You are on page 1of 16

Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan strategi perubahan kolaboratif yang

berbasis kekuatan. IA merupakan solusi strategi perubahan yang tidak dimiliki oleh
pendekatan lainnya. IA mengaktualisasi potensi masing masing individu dalam
kelompok menjadi kekuatan yang luar biasa dalam melakukan perubahan. BAGJA
merupakan langkah – langkah yang mengikuti pendekatan Inkuiri Apresiatif. BAGJA
terdiri dari B = Buat pertanyaan, A= Ambil pelajaran, G = Gali mimpi, J = Jabarkan
renncana dan A = Atur eksekusi. Langkah langkah BAGJA tersebut kami coba terapkan
di lingkungan sekolah untuk mewujudkan perubahan peningkatan minat pembelajaran
kimia dalam masa pandemi.
Berikut ini tahapan prakarsa perubahan pembelajaran kimia yang kami upayakan di
sekolah kami dengan mengikuti langkah langkah BAGJA, yang merupakan wujud nyata
dari pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA)

PRAKARSA
Pembelajaran Kimia Yang Menarik Selama Pandemi
PERUBAHAN

Daftar Tindakan yang perlu


TAHAPAN Pertanyaan dilakukan untuk menjawab
pertanyaan

1. Melakukan pembelajaran
bervariasi
2. Melakukan praktikum
sederhana yang bisa dilakukan
B-uat 1. Bagaimana agar siswa tertarik dirumah
pertanyaan untuk mempelajari kimia saat
(Define) pandemi ? 3. Mengaitkan pelajaran kimia
dengan aktivitas sehari-hari
4. Mengapresiasi setiap
perubahan / prestasi yang
ditunjukkan siswa
1. Meminta siswa untuk bermain
peran sebagai peneliti di rumah.
1. Kegiatan apa yang menarik
bagi siswa selama pembelajaran 2. Meminta siswa menyampaikan
kimia? pendapat tentang hal apa yang
mereka sukai selama penelitian
2. Bagaimana memotivasi siswa atau praktikum dirumah.
A-mbil Pelajaran
agar tidak bosan selama
(Discover) 3. Mendekatkan fenomena kimia
pembelajaran kimia?
dengan kehidupan sehari – hari
3. Hal apa sajakah yang paling
mudah diingat siswa selama 4. Mondorong siswa untuk
pembelajaraan kimia? mencoba beberapa praktikum
sederhana yang bisa dilakukan di
rumah
1. Berkolaborasi dengan wali
murid dalam mendukung siswa
selama pembelajaran.
2. Berkolaborasi dengan rekan
guru dalam merancang,
melaksanakan, mengevaluasi
1. Siswa bersemangat dalam pembelajaran kimia yang
pembelajaran kimia menarik.
2. Siswa yang memiliki 3. Berkolaborasi dengan kepala
G-ali Mimpi   
pemahaman yang baik terhadap sekolah dalam penyediaan
( Dream)
materi sarana dan prasarana yang
3. Siswa dapat berprestasi di mendukung pembelajaran yang
bidang kimia menarik
4. Memberikan semangat,
motivasi kepada siswa dan
memberikan hadiah sederhana
kepada siswa yang berprestasi
sehingga mendorong siswa lain
untuk ikut berprestasi.
1. Membuat RPP dan perangkat
lainnya yang didalamnya
terencana pembelajaran yang
menarik dan bervariasi.
2. Mempersiapkan fasilitas
pendukung (Laboratorium, LCD,
bahan demonstrasi dll).
3. Berkolaborasi dengan
J-abarkan 1. Bagaimana pelaksanaan
pemangku kebijakan ( Kapsek,
Renncana pembelajaran kimia yang menarik
Guru, Wali murid, Staff TU,
(Design) selama pandemi?
petugas Lab )
4. Mensosialisasikan kegiatan
pembelajaran kepada wali murid
5. Mempelajari inovasi
pembelajaran daring seperti
PhET, Quizziz, Padlet, Sway aga
r pembelajaran lebih bervariasi
dan menarik

1. Kegiatan daring dilakukan 2


kali seminggu
Bagaimana dapat terlaksana 2. Setiap pertemuan 2×30 menit
pembelajaran yang menarik ?
3. Setiap pertemuan
1. Kapan pelaksanaannya menggunakan metode yang
2. Siapa yang terlibat? bervariasi
A-tur Eksekusi
3. Siapa yang memonitor? 4. Guru, siswa, kepala sekolah,
wali murid terlibat aktif dalam
4. Apa saja indikator pembelajaran sesuai perannya.
keberhasilannya?
5. Kepala sekolah memonitor dan
5. Bagaimana evaluasinya? mensupervisi kegiatan
pembelajaran
6. Guru serumpun memberikan
masukan terkait pembelajaran
sebagai bahan evaluasi pada
kegiatan berikutnya
7. Penggunaan IT dimaksimalkan

Dari penerapan BAGJA yang dilakukan di SMAN 20 Surabaya, dapat diamati adanya
peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Kimia. Selain itu, Guru
menjadi lebih tertantang untuk membuat inovasi pembelajaran. 

