You are on page 1of 61

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELIR BANYUWANGI

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

ROSA MIFTAHUL JANNAH

NIM. 2019.03.021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

TAHUN 2022
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELIR BANYUWANGI

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya

Kebidanan pada Program Studi D III Kebidanan di STIKes Banyuwangi

Oleh :

ROSA MIFTAHUL JANNAH

NIM. 2019.03.021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

TAHUN 2022
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Rosa Miftahul Jannah
NIM : 2019.03.021
Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 15 Mei 2000
Institusi : STIKES Banyuwangi
Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelir
Banyuwangi” adalah bukan hasil karya orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.
Banyuwangi, ………..

Yang Menyatakan,
Mengetahui,

Pembimbing Pembimbing
Utama, Pendamping,
Rosa Miftahul Jannah
NIM : 2019.03.021

Indah Kurniawati
Dr. H. Soekardjo
S.S.T., M.Kes.
NIDN..
NUPN……………
…………….

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal :
Nama : Rosa Miftahul Jannah

NIM : 2019.03.021

Judul : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kelir Banyuwangi.

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Pada Ujian Proposal pada tanggal :

Oleh,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Indah Kurniawati S.S.T., M.Kes. Dr. H. Soekardjo.


NIDN.................... NIDN.....................
Mengetahui,
Kaprodi D-III Kebidanan

Stikes Banyuwangi

Indah Kurniawati, S.S.T., M.Kes.


NIDN..........................
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal :

Nama : Rosa Miftahul Jannah

NIM : 2019.03.021

Judul : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kelir Banyuwangi.

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Ujian Proposal Program Studi

D-III Kebidanan STIKes Banyuwangi pada tanggal ………………

Mengesahkan,

TIM PENGUJI TANDA TANGAN

Ketua :
…………………………

Anggota I :
…………………………

Anggota II :
…………………………

Mengetahui,

Ketua Stikes Banyuwangi

DR. H. Soekardjo
NUPN..........................

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya sehingga

dapat terselesaikanya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan

Pada Ibu Nifas Fisiologis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelir Banyuwangi”

sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada

Program Studi D III Kebidanan STIKes Banyuwangi.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Bapak DR. H. Soekardjo, selaku Ketua STIKes Banyuwangi, yang telah

memberikan kesempatan menyusun Proposal ini.

2. Ibu Indah Kurniawati, S.S.T., M.Kes., selaku Ketua Program Studi D III

Kebidanan STIKes Banyuwangi yang telah memberikan kesempatan

menyusun laporan ini.

3. Ibu Indah Kurniawati, S.S.T., M.Kes., selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan sehingga Proposal ini dapat terselesaikan.

4. Bapak DR. H. Soekardjo., selaku pembimbing pendamping yang telah

memberikan bimbingan sehingga Proposal ini dapat terselesaikan.

5. Ayah, Ibu, Kakak-kakak saya atas cinta, dukungan dan doa yang selalu

diberikan sehingga proposal ini selesai pada waktunya.

6. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait yang telah membantu dalam

Proposal ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang

telah diberikan dan semoga Proposal berguna bagi semua pihak yang

memanfaatkan. Amiin.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas merupakan periode yang dialami oleh ibu setelah masa persalinan,

yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta lepas dari rahim, yakni setelah

kala IV dalam persalinan dan berakhir sampai dengan 6 minggu (42 hari) yang

ditandai dengan berhentinya perdarahan. Masa nifas berasal dari bahasa latin dari kata

puer yang artinya bayi, dan paros artinya melahirkan yang berarti masa pulihnya

kembali, mulai dari persalinan sampai organ-organ reproduksi kembali seperti

sebelum kehamilan (Azizah,2019).

Berdasarkan World Health Oganiation (WHO) Pada tahun 2019 terdapat 395.000

kelahiran diseluruh dunia pencatatan(WHO,2019), Sedangkan data profil kesehatan

Indonesia tahun 2020 menunjukkan cangkupan kf di Indonesia sebesar 88,3%

(Kemenkes RI,2020). Berdasarkan data profil kesehatan provinsi Jawa Timur pada

tahun 2020 kf di Jawa Timur mencapai 97,03% (Dinkes Jatim,2020).

Berdasarkan data di Kabupaten Banyuwangi terdapat 22.578 kelahiran hidup

(Dinkes Kab.Banyuwangi,2020). Sesuai hasil studi pendahuluan yang dilakukan di

Puskesmas Kelir Banyuwangi pada tahun 2021 dimulai bulan Januari sampai

Desember terdapat 232 Ibu nifas dan tidak ada kematian yang terjadi pada ibu nifas.

Masa nifas yaitu masa pemulihan pasca persalinan hingga seluruh organ yang

berhubungan dengan kandungan akan mengalami perubahahan perlukaan maupun

pendarahan. Pada saat nifas akan pulih kembali secara berangsur-angsur seperti

keadaan sebelum hamil yaitu perubahan struktur serviks,vagina dan tempat placenta

yang diakibatkan kehamilan dan persalinan hal ini bisa disebut sebagai masa involusi.
Pada saat pemulihan jika tidak dilakukan perawatan dengan benar akan

mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan,infeksi,metritis,bendungan payudara.

Salah satu komplikasi pada masa nifas yaitu perdarahan merupakan penyebab

kematian ibu paling banyak pada masa nifas.

Oleh karena itu sangat penting dilakukan asuhan pada masa nifas untuk

memastikan supaya tidak terjadi Komplikasi pada ibu nifas, diperlukan adanya

program dan kegiatan asuhan pada ibu nifas yang lebih baru mengenai jadwal

kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk

mencegah dan mendeteksi dini komplikai pada masa nifas serta menangani masalah

yang terjadi, memastikan pemahaman mengenai nutrisi, manfaat asi, cara menyusui,

dan penggunaan KB.

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan pembahasan secara spesifik

untuk melakukan penelitian, oleh karena itu penulis akan melakukan Asuhan

Kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis di Wilayah Kerja Puskesmas Kelir untuk

memantau proses pemulihan pada saat nifas tanpa adanya komplikasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan “Bagaimana memberikan

asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis di wilayah kerja Puskesmas Kelir

Banyuwangi tahun 2022”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan menggunakan

management Hellen Varney di wilayah kerja Puskesmas Kelir Banyuwangi tahun

2022.
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Kelir

Banyuwangi tahun 2022.

2. Menyusun interpretasi data dasar pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas

Kelir Banyuwangi tahun 2022.

3. Menentukan antisipasi masalah potensial pada ibu nifas di wilayah kerja

Puskesmas Kelir Banyuwangi tahun 2022.

4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas

Kelir Banyuwangi tahun 2022.

5. Menyusun intervensi pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Kelir

Banyuwangi tahun 2022.

6. Melakukan implementasi pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Kelir

Banyuwangi tahun 2022.

7. Melakukan evaluasi pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Kelir

Banyuwangi tahun 2022.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ditujukan pada ibu nifas fisiologis di wilayah kerja

Puskesmas Kelir Banyuwangi tahun 2022.

1.4.2 Tempat

Pembuatan proposal tugas akhir ini disusun dan melakukan pengambilan data di

wilayah kerja puskesmas Kelir Banyuwangi.

1.4.3 Waktu

Pengambilan data proposal tugas akhir dilakukan oleh peneliti pada bulan januari

tahun 2022.
1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca untuk

menambah pengetahuan dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas

fisiologis.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Bidan

Dapat dijadikan sebagai bahan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada

ibu nifas fisiologis dan menurukan angka kematian (AKI).

