You are on page 1of 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

Y DENGAN COLIC RENAL di


RUANGAN ARAFAH 1 RSU CUT MEUTIA ACEH UTARA TAHUN 2022

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah


Pendidikan Profesi Ners STIKes Bumi Persada Lhokseumawe

Disusun Oleh:

ELZA DWI KURNIA


NIM.21020211

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN TEKNOLOGI DAN SAINS
UNIVERSITAS BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diisetujui dan disahkan oleh pembimbing, Laporan Praktek Stase KMB Prodi

Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Teknologi dan Sains Universitas Bumi

Persada Lhokseumawe TA.2022/2023 di RSU Cut Meutia Aceh Utara.

Telah di Setujui

Dosen Pembimbing CI Ruangan Arafah I

Ns. Setia Budi.,S.Kep.,M.Kep Ns. Zakaria., S.Kep


NIDN. Nip.

2
LAPORAN PENDAHULUAN
COLIC RENAL

A. DEFINISI
Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih).Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis,
nefrolitiasis). Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius.
(ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium,
oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner &
Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran
kemih. (Luckman dan Sorensen) Dari dua definisi tersebut diatas saya
mengambil kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam
saluran perkemihan yang meliputi ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
B. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum
diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada
saluran kemih yaitu:
1. Infeksi Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan
ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi
bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan
mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan
mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi
daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.

3
4. Keturunan
5. Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum
menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam
air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
8. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian
yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih
( buli-buli dan Urethra ).
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi larutan
urin akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk
pembentukan batu. Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor
lain yang mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi
asam, jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung
pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin
yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin. Imobilisasi
yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang akan terhambat.
Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan.
Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin
bertambah dan pengendapan ini makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu
yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil,
ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan

4
rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin;
sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan
akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan-
kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena
ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan
terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta
ureter proksimal.
a. nfeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria,
dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria
mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar. c.
Hematuri akibat abrasi batu. d. Biasanya batu keluar secara spontan
dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.

5
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urin.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium,
fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat
kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada
ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH.
Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine.
d. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
e. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,
abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik
(distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu
atau efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
G. THERAPY DAN PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Tujuan:
1. Menghilangkan obstruksi
2. Mengobati infeksi.
3. Mencegah terjadinya gagal ginjal.

6
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
b. Operasi dilakukan jika:
1. Sudah terjadi stasis/bendungan.
2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan
positif harus dilakukan operasi.
c. Therapi
1. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2. Allopurinol untuk batu asam urat.
3. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Diet Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1. Batu kalsium oksalat Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan
yang mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-
kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi
makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang,
daging, sarden, keju dan sari buah.
2. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan
daging.
3. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu,
kentang.
4. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga
secara teratur.
H. KOMPLIKASI
1. Obstruksi
2. Hidronephrosis.
3. Gagal ginjal
4. Perdarahan.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
2) Riwayat infeksi saluran kemih.

7
3) Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
4) Keturunan.
5) Alkoholik, merokok.
6) Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps,
penggunaan kontrasepsi).
b. Pola nutrisi metabolik
1) Mual, muntah.
2) Demam.
3) Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
4) Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
5) Distensi abdominal, penurunan bising usus.
6) Alkoholik
c. Pola eliminasi
1) Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
2) Hematuri.
3) Rasa terbakar, dorongan berkemih.
4) Riwayat obstruksi.
5) Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Pekerjaan (banyak duduk).
2) Keterbatasan aktivitas.
3) Gaya hidup (olah raga).
e. Pola tidur dan istirahat
1) Demam, menggigil.
2) Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
f. Pola persepsi kognitif
1) Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
2) Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu.
3) Penanganan tanda dan gejala yang muncul.