Mengapa Inkuiri Apresiatif Bagja?


Menurut Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 bab IV Pasal 9, tentang sistem
pendidikan nasional menyatakan, sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang
dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, sekolah
merupakan rumah kedua bagi anak-anak, tempat dimana anak-anak melakukan lebih
banyak aktifitasnya, yaitu belajar dan bermain, karenanya sekolah harus mampu
memberikan kenyamanan dan keamanan yang diinginkan oleh semua pihak, serta
harus mempunyai tujuan yang jelas yang dijabarkan dalam visi dan misi sekolah.
Di Indonesia sudah cukup banyak orang yang “pintar”, tapi sulit menemukan orang
yang “benar”, yang pertama menyangkut kualitas kognitif dan yang kedua menyangkut
kualitas nilai (integrasi antara potensi-potensi kognitif, afektif, psikomotor, sosial dan
spiritual). Pendidikan dewasa ini sangat disibukkan dengan kegiatan dominasi kognitif,
dimana para pendidik di sekolah hanya berperan sebagai pengajar (transfer of
knowledge), idealnya hubungan yang harusnya terjadi antara guru dengan murid
adalah setara yakni, guru adalah sahabat dan sekaligus teman bagi siswa untuk saling
berbagi dan memperkaya wawasan pengetahuan.
Dalam konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara, disebut metode among, yang berarti
bahwa pendidikan itu bersifat mengasuh, dengan mementingkan ketertiban, namun
dalam pelaksanaannya mengupayakan kesadaran bukan paksaan yang bersifat
hukuman. Hal tersebut sesuai dengan visi mendasar dari pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya, yang merdeka
belajar dan berkualitas, sehingga guru dapat merumuskan visi yang jelas, dengan
membuat ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid, serta diupayakan bentuk
pelayanan di lingkungan sekolah sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Ditegaskan pula dalam konsep Ki Hajar Dewantara yaitu, pendidikan tidak mencabut
akar budaya bangsa Indonesia yang membuat murid menjadi asing dengan realitasnya,
pendidikan harus membuat eksistensinya mampu berdiri sendiri, tidak tergantung pada
orang lain dan mengatur dirinya sendiri. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang sangat
menggugah hati saya untuk melakukan aksi perubahan adalah “Anak-anak hidup dan
tumbuh sesuai kodratnya sendiri, pendidik hanya dapat merawat dan menuntun
tumbuhnya kodrat itu”.
Menjalankan perubahan positif di sekolah tidaklah mudah, karena suatu perubahan
perlu adanya kerjasama oleh semua pihak, dan upaya yang konsisten dari pihak
sekolah dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah, untuk terus
melakukan inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang sedang dihadapi pada masa
kini dan datang.
Dengan adanya kenyakinan terhadap visi yang dirancang, guru terpacu melakukan
usaha peningkatan kualitas diri serta menguatkan interaksi di lingkungan sekolah
menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan guna memberikan pelayanan
pembelajaran yang diperlukan murid, lingkungan belajar yang memungkinkan
tumbuhnya murid merdeka, yang memiliki kemandirian dan motivasi instrinsik yang
tinggi dengan proses pembelajaran yang efektif.
Mengelola perubahan positif di sekolah membutuhkan sebuah manajemen perubahan,
pada modul kali ini, calon guru penggerak disodorkan dengan materi “paradigma inkuiri
apresiatif BAGJA”, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang
berbasis kekuatan, inkuiri apresiatif mengutamakan psikologi positif dan pendidikan
positif, dimana setiap murid memiliki inti positif yang dapat memberikan konstribusi
pada keberhasilan sebuah organisasi dalam melakukan perencanaan perubahan,
dengan menerapkan tahapan inkuiri apresiatif (IA) yang disebut BAGJA (Buat
pertanyaan, Ambil pembelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi).
Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang di dalamnya terdiri dari tujuan, isi dan
evaluasi, kurikulum yang digunakan di SD Saraswati 3 Denpasar adalah kurikulum
2013 (K 13) yang menekankan peran aktif siswa secara mandiri atau kelompok, serta
pembentukan karakter siswa melalui pengalaman langsung sehingga dapat menambah
kekuatan untuk mengeksplor kemampuannya dalam berpikir kritis, namun jika
pembelajaran kurang bervariasi cenderung murid jenuh, murid yang belajar diawali
