You are on page 1of 18

LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi radiasi matahari merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan guna menggantikan energi yang dihasilkan oleh
minyak bumi. Sejak dulu, energi matahari menjadi sumber penerangan di siang hari, dan juga
banyak dimanfaatkan untuk mengeringkan hasil pertanian, pakaian, kayu, memanaskan air,
dan lain-lain. Suatu karunia Indonesia yang terletak pada daerah khatulistiwa, dimana
tersedia energi matahari hampir di sepanjang waktu. Sebagai salah satu sumber energi
alternatif, salah satu pemanfaatannya adalah dengan menggunakan alat yang disebut kolektor
surya. Kolektor surya ini sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari.
Saat ini, telah dikembangkan kolektor surya pelat datar untuk pemanas udara. Kolektor
ini, menggunakan plat berbentuk lembaran yang berfungsi untuk menyerap pancaran energi
matahari yang datang dan memindahkan kalor yang diterima tersebut ke fluida kerja yaitu
udara. Pada bagian atas kolektor, digunakan penutup transparan untuk menimbulkan
terjadinya efek rumah kaca. Agar tidak terjadi kerugian panas kelingkungan pada bagian
bawah dan samping dari kolektor suryanya diberi isolator.
Permukaan benda hitam merupakan permukaan yang memiliki sifat sebagai pemancar
atau penyerap radiasi yang sangat baik. Jika suhu permukannya tinggi dibandingkan
lingkungan sekitarnya, akan bersifat memancarkan radiasi. Akan tetapi, jika suhunya rendah,
akan bersifat sebagai penyerap radiasi. Energi kinetik molekul juga ditunjukkan oleh
suhunya. Pada percobaan ini akan digunakan plat datar berwarna hitam dan merah, sehingga
dapat dibandingkan plat mana yang cepat menyerap cahaya (dalam hal ini cahaya bersumber
dari lampu).
Dari hasil percobaan ini nantinya kita akan mengetahui hubungan antara intensitas
dengan jarak dan waktu dari plat datar berwarna hitam dan merah serta mengetahui sifat-sifat
radiasi pada plat datar dan aplikasinya.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai arus listrik yang dihasilkan oleh
panel surya.
2. Untuk mengetahui pengaruh volume hidrogen terhadap lama roda mobil berputar.
3. Untuk mengetahui aplikasi dari panel surya dan fuel cell.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB II

