Perdarahan retina, oklusi pembuluh darah retina 2
55 Degenerasi makula karena usia 2
56 Retinopati (diabetik, hipertensi, prematur) 2
57 Korioretinitis 1
DISKUS OPTIK DAN SARAF MATA
58 Optic disc cupping 2
59 Edema papil 2
60 Atrofi optik 2
61 Neuropati optik 2
62 Neuritis optik 2
GLAUKOMA
63 Glaukoma akut 3B
64 Glaukoma lainnya 3A

9
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

TINGKAT
NO DAFTAR PENYAKIT
KEMAMPUAN
-- TELINGA, PENDENGARAN, DAN KESEIMBANGAN --
1 Tuli (kongenital, perseptif, konduktif) 2
2 Inflamasi pada aurikular 3A
3 Herpes zoster pada telinga 3A
4 Fistula pre-aurikular 3A
5 Labirintitis 2
6 Otitis eksterna 4A
7 Otitis media akut 4A
8 Otitis media serosa 3A
9 Otitis media kronik 3A
10 Mastoiditis 3A
11 Miringitis bullosa 3A
12 Benda asing 3A
13 Perforasi membran timpani 3A
14 Otosklerosis 3A
15 Timpanosklerosis 2
16 Kolesteatoma 1
17 Presbiakusis 3A
18 Serumen prop 4A
19 Mabuk perjalanan 4A
20 Trauma akustik akut 3A
21 Trauma aurikular 3B
KEPALA DAN LEHER
22 Abses Bezold 3A
LARING DAN FARING
23 Karsinoma laring 2
24 Karsinoma nasofaring 2

10
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

TINGKAT
NO DAFTAR PENYAKIT
KEMAMPUAN
-- KULIT --
INFEKSI VIRUS
1 Veruka vulgaris 4A
2 Kondiloma akuminatum 3A
3 Moluskum kontagiosum 4A
4 Herpes zoster tanpa komplikasi 4A
5 Morbili tanpa komplikasi 4A
6 Varisela tanpa komplikasi 4A
7 Herpes simpleks tanpa komplikasi 4A
INFEKSI BAKTERI
8 Impetigo 4A
9 Impetigo ulseratif (ektima) 4A
10 Folikulitis superfisialis 4A
11 Furunkel, karbunkel 4A
12 Eritrasma 4A
13 Erisipelas 4A
14 Skrofuloderma 4A
15 Lepra 4A
16 Reaksi lepra 3A
17 Sifilis stadium 1 dan 2 4A
INFEKSI JAMUR
18 Tinea kapitis 4A
19 Tinea barbe 4A
20 Tinea fasialis 4A
21 Tinea korporis 4A
22 Tinea manus 4A
23 Tinea unguium 4A
24 Tinea kruris 4A
25 Tinea pedis 4A
26 Pitiriasis vesikolor 4A
27 Kandidosis mukokutan ringan 4A
GIGITAN SERANGGA DAN INFESTASI PARASIT
28 Cutaneus larva migran 4A
29 Filariasis 4A
30 Pedikulosis kapitis 4A
31 Pedikulosis pubis 4A
32 Skabies 4A
33 Reaksi gigitan serangga 4A

11
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

TINGKAT
NO DAFTAR PENYAKIT
KEMAMPUAN
DERMATITIS EKSIM
34 Dermatitis kontak iritan 4A
35 Dermatitis kontak alergika 3A
36 Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant) 4A
37 Dermatitis numularis 4A
38 Liken simpleks kronik/neurodermatitis 3A
39 Napkin eczema 4A
LESI ERITRO-SQUAMOSA
40 Psoriasis vulgaris 3A
41 Dermatitis seboroik 4A
42 Pitiriasis rosea 4A
KELAINAN KELENJAR SEBASEA DAN EKRIN
43 Akne vulgaris ringan 4A
44 Akne vulgaris sedang-berat 3A
45 Hidradenitis supuratif 4A
46 Dermatitis perioral 4A
47 Miliaria 4A
PENYAKIT VESIKOBULOSA
48 Toxic epidermal necrolysis 3B
49 Sindrom Stevens-Johnson 3B
GANGGUAN KERATINISASI
50 Ichthyosis vulgaris 3A
REAKSI OBAT
51 Exanthematous drug eruption, fixed drug eruption 4A
KELAINAN PIGMENTASI
52 Vitiligo 3A
53 Melasma 3A
54 Albino 2
55 Hiperpigmentasi pascainflamasi 3A
56 Hipopigmentasi pascainflamasi 3A
NEOPLASMA
57 Keratosis seboroik 2
58 Kista epitel 3A

12
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

TINGKAT
NO DAFTAR PENYAKIT
KEMAMPUAN
TUMOR EPITEL PREMALIGNA DAN MALIGNA
Squamous cell carcinoma (Karsinoma sel 2
59
skuamosa)
60 Basal cell carcinoma (Karsinoma sel basal) 2
TUMOR DERMIS
61 Xanthoma 2
62 Hemangioma 2
TUMOR SEL MELANOSIT
63 Lentigo 2
64 Nevus pigmentosus 2
65 Melanoma maligna 1
RAMBUT
66 Alopesia areata 2
67 Alopesia androgenik 2
68 Telogen eflluvium 2
69 Psoriasis vulgaris 2

13
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

KOMPETENSI BLOK SISTEM PENGINDERAAN


(Sesuai Daftar Keterampilan Klinis dalam SKDI 2012)

Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai:


Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan
psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan
keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi
yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan,
diskusi, penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian
tulis.

Tingkat kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan


Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan
pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung
pada pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan
menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau
lisan (oral test).

Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di


bawah supervisi
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang
biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung
pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau
standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment
of Technical Skills (OSATS).

Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment misalnya mini-CEX,
portfolio, logbook, dsb.

4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter 


4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau


Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) 

Dengan demikian di dalam Daftar Keterampilan Klinis ini tingkat kompetensi tertinggi
adalah 4A.

14
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tabel 2. Daftar Keterampilan Klinis Sesuai SKDI 2012


TINGKAT
NO DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS
KEMAMPUAN
-- INDERA PENGLIHATAN --
Penglihatan
1 Penilaian penglihatan bayi, anak, dan dewasa 4A
Refraksi
2 Penilaian refraksi, subjektif 4A
3 Penilaian refraksi, objektif (refractometry keratometer) 2
Lapang pandang
4 Lapang pandang, Donders confrontation test 4A
5 Lapang pandang, Amsler panes 4A
Penilaian eksternal
6 Inspeksi kelopak mata 4A
7 Inspeksi kelopak mata dengan eversi kelopak atas 4A
8 Inspeksi bulu mata 4A
9 Inspeksi konjungtiva, termasuk forniks 4A
10 Inspeksi sklera 4A
11 Inspeksi orifisium duktus lakrimalis 4A
12 Palpasi limfonodus pre-aurikular 4A
Posisi mata
13 Penilaian posisi dengan corneal reflex images 4A
14 Penilaian posisi dengan cover uncover test 4A
15 Pemeriksaan gerakan bola mata 4A
16 Penilaian penglihatan binokular 4A
Pupil
17 Inspeksi pupil 4A
18 Penilaian pupil dengan reaksi langsung terhadap cahaya dan
4A
konvergensi
Media
19 Inspeksi media refraksi dengan transilluminasi (pen light) 4A
20 Inspeksi kornea 4A
21 Inspeksi kornea dengan fluoresensi 3
22 Tes sensitivitas kornea 4A
23 Inspeksi bilik mata depan 4A
24 Inspeksi iris 4A
25 Inspeksi lensa 4A
26 Pemeriksaan dengan slit-lamp 3
Fundus
27 Funduscopy untuk melihat fundus reflex 4A
28 Funduscopy untuk melihat pembuluh darah, papil, makula 4A
Tekanan intraocular

15
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

29 Tekanan intraokular, estimasi dengan palpasi 4A


30 Tekanan intraokular, pengukuran dengan indentasi tonometer 4A
(Schiötz)
31 Tekanan intraokular, pengukuran dengan aplanasi tonometer 1
atau non-contact-tonometer
Pemeriksaan oftalmologi lainnya
32 Penentuan refraksi setelah sikloplegia (skiascopy) 1
33 Pemeriksaan lensa kontak fundus, misalnya gonioscopy 1
34 Pengukuran produksi air mata 2
35 Pengukuran eksoftalmos (Hertel) 2
36 Pembilasan melalui saluran lakrimalis (Anel) 2
37 Pemeriksaan orthoptic 2
38 Perimetri 2
39 Pemeriksaan lensa kontak dengan komplikasi 3
40 Tes penglihatan warna (dengan buku Ishihara 12 plate) 4A
41 Elektroretinografi 1
42 Electro-oculography 1
43 Visual evoked potentials (VEP/VER) 1
44 Fluorescein angiography (FAG) 1
45 Echographic examination: ultrasonography (USG) 1
-- INDERA PENDENGARAN dan KESEIMBANGAN --
46 Inspeksi aurikula, posisi telinga, dan mastoid 4A
47 Pemeriksaan meatus auditorius externus dengan otoskop 4A
48 Pemeriksaan membran timpani dengan otoskop 4A
49 Menggunakan cermin kepala 4A
50 Menggunakan lampu kepala 4A
51 Tes pendengaran, pemeriksaan garpu tala (Weber, Rinne, 4A
Schwabach)
52 Tes pendengaran, tes berbisik 4A
53 Interpretasi hasil audiometri-tone & speech audiometry 3
54 Pemeriksaan pendengaran pada anak-anak 4A
55 Otoscopy pneumatic (Siegle) 2
56 Melakukan dan menginterpretasikan timpanometri 2
57 Pemeriksaan vestibular 2
58 Tes Ewing 2
-- INDERA PENCIUMAN --
59 Inspeksi bentuk hidung dan lubang hidung 4A
60 Penilaian obstruksi hidung 4A
61 Uji penciuman 4A
62 Rinoskopi anterior 4A
63 Transluminasi sinus frontalis dan maksila 4A
64 Nasofaringoskopi 2
65 USG sinus 1
66 Radiologi sinus 2
67 Interpretasi radiologi sinus 3
-- INDERA PENGECAP --

16
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

68 Penilaian pengecapan 4A
-- SISTEM INTEGUMEN --
Pemeriksaan fisik
69 Inspeksi kulit 4A
70 Inspeksi membran mukosa 4A
71 Inspeksi daerah perianal 4A
72 Inspeksi kuku 4A
73 Inspeksi rambut dan skalp 4A
74 Palpasi kulit 4A
75 Deskripsi lesi kulit dengan perubahan primer dan sekunder, 4A
misal ukuran, distribusi, penyebaran, konfigurasi
Pemeriksaan tambahan
76 Pemeriksaan dermografisme 4A
77 Penyiapan dan penilaian sediaan kalium hidroksida 4A
78 Penyiapan dan penilaian sediaan metilen biru 4A
79 Penyiapan dan penilaian sediaan Gram 4A
80 Biopsi plong (punch biopsy) 2
81 Uji tempel (patch test) 2
82 Uji tusuk (prick test) 2
83 Pemeriksaan dengan sinar UVA (lampu wood) 4A
Pencegahan
84 Pencarian kontak (case finding) 4A
KETERAMPILAN TERAPEUTIK

-- MATA --
85 Peresepan kacamata pada kelainan refraksi ringan (Sampai 4A
dengan 5D tanpa silindris) untuk mencapai visus 6/6
86 Peresepan kacamata baca pada penderita dengan visus jauh 4A
normal atau dapat dikoreksi menjadi 6/6
87 Pemberian obat tetes mata 4A
88 Aplikasi salep mata 4A
89 Flood ocular tissue 3
90 Eversi kelopak atas dengan kapas lidi (swab) untuk 3
membersihkan benda asing
91 To apply eyes dressing 4A
92 Melepaskan lensa kontak dengan komplikasi 3
93 Melepaskan protesa mata 4A
94 Mencabut bulu mata 4A
95 Membersihkan benda asing dan debris di konjungtiva 4A
96 Membersihkan benda asing dan debris di kornea tanpa 3
komplikasi
96 Terapi laser 1
97 Operasi katarak 2
98 Squint, surgery 1
99 Vitrectomi 1
100 Operasi glaukoma dengan trabekulotomi 1

17
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

101 Transplantasi kornea 1


102 Cryocoagulation misalnya cyclocryocoagulation 1
103 Bedah kelopak mata (Chalazion, entropion, ektropion, ptosis) 1
104 Operasi detached retina 1
-- THT --
105 Manuver Politzer 2
106 Manuver Valsalva 4A
107 Pembersihan meatus auditorius eksternus dengan usapan 4A
108 Pengambilan serumen menggunakan kait atau kuret 4A
109 Pengambilan benda asing di telinga 4A
110 Parasentesis 2
111 Insersi grommet tube 1
112 Menyesuaikan alat bantu dengar 2
113 Menghentikan perdarahan hidung 4A
114 Pengambilan benda asing dari hidung 4A
115 Bilas sinus/sinus lavage/pungsi sinus 2
116 Antroskopi 1
117 Trakeostomi 2
118 Krikotiroidektomi 2
-- SISTEM INTEGUMEN --
119 Pemilihan obat topikal 4A
120 Insisi dan drainase abses 4A
121 Eksisi tumor jinak kulit 4A
122 Ekstraksi komedo 4A
123 Perawatan luka 4A
124 Kompres 4A
125 Bebat kompresi pada vena varikosum 4A
126 Rozerplasty kuku 4A

18
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

KARAKTERISTIK MAHASISWA DAN PRASYARAT

Karakteristik mahasiswa:
Pembelajaran blok sistem penginderaan ini diperuntukkan bagi mahasiswa
semester VII. Jumlah mahasiswa peserta blok sistem penginderaan adalah 198 orang yang
terbagi dalam 24 kelompok.

Prasyarat:
Mahasiswa yang boleh mengikuti blok sistem penginderaan adalah mereka yang
sudah lulus semua modul di semester I dan II. Pada semester I dan II mahasiswa
mempelajari dasar-dasar biomedik yang menjadi pondasi bagi modul-modul selanjutnya.
Prinsip dasar biomedik, seperti bio-optik sudah diberikan pada blok biomedik II yang
diselenggarakan pada semester I.

Tata tertib blok sistem penginderaan:


1. Pada saat kegiatan pembelajaran, mohon hadir tepat waktu. toleransi keterlambatan
yaitu 15 menit. Kegiatan kuliah, tutorial, pleno dan praktikum akan dilaksanakan
secara daring, sedangkan KKD dan Ujian dilaksanakan secara luring. Jika melewati
batas waktu akun zoom akan dikunci. Jika melebihi batas toleransi, maka akan
diberikan sanksi yang akan ditentukan kemudian.
2. Berpakaian rapi dan sopan dalam semua kegiatan blok (daring dan luring)
3. Mengatur nama akun zoom menjadi: 2 digit nomor kelompok_2 digit nomor urut
dalam kelompok_Nama Lengkap_NIM. Untuk NIM, hanya dituliskan 5 digit terakhir,
misalnya 19001. Contoh nama akun zoom yang digunakan: 01_01_Ari_19001.
4. Semua kegiatan yang dilakukan mahasiswa/i berada dalam kondisi dan posisi siap
belajar, tidak tidur/berbaring, tidak dalam perjalanan atau berkendara, tidak makan,
dan selalu mengaktifkan fitur video dengan wajah terlihat seluruhnya.
5. Apabila terdapat kondisi atau permasalahan yang mengakibatkan mahasiswa/I tidak
dapat mengikuti kegiatan blok yang dijadwalkan, maka mahasiswa/I yang
bersangkutan diharuskan memberitahu pengelola blok.
6. Syarat boleh mengikuti ujian:
a. Ujian teori: Minimal kehadiran pada kegiatan terstruktur diluar KKD, yaitu 75%
b. Ujian KKD: Minimal kehadiran pada latihan KKD, yaitu 75%
Jika sakit, harus menyerahkan surat sakit dari Dokter (Atau jika ijin, harus
menyerahkan surat ijin) dengan segera. Surat harus sudah diterima oleh bagian

19
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

akademik selambatnya dua hari setelah masuk kembali, tidak pada hari ujian. Jika surat
sakit atau surat ijin baru diserahkan pada hari ujian, mahasiswa tidak boleh mengikuti
ujian
7. Hasil diskusi dikirimkan ke email blok: blokpenginderaan@gmail.com paling lambat
pkl 18.00 WIB. (H-1 pleno)
8. Tata cara ujian tulis maupun KKD akan diberitahu tersendiri.

20
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

SASARAN PEMBELAJARAN
(LEARNING OBJECTIVES)

1. Bila diberi ilustrasi kasus tentang kelainan mata, mahasiswa semester VII mampu
menjelaskan struktur anatomi, histologi, fisiologi, etiologi, patofisiologi, serta
menyusun rencana diagnosis dan diagnosis banding berdasarkan manifestasi klinis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk kemudian merencanakan
tatalaksana juga menjelaskan kemungkinan komplikasi serta mengidentifikasi
penyakit mata yang perlu penanganan segera sesuai dengan rujukan modul.

2. Bila diberi ilustrasi kasus tentang kelainan telinga, mahasiswa semester VII mampu
menjelaskan struktur anatomi, histologi, fisiologi, etiologi, patofisiologi, serta
menyusun rencana diagnosis dan diagnosis banding berdasarkan manifestasi klinis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk kemudian merencanakan
tatalaksana juga menjelaskan kemungkinan komplikasi serta mengidentifikasi
penyakit telinga yang perlu penanganan segera sesuai dengan rujukan modul.

3. Bila diberi ilustrasi kasus tentang kelainan kulit dan adneksanya, mahasiswa semester
VII mampu menjelaskan struktur anatomi, histologi, fisiologi, etiologi, patofisiologi,
serta menyusun rencana diagnosis dan diagnosis banding berdasarkan manifestasi
klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk kemudian merencanakan
tatalaksana juga menjelaskan kemungkinan komplikasi sesuai dengan rujukan modul.

4. Bila dihadapkan pada pasien simulasi dengan keluhan mata, mahasiswa semester VII
mampu melakukan prinsip-prinsip dasar manajemen pasien kasus mata sesuai dengan
standar yang baku.

5. Bila dihadapkan pada pasien simulasi dengan keluhan telinga, hidung, tenggorokan
(THT), mahasiswa semester VII mampu melakukan prinsip-prinsip dasar manajemen
pasien kasus THT sesuai dengan standar yang baku.

6. Bila dihadapkan pada pasien simulasi dengan keluhan kulit, mahasiswa semester VII
mampu melakukan prinsip-prinsip dasar manajemen pasien kulit sesuai dengan
standar yang baku.

