You are on page 1of 4

CIDERA KEPALA RINGAN

Definisi

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2001).

Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh The Traumatik Coma Data
Bank berdasarkan Skore Scala Coma Glascow (GCS). Penggunaan istilah cedera kepala
ringan berhubungan dari pengkajian parameter dalam menentukan terapi dan perawatan.
Adapun klasifikasi CKR ialah nilai GCS 13-15 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran
atau amnesia akan tetapi kurang dari 30 menit. Tidak terdapat fraktur tengkorak serta
tidak ada kontusio serebral dan hematoma.

STUDY KASUS...

Pengkajian dilakukan pada pasien berinisial Ny. N berusia 64 tahun, beragama


Islam, suku Jawa, dan bertempat tinggal di Desa Buluh Rampai.

Pasien masuk ke UGD UPTD Puskesmas Pangkalan Kasai pada Hari Rabu tanggal
05 Oktober 2022 dengan diantar oleh warga menggunakan kendaraan roda empat karena
kecelakaan lalu lintas, Ny. N diagnosa medik CKR (Cedera kepala ringan).
Saat dilakukan anamnesa, Ny. N mengalami luka robek pada kepala bagian belakang
± 2 cm, luka lecet pada pelipis mata sebelah kiri, luka lecet pada lutut sebelah kiri, luka
lecet pada siku sebelah kiri dan memar. Menurut hasil pengkajian yang dilakukan
didapatkan bahwa kondisi Ny. N mengalami nyeri pada kepala bagian belakang (skala
nyeri 4) dan terasa pusing. Hanya berbaring di atas tempat tidur, dan tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri.
Pada saat dilakukan pengkajian fisik didapatkan hasil bahwa, keadaan umum pasien
tampak sedikit lemah, kesadaran composmentis didapatkan tekanan darah 160/90
mmHg, pernapasan 21x/menit, nadi 82x/menit teraba kuat, suhu badan 36,20c.
Pasien mengatakan merasa nyeri pada kepala bagian belakang. Pengkajian nyeri
PQRST : P : nyeri pada kepala belakang, Q : nyeri seperti tertekan, R : nyeri terasa pada
bagian kepala, S : skala nyeri 4 (nyeri sedang), T : nyeri dirasakan pada saat beraktivitas,
dengan durasi yang lama. Wajah pasien tampak meringis TD160/90mmHg, RR:
21x/menit, nadi 82x/menit, suhu 36,20c.
Saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa nafsu makan pasien baik, tidak ada
mual dan muntah. pasien tampak lemas. Pasien tidak dapat membasuh tubuh, tidak dapat
mengakses kamar mandi, pasien mengatakan badan lemas, tidak dapat melakukan
aktivitas sendiri saat makan, minum dan mandi dibantu oleh keluarga (suami dan anak).

Penatalaksanaan yang Diberikan


1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menjamin kelancaran jalan nafas dan kontrol vertebra cervicalis
b. Menjaga saluran nafas tetap bersih, bebas dari secret
c. Mempertahankan sirkulasi stabil
d. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital
e. Memantau kondisi luka
f. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
g. Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya dekubitus
h. Mengelola pemberian obat sesuai program
2. Penatalaksanaan Medis
a. Oksigenasi dan IVFD
b. Terapi untuk mengurangi edema serebri (anti edema)
c. Terapi anti perdarahan bila perlu
d. Terapi antibiotik untuk profilaksis
e. Terapi antipeuretik bila demam
f. Terapi anti konvulsi bila klien kejang
g. Terapi diazepam 5-10 mg atau CPZ bila klien gelisah
h. Intake cairan tidak boleh > 800 cc/24 jam selama 3-4 hari
Diagnosa keperawatan yang diangkat ialah:
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma)
Tujuan : Pasien akan mempertahankan rasa nyaman nyeri selama dalam perawatan.
Intervensi yang dapat dilakukan pada masalah ini ialah:

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
h. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi nyeri

2. Defisit perawatan diri : makan/mandi, toileting berhubungan dengan kelemahan fisik dan nyeri
Tujuan : Pasien akan meningkatkan aktivitas perawatan diri yang efektif selama dalam
perawatan
Intervensi yang dapat dilakukan pada masalah ini ialah:
a. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan.
c. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
e. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.

f. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
g. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
h. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma/laserasi kulit kepala
Tujuan : Tidak terjadi risiko infeksi yang efektif selama dalam perawatan
Intervensi yang dapat dilakukan pada masalah ini ialah:
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
b. Pertahankan teknik isolasi
c. Batasi pengunjung bila perlu
d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
e. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
f. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
g. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
h. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
i. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
j. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
k. Tingkatkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik bila perlu

DIET

Terapi nutrisi yang dapat diberikan pada kasus ini ialah:

Dalam 2 minggu pertama pasien mengalami hipermetabolik, kehilangan kurang lebih 15% berat
badan tubuh per minggu. Penurunan berat badan melebihi 30% akan meningkatkan mortalitas.
diberikan kebutuhan metabolism istirahat dengan 140% kalori/ hari dengan formula berisi protein >
15% diberikan selama 7 hari. Pilihan enteral feeding dapat mencegah kejadian hiperglikemi, infeksi.

You might also like