Professional Documents
Culture Documents
Tugas Resume Kelompok 4
Tugas Resume Kelompok 4
RESUME BUKU
QUALITATIVE INQUIRY AND RESEARCH DESIGN
CHOOSING AMONG FIVE APPROACHES
EDISI II
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Endang Komara, M. Si.
Penyusun:
Aulia Rahma 71221079
Haris Almacca 7122
M. Abdul Basith 71221109
Niluh Ayu Sri Saraswati 71221110
Wulandari Kezia Karamoy 71221077
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia Nya kepada kami tim
penulis. Karena hanya dengan rahmatNyalah kami mampu menyelesaikan bedah buku John. W.Creswelle edisi
kedua yang berjudul Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Approaches. Bedah buku
ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian dengan dosen pengampu Prof.
Dr. EndangKomara, M. Si.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam bedah buku ini. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan tugas ini.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Inisial Buku............................................................................................
1.2. Alasan Pengambilan Judu Buku.............................................................
1.3. Sistematika Penulisan.............................................................................
BAB II LAPORAN RESUME BUKU.................................................................... 7
2.1. Resume Pembukaan.............................................................................
2.1.1. Tujuan................................................................................................
2.1.2. Apa yang Baru Pada Edisi ini............................................................
2.1.3. Alasan Rasional tentang Buku......................................................... 2
2.1.4. Seleksi Terhadap Lima Pendekatan................................................. 2
2.1.5. Posisi Penulis................................................................................... 4
2.1.6. Pembaca........................................................................................... 5
2.1.7. Organisasi.........................................................................................6
2.2. Resume Filosofi, Paradigma, dan Keragka Interpretasi................7
2.2.1. Asumsi Filosofis...............................................................................7
2.2.2. Paradigma atau Pandangan Dunia....................................................8
2.2.3. Komunitas Interpretatif..................................................................11
2.3. Resume Merancang Studi Kualitatif..............................................14
2.3.1. Karakteristik Penelitian Kualitatif..................................................14
2.3.2. Kapan Menggunakan Penelitian Kualitatif....................................17
2.3.3. Proses Merancang Studi Kualitatif.................................................18
2.3.4. Struktur Umum dari Rencana atau Proposal......................................
2.4. Resume Lima Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian
2.4.1. Riset Naratif
2.4.2. Riset Fenomenologi
2.4.3. Riset Grounded Theory
2.4.4. Riset Etnografi
2.4.5. Riset Case Study
2.5. Resume Lima Perbedaan Penelitian Kualitatif.............................42
2.5.1. Studi Naratif (Angrosino, 1994; lihat Appendix B).......................42
2.5.2. Studi Fenomenologis (Anderson, dan Spencer; lihat Appendix C) 44
2.5.3. Studi Gounded Theory (Morrow & Smith, 1995; lihat Appendix D) 46
2.5.4. Etnografis (Haenfler, 2004; lihat Appendix E)..............................47
2.5.5. Studi Kasus (Asmussen & Creswell, 1995; lihat Lampiran F)......50
2.6. Resume Mengantarkan Dan Memfokuskan Studi........................52
2.6.1. Pernyataan Permasalahan Riset.....................................................52
2.6.2. Pernyataan Tujuan.........................................................................54
2.6.3. Pertanyaan Penelitian....................................................................58
2.7. Resume Pengumpulan Data 65
2.7.1. Berikut adalah Prosedur Dalam Pengumpulan Data......................66
iii
2.7.2. Berikut adalah Prosedur-Prosedur dalam Perekaman Data...........72
2.8. Resume Analisis Dan Penyajian Data............................................ 75
2.8.1. Berikut adalah langkah- langkah dalam menganalisis data dan
menyajikan data..............................................................................................75
2.8.2. Berikut adalah beberapa software yang bisa digunakan untuk
mengcoding.....................................................................................................77
2.9. Resume Menulis Penelitian Kualitatif............................................78
2.9.1. Beberapa Pertanyaan Retorikal......................................................78
2.9.2. Refleksitas dan Representasi dalam Menulis.................................79
2.9.3. Penikmat/ Stakeholders Tulisan Kita.............................................79
2.9.4. Menyalin Tulisan........................................................................... 79
2.9.5. Kutipan dalam Tulisan...................................................................80
2.9.6. Struktur Penelitian Narasif.............................................................80
2.9.7. Struktur Fenomenologis.................................................................81
2.9.8. Struktur Grounded Theory............................................................. 82
2.9.9. Struktur Ethnographic.................................................................... 83
2.9.10. Struktur Studi Kasus...................................................................... 83
2.10. Resume Standar Validasi dan Evaluasi......................................... 84
2.10.1. Validitas......................................................................................... 86
2.10.2. Reliabilitas......................................................................................87
2.11. Resume Turning the Story dan Konklusi........................................87
2.11.1. Studi Kasus.....................................................................................87
2.11.2. Studi Naratif...................................................................................88
2.11.3. Fenomenologi.................................................................................89
2.11.4. Studi Grounded Theory..................................................................89
2.11.5. Etnografi.........................................................................................90
2.11.6. Konklusi......................................................................................... 91
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
LAPORAN RESUME BUKU
6
karena bergantung pada pendekatan yang dipilih oleh peneliti. Penelitian
dengan teori grounded terlihat berbeda dari penelitian dengan teori
fenomenologis. Ketika pendekatan ditampilkan berdampingan di seluruh fase
desain penelitian, pembaca tidak hanya memperoleh perspektif tentang
perbedaan mereka tetapi juga mengembangkan perspektif terapan tentang
bagaimana pendekatan tersebut menginformasikan setiap fase penyelidikan.
Ketika berbicara tentang melihat perspektif yang berbeda. Jadi, Pembaca akan
menemukan pandangan yang berbeda melalui pendekatan yang berbeda
dalam melakukan penelitian kualitatif. Bagi individu yang dilatih atau
disosialisasikan dalam pendekatan tertentu, analisis komparatif ini dapat
memperluas cakupan metode inkuiri mereka dan mendorong mereka untuk
mencari prosedur alternatif. Siswa di kelas penulis yang telah menggunakan
buku tersebut dapat memulai dengan proyek teori dasar, kemudian mengubah
pendekatan mereka, dan diakhiri dengan fenomenologi. Penulis berharap
buku ini akan mendorong para penyelidik untuk bereksperimen dengan
berbagai bentuk penyelidikan.
7
2.1.5 Posisi Penulis
Pendekatan penulis adalah untuk menyajikan lima pendekatan sebagai
pendekatan "murni" untuk desain penelitian yang diintegrasikan dalam satu
studi penelitian. Tetapi sebelum memadukannya, penulis perlu melihat setiap
pendekatan sebagai hal yang berbeda dan mempelajarinya lebih dalam,
secara individual, sebagai panduan prosedural untuk penelitian. Untuk peneliti
pemula, penulis tidak akan merekomendasikan memilih lebih dari satu
pendekatan. Memisahkan mereka seperti yang penulis lakukan dalam buku ini
akan membantu para peneliti pemula untuk fokus pada satu pendekatan untuk
studi mereka. Untuk peneliti kualitatif yang lebih maju, buku ini dapat
berfungsi sebagai pengingat dari banyak pilihan yang tersedia dan para
penulis saat ini tentang pendekatan yang berbeda untuk penelitian kualitatif.
Penulis membatasi diskusi desain untuk komponen spesifik dari proses desain
penelitian. Penulis meninggalkan aspek lain dari desain penelitian, seperti
mendefinisikan istilah, membahas pentingnya penelitian, mengajukan
keterbatasan dan delimitasi, dan memajukan peran.
Penulis cenderung memiliki pendekatan yang lebih objektif dan ilmiah
untuk penelitian kualitatif. Penyelidikan kualitatif merupakan cara yang sah
dari eksplorasi ilmu sosial dan manusia, tanpa membandingkan dengan
penelitian kuantitatif.
Fokus penulis sebagai ahli metodelogi penelitian adalah desain atau
prosedur penelitian, bukan pada asumsi filosofis. Memang, asumsi ini tidak
dapat dipisahkan dari prosedur, tetapi penulis menempatkan asumsi ini di latar
belakang daripada di latar depan, mengakui secara terbuka bahwa penulis
bukan seorang filsuf pendidikan tetapi seorang ahli metodelogi penelitian.
Pendekatan penulis menyajikan arahan umum, menawarkan alternatif bagi
peneliti dan mengembangkan pilihan penulis.
2.1.6 Pembaca
Buku ini untuk akademisi dan cendekiawan yang berafiliasi dengan
ilmu sosial dan manusia. Contoh di seluruh buku menggambarkan keragaman
disiplin ilmu dan bidang studi termasuk sosiologi, psikologi, pendidikan, ilmu
kesehatan, studi perkotaan, pemasaran, komunikasi dan jurnalisme, psikologi
8
pendidikan, ilmu dan terapi keluarga, dan bidang ilmu sosial dan manusia
lainnya. Penulis memberikan rekomendasi untuk bacaan lebih lanjut yang
dapat memperluas materi dalam buku ini bagi peneliti yang belum
berpengalaman maupun yang sudah berpengalaman. Fokus pada
membandingkan lima pendekatan di seluruh buku ini memberikan pengenalan
bagi para peneliti berpengalaman terhadap pendekatan yang dibangun di atas
pelatihan dan pengalaman penelitian mereka.