21
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

ANALISIS SASARAN PEMBELAJARAN

Mampu merencanakan tatalaksana dan


melakukan manajemen kelainan pada
sistem penginderaan yang meliputi
kelainan mata, telinga, serta kulit dan
adneksanya pada keadaan simulasi

Bila dihadapkan pada Bila dihadapkan pada pasien Bila dihadapkan pada
pasien simulasi dengan simulasi dengan keluhan pasien simulasi dengan
keluhan mata, mahasiswa telinga, hidung, tenggorokan keluhan kulit dan
semester VII mampu (THT), mahasiswa semester adneksanya, mahasiswa
melakukan prinsip-prinsip VII mampu melakukan semester VII mampu
dasar manajemen pasien prinsip-prinsip dasar melakukan prinsip-prinsip
kasus mata sesuai dengan manajemen pasien kasus dasar manajemen pasien
standar yang baku THT sesuai dengan standar kulit sesuai dengan standar
yang baku yang baku

Bila diberi ilustrasi kasus Bila diberi ilustrasi kasus Bila diberi ilustrasi kasus
tentang kelainan mata, tentang kelainan telinga, tentang kelainan kulit dan
mahasiswa semester VII mahasiswa semester VII adneksanya, mahasiswa
mampu menjelaskan mampu menjelaskan semester VII mampu
struktur anatomi, struktur anatomi, histologi, menjelaskan struktur
histologi, fisiologi, fisiologi, etiologi, anatomi, histologi,
etiologi, patofisiologi, patofisiologi, serta fisiologi, etiologi,
serta menyusun rencana menyusun rencana diagnosis patofisiologi, serta
diagnosis dan diagnosis dan diagnosis banding menyusun rencana
banding berdasarkan berdasarkan manifestasi diagnosis dan diagnosis
manifestasi klinis, klinis, pemeriksaan fisik dan banding berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang untuk kemudian pemeriksaan fisik dan
untuk kemudian merencanakan tatalaksana pemeriksaan penunjang
merencanakan tatalaksana juga menjelaskan untuk kemudian
juga menjelaskan kemungkinan komplikasi merencanakan tatalaksana
kemungkinan komplikasi serta mengidentifikasi juga menjelaskan
serta mengidentifikasi penyakit telinga yang perlu kemungkinan komplikasi
penyakit mata yang perlu penanganan segera sesuai sesuai dengan rujukan
penanganan segera sesuai dengan rujukan modul modul
dengan rujukan modul

22
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

LINGKUP BAHASAN

Pokok Bahasan
1. Anatomi, histologi dan fisiologi sistem penginderaan (mata, telinga, kulit dan
adneksanya)
2. Etiologi dan patofisiologi masing-masing kelainan pada sistem penginderaan
3. Pendekatan diagnostik (manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang)
yang berkaitan dengan kelainan pada sistem penginderaan, seperti pada kelainan mata
merah, kelainan pada kelopak mata dan apparatus lakrimalis, kelainan pada mata
tenang, trauma pada mata, otologi, neurotologi, onkologi THT-KL, trauma pada telinga
serta kelainan pada kulit dan adneksanya
4. Tatalaksana terhadap kelainan yang mempengaruhi sistem penginderaan (Golongan
obat, farmakodinamik dan farmakokinetik obat, indikasi dan kontraindikasi, dasar
pemilihan obat, serta penulisan resep obat dan resep kaca mata)
5. Komplikasi pada kelainan sistem penginderaan
6. Teknik pemeriksaan oftalmologi, pemeriksaan visus, refraksi subyektif dan
oftalmoskopi
7. Teknik pemeriksaan fisik THT, rhinoskopi posterior, tes pendengaran dan uji penghidu
8. Teknik pemeriksaan kulit, kuku dan rambut, pemeriksaan KOH, pemeriksaan
dermografisme, pemeriksaan dengan menggunakan lampu wood, tindakan
mengompres, dan pemeriksaan diagnostik Morbus Hansen

23
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

KEGIATAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN

Metode Pengajaran dan Pembelajaran


Metode pengajaran dan pembelajaran yang digunakan pada blok ini yaitu kuliah (kuliah
pengantar, kuliah narasumber, kuliah pengantar keterampilan klinis dasar), diskusi PBL
(Problem-based learning), pleno PBL, latihan KKD (keterampilan klinis dasar), dan
belajar mandiri.
1. Kuliah pengantar (K1)
Sebelum pelaksanaan diskusi PBL, mahasiswa diberikan kuliah pengantar untuk
membuka wawasan tentang materi pembelajaran di modul ini dan sebagai pengantar
untuk masuk ke dalam proses diskusi.
2. Kuliah narasumber (K2)
Kuliah ini diselenggarakan setelah pleno PBL untuk memberikan umpan balik
terhadap mahasiswa tentang cakupan materi yang sudah dan yang belum mereka
pelajari saat diskusi PBL. Dengan penyelenggaraan kuliah ini diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui tingkat kemampuannya saat ini dibandingkan dengan standar yang
ingin dicapai dalam blok.
3. Kuliah pengantar KKD (K3)
Kuliah ini diberikan sebelum pelaksanaan latihan KKD untuk memberikan gambaran
keterampilan yang akan dipelajari pada latihan dalam kelompok. Metode yang
digunakan yaitu adaptasi dari “Educational taxonomy based model” oleh George dan
Doto (Dikutip dalam Amin Z, et al, 2006) yang terdiri dari lima langkah, yaitu:
1) Mahasiswa mempelajari komponen kognitif (Dasar teori) KKD terkait
2) Narasumber mendemonstrasikan prosedur KKD tanpa terputus
3) Narasumber memberikan narasi terkait prosedur KKD
4) Mahasiswa mendeskripsikan prosedur KKD
5) Mahasiswa melakukan prosedur KKD
Langkah 1-3 dari model ini dilaksanakan pada kuliah pengantar KKD dan dapat
diulang oleh instruktur saat latihan. Langkah 4 dan 5 dilakukan pada latihan KKD
dengan bimbingan instruktur.
4. Diskusi PBL (D)
Diskusi PBL dilakukan dalam kelompok berjumlah 10-12 orang dengan satu orang
tutor. Pada diskusi PBL, mahasiswa diberikan satu pemicu untuk dibahas dalam dua
sesi diskusi dengan menerapkan langkah seven jumps.
24
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Diharapkan pada kegiatan ini, mahasiswa sudah mempunyai prior knowledge dari
pembelajarannya selama beberapa semester sebelumnya atau dari kuliah pengantar.
Langkah seven jumps adalah sebagai berikut:
1) Identify and clarify unfamiliar terms
2) Define the problem(s)
3) Brainstorming to discuss the problem(s) suggesting possible explanation
4) Review step 2 and 3, arrange explanation into tentative solutions
5) Formulate learning objectives
6) Private study
7) Share results of private study
5. Pleno PBL (P)
Pleno PBL dilakukan setelah satu kali sesi diskusi pembahasan pemicu. Kegiatan ini
dihadiri oleh narasumber, dan dipimpin oleh koordinator blok. Pada pleno PBL,
kelompok yang terpilih akan mempresentasikan hasil diskusi PBL kelompoknya,
kemudian diikuti dengan tanya jawab antar mahasiswa dengan kelompok presentan.
Pleno PBL diikuti dengan kuliah umpan balik.
6. Latihan KKD
Latihan KKD merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran KKD yang dimulai
dengan kuliah pengantar KKD. Pada sesi ini, masing-masing mahasiswa melakukan
prosedur keterampilan dengan didampingi oleh seorang instruktur. Instruktur diminta
untuk langsung mengoreksi kesalahan yang dilakukan mahasiswa pada saat mereka
melakukan prosedur. Kemudian mahasiswa kembali melakukan prosedur tanpa
interupsi dari instruktur. Pada sesi ini, staf pengajar memberikan umpan balik
konstruktif kepada mahasiswa dengan jelas.
7. Belajar mandiri (M)
Pada saat belajar mandiri, mahasiswa mengelaborasi lebih lanjut mengenai materi
terkait sasaran pembelajaran blok sistem penginderaan. Sumber pembelajaran dapat
diperoleh dari buku teks rujukan atau buku teks lain dan jurnal yang sesuai, juga situs
internet yang kredibel.

25
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMICU 1

Bercak pada anggota keluargaku

Seorang perempuan berusia 34 tahun datang berobat ke dokter umum dengan keluhan
terdapat bercak putih dan coklat kehitaman di wajah. Pasien tidak menyadari sejak kapan
keluhan tersebut terjadi. Pasien berprofesi sebagai penyanyi latar, dan pasien merasa tidak
percaya diri dengan bercak tersebut, sehingga untuk menutupi bercaknya pasien terbiasa
menggunakan make up tebal. Sejak 2 hari terakhir pasien merasa kedua pipi yang biasanya
ditutupi dengan bedak terasa panas dan disertai adanya bintil-bintil kemerahan. Kejadian
ini belum pernah dialami oleh pasien sebelumnya. Pasien menduga kemerahan ini timbul
karena ia menggunakan foundation baru. Sehari-hari jika tidak menyanyi, pasien
mengerjakan sendiri pekerjaan rumah tangga seperti memasak ataupun membuat kue.

Pasien mengajak ibu pasien yang berusia 73 tahun dengan keluhan bercak kehitaman yang
menebal di punggung kaki kiri yang timbul terutama jika sedang banyak pikiran atau
stress. Ibu pasien juga mengeluhkan terdapat bercak kemerahan yang di bokong dan
kemaluan sejak 1 bulan terakhir, bersamaan dengan pasien rutin menggunakan diaper.

Pasien juga mengajak anak perempuannya yang berusia 5 tahun untuk berobat karena
terdapat keluhan bintik-bintik kemerahan di area sekitar mulut dan hidung sejak 5 hari
terakhir. Selain itu bintik kemerahan disertai dengan rasa gatal didapatkan juga pada dada
dan punggung pasien terutama saat sedang berkeringat. Dokter menanyakan apakah anak
pasien juga sering mengeluhkan gatal pada lipat siku, lutut.

Apa yang dapat Anda pelajari dari kasus tersebut?

26
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMICU 2

Sakit kulit bersama satu asrama

Pada kunjungan untuk bakti sosial ke sebuah asrama, dokter mendapatkan beberapa anak
mengalami keluhan kulit yang beragam.
Pasien pertama, seorang anak perempuan berusia 13 tahun dengan keluhan lenting
bernanah pada area punggung bawah yang dirasakan sejak 2 hari terakhir. Lenting terasa
perih, panas, dan gatal. Keluhan disertai bercak dan bintil kemerahan yang terasa gatal
pada kedua kaki dan sela jari sejak 1 minggu yang lalu. Akhir-akhir ini pasien kerap
membantu guru sekolahnya berkebun. Selain itu, pasien juga mengeluhkan bintik-bintik
putih di rambutnya semakin bertambah. Bintik-bintik putih ini juga didapatkan pada teman
sekamar pasien.

Pasien kedua, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dengan keluhan timbul bercak
kemerahan pada kedua ketiak sejak 1 bulan terakhir. Setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata bercak kemerahan dan gatal juga dijumpai pada area selangkangan. Menurut
pasien, ayah pasien pernah mengalami kejadian serupa berupa bercak kemerahan di
seluruh tubuh dan tidak terasa gatal.

Pasien ketiga, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dengan keluhan timbul bercak putih
di lengan hingga dada. Bercak putih ini juga dialami oleh ayah pasien. Pada saat
pemeriksaan, didapatkan bercak putih yang hilang rasa.

Apa yang dapat anda pelajari dari kasus diatas?

27
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMICU 3
Bersisik terus, sakit apakah aku?

Seorang laki-laki berusia 31 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan timbul bercak
merah bersisik pada jari tangan, lengan, dan bokong sejak 5 bulan terakhir. Pasien bekerja
sebagai satpam di sebuah mall di Jakarta. Karena malu dengan jari-jari tangan yang
bersisik, pasien kerap menggaruk dan berusaha untuk melepaskan sisik-sisik tersebut.
Dokter menanyakan apakah terdapat bercak kemerahan selain yang disebutkan, menurut
pasien terdapat bercak kemerahan di lipat paha terutama saat pasien berkeringat.

Saat ditanyakan apakah bercak kemerahan bersisik juga dijumpai pada anggota keluarga
lain seperti orang tua atau anak pasien. Pasien menjawab bahwa anak pasien terkadang
mengalami bercak merah bersisik putih tapi di rambut, kadang di dahi atau belakang
telinga saat musim pancaroba. Pernah juga mengalami bercak merah di punggung yang
disertai demam, menurut dokter yang merawat anaknya terkena virus.

Dokter menanyakan apakah pasien pernah mengalami alergi obat, pasien menjawab tidak
tahu apakah itu alergi obat atau tidak, akan tetapi pasien pernah mengkonsumsi obat
antalgin kemudian mengalami lepuh di badan, disertai keropeng kemerahan di bibir.
Terkadang, timbul bercak kehitaman di dekat bibir bila mengkonsumsi obat antibiotik
(Fixed drug eruption).

28
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMICU 4

Keluarga Rabun

Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan
penglihatan jauh buram sejak 3 bulan yang lalu. Ibu mengatakan sejak pandemi Covid-19,
anaknya belajar secara daring dan juga semakin sering bermain telepon genggam. Ibu
khawatir anaknya menderita mata malas seperti ayahnya yang memiliki riwayat katarak
sewaktu bayi.
Ibu juga membawa anak laki-lakinya yang berusia 19 tahun untuk diperiksa karena
sejak 6 bulan yang lalu bila sore hari anaknya sering tersandung kursi dan barang-barang
lain karena penglihatan menurun bila sore hari.
Ibu yang berusia 46 tahun, juga ingin memeriksakan matanya karena sejak 3 bulan
yang lalu sering mengalami sakit kepala dan mata terasa pegal. Ia memiliki riwayat rabun
jauh, pernah dioperasi karena retina lepas, hipertensi dan juga riwayat orangtua glaukoma
serta pernah disuntikan obat ke dalam bola matanya.

Dokter melakukan pemeriksaan kepada ketiga pasien dan memberikan penatalaksanaan


yang sesuai untuk masing-masing pasien.

Apakah yang dapat dipelajari dari kasus-kasus tersebut?

29
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMICU 5
Mata Merah Bersama

Seorang dokter umum memeriksa 2 orang pasien di poliklinik pagi ini. Pasien pertama
adalah seorang perempuan berusia 23 tahun yang datang dengan keluhan kelopak mata
kanan atas ada benjolan sejak 9 bulan yang lalu dan belum pernah diobati. Pasien juga
mengeluhkan kedua mata merah sejak 3 hari yang lalu disertai dengan belekan dan gatal.
Menurut pasien, ada teman sekantornya juga mengalami hal yang sama dan penglihatan
tidak ada gangguan.

Pasien kedua adalah seorang perempuan berusia 45 tahun dengan keluhan mata
kanan terasa mengganjal dan sering merah hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Mata kiri
pasien juga mengalami sedikit merah dan penglihatan buram sejak 1 minggu yang lalu,
keluhan juga disertai dengan mata terasa pegal. Pasien juga mengatakan bahwa kedua
matanya sering terasa panas.

Dokter melakukan pemeriksaan dan memberikan penatalaksanaan yang sesuai.

30
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMICU 6

Telinga selalu Bermasalah

Seorang laki-laki berusia 18 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS karena bengkak di


sepanjang leher kirinya sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan riwayat telinga kiri
keluar cairan sejak kecil. Ibu mengatakan sejak bayi anaknya sudah mengalami keadaan
tersebut yang timbul terutama ketika pilek dan berenang. Ketika semakin besar, keluhan
ini juga pernah disertai dengan rasa nyeri, sakit kepala, lepuh di daun telinga bahkan
asimetris wajah.

Ibu juga mengatakan bahwaSeingat ibu, sejak bayi anaknya tersebut selalu
bermasalah dengan telinga, mulai dari kemasukan beras, kotoran telinga yang penuh,
gendang telinga yang berlubang, hingga ada lubang di depan telinga, tetapi ibu tidak ingat
di sisi telinga mana keluhan tersebut terjadi.

Apa yang dapat dipelajari dari kasus tersebut?

31
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMICU 7
Ada yang salah dengan Telingaku

Seorang laki-laki berusia 24 tahun datang ke poli umum dengan keluhan kurang
mendengar pada telinga kanan sejak 1 minggu lalu. Keluhan disadari ketika bangun tidur
pagi dia sulit mendengar teriakan ibunya yang membangunkannya. Dua hari lalu dia mulai
mendengar seperti bunyi jangkrik dalam telinganya yang di malam hari terdengar begitu
keras hingga dia sulit untuk tidur.
Seingatnya, ibunya juga pernah mengalami kejadian yang sama. Keluhan telinga
kurang mendengar dan berbunyi bahkan disertai dengan pusing berputar. Lima tahun
terakhir keluhan pusing berputar adalah keluhan yang paling sering dialami ibunya dan
tiga bulan ini ibunya juga mengeluhkan hidung buntu, terkadang mimisan dan sakit kepala
disertai pandangan ganda.

Pasien menanyakan apakah keadaannya akan sama dengan keadaan yang dialami ibunya
karena waktu kecil pun dia sering mimisan.

Apa yang dapat dipelajari dari kasus tersebut?

32
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMICU 8
Akibat Amukan Sapi

Seorang laki-laki berusia 24 tahun dibawa ke IGD RS. Pasien diseruduk sapi yang akan
dipotong dan keluar darah dari mata dan telinga. Pasien merasa kesakitan dan tidak dapat
membuka matanya. Dokter menanyakan apakah pernah mengalami telinga berdarah?
Kemudian pasien mengatakan tahun lalu saat menyelam, ketika sedang pilek ia juga
mengalami perdarahan dari telinga.

Dari pemeriksaan mata didapatkan:


VOS: 1/60
Palpebra superior oedem, hematom. Palbebra inferior laserasi (+)
Konjungtiva bulbi laserasi
Kornea oedem, erosi
COA : hifema
Pupil : RC (-)
Iris : iridodenesis
Lensa: afakia

Kemudian dokter melakukan pemeriksaan pada telinga pasien.

Apa yang dapat Anda pelajari dari kasus tersebut?