LANDASAN TEORI

Sel bahan bakar adalah alat yang mampu membangkitkan arus listrik dengan memanfaatkan
adanya reaksi kimia. Setiap sel bahan bakar memiliki dua elektroda, satu positif dan yang lainnya
negatif, yang lazim disebut anoda dan katoda. Reaksi yang menghasilkan listrik adalah reaksi
yang terjadi pada elektroda. 
Setiap sel bahan bakar juga memiliki elektrolit yang membawa partikel-partikel berlistrik
dari satu elektroda ke elektroda lainnya. Pada setiap sel bahan bakar juga terdapat katalis yang
berfungsi mempercepat reaksi pada elektroda. Dan yang paling menjanjikan adalah tidak
menimbulkan emisi gas buang yang berbahaya bagi manusia maupun lingkungan alam. 
Hidrogen adalah bahan dasar bahan bakar,tapi sel bahan bakar ini juga membutuhkan
oksigen. Salah satu daya tarik sel bahan bakar ini adalah bahwa sel bahan bakar mampu
membangkitkan listrik dengan dampak polusi yang sangat kecil. Hidrogen dan oksigen yang
digunakan untuk membangkitkan listrik,akhirnya bereaksi menghasilkan suatu bentuk zat yang
aman (tidak merusak),yaitu air. 
Salah satu hal penting dalam hal ini adalah,sebuah sel bahan bakar mampu membangkitkan
listrik searah (DC) dalam jumlah sangat sedikit. Dalam kenyataannya banyak sel bahan bakar
disusun menjadi suatu ‘stack’ (susunan/kumpulan sel-sel) untuk menghasilkan listrik energi yang
besar. 
Seiring perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat,kebutuhan akan bahan bakar
semakin meningkat, sdangkan cadangan bahan bakar minyak yang ada di perut bumi semakin
menipis dan suatu saat nanti akan habis. Oleh karena itu berbagai kemampuan manusia
dikerahkan untuk mencari sumber energi baru untuk menggantikan sumber energi dari bahan
bakar minyak atau bahan bakar fosil. Suatu sumber energi alternatif yang memiliki keunggulan
terbaik adalah “sel bahan bakar oksida padat” atau “solid oxide fuel cell”, yang selanjutkan dapat
kita sebut saja “fuel cell”. Keunggulannya adalah menggunakan elektroda-elektroda yang tidak
mahal, dan elektrolit padat. Energi yang dihasilkan adalah energi listrik yang mudah diubah ke
bentuk energi lain. Dan yang paling menjanjikan adalah tidak menimbulkan emisi gas buang
yang berbahaya bagi manusia maupun lingkungan alam. (Setyabudi, 2015) 
Problem utama dalam pemanfaatan energi surya adalah faktor siang dan malam yang selalu
bergantian datangnya sehingga kontinuitas perolehan energi surya selalu terputus pada malam
hari. Meskipun demikian manusia dapat memanfaatkan baik secara langsung maupun tak dapat
secara langsung menggunakan bahan bakar alami yang ada dibumi, untuk menginformasikan
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
adanya alat langsung dengan bantuan pesawat-pesawat pengubah energi, yang mengubah energi
surya menjadi tenaga listrik, tenaga mekanis dan pemanas air pada saat matahari sedang
bercahaya. Dan yang paling menjanjikan adalah tidak menimbulkan emisi gas buang yang
berbahaya bagi manusia maupun lingkungan alam. 
Saat ini energi surya dimanfaatkan baik dengan teknologi sederhana maupun canggih.
Konversi energi surya dibedakan menjadi: 
1. Sumber tenaga listrik dari energi surya 
2. Tenaga mekanis dari energi surya 
3. Sistem pemanas air/udara melalui tenaga surya 
Pembangkit listrik energi surya dalam pelaksanaannya dibagi atas 4 metode, antara
lain:
1. Dengan sistem photovoltaic 
2. Dengan sistem konversi photoelektrokemis 
3. Dengan sistem penerima termal surya terditribusi 
4. Dengan sistem penerima termal surya secara sentral 
Sel surya dapat berupa alat semikonduktor penghantar aliran listrik yang dapat secara langsung
mengubah energi surya menjadi bentuk tenaga listrik secara efisien. Alat ini digunakan secara
individual sebagai alat pendeteksi cahaya pada kamera maupun digabung seri maupun paralel
untuk memperoleh suatu harga tegangan listrik yang dikehendaki sebagai pusat penghasil tenaga
listrik. 
Hampir semua sel surya dibuat dari bahan silicon berkristal tunggal. Bahan ini sampai saat
ini masih menduduki temapt paling atas dari urutan biaya pembuatannya bila dibandingkan
dengan energi listrik yang diproduksi oleh pesawat-pesawat konvensional. Hal ini disebabkan
oleh harga silikon murni yan masih mahal. Meskipun berbahan dasar pasir silikon (SiO ), tetapi
2

untuk membuatnya diperlukan biaya produksi yang tinggi. 


