You are on page 1of 52

Buku Pedoman Teknis Pengelolaan Aplikasi Dan Dashboard Perhitungan

Demand MPK Dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK

Dicetak Oleh:

Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi

Gd. Utama Lt. 11, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,

Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110

Telp (021) 7395063

Fax (021) 72799238

Email: simpk@pu.go.id

Website: simpk.pu.go.id

Pengarah
Ir. Nicodemus Daud, M.Si.
Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi

Penyusun:

• Andias Mintoharjo, S.T.


Jabatan Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Ahli Muda
• Fajri Ikhsan, S.Kom.
Jabatan Fungsional Pranata Komputer Ahli Pertama

Tata Letak: Tim Penyusun

Desainer Sampul: Tim Penyusun

Cetakan Pertama: Desember 2021

Perpustakaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


2021

2
3
KATA SAMBUTAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,


Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya
Konstruksi dapat menyelesaikan Buku
Pedoman Teknis Pengelolaan Aplikasi Dan
Dashboard Perhitungan Demand MPK
Dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web
Melalui SIMPK yang merupakan panduan
dalam menggunakan aplikasi perhitungan
kebutuhan MPK dan nilai capaian TKDN
proyek konstruksi di lingkungan
Kementerian PUPR melalui Sistem
Informasi Material dan Peralatan
Konstruksi/ SIMPK.

Buku ini diharapkan dapat memberikan panduan kepada seluruh para


pengguna untuk menggunakan aplikasi perhitungan kebutuhan MPK
dan nilai capaian TKDN proyek konstruksi di lingkungan Kementerian
PUPR melalui SIMPK sehingga para pengguna dapat memaksimalkan
penggunaan aplikasi dan data yang terkumpul menjadi informasi bagi
para pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan dan
mengambil keputusan. Dalam penyusunan buku ini, tentunya kami
berterima kasih pada pihak-pihak yang telah turut terlibat aktif untuk
bekerjasama dan berkolaborasi dalam memberikan ide, saran, dan
gagasan, serta masukan antara lain:

1. Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR;


2. Para Narasumber yang telah berpartisipasi antara lain dari Para
Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Ahli Utama, UNOR Teknis
Kementerian PUPR, Akademisi, dan Tenaga Ahli Sistem Informasi.

Dengan adanya buku ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan


aplikasi dalam SIMPK dapat digunakan semaksimal mungkin. Akhirnya
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dan berkontribusi
dalam penyusunan buku ini diucapkan terima kasih.

Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi

Ir. Nicodemus Daud, M.Si.

4
5
KATA PENGANTAR
Tingkat Komponen Dalam Negeri yang dikenal dengan singkatan
TKDN adalah besarnya komponen dalam negeri pada barang, jasa, dan
gabungan barang dan jasa yang dinyatakan dalam persentase. Kebijakan
TKDN saat ini menjadi salah satu kebijakan strategis dalam rangka
meningkatkan peran nasional, khususnya penggunaan produk-produk
dalam negeri guna meningkatkan industri dalam negeri dan mengurangi
ketergantungan terhadap produk luar negeri. TKDN ini juga bukan
sekadar upaya pemerintah dalam menekan impor, lebih dari itu, TKDN
juga diharapkan bisa menarik investasi untuk masuk ke dalam negeri.
TKDN juga akan berdampak kepada pelaku usaha domestik sebagai
faktor pengungkit agar lebih berdaya saing.

Pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang


Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam pengadaan barang/jasa
mengimbau kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah daerah
untuk melakukan langkah-langkah sesuai kewenangan masing-masing
guna memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam
negeri termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional, serta
penggunaan penyedia barang/jasa nasional. Inpres No. 2 Tahun 2009
tersebut ditujukan dalam rangka optimalisasi belanja pemerintah dalam
pengadaan barang/jasa, sekaligus menggerakkan pertumbuhan dan
memberdayakan industri dalam negeri, serta untuk melindungi tenaga
kerja serta produk-produk dalam negeri.
Kebijakan terkait peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri/
TKDN kemudian juga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang mengamanatkan bahwa
kegiatan usaha jasa konstruksi didukung dengan usaha rantai pasok
sumber daya konstruksi yang diutamakan berasal dari produksi dalam
negeri, dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 tentang Jasa
Konstruksi pada pasal 60 ayat (4) yang mengamanatkan pengunaan
produk dalam negeri pada Jasa Konstruksi.

Pengaturan pengadaan barang/jasa di Kementerian PUPR yang


diatur dalam Permen PUPR No. 7/PRT/M/2019 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia juga
mengamanatkan bahwa penyedia barang dan jasa berkewajiban
mengutamakan material/bahan produksi dan tenaga kerja dalam negeri.

6
Kementerian PUPR sebagai salah satu penyandang dana APBN
terbesar di tahun 2021 diharapkan berperan besar dalam pengunaan
komponen dalam negeri di seluruh proyek infrastruksur yang sedang dan
akan dilaksanakan guna meningkatkan pengunaan material dan
peralatan produksi dalam negeri, serta mengurangi impor. Pemanfaatan
nilai TKDN dari barang dan jasa dalam pekerjaan konstruksi ini
mempunyai dampak positif terhadap peningkatan kebutuhan industri
penunjang konstruksi baik untuk kegiatan operasi hulu maupun hilir.
Besarnya tingkat kebutuhan usaha penunjang konstruksi diharapkan
dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga dapat memberikan efek
berganda (multiplier effect) bagi kegiatan perekonomian dalam negeri
yang meningkatkan utilitas produksi dan daya saing industri dalam
negeri dalam kompetisi perdangangan Internasional.

Untuk mewujudkan outcome tersebut, Direktorat Kelembagaan dan


Sumber Daya Konstruksi yang memiliki tugas penyiapan bahan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan teknologi
konstruksi dan produksi dalam negeri pada Tahun 2021 melaksanakan
kegiatan pembinaan penggunaan produksi dalam negeri yang
difokuskan pada pemetaan capaian nilai TKDN dan pengembangan
aplikasi perhitungan nilai TKDN berbasis website pada pekerjaan
infrastruktur di Kementerian PUPR.