33
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

FR-FK-20-53/RO

JADWAL BLOK PENGINDERAAN SEMESTER GANJIL-HYBRID 2022

MINGGU I
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
25-Jul-22 26-Jul-22 27-Jul-22 28-Jul-22 29-Jul-22
07.00-07.30 Pendahuluan Blok

07.30-08.20 Pengantar I.K. Adneksa Kulit (ID) Dermatoterapi


Kulit (LJ) (OT)
08.20-09.10

09.10-10.00 Tumor Kulit (ST) PEMICU 1


Pleno (LJ,OT)
MANDIRI
10.00-10.50
Parasitologi (CS) DISKUSI 2
10.50-11.40 PEMICU 1
11.40-12.30

13.00-13.50 12.30 - 15.00


DISKUSI 1
13.50-14.40 PEMICU 1
14.40-15.30

34
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

MINGGU II
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
01-Aug-22 02-Aug-22 03-Aug-22 04-Aug-22 05-Aug-22
07.00
Anatomi Mata
dan Telinga Farmakologi Mata
07.30-08.20 (THS)
Pengantar IK (J)
Mata-1&2 (MR)
DISKUSI 2
08.20-09.10 PEMICU 2 PEMICU 2 Pleno
(ST,OT,T, CS)
Histologi Mata
09.10-10.00
(TT)

10.00-10.50 DISKUSI 1
PEMICU 3
10.50-11.40
Fisiologi
11.40-12.30
Penglihatan (SO)
13.00-13.50 Fisiologi
DISKUSI 1 pendengaran dan
13.50-14.40 PEMICU 2 keseimbangan
(SO)

14.40-15.30

35
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

MINGGU III
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
08-Aug-22 09-Aug-22 10-Aug-22 11-Aug-22 12-Aug-22
07.00-07.30
07.30-8.20 Pkl. 07.00-09.10
Pengantar IK
8.20-9.10 DISKUSI 1 UJIAN TULIS 1 Telinga (MA)
PEMICU 3 (KULIT)
9.10-10.00 PEMICU 3 Pleno
(ID,OT, T)

DISKUSI 1
10.00-10.50
MANDIRI PEMICU 4

10.50- 12.30
10.50-11.40 PA Mata dan
Telinga (SS)

Pkl. 15.00-15.50
11.40-12.30 Radiologi Telinga
(IF)

36
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

MINGGU IV
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
15-Aug-22 16-Aug-22 17-Aug-22 18-Aug-22 19-Aug-22
PRAKTIKUM DISKUSI 1
07.30-10.00
ANATOMI PEMICU 5
Histologi Telinga
10.00-10.50 PEMICU 4
(TT) 10.00-12.30 HARI
Pleno (MR,HS,
DISKUSI 2 KEMERDEKAAN
TT, SO, J)
PEMICU 4
10.50- 11.40
12.30-15.00

MINGGU V
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
22-Aug-22 23-Aug-22 24-Aug-22 25-Aug-22 26-Aug-22
07.00
Pengantar KKD
07.30-10.00 Farmakologi THT (MA) PEMICU 6
PEMICU 5 Pleno (MA, HS,
Pleno (MR, J, Telinga (J)
DISKUSI 2 DISKUSI 2 TT, J)
10.00-12.30 SS)
PEMICU 5 PEMICU 6
DISKUSI 1
12.30-15.00
PEMICU 6

37
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

MINGGU VI
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
29-Aug-21 30-Aug-21 31-Aug-21 01-Sep-21 02-Sep-21
07.00

07.30-10.00 PEMICU 7 Pleno


(MA, SO, J, IF,
SS)
DISKUSI 1 Pengantar KKD DISKUSI 2 DISKUSI 1
10.00-12.30
PEMICU 7 kulit (HD) PEMICU 7 PEMICU 8

Pengantar KKD
12.30-15.00
Mata (MR)

MINGGU VII
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
05-Sep-21 06-Sep-21 07-Sep-21 08-Sep-21 09-Sep-21
DISKUSI 2 UJIAN TULIS 2
07.30-10.00 PEMICU 8 Pleno
PEMICU 8 MANDIRI (MATA & THT)
(MA, MR) KKD 1
10.00-12.30 SWAB
12.30-15.00

38
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

MINGGU VIII
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
12-Sep-21 13-Sep-21 14-Sep-21 15-Sep-21 16-Sep-21
07.30-10.00
10.00-12.30 KKD 2 KKD 3 KKD 4 KKD ulang KKD ulang
12.30-15.00

MINGGU IX
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
19-Sep-21 20-Sep-21 21-Sep-21 22-Sep-21 23-Sep-21
07.30-10.00
10.00-12.30 UJIAN KKD UJIAN KKD REMED UT REMED KKD REMED KKD
12.30-15.00

39
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tabel 3. Matriks Metode Pencapaian Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran: Mahasiswa mampu merencanakan prinsip-prinsip dasar tatalaksana dan melakukan prinsip-prinsip dasar manajemen
kelainan pada sistem penginderaan yang meliputi kelainan mata, telinga, serta kulit dan adneksanya
Sasaran Metode pengajaran
Pokok bahasan dan sub pokok bahasan Rujukan wajib EHP
pembelajaran dan pembelajaran
Bila diberi ilustrasi
kasus tentang 1. Anatomi dan histologi kulit dan 1. K1 1 sesi (LJ)
kelainan kulit dan adneksanya 2. K1 1 sesi (SS)
adneksanya, 2. Fisiologi kulit dan adneksanya
mahasiswa semester 3. Efloresensi kulit  D: 2 pemicu  RF-3. p. 533-9.
VII mampu 4. Etiologi dan patofisiologi kelainan pada (Ʃ: 10 jam)  RKK-1, -2, -3, -4, -5.
menjelaskan struktur kulit dan adneksanya (Mikroorganisme  RP-1. p. 288-304.
anatomi, histologi, dan parasit yang bermanifestasi pada kulit)  P: 3 pemicu  RP-2. p. 115-46, 284, 318-9,
fisiologi, etiologi, 5. Manifestasi klinis kelainan pada kulit (Ʃ: 7,5 jam) 388-418. Sumatif: MCQ
patofisiologi, serta dengan efloresensi eritroskwamosa, erupsi  RP-3. p. 281-92, 331-41, 347-
menyusun rencana obat, polimorfik, kelainan pigmentasi,  K2: 3 pemicu 54, 449, 457, 549-50.
diagnosis dan vesikobulosa dan papulopustul (Ʃ: 150 menit)  RP-4. p. 833-47, 1002-9.
diagnosis banding 6. Pemeriksaan fisik kulit dan adneksanya (LJ, ST, ID, OT,  RKK-2, p. 2367-400.
berdasarkan serta interpretasi T)
manifestasi klinis, 7. Pemilihan dan interpretasi pemeriksaan
pemeriksaan fisik penunjang untuk kelainan pada kulit dan
dan pemeriksaan adneksanya

40
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

penunjang untuk 8. Dasar diagnosis dan diagnosis banding


kemudian kelainan pada kulit dan adneksanya
merencanakan 9. Tatalaksana dan pencegahan kelainan pada  K1: 1 sesi (ST)
tatalaksana juga kulit dan adneksanya serta penulisan resep
menjelaskan 10. Farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi  M: Setiap saat
kemungkinan dan kontraindikasi obat pada kulit dan
komplikasi sesuai adneksanya (Dermatoterapi)
dengan rujukan 11. Komplikasi pada kelainan kulit dan
modul adneksanya
12. Tumor kulit Sumatif:
 MCQ
 Daftar tilik
penilaian
diskusi PBL

Tujuan pembelajaran: Mahasiswa mampu merencanakan prinsip-prinsip dasar tatalaksana dan melakukan prinsip-prinsip dasar manajemen kelainan
pada sistem penginderaan yang meliputi kelainan mata, telinga, serta kulit dan adneksanya
Sasaran Metode pengajaran
Pokok bahasan dan sub pokok bahasan Rujukan wajib EHP
pembelajaran dan pembelajaran
Bila diberi ilustrasi 1. Anatomi mata 1. K1 1 sesi (HS)  RA-1. p. 528-41.
kasus tentang 2. Histologi mata 2. K1 1 sesi (TT)  RH. p. 496-508.
Sumatif: MCQ
kelainan mata, 3. Fisiologi penglihatan (jalur penglihatan 3. K1 1 sesi (SO)  RFis-1. p. 195-213.
mahasiswa semester dan pengolahan visual) 4. K1 1 sesi (MR)  Rfis-2. p. 181-99.

41
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

VII mampu 4. Fisiologi aqueous humor  RFis-3.


menjelaskan struktur 5. Etiologi dan patofisiologi kelainan pada  RFis-4. p. 358-69.
anatomi, histologi, mata  D: 2 pemicu  RFis-5. p. 604-18.
fisiologi, etiologi, 6. Manifestasi klinis kelainan pada mata (Ʃ: 10 jam)  RM-1. p. 4, 27, 31, 34-45, 49-50,
patofisiologi, serta merah dan mata tenang 77-8, 93-4,121-30, 132-64, 168,
menyusun rencana 7. Pemeriksaan oftalmologi dan interpretasi  P: 2 pemicu 209-10, 237-8, 252-61, 269, 348,
diagnosis dan 8. Pemilihan dan interpretasi pemeriksaan (Ʃ: 5 jam) 402, 534, 611-28, 698-723, 745,
diagnosis banding penunjang untuk kelainan pada mata 791, 796, 801.
berdasarkan 9. Dasar diagnosis dan diagnosis banding  K2: 2 pemicu  RM-1. p. 367-8, 872-3, 886-7,
manifestasi klinis, kelainan pada mata (Ʃ: 100menit) 891.
pemeriksaan fisik 10. Tatalaksana dan pencegahan kelainan Sumatif:
(IF, MR, J, TT,  RPA-1. p. 1314-43.
dan pemeriksaan mata serta penulisan resep  MCQ
SO)  RPA-2. p. 645-65.
penunjang untuk 11. Farmakodinamik, farmakokinetik,  Daftar tilik
 RF-1.p. 1773-1802.
kemudian indikasi dan kontraindikasi obat pada  K1: 1 sesi (MR)  RF-2. p. 435-54. penilaian
merencanakan mata  K1: 1 sesi (MS) diskusi PBL
tatalaksana juga 12. Komplikasi pada kelainan mata
menjelaskan 13. Dasar kelainan, pendekatan diagnostik  M: Setiap saat
kemungkinan dan manajemen kelainan pada kelopak
komplikasi serta mata, apparatus lakrimalis
mengidentifikasi 14. Pendekatan diagnostik dan manajemen
penyakit mata yang trauma mata
perlu penanganan 15. Kelainan mata yang termasuk kasus
segera sesuai dengan gawat darurat
rujukan modul
Tujuan pembelajaran: Mahasiswa mampu merencanakan prinsip-prinsip dasar tatalaksana dan melakukan prinsip-prinsip dasar manajemen kelainan
pada sistem penginderaan yang meliputi kelainan mata, telinga, serta kulit dan adneksanya
Sasaran Metode pengajaran
Pokok bahasan dan sub pokok bahasan Rujukan wajib EHP
pembelajaran dan pembelajaran

42
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Bila diberi ilustrasi


kasus tentang
kelainan telinga, Sumatif: MCQ
1. Anatomi telinga
mahasiswa semester 1. K1 1 sesi (HS)
2. Histologi telinga
VII mampu 2. K1 1 sesi (TT)
3. Fisiologi pendengaran & keseimbangan
menjelaskan struktur
anatomi, histologi,
(jalur pendengaran & keseimbangan, 3. K1 1 sesi (SO)  RT-3. p. 838-57.
pusat pendengaran) 4. K1 1 sesi (MA)  RH. p. 508, 17.
fisiologi, etiologi, 5. K1 1 sesi (IF)
patofisiologi, serta
4. Etiologi dan patofisiologi kelainan telinga  RFis-1. p. 213-23, 224-27.
5. Manifestasi klinis kelainan pada telinga:  Rfis-2. p. 204-17.
menyusun rencana  D: 2 pemicu
otologi, neurotologi, onkologi THT-KL  RFis-3.
diagnosis dan (Ʃ: 10 jam)
6. Pemeriksaan fisik telinga dan interpretasi
diagnosis banding  RFis-4. p. 347-54, 355-58.
7. Pemilihan dan interpretasi pemeriksaan
berdasarkan  RFis-5. p. 620-33
penunjang untuk kelainan pada telinga  P: 2 pemicu
manifestasi klinis,
8. Dasar diagnosis dan diagnosis banding (Ʃ: 5 jam)  RT-1, -2, -3. p. 875-906, 912-7,
pemeriksaan fisik 928-59, 3385-3438, 3453-81. Sumatif:
kelainan pada telinga
dan pemeriksaan
9. Tatalaksana dan pencegahan kelainan  K2: 2 pemicu  RT-4. p. 191-200, 201-29, 247-  MCQ
penunjang untuk 82, 333-42.  Daftar tilik
pada telinga serta penulisan resep (Ʃ: 100menit)
kemudian
10. Farmakodinamik, farmakokinetik, ( MA, J, TT, SO,  RT-5, -6. penilaian
merencanakan
indikasi dan kontraindikasi obat pada IF)  RR-1, -2. diskusi PBL
tatalaksana juga  RF-1.p. 1773-1802.
telinga
menjelaskan 
kemungkinan
11. Komplikasi pada kelainan telinga  K1: 1 sesi (MS) RF-2. p. 435-54.
12. Pendekatan diagnostik dan manajemen  RPA
komplikasi serta
mengidentifikasi
trauma telinga  M: Setiap saat
13. Kelainan telinga yang termasuk kasus
penyakit telinga yang
gawat darurat
perlu penanganan
segera sesuai dengan
rujukan modul
Tujuan pembelajaran: Mahasiswa mampu merencanakan prinsip-prinsip dasar tatalaksana dan melakukan prinsip-prinsip dasar manajemen kelainan
pada sistem penginderaan yang meliputi kelainan mata, telinga, dan kulit
Sasaran Pokok bahasan dan sub pokok Metode Rujukan wajib EHP

43
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

pembelajaran bahasan pengajaran dan


pembelajaran
Bila dihadapkan pada
 K3: 1 sesi
pasien simulasi
(Ʃ:150 menit) Formatif: Umpan
dengan keluhan
(MR)  Kanski JJ, Bowling B. Clinical balik setiap latihan
mata, mahasiswa 1. Prinsip dasar pemeriksaan
ophthalmology: A systematic KKD
semester VII mampu oftalmologi dan oftalmoskopi
 KKD 2 sesi approach. 7th ed. UK: Elsevier
melakukan prinsip- 2. Prinsip dasar pemeriksaan visus
(Ʃ: 5 jam) Saunders, 2011. Sumatif: Ujian
prinsip dasar dan refraksi subyektif
 Modul Sistem Penginderaan. Daftar KKD menggunakan
manajemen pasien 3. Prinsip dasar penulisan resep
kasus mata sesuai kacamata  M: Setiap saat tilik keterampilan klinik dasar, 2017. daftar tilik penilaian
KKD
dengan standar yang
baku
Bila dihadapkan pada
pasien simulasi
dengan keluhan  K3: 1 sesi  George G. Browning, Burton J.
Formatif: Umpan
telinga, hidung, (Ʃ:150 menit) Martin, Clarke Ray, Hibbert John,
balik setiap latihan
tenggorokan (THT), (MA) Jones S. Nicholas, Lund J Valerie.
1. Prinsip dasar pemeriksaan fisik KKD
mahasiswa semester Scott Brown’s Otorhinolaryngology,
THT dan rhinoskopi posterior
VII mampu  KKD 2 sesi Head and Neck Surgery. 7th ed.
2. Prinsip dasar tes pendengaran dan Sumatif: Ujian
melakukan prinsip- (Ʃ: 5 jam) Volume 2. London: Edward Arnold
uji penghidu KKD menggunakan
prinsip dasar Ltd, 2013.
daftar tilik penilaian
manajemen pasien  M: Setiap saat  Modul Sistem Penginderaan. Daftar
KKD
kasus THT sesuai tilik keterampilan klinik dasar, 2017.
dengan standar yang
baku

44
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tujuan pembelajaran: Mahasiswa mampu merencanakan prinsip-prinsip dasar tatalaksana dan melakukan prinsip-prinsip dasar manajemen kelainan
pada sistem penginderaan yang meliputi kelainan mata, telinga, dan kulit
Metode
Sasaran Pokok bahasan dan sub pokok
pengajaran dan Rujukan wajib EHP
pembelajaran bahasan
pembelajaran
Bila dihadapkan  Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
pada pasien BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K
simulasi dengan  K3: 1 sesi (eds.). Fitz Patrick’s Dermatology in
Formatif: Umpan
keluhan kulit dan 1. Prinsip dasar pemeriksaan fisik (Ʃ:150 menit) General Medicine. 8th ed. Volume 2.
balik setiap latihan
adneksanya, kulit, kuku dan rambut (ID) United States: The McGraw Hill
KKD
mahasiswa 2. Prinsip dasar pemeriksaan KOH Companies Inc, 2012.
semester VII 3. Prinsip dasar diagnostik Morbus  KKD 2 sesi  Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Sumatif: Ujian
mampu melakukan Hansen (Ʃ: 5 jam) Editor. Ilmu penyakit kulit dan
KKD menggunakan
prinsip-prinsip 4. Prinsip dasar pemeriksaan kelamin. Edisi kelima. Jakarta:
daftar tilik penilaian
dasar manajemen dermografisme, lampu wood,  M: Setiap saat Fakultas Kedokteran Universitas
KKD
pasien kulit sesuai tindakan mengompres Indonesia, 2007.
dengan standar  Modul Sistem Penginderaan. Daftar
yang baku tilik keterampilan klinik dasar, 2017.

45
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

SARANA PENUNJANG

1. Sumber Pembelajaran
Buku rujukan
Buku rujukan berikut merupakan sumber pembelajaran yang dianjurkan sebagai
referensi.
Anatomi (RA)
1. Basmajian JV, Slonecker CE. Grant anatomi klinik. Binarupa aksara; 2014.
2. Netter FH. Atlas of human anatomy. 4th ed. Canada: Saunders; 2006.
3. Sobotta. Atlas anatomi manusia. edisi 22. Jakarta: EGC; 2007.

Fisiologi (RFis)
1. Sherwood L. Human physiology: from cell to systems. 7th ed. Canada: Thomson
Publishing Inc; 2010.
2. Ganong F. Review of medical physiology. 24 ded. San Fracisco: The McGraw-Hill
Companies; 2012.
3. Guyton AC. Text book of medical physiology. 11 th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company; 2001.
4. Silverthorn DU. Human Physiology: An Integrated Approach.6th ed. Pearson
Education; 2014.
5. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12thed. John
Wiley & Sons, Inc; 2009. vol 1.

Farmakologi (RF)
1. Henderer JD, Rapuano CJ. Ocular pharmacology. In: Brunton L, Chabner B,
Knollman B. Editors. Goodman and Gillman’s The pharmacological basis of
therapeutics. 12th ed. McGraw Hill.
2. Fulcher EM, Fulcher RM, Soto CD. Eye and Ear Disorders. In: Fulcher EM,
Fulcher RM, Soto CD. Editors. Pharmacology principles and applications. 2nd ed.
Saunders Elsevier.
3. Askobat P, Suherman SK. Obat lokal. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy R,
Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi (ed). Farmakologi dan terapi. edisi kelima,
Jakarta: FKUI.

46
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

4. Koda-Kimble, Young (ed). Applied Therapeautic The Clinical Use of Drugs. 9 th


ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2009.
5. Page, Curtis (ed). Integrated Pharmacology. 2nd ed. USA: Mosby; 2002.

Histologi (RH)
Gartner LP, Hiatt JL. Penginderaan. Dalam: Suryono IAS, Damayanti L, Wonodirekso
S, editor. Buku Ajar Berwarna Histologi. Edisi ke-3. Singapore: Elsevier; 2014.

Parasitologi (RP)
1. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Editor. Buku ajar parasitologi
kedokteran. Edisi keempat. Jakarta: Badan penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013.
2. James MT, Harwood RF. Herms’s medical entomology. 6 th ed. London: The
Macmillan company, collier-Macmillan limited.
3. Garcia LS. Diagnostic medical parasitology. 4th ed. Washington DC: ASM press;
2001.
4. Farrar J, Hotez PJ, Junghanss T, Kang G, Lalloo D, White NJ. Editors. Manson’s
tropical disease. 23rd ed. Elsevier-Saunders; 2014.

Radiologi (RR)
1. Sutton D. Editor. Textbookof radiology and imaging. 7 th ed. Vol. II. UK: Elsevier;
2003.
2. Adam A, Dixon AK, Gillard JH, Schaefer-Prokop CM. Editors. Grainger &
Allison’s diagnostic radiology: Atextbook of medical imaging. 6 th ed. Vol. II.
Edinburgh: Churchill Livingstone Elsevier; 2015.