Konversi dari tenaga surya menjadi tenaga listrik melalui sel surya adalah melalui
tahapan proses berikut: 
1. Absorpsi cahaya dalam semikonduktor 
2. Membangkitkan serta memisahkan muatan positif dan negatif bebas ke daerah-daerah lain
dari sel surya, untuk membangkitkan tegangan dalam sel surya 
3. Memindahkan muatan-muatan yang terpisah tersebut ke terminal-terminal listrik
dalam bentuk aliran tenaga listrik. 
Alat ini digunakan untuk kontrol instrumen elektronik pada satelit komunikasi pertama
(Early Bird), dengan kekuatan terpasang sebesar 75 Watt. Roket Vanguard I yang diluncurkan
tahun 1958 membawa satelit generator photovoltaic sebagai pendukung daya listrik utama,
sedangkan satelit Intelsat IV menggunakan generator photovoltaic berkekkuatan 600 Watt.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Skylab yang menggunakan 312.000 sel surya dapat menghasilkan tenaga listrik untuk daerah-
daerah terpencil, dapat digunakan untuk menyuplai lisrik untuk keperluan rumah tangga,
indutri, pertanian, dan irigasi. 

Gambar 2.2 Sistem pompa energi matahari untuk irigasi 


Telah disebutkan bahwa efisiensi maksimum yang dapat dicapai secara teoritis dari
generator photovoltaic adalah 25% sedang dalam pelaksanaanya bahkan berkurang hingga
15%saja. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain: 
1. Adanya kerugian pantulan pada permukaan sel surya yang tidak dapat dihindari
2. Daya penyerapan yang kurang sempurna 
3. Ikatan pada pasangan lubang elektron yang kurang sempurna 
4. Timbulnya tahanan dalam secara seri yang menyebabkan tambahan lengkung degradasi
5. Suatu faktor tegangan 
Berbeda dengan generator photovoltaic yang menggunakan elemen silikon (sistemkering),
pada sistem ini konversi photoelektrokemis energi surya diubah melalui elektrolisa air (sistem
basah) di mana melalui alat konverter tersebut ditumbuhkan tenaga listrik dan tenaga kemis yang
berupa gas hidrogen sebagai bahan bakar. Kalau sistem generator listrik, baik photovoltaic
maupun konversi photoelektrokemis, mengolah gelombang sinar elektromagnetik menjadi tenaga
listrik, dalam sistem ini gelombang sinar thermisnya yang diubah menjadi tenaga listrik melalui
konsentrator thermis pemanas fluida sebagai media utama penggerak turbin yang berfungsi
menggerakkan generator listrik. 
Dalam pelaksanaannya dibedakan antara sistem penerima kalor melalui kolektor- kolektor
pelat datar dan sistem penerima kalor yang difokuskan pada saluran-saluran pipa
pemanas/penguap melalui konsentrator berbentuk parabola. Pada pesawat sistem penerima kalor
yang berbentuk pelat datar, pipa-pipa penguap berada di bawah pelat-pelat datar penyerap utama
kalor thermis dari energi surya, di mana suhu yang dapat dicapai berkisar antara 121°C sampai
dengan 538°C sehingga lebih menguntungkan dan lebih efisiensi pula. Cara kerja dari kedua
pesawat adalah sama, yakni memanaskan fluida baik yang berupa air, natrium, maupun gas
helium sebagai media utama penggerak turbin. Untuk pesawat yang menggunakan air, uap yang
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
terjadi ditampung dalam suatu drum kolektor untuk kemudian didistribusikan ke pesawat-
pesawat turbin penggerak generator listrik. (Pudjanarsa, 2006)
Sebagian besar sel bahan bakar operasional adalah sel bahan bakar suhu rendah yang
menggunakan hidrogen dan oksigen sebagai reaktan. Sebagian besar sel ini beroperasi pada suhu
di bawah 500 K, dan sementara menurunkan suhu operasi meningkatkan efisiensi konversi, laju
oksidasi atau output daya sel dapat ditingkatkan dengan meningkatkan tekanan sistem dan / atau
suhu. 
Sel bahan bakar redoks adalah sel bahan bakar oksigen hidrogen yang berbeda dari sel bahan
bakar normal di mana reaksi kimia tidak terjadi pada elektron . Sel redoks memiliki dua larutan
elektrolit yang dipisahkan oleh membran penukar ion dan gas reaktan digelembungkan melalui
masing-masing elektrolit. Sel ini secara inheren kurang efisien daripada sel konvensional tetapi
memiliki resistensi dan kerugian polarisasi yang lebih rendah dan berpotensi kepadatan arus
yang lebih tinggi. Keuntungan utama sel ini adalah dapat beroperasi pada reaktan yang relatif
tidak murni. 
Banyak penelitian sedang dilakukan pada pengembangan sel bahan bakar suhu tinggi yang
dapat digunakan untuk beroperasi dengan bahan bakar tidak murni dan murah, seperti
hidrokarbon. Untuk memanfaatkan bahan bakar hidrokarbon, pertama-tama harus dipecah
menjadi hidrogen dan karbon monoksida. Penggunaan dua gas bahan bakar (karbon monoksida
dan hidrogen) dalam sel bahan bakar mempersulit pemilihan elektrolit dalam sistem ini. Selain
itu, karena sistem ini beroperasi pada suhu hingga 1200 K, itu menghalangi penggunaan
elektrolit berair dan lainnya untuk elektrolit padat atau garam cair. Dua kemungkinan elektrolit
untuk sistem ini adalah campuran oksida atau semacam garam karbonat (CO ). 3