Jakarta, Desember 2021

Tim Penyusun

7
8
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ................................................................................................................................................... 4
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................6
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................................9
DAFTAR TABEL......................................................................................................................................................... 11
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................................. 12
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 13
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................................. 13
1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan ............................................................................................... 14
1.3. Ruang Lingkup .................................................................................................................................14
1.4. Sistematika Penulisan .................................................................................................................. 15
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................................... 16
2.1. Landasan Teori .................................................................................................................................. 16
2.2. Teknologi Informasi ....................................................................................................................... 17
2.3. Analisis Pengembangan Sistem Informasi ................................................................... 18
2.4. Produk Dalam Negeri................................................................................................................... 19
2.5. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) ................................................................... 20
2.6. Dasar Hukum Penerapan TKDN Pada PBJ .................................................................. 20
2.7. Penerapan TKDN Dalam PBJ.................................................................................................. 21
2.8. Manfaat Penerapan TKDN ....................................................................................................... 23
2.9. Konsep Perhitungan TKDN ..................................................................................................... 24
BAB 3 APLIKASI PERHITUNGAN DEMAND MPK DAN NILAI CAPAIAN TKDN
BERBASIS WEB MELALUI SIMPK ........................................................................................ 36
3.1. Urgensi Pengembangan Aplikasi Perhitungan Demand MPK dan Nilai
Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK .............................................................. 36
3.2. Tujuan dan Manfaat Pengembangan perhitungan Demand MPK dan
Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK .................................................. 37
3.3. Hierarki Data Pada Aplikasi perhitungan Demand MPK dan Nilai
Capaian TKDN Web Melalui SIMPK ................................................................................... 38
3.4. Dokumen Pendukung Pada perhitungan Demand MPK dan Nilai
Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK .............................................................. 39
3.5. Pengembangan Aplikasi Perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian
TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK ................................................................................. 40
3.6. Manajemen User.............................................................................................................................47
BAB 4 PENUTUP .............................................................................................................................................49

9
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................................................49
4.2. Rekomendasi .................................................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................ 51

10
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Spesifikasi Server SIMPK ......................................................................................................... 19
Tabel 2 Format Rekapitulasi Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) Barang .............................................................................................................................. 25
Tabel 3 Format Rekapitulasi Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) Jasa ..................................................................................................................................... 26
Tabel 4 Format Rekaitulasi Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Barang dan Jasa .......................................................................................................................... 28
Tabel 5 Perbandingan Perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN
Secara Manual vs Berbasis Web ....................................................................................... 37
Tabel 6 Dokumen Pendukung Pada Perhitungan Demand MPK dan Nilai
Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK .......................................................... 39
Tabel 7 Hak Akses Berdasarkan Role ..............................................................................................47

11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Perhitungan Nilai TKDN Peralatan Konstruksi ........................................................ 24
Gambar 2 Konsep Perhitungan TKDN ................................................................................................... 30
Gambar 3 Perhitungan TKDN Barang ................................................................................................... 30
Gambar 4 Perhitungan TKDN Barang .................................................................................................... 31
Gambar 5 Perhitungan TKDN Material Langsung.......................................................................... 31
Gambar 6 Perhitungan TKDN Peralatan (Barang Jadi) .............................................................. 31
Gambar 7 Perhitungan TKDN Manajemen Proyek dan Perekayasaan .......................... 32
Gambar 8 Perhitungan TKDN Alat kerja/Fasilitas Kerja............................................................. 32
Gambar 9 Perhitungan TKDN Konstruksi dan Fabrikasi ........................................................... 33
Gambar 10 Perhitungan TKDN Jasa Umum ...................................................................................... 33
Gambar 11 Perhitungan RAB......................................................................................................................... 34
Gambar 12 Perhitungan TKDN Dari AHSP........................................................................................... 34
Gambar 13 Rekap Komponen Dalam Negeri Per Item Pekerjaan ...................................... 35
Gambar 14 Rekap TKDN Paket .................................................................................................................... 35
Gambar 15 Hierarki Data Pada perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN
Berbasis Web Melalui SIMPK .............................................................................................. 38
Gambar 16 Existing Input Standar RAB dengan Excel............................................................... 40
Gambar 17 Data Input.........................................................................................................................................41
Gambar 18 Flow Aplikasi Perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN
Berbasis Web Melalui SIMPK .............................................................................................. 42
Gambar 19 Alur Input Perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN
Berbasis Web Melalui SIMPK .............................................................................................. 43
Gambar 20 Fitur Auto Suggestion ............................................................................................................ 43
Gambar 21 Multiple import dari paket lain dan admin .............................................................. 44
Gambar 22 Fitur Multiple Level .................................................................................................................. 44
Gambar 23 Ordering dan Pemindahan Level dapat dengan Mudah dilakukan ...... 45
Gambar 24 Pemilihan AHSP dapat dilakukan dengan filter Unor dan Jenis AHSP
Maupun dari Admin dan Paket Lain ............................................................................. 45
Gambar 25 Auto Create Daftar Resources dari AHSP .................................................................46
Gambar 26 Perhitungan RAB Menggunakan Aplikasi ...............................................................46
Gambar 27 Perhitungan TKDN Menggunakan Aplikasi ............................................................47

12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa


Konstruksi, diatur tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah Pusat
terhadap penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Pada Pasal 4 ayat (1) huruf e
mengamanatkan bahwa salah satu tanggung jawab Pemerintah Pusat
adalah meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan
konstruksi serta teknologi konstruksi utama dalam negeri. Dalam rangka
mewujudkan hal tersebut, selanjutnya pada Pasal 5 ayat (5) huruf g
mengamanatkan bahwa Pemerintah Pusat memiliki kewenangan
membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi
konstruksi utama.

Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi


mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pembinaan jasa konstruksi. Untuk itu, Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi telah menyusun Rencana Strategis Tahun 2020-
2024 dengan menetapkan Sasaran Strategis yaitu “Meningkatnya Daya
Saing Jasa Konstruksi”. Untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut, maka
dirumuskan Sasaran Program yakni “Meningkatnya Kualitas Pembinaan
Jasa Konstruksi”.

Sasaran Program ini didukung dengan 3 (tiga) pilar indikator utama


yakni tertib penyelenggaraan, kelembagaan, dan rantai pasok. Sasaran
Program ini kemudian didefinisikan kembali secara lebih operasional
menjadi 7 (tujuh) Sasaran Kegiatan. Sasaran Kegiatan yang berkaitan
dengan rantai pasok material, peralatan, dan teknologi konstruksi adalah
Sasaran Kegiatan Nomor 7 yaitu Peningkatan Ketersediaan Informasi
Jasa Konstruksi, dengan indikator kinerja yakni tingkat ketersediaan
informasi jasa konstruksi.

Target keluaran tersebut merupakan tugas yang harus diemban


oleh Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi dan
dilaksanakan melalui Subdirektorat Kelembagaan, Material, Peralatan,
dan Usaha Jasa Konstruksi. Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
Menteri PUPR Nomor 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Subdirektorat
Kelembagaan, Material, Peralatan, dan Usaha Jasa Konstruksi
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan, pembinaan, dan

13
pemantauan dan evaluasi penerapan, norma, standar, prosedur, dan/atau
kriteria kelembagaan masyarakat jasa konstruksi dan kelembagaan
pemerintah sub urusan jasa konstruksi, pengelolaan material, peralatan,
teknologi dan Tingkat Kandungan Dalam Negeri konstruksi, pengawasan
atas pemenuhan komitmen dan/atau kegiatan usaha Badan Usaha Jasa
Konstruksi Asing, serta pengolahan data material, peralatan, teknologi
dan Tingkat Kandungan Dalam Negeri konstruksi.