Patologi Anatomi (RPA)


1. Folberg R. The eye. In: Kumar V, Abbas K, Aster JC. Robbins and cotran:
Pathologic basis of disease. 9th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015.
2. Tandian A. Mata. Dalam: Nasar IM, Himawan S, Marwoto W. Buku ajar patologi
II (khusus). Jakarta: Sagung Seto, 2010.

47
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Ilmu Kesehatan Mata (RM)


1. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: A systematic approach. 7th ed.
UK: Elsevier Saunders, 2011.
2. Paul Riordan-Eva, John PW. Vaughan and Asbury General Ophtalmology. 17 th ed.
USA: Mc Graw Hill, 2008.
3. Jane Oliver, Lorraine Cassidy. Ophtalmology At a Glance. Erlangga Medical
Series.

Ilmu Penyakit THT (RT)


1. George G. Browning, Burton J. Martin, Clarke Ray, Hibbert John, Jones S.
Nicholas, Lund J Valerie. Scott Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck
Surgery. Volume 1. London: Edward Arnold Ltd, 2008.
2. George G. Browning, Burton J. Martin, Clarke Ray, Hibbert John, Jones S.
Nicholas, Lund J Valerie. Scott Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck
Surgery. Volume 2. London: Edward Arnold Ltd, 2008.
3. George G. Browning, Burton J. Martin, Clarke Ray, Hibbert John, Jones S.
Nicholas, Lund J Valerie. Scott Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck
Surgery. Volume 3. London: Edward Arnold Ltd, 2008.
4. Ballenger JJ, Snow JB. Otorhinolaryngology, Head and neck surgery. 17th ed.
Canada: Williams & Wilkins; 2009.
5. Lee KJ, Essential Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 10th ed. McGraw Hill;
2008.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (RKK)


1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K (eds.). Fitz
Patrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. Volume 1. United States: The
McGraw Hill Companies Inc; 2012.
2. Wolff Klaus, Goldsmith A. Lowell, Katz I. Stephen, GilchrestA A. Barbara, Paller
S. Amy, Leffell J. David. Fitz Patrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed.
Volume 2. United States: The McGraw Hill Companies Inc; 2008.
3. Paul K. Buxton, Rachel Morris. ABC of Dermatology. 5th ed. Singapore: Wiley
Blackwell; 2009.
4. Kay Shou-Mei Kane, Peter A. Lio, Alexander JS, Richard AJ. Color Atlas and
Synopsis of Pediatric Dermatology. 2nd ed. USA: Mc Graw Hill; 2009.
48
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

5. Wolff K, Richard AJ. Fitz Patrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 6th ed. USA: Mc Graw Hill.
6. Gawkrodger DJ. Dermatology: An Illustrated Colour Text. 4 th ed. USA: Elsevier;
2008.
7. Menaldi SL (Ed.). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.

2. Sumber Daya Manusia


a. Koordinator dan sekretaris blok:
Koordinator blok : dr. Olivia Charissa, M.Gizi, Sp.GK
Sekretaris blok : dr. Zita Atzmardina, MM., MKM
b. Narasumber:
dr. Meriana Rasyid, Sp.M (MR)
dr. Mira Amaliah, Sp.THT-KL (MA)
Dr. dr. Linda Julianti, Sp.KK (LJ)
Dr. dr. Sukmawati Tansil Tan, Sp.KK (ST)
dr. Irene Dorthy, Sp.DV (ID)
dr. Hari Darmawan, Sp.KK (HD)
dr. M. Sonny Sugiharto Sp.PA (SS)
dr. Johan, Sp.FK (J)
dr. Oentarini Tjandra, M.Biomed, M.Pd.Ked (OT)
dr. Susy Olivia Lontoh, M. Biomed (SO)
dr. Inge Frisca Widjaya, Sp.Rad (IF)
dr. Twidy Tarcisia, M.Biomed (TT)
dr. Chrismerry Song, M. Biomed (CS)
dr. Teguh, Sp.MK (T)
dr. Tjie Haming Setiadi, Sp.KFR (THS)

c. Tutor dan instruktur KKD


d. Tenaga administrasi

49
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

3. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang disiapkan dalam proses pembelajaran blok sistem
penginderaan yaitu berupa:
a. Waktu Pelaksanaan Modul
Alokasi waktu untuk blok sistem penginderaan yaitu selama tujuh minggu.
b. Sarana
 Akun video conference (Zoom, MS Teams) dan atau media sosial (WA, LINE)
 Perpustakaan Fakultas Kedokteran

50
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN MAHASISWA

1. Komponen Evaluasi Hasil Pembelajaran


Tabel 4. Matriks Komponen Evaluasi Hasil Pembelajaran
Instrume
No Komponen penilaian Frekuensi Bobot NBL
n
SUMATIF
Teori:
1. Daftar
Proses 8 kali
tilik
 Diskusi PBL (10%)
80%
Outcome
 1 kali
 Ujian tulis 1 (45%) MCQ 56.00
 1 kali
 Ujian tulis 2 (25%)
2. Daftar Lulus
KKD 1 kali 20%
tilik KKD semua KKD
TOTAL 100%

 Syarat mengikuti ujian teori, minimal kehadiran pada kegiatan terstruktur diluar
KKD: 75%
 Syarat mengikut ujian KKD, minimal kehadiran adalah 75%.
 Ujian teori (UT) 2 akan dilaksanakan menggunakan mixed method yaitu dengan
gform dan live
2. Syarat kelulusan
Mahasiswa dinyatakan lulus blok sistem penginderaan apabila mahasiswa tersebut
lulus dalam 2 komponen, yaitu:
- Teori, dengan nilai batas lulus 56.
- KKD, dengan nilai batas lulus 80.
Apabila seorang mahasiswa tidak lulus pada salah satu atau kedua komponen di atas,
maka mahasiswa tersebut dinyatakan tidak lulus (GAGAL BLOK).
3. Syarat remedial
A. TEORI: Hasil nilai akhir Teori Blok Sistem Penginderaan adalah D (45 – 55,99)
Hasil nilai akhir E (< 45) adalah GAGAL (mengulang blok di kesempatan
berikutnya)
B. KKD: Hasil nilai masing-masing komponen keterampilan klinis dasar < 80
4. Jadwal remedial
Remedial ujian KKD dilaksanakan pada minggu kedelapan.
Remedial ujian teori dilaksanakan pada akhir blok.

51
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

5. Blueprint evaluasi hasil pembelajaran

Tabel 5. Blueprint Ujian Tulis

No Pokok Bahasan Bobot

1 Anatomi dan histologi mata 4%


2 Fisiologi penglihatan dan aquous humor 5%
3 Etiologi dan faktor risiko kelainan pada mata 3%
4 Patofisiologi kelainan pada mata 5%
Pendekatan diagnostik (manifestasi klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang) kelainan:
a. Mata merah
5 8%
b. Kelopak mata dan apparatus lakrimalis
c. Mata tenang
d. Trauma mata
Tatalaksana (dan atau pencegahan) kelainan mata:
a. Golongan obat, farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi,
6 5%
kontraindikasi, efek samping dan dasar pemilihan obat
b. Penulisan resep
7 Komplikasi pada kelainan mata 3%
8 Anatomi dan histologi telinga 5%
9 Fisiologi pendengaran dan keseimbangan 5%
10 Etiologi dan faktor risiko kelainan pada telinga 3%
11 Patofisiologi kelainan pada telinga 5%
Pendekatan diagnostik (manifestasi klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang) kelainan:
a. Gangguan/infeksi telinga
12 7%
b. Gangguan pendengaran dan keseimbangan
c. Onkologi THT-KL
d. Trauma telinga
Tatalaksana (dan atau pencegahan) kelainan telinga:
a. Golongan obat, farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi,
13 5%
kontraindikasi, efek samping dan dasar pemilihan obat
b. Penulisan resep
14 Komplikasi pada kelainan telinga 3%
15 Anatomi, histologi dan efloresensi kulit 5%
16 Fisiologi kulit 2%
17 Etiologi dan faktor risiko penyakit kulit 6%
18 Patofisiologi penyakit kulit 4%
19 Pendekatan diagnostik (manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, 6%

52
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

pemeriksaan penunjang):
a. Kelainan kulit dengan efloresensi polimorfik
b. Kelainan kulit dengan efloresensi eritroskwamosa (non-
infeksius) dan erupsi obat
c. Infeksi kulit
d. Kelainan pigmentasi
20 Prinsip adneksa kulit dan tumor kulit 4%
Tatalaksana (dan atau pencegahan) kelainan kulit:
a. Golongan obat, farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi,
21 5%
kontraindikasi, efek samping dan dasar pemilihan obat
b. Penulisan resep
22 Komplikasi penyakit kulit 2%

53
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

NO. KOMPONEN EVALUASI SS S TS STS KOMENTAR


EVALUASI PELAKSANAAN BLOK SISTEM PENGINDERAAN
Keterangan:
SS : Sangat setuju
Evaluasi Pelaksanaan Blok Sistem Penginderaan
S : Setuju
Nama: ............................................................. TS : TIdak setuju
NIM: ............................................................... STS : Sangat tidak setuju

NO. KOMPONEN EVALUASI SS S TS STS KOMENTAR

METODE PENGAJARAN dan PEMBELAJARAN (Kuliah pengantar, diskusi PBL, KKD, pleno, belajar mandiri)
1 Tujuan pembelajaran blok dapat dipahami dengan jelas

2 Kegiatan pembelajaran blok berjalan sesuai dengan jadwal yang tertera

3 Staf pengajar memberikan kuliah pengantar dengan jelas


Kegiatan pembelajaran dapat memfasilitasi Saudara untuk mencapai
4
tujuan pembelajaran blok
5 Alokasi waktu pembelajaran sudah memadai
EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN
Sistem/metode evaluasi hasil belajar yang diterapkan dalam blok ini
6
dapat membantu Saudara dalam memahami tujuan pembelajaran
Ujian teori yang dilaksanakan dapat mengevaluasi kemampuan Saudara
7
dalam pencapaian tujuan pembelajaran sesuai kompetensi terkait

Ujian KKD yang dilaksanakan, dapat mengevaluasi kemampuan Saudara


8
dalam pencapaian tujuan pembelajaran sesuai kompetensi terkait

54
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

9 Proses penyelenggaraan KUIS bermanfaat bagi pembelajaran Saudara

10 Materi KUIS dapat membantu Saudara memahami Learning issues

UMPAN BALIK
Sebagian besar tutor memberikan umpan balik yang sesuai dan
11
bermanfaat kepada Saudara saat diskusi PBL
Sebagian besar instruktur memberikan umpan balik yang sesuai dan
12
bermanfaat kepada Saudara saat latihan KKD
Umpan balik tersebut memberi manfaat bagi Saudara dalam mengetahui
13 kekuatan dan kelemahan sehingga menimbulkan motivasi/kemauan
untuk penguatan atau perbaikan di kesempatan selanjutnya
BUKU MODUL
Buku modul memberi informasi rancangan pembelajaran dan pengajaran
14
blok dengan cukup lengkap
Informasi sumber pembelajaran (daftar buku rujukan) tertera dengan
15
lengkap
SARANA & PRASARANA
16 Buku referensi di perpustakaan cukup lengkap
17 Sarana dan prasarana saat diskusi tutorial cukup memadai
18 Alat-alat KKD cukup memadai kualitas dan kuantitasnya
Ruang kuliah cukup memadai dari segi kenyamanan (perbandingan
19
peserta dan luas ruangan, daya tangkap audio-visual, sirkulasi udara)
SUMBER DAYA MANUSIA
Pengelola blok (koordinator dan sekretaris) memberikan
20
bantuan/dukungan yang diperlukan

55
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

NO. KOMPONEN EVALUASI SS S TS STS KOMENTAR


21 Tutor memfasilitasi proses diskusi dengan cukup baik
22 Instruktur memfasilitasi kegiatan KKD dengan cukup baik
23 Narasumber memfasilitasi sesuai dengan peranannya
PESERTA DIDIK
24 Saudara dapat merasakan manfaat mempelajari modul ini
25 Saudara dapat mengikuti pembelajaran blok dengan baik
MATERI
26 Materi pembelajaran TEORI dapat Saudara pahami dengan baik
27 Materi pembelajaran KKD dapat Saudara pahami dengan baik

56
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

LAMPIRAN
KETERAMPILAN KLINIS DASAR

1. PEMERIKSAAN FISIK MATA

OFTALMOSKOPI
Tujuan : Tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan fundus okuli.
Dasar : Cahaya yang dimasukkan ke dalam fundus akan memberikan refleks fundus.
Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar.
Alat :
1. Oftalmoskop
2. Obat melebarkan pupil: Tropicamide 0,5%-1% (Mydriacil), Fenilefrin hidroklorida
2,5%
Sebaiknya sebelum melebarkan pupil, diukur tekanan bola mata dulu.
Sebaiknya melakukan pemeriksaan dengan pupil dilebarkan kecuali:
 Bilik mata dangkal
 Dengan tanda pupil setelah trauma kepala
 Implant fiksasi pada iris
 Pasien dengan glaukoma sudut sempit

57
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSI


Tajam penglihatan ditentukan dengan memakai kartu Snellen, yang merupakan
kartu dengan huruf yang mempunyai ukuran berbeda pada tiap barisnya. Baris huruf
mempunyai angka di sebelahnya yang menunjukkan jarak dimana seseorang normal dapat
melihar huruf pada baris tersebut dengan jelas.
Kartu ini ditempatkan pada jarak tertentu (biasanya 6 meter) di depan pasien yang
akan diperiksa. Dengan jarak ini pasien dengan penglihatan normal dapat melihat huruf
pada baris dengan angka 6 di sebelahnya, pasien ini mempunyai tajam penglihatan 6/6.
Besar huruf pada kartu Snellen berbeda sehingga setiap huruf tertentu hanya dapat dibaca
pada jarak tertentu (kartu untuk jarak 6 meter dan kartu untuk jarak 5 meter) membentuk
sudut 5 menit dengan nodal point.
Besar huruf pada kartu Snellen disusun sedemikian rupa sehingga dapat dilihat
pada jarak 50 meter, 30 meter, 6 meter, sampai 5 dan 4 meter.
Pada kartu tersebut dapat dilihat angka yang menyatakan jarak dimana huruf tersebut dapat
dilihat oleh mata normal.

Pemeriksaan tajam penglihatan:


Tujuan: Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi penglihatan
setiap mata secara terpisah.

Dasar:
 Tajam penglihatan diperiksa langsung, dengan memperlihatkan seri gabar symbol
dengan ukuran berbeda pada jarak tertentu terhadap pasien, dan menentukan ukuran
huruf terkecil yang dapat dikenali pasien.
 Pada pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan huruf terkecil yang masih dapat dilihat
pada kartu baca baku (kartu Snellen) dengan jarak 6 meter atau 20 kaki.
 Tajam penglihatan diberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada.
 Dua titik dapat dilihat sebagai 2 titik terpisah bila garis yang menghubungkan kedua
titik tersebut dengan nodal point membentuk sudut 1 menit.
 Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter, karena
pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi.
 Tajam penglihatan menentukan berapa jelas pasien dapat melihat.
 Pemeriksaan dilakukan tanpa dan dengan kacamata yang sedang digunakan.

Tajam penglihatan seseorang dapat berkurang pada keadaan berikut:


 Kelainan refraksi seperti myopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), astigmat
(silindris).
 Kelainan media penglihatan seperti kornea, akuos humor, lensa, dan badan kaca yang
keruh.
 Saraf penglihatan terganggu fungsinya seperti bintik kuning (macula lutea), saraf optik,
dan pusat penglihatan di otak.

Alat:
 Kartu Snellen atau E
 Lensa coba
 Gagang lensa coba

58
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Nilai atau hasil pemeriksaan:


 Bila huruf yang terbaca tersebut:
- Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan 6/30.
- Terdapat pada baris dengan tanda 6, dikatakan tajam penglihatan 6/6.
 Tajam penglihatan dikatakan normal bila tajam penglihatan adalah 6/6 atau 100%.
 Dengan kartu standar dapat ditentukan tajam atau kemampuan dan fungsi mata untuk
melihat seseorang, seperti:
- Bila tajam penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang
oleh orang normal, huruf tersebut dapat dilihat dengan jarak 6 meter.
- Bila pasien hanya dapat melihat huruf pada baris yang menunjukkan angka 30,
berarti tajam penglihatan pasien 6/30.
- Bila pasien hanya dapat melihat huruf pada baris yang menunjukkan angka 50,
berarti tajam penglihatan pasien 6/50.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6
meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen pada jarak 6
meter maka dilakukan uji hitung jari.

Persiapan pemeriksaan:
 Pada orang dewasa tidak ada persiapan
 Pada anak-anak perlu memberikan perhatiannya untuk dapat dilakukan pemeriksaan,
adalah berbeda memberikan perhatian usia 3-6 tahun, 6-12 tahun dan 12.
 Tajam penglihatan dicatat dengan catatan yang tetap, dan biasanya dicatat tajam
penglihatan kanan (AVOD) dan kemudian tajam penglihatan kiri (AVOS).

Teknik refraksi subyektif


Teknik refraksi subyektif bergantung pada respons pasien untuk mempertahankan
koreksi obyektif yang memberi tajam penglihatan terbaik. Jika semua kelainan refraksi
hanya sekedar sferis, refraksi subyektif akan sangat mudah. Namun, menentukan bagian
koreksi astigmatisme jauh lebih rumit, dan berbagai tehnik refraksi subyektif diterapkan.
Walaupun Jackson cross cylinder adalah alat yang paling umum untuk menentukan
koreksi astigmat, kita akan mulai dengan tehnik astigmatisme dial karena lebih mudah
untuk dimengerti.