Setiap sel bahan bakar yang berhasil harus memenuhi dua persyaratan utama yaitu invarian
dan persyaratan reaktivitas. Persyaratan invarian menentukan bahwa sistem harus dirancang
untuk beroperasi secara andal untuk jangka waktu yang lama. Tidak boleh ada keracunan katalis
oleh kotoran dalam reaktan, tidak ada penyumbatan pori-pori elektroda, tidak ada gelembung
melalui reaktan, dan tidak ada interdifusi og reaktan. 
Persyaratan reaktivitas berkaitan dengan memperoleh energi maksimum yang mungkin dari
reaksi kimia pada laju reaksi yang relatif tinggi. Jadi, penting bahwa semua atom bahan bakar
teroksidasi sepenuhnya selama operasi sel. Laju reaksi juga dapat ditingkatkan dengan
menggunakan elektroda berpori yang diambil untuk meningkatkan laju reaksi
biasanya bertentangan dengan persyaratan invarian. 
Sejumlah sel bahan bakar telah berhasil digunakan untuk aplikasi khusus. Sistem ini telah
digunakan secara luas dalam program luar angkasa untuk aplikasi jangka pendek yang relatif
seperti penerbangan ruang angkasa berawak dan misi Apollo ke bulan. Sayangnya, sel bahan
bakar belum berkembang ke titik di mana mereka dapat memasok energi listrik ekonomis dalam
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
jumlah besar secara efisien untuk jangka waktu yang lama. Bahkan, beberapa orang yang bekerja
di bidang ini memiliki keraguan bahwa sel bahan bakar akan pernah memenuhi aplikasi tertentu
itu. Energi elektromagnetik dapat dikonversi langsung menjadi energi listrik dalam sel
fotovoltaik, yang biasa disebut sel surya. Seperti sel bahan bakar , efisiensi konversi
maksimumsistem ini tidak dibatasi oleh efisiensi siklus mesin panas yang dapat dibalik secara
eksternal. Namun demikian, konversi energi matahari menjadi energi listrik terbatas pada
efisiensi konversi yang relatif rendah. 
Prinsip pengoperasian sel fotovoltaik ditemukan oleh Adams and Day pada tahun 1876,
menggunakan selenium. Pada tahun 1919, Coblenz menemukan bahwa tegangan diinduksi antara
daerah yang diterangi dan gelap kristal semikonduktor. Namun, konversi fotolistrik pada
dasarnya adalah fenomena laboratorium sampai 1941 ketika Ohl menemukan efek fotovoltaik di
persimpangan p-n dari dua semikonduktor. (Culp, 1979)
Cara yang baik untuk menemukan bagaimana kinerja sel surya adalah dengan melakukan tes
khusus. Sel surya terestrial mengalami berbagai perubahan kondisi, beberapa di antaranya
meningkatkan outputnya dan yang lain membatasi. Ada empat variabel yang memiliki efek
signifikan: cahaya, suhu, luas sel, dan beban. Cahaya menyerang sel dalam jumlah yang
bervariasi, sel surya terpapar ke berbagai suhu, sel surya diproduksi dengan berbagai dimensi
atau jumlah luas permukaan, dan perangkat yang mengkonsumsi daya atau banyak ukuran yang
berbeda melekat pada terminal ini. generator tenaga surya. Pengetahuan kita tentang fotovoltaik
akan sangat maju jika kita bisa mengisolasi kondisi individu ini dan membiarkannya
memengaruhi sel kita satu per satu. 
Prosedur yang sehat secara ilmiah adalah menahan semua kecuali satu dari keadaan yang
berubah saat memanipulasi variabel yang tersisa. Untuk menghemat waktu dan meningkatkan
akurasi percobaan kami, akan lebih mudah jika kita bisa menggerakkan matahari di langit sesuka
hati atau kadang-kadang menjaga posisinya tetap. Kami ingin memvariasikan suhu pada rentang
yang luas, jadi akan sangat berguna jika kita dapat beralih dari musim panas ke musim dingin
dan membawa salju beku atau menahan panas. Kami akan memiliki sel dengan berbagai ukuran
untuk bereksperimen, dan sebagai beban kami akan menggunakan resistor variabel. Tempat uji
akan berada di luar ruangan di permukaan laut di area terbuka yang luas tanpa penghalang atau
tempat teduh. Kami membutuhkan beberapa instrumen untuk mengukur kinerja sel surya kita.
Meter tegangan (voltmeter) dipasang di terminal sel surya, dan meter arus (ammeter)
ditempatkan secara seri dengan beban. Pada siang hari matahari pada hari yang cerah, sebuah
situs di bumi mengalami tenaga surya maksimum pada hari itu, karena radiasi matahari langsung
memiliki jumlah atmosfer paling sedikit untuk ditembus dan sudut datangnya dengan permukaan
bumi paling dekat dengan tegak lurus Oleh karena itu, dengan menggerakkan matahari di sekitar
langit, berlaku memvariasikan intensitas cahaya yang menyerang sel surya kita. (Buresch, 1983)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Fungsi