2.1.7 Organisasi
Premis dasar buku ini adalah Pendekatan kualitatif dan desain
penelitian memiliki ciri khas masing-masing. Dalam Bab 2, penulis
memberikan pengantar asumsi filosofis, pandangan dunia atau paradigma, dan
lensa teoretis yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam di Bab 3,
penulis mengulas elemen dasar merancang studi kualitatif. Dalam Bab 4,
penulis memberikan pengantar untuk masing-masing dari lima pendekatan
penyelidikan: penelitian naratif, fenomenologi, grounded theory, etnografi,
dan penelitian studi kasus. Dalam Bab 5, melanjutkan diskusi dengan
menyajikan lima artikel jurnal yang diterbitkan (dengan artikel lengkap di
lampiran), yang memberikan ilustrasi yang baik dari masing-masing
pendekatan. Pada 5 bab ini menjadi dasar untuk tahapan untuk bab-bab
selanjutnya, yang menghubungkan desain penelitian dengan setiap
pendekatan: menulis pengantar studi (Bab 6), mengumpulkan data (Bab 7),
menganalisis dan mengirimkan ulang data (Bab 8), menulis studi kualitatif
(Bab 9), dan validasi hasil dan penggunaan standar evaluasi (Bab 10). Dalam
semua bab desain ini, penulis terus membandingkan lima jenis pendekatan
kualitatif. Akhirnya, setiap pendekatan hadir dengan istilah berbeda yang
mungkin asing bagi pembaca. Penulis menyediakan daftar istilah dalam
Lampiran A untuk memudahkan membaca dan memahami materi dalam buku
ini.
9
dalam banyak pendekatan untuk penelitian kualitatif, para peneliti menggunakan
kerangka interpretatif dan teoritis untuk menyusun penelitian. Penelitian yang baik
akan membutuhkan pembuatan asumsi, paradigma, dan kerangka kerja tersebut
menjadi eksplisit tertuang dalam penulisan penelitian, dikarenakan hal-hal tersebut
yang akan mempengaruhi pelaksanaan penyelidikan. Tujuan bab ini adalah untuk
memperjelas asumsi-asumsi yang dibuat ketika seseorang memilih untuk melakukan
penelitian kualitatif.
Lima filosofi asumsi yang menderong peneliti memilih penelitian kualitatif
adalah: ontology, epistemology, axiology, rhetorical, dan asumsi metodologikal.
Penelitian kualitatif dapat menggunakan salah satu dari asumsi tersebut kemudian
dikembangkan menjadi penelitian. Walaupun paradigma penelitian senantia
berkembang, terdapt empat keyakinan peneliti yang dapat direpesentasikan pada
penelitian, yakni postpositivism, constructivism, advocacy/participatory, pragmatism.
Paradigma yang berbeda akan memberikan perbedaan teori.
10
Asumsi retorika berkaitan dengan tulisan yang bersifat pribadi dan
berbentuk sastra. Misalnya, mereka menggunakan metafora, mereka menyebut
diri mereka sendiri menggunakan kata ganti orang pertama, "Saya," dan
mereka menceritakan kisah dengan awal, tengah, dan akhir, kadang-kadang
dibuat secara kronologis, seperti dalam penelitian naratif
11
dari pengalaman mereka— makna yang diarahkan pada objek atau hal tertentu.
Makna-makna tersebut bervariasi dan multipel, mengarahkan peneliti untuk
mencari kompleksitas pandangan daripada mempersempit makna ke dalam
beberapa kategori atau ide. Tujuan penelitian untuk mengandalkan sebanyak
mungkin pada pandangan peserta tentang situasi. Seringkali makna subjektif
ini dinegosiasikan secara sosial dan historis. Dengan demikian peneliti
membuat interpretasi atas apa yang mereka temukan, interpretasi yang
dibentuk oleh pengalaman dan latar belakang subjek sendiri. Maksud peneliti,
kemudian, adalah untuk memahami (atau menafsirkan) makna yang dimiliki
orang lain tentang dunia. Inilah sebabnya mengapa penelitian kualitatif sering
disebut penelitian interpretatif.
Advokasi/ Partisipatif yaitu penelitian harus memuat agenda aksi
reformasi yang dapat mengubah kehidupan partisipan, institusi tempat mereka
tinggal dan bekerja, atau bahkan kehidupan peneliti. Isu-isu yang dihadapi
kelompok-kelompok marjinal ini sangat penting untuk dipelajari, isu-isu
seperti penindasan, dominasi, penindasan, keterasingan, dan hegemoni. Saat
masalah ini dipelajari dan diekspos. Para peneliti memberikan suara untuk para
peserta ini, meningkatkan kesadaran mereka dan meningkatkan kehidupan
mereka. Tindakan partisipatif mempunyai sifat rekursif, terfokus,
emansipatoris, praktis dan kolaboratif. Bersifat rekursif atau dialektis dan
difokuskan untuk membawa perubahan dalam praktik. Bersifat terfokus untuk
membantu subjek dan peneliti mengajukan agenda aksi untuk perubahan pada
akhir penelitian. Bersifat emansipatoris karena membantu membebaskan orang
dari kendala struktur irasional dan tidak adil yang membatasi pengembangan
diri dan penentuan nasib sendiri. Tujuan dari studi advokasi/ partisipatif adalah
untuk menciptakan debat dan diskusi politik sehingga akan terjadi perubahan.
Bersifat praktis dan kolaboratif karena penyelidikan diselesaikan dengan orang
lain kepada atau ke orang lain. Dalam semangat ini, penulis advokasi/
partisipatif melibatkan peserta sebagai kolaborasi aktif dalam penyelidikan
mereka.
Pragmatisme yaitu peneliti yang memegang pandangan dunia ini fokus
pada hasil penelitian-tindakan, situasi, dan konsekuensi penyelidikan –
daripada kondisi sebelum penelitiannya (seperti dalam postpositivisme). Ada
perhatian dengan khusus terhadap keberhasilan dan solusi untuk masalah.
12
Dalam praktiknya, individu yang menggunakan pandangan dunia ini akan
menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan
penelitian dengan dengan baik, akan menggunakan sumber pengumpulan data
kuantitatif dan kualitatif, fokus pada implikasi praktis dari penelitian, dan akan
menekankan melakukan penelitian yang paling sesuai dengan masalah
penelitian.
13
kritis dan teori ras kritis (CRT), teori queer, dan teori disabilitas.
Teori Postmodern adalah teori yang memfokuskan kritik subjek pada
perubahan cara berpikir daripada menyerukan tindakan berdasarkan perubahan.
Konsep dasarnya adalah bahwa klaim pengetahuan harus diatur dalam kondisi
dunia saat ini dan dalam berbagai perspektif kelas, ras, gender, dan afiliasi
kelompok lainnya. Subjek menunjukkan diri di hadapan hierarki, kekuasaan,
dan kontrol oleh individu dalam hierarki ini, dan berbagai makna bahasa.
Kondisi tersebut meliputi pentingnya wacana yang berbeda, pentingnya orang
dan kelompok yang terpinggirkan ("yang lain"), dan kehadiran "meta- narasi"
atau universal yang berlaku terlepas dari kondisi sosial.
Teori Feminis adalah teori memusatkan dan membuat situasi bermasalah
yang beragam pada perempuan dan institusi yang membingkai situasi tersebut.
Topik penelitian dapat mencakup isu-isu kebijakan yang terkait dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi perempuan dalam konteks tertentu dan
pengetahuan tentang situasi yang menindas perempuan. Dalam pendekatan
penelitian feminis, tujuannya adalah untuk membangun hubungan kolaboratif
dan non- eksploitatif, menempatkan peneliti untuk menghindari objektivitas,
dan melakukan penelitian yang transformatif.
Teori Kritis dan Teori Ras Kritis adalah teori yang berkaitan dengan
pemberdayaan manusia untuk mengatasi kendala yang ditempatkan pada
mereka oleh ras, kelas, dan gender. Peneliti perlu mengakui kekuatan subjek
sendiri, terlibat dalam dialog, dan menggunakan teori untuk menafsirkan atau
menerangi tindakan sosial. Tema sentral yang mungkin dieksplorasi oleh
peneliti kritis meliputi studi ilmiah tentang institusi sosial dan transformasinya.
melalui penafsiran makna kehidupan sosial; masalah historis dominasi,
keterasingan, perjuangan sosial, kritik masyarakat dan membayangkan
kemungkinan baru.
Teori queer adalah teori yang berkaitan dengan identitas individu.