2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan tentang merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat oleh mahasiswa untuk bahan

dokumentasi dan bahan perbandingan asuhan kebidanan pada ibu nifas

fisiologis.

4. Bagi Klien

klien dapat merasa aman, nyaman, dengan asuhan yang berkualitas selama

pendampingan masa nifasnya berlangsung tanda adanya komplikasi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Nifas

2.1.1. Definisi Nifas

Masa nifas berasal dari bahasa latin dari kata puer yang artinya bayi,

dan paros artinya melahirkan yang berarti masa pulihnya kembali, mulai dari

persalinan sampai organ-organ reproduksi kembali seperti sebelum kehamilan.

(Azizah,2019).

Masa nifas (puerperium) merupakan masa setelah kelahiran placenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

(Wahida. 2020).

Masa nifas yaitu masa sesudah lahirnya placenta sampai minggu ke

enam setelah melahirkan dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung

maksimal 40 hari (Marni,2012).

Dapat disimpulkan bahwa masa nifas yaitu masa setelah lahirnya bayi dan

placenta dimulai dari kelahiran placenta dan berakhir pada saat alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,yang berangsur-angsur

sekitar 6-8 minggu, pada masa nifas ini banyak terjadi perubahan

fisiologis,psikologogis dan social.


2.1.2 Tujuan

Masa nifas merupakan masa yang rawan terjadi komplikasi bagi ibu maupun

bagi bayi, oleh karena itu asuhan pada masa nifas sangat penting dilakukan.

Tujuan Asuhan Nifas yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukan asuhan kebidanan pada masa nifas untuk menjaga

kesehatan ibu dan bayi. Tidak hanya kesehatan fisik semata, tetapi juga

kesehatan psikologis ibu.

(Walyani,2017)

2. Tujuan Khusus

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati / merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutisi,pemberian ASI,

pemberian imunisasi dan penggunaan KB.

(Walyani,2017)

2.1.3 Tahapan Nifas

1. Peurperium Dini

Masa setelah plasenta lahir sampai ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-

jalan.

2. Peurperium Intermedial

Masa pemulihan alat-alat kandungan ibu selama 6-8 minggu.

3. Remote Peurperium

Masa ini merupakan waktu ibu nifas untuk pulih dan sehat kembali baik

fisik dan psikologis secara sempurna.


(Maritalia,2012)

2.1.4 Periode Nifas

1. Periode pasca persalinan (immediatepost partum periode)

Periode setalah placenta lahir samapai 24 jam, pada masa ini terdapat banyak

masalah misalnya perdarahan oleh karena itu harus dilakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lochea,tekanan darah dan suhu.

2. Periode pasca persalian awal (Early post partum periode)

Periode setalah 24 jam melahirkan sampai dengan 7 hari, pada periode ini

bidan harus memastikan bahwa inolusio uteri dalam keadaan normal,tidak

ada perdarahan,lochea tidak berbau busuk, ibu tidak mengalami demam,ibu

cukup mendapatkan asupan makanan dan cairan, ibu dapat menyusui dengan

baik dan benar.

3. Periode pasca persalian lanjut (Latepost Partum Periode)

Periode 1 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan, periode ini tetap

melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-hari serta memberikan

konseling penggunaan KB.

(Maritalia,2012)

2.1.5 Perubahan Fisiologis Nifas

Setelah proses melahirkan bayi dan placenta pada masa nifas akan mengalami

pemulihan kembali keadaan ibu baik secara fisik maupun psikoginyaseperti

sebelum hamil, biasanya berlangsung 6 minggu atau 42 hari. Pada masa nifas

perubahan-perubahan fisiologis sebagai berikut :

1. Perubahan Sistem Reproduksi

Selama masa nifas alat-alat reproduksi baik secara interna maupun eksterna

berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan secara


keseluruhan alat genetalia ini disebut Involusi. Pada masa ini terjadi

perubahan alat reproduksi lainnya meliputi :

1. Involusi Uteri

Involusi adalah masa kembalinya uterus seperti keadaan sebelum hamil.

Involusi uteri ini akan membuat lapisan luar yang mengelilingi placenta

akan menjadi neurotic (layu/mati).

Perubahan pada uterus dapat diketahui dengan pemeriksaan palpasi

untuk meraba TFU (Tinggi Fundus Uteri).

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Pada Nifas

Involusio Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Setelah Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Setelah Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

Pertengahan pusat dan


7 hari (1 Minggu) 500 gram
symphisis

Tidak teraba diatas


14 hari (2 Minggu) 350 gram
symphisis

6 Minggu Normal 50 gram

8 Minggu Berukuran 30 gram

Sumber : Nurliana,2014

Ada 3 proses involusi uterus yang bersamaan yaitu :

1. Autolysis

Autolysis adalah proses penghancuran diri sendii yang terjadi

didalam otot uteri.

(Maritalia,2012)
2. Atrofi jaringan

Atrofi jaringan yaitu jaringan yang berproliferasi dengan adanya

ekstogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai

reaksi terhadap penghentian produksi ekstrogen yang menyertai

pelepasan plasenta. Selain itu atrofi pada otot otot uterus lapisan

desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan

lapisan basal yang akan beregenerasi sehingga menjadi endometrium

yang baru.

(Maritalia,2012)

3. Efek oksitosin (kontraksi)

Kontaksi dan retraksi otot uterus terjadi karena adanya hormone

oksitosin sehingga menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

suplai darah ke uterus berkurang. Hal ini akan membantu mengurangi

bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi pendarahan.

Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk

sembuh total.

Gambar 2.1 Ukuran TFU Pada Nifas

Sumber : Maritalia,2017
2. Lochea

Lochea merupakan ekskresi caian rahim saat nifas. Pada lochea terdapat

darah dan sisa jaringan dalam uterus. Lochea berbau amis atau anyi

dengan volume yang berbeda pada setiap wanita, lochea yang berbau

tidak sedap menandakan adanya infeksi.

Terdapat 4 jenis lochea berdasarkan waktu dan warna yaitu :

1. Lochea Rubra

Keluar pada hari 1 sampai hari ke 4, berwarna merah yang berisi

darah segar, sisa jaringan placenta, dinding rahim,lemak bayi,lanugo

dan mekonium.

2. Lochea Sanguinolenta

Keluar pada hari ke 4 sampai hari ke 7, berwarna merah kecoklatan

dan berlendir.

3. Lochea Serosa

Keluar pada hari ke 7 sampai hari ke 14, berwarna kuning kecoklatan

yang mengandung serum,leukosit,dan robekan atau laserasi placenta.

4. Lochea Alba

Keluar setelah hari ke 14 berlangsung selama 2-6 minggu. Berwarna

putih mengandung leukosit, selaput lender serviks, dan selaput

jaringan mati.
Tabel 2.1.5 Lochea Pada Nifas

Lochea Waktu Warna Ciri ciri

Rubra 1-3 hari Merah segar Mengandung darah segar, sisa


jaringan plasenta, lemak bayi,
lanugo, dan mekonium.

Sanguinolenta 3-7 hari Merah kecoklatan Mengandung sisa darah dan


berlendir.

Serosa 8-14 hari berwarna kuning Mengandung serum, leukosit,


kecoklatan. robekan atau laserasi placenta.

Alba Lebih dari Berwarna keputihan Mengandung leukosit, selaput lendir


14 hari serviks, dan selaput jaringan yang
mati.

Sumber: Walyani, 2017

3. Serviks

Serviks adalah bagian dasar uterus yang bentuknya menyempit sehingga

disebut leher rahim. Serviks merupakan saluran yang menghubungkan

uterus dan vagina sebagai jalan keluarnya janin pada saat persalinan.