1. Panel surya
Fungsi: sebagai alat yang akan menyerap cahaya yang dipantulkan terhadapnya
2. Load measurement box
Fungsi: alat yang akan mengukur besarnya arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya
3. Banana Jack
Fungsi: sebagai penghubung panel surya dengan load measurement box dan penghubung
antara panel surya, fuel cell dan mobil
4. Lampu PAR 100-200 watt
Fungsi: sebagai sumber cahaya yang dipantulkan ke panel surya
5. Penggaris 60 cm
Fungsi: sebagai alat yang akan mengukur jarak antara panel surya dengan sumber cahaya
dan mengukur jarak lintasan mobil
6. Busur derajat
Fungsi: alat yang akan mengukur sudut cahaya
7. Fuel cell
Fungsi: sebagai wadah hidrogen dan oksigen direaksikan
8. Mobil
Fungsi: sebagai alat untuk menguji tenaga hidrogen
9. Stopwatch
Fungsi: untuk menghitung waktu tempuh mobil
10. Senter
Fungsi: untuk melihat volume H2 dalam fuel cell
11. Kacamata hitam
Fungsi: untuk menghindari mata dari sinar radiasi (cahaya lampu)
12. Cok Sambung
Fungsi: untuk menyambungkan arus dari PLN ke komponen
13. Balok Kayu
Fungsi: Sebagai penyangga mobil
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
3.1 .1. Bahan dan Fungsi
1. Air terdistilasi
Fungsi: untuk mempermudah menghasilkan Hidrogen yang akan digunakan sebagai
bahan bakar