dengan kejenuhan sulit menggali potensi yang dimilikinya, terlebih lagi dalam hal
berpikir kritis, karena itu penggunaan K.13 belum sepenuhnya diaplikasikan dengan
maksimal.
Pada dasarnya murid memiliki perkembangan dan karakteristik yang berbeda-beda,
ketika guru telah menyadarinya dan mengetahui karakteristik semua murid yang
diampunya, guru dapat mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan murid dalam tiap
proses pembelajaran (tematik). Ketika proses pembelajaran berlangsung di kelas,
berbagai stimulus diberikan agar perkembangan kognitif, afektif dan psikomotornya
terkontrol.
Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di kelas dapat direncanakan oleh guru pada
saat sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Permasalahan yang terjadi pada saat
proses pembelajaran di kelas VI D SD 3 Saraswati 3 Denpasar, yaitu; (1) pada proses
pembelajaran hanya beberapa orang murid yang antusias bertanya, (2) belum semua
murid dapat mengemukakan argumennya, (3) murid belum dapat memilih atau
menentukan suatu tindakan sesuai dengan pembelajaran.
Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah penulisan ini, yaitu:
Bagaimanakah visi inkuiri apresiatif BAGJA dalam penumbuhan merdeka belajar murid
kelas VI D SD Saraswati 3 Denpasar tahun pelajaran 2020/2021?
Tujuan
Pada laporan tentang “Visi Inkuiri Apresiatif BAGJA Dalam Penumbuhan merdeka
Belajar Murid Kelas VI D SD Saraswati 3 Denpasar Tahun Pelajaran 2020/2021” ini
memiliki dua tujuan yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
1)   Secara umum laporan ini bertujuan untuk meningkatkan tujuan pendidikan nasional
yaitu menciptakan manusia seutuhnya, yang terampil dan cerdas berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
2)   Secara umum laporan ini bertujuan untuk mendukung tercapainya Program
Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar yang
diluncurkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan dijalankan
melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK).
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Secara khusus laporan ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran
inkuiri apresiatif Bagja untuk penumbuhan murid yang merdeka.
2) Secara khusus laporan ini bertujuan untuk membuat rencana perubahan diri guna
mendukung penguatan visi mengelola perubahan dan lingkungan yang positif.
3) Secara khusus laporan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang visi inkuiri
apresiatif BAGJA dalam penumbuhan merdeka belajar murid kelas VI D SD Saraswati 3
Denpasar tahun pelajaran 2020/2021.
Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan memberikan kontribusi berarti, sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Secara Teoritis
Penerapan model inkuiri memberikan stimulus kepada siswa untuk terlibat aktif dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, mencari dan menemukan sendiri topik dan
permasalahan yang dibahas, mulai dari pemberian pertanyaan, memunculkan rasa
percaya diri pada pesserta didik untuk mengemukakan pendapat, sehingga mampu
mencerminkan murid yang mandiri dan kritis. 
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
1) Bagi murid, sebagai sarana untuk meningkatkan berpikir kritis, belajar mandiri dalam
pembelajaran (sains), dan lain sebagainya, inkuiri apresiatif bagja adalah model
pembelajaran yang dapat memberikan stimulus yang baik bagi murid.
2) Bagi guru, inkuiri apresiatif (IA) Bagja dapat digunakan sebagai referensi dalam
merencanakan pembelajaran Tematik, khususnya pembelajaran IPA (sains), kemudian
kreatifitas guru terpacu untuk menggunakan berbagai model pembelajaran, sehingga
guru termotivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
3) Bagi sekolah, inkuiri apresiatif (IA) yang disebut BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil
pembelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi) merupakan perubahan
positif yang sangat dibutuhkan sekolah, karena inkuiri apresiatif mengutamakan
psikologi positif dan pendidikan positif, dimana setiap murid memiliki inti positif yang
dapat memberikan konstribusi pada keberhasilan sebuah organisasi dalam melakukan
perencanaan perubahan secara bertahap.
4) Bagi penulis, mendeskripsikan tentang visi inkuiri apresiatif BAGJA dalam