Melihat pembangunan infrastruktur nasional yang masif dan


hampir merata di seluruh wilayah Indonesia, pertanyaan yang mendasar
adalah sudah seberapa besar sesungguhnya implementasi proporsi
tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di pembangunan infrastruktur
dan seberapa besar kemampuan nasional memproduksi komponen
(barang dan jasa), termasuk teknologi, yang diperlukan oleh industri
konstruksi di Indonesia. Pemanfaatan nilai TKDN dari barang dan jasa
dalam kegiatan infrastruktur mempunyai dampak positif terhadap
peningkatan kebutuhan industri penunjang konstruksi baik untuk
kegiatan operasi hulu maupun hilir sehingga sangat diharapkan dapat
memberikan efek berantai (multiplier effect) bagi pertumbuhan
perekonomian nasional.

1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dari penulisan ini ialah memberikan kemudahan bagi


seluruh pengguna dalam menggunakan Aplikasi Perhitungan Demand
MPK dan Capaian Nilai TKDN melalui SIMPK pada proyek konstruksi di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Tujuan dari penulisan ini ialah memberikan layanan prima dengan


menyediakan pedoman teknis Perhitungan Demand MPK dan Capaian
Nilai TKDN kepada seluruh pemangku kepentingan.

1.3. Ruang Lingkup

Buku ini menyajikan pengenalan aplikasi beserta buku panduan


Aplikasi Perhitungan TKDN melalui SIMPK. Adapun penulisan buku ini
dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut:

• Latar belakang pengembangan Aplikasi Perhitungan Demand


MPK dan Capaian Nilai TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK; dan

14
• Penyusunan Buku Panduan Aplikasi Perhitungan Demand MPK
dan Capaian Nilai TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan buku ini dibagi menjadi 4 (empat) bab. Buku


disusun dengan memperhatikan sistematika penulisan dengan tujuan
agar pembahasan dapat disajikan secara sistematis sebagai berikut:

• Bab 1 Pendahuluan
• Bab 2 Tinjauan Pustaka
• Bab 3 Aplikasi Perhitungan Demand MPK dan Capaian Nilai TKDN
Berbasis Web
• Bab 4 Penutup

15
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori

Pengembangan aplikasi kerap disalahartikan sebagai kegiatan


seorang programmer melakukan sebuah aktifitas yaitu coding, proses
menulis kode padahal sebenarnya pengembangan aplikasi lebih dari
hanya melakukan proses menulis kode. Pengembangan Aplikasi adalah
serangkaian proses yang dilakukan seorang atau sekelompok
programmer untuk membuat rangkaian proses dari rancangan awal
aplikasi, membuat prototype aplikasi, implementasi, pengujian akhir
aplikasi hingga aplikasi selesai dan siap untuk digunakan.

Dalam pengembangan aplikasi ada beberapa tahap yang telah


dirancang sebagai syarat agar sebuah aplikasi dapat dibuat secara
terstruktural dan terancang dengan baik. Tahap tersebut adalah
pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan, dan perawatan.
Tahap ini merupakan tahap yang penting untuk programmer dalam
membangun aplikasi. Dalam pelaksanaannya ada beberapa metode
pengembangan aplikasi yang kerap digunakan oleh para programmer
yaitu seperti metode waterfall, metode spiral, metode XP (Extreme
Programming), metode Kanban, agile development, metode prototype
dan metode scrum. Dalam hal ini penulis akan membahas metode yang
akan digunakan pada penulisan ini yaitu metode prototype/beta.

Metode prototype atau kini dikenal dengan istilah beta adalah


proses pengembangan aplikasi yang menggunakan pendekatan model
kerja. Menurut (Mulyanto, 2009), metode ini sangat baik digunakan untuk
menyelesaikan masalah kesalahpahaman antara user dan analis yang
timbul akibat user tidak mampu mendefinisikan secara jelas
kebutuhannya. Metode ini pun menjadi salah satu metode
pengembangan aplikasi yang banyak digunakan. Menurut (O’Brien, &
James, 2005). Metode prototype ini disebut juga sebagai desain aplikasi
cepat (rapid application design/RAD) karena metode ini
menyederhanakan dan mempercepat pembuatan desain sistem.

16
2.2. Teknologi Informasi

Menurut O’Brien (2006), istilah informasi berasal dari kata ‘to inform’
yang berarti memberitahukan. Secara umum informasi dapat diartikan
sebagai data yang telah di proses menjadi suatu bentuk yang
mempunyai arti dan berguna bagi manusia. Teknologi informasi
mencakup gabungan antara teknologi komputer dan teknologi
telekomunikasi.

Dalam buku pengantar Teknologi Informasi yang dikarang oleh


Kadir dan Triwahyuni (2003), menyebutkan berbagai pengertian
teknologi informasi dari para ahli, yaitu :

a. Menurut Haag dan Keen, teknologi informasi adalah


seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan
informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan
dengan pemrosesan informasi;
b. Menurut Martin, teknologi informasi tidak hanya terbatas pada
teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan
menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi
informasi untuk mengirimkan informasi;
c. Menurut Williams dan Sawyer, teknologi informasi adalah
teknologi yang menggabungkan komputer dengan jalur
komunikasi ber-kecepatan tinggi yang membawa data, suara,
dan video.
Sistem informasi kombinasi dari orang-orang, hardware, software,
jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan,
mengubah dan menyebut- kan informasi dalam sebuah organisasi
(O‟Brien, 2006).

Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa teknologi informasi


dipergunakan dalam sistem informasi sehingga tercipta hubungan
antara orang-orang yang terkait dengan suatu kegiatan.

17
2.3. Analisis Pengembangan Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu sistem yang menyediakan informasi


untuk manajemen dalam mengambil keputusan dan juga untuk
menjalankan operasional perusahaan, di mana sistem tersebut
merupakan kombinasi dari orang-orang, teknologi informasi dan
prosedur-prosedur yang tergorganisasi. Biasanya suatu perusahan atau
badan usaha menyediakan semacam informasi yang berguna bagi
manajemen. Sebagai contoh: Salah satu Kementerian di sebuah negara
mempunyai sistem informasi yang menyediakan informasi pengetahuan,
katalog, dan pedoman setiap harinya, serta stok informasi lain yang
tersedia, dengan informasi tersebut, pemerintah dapat membuat
keputusan, kebijakan apa yang harus segera dilaksanakan untuk
meningkatkan kinerja pemerintah, pemerintah juga bisa tahu isu
strategis yang harus diatasi, sehingga bisa memutuskan sebuah aturan
yang akan diberlakukan.

Sistem Pengelolaan Aplikasi SIMPK menggunakan PHP (Hypertext


Preprocessor) yang merupakan Bahasa script yang disisipkan ke dalam
HTML. PHP banyak dipakai untuk memprogram situs web dinamis. PHP
dapat digunakan untuk membangun sebuah CMS.

Pada awalnya PHP merupakan kependekan dari Personal Home


Page (Sits Personal). PHP pertama kali dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada
tahun 1995. Pada waktu itu PHP masih bernama Form Interpreted (FI),
yang wujudnya berupa sekumpulan script yang digunakan untuk
mengolah data formulir dari web.