Setelah persalinan bentuk serviks menganga seperti corong. Diakibatkan

oleh corpus uteri yang berkontraksi. Warna serviks juga akan berubah

merah kehitaman karena mengandung pembuluh darah dengan

konsistensi lunak. Serviks yang berdilatasi sampai 10 cm pada saat

persalinan akan menutup secara bertahap, pada minggu ke 6 serviks akan

menutup kembali.

4. Vulva dan Vagina

Selama proses melahirkan vulva dan vagina mengalami penekan dan

juga peregangan yang besar. setelah 3 minggu akan kembali pada

keadaan seperti sebelum kehamilan dan rugae dalam vagina berangsur-


angsur akan muncul kembali, sementara labia akan tampak lebih

menonjol.

(Wahyuni,2018)

5. Payudara

Payudara merupakan jaringan yang memiliki fungsi dalam kebutuhan

makanan bayi baru lahir. Setelah kelahiran plasenta, konsentrasi estrogen

dan progesteron menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai.

Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan

vascular sementara. ASI diproduksi dan disimpan di alveoli dan harus

dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk

keberlangsungan laktasi.

ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas ASI adalah

ASI yang berwarna kekuningan yang disebut kolostrum. Kolostrum

telah terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu.

Perubahan pada payudara yaitu :

1) Penurunan kadar progesterone dengan peningkatan hormon

prolactin setelah persalinan.

2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada

hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan

3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses

laktasi

(Wahyuni,2018)

2. Perubahan Sistem Pencernaan

pada ibu yang melahirkan secara spontan akan merasakan lapar lebih cepat

karena telah mengeluarkan energi yang banyak pada saat proses melahirkan.
Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada 1- 3 hari postpartum,

hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses persalinan.

Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi

serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/ perineum

setiap kali akan BAB juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor-

faktor tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu nifas

dalam minggu pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur perlu dilatih kembali

setelah tonus otot kembali normal.

(Wahyuni,2018)

3. Perubahan Sistem Perkemihan

ibu akan mengalami kesulitan untuk buang air kecil setelah proses persalinan,

karena terdapat spasme sfinkter dan edema pada leher kandung kemih setelah

bagian ini mengalami konpresi (tekanan) antaa kepala janin dan tulang pubis

pada saat persalinan. Pada masa nifas kandung kemih kurang sensitif dan

kapasitasnya akan bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2-5 hari

setelah melahirkan. Hal ini akan mengakibat-kan kandung kencing penuh.

Sisa urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan

memudahkan terjadinya infeksi

(Wahyuni,2018).

4. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Pada saat persalinan terjadi peregangan ligament,fasia, dan diafragma pelvis.

Setelah bayi lahir berangsur-angsur akan menciut dan akan kembali sehingga

tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen

rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8

minggu setelah persalinan.


(Maritalia,2012)

5. Perubahan Tanda-tanda vital

1. Suhu badan

Setelah melahirkan suhu badan ibu akan naik sedikit (37,5°C-38°C)

dikarenakan kerja keras ibu saat proses melahikan, kehilangan caian dan

kelelahan.

2. Nadi

Nadi nomal orang dewasa 6-80x/menit, setelah melahikan nadi akan lebih

cepat.

3. Tekanan darah

Monitoring tekanan daah harus tetap dilakukan, dalam waktu 24 jam tekanan

darah harus kembali normal (<90/140). Jika tekanan darah rendah

kemungkinan terjadi karena ada perdarahan. Jika terus meningkat,

kemungkinan adanya tanda preeklampsia.

4. Respirasi

Pernapasan berhubungan dengan suhu dan denyut nadi, Jika suhu tubuh

dan nadi meningkat, frekuensi pernapasan akan ikut meningkat. Jika

respirasi meningkat hingga 30 kali/menit merupakan tanda-tanda shock.

(Wahyuni,2018)

2.1.6 Perubahan psikologis Nifas

Pada masa nifas ibu mengalami perubahan fisik maupun fisiologisnya yang

mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap psikologisnya. Dukungan keluga sangat

diperlukan pada masa ini. Periode adaptasi pada ibu nifas yaitu :
1. Periode “Taking In”

Terjadi 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu merasa pasif dan tergantung, perhatiannya

tertuju pada diri sendiri. Ibu akan menceritakan pengalaman melahirkan secaa

berulang-ulang. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan

dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif. Dalam memberikan

asuhan, bidan harus harus dapat mem- fasilitasi kebutuhan psikologis ibu. Pada

tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan

pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil

perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan.

2. Periode “Taking Hold”

Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 setelah melahirkan . Ibu mulai mencari

tahu tentang menjadi orang tua yang baik. Pada masa ini ibu biasabya agak sensitf

dan merasa kurang mahir dalam perawatan bayinya. Oleh karena itu tahap ini

sangat tepat untuk bidan memberikan bimbingan cara perawatan bayi, dengan cara

yang nyaman sehingga tidak menyinggung perasaan ibu.

3. Periode “Letting Go”

Periode ini terjadi 10 hari setelah melahirkan, pada fase ini ibu sudah mulai

menyesuaikan dirinya dan mulai percaya diri terhadap perawatan bayinya.

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk menjaga supaya ibu tetap percaya diri

dengan dirinya. Bidan juga memberikan bimbingan dan konseling terhadap

perawatan bayi. Pada fase ini ibu masih membutuhan kebutuhan istirahat sehingga

diharapakan ibu mendapat bantuan dari keluarga dan suaminya Pada fase ini ibu

masih membutuhan kebutuhan istirahat sehinga mebutuhkan bantuan dari keluarga

ataupun suaminya.
Bagi ibu yang baru melahirkan terutama yang pertama kali melahirkan akan sangat

dibutuhkan dukungan dari orang terdekat seperti suami dan keluarga, karena ibu

masing merasa asing terdapat perubahan dirinya baik secara fisik maupun

psikologisnya. Dengan pengaruh positif dari lingkungannya akan mempercepat

proses adapatasi bagi ibu.

(Maritalia,2012)

2.1.7 Masalah Psikologis Nifas

1. Baby Blues

Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu

berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2 minggu

sejak kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan perasaan yang

dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.

Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami perubahan perasaan,

menangis, cemas, kesepian khawatir, yang berlebihan mengenai sang bayi,

penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi

seorang ibu. Jika hal ini terjadi, ibu disarankan untuk melakukan hal- hal

berikut ini:

1. Minta suami atau keluarga membantu dalam merawat bayi atau

melakukan tugas- tugas rumah tangga sehingga ibu bisa cukup istirahat

untuk menghilangkan kelelahan.

2. Komunikasikan dengan suami atau keluarga mengenai apa yang sedang

ibu rasakan, mintalah dukungan dan pertolongannya buang rasa cemas

dan kekhawatian yang berlebihan tentang perawatan bayi.


3. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk istirahat dan

menyenangkan diri sendiri, misalnya dengan cara menonton,

membaca, atau mendengar musik

(Maritalia, 2012).

2. Kesedihan dan Duka cita

Istilah berduka yang diartikan sebagai respon psikologis terhadap

kehilangan. Kehilangan dapat melibatkan individu terhadap apapun

yang hilang. Hal yang bisa dialami oleh wanita yaitu kehilangan

maternitas contohnya wanita yang mengalami infertilitas (wanita yang

tidak bisa hamil atau yang tidak mampu mempertahankan

kehamilannya), yang bayinya hidup kemudian kehilangan harapan

(prematuris atau kecacatan congenital), kehilangan ke intiman internal

terhadap bayinya. Ada 3 tahapan berduka meliputi :

1. Tahap Syok

Tahap syok adalah tahap awal dari tahap berduka, pada tahap ini

adanya penyangkalan,ketidakpercayaan,marah,jengkel,ketakutan,

kecemasan, kekosongan,rasa bersalah, kesedihan.