penumbuhan merdeka belajar murid kelas VI D SD Saraswati 3 Denpasar tahun
pelajaran 2020/2021, adalah hal yang sangat baru, sehingga diharapkan diperoleh
informasi mengenai rencana-rencana untuk melakukan perubahan (di lingkungan
sekolah).
*****
Landasan teori adalah konsep yang dapat menjawab masalah yang ditimbulkan dalam
kegiatan penulisan tentang, visi inkuiri apresiatif BAGJA dalam penumbuhan merdeka
belajar murid kelas VI D SD Saraswati 3 Denpasar tahun pelajaran 2020/2021,
digunakan dasar-dasar teori yang erat hubungannya dengan permasalahan, yaitu: 1)
Inkuiri Apresiatif “Bagja” (Appreciative Inquiry 5D), dan 2) Pengertian Merdeka Belajar
Inkuiri Apresiatif “Bagja” (Appreciative Inquiry 5D)
Istilah Appreciative Inquiry (AI) menjadi pembicaraan populer dewasa ini, karena
sifatnya yang mendobrak paradigma lama, yaitu pemecahan masalah yang biasanya
berbasis pada penyimpangan antara kondisi nyata dan kondisi sempurna menjadi lebih
berbau positif, yaitu mendorong tindakan dengan berbasis pada tingkah laku yang
positif (positif attitude).
Akronim dari ‘BAGJA’ (Buat pertanyaan, Ambil pembelajaran, Gali mimpi, Jabarkan
rencana, Atur eksekusi), merupakan terjemahan bebas yang diadaptasi dari model 5D
(define, discover, dream, design, deliver), suatu metode tentang tangga perubahan
bertahap yang menyerupai gerak melingkar spiral, mulai dari tahap penetapan,
pencarian/penemuan, membangun mimpi, rancangan dan implementasi/eksekusi.
Gambaran sederhana dari tahapan-tahapan Inkuiri Apresiatif Bagja tersebut dijabarkan
sebagai berikut: (1) Buat pertanyaan (define) pada tahap ini melihat dan mendefinisikan
suatu masalah dengan mencari solusi yang telah ada, (2) Ambil
pembelajaran (discover), melihat dan mengidentifikasi suatu proses yang sudah dan
sedang berjalan dengan baik, memperkuat yang bekerja, focus pada hal-hal positif
yang menjadikannya hidup dan yang terbaik,
(3) Gali mimpi (dream) pada tahap ini melihat gambaran ke masa depan, dari proses
tersebut dipilih mimpi/gambaran yang mungkin bekerja dengan baik di masa yang akan
datang, karena keberhasilan masa lalu digunakan sebagai titik beranjak dalam
menggambarkan suatu kondisi ideal yang dikehendaki terjadi di masa depan, (4)
Jabarkan rencana (design) berarti merencanakan dan memprioritaskan proses-proses
yang mungkin bekerja dengan baik untuk masa depan yang dirancang secara
mengesankan,
(5) Atur eksekusi (deliver) implementasi dari rancangan (design) yang diajukan
tersebut, diimplementasikan kedalam tindakan nyata yang merujuk pada kompetensi
dan pengalaman yang pernah dilakukan. Pandangan logis menunjukkan, jika sesuatu
beranjak dari ‘eksisting’ pengalaman yang dimiliki, dapat membangkitkan rasa percaya
diri komunitas tersebut. Maka impian menjadi sesuatu yang sangat mungkin terjadi
(destiny).
Menurut Cooperrider (2001), inkuiri berarti untuk menyatakan sistem terbuka dalam
melihat potensi dan kemungkinan baru, apresiatif berarti menyadari kehebatan orang-
orang atau dunia di sekitar kita untuk menyatakan kekuatan, kesuksesan, dan potensial
di masa lalu atau masa sekarang, adalah proses penguatan, yang mengalirkan
kekayaan pengalaman dan keseluruhan kekuatan yang dimiliki.
Pendekatan ini tidak terfokus pada masalah yang sedang dihadapi akan tetapi pada
kekuatan yang bisa dilihat dalam memecahkan masalah tersebut. Pendekatan ini
melihat kapasitas masa lalu dan masa depan tentang; prestasi, asset, potensial yang
belum tereksplor, inovasi, kekuatan, pikiran mendalam, kesempatan, momen-momen
penting, nilai kehidupan, tradisi, kemampuan strategis, riwayat, ekspresi kebijaksanaan,
dan visi dari suatu nilai dan masa depan yang mungkin terjadi.
Inti dari inkuiri apresiatif terletak pada ‘seni mengajukan pertanyaan’ yakni bagaimana
melihat kemungkinan masa depan dengan dasar yang kuat yaitu pengalaman terbaik
dan hubungan positif subjek (seseorang, organisasi, komunitas) terhadapnya. Dengan
demikian, inkuiri apresiatif (appreciative inquiry) bekerja dengan asumsi bahwa
lingkungan ini tercipta untuk mendukung sistem kehidupan dan selalu tersedia
kapasitas yang sedang berjalan dengan baik.
Gagasan penting lain yang ditawarkan inkuiri apresiatif (appreciative inquiry) adalah
lebih baik mengembangkan apa yang sudah berjalan dengan baik di dalam suatu
komunitas/organisasi, ketimbang mencoba memperbaiki masalah. Ini berlawanan