PHP memiliki berapa kelebihan dan kekurangan di antaranya


adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan PHP:
a. Web menjadi dinamis
b. PHP bersifat Open Source yang berarti dapat digunakan oleh
siapa saja secara gratis;
c. Program yang dibuat dengan PHP bisa dijalankan semua sistem
operasi karena PHP berjalan secara Web Base yang artinya
semua sistem operasi bahkan handphone yang mempunyai Web
Browser data menggunakan program PHP;
d. Aplikasi PHP lebih cepat dibandingkan dengan ASP maupun
Java;
e. Mendukung banyak paket Database seperti MySQL, Oracle,
PostgrSQLm dan lain-lain;
f. Bahasa pemrograman PHP tidak memerlukan kompilasi dalam
penggunaannya;

18
g. Banyak web server yang mendukung PHP seperti Apache,
Lighttpd, IIS dan lain-lain;
h. Pengembangan aplikasi PHP mudah karena banyak
dokumentasi, referensi dan developer yang membantu
pengembangannya; dan
i. Banyak bertebaran aplikasi dan program PHP yang gratis dan
siap pakai seperti Wordpress, PrestaShop, dan lain-lain.
2) Kekurangan PHP:
a. PHP tidak mengenal Package;
b. Jika tidak di encoding, maka kode PHP dapat dibaca semua
orang dan untuk mengcoding dibutuhkan tool dari Zend yang
berbiaya besar;
c. PHP memiliki kelemahan keamanan, jadi programmer mesti
berhati-hati dalam melakukan pemrograman dan konfigurassi
PHP.

Tabel 1 Spesifikasi Server SIMPK

Spesifikasi
Type Cloud Server
RAM 16 GB
OS CentOS Linux release 8.3.2011
HDD 1 TB
Database Server 10.3.28-MariaDB MariaDB Server
Web server Apache/2.4.37 (centos)
PHP Version PHP 7.3.33
Sumber: Dit. Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi,
2021 (diolah)

2.4. Produk Dalam Negeri

Definisi produk dalam negeri berdasarkan Peraturan Menteri


Perindustrian No. 15/2011 adalah produk barang/jasa termasuk rancang
bangun dan perekayasaan yang diproduksi atau dikerjakan oleh
perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia, yang dalam
proses produksi atau pengerjaannya dimungkinkan penggunaan bahan
baku/komponen impor. Melalui Instruksi Presiden No. 2/2009 tentang
Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (P3DN) diharapkan bisa menjadi langkah awal dalam
pengembangan Industri lokal terutama industri komponen kapal.
Dengan mempertimbangkan peluang-peluang yang ada dalam
beberapa tahun ke depan, bukan tidak mungkin industri komponen
dalam negeri dan industri perkapalan nasional akan mampu berbicara
banyak di tingkat internasional dan disegani di dunia.

19
2.5. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) adalah suatu nilai yang


menunjukkan prosentase penggunaan produk barang/jasa dalam negeri
yang ada pada suatu produk. Nilai ini juga bisa digunakan sebagai
indikator dari kemampuan industri lokal dalam memanfaatkan potensi
sumber daya lokal untuk memproduksi suatu produk. Produk yang
dimaksud bisa dalam bentuk barang, jasa, ataupun gabungan antara
barang dan jasa.

Awal mula dibentuknya kebijakan TKDN ini dikarenakan banyaknya


produk-produk impor yang masuk sehingga menghambat pertumbuhan
industri dalam negeri. Di samping itu, semakin banyak barang impor
yang masuk maka sumber devisa negara juga akan semakin berkurang.

TKDN sendiri adalah nilai isian dalam persentase dari komponen


produksi dalam negeri, termasuk biaya pengangkutannya yang
ditawarkan dalam item penawaran harga barang maupun jasa. TKDN
menjadi salah satu preferensi dalam menentukan pemenang dalam
proses pengadaan barang/jasa di beberapa instansi pemerintahan.

Khusus dalam bidang industri manufaktur, setiap perusahaan


didorong pemerintah untuk terus meningkatkan penggunaan
Komponen Dalam Negeri, contohnya dalam proyek-proyek Engineering
Procurement & Construction (EPC), karena untuk pengadaan
(procurement), banyak mesin dan alat-alat yang bahan bakunya berasal
dari luar negeri tapi perakitannya dilakukan di dalam negeri. Pemerintah
akan memberikan insentif terhadap TKDN tertentu yang dimasukkan
dalam proses produksi pada pelbagai jenis industri.

2.6. Dasar Hukum Penerapan TKDN Pada PBJ

Untuk diketahui, dasar hukum penerapan TKDN dalam pengadaan


barang dan jasa di Indonesia saat ini mengacu pada :

1 Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah j.o Peraturan Presiden No. 12 Tahun
2021. Kewajiban penggunaan produk dalam negeri
sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, dilakukan jika ada
penyedia yang menawarkan produk yang nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditambah nilai Bobot Manfaat

20
Perusahaan (BMP) minimal 40% maka dianggap sebagai
produk dalam negeri yang layak diberikan preferensi;
2 Pasal 66 ayat (5) Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah disebutkan bahwa: Pengadaan barang
impor dapat dilakukan, dalam hal: a. barang tersebut belum
dapat diproduksi di dalam negeri; atau b. volume produksi
dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan;
3 Untuk sektor perindustrian, pengaturan tentang TKDN diatur
lebih lanjut dalam Pasal 85, 86, 87, dan 88 UU No. 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian;
4 Permen Perindustrian No. 16 Tahun 2011 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri;
5 Permen Perindustrian No. 2 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
6 Permenperin No. 54 Tahun 2012 tentang Pedoman Penggunaan
Produk Dalam Negeri Dalam Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan sebagaimana telah diubah dengan
Permenprin No. 5 Tahun 2017; dan
7 Peraturan Lembaga Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui
Penyedia.

2.7. Penerapan TKDN Dalam PBJ

Untuk pemberdayaan industri dalam negeri, pemerintah perlu


meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Hal tersebut
perlu dukungan semua pihak, terutama dari perangkat hukum yang
bersifat wajib. Oleh karenanya, beberapa peraturan telah diterbitkan dan
mewajibkan penggunaan produk dalam negeri digunakan oleh:

1 K/L/D/I apabila sumber pembiayaannya berasal dari APBN,


APBD termasuk pinjaman atau hibah dari dalam negeri (DN)
atau luar negeri (LN);

21
2 BUMN, BUMD, Swasta yang pembiayaannya berasal dari
APBN, APBD dan/atau melalui pola kerjasama antara
Pemerintah dengan swasta dan/atau mengusahakan sumber
daya yang dikuasai negara.
Pemerintah berharap untuk proyek-proyek yang akan dilaksanakan
dalam Pengadaan Barang/Jasa, lebih banyak menggunakan bahan dan
jasa dari dalam negeri. Untuk itu, maka penilaian penawaran peserta
pengadaan barang/jasa tidak hanya dari segi teknis dan harga tapi juga
dari tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang dikandung oleh
barang maupun jasa yang ditawarkan oleh penyedia/rekanan.