Mengeksplorasi berbagai kompleksitas konstruksi, identitas, dan bagaimana
identitas tereproduksi di forum sosial. Subjek fokus pada bagaimana hal itu
dibentuk secara kultural dan historis, terkait dengan wacana, dan tumpang
tindih antara gender dan seksualitasyang disebut queer, dan merupakan hal
yang berbeda dengan gay, lesbian, atau homoseksual memungkinkan subjek
untuk tetap terbuka untuk mempertanyakan elemen ras, kelas, usia, dan hal
14
lainnya. Meskipun teori queer kurang dapat disebut metodologi dan lebih
merupakan fokus penyelidikan, metode queer sering menemukan ekspresi
dalam pembacaan ulang teks budaya (misalnya, film, sastra); etnografi dan
studi kasus dunia seksual yang menantang asumsi yang ada tentang gender dan
seksualitas.
Teori Disabilitas adalah teori yang membahas arti inklusi di institusi dan
mencakup administrator, guru, dan orang tua yang memiliki anak penyandang
disabilitas. Peneliti lebih fokus pada disabilitas sebagai dimensi perbedaan
manusia dan bukan sebagai cacat. Sebagai perbedaan manusia, maknanya
berasal dari konstruksi sosial (yaitu, respon masyarakat terhadap individu).
Melihat individu penyandang disabilitas yang tercermin dalam proses
penelitian, seperti dalam jenis pertanyaan yang diajukan, label yang diterapkan
pada individu tersebut, pertimbangan bagaimana pengumpulan data akan
bermanfaat bagi masyarakat, kesesuaian metode komunikasi, dan bagaimana
data dilaporkan dengan cara yang menghormati hubungan kekuasaan.
15
menjadi lebih sulit dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian kualitatif adalah
kegiatan yang terletak pada menempatkan pengamat di dunia. Ini terdiri dari
satu set interpretatif, praktik material yang membuat dunia terlihat dan dapat
mengubah dunia. Mereka mengubah dunia menjadi serangkaian representasi,
termasuk catatan lapangan, wawancara, percakapan, foto, rekaman, dan memo
untuk diri sendiri. Pada tingkat ini, penelitian kualitatif melibatkan
pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap dunia. Definisi tentang
penelitian kualitatif menekankan desain penelitian dan penggunaan
pendekatan yang berbeda untuk penyelidikan (misalnya, etnografi, narasi).
Penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi, pandangan dunia,
kemungkinan penggunaan pandangan teoretis, dan studi masalah penelitian
yang menanyakan makna yang dianggap individu atau kelompok sebagai
masalah sosial atau manusia. Untuk mempelajari masalah ini, peneliti
kualitatif menggunakan pendekatan kualitatif yang muncul untuk
penyelidikan, pengumpulan data dalam pengaturan alami yang peka terhadap
orang dan tempat yang diteliti, dan analisis data yang induktif dan
menetapkan pola atau tema. Laporan atau presentasi tertulis akhir mencakup
suara para subjek, refleksivitas peneliti, dan deskripsi dan interpretasi yang
kompleks dari masalah, dan itu memperluas literatur atau menandakan seruan
untuk bertindak. Beberapa karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut:
a. Pengaturan alami dimana peneliti kualitatif cenderung mengumpulkan
data di lapangan di lokasi di mana subjek mengalami masalah yang
diteliti. Peneliti tidak membawa individu ke situasi yang dibuat-buat, juga
tidak biasanya mengirimkan instrumen untuk diselesaikan individu.
Informasi dari dekat yang dikumpulkan dengan berbicara langsung
kepada subjek dan melihat perilaku dan tindakannya merupakan
karakteristik utama dari penelitian kualitatif. Dalam pengaturan alami,
para peneliti memiliki interaksi tatap muka dari waktu ke waktu.
b. Peneliti sebagai instrumen kunci dimana para peneliti kualitatif
mengumpulkan data sendiri melalui pemeriksaan dokumen, mengamati
perilaku, dan mewawancarai partisipan. peneliti mungkin menggunakan
protokol-instrumen untuk mengumpulkan data tetapi peneliti adalah
orang yang benar- benar kunci dalam mengumpulkan informasi. Peneliti
cenderung tidak menggunakan atau mengandalkan kuesioner atau
16
instrumen yang dikembangkan oleh peneliti lain.
Berbagai sumber data dimana peneliti kualitatif biasanya mengumpulkan
berbagai bentuk data daripada mengandalkan satu sumber data, seperti
wawancara, observasi, dan dokumen. Kemudian peneliti meninjau semua data
dan memahaminya, mengaturnya ke dalam kategori atau tema yang melintasi
semua sumber data.
a. Analisis data induktif dimana peneliti kualitatif membangun pola,
kategori, dan tema mereka dari "awal hingga akhir", dengan mengatur
data menjadi unit informasi yang semakin abstrak. Proses induktif
inimelibatkan peneliti yang bekerja bolak-balik antara tema dan database
sampai mereka membangun satu set tema yang komprehensif. Mungkin
juga melibatkan kolaborasi dengan peserta secara interaktif, sehingga
mereka memiliki kesempatan untuk membentuk tema atau abstraksi yang
muncul dari proses.
b. Makna peserta dimana dalam keseluruhan proses penelitian kualitatif,
peneliti tetap fokus mempelajari makna yang dipegang partisipan tentang
masalah atau isu, bukan makna yang peneliti bawa ke penelitian atau
penulis dari literatur.
c. Desain yang muncul dimana proses penelitian untuk peneliti kualitatif
yang diawali dengan rencana penelitian bersifat tidak dapat ditentukan
secara ketat, semua fase proses dapat berubah atau bergeser setelah
peneliti memasuki lapangan dan mulai mengumpulkan data. Misalnya,
pertanyaan dapat berubah, bentuk pengumpulan data dapat berubah, dan
individu yang dipelajari dan lokasi yang dikunjungi dapat dimodifikasi.
enelitian kualitatif adalah mempelajari masalah atau isu dari partisipan
dan mengarahkan penelitian untuk memperoleh informasi tersebut.
d. Pandangan teoritis dimana peneliti kualitatif sering menggunakan lensa
untuk melihat studi mereka, seperti konsep budaya, pusat etnografi, atau
perbedaan gender, ras, atau kelas dari orientasi teoritis yang dibahas
dalam Bab 2. Kadang- kadang, studi dapat diatur untuk mengidentifikasi
sosial konteks politik, atau sejarah dari masalah yang diteliti.
e. Pertanyaan interpretatif dimana Penelitian kualitatif adalah suatu bentuk
penyelidikan di mana peneliti membuat interpretasi dari apa yang mereka
lihat, dengar, dan pahami. Penafsiran para peneliti tidak lepas dari latar
17
belakang, sejarah, konteks, dan pemahaman mereka sendiri sebelumnya.
Setelah laporan penelitian diterbitkan, pembaca membuat interpretasi
pada subjek, dan menawarkan juga interpretasi lain dari penelitian ini.
Dengan pembaca, subjek, dan peneliti semua membuat interpretasi, kita
dapat melihat bagaimana berbagai pandangan tentang masalah dapat
muncul.
f. Secara holistik dimana eneliti kualitatif mencoba untuk mengembangkan
gambaran yang kompleks dari masalah atau isu yang diteliti. Ini
melibatkan pelaporan berbagai perspektif, mengidentifikasi banyak faktor
yang terlibat dalam suatu situasi, dan umumnya membuat sketsa
gambaran yang lebih besar yang muncul. Peneliti tidak terikat oleh
hubungan sebab-akibat yang erat di antara faktor-faktor, melainkan
terikat dengan mengidentifikasi interaksi kompleks faktor-faktor.
18
c. Tulis bagian-bagian yang panjang, karena bukti harus mendukung klaim
dan penulis perlu menunjukkan berbagai perspektif. Penggabungan
kutipan untuk memberikan perspektif peserta juga memperpanjang
penelitian.
d. Berpartisipasi dalam bentuk penelitian ilmu sosial dan manusia yang
tidak memiliki pedoman yang tegas atau prosedur khusus dan terus
berkembang dan terus berubah. Pedoman ini kompleks dan memberi
informasi tentang bagaimana seseorang berencana untuk melakukan
penelitian dan bagaimana orang lain dapat menilainya ketika penelitian
selesai.
19
kami "mengeksplorasi", dan kami menahan diri dari mengasumsikan peran
peneliti ahli dengan pertanyaan "terbaik". Pertanyaan kami berubah selama
proses penelitian untuk mencerminkan peningkatan pemahaman masalah.
Selanjutnya, peneliti membawa pertanyaan-pertanyaan ini ke lapangan untuk
mengumpulkan "kata-kata" atau "gambar". Penulis mengkalsifikasikan empat
tipe dasar informasi: wawancara, pengamatan, dokumen, dan materi
audiovisual. Setelah mengatur dan menyimpan data, selanjutnya adalah
memahami data. Melakukan pemeriksaan data kualitatif yang secara induktif
dari perspektif khusus ke perspektif yang lebih umum, dan merubahnya
menjadi tema, dimensi, kode, atau kategori. Kemudian peneliti menyajikan
data berdasarkan perspektif peserta dan sebagian berdasarkan interpretasi
peneliti sendiri.
Pada akhirnya, individu seperti pembaca, peserta, komite pascasarjana,
anggota dewan redaksi untuk jurnal, dan peninjau proposal untuk pendanaan
akan menerapkan beberapa kriteria untuk menilai kualitas penelitian.