Manifestasi fisik pada tahap ini antara lain adanya gelombang

distress somatic yang berlangsung selama 20-60 menit, penurunan

berat badan,anoreksia, tidak tidur tenang, penampilan kurus dan

tampak lesu, gemetaran,mengeluh nyeri dada.

2. Tahap penderitaan

Tahap penderitaan yaitu tahap dimana seseorang telah menerima

fakta kehilangan dan mulai mencoba penyesuaian dirinya,


contohnya seseorang yang menyesuaikan lingkungan tanpa

kehadiran orang yang disayanginya. Dalam tahap ini seseorang

masih terkenang dengan orang yang disayanginya sehingga

terkadang muncul rasa marah,rasa bersalah dan takut.

3. Tahap Resolusi

Tahap resolusi seseorang yang berduka telah menerima dan

menyesuaikan sepenuhnya. Hal ini terjadi karena penanaman

kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang lebih

bermakna.,tetapi bukan berarti menggantikan posisi seseorang

yang hilang. Pada tahap ini seseorang mampu membuat resolusi

untuk kelanjutan hidupnya.

Dalam tahap penderitaan peran bidan sangat dibutuhkan dalam

mengahadapi ibu yang mengalami kehilangan. Bidan harus

mampu menciptakan lingkungan yang nyaman untuk

pengungkapan emosi yang berepngaruh terhadap psikis ibu.

(Nurliana,2014).

2.1.8 Kebutuhan Dasar Nifas

Masa nifas adalah masa kembalinya alat-alat genetalia baik interna

maupun eksterna seperti keadaan sebelum hamil, untuk memulihkan

keadaan ini dibutuhkan kebutuhan-kebutuhan ibu nifas yang harus

terpenuhi antara lain :

1. Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi atau gizi merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh

untuk keberlangsungan metabolisme. Pada ibu nifas terutama ibu


menyusui kebutuhan nutrisi akan meningkat 25% untuk proses

penyembuhan dan produksi ASI. Kebutuhan nutrisi akan

meningkat 3x dari kebutuhan biasa (pada perempuan dewasa yang

tidak hamil kebutuhan kalori meningkat 2.000-2500 kalori, pada

perempuan yang hamil 2.500-3000 kalori,perempuan nifas dan

menyusui 3.000-3.500 kalori). Nutrisi ini bermanfaat untuk

melakukan aktifitas,metabolisme,cadangan dalam tubuh, proses

produksi ASI.

Saat 6 bulan pertama post partum peningkatan kalori ibu

700 dan menurun pada 6 bulan kedua post patum menjadi 500

kaloi. Ibu nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang

beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein hewani,

protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu makanan seimbang

yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak

terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol,

nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Makan yang

dikonsumsi pada ibu nifas juga harus mengandung :

1. Sumber Tenaga (Energi)

Sumber energi bermanfaat untuk pembakaran tubuh,

pembentukan jaringan baru, penghematan protein (jika sumber

tenaga kurang). Sumber energy terdii dari karbohidrat dan

lemak. Zat gizi sebagai sumber dari karbohidrat terdiri dari

beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat gizi
sumber Lemak adalah mentega, keju, lemak (hewani) kelapa

sawit, minyak sayur, minyak kelapa, dan margarine (nabati).

2. Sumber Pembangun (Protein)

Sumber Pembangun (Protein) bermanfaat untuk pertumbuhan

dan mengganti sel-sel yang rusak atau mati. Protein dari

makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap

oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembuluh

darah vena. Sumber zat gizi protein adalah ikan, udang,

kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, keju (hewani)

kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan

tempe (nabati). Sumber protein terlengkap terdapat dalam

susu, telur, dan keju yang juga mengandung zat kapur, zat besi,

dan vitamin B.

3. Sumber Pengatur dan Pelindung (air,mineral,dan vitamin)

Sumber pengatur dan pelindung bermanfaat untuk melindungi

tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran

metabolisme dalam tubuh.

a. Air

Pada ibu menyusui menyusui sedikitnya minum 3-4 liter

setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali selesai

menyusui). Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada

6 bulan pertama minimal adalah 14 gelas (setara 3-4 liter)

perhari, dan pada 6 bulan kedua adalah minimal 12 gelas


(setara 3 liter). Sumber zat pengatur dan pelindung bisa

diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.

b. Mineral

Macam-macam mineral yang berperan penting dan dibutuhkan

pada ibu nifas dan menyusui meliputi :

1. Zat kapur atau calcium berfungsi untuk pembentukan

tulang dan gigi anak, dengan sumber makanannya adalah

susu, keju, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau,

2. Fosfor diperlukan untuk pembentukan kerangka tubuh,

sumber makananya adalah susu, keju dan daging,

3. Zat besi, tambahan zat besi sangat penting dalam masa

menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi

darah dan sel, serta penambahan sel darah merah sehingga

daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat

besi adalah kuning telur, hati, daging, kerang, ikan,

kacang-kacangan dan sayuran hijau,

4. Yodium, sangat penting untuk mencegah timbulnya

kelemahan mental dan kekerdilan fisik, sumber

makanannya adalah minyak ikan, ikan laut, dan garam

beryodium.

c. Vitamin

Macam-macam vitamin yang dibutuhkan oleh ibu nifas dan

menyusui meliputi :
1. vitamin A, digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan,

gigi dan tulang, perkembangan saraf penglihatan,

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber

vitamin A adalah kuning telur, hati, mentega, sayuran

berwarna hijau, dan kuning. Selain sumber-sumber

tersebut ibu menyusui juga mendapat tambahan kapsul

vitamin A (200.000 IU).

2. Vitamin B1 (Thiamin), diperlukan untuk kerja syaraf dan

jantung, membantu metabolisme karbohidrat secara tepat

oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu proses

pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh

terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumber

vitamin B1 adalah hati, kuning telur, susu, kacang-

kacangan, tomat, jeruk, nanas, dan kentang bakar.

3. Vitamin B2 (riboflavin) dibutuhkan untuk pertumbuhan,

vitalitas, nafsu makan, pencernaan, sistem urat syaraf,

jaringan kulit, dan mata. Sumber vitamin B2 adalah hati,

kuning telur, susu, keju, kacang-kacangan, dan sayuran

berwarna hijau.

(Wahyuni,2018)

2. Kebutuhan Mobilisasi

Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah melakukan

mobilisasi. Dilakukan secara perlahan- lahan dan bertahap. Dapat

dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu dan


berangsur- angsur untuk berdiri dan jalan. Mobilisasi dini atau

biasa disebut early ambulation bermanfaat untuk:

1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi

puerperium.

2. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

3. Mempercepat involusi alat kandungan.

4. Fungsi usus, sirkulasi, paru- paru dan perkemihan menjadi

lebih baik.

5. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

6. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.

Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai

(Walyani, 2017).

3. Kebutuhan Eliminasi

Kebutuhan eliminasi pada ibu nifas meliputi :

a) Buang Air Kecil (BAK)

Ibu nifas yang dalam keadaan normal akan BAK spontan

3-4 jam, bila ibutidak bisa BAK sendiri maka dapat

dilakukan tindakan :

1. Mengalirkan air kran ke dekat ibu untuk merangsang.

2. Lakukan kompres air hangat diatas simpisis

Jika tidankan tersebut tidak berhasi selama selama selang

waktu 6 jam maka dilakukan kateterisasi. Namun harus

diperhatikan juga pada tindakan ini risiko saluran kencing.


b) Buang Ai Besar (BAB)

Pada ibu nifas buang air besar dapat dilakukan secara

teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian

cairan banyak, makanan yang cukup serat dan olah raga.