Sejumlah upaya juga terus dilakukan untuk lebih meningkatkan


TKDN oleh Kementerian PUPR, sehingga mengurangi ketergantungan
impor di bidang jasa konstruksi melalui sosialisasi kebijakan TKDN,
khususnya tata cara penerapan perhitungan dan pengawasan TKDN jasa
konstruksi, penetapan batas minimal TKDN infrastruktur PUPR, dan
pengadaan barang dan jasa yang mewajibkan TKDN tinggi dalam
penawaran penyedia barang dan jasa.

Kewajiban penggunaan produk dalam negeri dilakukan sesuai


besaran komponen dalam negeri pada setiap barang/jasa yang
ditunjukkan dengan nilai tingkat komponen dalam negeri. Ketentuan
dan tata cara penghitungan TKDN merujuk pada ketentuan yang
ditetapkan oleh Menteri. Selain itu, Menteri dapat menetapkan batas
minimum nilai tingkat komponen dalam negeri pada industri tertentu.

Pemerintah dapat memberikan fasilitas paling sedikit berupa:

(a) Preferensi harga dan kemudahan administrasi dalam


pengadaan barang/jasa; dan
(b) sertifikasi tingkat komponen dalam negeri.

Preferensi harga, menurut Perpres No. 16 Tahun 2018, diberikan


terhadap barang/jasa yang memiliki TKDN paling rendah 25% (dua puluh
lima persen). Sementara preferensi harga untuk barang/jasa paling tinggi
25% (dua puluh lima persen), dan preferensi harga untuk Pekerjaan
Konstruksi yang dikerjakan oleh badan usaha nasional paling tinggi 7,5%
(tujuh koma lima persen) di atas harga penawaran terendah dari badan
usaha asing.

22
2.8. Manfaat Penerapan TKDN

Ada sejumlah keuntungan bila pemerintah menerapkan kebijakan


TKDN. Keuntungan tersebut tak hanya pelaku industri, melainkan juga
kepada pemerintah Indonesia sendiri, antara lain:

a) Terciptanya lapangan tenaga kerja baru. Industri dalam negeri


akan terus memproduksi barang atau komponen tersebut, bila
industri terus beroperasi maka akan ada penyerapan tenaga
kerja. Di sektor supporting perusahaan atau industri dalam
negeri ada UKM yang menjual makanan, minuman dan snack
kepada karyawannya sehingga ekonomi disekeliling industri
dalam negeri akan terus bergerak;
b) Penambahan pemasukan pajak penghasilan (PPh) terhadap
produk-produk yang dibuat di Indonesia. Sebab, selama ini
produk-produk yang diimpor masih ada yang bersifat free on
board (FOB) luar negeri. Pemerintah sebagai lembaga penarik
pajak, tentu diuntungkan bila ada pemasukan dari sektor pajak
karena industri beroperasi;
c) Terciptanya supply-chain dengan ekosistem yang baik, di mana
para vendor komponen terdorong membuka pabriknya di
Indonesia untuk menyuplai ke pabrikan perakitan yang banyak
itu;
d) Potensi Indonesia sebagai basis produksi dan negara ekspor
untuk pasar Asia Tenggara dan Asia Afrika. Hal tersebut akan
tercapai, bila ekosistem komponen dan perakitan sudah
berjalan dengan baik; dan
e) Terciptanya kesetaraan antara pemain merek lokal dan merek
luar dalam hal produksi dan kewajiban transaksi dalam rupiah
serta kewajiban PPh.

23
2.9. Konsep Perhitungan TKDN

Nilai TKDN mengacu pada bobot yang diakibatkan oleh biaya


produksi suatu produk. Biaya produksi yang dimaksud meliputi biaya
untuk bahan baku, biaya untuk tenaga kerja, dan biaya tidak langsung
pabrik dengan masing-masing kriteria penilaian komponen dalam negeri
sebagai berikut:

• Bahan baku berdasarkan negara asal;

• Tenaga kerja berdasarkan kewarganegaraan; dan

• Biaya tidak langsung pabrik terkait kepemilikan dan


negara asal alat/fasilitas kerja

Khusus untuk kepemilikan alat kerja berdasarkan pada kepemilikan


saham dalam negeri (DN) terhadap luar negeri (LN) dengan yang
mengacu pada gambar berikut:

Gambar 1 Perhitungan Nilai TKDN Peralatan Konstruksi

Teknis perhitungan TKDN menurut Peraturan Menteri


Perindustrian ditelusuri dengan batasan sampai dengan tingkat kedua
atau satu tingkat di bawah dari objek atau barang yang dinilaikan. Oleh
karena itu tingkat keakuratan perhitungan TKDN dipengaruhi oleh
tingkat barang yang dinilaikan. Ketentuan dan persyaratan yang lain bisa
dilihat di menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI nomor 16/M-
IND/PER/2/2011.

24
Tabel 2 Format Rekapitulasi Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Barang

Catatan :

1. Biaya Komponen Dalam Negeri (KDN) adalah Biaya material


langsung (bahan baku), tenaga kerja langsung, dan Biaya Tidak
Langsung Pabrik (Factory Overhead) yang berasal dari dalam
negeri;
2. Biaya Komponen Luar Negeri (KLN) adalah Biaya material
langsung (bahan baku), tenaga kerja langsung, dan Biaya Tidak
Langsung Pabrik (Factory Overhead) yang berasal dari luar
negeri; dan
3. Formulasi Perhitungan:

% TKDN (4D) = Biaya Produksi Total (4C) – Biaya x 100% (2.1)


Produksi KLN (4B)
Biaya Produksi Total (4C)
% TKDN (4D) = Biaya Produksi KDN (4A) x 100% (2.2)
Biaya Produksi Total (4C)
4. Rincian masing-masing biaya dilengkapi dengan :

− Untuk material langsung (bahan baku), dilengkapi


dengan spesifikasi, satuan material, negara asal,
pemasok, jumlah pemakaian, dan harga beli
material;

− Untuk Tenaga Kerja Langsung dilengkapi dengan


Jabatan, Kualifikasi, Kewarganegaraan, jumlah,
alokasi kerja, dan gaji per bulan;

− Untuk Biaya Tidak Langsung Pabrik (Factory


Overhead) yang berupa mesin/alat kerja harus

25
dilengkapi dengan sertifikat/bukti pemilikan,
nama mesin, spesifikasi, jumlah mesin, alokasi, dan
nilai depresiasi atau biaya sewa;

− Untuk Biaya Tidak Langsung Pabrik (Factory


Overhead) yang berupa tenaga kerja tidak
langsung dilengkapi dengan Jabatan, Kualifikasi,
Kewarganegaraan, jumlah, alokasi kerja, dan gaji
per bulan;

− Untuk biaya tidak langsung pabrik (Factory


Overhead) yang berupa jasa harus dilengkapi
pemasok, biaya pengurusan serta alokasi
penggunaan;

5. Perhitungan persentasi (%) TKDN atau Capaian TKDN dilakukan


pada setiap jenis produk. Yang dimaksud dengan jenis produk
adalah produk yang mempunyai bahan baku dan proses
produksi yang sama.
6. Format ini digunakan untuk menghitung TKDN Barang produk
tunggal yang melalui proses manufakturing atau fabrikasi.