Karakteristik studi kualitatif yang baik bagi penulis adalah:
1. Peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data yang ketat.
2. Peneliti membingkai penelitian dalam asumsi dan karakteristik
pendekatan kualitatif terhadap penelitian.
3. Peneliti menggunakan pendekatan penyelidikan kualitatif seperti salah
satu dari lima pendekatan yang dibahas dalam buku ini.
4. Peneliti memulai dengan satu fokus.
5. Kajian mencakup metode rinci, pendekatan ketat terhadap
pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan.
6. Peneliti menganalisis data menggunakan beberapa tingkat abstraksi.
7. Peneliti menulis secara persuasif sehingga pembaca merasakannya
8. Studi ini mencerminkan sejarah, budaya, dan pengalaman pribadi
peneliti.
9. Penelitian kualitatif dalam penelitian yang baik adalah yang etis.
20
argumen penting yang perlu dibahas oleh peneliti dalam proposal. Keempat
contoh ini hanya berbicara tentang merancang rencana atau proposal untuk
studi kualitatif yang berkualitas.
Pertama, bentuk konstruksionis/interpretivis. Bentuk ini dapat dilihat
sebagai pendekatan tradisional untuk merencanakan penelitian kualitatif, dan
mencakup pengenalan dan prosedur standar, termasuk bagian dalam prosedur
tentang peran peneliti. Ini juga mencakup masalah etika yang diantisipasi,
temuan percontohan, dan hasil yang diharapkan.
Kedua, bentuk perspektif advokasi. Bentuk ini memperjelas advokasi,
pendekatan transformatif untuk penelitian kualitatif dengan menyatakan
masalah advokasi di awal, dengan menekankan kolaborasi selama
pengumpulan data, dan dengan memajukan perubahan yang diadvokasi untuk
kelompok yang sedang dipelajari.
Ketiga, bentuk pandangan teoritis. Bentuk ini menginformasikan studi
dalam tinjauan literatur, "keterpercayaan" menggantikan apa yang saya sebut
"validasi," bagian untuk menjadi refleksif melalui biografi pribadi, dan
pertimbangan etis dan politik penulis.
Keempat bentuk sembilan argumen. Bentuk ini berfokus pada
penempatan informasi menjadi koheren dan koheren ketika peneliti
merancang proposal kualitatif mereka. Bentuk ini mewakili poin paling
penting untuk disertakan dalam proposal.
21
kronologis (atau menggunakan tahapan wacana kehidupan) makna -
makna pengalaman tersebut.
22
pengalaman hidup melalui beragam jenis informasi. Partisipan
penelitian dapat mencatat kisah mereka dalam buku diari atau
jurnal, atau para peneliti dapat mengamati individu dan mencatat
temuan di lapangan. Para peneliti juga dapat mengumpulkan
surat-surat yang dikirimkan oleh para individu, mengumpulkan
kisah tentang individu yang berasal dari anggota keluarga,
mengumpulkan dokumen seperti memo atau surat - menyurat
kantor tentang individu atau mengumpulkan foto, kotak memori
(koleksi dari artikel yang memicu memori) dan artefak sosial –
keluarga – serta individu lainnya.
c. Mengumpulkan informasi tentang konteks dari kisah-kisah
tersebut. Peneliti naratif meletakkan kisah individu dalam konteks
pengalaman pribadi partisipan (pekerjaan dan rumah mereka),
budaya mereka (ras atau suku) dan konteks sejarah mereka (waktu
dan tempat).
d. Menganalisa kisah para partisipan dan kemudian menceritakannya
kembali ke dalam sebuah kerangka kerja yang mudah dipahami
dan sesuai kronologi. Melalui proses penulisan kembali kisah para
partisipan, peneliti dapat menarik benang merah dari setiap kisah
dan menyambungkannya dengan kisah yang lain. Sehingga analisis
data kualitatif dapat merupakan sebuah deskripsi kisah partisipan
maupun tema dari kisah tersebut.
e. Bekerjasama dengan partisipan secara aktif dengan cara melibatkan
mereka dalam penelitian. Pada akhirnya, studi naratif akan
memaparkan kisah seseorang berdasarkan kronologi pengalaman
personal, sosial, dan sejarah yang terjadi di hidup mereka.
2.4.1.4 Tantangan
Pada penelitian naratif, para peneliti perlu mengumpulkan
informasi mendalam tentang para partisipan dan perlu memiliki
pemahaman yang jelas akan konteks kehidupan seorang individu. Hal
tersebut membutuhkan pandangan yang tajam untuk mengenali
sumber materi yang dipaparkan oleh seseorang mengenai
kehidupannya. Merupakan suatu hal penting untuk mendapatkan
23
“misteri” dari kisah kehidupan partisipan. Selain itu, peneliti juga
harus menyampaikan kepentingan personal maupun politis dari
penulisannya, sehingga partisipan dapat mengetahui bagaimana kisah
mereka akan dituangkan kembali pada hasil riset.
24
Selain itu, peneliti fenomenologi juga mengembangkan
deskripsi tekstural (apa yang dialami oleh partisipan) dan deskripsi
struktural (bagaimana patisipan mendapatkan pengalaman tersebut).
25
pemahaman pengalaman-pengalaman umum dari para partisipan.
f. Langkah - langkah analisis data fenomenologi umumnya serupa
bagi semua pakar fenomenologi psikologis yang mendiskusikan
metode. Berdasarkan data dari pertanyaan penelitian pertama dan
kedua, analisis data berjalan melewati data - data (misalnya
transkrip wawancara) dan menyoroti pernyataan - pernyataan
penting, kalimat - kalimat atau kutipan - kutipan yang
menyediakan sebuah pemahaman tentang bagaimana partisipan
mengalami gejala – gejala tersebut.
g. Pernyataan - pernyataan dan tema penting ini kemudian
digunakan untuk menulis sebuah deskripsi dari apa yang dialami
oleh para partisipan.
h. Dari deskripsi tekstural dan struktural, para peneliti kemudian
menulis sebuah deskripsi gabungan yang menyajikan inti dari
sebuah gejala yang biasa disebut esensial, struktur invarian (atau
inti). Utamanya, tinjauan ini fokus pada pengalaman-
pengalaman umum dari para partisipan.
26
tindakan atau interaksi). Gagasan utamanya adalah bahwa
pengembangan teori ini tidak datang dengan sendirinya, tetapi lebih
merupakan generalisasi atau dasar/landasan dalam data dari para
partisipan yang memiliki pengalaman proses.
27
tentang dan menerapkan penelitian teori dasar.
a. Para peneliti perlu memulai dengan menentukan jika teori dasar
adalah sangat cocok untuk studi permasalahan penelitiannya.
Teori dasar merupakan sebuah desain bagus untuk digunakan
ketika sebuah teori tidak tersedia untuk menjelaskan sebuah
proses. Literatur mungkin memiliki ketersediaan model tetapi ia
dibangun dan diuji pada populasi dan sampel lain daripada hal
tersebut merupakan kecendrungan terhadap peneliti kualitatif.
Pada sisi praktis, sebuah teori mungkin perlu dijelaskan
bagaimana orang mengalami sebuah fenomena / gejala dan teori
dasar dibangun oleh para peneliti yang akan menyediakan
sejumlah kerangka kerja umum.
c. Pertanyaan - pertanyaan penelitian yang diajukan penyelidik
terhadap partisipan akan fokus dalam memahami bagaimana
individu mengalami proses dan mengidentifiikasi langkah- langkah
dalam proses (apa itu proses? Bagaimana hal itu terungkap?) setelah
awalnya mengemukakan permasalahan- permasalahan ini, para
peneliti kemudian kembali kepada partisipan dan mengajukan
pertanyaan lebih rinci yang membantu untuk membentuk fase
pengkodean poros, pertanyaan seperti: apa titik pusat proses?
(fenomena inti). Pengaruh dan dampak apa yang terjadi pada
fenomena ini? (kondisi penyebab); strategi apa yang disertakan
selama proses berlangsung? (strategi); apa efek yang terjadi?