Jika sampai hari ke 3 post partum ibu belum bisa buang air

besar, maka perlu diberikan supositoria dan minum air

hangat

(Wahyuni,2018)

4. Kebutuhan Personal Hygiene

Pada masa nifas kebersihan diri harus tetap dirawat agar tidak

terkena infeksi, oleh kaena itu personal hygiene sangat penting

dilakukan. Kebutuhan personal hygiene pada masa nifas meliputi :

1. Perawatan Perineum

Perineum haus dibesihkan secara rutin setelah buang air besar

maupun buang air kecil. Dengan cara membersihkan dengan

sabun yang lembut minimal sekali sehari. Dimulai dari arah

depan ke belakang sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu

cara mengganti pembalut tentang bagian dalam jangan sampai

terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor diganti

paling sedikit 4 kali sehari. Beritahu tentang jumlah, warna, dan

bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara

dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.


Apabila ada luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menghindari menyentuh daerah luka.

2. Perawatan payudara

Perawatan payudara juga sangat penting dilakukan untuk

menjaga kebersihannya. Gunakan BH sesuai ukuran untuk

menyokong payudara. Jika putting susu lecet oleskan kolostrum

atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai

menyusui. Menyusui dimulai dari puting susu yang tidak

lecet,apabila puting lecet sudah pada tahap berat dapat

dihentikan terlebih dahulu selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan

diminumkan dengan menggunakan sendok. Jika masih nyeri

bisa dihilngakan dengan paracetamol 1 tablet 500 mg setiap 4-6

jam dalam sehari.

(Wahyuni,2018)

5. Kebutuhan Istirahat

Pada masa nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam

pada siang hari. Pada hari pertama adalah hai yang sulit bagi ibu

akibat kelelahan saat proses persalinan dan nyeri yang timbul pada

luka perineum. Secaa teori pola tidur akan kembali normal dalam

2-3 minggu setelah persalinan. Pada ibu nifas kurang istirahat akan

mengakibatkan kurangnya produksi ASI, memperlambat proses

involusi uteri, meningkatkan perdarahan, bisa menyebabkan

depresi, ketidakmampuan merawat bayi dan diri sendiri.


(Maritalia,2012)

6. Kebutuhan Seksual

Pada ibu nifas kebutuhan seksual dapat dilakukan apabila luka

episiotomi sudah sembuh dan perdarahan sudah berhenti. Sebelum

itu ibu bisa melakukan simulasi dengan memasukkan satu atau dua

jai ke dalam vagiana, apabila sudah tidak terdapat rasa nyeri, maka

aman untuk melakukan hubungan suami istri. Meskipun secara

psikologis ibu perlu beradaptasi terhadap berbagai perubahan

setelah melahikan, mungkin ada rasa ragu, takut dan

ketidaknyamanan pada ibu, hubungan seksual bisa dilakukan 3-4

minggu setelah melahirkan.

(Wahyuni,2018)

2.1.9 Komplikasi Pada Nifas

Komplikasi pada Nifas meliputi :

1. Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan

alat- alat genetelia dalam masa nifas. Masuknya kuman- kuman

dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan, dan nifas.

Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apa

pun. Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai

38⁰ C atau lebih selama 2 hari dari dalam 10 hari postpartum.

Kecuali pada hari pertama.


2. Infeksi saluran Kemih

Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap

tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma

persalinan atau analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan

kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman

yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra,

atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan, terutama saat

infus oksitosis dihentikan, terjadi diuresis yang disertai

peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih. Over

distensi yang disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih

sering menyebabkan infeksi saluran kemih.

3. Metritis

Metritis adalah inspeksi uterus setelah persalinan yang merupakan

salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan

terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvic yang

menahun, peritonitis, syok septik, trombosis yang dalam, emboli

pulmonal, infeksi felvik yang menahan dispareunia, penyumbatan

tuba dan infertilitas.

4. Bendungan Payudara

Bendungan payudara merupkan peningkatan aliran vena dan limfe

pada payudara dalam angka mempersiapkan diri untuk laktasi.

Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan

vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan karena

menyusui yang tidak kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul pada


daerah ductus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah

melahirkan. Penggunaan bra yang keras serta keadaan puting susu

yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada ductus.

5. Infeksi Payudara

Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah

peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak,

yang disebabkan oleh kuman terutama Sraphylococcus aureus

melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah.

6. Abses payudara

Abses payudara merupakan komplikasi akibat peradangan

payudara/ mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua

postpartum (setelah melahirkan), karena adanya pembengkakan

payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.

7. Abses Pelvis

Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi pada

penyakit- penyakit meluar seksual (sexually transmitted disease/

STDs), utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan gonorrhea.

8. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan

pembungkus visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah selaput

tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut

sebelah dalam.
9. Infeksi Luka Perineum dan Luka Abdominal

Luka perineum adalah luka perineum karena adanya robekan jalan

lahir baik karena rupture maupun karena episiotomy pada waktu

melahirkan janin. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi

pada perineum sewaktu persalinan.

10. Perdarahan Pervagina

Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum adalah

kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia

setelah melahirkan. Hemoragi postpartum primer mencakup

semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.

(Walyani,2017)

2.1.10 Program Masa Nifas

Pada masa nifas minimal melakukan 4 kali kunjungan, dengan tujuan

untuk :

1. Melihat kondisi kesehatan ibu dan bayi

2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan adanya gangguan

kesehatan ibu dan bayi.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa

nifas.

4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya

(Siwi,2015)
Tabel 2.1.10 Program Kunjungan pada Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam setelah 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena


persalinan. atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan
normal: uterus berkontraksi, fundus
persalinan dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, ciaran, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik, dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit
5.Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan perawatan
bayi sehari-hari
3 2 miggu setelah Sama seperti diatas (6 hari setelah
persalinan)
persalinan

4 6minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit


penyulit-penyulit yang ia alami atau
persalinan bayinya
2. Membrikan konseling KB secara dini
3. Menganjurkan/mengajak ibu membawa
bayinya ke posyandu atau puskesmas
untuk penimbangan dan imunisasi
Sumber : Salemba,2013

2.1.11 Pathway Pada Nifas

Sumber : Nita, 2015


2.2 Manajemen Kebidanan Masa Nifas

Manajemen kebidanan merupakan metode pemecahan masalah yang

dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada

individu,keluarga,dan masyarakat. Manajemen kebidanan dilakukan secara

sistematis dengan pendekatan Varney mulai dari pengkajian,analisis

data,diagnosis kebidanan, perencanaan,pelaksanaan,dan evaluasi.

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian yang berisi data subjektif adalah Kumpulan data yang

didapatkan dari keterangan pasien secara langsung.

1. Data Subjektif

a. Biodata

Identitas pasien yang dikaji meliputi nama lengkap, suku

bangsa, agama, pendidikan dan pekerjaan pasien beserta suami

dan alamat tempat tinggal. Pada ibu nifas fisiologis identitas

yang perlu dikaji lebih lanjut antara lain :

1. Nama pasien :

Nama pasien dan suami digunakan untuk memperlancar pada

proses komunikasi asuhan sehingga bisa berjalan dengan

lancar.

(Margaretha,2017)

2. Umur :
Umur perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu dalam

usia reproduksi atau adanya resiko seperti umur kurang dari

20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan

psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun

rentan terjadi pendarahan dalam masa nifas.