dengan cara lama yang cenderung mencari penyelesaian masalah (problem solving).
Sebaliknya, inkuiri apresiatif  justru memusatkan pada keberhasilan yang pernah terjadi
dan yang sekarang berjalan dengan baik, kemudian memperkuatnya. Dan hasilnya,
ternyata memberikan dampak yang melebihi dari penyelesaian masalah itu sendiri.
Dalam penelitian yang berjudul Visi Dan Inkuiri Apresiatif BAGJA Dalam Penumbuhan
merdeka Belajar Murid Kelas VI D SD Saraswati 3 DenpasaTahun Pelajaran
2020/2021, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok murid yang
belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri dengan strategi pembelajaran langsung
terhadap kemampuan berpikir kritis maupun pemahaman konsep.
Hasil pengujian hipotesis tersebut memberikan gambaran bahwa strategi pembelajaran
inkuiri berdampak konstruktif, karena pada proses pembelajaran cenderung berpusat
pada siswa yang menjadikan siswa sebagai subjek dan menekankan keaktifan siswa
untuk belajar menemukan topik dan materi pembelajaran.
Pengertian Merdeka Belajar
Kata “merdeka” (independent) pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yakni: (1)
bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), berdiri sendiri; (2) tidak terkena
atau lepas dari tuntutan; (3) tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak
tertentu, leluasa. Sedangkan kata “belajar” yang dirasakan sebagai kebutuhan yang
vital, karena hampir semua kecakapan, keterampilan, dan kebiasaan manusia terbentuk
dari proses belajar yang dimodifikasi bagi setiap orang.
Menurut Jihad, (2008: 01) menyatakan, “belajar adalah kegiatan berproses melalui
jenjang pendidikan, keberhasilan tujuan pendidikan sangat tergantung pada
keberhasilan proses belajar di sekolah. Merdeka belajar adalah suasana belajar yang
bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu.
Mengajar dengan nuansa yang nyaman akan lebih menyenangkan bagi guru maupun
murid. Pembelajaran akan lebih nyaman, jika murid dapat berdiskusi lebih
dengan gurunya serta dapat belajar di luar kelas, dan tidak hanya mendengarkan
penjelasan dari guru, tetapi lebih membentuk karakter murid yang berani, mandiri,
cerdik dalam bergaul, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan
sistem ranking, yang menurut beberapa survey hanya meresahkan anak dan orang tua,
karena setiap anak memiliki bakat dan kecerdasan yang berbeda.
Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan berkompeten, serta berbudi
luhur di lingkungan masyarakat. Kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan
mengaktifkan bagian otak berpikir dan mengoptimalkan proses belajar mengajar serta
meningkatkan kepecayaan diri anak. Suasana kelas yang kaku, penuh beban, guru
yang kurang menyenangkan akan menurunkan fungsi otak anak dan anak tidak berpikir
efektif, reaktif atau agresif.
Deskripsi Aksi Nyata
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim adalah
pencetus program merdeka belajar. Merdeka belajar bertujuan agar para guru, peserta
didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia saat belajar. Merdeka
belajar adalah proses pendidikan  yang harus menciptakan suasana-suasana yang
membahagiakan. Setiap anak yang dilahirkan pasti memiliki keistimewaan yang
berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Di sinilah pendidik harus mampu menjadi
teman belajar yang menyenangkan agar proses belajar anak benar-benar atas
kesadaraannya sendiri dan merdeka atas pilihannya.
Diperlukan waktu yang cukup serta kesabaran dalam memfasilitasi, agar anak mampu
untuk mengenali potensinya. Karena bakat anak bisa tumbuh ketika anak sudah
memiliki minat dan mau berlatih untuk mengasah keterampilannya. Dalam mengawali
proses belajar, pendidik juga perlu memiliki kemampuan mendengar yang baik.
Tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan dan mendikte anak-anak atas
kehendak pendidik. Strategi pembelajaran yang memerdekakan, menekankan pada
penggunaan pengetahuan secara bermakna dan proses pembelajaran lebih banyak
diarahkan untuk mendengarkan pertanyaan atau pandangan siswa. Aktivitas belajar
lebih menekankan pada keterampilan berpikir kritis, analisis, membandingkan,
generalisasi, memprediksi, dan menyusun hipotesis.
Program merdeka belajar dilahirkan dari banyaknya keluhan terhadap sistem