8
g. Pola reproduksi dan seksual
1) Keluhan dalam aktivitas seksual sehubungan dengan adanya nyeri pada
saluran kemih.
h. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perubahan gaya hidup karena penyakit.
2) Cemas terhadap penyakit yang diderita.
i. Pola mekanisme copying dan toleransi terhadap stres
1) Adakah pasien tampak cemas
2) Bagaimana mengatasi masalah yang timbul.
2. Diagnosa keperawatan Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
adalah ;
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena
batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan tindakan invansif, pemeriksaan.
3. Rencana tindakan keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi pada saluran kemih Hasil yang
diharapkan:
- Pasien bebas dari rasa nyeri
- Pasien tampak rileks, bisa tidur dan istirahat.
Intervensi:
1. Kaji karakteristik nyeri ( lokasi, lama, intensitas dan radiasi)
Rasional: membantu mengevaluasi perkembangan dari obstruksi.
2. Observasi tanda-tanda vital, tensi, nadi, cemas
Rasional: nyeri hebat ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan nadi.
3. Jelaskan penyebab rasa nyeri
Rasional: mengurangi kecemasan pasien.
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman

9
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
b. Perubahan pola elminasi: urine berhubungan dengan inflamasi, obstruksi
karena batu. Hasil yang diharapkan:
- Pola eliminasi urine dan output dalam batas normal.
- Tidak menunjukkan tanda-tanda obstruksi (tidak ada rasa sakit
saat berkemih, pengeluaran urin lancar).
Intervensi:
1. Monitor intake dan output.
Rasional: menginformasikan fungsi ginjal.
2. Anjurkan untuk meningkatkan cairan per oral 3 – 4 liter per hari.
Rasional: mempermudah pengeluaran batu, mencegah
terjadinya pengendapan.
3. Kaji karakteristik urine
Rasional: adanya darah merupakan indikasi meningkatnya
obstruksi/iritasi ureter.
4. Kaji pola Bak normal pasien, catat kelainnya.
Rasional: batu dapat menyebabkan rangsangan mervus yang
menyebabkan sensasi untuk buang air kecil
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah. Hasil yang diharapkan:
- Keseimbangan cairan adekuat
- Turgor kulit baik
Intervensi :
1. Monitor intake dan output
Rasional: membandingkan secara aktual dan mengantisipasi output
yang dapat dijadikan tanda adanya renal stasis.
2. Berikan intake cairan 3 – 4 liter per hari.
Rasional: menjaga keseimbangan cairan untuk homeostasis.
3. Monitor tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa.
Rasional: dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
4. Berikan cairan intra vena sesuai intruksi dokter.

10
Rasioanal: menjaga keseimbangan cairan bila intake per oral kurang.
5. Kalau perlu berikan obat anti enemik.
Rasional: mengurangi mual dan muntah.
4. Discharge planning
a. Mengubah pola berkemih; hindari menahan BAK.
b. Mengubah pola minum:
1) Minum banyak > 2000 cc/hari.
2) Hindari minuman yang mengandung tinggi kalsium( susu, air yang
mengandung kapur).
c. Mengubah pola makan: mengurangi makanan yang menyebabkan batu:
1) Tinggi kalsium ( keju, coklat).
2) Tinggi purin (ikan,unggas, daging).
3) Tinggi oksalat (bayem, sledri, kopi).
d. Mengurangi konsumsi obat-obatan bebas yang dapat menimbulkan batu
saluran kemih.
e. Memberitahu tentang tanda dan gejala komplikasi yaitu demam.
Pengeluaran urin yang sedikit, nyeri pada saat BAK.
f. Jelaskan teknik higiene personal yang benar.
g. Libatkan keluarga dalam pengelolaan diet dan pola makan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2,


EGC.Jakartta.
Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (
terjemahan)
PT EGC, Jakarta.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan ( terjemahan), PT EGC,
Jakarta Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing
Demystified . New York Chicago San Fransisco Lisbon London,
Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul, Singapore Sydney
Toronto.
Soeparman, (1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II , Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Sylvia dan Lorraine ( 1999). Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi empat,
buku kedua. EGC. Jakarta.

12

You might also like