(Margaretha,2017)

3. Agama :

Untuk mengetahui keyakinan agama sehingga dapat

membimbing atau mengarahkan pasien yang mengacu pada

keagamaan.

(Margaretha,2017)

4. Pendidikan :

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan untuk memberikan

konseling sesuai dengan pendidikannya.

(Margaretha,2017)

5. Suku/bangsa :

Berpengaruh terhadap adat istiadat dan pola kebiasaan sehari-

hari.

(Margaretha,2017)

6. Pekerjaan :

Untuk mengetahui dan mengukur tingkat social

ekonominya,karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien

tersebut.

(Margaretha,2017)
7. Alamat :

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan.

(Margaretha,2017)

b. Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, seperti:

1. Menikah ke : Untuk mengetahui berapa kali klien berganti

pasangan dan resiko adanya infeksi menular seksual.

2. Lama menikah : Untuk mengetahui kesuburan ibu atau status

kesehatan reproduksi ibu.

3. Usia pertama kali menikah :

Untuk mengetahui resiko tinggi/rendah.

(Margaretha,2017)

c. Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi klien yang berkaitan

dengan masa nifas, keluhan pada masa nifas seperti mules, nyeri

pada luka bekas jahitan, mengalami konstipasi, kurang tidur atau

kelelahan, dan ibu merasa kawatir akan kemampuanya dalam

merawat bayinya.

(Margaretha,2017)

d. Riwayat Menstruasi

1. Menarche : Menarche adalah usia pertama kali mengalami

menstruasi pada wanita, umumnya sekitar 12-16 tahun,


karena dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi dan keadaan

umum

(Walyani,2017)

2. Siklus

Siklus menstruasi terhitung mulai pertama kali haid hingga

haid pertama haid berikutnya, siklus haid perlu ditanyakan

untuk mengetahui apakah klien memiliki kelainan siklus atau

tidak.

(Walyani,2017)

3. Volume

Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.

(Walyani,2017)

4. Dysmenorhea

Nyeri haid atau dysmenorrhea ditanyakan untuk mengetahui

apakah klien mengalami atau tidak ditiap haidnya.

(Walyani,2017)

5. Flour Albus

Normalnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

menimbulkan gatal-gatal didaerah kemaluan. Biasanya terjadi

pada masa subur sebelum atau sesudah haid

(Walyani,2017)

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

1. Kehamilan
Untuk mengetahui riwayat kehamilan ibu yang lalu saat ini

ibu sedang hamil anak keberapa, usia kandungan berapa

bulan, merasakan gerakan janin pertama kali pada usia

kehamilan berapa bulan, gerakan janin dalam 24 jam berapa

kali, pemeriksaan ANC rutin/tidak, ada keluhan/tidak, untuk

kunjungan antenatal komperhensif yang berkualitas minimal

4 kali. ANC dimulai dari kunjungan awal kehamilan K1

sampai K4 (mulai TM I, II, III ) keluhan apa saja yang

dirasakan dari kebutuhan pemeriksaan kehamilan minimal 4x

(1 x TM I, 1 x TM II, 2 x TM III).

Pemeriksaan ANC :

a) Trimester I

Tanyakan pada klien apakah ada masalah pada usia

kehamilan tersebut seperti : anemia, hyperemesis gravidarum,

dan lainya.

b) Trimester II

Tanyakan pada klien apakah ada masalah pada usia

kehamilan tersebut.

c) Trimester III

Tanyakan pada klien apakah ada masalah pada usia

kehamilan tersebut.

d) Imunisasi TT Minimal ibu mendapat T4 saat kehamilan

pertama pada usia kandungan 28 minggu, sebagai proteksi

bayi baru lahir tetanus neionatorium.


(Margaretha,2017)

2. Persalinan

Riwayat persalinan dikaji secara lengkap menyertai durasi

setiap kala dalam persalinan serta masalah yang ditemui pada

setiap kala, dan tindakan yang dilakukan pada setiap masalah

(Margaretha,2017)

3. Nifas

Pada saat nifas tanyakan pada klien apakah nifas yang lalu

mengalami perdarahan, untuk mengantisipasi nifas pada saat

ini.

(Margaretha,2017)

f. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, Sekarang

a. Kehamilan

Tanyakan pada klien selama proses kehamilanya apakah

memiliki keluhan atau komplikasi yang menghambat masa

kehamilanya.

(Walyani,2017)

b. Persalinan

Lakukan pengkajian persalinan secara lengkap tentang durasi

setiap kala dalam persalinan serta masalah yang ditemui pada

setiap kala, dan tindakan yang dilakukan pada setiap masalah


untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan diberikan

pada masa nifas

(Walyani,2017)

c. Nifas

tanyakan pada ibu apakah ada keluhan yang biasa dialami

pada ibu seperti mules, nyeri pada luka bekas jahitan, kurang

tidur atau kelelahan, dan ibu merasa khawatir akan

kemampuanya dalam merawat bayinya.

(Walyani,2017)

g. Riwayat KB

Untuk mengetahui KB yang pernah digunakan, jenis dan lama

berlangsungnya serta keluhan selama menjadi akseptor KB yang

digunakan.

1. Metode KB : Metode KB pernah digunakan ibu.

2. Keluhan : Keluhan saat berKB.

3. Lama : Berapa lama menggunakan KB.

4. Alasan Berhenti : Mengapa berhenti KB.

(Walyani,2017)

h. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Data ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit yang diderita pasien saat ini yang ada hubungannya


dengan nifas dan bayinya seperti keluhan asi bengkak,

demam, ibu merasa cemas, dan lainya.

(Margaretha,2017)

2. Riwayat kesehatan dahulu

Kaji ibu apakah ibu pernah atau sedang menderita penyakit

yang dianggap berpengaruh pada kondisi masa nifas saat ini.

Misalnya hipertensi, TBC, diabetes, dan lainya.

(Margaretha,2017)

3. Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan

pasie dan bayinya apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya.

(Simanulang,2016)

i. Kebiasaan Sehari – hari

a. Pola Nutrisi

Untuk mengetahui apakah ibu mengonsumsi makanan dan

asupan cairan yang cukup atau tidak, karena nutrisi yang baik

akan mempercepat proses penyembuhan.

(Simanulang,2016)

b. Pola Eliminasi
Untuk pasien nifas diharapkan untuk segera buang air kecil

pada 6 jam post parfum, segera buang air kecil dapat

mencegah terjadinya komplikasi post parfum. Biasanya

tertunda 2-3 hari untuk BAB pada ibu nifas, dikarenakan

enema persalinan, diit cairan, obat obat analgesic selama

persalinan dan perineum yang sakit. Memberikan asupan

yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara

teratur dapat membantu untuk kemudahan BAB.

(Manulang,2016)

c. Pola Istirahat

Istirahat yang cukup untk mecegah kelelahan, usahakan istirahat

saat bayi tidur, karena kurang istirahat akan mempengaruhi

produksi ASI dan memperlambat proses involusio uteri.

(Manulang.2016)

d. Aktivitas

Untuk mengetahui apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa

sering, kesulitan atau tidak, dengan pantauan atau sendiri dan

apa yang ibu rasakan ketika melakukan ambulasi.

(Manulang.2016)

e. Personal Hygiene

Ibu nifas perlu menjaga kebersihan diri untuk mengurangi

sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu

seperti menggunakan pakaian dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi produksi keringat menjadi banyak.


Dan juga sering mengganti pembalut juga pakaian dalam guna

mencegah iritasi.