Teknik refraksi:
1. Penderita duduk. Jarak antara penderita dan Snellen chart adalah 6 m. Ruangan harus
memiliki cukup cahaya dan tidak menyebabkan silau
2. Trial frame dikenakan pada penderita. Diperiksa mata kanan terlebih dahulu. Mata kiri
ditutup okluder. Bila penderita sudah mengenakan kacamata sebelumnya, dengan
kacamata dipakai diperiksa mata kanan dan mata kiri ditutup menggunakan saputangan
atau kertas
3. Dicatat tajam penglihatan terbaik penderita. Contoh: VOD: 6/15. Letakkan pinhole
didepan mata kanan dan tanya pada penderita apakah baris dibawah 6/15 sekarang
terlihat lebih jelas. Apabila visus maju 2 baris dari baseline, diagnosis kelainan refraksi
pada mata dapat ditegakkan. Apabila tidak maju atau bertambah mundur, kelainan
penurunan visus tidak disebabkan oleh kelainan refraksi dan pemeriksaan visus selesai
tanpa koreksi
4. Kemudian dilakukan koreksi dengan menambahkan lensa minus atau plus. Ambil Sp
+1,00 dan Sp –1,00. Pakaikan bergantian pada penderita dan ditanya, mana yang
memberi penglihatan lebih baik (atau lebih buruk). Apabila sama saja, berikan lensa
59
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

spheres yang lebih tinggi nominalnya dan ulangi pertanyaannya sampai penderita dapat
memberi jawaban jelas
5. Dipakaikan lensa (positif atau negatif) yang memberi tajam penglihatan lebih baik.
Koreksi dengan mengurangi atau menambahkan nominal lensa sampai memberi
koreksi optimal. Apabila penderita tidak mencapai visus 6/6 dengan koreksi spheres
optimal, perlu dilakukan pemeriksaan astigmatisme
6. Penderita diminta melihat pada kipas astigmatisme dan ditanyakan garis pada jam
berapa yang terlihat paling jelas/hitam
7. Dari garis yang paling jelas itu, dikurangi/ditambah 90 derajat dan itu adalah aksis
astigmatismenya
8. Ambil lensa silinder +1,00 dan –1,00. Pakaikan bergantian pada penderita dan ditanya,
mana yang memberi penglihatan lebih baik. Kemudian mulai diberikan lensa dari
silinder -0,25 atau +0,25 dan dinaikkan bertahap sampai penderita mendapatkan visus
terbaik (6/6 atau lebih)
9. Koreksi refraksi mata kanan selesai. Lakukan yang sama pada mata kiri dengan mata
kanan ditutup
Catatan: kelainan refraksi mata kanan dan kiri biasanya tidak jauh berbeda. Berikan sferis
yang sama pada mata kiri, kemudian ubah bertahap. Demikian juga dengan silindernya

2. PEMERIKSAAN FISIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK

A. PERSIAPAN PEMERIKSAAN THT


Pemeriksaan fisik telinga hidung tenggorok (THT) dilakukan dengan cara
pemeriksa dan pasien duduk berhadapan dengan posisi sisi luar lutut kiri pemeriksa
bertemu dengan sisi luar lutut kiri pasien. Pemeriksa menggunakan lampu kepala,
menyalakannya sepanjang proses pemeriksaan dan mengarahkan ke organ yang diperiksa.
Posisi duduk pasien haruslah tegak lurus, berhadapan dengan pemeriksa dan tidak
bersandar ke kursi.
Alat yang diperlukan pada pemeriksaan THT adalah lampu kepala, otoskop,
spekulum hidung, spatel lidah besi dan kayu, cermin rinoskopi, cermin laringoskopi, api
Bunsen, korek api, kassa, set cawan penghidu dan set penala. Alat yang akan digunakan
diletakkan pada sebuah troli alat yang berada di sisi kanan pemeriksa. Alat yang bersih
atau belum dipakai diletakkan di bagian atas troli dan alat yang kotor (telah selesai
dipakai) pada bagian bawahnya.
Sebelum memulai pemeriksaan, pemeriksa harus terlebih dahulu mengatur fokus
lampu kepala dengan cara mengarahkan sinar lampu kepala ke arah telapak tangan
pemeriksa sejauh kurang lebih 30cm. Pemeriksa harus mencuci tangan sebelum dan
setelah melakukan pemeriksaan fisik THT.

B. PEMERIKSAAN FISIK THT


I. Pemeriksaan telinga
1. Inspeksi dan palpasi daun telinga
Inspeksi dan palpasi dapat dilakukan dengan melihat daun telinga secara langsung
oleh pemeriksa dengan menggunakan lampu kepala yang diarahkan ke telinga yang
diperiksa.

60
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Pada inspeksi, pemeriksa mengarahkan lampu kepala ke daun telinga yang


diperiksa dan memperhatikan bagaimana bentuk dan warna daun telinga, perubahan kulit
(eksim, ulkus), tanda-tanda radang/inflamasi, defek kongenital atau trauma pada daun
telinga dan daerah retroaurikular/mastoid.
Pada palpasi, pemeriksa menentukan apakah terdapat nyeri tarik pada telinga
dengan cara menarik daun telinga ke arah belakang atas dan belakang bawah serta (dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang berlawanan dengan telinga yang
diperiksa), atau nyeri tekan dengan cara menekan tragus (menggunakan telunjuk tangan
yang sesuai dengan telinga yang diperiksa) dan daerah retroaurikular /mastoid
(menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang berlawanan dengan telinga yang
diperiksa).
Pemeriksa melakukan inspeksi dan palpasi daun telinga dan melaporkannya.

2. Inspeksi liang telinga


Untuk telinga kanan, pemeriksaan dilakukan menggunakan tangan kiri dengan cara
meletakkan jari III, IV dan V di belakang daun telinga, jari II di depan tragus sambil
membuka tragus ke anterior dan jari I di depan daun telinga menahan daun telinga (dengan
bantuan jari III di belakang daun telinga) sambil menariknya ke arah belakang atas.
Untuk telinga kiri, pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan tangan kiri
dengan cara jari III, IV dan V diletakkan di depan tragus sambil membuka tragus ke
anterior, jari II di belakang daun telinga dan jari I di depan daun telinga menahan telinga
sambil menariknya ke belakang atas (dengan bantuan jari II di belakang daun telinga).
Pemeriksa melihat bagaimana keadaan liang telinga dan melaporkannya.
Pada pasien anak, inspeksi daun telinga dilakukan dengan cara yang sama tetapi
menarik daun telinga ke arah belakang bawah.

3. Inspeksi membran timpani


Melihat membran timpani dilakukan dengan menggunakan otoskop. Memegang
otoskop seperti memegang/menggenggam pensil.

Cara memegang otoskop yang benar

61
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Otoskop terdiri dari 3 bagian, yaitu corong telinga (bagian yang masuk ke liang
telinga), gagang otoskop (tempat untuk memegang otoskop) dan sumber cahaya.
Untuk memeriksa membran timpani kanan, daun telinga ditarik secara lembut ke
belakang atas menggunakan jari I dan II tangan kiri, kemudian otoskop yang dipegang
dengan tangan kanan dimasukkan secara perlahan ke liang telinga pasien dengan jari V
pemeriksa tetap diletakkan di pipi pasien untuk fiksasi, hingga membran timpani
tervisualisasi secara sempurna.
Untuk memeriksa membran timpani kiri, daun telinga ditarik secara lembut ke
belakang atas menggunakan jari I dan II tangan kanan, kemudian otoskop yang dipegang
dengan tangan kiri dimasukkan secara perlahan ke liang telinga pasien dengan jari V
pemeriksa tetap diletakkan di pipi pasien untuk fiksasi, hingga membran timpani
tervisualisasi secara sempurna. Pemeriksa memeriksa bagaimana keadaan membran
timpani dan melaporkannya.
Inspeksi liang telinga juga dapat dilakukan dengan menggunakan otoskop bila
tidak menggunakan lampu kepala. Ketika menggunakan otoskop, lampu kepala dapat
dimatikan dan harus dinyalakan kembali ketika melakukan pemeriksaan berikutnya.

Cara melakukan otoskopi memakai otoskop

II. Pemeriksaan hidung


1. Pemeriksaan inspeksi dan palpasi hidung luar dan sinus paranasal
Inspeksi hidung luar dilakukan dengan mengarahkan lampu kepala ke
hidung pasien sambil mengamati bagaimana bentuk hidung luar, apakah
terdapat deformitas hidung dan apakah terdapat tanda-tanda inflamasi pada
hidung luar.

62
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Pemeriksa juga melakukan uji udara pernapasan hidung dengan cara


meminta pasien menahan napas dan meletakkan spatula lidah metal di bawah
lubang hidung pasien, kemudian meminta pasien untuk menghembuskan napas
kembali sambil melihat bayangan dari udara pernapasan di spatula yang keluar
dari nares anterior.
Palpasi hidung dan sinus paranasal dilakukan dengan meletakkan jari II,
III, IV dan V tangan kanan dan kiri pemeriksa di bawah angulus mandibula
kanan dan kiri pasien, sedangkan jari I kanan dan kiri pemeriksa menekan
sepanjang daerah atap maksila (daerah infraorbita), dasar maksila dan korpus
maksila kanan dan kiri, untuk memeriksa apakah ada nyeri tekan. Pemeriksa
melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi dan palpasi hidung dan sinus paranasal.

63
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

2. Pemeriksaan kavum nasi (rinoskopi anterior).


Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan spekulum hidung.
Spekulum hidung dipegang menggunakan tangan kiri untuk memeriksa kedua
hidung. Gagang spekulum digenggam dengan menggunakan jari III, IV dan V
tangan kiri, jari I diletakkan pada tombol engsel gagang dan jari II diletakkan
pada puncak hidung (nasal tip) pasien untuk fiksasi.

Cara melakukan rinoskopi anterior

Pemeriksaan dimulai dari hidung kanan. Pemeriksa memasukkan


spekulum hidung ke dalam kavum nasi dalam keadaan tertutup dan
membukanya ketika sudah berada di vestibulum nasi, serta melakukan evaluasi
terhadap vestibulum nasi dan kavum nasi. Khusus untuk melihat konka nasi
media, pemeriksa meminta pasien untuk sedikit mendongak. Setelah selesai
mengevaluasi vestibulum nasi dan seluruh kavum nasi, pemeriksa
memposisikan spekulum dalam keadaan setengah terbuka, menariknya ke arah
luar dan menutupnya ketika sudah di luar hidung. Pemeriksaan dilanjutkan ke
hidung kiri dengan menggunakan spekulum hidung yang sama, yang dipegang
dengan tangan kiri dan teknik pemeriksaan yang sama. Pemeriksa melaporkan
hasil rinoskopi anterior.

64
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Memeriksa konka nasi media pada rinoskopi anterior

3. Pemeriksaan rinoskopi posterior.


Pemeriksaan rinoskopi posterior dilakukan untuk melihat ruang
belakang hidung (post nasal space) dan rongga hidung dari belakang.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan cermin rinoskopi (cermin
berdiameter kecil yang bergagang) dan api Bunsen. Pemeriksa memegang
cermin rinoskopi yang telah terpasang dengan kokoh pada gagangnya
menggunakan tangan kanan dan memanaskan bagian cermin di atas api Bunsen
selama  3detik. Ingat, yang dipanaskan adalah cermin, tidak gagang ataupun
belakang cermin. Setelah cermin dipanaskan, pemeriksa mencobakan bagian
punggung/belakang cermin ke punggung tangan kiri pemeriksa untuk
mengetahui apakah masih terasa panas atau tidak. Jika masih terasa panas,
pemeriksa menunggu beberapa saat hingga cermin menjadi lebih dingin dan
jika sudah cukup dingin, maka pemeriksaan dapat dikerjakan. Selanjutnya,
dengan spatel lidah besi yang dipegang menggunakan tangan kiri, pemeriksa
meminta pasien untuk membuka mulut, tidak mengeluarkan lidah dan bernafas
seperti biasa. Pemeriksa meletakkan spatel lidah besi di atas lidah pasien dan
memposisikan cermin rinoskopi tadi di atas spatel lidah dengan posisi cermin
mengarah ke atas dan terus menjalankan cermin rinoskopi menyusuri spatel
lidah melewati uvula hingga tampak daerah nasofaring di cermin. Pemeriksa
tetap mengarahkan cahaya lampu kepala ke arah cermin sepanjang proses
pemeriksaan.

65
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Cara melakukan rinoskopi posterior


Pemeriksa dapat memutar cermin untuk melihat keseluruhan daerah nasofaring dan dapat
melakukan prosedur tersebut dari awal secara berulang-ulang sehingga seluruh penilaian
rinoskopi posterior didapat. Pemeriksa melaporkan hasil rinoskopi posterior.

Posisi cermin rinoskopi pada rinoskopi posterior

Pandangan cermin pada rinoskopi posterior

III. Pemeriksaan tenggorok/orofaring

66
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Pemeriksaan orofaring dilakukan dengan menggunakan spatel lidah (besi atau


kayu) yang dipegang menggunakan tangan kanan. Pemeriksa meminta pasien untuk
membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah dan bernafas seperti biasa. Pemeriksa menilai
keadaan rongga mulut, dimulai dari keadaan gigi geligi, lidah dan mukosa pipi.
Selanjutnya, spatel diletakkan di atas lidah dan ditekan secara lembut ke arah bawah untuk
menahan lidah sehingga rongga orofaring, tonsil palatina dan dinding posterior faring
dapat terlihat. Pemeriksa meminta pasien untuk mengucapkan “aaa…..” untuk menilai ada
atau tidaknya gerakan palatum mole. Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan orofaring.

IV. Pemeriksaan laring (laringoskopi indirek)


Laringoskopi indirek dilakukan untuk menilai daerah laring dan pita suara.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan cermin laring yang berdiameter lebih
besar dari cermin rinoskopi dan api Bunsen. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
memegang cermin laring yang sudah terpasang kokoh pada gagangnya dengan tangan
kanan, panaskan cermin pada api Bunsen sekitar  3detik. Ingat, yang dipanaskan adalah
bagian cermin laring, bukan gagang atau punggung cermin. Setelah cermin dipanaskan,
pemeriksa mencobakan bagian punggung/belakang cermin ke punggung tangan kiri
pemeriksa untuk mengetahui apakah masih terasa panas atau tidak. Jika masih terasa
panas, pemeriksa menunggu beberapa saat hingga cermin menjadi lebih dingin dan jika
sudah cukup dingin, maka pemeriksaan dapat dikerjakan. Selanjutnya, dengan kain kassa
yang dipegang dengan tangan kiri pemeriksa, pemeriksa meminta pasien untuk membuka
mulut, dan mengeluarkan lidahnya sepanjang-panjangnya dan bernafas seperti biasa,
pemeriksa menahan lidah pasien dengan menggunakan kain kassa tersebut agar lidah tetap
berada dalam posisi terjulur. Pemeriksa memasukkan cermin laring dengan posisi cermin
menghadap ke arah bawah sambil mencari epiglotis. Setelah epiglotis teridentifikasi,
pasien diminta untuk mengatakan “iiii…..” untuk melihat gerakan pita suara. Setelah
pemeriksaan selesai, cermin laring dapat dikeluarkan dan kain kassa yang dipakai untuk
menahan lidah dapat dilepaskan dan dibuang. Pemeriksa tetap mengarahkan cahaya lampu
kepala ke arah cermin sepanjang proses pemeriksaan.

Cara melakukan laringoskopi indirek

67
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Posisi cermin laring pada laringoskopi indirek

Pemeriksaan dapat diulang dengan cara dan prosedur seperti di atas, jika pemeriksa tidak
dapat mengidentifikasi struktur laring dan pita suara dalam satu kali pemeriksaan.
Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan laringoskopi indirek.

Pandangan cermin pada laringoskopi indirek

68
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

C. PEMERIKSAAN FUNGSI PENDENGARAN


1. Tes berbisik
Tes berbisik dilakukan dengan cara pemeriksa dan pasien berdiri berjarak 6 meter
dengan posisi telinga pasien yang diperiksa menghadap ke pemeriksa dan telinga yang
tidak diperiksa ditutup dengan cara menekan tragus.
Pemeriksaan dimulai pada telinga kanan. Telinga kanan pasien menghadap ke
pemeriksa dan telinga kiri ditutup dengan cara menekan tragus. Pemeriksa membisikkan
kata-kata berhuruf tajam (bukan mendesis) dengan udara sisa hasil ekspirasi dan pasien
diminta untuk mengulang kata-kata yang didengarnya. Kata-kata berhuruf tajam yang
dimaksud seperti Jakarta, Surabaya, kacamata. Test berbisik dikatakan positif bila pasien
dapat mengulang secara benar lebih dari 50% kata-kata yang didengarnya. Jika pasien
dapat mengulang lebih dari 50% kata yang didengarnya dengan benar pada jarak 6 meter,
maka dikatakan tes berbisik telinga kanan 6 meter. Jika pasien tidak dapat mengulang
lebih dari 50% kata yang didengarnya dengan benar pada jarak 6 meter, maka pemeriksa
maju 1 meter untuk mengulang prosedur pemeriksaan dengan cara yang sama, sehingga
didapatkan hasil tes berbisik positif. Bila pasien tidak dapat mendengar pada jarak 1 meter,
maka penderita berbisik di telinga pasien, yang disebut ad konkam. Prosedur pemeriksaan
dilakukan dengan cara yang sama untuk telinga kiri.

2. Test penala (garpu tala)


a. Rinne test
Tes Rinne bertujuan untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran
tulang penderita. Pemeriksaan dimulai dari telinga kanan pasien.
Pemeriksaan dimulai dari telinga kanan. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara menggetarkan penala 512Hz dengan memetik ujung penala dengan jari.
Tangkai penala 512 Hz yang sudah digetarkan diletakkan di prosesus mastoid
kanan pasien, minta pasien untuk mendengarkan bunyinya dan memberi tanda
(dengan mengangkat tangan) jika bunyi yang terdengar hampir hilang. Setelah
bunyi hampir hilang, penala diletakkan ke depan liang telinga kanan pasien
dengan jarak  2,5cm dan tanyakan kepada pasien apakah bunyi terdengar
kembali. Jika pasien mendengar bunyi kembali, maka disebut Rinne positif,
yang berarti hantaran udara lebih baik dari hantaran tulang. Keadaan ini
dijumpai pada pendengaran normal atau gangguan pendengaran sensorineural.
Jika pasien tidak dapat mendengar bunyi kembali ketika penala di depan liang
telinga pasien, maka disebut Rinne negatif, yang dijumpai pada gangguan
pendengaran konduktif. Prosedur pemeriksaan diulang dengan cara yang sama
pada telinga kiri.

b. Weber test
Tes Weber bertujuan untuk menentukan lateralisasi bunyi.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menggetarkan penala 512Hz, letakkan
di daerah dahi pasien. Tanyakan kepada pasien pada telinga mana bunyi
terdengar lebih keras (lateralisasi) atau terdengar sama kerasnya pada kedua
telinga. Pasien yang mendengar bunyi sama keras pada kedua telinga berarti
69
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

pendengaran normal. Pasien dengan gangguan pendengaran konduktif


mendengar bunyi lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke telinga
yang sakit). Pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural akan
mendengar bunyi lebih keras pada telinga yang sehat (lateralisasi ke telinga
yang sehat).

c. Schwabach test
Tes Schwabach bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang pasien
dan pemeriksa.
Pemeriksaan dimulai dari telinga kanan. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara menggetarkan penala 512Hz kemudian letakkan di prosesus mastoideus
pasien. Minta pasien untuk memberi tanda (dengan cara mengangkat tangan)
jika bunyinya tidak terdengar lagi. Ketika bunyi tidak terdengar lagi oleh
pasien, pemeriksa memindahkan penala ke prosesus mastoid pemeriksa.
Kemudian pemeriksa mengulang prosedur yang sama. Penala yang sama
digetarkan dan diletakkan di prosesus mastoideus pemeriksa dan ketika
bunyinya sudah hilang maka pemeriksa memindahkan penala tersebut ke
prosesus mastoideus pasien. Jika pasien masih mendengar bunyi penala padahal
pemeriksa sudah tidak mendengar bunyinya lagi, maka dikatakan Schwabach
memanjang, umumnya terdapat pada penderita gangguan pendengaran
konduktif. Jika pasien tidak mendengar bunyi penala padahal pemeriksa masih
dapat mendengar bunyi penala tersebut, maka dikatakan Schwabach
memendek, yang umumnya terdapat pada penderita gangguan pendengaran
sensorineural. Jika pasien tidak mendengar bunyi penala sama dengan
pemeriksa tidak mendengar bunyi penala, disebut Schwabach sama dengan
pemeriksa. Pada Schwabach, pendengaran pemeriksa dianggap normal,
sehingga pemeriksa dapat meletakkan penala pada satu sisi telinga saja atau
bergantian telinga untuk memeriksa kedua telinga pasien. Prosedur
pemeriksaan diulang dengan cara yang sama pada telinga kiri.