pendidikan. Salah satunya keluhan soal banyaknya peserta didik yang dipatok oleh
nilai-nilai tertentu. “Merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir, terutama esensi
kemerdekaan berpikir harus diterapkan oleh guru terlebih dahulu. Jika guru tidak
menerapkan, tidak mungkin bisa terjadi pada peserta didik.”
Saat kita percaya kemerdekaan guru dan kemerdekaan belajar, maka akan
bersinggungan dengan banyak hal. Salah satunya kemerdekaan dalam proses belajar. 
Proses belajar butuh kemerdekaan, sudah tentu. Sebab, kemerdekaan harus melekat
pada subyek yang melakukan proses belajar, guru ataupun peserta didik. Perspektif
kemerdekaan itu sendiri, bukan sekedar kepatuhan atau perlawanan. Kemerdekaan
adalah sesuatu yang diperjuangkan, bukan diberikan. Kemerdekaan adalah bagian
penting dari pengembangan guru.
Sama seperti burung yang tidak berani keluar dari kandang, kompetensi guru tidak
akan bisa optimal jika tidak diberikan  kemerdekaan atau kebebasan berpikir. Sebab,
hanya guru yang merdeka yang bisa membebaskan anak, hanya guru yang antusias
yang menularkan rasa ingin tahu pada anak dan hanya guru belajar secara terus
menerus yang pantas mengajar. Apa yang dipercayai guru adalah bagian penting dari
apakah dia mampu mencapai kemerdekaan dan memerdekakan belajar.
Dalam situasi seperti ini, guru yang memiliki kemerdekaan juga seringkali disalahartikan
sebagai perlawanan terhadap aturan atau kebijakan. Ini pendefinisian yang kurang
tepat, karena kemerdekaan sesungguhnya selalu berkaitan dengan inisiatif diri. Guru
perlu merdeka untuk mencapai cita-cita, bukan sekadar ”merdeka” dari kebijakan.
Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran yang memerdekakan menekankan pada
proses penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan dengan
menggunakan masalah dalam konteks nyata. Evaluasi menggali munculnya berpikir
divergen, pemecahan masalah secara ganda atau tidak menuntut satu jawaban benar
karena pada kenyataannya tidak ada jawaban siswa yang salah, yang ada adalah
pertanyaan pendidik yang salah.
Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas yang
menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam
konteks nyata, artinya evaluasi lebih menekankan pada keterampilan proses dalam
kelompok.
Hasil Aksi Nyata
Peningkatan mutu sumber daya manusia menghadirkan masyarakat yang kaya akan
kreativitas dalam pengaktualisasian ilmunya sendiri dan memaksa supaya tidak berpikir
monoton merupakan tujuan yang paling utama dalam perubahan kebijakan pendidikan
saat ini.
Fokus pada peningkatan tiga indikator yaitu numerasi, merupakan peningkatan
kemampuan penguasaan tentang angka-angka, literasi yaitu kemampuan menganalisa
bacaan, dan memahami di balik tulisan tersebut dan pembinaan karakter yaitu
melakukan pembelajaran gotong royong ke-bhinnekaan dan sebagainnya.
Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah metode bagi siswa
untuk mentransformasikan hasil observasi mereka kedalam bentuk-bentuk dan prinsip-
prinsip yang kreatif tentang alam. Dengan demikian, melalui pembelajaran berbasis
budaya, siswa bukan sekadar meniru atau menerima saja informasi yang disampaikan,
tetapi siswa dimerdekakan untuk menciptakan makna, pemahaman,dan arti dari
informasi yang diperolehnya
Pengetahuan, bukan sekedar rangkuman naratif dari pengetahuan yang dimiliki orang
lain, tetapi suatu koleksi yang dimiliki seseorang tentang pemikiran, perilaku,
keterkaitan, prediksi dan perasaan, hasil transformasi dari beragam informasi yang
diterimanya. Pembelajaran berbasis budaya merupakan salah satu cara yang
dipersepsikan dapat;
(1) menjadikan pembelajaran bermakna dan kontekstual yang sangat terkait dengan
komunitas budaya, di mana suatu bidang ilmu dipelajari dan akan diterapkan nantinya,
dan dengan komunitas budaya dari mana kita berasal.
(2) menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan. Kondisi belajar yang
memungkinkan terjadinya penciptaan makna secara kontekstual berdasarkan pada
pengalaman awal sebagai seorang anggota suatu masyarakat budaya. Hal ini sejalan
dengan pemikiran aliran konstruktivisme yaitu aliran pementasan drama yang menolak
pemakaian latar lukisan dan bentuk dekorasi realistis agar diganti dengan konstruksi
lain, seperti tangga dan sebagainya.
Jadi, belajar bukan hanya menerima apa yang ditransfer guru, tetapi peserta didik