(Manulang.2016)

f. Riwayat Psikososial spiritual

1. Keadaan Psikologi

Pada masa nifas ibu mengalami perubahan fisik maupun

psikologis yang dapat mempengaruhi psikologis pada ibu.

Sehingga dalam memberikan pelayanan kebidanan pada masa

nifas bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau

keaadaan fisik, psikologi, spiritual, kesejahteraan sosial ibu/

keluarga memberikan pendidikan dan penyuluhan secara

terus menerus.

(Manulang.2016)

2. Keadaan Sosial

Untuk mengetahui hubungan pasien dnegan suami, serta

anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya

(Manulang.2016).

2. Data Objektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan. Data

ini mencakup perilaku pasien, tindakan dan informasi yang

dikumpulkan dari tes atau pemeriksaan fisik.


(Manualang,2016)

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu baik, sedang atau lemas.

2) Kesadaran

Untuk mengetahui gambaran kesadaran pasien, bidan dapat

melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan

composmentis sampai coma.

(Walyani,2017)

3) Tanda – tanda vital

a. Tekanan darah

Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi,

tekanan darah normal adalah 90-120 untuk systole dan 60-

80 untuk diastole. Pada ibu nifas tekanan darah cenderung

normal.

(Manualang,2016)

b. Pengukuran suhu

Suhu Ibu melahirkan kembali dari suhu yang sedikit

meningkat selama periode inpartu dan kembali normal

dalam 24 jam postpartum.

(Manualang,2016)

c. Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1

menit. Normalnya 60-100 x/menit, nadi akan meningkat

setelah persalinan, kembali normal setelah beberapa jam.

(Walyani,2017)

d. Respirasi

Untuk menghitung frekuensi penafsiran pasien dalam 1

menit. Normalnya 18-24 x/menit

(Walyani,2017).

a. Pemeriksaan Fisik

1. Rambut

Untuk mengetahui kebersihan rambut, warna

rambut, rambut rontok/tidak, ada benjolan/tidak da

nada lesi/tidak.

(Margaretha,2017).

2. Muka

Tampak cloasma gravidarum/tidak, pucat/tidak Jika

pada muka diketahui pucat maka diwaspadai ibu

menderita anemia

(Margaretha,2017).

3. Mata

Konjungtiva normalnya berwarna merah muda, bila

pucat menandakan anemia. Sclera normal berwarna


putih, bila kuning kemungkinan ibu terinfeksi

hepatitis dan jika berwarna merah.

(Margaretha,2017).

4. Hidung

Untuk mengetahui adakah kelainan/tidak, terdapat

polip/tidak, terdapat secret/tidak da nada pernafasan

cuping/tidak

(Margaretha,2017).

5. Mulut

Keadaan mukosa bibir lembab/kering dan pucat, jika

kering dan pucat menandakan ibu menderita anemia,

terdapat caries gigi/tidak

(Margaretha,2017).

6. Telinga

Bagaimana keadaan daun telinga, simetris/tidak, ada

serumen/tidak, ada gangguan pendengaran/tidak

(Margaretha,2017).

7. Leher

Untuk mengetahuim ada pembesaran tyroid/tidak

dan limfe, ada pembesaran pada vena jugularis/tidak

(Margaretha,2017)
8. Payudara

Bentuk payudara simetris/tidak, terdapat

hiperpigmentasi/tidak pada arcola mamae, terdapat

nyeri/tidak, terdapat lesi/tidak, puting susu

menonjol/tidak dan melihat pengeluaran kolostrum

atau ASI sudah keluar/belum, apakah ada sumbatan

ductus, kongesti, dan tanda-tanda mastitis potensial.

(Margaretha,2017).

9. Abdomen

Untuk mengetahui keadaan abdomen ibu nifas ada

luka bekas operasi/tidak, terdapat hiperpigmentasi

line dan strie/tidak, terdapat diastase recti/tidak, ada

nyeri tekan/tidak, TFU berapa jari dan melihat

kontraksi uterus. TFU pada hari 1-7 terletak pada

pertengahan pusat dan sympisis, Kira-kira berat

uterus 500 gram dengan diameter 7,5 cm.

(Margaretha,2017)

10. Genetalia

Untuk mengetahui dan melihat kebersihan pada

genetalia,pengeluaranlochea,terjadiperdarahan/tidak,

terdapat varises atau tidak,oodema/tidak.

(Manulang,2016)

11. Anus
Untuk mengetahui ada kelainan pada anus/tidak dan

terdapat hemoroid/tidak, dan kebersihan pada anus,

apakah ibu megalami konstipasi atau tidak.

(Rimandini,2014)

12. Ekstremitas

Untuk mengetahui pergerakan spontan/tidak,terdapat

varises pada kaki/tidak, odema/tidak, terdapat

polidaktili/tidak,terdapat sindaktili/tidak.

(Rimandini,2014)

b. Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung

diagnosa, apabila diperlukan seperti Hb,

Hemarokit,Kadar leukosit dan golongan darah

(Rimandini,2014).

2.2.2 Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

data yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.

Dx : Asuhan Kebidanan pada Ny. “…” P..A..P..I..A..H.. Nifas

Fisiologis hari ke 1-7

DS : Ibu mengatakan melahirkan pada tanggal berapa, kelahiran

anak keberapa, perutnya masih terasa mules, terasa nyeri

pada vagina (luka jahitan).

DO : Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis.

TTV :

1. Tekanan darah : 110/70 mmHg – 140/90 mmHg

2. Suhu badan : 36,5º-37,5ºc).

3. Nadi : 60 - 100 x/menit

4. Respirasi : 16-24 x/menit.

2.2.3 Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin

akan muncul berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang

sudah di identifikasi. Masalah potensial yang kemungkinan

terjadi padea masa nifas yaitu :

1. Infeksi Masa Nifas.

2. Infeksi saluran Kemih

3. Mastitis.

4. Bendungan Payudara

5. Infeksi Payudara

6. Peritonitis

7. Infeksi luka Perineum dan abdominal

8. Perdarahan Pervagina

(Walyani,2017)

2.2.4 Identifikasi kebutuhan segera yang memerlukan penanganan

segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera


oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan ataupun ditangani

bersama dengan diagnose tim kesehatan sesuai dengan kondisi

pasien.

(Walyani,2017)

2.2.5 Intervensi

Jangka Pendek

DX : Ny.”…” P..A..P..I..A..H Nifas Fisiologis hari ke 1

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 30

menit diharapkan ibu memahami, dan mau

melakukan apa yang telah dianjurkan oleh bidan.

Kriteria Hasil :

1. Keadaan umum ibu baik.

2. Kesadaran composmentis.

3. TTV dalam batas normal

TD : 100/70 mmHg – 120/90 mmHg.

Nadi : 60 – 100 x/menit.

RR : 16 – 24 x/menit.

Suhu : 36,5ºc – 37,5ºc.

4. TFU : 2 jari dibawah pusat dengan berat kurang lebih 1000

gram.

5. Lokea : Pada hari 1-3 lokea yang keluar yaitu Rubra cairan yang

berwarna merah dan berupa darah segar, jaringan sisa plasenta,

lemak bayi, dan lanugo (rambut halus bayi), dan meconium.


6. ASI : ASI yang pertama keluar yaitu colostrum. Colostrum ini

keluar pada hari 1 sampai hari ke 4 setelah melahirkan.

7. Ibu dapat memberikan ASI dan menyusui dengan benar

8. Ibu mampu melakukan pendekatan terhadap bayinya.

Intervensi atau Rencana asuhan kebidanan yang bisa diberikan pada

ibu nifas fisiologis antara lain :

1. Lakukan inform concent pada ibu.

R/ bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum jika ada

resiko tuntutan.