Test Rinne, Weber dan Schwabach merupakan test penala yang rutin
dilakukan di poliklinik THT.

d. Bing test
Tes Bing dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya tuli konduktif.
Pemeriksaan dimulai dari telinga kanan. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara menggetarkan penala 512Hz kemudian letakkan di prosesus mastoideus
pasien, sambil pemeriksa membuka tutup liang telinga pasien dengan cara
menekan tragus. Tanyakan ke pasien, apakah dia dapat mendengar suara keras
lembut secara bergantian. Jika pasien dapat mendengar suara keras lembut
secara bergantian, maka dikatakan Bing (+), yang berarti tidak terdapat
gangguan pendengaran konduktif. Jika pasien tidak dapat mendengar suara
keras lembut secara bergantian, maka dikatakan Bing (-), yang berarti terdapat

70
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

gangguan pendengaran konduktif. Prosedur pemeriksaan diulang dengan cara


yang sama pada telinga kiri.

D. PEMERIKSAAN FUNGSI KESEIMBANGAN


Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan dengan menggunakan test
Romberg dan test Stepping.
Cara melakukan test Romberg: pasien diminta untuk berdiri dengan posisi
tegak lurus, lengan dilipat di depan dada dan mata ditutup. Pada test Romberg yang
dipertajam (Sharp Romberg), dilakukan dalam posisi berdiri dengan lengan dilipat di
depan dada dan mata ditutup, dan posisi salah satu kaki pasien diletakkan di depan
ujung jari kaki yang lain. Pada pasien normal tanpa gangguan keseimbangan posisi ini
dapat dipertahankan selama lebih dari 30detik.
Cara melakukan test Stepping, pasien diminta untuk berjalan di tempat
sebanyak 50 langkah. Bila tempat akhir berubah dari tempat awal yang melebihi jarak
1 meter dan badan berputar lebih dari 30 dikatakan terdapat gangguan keseimbangan.

E. PEMERIKSAAN FUNGSI PENGHIDU


Pemeriksaan fungsi penghidu dilakukan dalam posisi duduk, dimana pemeriksa
dan pasien duduk berhadapan dengan sisi luar lutut kiri pemeriksa dan pasien
bersentuhan. Pemeriksaan dimulai dari hidung kanan pasien. Pemeriksa menutup mata
pasien dengan selembar saputangan dan menutup lubang hidung kiri dengan jari
telunjuk kiri pasien. Pemeriksa mendekatkan sebuah cawan yang berisi bubuk kopi ke
hidung pasien dengan jarak  5cm dan pasien diminta untuk menghidu zat tersebut.
Setelah itu pasien diminta untuk menyebutkan zat apa yang dibauinya. Pemeriksaan
dilanjutkan dengan menggunakan cawan yang berisi bubuk teh dan jeruk lemon (secara
berturut-turut) dengan cara yang sama dan diminta untuk menyebutkan zat yang
dibauinya. Untuk zat terakhir, pasien diminta untuk membaui cawan yang berisi
amonia/alkohol/tawas dan diminta untuk menyebutkan zat yang dibaui. Prosedur
diulang dengan cara yang sama secara berurutan pada lubang hidung sebelah kiri
dengan menutup lubang hidung kanan memakai jari telunjuk kanan. Setelah prosedur
selesai, penutup mata dapat dilepaskan. Pasien yang mengalami gangguan pada nervus
olfaktorius sulit untuk membaui kopi, teh dan lemon tetapi dapat membaui
amonia/alkohol/tawas, sedangkan pasien yang berpura-pura (malingering) tidak dapat
membaui seluruh zat tersebut.

71
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN KLINIS DASAR

Tanggal : FR-FK-20-06/RO
Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………
NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN MEDIK


PEMERIKSAAN KULIT dan KUKU

NILAI
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2
PEMERIKSAAN KULIT
Memberikan salam, memperkenalkan diri serta menanyakan identitas
1.
pasien (nama, umur, jenis kelamin)
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta meminta ijin
2.
untuk melakukan pemeriksaan
Persiapan alat dan bahan:
3. Sarung tangan non steril 1 pasang Kaca pembesar
Lampu senter Alkohol gliserin
4. Mencuci tangan, mengeringkan dan memakai sarung tangan
5. Melakukan inspeksi pada lesi
Melakukan palpasi lesi dan kulit normal (untuk turgor, kulit kering,
6.
suhu, dll)
Beri pelaporan inspeksi dan palpasi dengan menyebutkan rangkaian
status dermatologikus secara berurutan :
Regio: lokasi lesi
Distribusi: dermatomal, ekstensor, fleksor, intertriginosa,
lokalisata, generalisata, bilateral simetris, universal
Efloresensi primer: makula, papul, plak, nodus, urtika, vesikel,
bula, kista
Warna: eritematosa, hiperpigmentasi, kecoklatan, sewarna kulit
7.
Ukuran: milier, lentikuler, numuler, plakat
Jumlah: soliter, multipel
Efloresensi sekunder: skuama, krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus,
fisura, sikatriks, abses, likenifikasi.
(Keterangan tambahan untuk skuama dan krusta: skuama
putih/kuning, kasar/halus; krusta kuning/ kehitaman)
Konfigurasi: linear, sirsinar, arsiner, polisiklik, irisformis,
korimbiformis, konfluens, herpetiformis
Melepaskan sarung tangan, membuang pada tempat yang telah
8. disediakan dan mencuci tangan

72
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan


9.
mengucapkan terima kasih
PEMERIKSAAN KUKU
Memberikan salam, memperkenalkan diri serta menanyakan
1.
identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta meminta ijin
2.
untuk melakukan pemeriksaan
Persiapan alat dan bahan:
Sarung tangan non steril 1 pasang
3.
Cahaya matahari/ lampu
Alkohol gliserin
4. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
Menyangga tangan atau kaki pasien dengan kuku yang disertai lesi.
Memperhatikan perubahan kuku yang terjadi
a. Pliability kuku(Brittleness, dll)
5.
b. Bentuk dan ukuran kuku(Pitting of the nail, dll)
c. Perubahan warna pada seluruh lempeng kuku (kuning,dll)
d. Jaringan sekitar kuku
Memberi pelaporan perubahan kuku pasien seperti onikodistrofi,
6.
paronikia, hematoma subungual, dll
Melepaskan sarung tangan, membuang pada tempat yang telah
7.
disediakan dan mencuci tangan
Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
8.
mengucapkan terima kasih

73
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO
Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………
NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


PEMERIKSAAN RAMBUT

NILAI
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2

1. Memberikan salam, memperkenalkan diri serta menanyakan identitas


pasien (nama, umur, jenis kelamin)
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta meminta ijin
untuk melakukan pemeriksaan
3. Mempersilahkan pasien duduk di kursi pemeriksaan
Persiapan alat dan bahan:
4. Sarung tangan non steril 1 pasang
Cahaya matahari/ lampu
Alkohol gliserin
5. Mencuci tangan, mengeringkan dan memakai sarung tangan
Inspeksi lesi dan berikan pelaporan :
a. Distribusi (fokal atau global)
b. Eloresensi primer
6. c. Warna
d. Efloresensi sekunder
e. Ada/tdk ostium folikel
f. Kelainan kuku ada/tidak
g. Rambut di badan berlebih/tidak
Melakukan palpasi rambut dan berikan pelaporan:
a. Melakukan pull testdi antara rambut bagian frontal dan oksiput
dengan cara menggenggam 50-60 helai rambut sekaligus, tarik
ke arah distal rambut. Tes positif kerontokan aktif jika tercabut
7. 6 helai.
b. Melakukan pull test di beberapa sisi kepala dan tercabut 3 helai
di masing masing lokasi maka tes positif terjadi kerontokan
aktif.
c. Lapisi dengan alas putih untuk rambut hitam dan periksa ujung
proksimal rambut tumpul/blunt atau menipis/tapered
8. Melepaskan sarung tangan, membuang pada tempat yang telah
disediakan dan mencuci tangan
9. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
mengucapkan terima kasih

74
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO
Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………
NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus

_________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


PEMERIKSAAN MUKOSA

NILAI
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2
1. Memberikan salam, memperkenalkan diri serta menanyakan
identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta meminta ijin
untuk melakukan pemeriksaan
3. Persiapan alat dan bahan:
Sarung tangan non steril 1 pasang
Cahaya matahari/ lampu
Alkohol gliserin
4. Mencuci tangan, mengeringkan dan memakai sarung tangan
5. Melakukan pemeriksaan ekstra-oral dan beri pelaporan:
a. inspeksi perioral dan bibir untuk melihat ada/tidak lesi kulit,
jika ada deskripsikan efloresensi primer, warna, efloresensi
sekunder
b. palpasi kelenjar submandibula dan submental
c. palpasi temporomandibular joints untuk melihat clicking
atau nyeri saat membuka
6. Melakukan pemeriksaan intraoral dan beri pelaporan:
a. Inspeksi lesi mukosa dan beri pelaporan regio, efloresensi
primer dan warna
b. Ada/ tidak saliva pada dasar mulut dan konsistensinya
c. Gigi geligi, ada/ tidak karies
d. Ada/ tidak pemakaian removable prosthesis
7. Melepaskan sarung tangan, membuang pada tempat yang telah
disediakan dan mencuci tangan
8. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
mengucapkan terima kasih

75
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO
Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………
NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus

_________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


PEMERIKSAAN DERMOGRAFISME

NILAI
NO. ASPEK PENILAIAN
0 1 2
1. Memberikan salam, memperkenalkan diri serta menanyakan
identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta meminta ijin
untuk melakukan pemeriksaan
3. Persiapan alat dan bahan:
Sarung tangan non steril 1 pasang
Cahaya matahari/ lampu
Alkohol gliserin
Benda keras seperti kaca objek
Es batu
4. Mencuci tangan, mengeringkan dan memakai sarung tangan
Melakukan tes dermografisme:
a. Tentukan lokasi kulit normal ( tungkai atas sepertiga distal
umumnya)
b. Goreskan kaca objek pada lokasi tersebut membentuk pola
tertentu ( x, atau garis sejajar)
c. Tes positif jika timbul lesi urtika sesuai arah goresan,
menghilang dalam 30 mnt
d. Delayed dermographism terjadi 3-6 jam setelah tes,baik
hasil tes awal positif ataupun negatif
e. Cold-dependent dermographism jika tes dilakukan dengan
es batu.
5. Melepaskan sarung tangan, membuang pada tempat yang telah
disediakan dan mencuci tangan
6. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
mengucapkan terima kasih

76
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO
Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………
NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus

_________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD

NILAI
NO. ASPEK PENILAIAN
0 1 2

1. Memberikan salam, memperkenalkan diri serta menanyakan


identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta meminta
ijin untuk melakukan pemeriksaan
3. Persiapan alat dan bahan:
Sarung tangan non steril 1 pasang
Ruangan gelap
Alkohol gliserin secukupnya
Lampu wood 1 buah
Kassa secukupnya
NaCl 0,9% secukupnya
4.
Mencuci tangan, mengeringkan dan memakai sarung tangan
5. Melakukan pemeriksaan lampu Wood
a. Tentukan lokasi pemeriksaan kulit/ kepala/ janggut
b. Bersihkan area kulit dengan kasa dibasahi NaCl 0,9%
jika ada pemakaian lotion apapun sebelum pemeriksaan
c. Setelah ruangan gelap, nyalakan lampu wood dan
periksa seluruh kulit/rambut/ janggut
d. Cari dan catat lokasi dengan pendaran yellow-green
(rambut/janggut-dermatofita),
yellow-orange (kulit-pit.versikolor) untuk hasil positif
6. Melepaskan sarung tangan, membuang pada tempat yang telah
disediakan dan mencuci tangan

77
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

FR-FK-20-06/RO

Tanggal :
Nilai: …… x 100 = …………
Nama Mahasiswa :
NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


PRAKTIK MENGOMPRES

NILAI
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2
Memberikan salam, memperkenalkan diri serta menanyakan identitas
1.
pasien (nama, umur, jenis kelamin)
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta meminta ijin
2.
untuk melakukan tindakan pengompresan
Persiapan alat dan bahan:
Alkohol gliserin secukupnya
Sarung tangan non steril 1 pasang
3. Kassa kering steril secukupnya
Larutan NaCl 0,9% secukupnya
Waskom stainless steel kecil 1 buah
Sarung tangan non steril 1 pasang
4. Mencuci tangan secara lege artis dan memakai sarung tangan
Menganalisis area lesi yang akan di kompres untuk menentukan
5.
penempatan kassa dan jumlah kassa yang dibutuhkan
6. Menuangkan larutan NaCl 0,9% ke dalam waskom secukupnya
Membentangkan kassa 1 lembar lalu dilipat 3, sesuaikan panjang
7.
kassa dengan area lesi
Celupkan kassa ke dalam cairan kompres, peras sedikit saja agar tidak
8. menetes. Lalu tempelkan pada area lesi secara merata agar darah,
krusta dan pus menempel pada kasa.
Lima sampai sepuluh menit kemudian ambil kassa tadi, lalu celupkan
kembali ke dalam cairan kompres, serta letakkan kembali di atas lesi
9.
seperti semula agar kassa tidak melekat pada lesi. Tindakan dilakukan
berulang kali selama 30 menit.
Membuang kassa sisa kompres ke tempat yang telah disediakan,
10.
melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Memberitahu pasien tindakan pengompresan sudah selesai dan
11.
mengucapkan terima kasih.

78
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO

Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………


NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


PEMERIKSAAN KOH

NILAI
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
Pemeriksa memberikan salam, memperkenalkan diri, dan
1.
menanyakan identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin)
Pemeriksa menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta
2.
meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan
Pemeriksa mempersiapkan alat dan bahan:
Kaca objek 1 buah
Api Bunsen 1 buah
Skalpel 1 buah
3.
Celophane tape 1 buah
Larutan KOH 10-20% secukupnya
Sarung tangan non steril 1 pasang
Alkohol gliserin secukupnya
4. Pemeriksa mencuci tangan, keringkan, memakai sarung tangan
Pemeriksa mengerok dari tepi lesi ke arah luar dengan sisi tumpul
5.
skalpel agar skuama terlihat jelas

Pemeriksa mengerok kembali dan tampung di atas kaca objek.


6.
Teteskan KOH 10-20% sebanyak 1-2 tetes, tutup dengan coverslip

Pemeriksa menggunakan celophane tape untuk mengambil


7. skuama jika skuama sangat sedikit, lalu tempelkan pada kaca
objek yang sudah ditetesi KOH 10-20% sebanyak 1-2 tetes
Pemeriksa melewatkan kaca objek di atas api Bunsen untuk
8. membantu kerja KOH melisis sel, siap untuk dilihat dibawah
mikroskop
9. Pemeriksa melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
Pemeriksa memberitahu pemeriksaan sudah selesai, dapat rapikan
10.
pakaian, dan mengucapkan terimakasih

79
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO

Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………


NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN MEDIK


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK RASA RABA PADA MORBUS HANSEN

NILAI
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2
Memberikan salam, memperkenalkan diri serta menanyakan
1.
identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta meminta ijin
2.
untuk melakukan pemeriksaan
Persiapan alat dan bahan:
alkohol gliserin, Kapas yang diruncingkan, 1 tabung air panas, 1
3.
tabung air dingin,
Jarum pentul
RASA RABA KAPAS
4. Pasien dipersilahkan duduk sejajar dengan pemeriksa
5. Pemeriksa menyiapkan kapas yang diruncingkan
Pemeriksa menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh bagian
tubuhnya dengan kapas, ia harus menunjuk kulit yang disentuh
6. dengan jari telunjuknya, dan menyebutkan arah gerakan kapas
seperti misalnya dari bawah ke atas. Peragaan dilakukan pada kulit
normal
7. Pemeriksa meminta pasien memejamkan matanya
8. Pemeriksaan dilakukan pada lesi kulit dan kulit normal
RASA RABA PANAS – DINGIN
9. Pemeriksa menyiapkan tabung air panas dan tabung air dingin
Pemeriksa menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh bagian
tubuhnya dengan sensasi panas atau dingin, menyebutkan sensasi
10.
yang dirasakan panas/ dingin. Peragaan dilakukan pada kulit
normal
11. Pemeriksa meminta pasien memejamkan matanya
12. Pemeriksaan dilakukan pada lesi kulit dan kulit normal
RASA RABA TAJAM – TUMPUL
13. Pemeriksa menyiapkan jarum pentul
Pemeriksa menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh bagian
14. tubuhnya dengan bagian tajam atau tumpul dari jarum pentul
tersebut, menyebutkan sensasi yang dirasakan tajam/ tumpul.