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Orientasi Panel Surya
1. Disiapkan semua peralatan percobaan
2. Disambungkan panel surya pada terminal current load mesurement box dengan
menggunakan kabel-warna merah dengan warna merah dan warna hitam dengan
warna hitam
3. Diatur posisi sumber cahaya dengan jarak 23 cm antara sumber cahaya dan panel
surya
4. Diputar kenop load pada short circuit lalu tekan tombol ON/OFF
5. Diperiksa layar hingga muncul angka pada LMB. Jika tidak muncul, periksa
kembali sambungannya. Jika muncul angka negatif, maka sambungan terbalik dan
anda perlu membetulkannya
6. Diputar kenop load pada 5 Ω
7. Diatur posisi panel surya dan sumber cahaya sehingga panel surya berhadapan
langsung dengan sumber cahaya
8. Dinyalakan lampu
9. Digerakkan lampu mendekati atau menjauhi panel surya sambil dijaga sudut
pencahayaan pada 0 derajat
10. Diukur dan dicatat jaraknya
11. Dituliskan arus yang tercantum pada ammeter
12. Diulangi percobaan no 7, 8 dan 9 dengan mengubah sudut pencahayaan pada 10 o,
20o, 30o, 40o, 50o, 60o, 70o, 80o dan 90o
13. Dimatikan lampu
14. Dikembalikan peralatan seperti keadaan awal/ dirapikan.

3.2. 2  Tenaga Hidrogen


1. Disiapkan semua peralatan dan bahan.
2. Diletakkan fuel cell pada posisi terbalik di permukaan yang datar.
3. Dilepaskan stopper yang ada pada silinder fuel cell.
4. Dituangkan air terdistilasi pada kedua silinder penyimpanan hingga air sejajar
dengan tabung kecil di tengah silinder.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
5. Disentuh perlahan fuel cell untuk membantu air mengalir menuju area di sekitar
membran dan pelat besi pengumpul air.
6. Ditambahkan air hingga meluber ke tabung pada silider.
7. Dipasang kembali stopper pada silinder. Pastikan tidak ada udara pada silinder
tersebut.
8. Dipasang kabel merah pada terminal warna merah dan kabel hitam pada terminal
warna hitam pada panel surya.
10. Disejajarkan panel surya dengan sumber cahaya, menjaga jarak minimum 23 cm.
11. Dinyalakan lampu.
12. Diamati volume hidrogen yang digunakan dalam rentang 3 ml, 5 ml, 7 ml, 9 ml
dan 11 ml. Sambil dicatat waktu roda berputar.
13. Dicabut kabel penghubung panel surya dan fuel cell.
14. Dipasang kabel merah dan hitam drai fuel cell ke terminal hitam dan merah pada
mobil.
15. Dikembalikan peralatan seperti keadaan awal/dirapikan.

3.3 Gambar Percobaan

(Terlampir)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan


4.1.1. Orientasi Panel Surya (R = 3Ω)
θ(0) I (A)
0 0,135
10 0,117
20 0,105
30 0,093
40 0,077
50 0,065
60 0,051
70 0,37
80 0,029
90 0,017

4.2.2 Tenaga Hidrogen


Hidrogen yang
Waktu yang ditempuh (s)
digunakan
3 ml 301
5 ml 387
8 ml 433
10 ml 591
13 ml 675

Medan, 15 Desember 2020


Asisten Praktikan

(Amelia Azmi Nasution) (Yoga Pratama)


LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
4.2 Analisa Data
1. Bagaimana hubungan antara sudut pencahayaan denganarus yang dihasilkan oleh panel
surya?
Jawab: Hubungan antara sudut pencahayaan dengan arus yang dihasilkan oleh panel
surya adalah berbanding terbalik. Semakin kecil sudut pencahayaan maka
semakin besar arus yang dihasilkan oleh panel surya. Sebaliknya, semakin besar
sudut pencahayaan semakin kecil arus yang dihasilkanoleh panel surya.