(konsekuensi)
d. Pertanyaan - pertanyaan ini secara khusus diajukan dalam
wawancara meskipun bentuk data lain juga dikumpulkan seperti
pengamatan, dokumentasi dan bahan - bahan audiovisual. Titik
poinya adalah mengumpulkan informasi yang cukup untuk secara
penuh membangun (kejenuhan) sebuah model. Hal ini mungkin
mencakup 20 hingga 30 wawancara atau 50 hingga 60 wawancara.
e. Analisis data berlangsung dalam tahapan - tahapan. Dalam
pengkodean terbuka, para peneliti membentuk kategori informasi
mengenai fenomena yang sedang dipelajari oleh segmentasi
informasi. Dalam setiap kategori, para investigator menemukan
28
sejumlah properti (sifat) atau subkategori dan mencari data untuk
mengukur atau menunjukkan kemungkinan-kemungkinan ekstrim
dalam sebuah kesinambungan properti (sifat).
b. Dalam pengkodean poros, para investigator mengumpulkan dalam
banyak cara setelah pengkodean terbuka. Penyajian ini
menggunakan sebuah paradigma pengkodean atau diagram logis
(misalnya, model visual) dimana para peneliti mengidentifikasi
sebuah fenomena pusat (misalnya kategori pusat mengenai
fenomena), menyelidiki kondisi-kondisi penyebab (misalnya
pengelompokan kondisi-kondisi yang memengaruhi fenomena),
strategi khusus (misalnya tindakan atau interaksi yang merupakan
hasil dari fenomena pusat) mengenali konteks dan mengintervensi
kondisi-kondisi (misalnya, kondisi luas dan sempit yang
memengaruhi strategi itu) dan menjelaskan konsekuensi -
konsekuensi (misalnya hasil dari strategi) untuk fenomena ini.
c. Dalam pengkodean selektif, para peneliti mungkin menulis sebuah
garis cerita yang menghubungkan kategori-kategori. Secara pilihan,
proposisi atau hipotesis secara khusus menyatakan prediksi
keterkaitan
d. Akhirnya, para peneliti mungkin mengembangkan dan melukiskan
secara visual sebuah matrik kondisi yang menguraikan aspek sosial,
sejarah dan kondisi yang memengaruhi fenomena pusat. Ia
merupakan sebuah langkah pilihan dan sebuah hal dimana
penyelidik kualitatif berfikir tentang model dari perspektif terkecil
sampai terluas.
e. Hasil dari proses pengumpulan data da analisis ini adalah sebuah
teori, teori tingkat subtansi, diitulis oleh para peneliti dekat dengan
sebuah permaslahan khusus atau populasi masyarakat. Teori
muncul dengan bantuan dari proses pememoan, sebuah proses
dimana para peneliti menulis gagasan tentang pengembangan teori
melalui sebuah proses terbuka, poros dan pengkodean selektif.
29
untuk menyertakan alasan-alasan. Para peneliti menghadapi kesulitan
penentuan ketika kategori-kategori mengalami kejenuhan atau ketika
sebuah teori telah rinci secara memadai. Sebuah strategi yang mungkin
dapat digunakan untuk bergerak ke arah kejenuhan adalah
menggunakan sampel diskriminasi, dimana para peneliti
mengumpulkan informasi tambahan dari para individu, mirip dengan
orang yang awalnya diwawancarai untuk menentukan jika sebuah teori
memegang kebenaran bagi para partispan ini. Para peneliti perlu
menyadari bahwa hasil utama dari studi ini adalah sebuah teori dengan
komponen khusus; sebuah fenomena pusat, kondisi penyebab, strategi,
kondisi, konteks dan konsekuensi.
30
a. Etnografi realis merupakan sekumpulan objek situasi, secara
khusus ditulis dalam titik orang ketiga mengenai pandangan dan
pelaporan secara objektif terkait dengan informasi yang
dipelajari dari partisipan dalam sebuah lapangan penelitian.
Dalam pendekatan etnografi ini, para etnografi realis
menceritakan studi dalam bentuk orang ketiga dengan
pengungkapan yang tidak memihak dan melaporkan mengenai
apa yang diamati atau didengar dari partisipan. Para peneliti
etnografi tinggal dalam latarbelakang selaku pelapor yang
serbatahu tentang fakta-fakta. Para penganut realis juga
melaporkan data objek dalam sebuah moodel yang terukur yang
tidak tercemari oleh persangkaan, tujuan dan pendapat pribadi.
Para peneliti mungkin menyediakan rincian biasa mengenai
kehidupan sehari-hari di antara orang-orang yang distudi.
b. Bagi kebanyakan peneliti, para penganut etnografi saat ini
menggunakan pendekatan kritis dengan menyertakan dalam
penelitian sebuah perspektif advokasi. Pendekatan ini merupakan
sebuah respon terhadap masyarakat saat ini, dimana sistem
kekuasaan, martabat, kepemilikan hak istimewa dan para
penguasa melayani dengan maksud memarjinalkan
(meminggirkan) orang yang berbeda kelas, ras dan gender.
Etnografi kritis merupakan sebuah jenis penelitian etnografi
dimana para pengarang membela terhadap emansipasi kelompok
yang terpinggirkan dalam masyarakat. Secara khusus para
peneliti kritis merupakan para individu yang berpikiran politis,
yang mencari melalui penelitian mereka untuk menyuarakan
keadaan dominasi dan ketidaksetaraan. Komponen utama sebuah
etnografi kritis meliputi sebuah orientasi yang memuat nilai-nilai
khusus, pemberdayaan masyarakat dengan memberikan mereka
wewenang lebih, menentang keadaan statis dan mengarahkan
perhatian tentang kontrol dan kekuasaan.
31
melaksanakan penelitian etnografi yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan jika etnografi merupakan disain yang paling tepat
yang digunakan untuk studi permasalahan penelitian. Pendekatan
etnografi dikatakan tepat digunakan bila kebutuhan untuk
mendeskripsikan bagaimana sebuah aktivitas / kerja kelompok
budaya dan menyelidiki keyakinan bahasa, perilaku dan sejumlah
persoalan seperti kekuasaan, perlawanan dan dominasi.
b. Mengenali dan menentukan sebuah kelompok budaya berbagi
terhadap studi. Secara khas, kelompok ini merupakan sebuah
kelompok yang tinggal bersama untuk jangka waktu yang lama,
dengan demikian mereka berbagi bahasa, pola perilaku, dan sikap
yang melebur dalam sebuah pola yang cerdas. Kelompok ini
mungkin juga sebuah komunitas yang sedang mengalami
proses peminggiran oleh masyarakat. Karena para peneliti etnografi
menghabiskan waktu berbincang dengan dan mengamati kelompok ini,
mungkin perlu sebuah akses menemukan satu atau lebih individu dalam
sebuah kelompok orang yang akan mengizinkan para peneliti (masuk
dalam kelompok tersebut, apakah ia seorang juru kunci, informan
utama atau seorang partisipan).
c. Memilih permasalahan atau tema budaya untuk memelajari
tentang keadaan sebuah kelompok tertentu. Kegiatan ini meliputi
analisis kelompok budaya berbagi. Tema-tema tersebut mungkin
menyertakan sejumlah topik seperti enkultrasi, sosialisasi,
pembelajaran, pengertian, dominasi, ketidaksamaan atau
perkembangan anak atau dewasa. Para peneliti etnografi memulai
studi dengan menyelidiki masyarakat dalam interaksi pada latar
normal dengan berusaha melihat pola-pola yang dapat ditembus
seperti daur kehidupan, peristiwa, dan tema budaya.
d. Untuk memelajari konsep budaya, menentukan jenis etnografi
yang mana untuk digunakan. Mungkin tentang bagaimana sebuah
kelompok bekerja perlu digambarkan, atau etnografi kritis
mungkin perlu menyingkap permasalahan seperti kekuasaan,
hegemoni, dan pembelaan terhadap sebuah kelompok tertentu.
Seorang etnografi kritis, sebagai contoh, mungkin memerhatikan
32
sebuah ketimpangan dalam masyarakat atau sejumlah bagiannya,
menggunakan penelitian untuk melakukan pembelaan dan
melakukan perubahan, dan khusus menyingkap sebuah
permasalahan, seperti ketimpangan, dominasi, tekanan atau
ketakberdayaan.
e. Mengumpulkan informasi dimana sebuah kelompok bekerja dan
tinggal. Pengumpulan tipe informasi secara khas diperlukan dalam
sebuah etnografi terkait dengan lokasi penelitian, menghargai
kehidupan sehari-hari para individu di lokasi dan mengumpulkan
ragam materi yang luas. Para peneliti etnografi membawa sebuah
kepekaan terhadap permasalahan pekerjaan lapangan, seperti menghadiri
bagaimana memeroleh akses, memberikan umpan balik atau timbal
balik terhadap para partisipan dan menjadi lebih santun dalam semua
aspek penelitian seperti dalam menampilkan diri mereka sendiri dan
studi. Para etnografi bergerak kepada analisis tema pola atau topik yang
memberitahukan bagaimana kehidupan dan pekerjaan kelompok
budaya.
f. Menempa serangkaian kegiatan atau pola-pola sebagai produk
akhir analisis ini. Produk akhir bersifat keseluruhan potret budaya
dari kelompok yang tergabung dalam pandangan para partisipan
(emik) serupa dengan pandangan para peneliti (etis). Hal tersebut
mungkin saja mendukung kepentingan kelompok atau
menyarankan perubahan-perubahan dalam masyarakat untuk
mengarahkan kepentingan kelompok. Sebagai hasilnya para
peneliti memelajari tentang kelompok budaya berbagi dari kedua
belah pihak baik para partisipan maupun penafsiran para peneliti.
Hasil- hasil lain mungkin lebih berbentuk kinerja/ penampilan,
seperti produksi teater, permainan atau puisi.