80
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Peragaan dilakukan pada kulit normal

15. Pemeriksa meminta pasien memejamkan matanya


16. Pemeriksaan dilakukan pada lesi kulit dan kulit normal
Melaporkan hasil pemeriksaan rasa raba kapas, panas dingin, serta
17.
tajam tumpul normal/tidak terasa
Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
18.
mengucapkan terima kasih

81
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

FR-FK-20-06/RO
Tanggal :

Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………


NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN MEDIK


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PEMBESARAN SARAF
PADA MORBUS HANSEN

NILAI
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2
Memberikan salam, memperkenalkan diri serta menanyakan
1.
identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, serta meminta ijin
2.
untuk melakukan pemeriksaan
Persiapan alat dan bahan:
3.
alkohol gliserin dan sarung tangan non steril 1 pasang
N. Aurikularis magnus
Meminta pasien untuk memalingkan wajah dari sisi yang akan
4.
diperiksa dengan memandang ke arah bahu
Melihat dan menyebutkan arah lintangan saraf yaitu dari
5. craniomedial ke caudolateral, lalu raba saraf dengan jari telunjuk
dan jari tengah di atas dasar M. Sternocleidomastoideus
Meyebutkan ada/ tidak pembesaran antara kanan dan kiri, ada/ tidak
6.
sensasi nyeri
N. Ulnaris
Tangan kanan pemeriksa memegang lengan bawah kanan pasien
7. dengan posisi siku sedikit ditekuk, pastikan kedua lengan pasien
relaks
Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari
8.
sambil meraba N. Ulnaris di dalam sulkus nervi Ulnaris
Kemudian dengan posisi tangan bergantian disertai prosedur yang
9.
sama memeriksa N. Ulnaris kiri
Menyebutkan ada/tidak pembesaran antara kanan dan kiri, ada/
10.
tidak nyeri

82
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

N. Peroneus communis
Pasien diminta duduk di kursi, celana panjang digulung sampai
11. lutut dan alas kaki dilepas, pastikan kedua kaki dalam keadaan
rileks.
Pemeriksa duduk di depan pasien dengan tangan kanan memeriksa
12.
kaki kiri pasien dan tangan kiri memeriksa kaki kanan pasien.
Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada benjolan
tulang/ caput fibula, setelah menemukan tulang tersebut jari
13.
pemeriksa menyusuri ± 1 cm ke belakang meraba N. Peroneus
communis.
Menyebutkan ada/ tidakpembesaran antara kanan dan kiri, ada/
14.
tidak sensasi nyeri.
N. Tibialis posterior
15. Pasien masih duduk rileks
Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada maleolus
16.
medialis posterolateral dan meraba N. Tibialis posterior
Menyebutkan ada/ tidak pembesaran kanan dan kiri, ada/ tidak
17.
sensasi nyeri
Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
18.
mengucapkan terima kasih
19. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

83
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal :
Nilai: …… x 100 = …………
Nama Mahasiswa :
NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


PEMERIKSAAN MATA

NILAI
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2
PEMERIKSAAN VISUS
1. Memberi salam dan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
Meminta persetujuan (informed consent) secara lisan kepada pasien
2.
untuk melakukan tindakan
Mempersilakan penderita untuk duduk menghadap Snellen chart
3.
dengan jarak 6 meter
4. Mencuci tangan secara lege artis
Mengukur Pupillary Distance dengan menggunakan senter dan
5.
penggaris
6. Memasang dan menyesuaikan gagang lensa coba
Mata diperiksa satu per satu dan mata yang tidak diperiksa ditutup
7.*
okluder. (mata kanan diperiksa lebih dulu, mata kiri ditutup okluder)
Pasien diminta membaca huruf pada Snellen chart, dimulai dengan
membaca baris teratas (huruf yang lebih besar), kemudian membaca
8.
baris di bawahnya, dan seterusnya. Jika tidak dapat membaca baris
teratas, dilanjutkan dengan hitung jari / lambaian tangan / cahaya
Melaporkan hasil pemeriksaan visus mata kanan
9.* (Dengan cara menentukan letak baris terakhir yang masih dapat
dibaca  tajam penglihatan terbaik pasien)
10. Pemeriksaaan pada mata kiri, mata kanan ditutup okluder
Pasien diminta membaca huruf pada Snellen chart, dimulai dengan
membaca baris teratas (huruf yang lebih besar), kemudian membaca
11.
baris di bawahnya, dan seterusnya. Jika tidak dapat membaca baris
teratas, dilanjutkan dengan hitung jari / lambaian tangan / cahaya
Melaporkan hasil pemeriksaan visus mata kiri
12.* (Dengan cara menentukan letak baris terakhir yang masih dapat
dibaca  tajam penglihatan terbaik pasien)

84
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF


(Dilakukan apabila tajam penglihatan terbaik pasien tidak mencapai 6/6)
Letakkan pinhole di depan mata dengan visus kurang
13.
(Mata dikoreksi satu per satu)
Tanyakan pada pasien apakah baris di bawah visus terbaiknya
14.
tersebut sekarang terlihat lebih jelas.
Lakukan koreksi dengan menambahkan lensa minus atau plus secara
bergantian pada pasien
15.
Ambil Sp +1.00 dan Sp -1.00 untuk menentukan mana yang
memberikan penglihatan lebih baik
Bila penglihatan tetap sama, berikan lensa spheres yang lebih tinggi
16.
nominalnya (misalnya: Sp +2.00 atau Sp -2.00)
Koreksi dengan mengurangi atau menambahkan nominal lensa
17.
sebesar 0.25 terus menerus hingga memberi koreksi optimal
Bila penambahan lensa spheres belum dapat memberikan koreksi
18. optimal, maka harus dilakukan pin hole kembali untuk menentukan
kelainan refraksi atau anatomis.
Pemeriksaan astigmatisme dilakukan bila dengan pemeriksaan pin
19.
hole, visus membaik
Menambahkan lensa spheres positif maksimal +3.00
20.
(fogging technique)
Meminta pasien melihat kipas astigmatisme dan menentukan garis
21.
pada jam berapa yang terlihat paling jelas / hitam
Menentukan aksis astigmatisme
22. (Dengan cara mengurangi atau menambahkan 90° dari garis yang
terlihat paling jelas)
23. Lepaskan lensa sferis positif
Bandingkan C -1.00 dan C +1.00, mana yang memberikan
24.
penglihatan lebih baik
Diberikan lensa mulai dari C -/+ 0.25, dinaikkan bertahap sampai
25.
penderita mendapatkan visus terbaik (6/6)
26. Koreksi dilakukan dengan cara yang sama pada mata yang lain
27. Melaporkan hasil koreksi refraksi subyektif
28. Mencuci tangan secara lege artis

85
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PEMERIKSAAN FISIK MATA


INSPEKSI
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Meminta persetujuan (informed consent) secara lisan kepada pasien
2.
untuk melakukan tindakan
3. Mempersilakan penderita untuk duduk
4. Mencuci tangan secara lege artis
5. Pemeriksa menempatkan diri di depan penderita
Melakukan tes penglihatan warna dengan buku Ishihara dan
6.
melaporkan hasilnya
Menilai dan melaporkan posisi dan kedudukan mata:
7. a. Penilaian dengan corneal reflex images (Hirschberg test)
b. Penilaian dengan cover uncover test
8. Menilai dan melaporkan gerakan bola mata
9. Menilai dan melaporkan lapang pandang
10. Menilai dan melaporkan shadow test
Dengan menggunakan lup dan senter:
11. Menilai dan melaporkan keadaan kelopak mata
12. Menilai dan melaporkan keadaan bulu mata
13. Menilai dan melaporkan keadaan apparatus lakrimalis
14. Menilai dan melaporkan keadaan konjungtiva
15. Menilai dan melaporkan keadaan sklera
16. Menilai dan melaporkan keadaan kornea
17. Menilai dan melaporkan keadaan bilik mata depan
18. Menilai dan melaporkan keadaan iris
19. Menilai dan melaporkan keadaan pupil
20. Menilai dan melaporkan keadaan lensa
PALPASI
21. Menilai limfonodus preaurikuler
22. Menilai tekanan intraokuler secara digital
23. Melaporkan hasil pemeriksaan tekanan intraokuler
OFTALMOSKOPI
Setelah diukur TIO normal, teteskan obat midriacyl 0.5% pada
24.
kedua mata yang akan diperiksa, masing – masing 1 tetes
25. Tunggu 10 menit, hingga pupil midriasis
26. Meminta penderita untuk melihat ke satu titik
27. Memeriksa mata kanan pasien dengan mata kanan pemeriksa
28. Putar roda lensa oftalmoskop menunjukkan angka 0 dioptri
29. Mencari dan menemukan red reflex
Setelah menemukan red reflex, putar roda dioptri sampai segmen
30.
posterior dapat terlihat jelas

86
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Pertahankan sinar oftalmoskop pada red reflex, kemudian gerakkan


31.
15 derajat menuju papil (ke arah nasal)
Menilai dan melaporkan keadaan optic disc, retina, fovea dan
32.
makula mata kanan
33. Memeriksa mata kiri pasien dengan mata kiri pemeriksa
34. Putar roda lensa oftalmoskop menunjukkan angka 0 dioptri
35. Mencari dan menemukan red reflex
Setelah menemukan red reflex, putar roda dioptri sampai segmen
36.
posterior dapat terlihat jelas
Pertahankan sinar oftalmoskop pada red reflex, kemudian gerakkan
37.
15 derajat menuju pupil (ke arah nasal)
Menilai dan melaporkan keadaan optic disc (struktur berbentuk
38. bulat, berwarna oranye kuning) dengan cara menelusuri pembuluh
darah mata
39. Menilai dan melaporkan keadaan retina
40. Menilai dan melaporkan keadaan fovea dan makula
Melaporkan kesan / diagnosis penyakit yang didapat dari
41.
pemeriksaan oftalmoskopi
42. Mencuci tangan secara lege artis

87
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

PENILAIAN DAN LAPORAN PEMERIKSAAN FISIK MATA

Penilaian Hasil
corneal reflex images Normal / esotropia / exotropia
Posisi mata
cover uncover test Orthotropia / esotropia / exotropia
Gerakan bola mata Simetris / tidak
Lapang pandang Normal / menyempit
Kelopak mata superior et inferior
dextra, sinistra:
1. Benjolan
1. Benjolan (+/-)
2. Edema
2. Edema (+/-)
Kelopak mata 3. Hiperemis
3. Hiperemis (+/-)
(superior et inferior) 4. Ptosis
4. Ptosis (+/-)
5. Lagophthalmos
5. Lagophthalmos (+/-)
6. Ectropion
6. Ectropion (+/-)
7. Entropion
7. Entropion (+/-)
Bulu mata superior et inferior dextra,
sinistra:
Bulu mata 3. Trikiasis (+/-)
4. Madarosis (+/-)
5. Krusta (+/-)
Sakus 1. Hiperemis Apparatus lakrimalis dextra et sinistra:
lakrimali 2. Edema 1. Epifora (+/-)
Apparatus s 3. Fistel 2. Hiperemis (+/-)
lakrimalis 3. Edema (+/-)
Punctum 1. Eversi 4. Fistel (+/-)
lakrimal 2. Discharge 5. Eversi (+/-)
6. Discharge (+/-)
Konjungtiva bulbi dextra et sinistra:
1. Warna 1. Konjungtiva transparan
2. Vaskularisasi 2. Injeksi konjungtiva (+/-)
bulbi
3. Nodul Injeksi siliar (+/-)
4. Edema 3. Nodul (+/-)
Konjungti 4. Kemosis (+/-)
va Konjungtiva tarsal superior et inferior,
a. Hiperemis dextra et sinistra:
b. Folikel 1. Hiperemis (+/-)
tarsal
c. Papillae 2. Folikel (+/-)
d. Korpus alienum 4. Papillae (+/-)
5. Korpus alienum (+/-)
Sklera dextra et sinistra:
1. Warna
Sklera 1. Sklera putih / kuning
2. Inflamasi
2. Inflamasi (+/-)
Kornea dextra et sinistra:
1. Kejernihan
1. Jernih
2. Infiltrat
Kornea 2. Infiltrat (+/-)
3. Defek
3. Defek (+/-)
4. Edema
4. Edema (+/-)

88
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Bilik mata depan dextra et sinistra:


1. Kedalaman
1. Dangkal / cukup / dalam
Bilik mata depan 2. Hifema
2. Hifema (+/-)
3. Hipopion
3. Hipopion (+/-)
Iris dextra et sisnistra:
1. Warna 1. Sesuai pasien
2. Sinekia 2. Sinekia (+/-)
Iris 3. Iridodenesis 3. Iridodenesis (+/-)
4. Neovaskularisasi 4. Neovaskularisasi (+/-)
5. Nodul 5. Lisch nodul, Koeppe nodul,
Busacca nodul
Pupil dextra et sinistra:
1. Ukuran
1. Diameter 2-3 mm
2. Bentuk
Pupil 2. Bulat
3. Simetris
3. Simetris / tidak
4. Refleks cahaya
4. Langsung dan tidak langsung + / -
Lensa dextra et sinistra:
1. Kejernihan
1. Jernih / agak keruh / keruh
2. Luksasio
Lensa 2. Luksasio (+/-)
3. Afakia
3. Afakia (+/-)
4. IOL
4. IOL (+/-)
Limfonodus
Teraba membesar (+/-)
preaurikuler
Tekanan Intra Okuler Tekanan intra okuler dextra et sinistra:
(digital) N / N +1 / N -1

PENILAIAN OFTALMOSKOPI

1. Bentuk
1. Bulat / sedikit oval
2. Batas
2. Tegas / tidak
Optic disc 3. Warna
3. Kuning kemerahan, pucat, hiperemis
4. C/D ratio
4. Nilai normal: ≤ 0.3
5. Perbandingan A/V
5. Nilai normal: 2/3

1. Perdarahan
1. Ada / tidak
2. Eksudat
2. Ada / tidak
Retina 3. Ablatio
3. Ada / tidak
4. Sikatriks
4. Ada / tidak
5. Neovaskularisasi
5. Ada / tidak
Fovea dan Refleks
Positif / negatif
makula

Eksoforia: juling ke luar


Esoforia: juling ke dalam
Epifora: lakrimasi, karena sumbatan
Drusen menunjukkan adanya degenerasi
Optic disc hiperemis menunjukkan papiledema

89
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO
Nama Mahasiswa :
Nilai: …… x 100 = …………
NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


PEMERIKSAAN FISIK TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

NILAI
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
TELINGA
Inspeksi dan palpasi telinga kanan
1. Memberi salam dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
Meminta persetujuan (informed consent) secara lisan kepada pasien
2.
untuk melakukan tindakan
Telinga hidung tenggorok pasien diperiksa satu persatu dengan
*3.
menggunakan lampu kepala dimulai dari telinga kanan
Mengatur fokus lampu kepala ke telapak tangan pemeriksa
*4.
dengan jarak lebih kurang 30 cm
Lampu kepala tetap diarahkan ke masing-masing organ yang
*5.
diperiksa selama pemeriksaan dilakukan
6. Mencuci tangan secara lege artis
Pemeriksa duduk menghadap pasien dengan posisi sisi luar lutut
*7. kiri pemeriksa bersentuhan dengan sisi luar lutut kiri pasien. Posisi
ini dipertahankan hingga pemeriksaan selesai
Menilai dan melaporkan keadaan dan bentuk daun telinga kanan
8.
serta bagian belakang daun telinga (retroaurikula/ mastoid)
Menilai nyeri tarik daun telinga dengan cara menarik daun telinga ke
9.
atas belakang dan melaporkan hasil pemeriksaan
Menilai nyeri tekan tragus dengan cara menekan tragus dan
10.
melaporkan hasil pemeriksaan
Menilai nyeri tekan mastoid dengan cara menekan mastoid dan
11.
melaporkan hasil pemeriksaan
Memeriksa liang telinga kanan menggunakan tangan kiri
dengan cara meletakkan jari I dan II di depan daun telinga
* sedangkan jari III, IV, dan V di belakang daun telinga kanan.
12. Daun telinga ditarik ke arah belakang atas dengan
menggunakan jari I dan III sedangkan jari II diletakkan di
depan tragus sambil membuka tragus ke anterior
13. Menilai dan melaporkan keadaan liang telinga

90
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Pemeriksaan membran timpani telinga kanan


Untuk memeriksa membran timpani dipergunakan otoskop.
Daun telinga terlebih dahulu ditarik ke belakang atas (untuk pasien
14.
dewasa) dengan menggunakan jari I-II tangan kiri untuk meluruskan
liang telinga
Memegang otoskop secara tepat dengan tangan kanan dan
* memasukkan spekulum otoskop ke liang telinga secara perlahan
15. dengan tetap meletakkan jari V tangan kanan di pipi pasien untuk
fiksasi
16. Menilai dan melaporkan keadaan membran timpani
17. Mengeluarkan spekulum otoskop secara perlahan
Inspeksi dan palpasi telinga kiri
Menilai dan melaporkan keadaan dan bentuk daun telinga kiri serta
18.
bagian belakang daun telinga (retroaurikula/ mastoid)
Menilai nyeri tarik daun telinga dengan cara menarik daun telinga ke
19.
atas belakang dan melaporkan hasil pemeriksaan
Menilai nyeri tekan tragus dengan cara menekan tragus dan
20.
melaporkan hasil pemeriksaan
Menilai nyeri tekan mastoid dengan cara menekan mastoid dan
21.
melaporkan hasil pemeriksaan
Memeriksa liang telinga kiri menggunakan tangan kiri dengan
cara meletakkan jari I dan II di belakang daun telinga kiri
22. sambil menarik daun telinga ke arah belakang atas dan jari III,
IV dan V di depan tragus sambil jari III membuka tragus ke
arah anterior
23. Menilai dan melaporkan keadaan liang telinga
Pemeriksaan membran timpani telinga kiri
Untuk memeriksa membran timpani dipergunakan otoskop.
Daun telinga terlebih dahulu ditarik ke belakang atas (untuk pasien
24.
dewasa) dengan menggunakan jari I-II tangan kanan untuk
meluruskan liang telinga
* Otoskop dipegang secara tepat dengan tangan kiri dan jari V
25. tangan kiri tetap diletakan di pipi pasien untuk fiksasi
26. Menilai dan melaporkan keadaan membran timpani
27. Mengeluarkan spekulum otoskop secara perlahan
28. Melaporkan diagnosis sesuai dengan gambaran membran timpani
HIDUNG
Inspeksi
29. Menilai dan melaporkan bentuk dan keadaan hidung luar
Menilai dan melaporkan udara pernafasan dengan menggunakan
30.
spatula lidah metal

91
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Palpasi
Menilai dan melaporkan ada/tidaknya nyeri tekan pada hidung dan
31.
sinus paranasal
Pemeriksaan rinoskopi anterior
Melakukan pemeriksaan rinoskopi anterior pada hidung kanan.
*
Memegang spekulum hidung secara tepat dengan tangan kiri dan
32.
jari telunjuk tetap pada nasal tip pasien
Masukkan spekulum hidung dalam keadaan tertutup. Setelah masuk
33.
di dalam hidung, spekulum dibuka pelan-pelan
34. Melihat dan melaporkan keadaan vestibulum nasi
Melihat dan melaporkan keadaan kavum nasi:
lapang/sempit, sekret (jenisnya), konka nasi inferior, meatus nasi
35.
inferior, septum nasi, keadaan dan warna mukosa hidung,
ada/tidaknya benda asing / massa tumor
Pasien diminta untuk mendongakkan kepalanya untuk melihat
36. dan melaporkan keadaan konka nasi media dan meatus nasi
media
37. Mengeluarkan spekulum hidung dengan posisi setengah terbuka
Melakukan pemeriksaan rinoskopi anterior pada hidung kiri.
38. Memegang spekulum hidung dengan tangan kiri dan jari telunjuk
tetap pada nasal tip pasien
Masukkan spekulum hidung dalam keadaan tertutup. Setelah masuk
39.
di dalam hidung, spekulum dibuka pelan-pelan
40. Melihat dan melaporkan keadaan vestibulum nasi
Melihat dan melaporkan keadaan kavum nasi:
lapang/sempit, sekret (jenisnya), konka nasi inferior, meatus nasi
41.
inferior, septum nasi, keadaan dan warna mukosa hidung,
ada/tidaknya benda asing / massa tumor
Pasien diminta untuk mendongakkan kepalanya untuk melihat
42. dan melaporkan keadaan konka nasi media dan meatus nasi
media
43. Mengeluarkan spekulum hidung dengan posisi setengah terbuka
44. Melaporkan diagnosis sesuai dengan hasil rinoskopi anterior
OROFARING
Inspeksi
* Meminta pasien untuk membuka mulut (tanpa mengeluarkan
45. lidah). Spatula lidah dipegang secara tepat dengan tangan kanan
46. Menilai dan melaporkan keadaan rongga mulut termasuk gigi geligi
47. Menilai dan melaporkan keadaan mukosa rongga mulut dan lidah
Lidah pasien ditekan dengan menggunakan spatula lidah dan
48.
lampu kepala diarahkan ke dinding faring posterior
Menilai dan melaporkan keadaan: arkus faring anterior dan
49.
posterior, tonsila palatina, dinding faring posterior dan warna

92
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

mukosanya
Meminta pasien untuk mengucapkan ‘aaa….’ untuk melihat
50.
ada/tidaknya gerakan palatum mole
51. Melaporkan diagnosis sesuai hasil pemeriksaan orofaring
52. Mencuci tangan secara lege artis