Tabel 3 Format Rekapitulasi Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Jasa

26
Catatan :

1. Nilai Jasa tidak termasuk Keuntungan, Overhead Perusahaan


dan Pajak Keluaran.
2. Biaya Komponen Dalam Negeri (KDN) adalah Biaya
Manajemen Proyek dan Perekayasaan, Alat Kerja/Fasilitas Kerja,
Konstruksi dan Fabrikasi, dan jasa lainnya dari dalam negeri.
3. Biaya Komponen Luar Negeri (KLN) adalah Biaya Manajemen
Proyek dan Perekayasaan, Alat Kerja/Fasilitas Kerja, Konstruksi
dan Fabrikasi, dan jasa lainnya dari luar negeri.
4. Formulasi Perhitungan:

% TKDN Jasa = Biaya Jasa Total (5C) – Biaya Jasa x 100% (2.3)
KLN (5A)
Biaya Jasa Total (5C)
% TKDN Jasa = Biaya Jasa KDN (5B) x 100% (2.4)
Biaya Jasa Total (5C)

5. Rincian masing-masing biaya dilengkapi dengan :


− Untuk Manajemen dan Engineering dilengkapi
dengan Jabatan,

− Kualifikasi, Kewarganegaraan, Jumlah, durasi kerja,


dan gaji per bulan.

− Untuk Alat Kerja harus dilengkapi dengan


sertifikat/bukti kepemilikan, nama mesin,
Spesifikasi, Jumlah mesin, durasi pemakaian, dan
nilai depresiasi/biaya sewa.

− Untuk Konstruksi/Fabrikasi dilengkapi dengan


Jabatan, Kualifikasi, Kewarganegaraan, Jumlah,
durasi kerja, dan gaji per bulan.

− Untuk Jasa Umum dilengkapi dengan Pemasok,


Jumlah, Biaya pengurusan per bulan.

6. Format ini digunakan untuk perhitungan TKDN Jasa dalam


proses pengadaan jasa.

27
Tabel 4 Format Rekaitulasi Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Barang dan Jasa

Catatan:

1. Nilai Gabungan Barang/Jasa, tidak termasuk Keuntungan,


Overhead Perusahaan dan Pajak Keluaran.
2. Biaya Komponen Dalam Negeri (KDN) adalah biaya Material
Langsung (Bahan Baku), Peralatan (Barang Jadi), Manajemen
Proyek dan Perekayasaan, Alat Kerja/Fasilitas Kerja, Konstruksi
dan Fabrikasi, dan Jasa lainnya dari dalam negeri.
3. Biaya Komponen Luar Negeri (KLN) adalah biaya Material
Langsung (Bahan Baku), Peralatan (Barang Jadi), Manajemen
Proyek dan Perekayasaan, Alat Kerja/Fasilitas Kerja, Konstruksi
dan Fabrikasi, dan Jasa lainnya dari luar negeri.
4. Formulasi Perhitungan:

5. Rincian masing-masing biaya dilengkapi dengan:


− Untuk Manajemen Proyek dan Perekayasaan

28
dilengkapi dengan Jabatan, Kualifikasi,
Kewarganegaraan, Jumlah, durasi kerja dan gaji
per bulan

− Untuk Alat Kerja harus dilengkapi dengan


sertifikat/bukti kepemilikan, nama mesin,
spesifikasi, Jumlah mesin, durasi pemakaian dan
nilai depresiasi/biaya sewa

− Untuk Konstruksi/Fabrikasi dilengkapi


dengan Jabatan, Kualifikasi, Kewarganegaraan,
Jumlah, durasi kerja dan gaji per bulan

− Untuk Jasa Umum dilengkapi dengan Pemasok,


Jumlah, Biaya pengurusan per bulan

− Untuk material langsung (bahan baku)


dilengkapi dengan Spesifikasi, satuan material,
negara asal, pemasok, jumlah pemakaian dan
biaya pembelian material langsung.

− Untuk Peralatan (Barang Jadi) dilengkapi


dengan Spesifikasi, satuan material, negara asal,
pemasok, jumlah pemakaian dan biaya
pembelian peralatan.

6. Format ini digunakan untuk:


− Perhitungan TKDN Barang dalam proses
pengadaan barang (tanpa mengisi format
Manajemen Proyek dan Perekayasaan, Alat
Kerja/Fasilitas Kerja, Konstruksi/Fabrikasi dan Jasa
Umum);

− Perhitungan TKDN Gabungan Barang/Jasa


dalam proses pengadaan barang dan jasa;

7. Barang yang dimaksud pada huruf a dan b dapat berupa


produk tunggal atau kumpulan berbagai produk.

29
Berikut visualisasi perhitungan nilai TKDN:

Gambar 2 Konsep Perhitungan TKDN

Gambar 3 Perhitungan TKDN Barang

30
Gambar 4 Perhitungan TKDN Barang

Gambar 5 Perhitungan TKDN Material Langsung

Gambar 6 Perhitungan TKDN Peralatan (Barang Jadi)

31
Gambar 7 Perhitungan TKDN Manajemen Proyek dan Perekayasaan

Gambar 8 Perhitungan TKDN Alat kerja/Fasilitas Kerja

32
Gambar 9 Perhitungan TKDN Konstruksi dan Fabrikasi

Gambar 10 Perhitungan TKDN Jasa Umum

33
Gambar 11 Perhitungan RAB

Gambar 12 Perhitungan TKDN Dari AHSP

34
Gambar 13 Rekap Komponen Dalam Negeri Per Item Pekerjaan

Gambar 14 Rekap TKDN Paket

35
BAB 3
APLIKASI PERHITUNGAN
DEMAND MPK DAN NILAI
CAPAIAN TKDN BERBASIS WEB
MELALUI SIMPK

3.1. Urgensi Pengembangan Aplikasi Perhitungan Demand MPK dan


Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK

Berikut urgensi pengembangan Aplikasi Perhitungan Demand


MPK dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web:

• Perhitungan Demand MPK telah dikembangkan berbasis


webiste sehingga dalam menghitung nilai capaian TKDN juga
dapat menggunakan cara/ metode yang sama dengan
penambahan informasi harga dasar/ harga satuan pekerjaan
dan nilai persentase TKDN dari masing-masing sumber daya
material dan peralatan konstruksi sehingga dapat lebih akurat;
• Penyeragaman sistem perhitungan secara nasional
menggunakan web dan realtime;
• Kemudahan input dalam perhitungan karena sudah
menggunakan AHSP yg standar dari PUPR;
• Perbedaan AHSP yg digunakan kontraktor dapat terpantau dan
terekam dalam sitem;
• Dapat diperoleh perbandingan harga dasar sumber daya
material dan peralatan tiap wilayah dengan IKK dari BPS.