33
digunakan untuk mengumpulkan data bersifat luas, meliputi
perpanjangan waktu tinggal di lapangan. Dalam banyak kasus
penelitian etnografi, para peneliti narasi biasanya menulis dalam
sebuah bentuk literatur, hampir-hampir menyerupai pendekatan
penuturan sejarah, sebuah pendekatan yang mungkin membatasi
ruang para pendengar untuk sebuah pekerjaan dan mungkin saja
menantang para pengarang yang telah terbiasa dengan pendekatan
tradisional dalam menulis penelitian ilmu – ilmu sosial dan
kemanusiaan.
34
ganda untuk menggambarkan sebuah permasalahan. Para peneliti
35
mungkin memilih untuk studi sejumlah program yang berasal dari
sejumlah situs (lokasi) penelitian atau program rangkap dalam sebuah
situs (lokasi) tunggal.
36
sejumlah aspek sejarah sebuah kasus, kronologi (urutan) peristiwa,
atau kejadian rutin yang turut berkontribusi pada kegiatan-kegiatan
sebuah kasus. (Studi kasus pria bersenjata dalam lampiran F
meliputi penelusuran respon kampus terhadap seorang pria
bersenjata selama dua minggu secara langsung mengikuti ke arah
tragedi dalam kampus.). Setelah mendeskripsikan hal ini, para
peneliti dapat fokus pada sejumlah kecil permasalahan (atau analisis
tema), bukan untuk melakukan jeneralisir melampaui kasus, tetapi
untuk memahami kerumitan sebuah kasus. Sebuah strategi analitis
akan digunakan untuk mengenali permasalahan dalam setiap kasus
dan kemudian mencari tema umum yang menjernihkan kasus
tersebut. Ketika kasus rangkap dipilih, sebuah bentuk khas
pertamakali menyediakan sebuah gambaran rinci mengenai kasus
dan tema dalam kasus yang disebut analisis kasus secara internal dan
diikuti sebuah analisis tematik ke arah kasus yang disebut analisis
kasus secara silang, sama halnya seperti pernyataan yang tegas atau
sebuah penafsiran terhadap makna kasus.
e. Pada fase akhir penafsiran, para peneliti melaporkan makna kasus,
apakah makna tersebut berasal dari pembelajaran tentang
permasalahan-permasalahan dari sebuah kasus (sebuah kasus
pelengkap) atau pembelajaran mengenai sebuah situasi yang asing/
tidak biasa (sebuah kasus hakiki. Fase ini merupakan pengalaman
pembelajaran dari sebuah kasus.
37
mendalam dalam kasus tunggal manapun. Secara khusus
bagaimanapun seorang peneliti memilih tidak lebih dari empat atau
lima kasus.
Dalam perencanaan studi kasus, penulis dibantu sejumlah orang
yang mengembangkan sebuah matrik pengumpulan data dimana
mereka mengkhususkan sejumlah informasi yang sepertinya layak
mereka kumpulkan terkait sebuah kasus. Mempertimbangkan batasan -
batasan sebuah kasus, bagaimanapun hal tersebut mungkin dibatasi
dalam penyebutan waktu, peristiwa dan proses merupakan sebuah
tantangan. Sejumlah studi kasus mungkin saja tidak memiliki poin
awal dan akhir yang jelas dan peneliti akan perlu mengatur sejumlah
batasan yang secara memadai meliputi sebuah kasus.
38
atau lebih individu beberapa individu proses, tindakan sebuah sebuah peristiwa,
yang berbagi atau interaksi kelompok yang sebuah program,
sebuah Yang melipti bebagi budaya sebuah aktivitas
pengalaman banyak individu yang sama dan melibatkan
banyak individu
Bentuk Megutamakan Megutamakan Megutamakan Megutamakan Menggunakan
pengumpul penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan banyak sumber
an data wawancara dan wawancara wawancara pengamatan seperti wawancara,
dokumen dengan dengan 20 – 60 dan pengamatan,
individu individu wawancara, dokumen dan
tetapi mungkin alat perlengkapan
meskippun dengan pengumpulan sehari - hari
sumber data
lain selama
dokumen, waktu
observasi, dan seni Perpanjangan
di lapangan
mungkin pula dapat
penelitian
dipertimbangkan
Strategi Menganalisa data Menganalisa Menganalisa data Menganalisa Menganalisa data
analisa data untuk data melalui data melalui melalui
sejarah, pengisahan untuk pengkodean deskripsi deskripsi kasus
kembali terbuka, kelompok dan tema kasus
kisah/sejarah, pernyataan pengkodean berbagai sama seperti
pengembangan penting poros, budaya, tema tema- tema
tema, sering pemaknaan unit, – tema tentang lintas kasus
menggunakan tekstural dan dan pengkodean kelompok
sebuah rentetan deskripsi seleksi
kronologi struktural,
deskripsi tentang
sebuah esensi
Penulisan Mengembangka n Mendeskripsikan Penerapan Mendeskripsik Mengembangka n
laporan sebuah narasi isi pengalaman sebuah teori an bagaimana sebuah
tentang kisah yang sebuah aktivitas analisa rinci
kehidupan digambarkan kelompok mengenai sebuah
seseorang dalam budaya berbagi atau
lebih banyak
sebuah bingkai kasus
Struktur Pengantar Pengantar Pengantar Pengantar Sketsa
Umum dari (permasalah an, (permasalahan (permasalaha (permasala pendahuluan
Studi pertanyaan) , pertanyaan) n, han, Pengantar
39
Prosedur riset Prosedur pertanyaan) pertanyaan (permasalah
(narasi, peran riset Prosedur riset ) an, pertanyaan,
individu, (fenomenolog (grounded Prosedur studi kasus,
pengumpula n i dan theory, riset pengumpula n
data, hasil asumsi- pengumpulan (etnografi, data,
analisis) asumsi data, analisis pengumpu analisis data,
Laporan cerita filosofis, data hasil) lan data, hasil)
Peneorian oleh pengumpulan Koding analisis Deskripsi
individu tentang data, terbuka data hasil) tentang
kehidupan Koding Deskripsi kasus/beber
aksial tentang apa kasus dan
mereka analisis, hasil)
Koding kebudayaa
Identifikasi Pernyataan n konteks
selektif
segmen narasi penting Analisis mereka
dan
Identifikasi pola Makna tentang Pengemban
proposisi dan
dari
makna tema gan masalah
pernyataan model teoritis
(peristiwa, kebudayaa Rincian
Tema
Pembahasan n
proses, tentang
dari makna
tentang
epiphanies, Penafsiran masalah yang
Deskripsi
teori dan
tema) lengkap , pelajaran dipilih
tentang perbedaannya
Rangkuman yang Penegasan
fenomena dengan
diperoleh, (assertions)
literatur yang
dan Sketsa penutup
ada
pertanyaan
yang
diajukan
40
2.5 Resume Lima Perbedaan Penelitian Kualitatif
Seluruh karakteristik dan langkah - langkah dalam membuat penelitian
menggunakan 5 pendekatan dapat memudahkan kita untuk memahami karakteristik
utama dari ke-5 pendekatan tersebut. Pada sub bab ini akan dibahas mengenai
beberapa contoh penelitian dari masing-masing studi jenis riset tersebut.
41
Anggrosino. Vonnie Lee berseru,”jika saya adalah orang yang hebat, saya
akan berada di bus sekarang!” Dari sini peneliti menyimpulkan bahwa bus
memberi makna pada kehidupan Vonnie Lee melalui pelarian dan
pemberdayaan, dan makna itu menjelaskan mengapa dia menceritakan kisah
hidupnya dalam bentuk rute bus. Citra diri Vonnie Lee yang stabil dalam
perjalanan bus membantunya bertahan dari perubahan - perubahan dalam
hidupnya.
Penelitian diakhiri dengan refleksi peneliti tentang penggunaan
metafora sebagai kerangka kerja yang berguna untuk menganalisis cerita para
partisipan dalam proyek sejarah kehidupan. Kemudian, penelitian ini
menggambarkan manfaat dari metodologi wawancara otobiografi yang
mendalam untuk menetapkan dimensi manusia dari orang dengan penyakit
mental dan untuk “mengontekstualisasikan” informasi wawancara dalam
pengalaman hidup Vonnie Lee.
Artikel ini menyajiakan pendekatan biografis untuk penelitian naratif.
Ditulis oleh seeorang antropolog, tulisan ini cocok dengan interpretasi budaya
penelitian sejarah kehidupan antropologi. Penelitian naratif lain mungkin tidak
mengandung isu - isu budaya yang kuat dari metafora diri dan citra diri
kelompok budaya yang disajikan dalam penelitian ini. Oleh karena itu,
penelitian ini memberikan banyak tanda yang berguna dari penelitian biografi
dan naratif, yakni:
a. Penulis menceritakan kisah seorang individu sebagai fokus utama
penelitian ini.
b. Pengumpulan data berupa “percakapan” atau cerita: rekonstruksi
pengalaman hidup melalui observasi peneliti terhadap partisipan.
c. Individu tersebut mengingat peristiwa khusus dalam hidupnya, sebuah
“epifani” / “pencerahan”. Penulis melaporkan informasi rinci tentang
latar atau konteks sejarah perjalanan bus, sehingga menemukan
pencerahan dalam konteks sosial.
d. Penulis hadir dalam penelitian, merefleksikan pengalamannya sendiri
dan mengakui bahwa penelitian tersebut adalah interpretasinya tentang
makna hidup Vonnie Lee.