93
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO

Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………


NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
_________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


RINOSKOPI POSTERIOR

NILAI
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Meminta persetujuan (informed consent) secara lisan kepada pasien untuk
2.
melakukan tindakan
Pemeriksa duduk menghadap pasien dengan posisi sisi luar lutut kiri pemeriksa
3*. bersentuhan dengan sisi luar lutut kiri pasien dan alat di sisi kanan pemeriksa.
Posisi ini dipertahankan hingga pemeriksaan selesai
4. Mencuci tangan secara lege artis
Pemeriksa memasang lampu kepala, menghidupkan api Bunsen dan memegang
5. alat, yaitu kaca laring berdiameter kecil (yang sudah diberi gagang) di tangan
kanan dan spatel lidah di tangan kiri.
Pemeriksa melap kaca laring dengan kassa dan memanaskan kacanya (bukan
gagangnya) di api Bunsen sekitar 5-10 detik. Setelah itu pemeriksa mencobakan
6.
belakang kaca ke punggung tangan kiri pemeriksa untuk mengetahui apakah kaca
laring sudah tidak terlalu panas.
Jika sudah tidak terlalu panas, pasien diminta membuka mulut tanpa
7. mengeluarkan lidah dan bernafas seperti biasa. Lampu kepala dihidupkan dan
diarahkan ke orofaring.
Spatel lidah dipegang dengan tangan kiri dimasukkan ke mulut pasien dan kaca
laring dijalankan di atas spatel hingga ke arah posterior melewati uvula dengan
8.
posisi kaca menghadap ke atas. Prosedur ini dilakukan sambil pemeriksa
mengarahkan lampu kepala ke kaca laring.
Setelah melewati uvula, pemeriksa mengidentifikasi:
Koana, septum nasi posterior, konka nasi superior dan media, meatus nasi
superior dan media, post nasal drip, nasofaring dan adenoid. Selanjutnya
9.
kaca diputar ke lateral kanan dan kiri untuk mengidentifikasi muara tuba
eustakius (torus tobarius) dan setelah selesai mengidentifikasi seluruh struktur,
kaca laring dapat dikeluarkan.
Bila pemeriksa tidak selesai mengidentifikasi seluruh struktur pada satu kali
10. pemeriksaan, pemeriksaan dapat diulang dengan urutan prosedur yang sama
(no.6-9) sehingga seluruh struktur dapat teridentifikasi.
Setelah pemeriksaan selesai, kaca laring dikeluarkan terlebih dahulu diikuti
11. dengan spatel lidah dan lampu kepala dimatikan. Api Bunsen dapat dimatikan
dengan cara menutup tutupnya.
12. Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan
13. Mencuci tangan secara lege artis

94
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO
Nama Mahasiswa :
Nilai: …… x 100 = …………
NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


TES PENDENGARAN

NILAI
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Meminta persetujuan (informed consent) secara lisan kepada pasien untuk
2.
melakukan tindakan
3. Mencuci tangan secara lege artis
Tes Rinne
4. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Tangkai penala 512 Hz yang sudah digetarkan diletakan pada prosesus
5.
mastoid pasien (telinga kanan)
Setelah bunyinya hampir hilang, garpu penala dipindahkan dengan jarak ±
6.
2,5 cm dari liang telinga kanan
7. Kepada pasien ditanyakan apakah suara terdengar kembali
Prosedur pemeriksaan diulang pada telinga sebelahnya.
8. Tangkai penala 512 Hz yang sudah digetarkan diletakan pada prosesus
mastoid pasien (telinga kiri)
Setelah bunyinya hampir hilang, garpu penala dipindahkan dengan jarak ±
9.
2,5 cm dari liang telinga kiri

10. Kepada pasien ditanyakan apakah suara terdengar kembali


11. Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Weber
12. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Tangkai penala 512 Hz yang sudah digetarkan diletakan pada garis tengah
13.
kepala pasien
Kepada pasien ditanyakan di telinga manakah suara didengarnya
14.
lebih keras, apakah di telinga kanan, kiri, atau midline
15. Melaporkan hasil pemeriksaan

95
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tes Schwabach
16. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Tangkai penala 512 Hz yang sudah digetarkan diletakan pada prosesus
17.
mastoid pasien (telinga kanan)
Setelah bunyinya tidak terdengar oleh pasien, penala dipindahkan ke
18. prosesus mastoid pemeriksa untuk memastikan apakah pemeriksa masih
dapat mendengar bunyi penala atau tidak
Prosedur diulang dengan cara yang sama, tetapi penala diletakkan terlebih
19.
dahulu pada prosesus mastoid pemeriksa kemudian dipindah ke pasien
Prosedur pemeriksaan diulang pada telinga sebelahnya.
20. Tangkai penala 512 Hz yang sudah digetarkan diletakan pada prosesus
mastoid pasien (telinga kiri)
Setelah bunyinya tidak terdengar oleh pasien, penala dipindahkan ke
21. prosesus mastoid pemeriksa untuk memastikan apakah pemeriksa masih
dapat mendengar bunyi penala atau tidak
Prosedur diulang dengan cara yang sama, tetapi penala diletakkan terlebih
22.
dahulu pada prosesus mastoid pemeriksa kemudian dipindah ke pasien
23. Melaporkan hasil pemeriksaan
Tes Bing
24. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Tangkai penala 512 Hz yang sudah digetarkan, diletakan di prosesus
25. mastoid pasien dan tangan pemeriksa membuka dan menutup liang telinga
pasien dengan cara menekan tragus
Kepada pasien ditanyakan apakah dia mendengar suara dengan intensitas
26.
keras dan lembut secara bergantian
Prosedur pemeriksaan diulang pada telinga sebelahnya.
Tangkai penala 512 Hz yang sudah digetarkan diletakan di prosesus
27.
mastoid pasien dan tangan pemeriksa membuka dan menutup liang telinga
pasien dengan cara menekan tragus
Kepada pasien ditanyakan apakah dia mendengar suara dengan intensitas
28.
keras dan lembut secara bergantian
29. Melaporkan hasil pemeriksaan
TES BERBISIK
30. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Pasien dan pemeriksa berdiri berjarak 6 meter dengan posisi telinga yang
31. akan diperiksa (telinga kanan) menghadap pemeriksa dan telinga yang
tidak diperiksa (telinga kiri) ditutup dengan cara menekan tragus
Pemeriksa membisikan kata-kata berhuruf tajam (bukan mendesis) dengan
32. udara sisa hasil ekspirasi dan pasien diminta mengulangi kata-kata tersebut
(posisi plika vokalis abduksi dalam pengucapan kata-kata tersebut)
Tes berbisik dikatakan positif bila pasien dapat mengulang dengan benar
minimal 50% kata-kata yang diucapkan dan bila tidak tercapai maka
33.
pemeriksa maju 1 meter ke depan untuk mengulang prosedur tes tersebut
hingga didapatkan hasil tes berbisik positif.

96
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Bila pada jarak 1 meter pasien tidak dapat juga mendengar, maka
pemeriksa berbisik di telinga pasien
Prosedur pemeriksaan diulang pada telinga sebelahnya. Pasien dan
pemeriksa berdiri berjarak 6 meter dengan posisi telinga yang akan
34.
diperiksa (telinga kiri) menghadap pemeriksa dan telinga yang tidak
diperiksa (telinga kanan) ditutup dengan cara menekan tragus
Pemeriksa membisikan kata-kata berhuruf tajam (bukan mendesis) dengan
35. udara sisa hasil ekspirasi dan pasien diminta mengulangi kata-kata tersebut
(posisi plika vokalis abduksi dalam pengucapan kata-kata tersebut)
Tes berbisik dikatakan positif bila pasien dapat mengulang dengan benar
minimal 50% kata-kata yang diucapkan dan bila tidak tercapai maka
pemeriksa maju 1 meter ke depan untuk mengulang prosedur tes tersebut
36.
hingga didapatkan hasil tes berbisik positif.
Bila pada jarak 1 meter pasien tidak dapat juga mendengar, maka
pemeriksa berbisik di telinga pasien
37. Melaporkan hasil pemeriksaan

97
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Tanggal : FR-FK-20-06/RO

Nama Mahasiswa : Nilai: …… x 100 = …………


NIM :
Instruktur : Lulus / Tidak lulus
_________________________________________________________________________

DAFTAR PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS DASAR


UJI PENGHIDU

NILAI
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Meminta persetujuan (informed consent) secara lisan kepada pasien
2.
untuk melakukan tindakan
Pemeriksa duduk menghadap pasien dengan posisi sisi luar lutut kiri
pemeriksa bersentuhan dengan sisi luar lutut kiri pasien dan alat di
*3.
sisi kanan pemeriksa. Posisi ini dipertahankan hingga pemeriksaan
selesai
UJI PENGHIDU
Pemeriksa menutup mata pasien dengan selembar saputangan dan
4.
menutup lubang hidung yang tidak diperiksa dengan telunjuk pasien
Pemeriksa mendekatkan sebuah cawan yang sudah berisi bubuk kopi
5. ke hidung pasien dengan jarak kira-kira 5 cm dan pasien diminta untuk
mengendus/menghidu benda/zat tersebut
6. Pasien diminta menyebutkan benda/zat apa yang dihidunya
Prosedur dilakukan secara berturut-turut menggunakan cawan yang
7. berisi bubuk teh dan jeruk lemon dan pasien diminta untuk
menyebutkan benda/zat apa yang dihidunya
Untuk tes terakhir, pasien diminta untuk menghidu cawan yang berisi
8. ammonia/tawas/alkohol/terpentin dan diminta untuk menyebutkan
benda/zat yang dihidunya
Prosedur dilakukan pada hidung yang sebelahnya dengan urutan
9.
prosedur yang sama (no. 3 - 7)
10. Prosedur selesai, saputangan dapat dilepaskan
 Pasien dengan gangguan penghidu yang sebenarnya (gangguan
nervus olfaktorius) akan mengalami gangguan penghidu ketika
menghidu bubuk kopi, bubuk teh dan jeruk lemon, tetapi dapat
11.
menghidu ammonia/tawas/alkohol/terpentin dengan sempurna
 Pasien yang berpura-pura mempunyai gangguan penghidu
(malingering) tidak dapat menghidu semua benda/zat tersebut
12. Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan
13. Mencuci tangan secara lege artis

98
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

Catatan: Stimulasi terhadap ammonia/tawas/alkohol/terpentin akan merangsang bagian


sensoris nervus trigeminus (n. V) TIDAK nervus olfaktorius (n. I)

PENILAIAN DAN LAPORAN PEMERIKSAAN FISIK THT

Penilaian Hasil

Daun telinga kanan / kiri,


INSPEKSI:
Retroaurikula kanan/ kiri:
1. Bentuk
* TELINGA 1. Normal/mikrotia/anotia/bat ear
2. Peradangan
2. Ada / tidak
3. Sikatriks
3. Ada / tidak
4. Fistel pre/retroaurikula
4. Ada / tidak
5. Abses retroaurikula
Daun telinga/ 5. Ada / tidak
Retroaurikula/
PALPASI:
mastoid Ada / tidak
Nyeri tarik
Ada / tidak
Nyeri tekan tragus
Ada / tidak
Nyeri tekan mastoid
Liang telinga kanan / kiri:
1. Lapang/sempit
1. Lapang/sempit
2. Hiperemis
2. Hiperemis / tidak
3. Sekret & jenis
3. Ada & jenis/ tidak
4. Furunkel
4. Ada / tidak
Liang telinga 5. Jaringan granulasi
5. Ada / tidak
6. Serumen
6. Ada / tidak
7. Benda asing
7. Ada / tidak
8. Massa tumor
8. Ada / tidak
9. Eksostose
9. Ada / tidak
Membran timpani kanan / kiri:
1. Utuh / tidak
1. Bentuk 2. Ada / tidak
2. Perforasi (jika perforasi (+), tentukan letaknya:
3. Refleks cahaya sentral,marginal,atik )
Membran timpani 4. Warna 3. Normal / memendek/ tidak ada
5. Atrofi 4. Putih seperti mutiara /hiperemis /
6. Bercak-bercak putih suram
7. Bulging 5. Ada / tidak
6. Ada / tidak
7. Ada / tidak
INSPEKSI:
1. Bentuk hidung luar 1. Simetris / tidak
2. Frog nose 2. Ada / tidak
3. Ragaden 3. Ada / tidak
* HIDUNG 4. Depresi tulang hidung 4. Ada / tidak
5. Udara pernapasan 5. Ada / tidak; simetris / tidak

PALPASI:
Nyeri tekan hidung dan sinus Ada / tidak
paranasal

99
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

1. Furunkel 1. Ada / tidak


Vestibulum nasi 2. Laserasi 2. Ada / tidak
3. Bekuan darah 3. Ada / tidak
Kavum nasi kanan / kiri:
1. Lapang / sempit
1. Lapang/sempit
2. Sekret / jenis
2. Ada & jenis/ tidak
3. Konka nasi inferior
3. Normal / tidak (edema, atropi,
4. Meatus nasi inferior
hipertropi)
5. Septum nasi
4. Normal / tidak (tertutup sekret, massa)
6. Mukosa hidung (warna)
Kavum nasi 5. Normal (di tengah) / deviasi (jenis)
7. Benda asing
6. Merah muda / hiperemis / pucat
8. Massa tumor
7. Ada/tidak
9. Konka nasi media
8. Ada/tidak
10. Meatus nasi media
9. Normal / tidak (edema, atropi,
hipertropi)
10. Normal / tidak (tertutup sekret, massa)
1. Gigi geligi 1. Normal / karies
2. Warna mukosa 2. Merah muda / hiperemis / pucat
3. Lidah 3. Normal / tidak (beslag) / selaput
4. Arkus faring anterior dan 4. Normal / tidak (edema)
posterior
5. Tonsila palatina: ukuran 5. T0 (post tonsilektomi) , T1 – T1 s/d
*OROFARING kanan - kiri / warna T4 – T4 / merah muda / hiperemis
6. Kripta tonsil 6. Normal / melebar
7. Detritus pada tonsil 7. Ada / tidak
8. Dinding posterior faring 8. Normal / tidak (penebalan lateral band /
9. Warna mukosa dinding granul / post nasal drip)
posterior faring 9. Merah muda / hiperemis / pucat
10. Gerakan palatum mole 10. Ada / tidak

1. Telinga kanan 1. …. meter


TES BERBISIK
2. Telinga kiri 2. ….. meter
 Positif / Negatif (kanan / kiri)
1. Rinne kanan / kiri
 Lateralisasi ke.. / midline
2. Weber
TES PENALA  Sama dengan pemeriksa / memanjang /
3. Schwabach kanan / kiri
memendek (kanan / kiri)
4. Bing kanan / kiri
 Positif / Negatif ( kanan / kiri)

100
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

1. Koana: kanan/kiri 1. Normal/tidak


2. Septum nasi posterior 2. Lurus/deviasi
3. Konka nasi superior: 3. Eutrofi/tidak
kanan/kiri 4. Eutrofi/tidak
4. Konka nasi media: kanan/kiri 5. Normal/tidak
5. Meatus nasi superior: 6. Normal/tidak
kanan/kiri 7. Ada/tidak
RHINOSKOPI 6. Meatus nasi media: kanan/kiri 8. a. Normal/tidak
POSTERIOR 7. Post nasal drip: kanan/kiri a. Ada/tidak
8. a. Nasofaring 9. Ada/tidak
b. Massa tumor 10. Terbuka/tertutup massa
9. Adenoid
10. Torus tubarius: kanan/kiri

101
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

DAFTAR TILIK PENILAIAN DISKUSI PBL NAMA MAHASISWA :…………………………………


NIM : ……..………………………………………………

TUTORIAL P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
Diskusi 1
1 Keaktifan
2 Partisipasi

Diskusi 2
1 Keaktifan
2 Partisipasi
3 Informasi baru yang relevan dari
berbagai sumber

4 Analisis-sintesis

JUMLAH

CATATAN : Skor 1 - 3 ( 1 : terendah, 3 : tertinggi) Tutor Tutor Tutor Tutor Tutor Tutor Tutor Tutor
____________ __________ __________ __________ __________ __________ __________ __________
Nilai Akhir = ∑ Nilai skenario x 100 = _________
48

102
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

FR-FK-20-03/RO

EVALUASI MAHASISWA TERHADAP PELAKSANAAN BLOK

KELOMPOK : ________________
PEMICU : ________________
TUTOR : ________________

EVALUASI TERHADAP TUTOR


1 2 3
1. Mengarahkan diskusi sesuai langkah seven jumps
Menstimulasi dan memotivasi mahasiswa untuk
2.
berpartisipasi aktif
Menstimulasi mahasiswa untuk menganalisis
3. problem (Menilik setiap masalah dalam pemicu)
dengan cermat
Mendorong mahasiswa untuk mensintesis dari
4. hasil elaborasi terhadap masalah dan hasil bacaan
dari rujukan
Memberikan informasi bahan pembelajaran untuk
5.
membantu belajar mandiri
6. Menstimulasi mahasiswa untuk berpikir kritis
Mengarahkan mahasiswa pada pokok pembahasan
7.
sesuai dengan learning issues (LI)
8. Memberi perhatian selama proses diskusi
Memberi kontribusi agar mahasiswa mengerti
9.
pokok masalah

EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN MODUL

1. Pelaksanaan tepat waktu


2. Kesiapan dalam melaksanakan tutorial
3. Ketersediaan sarana dan prasarana
4. Kenyamanan ruangan
5. Learning issues (LI) dibahas secara keseluruhan

Nilai 1: Kurang
2: Cukup
3: Baik

103
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

DAFTAR PUSTAKA

 Amin Z, Eng KH. Basics in medical education. Singapore: World Scientific; 2006. p
195.
 Kementerian Kesehatan RI, 2013. Riset kesehatan dasar (Riskesdas 2013). Badan
penelitian dan pengembangan kesehatan.
 Kementerian Kesehatan RI, 2014. Situasi gangguan penglihatan dan kebutaan. Jakarta:
Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI.
 Kementerian Kesehatan RI, 2015. Profil kesehatan Indonesia 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
 Konsil Kedokteran Indonesia, 2012. Standar kompetensi dokter Indonesia. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia.
 Sherwood, L., 2010. Human physiology: from cell to systems. 7 th ed. Canada:
Thomson Publishing Inc.

REFERENSI GAMBAR
 https://www.researchgate.net/figure/255989402_fig4_Figure-4-The-composition-of-
the-human-eye-5.
 http://images.slideplayer.info/11/3210164/slides/slide_44.jpg.
 http://indianhealthcentre.com/wp-content/uploads/2013/11/ThroatDiag-227x300.jpg.
 http://www.liquidarea.com/wp-content/uploads/2010/05/ear.jpg.
 http://www.mussenhealth.us/hearing-loss/images/1888_6_6-ear-furunculosis.jpg.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Jl. LetJen. S. Parman No. 1
Jakarta 11440
Tel. (021) 5670815,5671781
Fax (021) 5663126
Email: fkuntar@tarumanagara.ac.id

104
Buku Modul Sistem Penginderaan FK Untar-Mahasiswa 2022

LEMBAR VALIDASI

Modul sudah diperiksa dan disetujui:

Pedoman untuk mahasiswa Blok Sistem Penginderaan 2022

105

You might also like