2. Lakukan observasi TTV dan perubahan fisiologis pada ibu

nifas.

R/ Untuk mengetahui kondisi ibu dan pecegahan komplikasi

pada masa nifas. K/U ibu baik, Kesadaran composmentis, TTV

dalam batas normal, TTD 100/70 mmHg – 120/90 mmHg, Nadi

60-100 x/menit, Suhu 36,5°C-37,5°C, RR 16-24 x/menit.

kontraksi baik, uterus keras, TFU setelah plasenta lahir 2 jari

dibawah pusat dengan berat kurang lebih 1000 gram. Lokea

Rubra berupa darah segar, jaringan sisa plasenta, lanugo, dan

meconium, warna merah segar. ASI Kolostrum keluar pada hari

pertama 1-4 setelah persalinan, berbentuk cairan kental, lengket,

dan berwarna kekuningan.

3. Ajarkan cara menyusui yang baik dan benar

R/ pemberian ASI awal pada saat kolostrum keluar sangat baik

untuk memenuhi nutrisi bayi dan terdapat zat immunoglobulin


yang membentuk kekebalan pada tubuh bayi, posisikan ibu

senyaman mungkin agar bayi bisa menyusu dengan baik.

4. Lakukan Pemberian tablet Fe 1x60 mg dan diberikan selama 40

hari

R/Tablet Fe dapat meningkatkan kadar besi dalam darah untuik

mencegah terjadinya anemia.

5. Lakukan Pemberian satu kapsul vitamin A dengan dosis 200.000

IU

R/Vitamin A untuk disalurkan ke bayi melalui ASI

Intervensi Jangka Panjang

DX : Asuhan Kebidanan pada Ny.”…” P..A..P..I..A..H

Nifas Fisiolohi hari ke 7

Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama 1

minggu diharapkan masa nifas berjalan dengan baik

tanpa ada komplikasi.

Kriteria Hasil :

1. Keadaan umum ibu baik.

2. Kesadaran composmentis.

3. TTV dalam batas normal

TD : 100/70 mmHg – 120/90 mmHg.

Nadi : 60 – 100 x/menit.

RR : 16 – 24 x/menit.

Suhu : 36,5ºc – 37,5ºc.


4. TFU : Pada hari ke 7 TFU pada pertengahan pusat dan sympisis

dengan berat 500 gram.

5. Lokea : Pada hari ke 4-7 lokea sanguinolenta. Berupa sisa darah

dan lendir.

6. ASI : ASI yang pertama keluar yaitu colostrum. Colostrum ini

keluar pada hari 1 sampai hari ke 4 setelah melahirkan. Pada

hari ke 4 sampai ke 7 ASI transisi / peralihan yang keluar,

bertambah banyak dan berubah warna serta kandunganya.

7. Tidak ada tanda-tanda komplikasi pada ibu.

8. Ibu mendapatkan nutrisi yang cukup dan istirahat yang baik.

Intervensi atau Rencana asuhan kebidanan yang bisa diberikan pada

ibu nifas fisiologis antara lain :

1. Lakukan inform concent pada ibu.

R/ bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap

resiko tuntutan.

2. Observasi TTV dan perubahan fisiologis pada ibu nifas.

R/ Untuk mengetahui kondisi ibu dan memastikan involusio

uteri berjalan normal, tidak ada perdarahan abnormal, dan lokea

tidak berbau menyengat. K/U ibu baik, Kesadaran

composmentis, TTV dalam batas normal, TTD 100/70 mmHg –

120/90 mmHg, Nadi 60-100 x/menit, Suhu 36,5°C - 37,5°C, RR

16-24 x/menit. kontraksi baik, setelah 12 jam setelah persalinan

TFU akan turun 1 cm dibawah umbilicus dan selanjtunya akan

turun 1 cm perhari menuju simpisis. Sampai pada hari ke 7, TFU


pada pertengahan pusat dan sympisis dengan berat 500 gram.

Pada hari pertama sampai hari ketiga lokea yang keluar yaitu

Rubra cairan yang berwarna merah dan berupa darah segar,

jaringan sisa plasenta, lemak bayi, dan lanugo (rambut halus

bayi), dan meconium, pada hari ke 4-7 lokea sanguinolenta.

Berupa sisa darah dan lendir. ASI Kolostrum keluar pada hari

pertama 1-4 setelah persalinan, berbentuk cairan kental, lengket,

dan berwarna kekuningan. Pada hari ke 4 sampai hari ke 7

keluar ASI transisi / peralihan yang akan bertambah banyak dan

berubah warna serta kandungan pada ASI.

3. Pantau adanya tanda – tanda demam dan Infeksi

R/ untuk mengidentifikasi adanya komplikasi pada masa nifas.

4. Beri dukungan Emosional.

R/ sangat penting memberikan dukungan emosional, kebiasaan

dan ritual ibu atau merayakan kehadiran adalah salah satu cara

mengakui keberhasilan ibu dalam persalinan. Kebanyakan

wanita merasakan emosi emosi yang kuat setelah melahirkan.ini

adalah hal normal, beberapa wanita mengalami sedih dan

kawatir selama beberapa hari, beberapa mnggu, bahkan bulan.

5. Berikan KIE tentang nutrisi ibu, kebersihan pada ibu dan bayi,

perawatan bayi dan anjurkan ibu untuk tetap menjaga

kehangatan bayi, istirahat dan tidur.

R/ Pendidikan kesehatan sangat penting diberikan kepada klien

untuk memenuhi kebutuhan pada masa nifasnya


(Wahyuni,2017)

2.2.6 Implementasi

Asuhan Kebidanan dilakukan sesuai rencana berdasarkan kondisi

pasien berdasarkan intervensi yang telah ditetapkan. Implementasi

diseratai tanggal,jam dan diagnosa Kebidanan.

(Wahyuni,2017)

2.2.7 Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan

keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan, Evaluasi berisi uraian

yang berbentuk SOAP,yang meliputi.

1. S (Subjective)

Mengambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa

2. O (Objective)

Mengambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

pasien, hasil laboratorium,dan tes diagnostic yang menunjang.

3. A (Assesment)

Pada Ny “…” P..A..P..I..A..H Nifas Fisiologis Hari Ke 1-7

4. P ( Planning)

Rencana tindakan kebidanan yang dibuat sesuai masalah nifas.


2.2. Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologis

NIFAS

PATOLOGIS FISIOLOGIS

Kunjungan Nifas

2. 6-8 jam setelah


1. Infeksi puerperalis persalinan
2. Syok 3. 7 hari setelah
3. Bendungan payudara persalinan
4. Mastitis
5. peritonitis 1. 2 minggu setelah
persalinan.

4. 6 minggu postpartum.

7 Langkah Varney

1. Pengkajian.
Asuhan Nifas Fisiologis Kunjungan Nifas
2. Interpretasi data dasar. pada hari ke 1-7 setelah persalinan:
3. Identifikasi masalah
potensial. 1. Melakukan inform concent pada ibu
4. Kebutuhan segera. 2. Mengobservasi pemeriksaan TTV dan
pemeriksaan pada ibu nifas
5. Intervensi. 3. Memantau adanya tanda demam dan
6. Implementasi. infeksi.
7. Evaluasi. 4. Memberi dukungan emosional pada
ibu.
5. KIE tentang nutrisi ibu, kebersihan
pada ibu dan bayi, perawatan bayi dan
Berhasil Tidak berhasil anjurkan ibu untuk tetap menjaga
kehangatan bayi, istirahat dan tidur.
Kolaborasi

Keterangan : : Diberi Asuhan


: Tidak diberi Asuhan

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologi

You might also like