Aplikasi perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN yang


berbasis Web mempunyai keunggulan dibandingkan dengan
perhitungan menggunakan excel. Berikut beberapa keunggulan
perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN menggunakan
aplikasi web-based dibandingkan dengan menggunakan excel:

36
Manual Web - based
Data lokal (harga resources dan Database terpusat (harga resources
AHSP dan AHSP)
Klaim TKDN user sulit ditelusuri Hasil klaim TKDN mudah untuk
dibandingkan
Koefisien AHSP sulit untuk cek Koefisien AHSP mudah
dibandingkan
Harga dikontrol user Harga bisa dibandingkan dengan
harga IKK dan paket lain
Kecenderungan salah link cell Kesalahan link mudah dilakukan
pengecekan
Report harus diolah Report mudah dibuat berdasarkan
template yang dibuat
TKDN dapat langsung asumsi dari TKDN dapat dibedangkan
item pekerjaan langsung item pekerjaan atau
AHSP
Tabel 5 Perbandingan Perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN Secara Manual vs Berbasis
Web

Sumber: Akhmad Aminullah, Ph.D (2021)

3.2. Tujuan dan Manfaat Pengembangan perhitungan Demand MPK


dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK

Tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan perhitungan


Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK
antara lain sebagai berikut:

• Membantu perhitungan AHSP dan RAB kontraktor


• Membantu penyedia jasa konstruksi dalam menghitung TKDN
• Mendapatkan output Persentase TKDN suatu paket yang dapat
direkap per Unor, per tahun, hingga satu Kementerian PUPR
• Mendapatkan sumber harga langsung dari kontraktor

Manfaat dan kemudahan Sistem Analisa Perhitungan Demand MPK


dan Nilai Capaian TKDN Berbasis web:

• Mengetahui nilai capaian TKDN seluruh paket yang dikelola


PUPR
• Komperasi antar proyek atas data TKDN dari Resources dan
Item pekerjaan yang telah diinput oleh berbagai kontraktor
• Kemudahan bagi kontraktor untuk melakukan perhitungan
TKDN dari paket yang dikelolanya
• Database TKDN dari setiap jenis pekerjaan di PUPR
• Sistem database online

37
• Auto Calculate TKDN
• Terdapat data TKDN material
• Mudah melakukan import RAB
• Mudah melakukan Import AHSP
• Sistem RAB online
• Dapat menghasilkan kebutuhan Resources
• Tersedianya database harga item pekerjaan
• Tersedianya database harga resources
• Tersedianya database AHSP dari PUPR dan kontraktor
• Menjadi referensi harga bagi kontraktor
• Menjadi sistem perhitungan RAB bagi kontraktor
• Memudahkan penyedia jasa dalam menginput RAB jika
dibandingkan dengan menggunakan excel
• Mendapatkan perbandingan harga IKK dengan harga masing2
paket seluruh indonesia

3.3. Hierarki Data Pada Aplikasi perhitungan Demand MPK dan Nilai
Capaian TKDN Web Melalui SIMPK

Gambar 15 Hierarki Data Pada perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui
SIMPK

Sumber: Akhmad Aminullah, Ph.D (2021)

38
3.4. Dokumen Pendukung Pada perhitungan Demand MPK dan Nilai
Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK

Tabel 6 Dokumen Pendukung Pada Perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web
Melalui SIMPK

No Deskripsi Dokumen Pendukung Keterangan


1 Proyek • Perhitungan TKDN • mengetahui ruang
Proyek lingkup proyek
• RAB, BOQ, AHSP • mengetahui profil
• Kontrak proyek
• Profil Proyek • mengetahui biaya
• Daftar proyek
Vendor/Subkontraktor
• Video dan Foto Proyek
2 Material • Invoice Pembelian • mengetahui supplier
Material dan asal negara (country
• Sertifikat TKDN of origin) material
• Mill Certificate • mengetahui nilai TKDN
material
3 Tenaga Kerja • Struktur Organisasi • mengetahui jumlah dan
Proyek kewarganegaraan
• Daftar Tenaga Kerja tenaga kerja yang
• Bukti Kewarganegaraan terlibat di dalam
Tenaga Kerja pekerjaan
4 Alat Kerja • Bukti Kepemilikan Alat • mengetahui pemilik alat
Kerja kerja
• Bukti Penyewaan Alat • mengetahui perusahaan
Kerja (jika sewa) dari pemilik alat kerja
• Bukti Status
Kepemilikan Saham
Perusahaan
5 Jasa Umum • Bukti Pembayaran Jasa •
mengetahui vendor/
(Mobilisasi, dll) subkotraktor pelaksana
• Perhitungan TKDN pekerjaan
Vendor/ Subkotraktor • mengetahui
perhitungan TKDN dari
vendor/ subkontraktor
Sumber: Akhmad Aminullah, Ph.D (2021)

39
3.5. Pengembangan Aplikasi Perhitungan Demand MPK dan Nilai
Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK

Berikut urutan input RAB standar menggunakan excel

Item Assign TKDN


Resources AHSP RAB
Pekerjaan AHSP Paket

Gambar 16 Existing Input Standar RAB dengan Excel

Sumber: Akhmad Aminullah, Ph.D (2021)

Perhitungan TKDN menggunakan aplikasi Excel dinilai belum


optimal sehingga perlu dikembangkan sebuah aplikasi berbasis web
untuk memudahkan perhitungan nilai capaian TKDN proyek infrastruktur
di Kementerian PUPR. Aplikasi Perhitungan Demand MPK dan Nilai
Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK telah dikembangkan pada
tahun 2021. Berikut fitur dari aplikasi:

1. Web-based dan User friendly;


2. Input tidak harus sesuai urutan standar pembuatan RAB;
3. Input item pekerjaan bisa dilakukan secara manual maupun
import;
4. Multiple import item pekerjaan dari paket lain;
5. Multiple level item pekerjaan;
6. Ordering dan perpindahan level flexible dan mudah;
7. Auto suggestion item pekerjaan dari Item pekerjaan lain dan
AHSP;
8. AHSP dari Item pekerjaan sugestion yang dipilih lansgung
terkoneksi dengan AHSP default;
9. Input AHSP manual dan import sesuai format;
10. AHSP flexible dari PUPR, umum dan User;
11. Apabila Database AHSP lengkap tidak ada proses Assign AHSP;
12. List resources langsung terbentuk dari AHSP yang dipilih;
13. Harga flexible dari SHBJ, IKK Prov/Kab dan user;

40
14. Resources terdapat input merk/spesifikasi utk material sama
tapi harga berbeda;
15. Database AHSP dan Resources dipilih dari data hasil approval
admin dan paket lain;
16. Terdapat Persen TKDN fix yang tidak dapat dilakukan
perubahan;
17. TKDN input dari harga satuan, AHSP dan item pekerjaan;
18. Sistem mendukung AHSP dalam AHSP;
19. Sudah terdapat ribuan data resources dan AHSP tinggal
gunakan atau ditambahkan;
20. Grouping untuk Resources dan AHSP
21. Dashboard (sesuai kebutuhan)
22. Laporan (sesuai kebutuhan)
23. Statistik (sesuai kebutuhan)

Aplikasi membutuhkan inputan dari user untuk menghitung nilai


capaian TKDN Proyek. Data-data yang diperlukan oleh sistem dalam
perhitungan demand MPK dan nilai capaian TKDN antara lain:

• profil paket;
• BoQ dan RAB;
• AHSP (termasuk harga satuan material bahan); dan
• persentase TKDN material.