42
2.5.2 Studi Fenomenologis (Anderson, dan Spencer; lihat Appendix C)
Studi ini membahas mengenai gambaran / bayangan / representasi
kognitif dari para pasien AIDS tentang penyakit yang mereka derita. Tujuan
dari studi ini adalah ”untuk meneliti pengalaman pasien HIV/AIDS dan
representasi kognitif mereka tentang AIDS dalam konteks fenomenologi”.
Peneliti menjelaskan studinya dengan menyorot jutaan individu yang
terinfeksi HIV. Mereka membuat sebuah gambaran kerja berupa model
regulasi-diri sebagai representasi suatu penyakit, yangmenyarankan pasien
untuk aktif memberikan solusi berdasarkan hasil kognisi dan respon
emosional dari sebuah ancaman masalah kesehatan. Namun, bagaimana
pandangan pasien mengenai AIDS yang dilukiskan dalam gambar tidak
dipelajari oleh peneliti. Desain mereka melibatkan studi mengenai 58 pria dan
wanita yang didiagnosis mengidap AIDS. Selama lebih dari 18 bulan, mereka
melaksanakan wawancara dengan 58 pasien ini, dan mengajukan pertanyaan
kepada mereka “Bagaimana pengalaman anda dengan AIDS? Apakah anda
memiliki gambaran atau bayangan tentang HIV/AIDS?, atau bagaimana anda
mendeskripsikan HIV/AIDS? Perasaan apa yang timbul dalam benak anda?
Apakah makna yang anda dapatkan dalam hidup anda sebagai penderita
AIDS?” Mereka juga meminta para pasien untuk membuat gambar atau
lukisan tentang penyakit mereka. Meskipun hanya 8 orang yang membuat
gambar, para penulis memasukkan gambar ini ke dalam analisa data yang
terdiri dari beberapa langkah :
a. Membaca transkrip tersebut beberapa kali untuk memperoleh
gambaran umum tentang data tersebut;
b. Mengidentifikasi frasa atau kalimat penting yang berkaitan langsung
demgan pengalaman tersebut;
c. Merumuskan makna dan mengelompokkannya menjadi tema yang
sama untuk semua transkrip dari para partisipan;
d. Memadukan hasil tersebut menjadi deskripsi yag mendalam dan
menyeluruh tentang fenomena tersebut;
e. Memvalidasi temuan bersama para partisipan, dan memasukkan kata –
kata dari para partisipan dalam deskripsi akhir.
Studi ini diakhiri dengan pembahasan yang didalamnya
mendeskripsikan esensi atau intisari tentang pengalaman dari para pasien dan
43
strategi coping yang digunakan oleh para pasien untuk mengendalikan
perasaan dan penyakit mereka.
Studi ini mengilustrasikan beberapa aspek dari studi fenomenologis:
a. Penggunaan prosedur analisis data sistematis dari pernyataan
signifikan, arti, tema, dan deskripsi dari esensi fenomena yang diteliti
sesuai dengan prosedur yang direkomendasikan Moustakas pada tahun
1994.
b. Inklusi tabel ilustrasi yang menjabarkan pernyataan signifikan, arti, dan
tema bagaimana peneliti bekerja mengolah data mentah menjadi data
deskriptif dari esensi studi tersebut pada bab diskusi final.
c. Fenomena representasi kognitif atau gambaran dari para pasien AIDS
tentang penyakit mereka, diteliti dalam studi ini.
d. Pengumpulan data secara tepat dan teliti dengan kelompok individu
melalui 58 wawancara dan pencantuman gambar yang dibuat oleh para
pasien.
Para peneliti hanya menyebutkan secara singkat ide filosofis dari
fenomena ini. Mereka lebih menekankan tulisan ini pada pengalaman personal
dan kebutuhan untuk mengeksplorasi pengalaman hidup, dibandingkan
dengan penjelasan teoritis.
2.5.3 Studi Grounded Theory (Morrow & Smith, 1995; lihat Appendix D)
Ini adalah studi grounded theory tentang strategi bertahan hidup dan
mekanisme coping dari 11 wanita yang mengalami pelecehan seksual pada
masa kanak - kanak. Para penulis mengajukan dua pertanyaan terbuka berikut
ini. "Katakan, sebanyak anda merasa nyaman berbagi dengan saya sekarang,
apa yang terjadi pada Anda ketika Anda mengalami pelecehan seksual? Apa
cara utama Anda bertahan hidup?" Data dikumpulkan melalui wawancara satu
per satu partisipan, wawancara kelompok, dan observasi partisipan oleh
salah satu peneliti. Penulis pertama-tama membentuk kategori informasi dan
kemudian menyusun kembali data tersebut dengan menghubungkan
kategori - kategori tersebut secara sistematis ke dalam model visual. Inti dari
model studi ini adalah fenomena sentral, kategori sentral dimana teori itu
dikembangkan: perasaan mengancam atau berbahaya bersama dengan
ketidakberdayaan, dan kurangnya kontrol. Faktor penyebab fenomena ini
44
adalah norma budaya dan berbagai bentuk pelecehan seksual.
Individu menggunakan dua strategi untuk menghindari kesulitan yang
ditimbulkan oleh perasaan dan mengelola ketidakberdayaan dan kurangnya
kontrol mereka. Strategi - strategi ini ditetapkan dalam konteks karakteristik,
sensasi, dan frekuensi pelaku serta dalam kondisi yang lebih besar seperti
dinamika keluarga, usia korban, dan penghargaan. Strategi tersebut bukannya
tanpa konsekuensi. Para wanita ini berbicara tentang konsekuensi seperti
bertahan hidup, mengatasi, menyembuhkan, dan berharap. Artikel diakhiri
dengan mengaitkan model teoretis kembali dengan literatur tentang pelecehan
seksual.
Kedua penulis adalah peneliti kualitatif terkemuka dan Morrow
membawa keahliannya dalam konseling dan psikologi ke dalam penulisan
artikel ini. Penulis menggunakan prosedur yang ketat, seperti kolaborasi dan
pencarian bukti penyangkalan, untuk memverifikasi akun. Pada artikel ini,
penulis juga mengedukasi pembaca mengenai grounded theory dalam sebuah
artikel yang cukup luas dengan menempatkan beberapa catatan penting.
Namun, dikarenakan keterbatasan tertentu, studi ini tidak menjabarkan
seluruh struktur dari grounded theory. Penulis memoldelkan penelitian teori
dasar / grounded theory yang baik sebagai:
a. Penulis menyebutkan diawal bahwa tujuan mereka adalah untuk
menghasilkan teori menggunakan pendekatan “construct oriented”
b. Prosedur dibahas secara diskusi menyeluruh dan sistematis.
c. Penulis menyajikan model visual, diagram pengkodean teori.
d. Bahasa dan nuansa yang digunakan dalam artikel bersifat ilmiah dan
objektif, sementara pada saat yang sama, secara langsung membahas
topik yang cukup sensitif.
45
dan seks bebas. Melibatkan terutama pria kulit putih kelas menengah dari usia
15 hingga 25 tahun, yang telah dikaitkan dan tak terpisahkan dengan genre
musik punk, dan straight edgers membuat X besar di masing-masing tangan
sebelum mereka memasuki konser punk. Sebagai studi yang
mengkonseptualisasi ulang perlawanan terhadap oposisi, etnografi ini
meneliti bagaimana anggota kelompok subkultur mengekspresikan oposisi
secara individual dan sebagai reaksi terhadap subkultur lain daripada melawan
suatu budaya "dewasa" yang ambigu.
Penulis menggunakan metode pengumpulan data etnografi, termasuk
berpartisipasi dalam gerakan selama 14 tahun dan menghadiri lebih dari 250
pertunjukan musik, mewawancarai 28 pria dan wanita, dan mengumpulkan
dokumen dari sumber seperti cerita surat kabar, lirik musik, halaman World
Wide Web, dan majalah sXe Dari sumber data ini, penulis pertama-tama
memberikan deskripsi rinci tentang subkultur (misalnya slogan kaos, lirik
lagu, dan penggunaan simbol "X"). Uraian tersebut juga menyampaikan
perpaduan antara perspektif konservatif dari fundamentalisme agama dan
pengaruh progresif dari ekspresi nilai- nilai pribadi. Mengikuti deskripsi ini,
penulis mengidentifikasi lima tema: kepositifan / hidup bersih (misalnya,
vegetarian berkomitmen), menggunakan seks untuk hubungan yang peduli
(misalnya, seks harus menjadi bagian dari hubungan emosional berdasarkan
kepercayaan), realisasi diri (misalnya, racun seperti obat-obatan dan alkohol
menghambat orang untuk mencapai potensi penuh mereka), menyebarkan
pesan (misalnya, sXers melakukan misi untuk meyakinkan rekan mereka
tentang nilai - nilai mereka), dan keterlibatan dalam penyebab progresif
(misalnya, hak-hak hewan). Artikel ditutup dengan penulis menyampaikan
pemahaman yang luas tentang nilai-nilai sXers.
