You are on page 1of 17

KEJANG DEMAM

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
Muhamad Tuharea 124021 2020 038
Krispina Ayowembun 124021 2020 030
Sauda Tutupoho 124021 2020 051
Parmita Tuhuteru 1240212020 042

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN
RUMKIT TK III DR. J.A. LATUMETEN
2021/2022

KATA PENGANTAR
 Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan
rahmat,taufik dan hidayah Nya sehingga Laporan
 “ASUHANKEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM ini dapat terselesaikan
padawaktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktek
klinikKeperawatan Anak di ruang rawat anak RSUD CUT NYAK DHIEN MEULABOH
ACEHBARAT.Laporan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak,
Rekan – rekan satu kelompok yang telah banyak memberikan dorongan sehinggaterwujud
Laporan ini.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran
dankritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
Laporankasus ini lebih lanjut.Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat
bermanfaat bagi siapa sajayang membacanya

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... 
DAFTAR ISI .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
A.Latar belakang ...............................................................................
B.Tujuan Penulisan ............................................................................
BAB II KONSEP DASAR MEDIS ......................................................
A.Definisi............................................................................................
B.  Etiologi………………………......................................................
C.  Patofisiologi…………………………..........................................
D. Pathwey………………..................................................................
E.  Tanda dan gejala............................................................................
F. Klasifikasi kejang demam...............................................................
G.Pemeriksaan penunjang…………………………………………..
H.Penatalaksanaan medis……………………………………………

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERTAN .........................................


A.Pengkajian .....................................................................................
B. Diagnosa……………………………………………………….
C.Rencana keperawatan……………………………………………

BAB IV PENUTUP………………………............................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai penerusketurunan, anak
pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidaksatupun orang tua yang
menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih – lebih bila anaknyamengalami kejang demam seperti
ini sangat tidak di inginkan oleh orang tua manapun.Insiden kejang demam ini dialami oleh 2% -
4% pada anak usia antara 6 bulan hingga 5Tahun (ME. Sumijati 2000 ) dengan durasi kejang
selama beberapa menit. Namun begitu,walaupun terjadi hanya beberapa menit, bagi orang tua
rasanya sangat mencemaskan,menakutkan dan terasa berlangsung sangat lama, jauh lebih lama
disbanding yangsebenarnya.Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang
paling seringdijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa
sekitar2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5
tahun.Penelitian di jepang bahkan mendapatkan angka kejadian (inseden) yang lebih
tinggi,mendapatkan angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi
mendapatkanangka sekitar 7%. (Maeda DKK, 2016)Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4%
da Amerika Serikat, Amerika Selatan danEropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus
merupakan kejang demamkomplek.Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2
golongan yaitu kejangdemam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan
kejang demamkomplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari
1 kalikejang demam dalam 24 jam)
Selama melakukan praktek klinik dalam stase keperawatan anak tanggal 24 april s/d
19mei 2018 didapati kasus kejang demam sebanyak 31 anak yang dirawat di ruang rawat
anakBLUD Cut Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.Kejang demam bisa diakibatkan
oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga,campak, cacar air. Dalam keadaan
demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C pun bisamengakibatkan kenaikan metabolisme basal
yang mengakibatkan peningkatan kebutuhanoksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak
sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidakterpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya
kejang tidak akan menimbulkan dampak
sisa jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penan
ganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya darikejang pertama.
Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah sepertiresiko cidera, resiko
terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakangyang mengakibatkan
obstruksi pada jalan nafas.Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera.Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindaricacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu
tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut sertam
ampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputiaspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambunganserta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.Dengan
melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat diturunkan melaluiupaya
pencegahan dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada anak.Dan perlu
diingat bahwa maslah penanggulangan kejang demam ini bukan hanya masalah dirumah sakit
tetapi mencskup permasalahan yang menyeluruh dimulai dari individu anaktersebut, keluarga,
kelompok maupun masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada anak.
2. Tujuan khusus :Untuk mengetahui;
a. Definisi penyakit kejang demam pada anak. 
b. Etiologi penyakit kejang demam pada anak
c. Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .
d. Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.
e. Komplikasi penyakit kejang demam pada anak.
f. Pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .
g. Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak
h. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38⸰C.Yang
disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.Kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhumencapai >38C).
kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupunekstrakranial. Kejang demam
terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampaidengan 5 tahun (Amid dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaandengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling
seringdijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan
kejangterjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan
frekuensiserangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang
terjadisetelah usia 5 tahun