Gambar 17 Data Input

Sumber: Akhmad Aminullah, Ph.D (2021)

41
Gambaran lebih detail terkait flow Aplikasi Perhitungan Demand
MPK dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK dapat dilihat
pada diagram berikut:

Gambar 18 Flow Aplikasi Perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui
SIMPK

Sumber: Akhmad Aminullah, Ph.D (2021)

42
Berbeda dengan perhitungan TKDN menggunakan excel yang
mempunyai urutan standar input RAB yang sudah baku, aplikasi berbasis
web mempunyai beberapa alternatif dalam melakukan input. Berikut
empat skenario dalam melakukan input pada Aplikasi Perhitungan TKDN
Berbasis Web Melalui SIMPK:

Gambar 19 Alur Input Perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK

Sumber: Akhmad Aminullah, Ph.D (2021)

Fitur Auto Suggestion memberikan kemudahan mendapatkan item


berupa:

• Auto suggestion dari item pekerjaan paket lain


• Auto suggestion dari AHSP
• Auto connection dengan AHSP

Gambar 20 Fitur Auto Suggestion

Sumber: Akhmad Aminullah, Ph.D (2021)

43
User dapat melakukan import item pekerjaan dari paket lain:

Gambar 21 Multiple import dari paket lain dan admin

Sumber: Akhmad Aminullah, Ph.D (2021)

Gambar 22 Fitur Multiple Level

44
Gambar 23 Ordering dan Pemindahan Level dapat dengan Mudah dilakukan

Gambar 24 Pemilihan AHSP dapat dilakukan dengan filter Unor dan Jenis AHSP Maupun dari Admin dan
Paket Lain

45
Gambar 25 Auto Create Daftar Resources dari AHSP

Gambar 26 Perhitungan RAB Menggunakan Aplikasi

46
Gambar 27 Perhitungan TKDN Menggunakan Aplikasi

3.6. Manajemen User

User Aplikasi dibedakan hak akses berdasarkan enam role yaitu

• Superadmin • Satker
• Unor • PPK
• Balai • Kontraktor
Rincian Perbedaan hak akses tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7 Hak Akses Berdasarkan Role

47
48
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Penyusunan Buku Pedoman Teknis Pengelolaan Aplikasi


Perhitungan Demand MPK dan Nilai Capaian TKDN Berbasis Web melalui
SIMPK diharapkan dapat menjadi panduan bagi pengguna dalam
melakukan perhitungan baik demand MPK maupun capaian nilai TKDN
pada pekerjaan infrastruktur di lingkungan Kementerian PUPR.

PPK/Satker dan Kontraktor Pelaksana Paket Pekerjaan di


Lingkungan Kementerian PUPR dapat melakukan perhitungan
kebutuhan sumber daya material dan peralatan konstruksi dan capaian
nilai TKDN di masing-masing paket pekerjaannya (self declaration) secara
bersamaan sehingga ke depannya aplikasi ini dapat terus digunakan oleh
seluruh Balai di lingkungan Kementerian PUPR dalam menghitung
berapa kebutuhan sumber daya material dan peralatan konstruksi dan
estimasi capaian nilai TKDN dari paket pekerjaan infrastruktur, dan juga
oleh seluruh kontraktor pelaksana dalam menyampaikan realisasi
kebutuhan sumber daya material dan peralatan konstruksi dan capaian
nilai TKDN.

Pelaksanaan coba uji aplikasi telah dilakukan untuk memperoleh


gambaran hasil perhitungan capaian nilai TKDN dari masing-masing jenis
pekerjaan tiap Direktorat Jenderal Teknis sekaligus mendapatkan
masukan terhadap pengalaman penggunaan (user experience) aplikasi
perhitungan nilai capaian TKDN berbasis Web melalui SIMPK. Hasil coba
uji ini nantinya akan menjadi bahan awal dalam perumusan kebijakan
Bapak Menteri PUPR terkait dengan penetapan capain nilai TKDN dan
juga dapat menjadi bahan evaluasi implementasi P3DN di lingkungan
Kementerian PUPR.

Data hasil perhitungan demand MPK dan nilai capaian TKDN dari
setiap paket pekerjaan infrastruktur di lingkungan Kementerian PUPR ini
akan menjadi suatu database dalam upaya membangun Big Data Rantai
Pasok Jasa Konstruksi sebagai bagian dari Sistem Informasi Jasa
Konstruksi (SIJK) terintegrasi dalam rangka mendukung pembangunan
infrastruktur nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan.

49
4.2. Rekomendasi

Berdasarkan pelaksanaan coba uji Perhitungan Demand MPK dan


Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK yang telah dilaksanakan
pada Bulan Desember 2021, berikut beberapa rekomendasi yang perlu
dilakukan:

• Perlu dilakukan Bimbingan Teknis lanjutan kepada PPK dan


kontraktor agar penggunaan Perhitungan Demand MPK dan
Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK dapat
dilakukan dengan lebih mudah; dan
• Perlu dilakukan sosialisasi yang lebih luas tentang telah
dikembangkannya Aplikasi Perhitungan Demand MPK dan
Nilai Capaian TKDN Berbasis Web Melalui SIMPK agar lebih
banyak stakeholder yang mengetahui, menggunakan dan
mendapatkan manfaat dari aplikasi ini.

50
DAFTAR PUSTAKA
Barrie, Donal S., Paulson, Boyd C., Jr, dan Sudinarto, 1995, Manajemen
Konstruksi Profesional. Semarang: Erlangga.

Lerdorf, Rasmus. 2007. PHP on Hormones – history of PHP presentation


by Rasmus Lerdorf given at the MySQL Conference in Santa Clara,
California" The Conversations Network.

Mahgrizal. A. nurwega., Andi., Irma., 2014. Analisis pola dan kinerja Supply
Chain pada proyek konstruksi bangunan perumahan. Journal
konstruksia volume 5 nomer 2, Agustus 2014.
Paul, Jhon., 2014. Panduan Penerapan Transformasi Rantai Suplai Dengan
Model SCOR 15 Tahun Aplikasi Praktis Lintas Industri. PPM
Manajemen ISBN 979-442-394-7, cetakan ke-1.
Tenaga Ahli Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi, 2021.
Paparan Narasumber Kegiatan. Jakarta: Direktorat Kelembagaan
dan Sumber Daya Konstruksi, Ditjen Bina Konstruksi, Kementerian
PUPR.

51
52

You might also like