bebas menerima dan mengembangkan ilmu yang ditransfer guru sesuai dengan
kebutuhannya. Pendidikan merupakan alat untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, pendidikan yang berkualitas akan
mencerminkan masyarakat yang maju, damai dan mengarah kepada sifat-sifat yang
konstruktif. Pendidikan juga menjadi roda penggerak kehidupan bangsa.
Keberhasilan Dan Kegagalan Dalam Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Inkuiri, merupakan salah satu model yang dapat memberikan stimulus yang baik bagi
siswa yaitu: berpikir kritis, belajar secara mandiri, dan lain sebagainya, merupakan
salah satu model pendekatan yang berpusat pada siswa dan sesuai untuk diaplikasikan
di Sekolah Dasar, terutama sekolah yang menggunakan kurikulum 2013.
Beberapa keunggulan pembelajaran berbasis inkuiri, yaitu: (1) merangsang untuk
belajar aktif, (2) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan mencari dan
menemukan sendiri topik dan materi pembelajaran sendiri, (3) meningkatkan
penguasaan konsep, dan (4) menekankan komunikasi siswa. Keunggulan tersebut
merupakan alasan penggunaan model pembelajaran inkuiri, agar kemampuan berpikir
murid meningkat,
Kekurangan pembelajaran berbasis inkuri, yaitu “(1) pembelajaran sedikit sulit dalam
merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasan siswa dalam belajar,
(2) memerlukan waktu yang panjang dan itu menjadikan guru kesulitan untuk
menyesuaikan waktu yang sudah ditentukan, (3) Selama kriteria keberhasilan belajar
ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran, maka
penggunaan model inkuiri akan sulit diterapkan oleh setiap guru” (Sanjaya, 2010: 208).
Rencana Perbaikan Di Masa Mendatang
Ada murid yang memiliki pengharapan tinggi, dapat mengoseptualisasikan tujuan
dengan jelas, menentukan tujuan berdasarkan kinerja sebelumnya, memasang target
belajar dan standar kinerja yang sedikit lebih tinggi dari yang dapat dicapai, dapat
menyelaraskan diri dengan tujuan mereka sendiri dan mengendalikan bagaimana
mencapainya, kemudian termotivasi secara intrinsik dan berkinerja baik secara
akademis dikatagorikan murid merdeka belajar, sebaliknya murid yang memiliki
pengharapan rendah, ragu-ragu, tidak jelas dengan tujuan diibaratkan murid yang
berlayar tanpa menggunakan peta, hal tersebut sangat membahayakan karena itu
murid dengan motivasi rendah, memerlukan tuntunan yang lebih dari guru, orangtua,
dan masyarakat.
Dari uraian tersebut di atas, perubahan-perubahan yang sangat diperlukan di kelas VI D
SD Saraswati 3 Denpasar, demi terwujudnya “visi murid merdeka” dengan lebih efektif,
yaitu:
(1) Penumbuhan karakter yang baik dan semakin baik, jadi murid bukan hanya pintar
dalam pengetahuan saja, tetapi murid dapat diterima secara utuh dimasyarakat,
(2) Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan
terjadinya peningkatan komunikasi 2 arah (dialog) bukan monolog yang kaku, dengan
model yang beragam contohnya: Tanya-jawab, diskusi perorangan/kelompok, kuis,
percobaan (riset) di laboratorium, perpustakaan dan lain sebagainya
(3) Memperkuat dasar-dasar pengetahuan, bakat, kesukaan, sehingga murid dapat
menentukan pilihan pada satu bidang yang ingin digelutinya di masa datang sebagai
sebuah profesi (ahli dibidangnya),
(4) Selalu mengaitkan hal-hal yang telah dipelajari dengan dunia nyata (masyarakat),
baik dari tujuan, manfaat, penerapan, sehingga murid mengetahui dengan pasti potensi
dirinya dengan jiwa dan akhlak yang mulia,
(5) Pembelajaran di luar kelas, yaitu guru mendesain pembelajaran di luar kelas,
dengan merancang daerah atau lokasi yang akan digunakan untuk belajar (botanical
garden, lahan persawahan, lahan pertanian, perindustrian, pertamina, pantai,
pegunungan, lapangan, dan lain sebagainya) yang sudah dipikirkan juga bagaimana
menuju daerah/lokasi tersebut, apakah menggunakan transportasi sekolah
(bus/minibus), atau lokasi dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau mengendari
sepeda gayung yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Guna mendukung perubahan-perubahan tersebut di atas, hal yang paling dibutuhkan
murid adalah transportasi sekolah yang memadai, laboratorium, ruang perpustakaan
yang lengkap dan nyaman untuk menumbuhkan minat membaca, internet dengan
kapasitas jaringan yang baik.
Dokumentasi proses Aksi Nyata