2. Hitunglah daya yang dihasilkanuntuk hidrogen dan hambatan?


Penyelesaian :
P = I2 . R
R = 3Ω
I (A) P (W)
0,135 54,67 x 10-3
0,117 41,06 x 10-3
0,105 33,07 x 10-3
0,093 25,94 x 10-3
0,077 17,78 x 10-3
0,065 12,67 x 10-3
0,051 7,80 x 10-3
0,37 410,7 x 10-3
0,029 2,52 x 10-3
0,017 0,086 x 10-3
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
3. Buatlah grafik gaya vs tegangan !
Jawab:
P (W) Tegangan (V)
54,67 x 10-3 0,405
41,06 x 10-3 0,351
33,07 x 10-3 0,315
25,94 x 10-3 0,279
17,78 x 10-3 0,231
12,67 x 10-3 0,195
7,80 x 10-3 0,153
410,7 x 10-3 1,11
2,52 x 10-3 0,087
0,086 x 10-3 0,051

Grafik Daya (W) VS Tegangan (Volt)


50
45
40
35
Daya (W) x 10-3

30
25
20
15
10
5
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Tegangan (V)

Slope = | ||
ΔP
Δv
=
v 2−v1 ||
P2−P1 44,65 x 10−3−4,33 x 10−3
=
0,366−0,114
=
40,32 x 10−3
0,252 ||
=0,16 |
4. Buatlah grafik volume H2 vs waktu!
Jawab :
Hidrogen yang digunakan Waktu yang ditempuh (s)
3 ml 301
5 ml 387
8 ml 433
10 ml 591
13 ml 675
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Grafik Volume H2 (mL) VS Waktu (s)


14

12

10
Volume Hidrogen (mL)

0
100 200 300 400 500 600 700

Waktu (s)

Slope = | ||
Δv
Δt
=
v 2−v 2
t 2−t 1
=
13−3
||
657−194
=
10
463 || |
= 0,0216

Dari grafik tersebut dapat kita ketahui bahwa semakin banyak volume hidrogen yang
digunakan maka semakin besar juga durasi waktu roda untuk berputar. Dengan kata lain,
dari grafik tersebut kitamengetahui bahwahubungan dari volume hidrogen dengan durasi
waktu roda berputar berbanding lurus.

5. Berdasarkan percobaan, coba jelaskan manfaat menggunakan solar cell dan tenaga
hidrogen sebagai sumberenergi terbarukan.
Jawab:
Berdasarkan percobaan, solar cell memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi
yang merupakan sumber energi terbesar dan mudah diperoleh. Selain itu penggunaan
solar cell juga tidak mengluarkan emisi berbahaya (zero emission) sehingga aman untuk
digunakan. Sedangkan tenaga hidrogen memanfaatkan hidrogen sebagai sumber energi
dimana hidrogen dapat diperoleh dari air, metana, batubara, dan sebagainya. Di
Indonesia, air, metana, batubara dan sumber hidrogen lainnya mudah di dapatkan. Tenaga
hidrogen juga tidak mengeluarkan zat emisi berbahaya.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Faktor yang mempengaruhi nilai arus listrik yang dihasilkan panel surya:
-Jumlah sinar matahari yang mencapai panel surya
Intensitas cahaya matahari mempengaruhi karakteritik nilai arus-tegangan pada panel
surya. Semakin tinggi iradiasi matahari maka daya yang dihasilkan modul sura akan
semakin meningkat, dan sebaliknya.
- Hambatan listrik beban
Panel surya sangat bergantung pada cahaya mathari untuk mengahasilakn tenaga listrik
yang menghasilkan pengaruh nilai arus listrik. Cuaca yang tidak selamanya cerah tentu
bisa berpengaruh terhadap tegangan listrik yang dihasilkan oleh panel surya.
- Suhu ideal panel surya
Panel surya dapat bekerja dengan maksimal apabila kondisi sel terjagga pada suhu 25
derajat celcius sehingga sistem panel surya dapat bekerja dengan efisien.
- Intensitas sinar matahari
Ada beberapa cara agar sistem panel surya surya di rumah mendapatkan sinar matahari
yaitu dengan cara menentukan arah pemasangan panel surya di rumah serta
mempertimbangkan sudut dari kemiringannya.
- Orientasi panel surya
Pemasangan pv modul surya harus menhadap ke arah khatulistiwa, agar mendapat
penyinaran yang optimal sehingga dapat menghasilkan energi yang maksimum.