B. Etiologi
1.Faktor-faktor prenatal
2.Malformasi otak congenital
3.Faktor genetika
4.Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5.Demam
6.Gangguan metabolisme
7.Trauma
8.Neoplasma, toksin
9.Gangguan sirkulasi
10.Penyakit degeneratif susunan saraf
11.Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

C. Patofisiologi Kejang Demam 


Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadiCO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoiddan permukaan luar
yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilaluidengan mudah oleh ion
kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) danelektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl – ). Akibatnya konsentrasi ion K +dalam sel neurontinggi dan konsentrasi
Na+rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjagakeseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yangterdapat pada permukaan
sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular 
b) b.Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrikdari
sekitarnya
c) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunanPada keadaan
demam kenaikan suhu 1⸰C akan mengakibatkan kenaikanmetabolisme basal 10-15 % dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahunsirkulasi otak mencapai 65 %
dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yanghanya 15 %. Oleh karena itu
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan darimembran sel neuron dan dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupunion natrium akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter”dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebihdari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untukkontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktatdisebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidakteratur dan suhu
tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot danmengakibatkan
metabolisme otak meningkat.

D. Pathwey

Infeksi bakteri virus dan Rangsang mekanik dan biokimia


parasit gangguan keseimbangan cairan
elektrolit

Reaksi inflamasi Perubahan konsentrasi ion di


ruang ekstraseluler

Proses demam
Ketidakseimbangan potensial Kelainan neurologis
membrane ATP ASE parintal/prenatal
Hipertermia
Difusi Na+ dan K+

Resiko kejang berulang Kejang Resiko cedera

Kurang dari 15 menit


Pengobatan perawatan Lebih dari 15 menit
kondisi, prognosis, lanjut
dan diet Tidak menimbulkan gejala sisa
Perubahan suplay darah ke otak

Kurang informas, kondisi


prognosis/pengobatan dan
perawatan Resiko kerusakan sel neuron
otak

Kurang pengetahuan /
Infektif
Cemas Perfusi jaringan cerebral
Penetalaksanaan kejang
Cemas tidak efektif
E. Tanda dan gejala
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1.Kejang demam sederhana Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinissebagai
berikut :
a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam2.Kejang demam komplikata (Complex
Febrile Seizure), dengan ciri-ciri

 gejala klinissebagai berikut :


a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F. Klasifikasi Kejang Demam


A.Kejang demam sederhana
1. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun
4. Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
5. Kejang tidak bersifat tonik klonik
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau
abnormalitas perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat
9. Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha, 2014)
B.Kejang demam kompleksTerdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik;mengecap-
ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-
ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapanterpaku.

G. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam

1. 1.Elektro encephalograft (EEG) Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai


prognostik. EEG abnormaltidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya
epilepsi atau kejang demamyang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG
tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan
laboratorium rutin tidak dianjurkan dandikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi. 
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya
meningitis,terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih keci

seringkali gejalameningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi
yang berumurkurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18
bulan.
 
3.Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik
akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium
(N 3,80  –  5,00 meq/dl )  Natrium ( N 135  –  144 meq/dl )
d. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang.
e. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
f. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di
bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

 
H. Penaktalaksanaan Medis
1. Pengobatan
 Pengobatan fase akut Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah
diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal. Dosis awal : 0,3  –  0,5
mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis
yang sama setelah 20 menit.
 Turunkan panas Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis. Kompres air
PAM /Os
 Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila
kejang demam berlangsung lama.
 Pengobatan profilaksis Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat
demam dan  profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis
intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3  – 0,5 mg/hgBB/hari.
 Penanganan sportif
1)Bebaskan jalan napas
2)Beri zat asam
3)Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4)Pertahankan tekanan darah
2.Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan
antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.  
b. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi Dapat digunakan : Penobarbital :
5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
Diazepam : (indikasi khusus)

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM
A. Pengkajian Keperawatan
1.Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat Keletihan, kelemahan umum Keterbatasan dalam beraktivitas,
bekerja, dan lain-lain  
b. Sirkulasi Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis Posiktal : Tanda-tanda vital normal
atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan
atau penanganan Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
Perubahan dalam  berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
2) Makanan atau cairan
3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan
aktivitas kejang
e.   Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma
kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
f.  Kenyamanan
1. Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
2. Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
g. Pernafasan
1. Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi
mulus
2. Fase posektal : Apnea
h. Keamanan
1. Riwayat terjatuh
2. Adanya alergi

i.  Interaksi Sosial Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan


sosialnya

2.Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
1. Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
2. Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot  
b.  Integritas Ego
1. Pelebaran rentang respon emosional
c.  Eleminasi Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter Posiktal : otot
relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
d. Makanan atau cairan
1. Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
2. Hyperplasia ginginal
e.  Neurosensori (karakteristik kejang)
1. Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang
tidak menentu yang mengarah pada fase area.
2. Kejang umum Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
3. Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental
dan anesia
4. Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan
5. Kejang parsial Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir
15 menit tdak ada  penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif
f. Kenyamanan Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati Perubahan pada tonus otot
Tingkah laku distraksi atau gelisah
g. Keamanan Trauma pada jaringan lunak Penurunan kekuatan atau tonus otot secara
menyeluruh