****
Simpulan
Pendekatan Inkuiri, merupakan salah satu model yang dapat memberikan stimulus
yang baik bagi siswa yaitu: berpikir kritis, belajar secara mandiri dengan penggambaran
strategi pembelajaran inkuiri berdampak konstruktif, karena pada proses pembelajaran
cenderung berpusat pada siswa yang menjadikan siswa sebagai subjek dan
menekankan keaktifan siswa untuk belajar menemukan topik dan materi pembelajaran.
Merdeka belajar adalah proses pendidikan dengan menciptakan suasana-suasana
yang membahagiakan, sekolah tak lagi menakutkan dengan berbagai aturan yang
mengikatnya, murid bisa merasa nyaman dan aman di sekolahnya, maka murid menjadi
manusia yang merdeka dengan tetap memelihara ketertiban dan dan kedamaian di
tengah masyarakat.

Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila


Dalam rangka memberikan pedoman yang jelas tentang Implementasi Kurikulum
Merdeka (IKM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) melalui Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan mengeluarkan Keputusan Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen,
dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka.
Dalam keputusan tersebut disebutkan secara rinci dimensi Profil Pelajar Pancasila
sebagai acuan satuan pendidikan dalam menyusun kebijakan. Profil pelajar Pancasila
merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila
berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan
termasuk menjadi acuan untuk pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi
peserta didik.
Seluruh pemangku kebijakan harus memahami substansi profil pelajar Pancasila
karena perannya sangat penting guna implemenasi Kurikulum Merdeka. Terdapat enam
dimensi profil pelajar Pancasila, di antaramya:

1. Beriman
Dimensi ini mengarahkan peserta didik Indonesia untuk beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Dimensi beriman memiliki lima elemen kunci yaitu:
 Akhlak beragama
 Akhlak pribadi
 Akhlak kepada manusia
 Akhlak kepada alam
 Akhla bernegara
2. Berkebinekaan Global
Pada dimensi ini pelajar Indonesia diharapkan dapat mempertahankan budaya luhur,
lokalitas, dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan
budaya lain. Dengan demikian akan tumbuh rasa saling menghargai dan
memungkinkan untuk terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan
dengan budaya luhur bangsa.

Elemen kunci dari berkebhinekaan global meliputi; a) Mengenal dan menghargai


budaya; b) Komunikasi dan interaksi antar budaya; c) Refleksi dan tanggung jawab
terhadap; d) pengalaman kebinekaan; dan e) Berkeadilan Sosial.
3. Bergotong Royong
Dimensi ini mengarahkan peserta didik memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar
kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen dari dimensi
ini yaitu Kolaborasi dan Kepedulian

4. Mandiri
Dimensi mandiri merupakan upaya mengarahkan peserta didik menjadi pelajar mandiri
dengan tanggung jawab atas proses dan hasil belajar yang baik. Elemen kunci dari
mandiri terdiri dari: a) pemahaman diri dan situasi yang dihadapi, b) regulasi diri

5. Bernalar Kritis
Pelajar Indonesia diharapkan memiliki kemampuan bernalar kritis secara objektif
memproses informasi baik kualitatif maupun kuantatif, membangun keterkaitan antara
berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkan.

Elemen-elemen dari bernalar kritis yaitu: a) Memperoleh dan memproses informasi dan
gagasan; b) Menganalisis dan mengevaluasi penalaran; dan c) Merefleksi dan
mengevaluasi pemikiran sendiri.

6. Kreatif
Pada dimensi kreatif peserta didik diharapkan mampu memodifikasi dan menghasilkan
sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari
dimensi kreatif yaitu: a) Meghasilkan gagasan yang orisinal; b) Menghasilkan karya dan
tindakan yang orisinal; c) Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permaslahan.
Seluruh dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan
agar individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan
berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
Untuk itu, pendidik harus mengembangkan keenam dimensi tersebut secara
menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini. Dimensi ini perlu dijelaskan maknanya dan
diurutkan perkembangannya sesuai dengan tahap perkembangan psikologis dan
kognitif anak dan remaja usia sekolah.

You might also like