2. Orientasi panel surya terhadap sumber cahaya dapat kita lihat misalnya pada pemasangan
pv panel surya yang harus menghadap arah khatulistiwa, agar pv panel surya
mendapatkan penyinaran yang optimal sehingga dapat menghasilkan energi yang
maksimum terhadap sumber cahaya. Pv panel surya yang dipasang di arah khatulistiwa
harus diletakkan mendatar agar menghasailkan energi yang maksimum terhadap sumber
cahaya.

3. Kita dapat mengetahui bahwa panel surya memiliki aplikasi seperti, penerangan rumah,
sumber listrik untuk kamera cctv, pemanas menggerakkan turbin sebagai pembangkit
listrik, sumber listrik untuk radio pemancardan lain-lain. Sedangkan fuel cell memiliki
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
aplikasi seperti sebagai pembangkit hidrogen, energi alternatif, sumber listrik, bahan
bakar alternatif dan lain-lain.

4. Kita dapat mengetahui bahwa prinsip kerja dari fuell cell adalah konversi energi kimia
oleh bahan bakar CH3OH (methanol) menjadi energi listrik yang nilainya (tegangan dan
arus yang mengalir) pada LM Box. Konversi energi kimia menjadi energi listrik yang
mana gas dari H2 dialirkan kemudian dari O2 dialirkan ke katoda. Pada anoda terjadi
pemecahan H2 yang akan menjadi proton dan elektron mengalir melalui membran
sehingga elektron melalui molekul eksternal sirkuit. Dengan mengalirnya elektron-
elektron ke katoda sehingga menghasilkan arus listrik.

5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikkan selanjutnya lebih teliti dalam mengukur sudut pencahayaan.
2. Sebaiknya praktikkan selanjutnya lebih memahami prosedur percobaan.
3. Sebaiknya praktikan selanjutnya, harus lebih teliti dalam mengukur hidrogen pada tabung
silinder.
4. Sebaiknya asisten lebih terkonsep lagi dalam memaparkan materi percobaan.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
DAFTAR PUSTAKA

Buresch, Matthew. 1983. PHOTOVOLTAIC ENERGY SYSTEMS. New York: McGraw-


Hill Book Company. 
Pages: 71-73 

Culp,Archie W. 1979. PRINCIPLES OF ENERGY CONVERSION. New York: McGraw-Hill


Book Company. 
Pages: 399-401 

Pudjanarsa, Astu. 2006. MESIN KONVERSI ENERGI. Yogyakarta: C.V Andi


Offset Halaman: 224- 231 
Setyabudi, Ismanto. 2015. TEKNIK MOTOR DIESEL. Bandung : Alfabeta
Halaman : 66-67

Medan, 15 Desember 2020


Asisten Praktikan

(Amelia Azmi Nasution) (Yoga Pratama)


LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LAMPIRAN

1. Menggunakan Panel Surya

2. Menggunakan Mobil

LAMPIRAN
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.3 Gambar Percobaan

Gabus
Pipa Paralon
Wayar- Plat Datar
wayar Merah

Stopwatch

Statif Plat Datar


Hitam
Lampu Halogen
Termometer Penggaris

You might also like