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan sel neuron otak
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas

C. Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Hipertermi  berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu
dengan proses infeksi keperawatan selama 2x24 jam tubuh sesering
diharapkan tidak terjadi hipertermi mungkin
atau peningkatan suhu tubuh dengan 2.Monitor warna kulit
kriteria hasil : 3.Monitor tekanan
darah, nadi dan RR
Suhu tubuh dalam rentan normal 4.Monitor penurunan
(36,5-37oC) tingkat kesadaran
Nadi dalam rentan normal 80- 5.Tingkatkan
120x/menit sirkulasi udara
RR dalam rentan normal dengan membatasi
18-24x/menit pengunjung
Tidak ada perubahan warna kulit 6.Berikan cairan dan
dan pusing elektrolit sesuai
kebutuhan
7.Menganjurkan
menggunakan
pakaian yang tipis
dan menyerap
keringat
8.Berikan edukasi
pada keluarga tentang
kompres hangat
dilanjutkan dengan
2 Gangguan perfusi kompres dingin saat
jaringan cerebral anak demam
berhubungan dengan 9.Kolaborasi dengan
kerusakan neuromuskular dokter dalam
otak Setelah diberikan asuhan pemberian obat
  keperawatan selama 2x24 jam penurun panas
  diharapkan  pasien tampak tidak
lemah, tidak pucat, kulit tidak
kebiruan dengan kriteria hasil: 1.Monitor TD, nadi,
suhu dan RR
a.TD sistole dan diastole dalam 2.Catat adanya
batas normal 80-100/60 mmHg   penginkatan TD
b.RR normal 20-30 x/menit 3.Monitor jumlah dan
c. Nadi normal 80-90 x/menit irama jantung
d.Suhu normal 36-37 derajat celcius 4.Monitor tingkat
e.GCS 456 kesadaran
5.Monitor GCS
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi karena  peningkatan
suhu tubuh (suhu rectal > 38⸰C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat seorang bayi atau
anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam  biasanya terjadi pada
awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan
memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit
akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang
biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun  jarang dapat terjadi selama lebih dari 15
menit. Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan pemeriksaan sedini
mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan dapat diketahui secara dini sehingga
kejang demam dapat dicegah sedini mungkin

b. Saran
1.Untuk RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh Agar selalu dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih baik khususnnya dalam peroses pemberian asuhan keperawatan serta selalu memberi
perawatan yang intensif khususnya pada penderita kejang demam.
2. Untuk mahasiswa Mahasiswa harus lebih memperdalam ilmu pengetahuan serta keterampilan
dengan cara terus membaca dan berlatih agar kualitas asuhan yang diberikan pada klien lebih
baik.
3. Untuk Pihak Akademik Pihak Akademik diharapkan dapat menyediakan buku sumber yang
lebih lengkap untuk mempermudah mahasiswa mencari literatur yang diperlukan dalam
meningkatkan ilmu pengetahuannya.terutama buku sumber yang berkaitan dengan kasus kejang
demam
 
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3. Medica Aesculpalus, FKUI.
Jakarta Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta
Carolin, Elizabeth J. 2002.
 Buku Saku Patofisiologi EGC: Jakarta. Carpenito, L.J.,2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi
pada Praktek Klinis, EGC, Jakarta Doenges, Marilynn E. 2000.
 Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa, editor; Monica  Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta. Hidayat, Azis
Alimul. (2005).
 Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I . Edisi:1. Jakarta: Salemba medika. Judith M. Wilkinson,
( 2016) Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NO, Edisi :10.EGC ,Jakarta Maeda, Dkk. Lp
kejang demam. 12 mai 2018. https://www.scribd.com/doc/240209755/LP- Kejang-Demam
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007).  Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk
mahasiswa keperawatan.
Editor: Monica Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak I . Edisi:1. Jakarta: Salemba medika. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007).
 Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika Syaifudin (2006).  Anatomi Fisiologi
untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG Smeltzer, Suzanne
C. 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, alih bahasa; Agung
Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8 EGC: Jakarta. Tucker, Susan Martin. 1998.
Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5 EGC. Jakarta.

You might also like