Partisipasi dalam subkultur pemuda memiliki makna baik secara
individu maupun kolektif. Selain itu resistensi sXers sudah mencapai level
makro ketika diarahkan pada kebiasaan penggunaan alkohol dan tembakau
pada masa remaja, level meso pada subkultur lain seperti punk, dan level
mikro ketika sXers menginisiasi perubahan personal. Etnografi dari Heanfler
ini mengilustrasikan dengan baik unsur - unsur utama dari studi etnografis
dan aspek dari etnografi kritis, yakni:
a. Ini adalah studi tentang kelompok berbagi budaya dan nilai-nilai inti serta
46
keyakinan mereka.
b. Penulis pertama-tama mendeskripsikan kelompok tersebut, kemudian
mengajukan lima tema tentang kelompok tersebut, dan diakhiri dengan
tingkat abstraksi yang luas di luar tema untuk menunjukkan bagaimana
subkultur tersebut bekerja.
c. Penulis memposisikan dirinya dengan menggambarkan keterlibatannya
dalam subkultur dan perannya sebagai pengamat kelompok selama
bertahun-tahun.
d. Dari perspektif etnografi kritis, penulis mengkaji isu perlawanan terhadap
oposisi dan mempelajari sekelompok pemuda tandingan.
e. Konsisten dengan banyak etnografi kritis, artikel diakhiri dengan
komentar tentang bagaimana sebuah subkultur menolak budaya dominan,
kompleksitas dan bentuk - bentuk resistensi yang berlapis - lapis
(misalnya, makro, meso, dan mikro), dan kualitas transformasi pribadi
dan sosial dari partisipasi dalam kelompok berbagi budaya. Tidak seperti
pendekatan kritis lainnya, ini tidak berakhir dengan panggilan untuk
transformasi sosial, tetapi keseluruhan studi berdiri untuk memeriksa
kembali perlawanan subkultur.
47
sosial-psikologis, dan kami menghubungkannya dengan literatur, untuk
memberi "level" analisis yang lebih memadai dan menghasilkan penafsiran
yang lebih luas tentang makna dari kasus tersebut. Beberapa ciri menandai
proyek ini sebagai studi kasus :
a. Kami mengidentifikasi "kasus" untuk penelitian tersebut, seluruh
kampus dan tanggapannya terhadap kejahatan yang berpotensi
kekerasan.
b. "Kasus" ini adalah sistem yang dibatasi, dibatasi oleh waktu (6 bulan
pengumpulan data) dan tempat (terletak di satu kampus).
c. Kami menggunakan sumber informasi yang luas dan beragam dalam
pengumpulan data untuk memberikan gambaran rinci yang mendalam
tentang respon kampus.
d. Kami menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan konteks atau
latar kasus, menempatkan kasus di kota Midwestern yang damai,
kampus yang tenang, gedung, dan ruang kelas, bersama dengan
peristiwa terperinci selama periode 2 minggu setelah kejadian.
48
literatur ilmiah: ada kebutuhan untuk menambah atau mengisi celah dalam
literatur atau untuk memberikan suara bagi individu yang tidak terdengar
dalam literatur. Dengan meningkatkan kesadaran dan menciptakan dialog,
diharapkan penelitian dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik
tentang cara segala sesuatu tampak bagi orang lain dan melalui wawasan itu
mengarah pada perbaikan dalam praktik.
Selain dialog dan pemahaman, studi kualitatif dapat mengisi kekosongan
dalam literatur yang ada, membangun garis pemikiran baru, atau menilai suatu
masalah dengan kelompok atau populasi yang kurang dipelajari.
Dalam pernyataan masalah untuk studi naratif, misalnya, saya berharap
penulis menyebutkan bagaimana cerita individu perlu diceritakan untuk
mendapatkan pengalaman pribadi tentang masalah penelitian. Dalam sebuah
studi fenomenologi, saya ingin mendengar dari penulis bahwa kita perlu
mengetahui lebih banyak tentang fenomena tertentu dan pengalaman umum
individu denganfenomena tersebut. Untuk studi grounded theory, saya
berharap untuk mempelajari bagaimana kita membutuhkan teori yang
menjelaskan suatu proses karena teori yang ada tidak memadai, tidak ada
untuk populasi, atau perlu dimodifikasi. Dalam studi etnografi, pernyataan
masalah dapat mencakup pemikiran tentang mengapa penting untuk
menggambarkan dan menafsirkan perilaku budaya sekelompok orang tertentu
atau bagaimana suatu kelompok dipinggirkan dan dibungkam oleh orang lain.
Untuk studi kasus, peneliti dapat mendiskusikan bagaimana studi kasus atau
kasus dapat membantu menginformasikan masalah penelitian. Dengan
demikian, kebutuhan studi, atau masalah yang mengarah ke sana, dapat
dikaitkan dengan fokus spesifik salah satu dari lima pendekatan penelitian.
49
penelitian kualitatif. Dalam pernyataan tujuan,
a. Penulis mengidentifikasi pendekatan kualitatif khusus yang digunakan
dalam penelitian dengan menyebutkan jenisnya. Nama pendekatan
muncul pertama kali di bagian tersebut, dengan demikian menandakan
pendekatan inkuiri untuk pengumpulan data, analisis, dan penulisan
laporan.
b. Penulis mengkodekan bagian tersebut dengan kata-kata yang
menunjukkan tindakan peneliti dan fokus pendekatan penelitian. Sebagai
contoh, saya mengaitkan kata - kata tertentu dengan penelitian kualitatif,
seperti "memahami pengalaman" (berguna dalam studi naratif) ,
"menggambarkan" (berguna dalam studi kasus, etnografi, dan
fenomenologi), "makna yang dianggap berasal" (terkait dengan
fenomenolo gies), "mengembangkan atau menghasilkan" (berguna dalam
grounded theory), dan "menemukan" (berguna dalam semua pendekatan).
c. Penulis mengidentifikasi beberapa kata yang akan dimasukkan peneliti
dalam pernyataan tujuan untuk mengkodekan pernyataan tujuan untuk
pendekatan yang dipilih (lihat gambar 2.2.). Kata-kata ini menunjukkan
tidak hanya tindakan peneliti tetapi juga fokus dan hasil penelitian.
Gambar 2.2. Kata – kata yang digunakan dalam mengodekan pernyataan
tujuan
50
(yaitu, narasi atau studi kasus), beberapa individu (yaitu, grounded
theory atau fenomenologi), sebuah kelompok (etnografi), atau situs
(yaitu, program, acara, kegiatan, atau tempat dalam studi kasus).
e. Penulis menyertakan definisi umum untuk fenomena sentral. Definisi ini
mungkin sulit ditentukan dengan kekhususan apapun sebelumnya.
Namun, misalnya, dalam sebuah studi naratif, seorang penulis dapat
menentukan jenis cerita yang akan dikumpulkan (misalnya tahapan,
kenangan masa kanak - kanak, transisi dari remaja ke dewasa, kehadiran
di pertemuan Alcoholics Anonymous). Dalam sebuah fenomenologi,
fenomena sentral yang akan dieksplorasi dapat dirinci seperti makna
kesedihan, kemarahan, atau bahkan permainan catur. Dalam grounded
theory, fenomena sentral dapat diidentifikasi sebagai konsep sentral
untuk proses yang sedang diperiksa. Dalam etnografi, penulis dapat
mengidentifikasi konsep - konsep budaya kunci yang diteliti seperti
peran, perilaku, akulturasi, komunikasi, mitos, cerita, atau konsep lain
yang peneliti rencanakan untuk dibawa ke dalam lapangan pada awal
penelitian. Akhirnya, dalam studi kasus seperti studi kasus "intrinsik",
penulis dapat menentukan batas-batas kasus, dengan menspesifikasikan
bagaimana kasus dibatasi dalam waktu dan tempat. Jika studi kasus
"instrumental" diinginkan, maka peneliti dapat menentukan dan
mendefinisikan secara umum masalah yang sedang diperiksa dalam kasus
tersebut.
Beberapa contoh pernyataan tujuan mengikuti yang menggambarkan
pengkodean dan bayangan dari lima pendekatan untuk penelitian:
a. Sebuah Contoh Narasi Dari sebuah studi tentang cara-cara di mana teori-
teori naratif mungkin menjadi signifikan dalam studi melahirkan anak
dari 17 wanita: Dalam penelitian, yang melibatkan pengumpulan catatan
wanita tentang pengalaman
51
mereka menjadi ibu, saya berusaha memahami bagaimana
perempuan memahami peristiwa selama proses melahirkan anak,
membangun peristiwa ini menjadi episode dan dengan demikian
(tampaknya) mempertahankan kesatuan dalam hidup mereka.
b. Sebuah Contoh Fenomenologis Dari studi tentang hubungan
penasihat doktor antara perempuan: Mengingat seluk-beluk
kekuasaan dan gender di akademi, seperti apa sebenarnya hubungan
penasihat doktor antara penasihat perempuan dan penasihat
perempuan? Karena ada beberapa studi yang mengeksplorasi
pengalaman mahasiswa doktoral wanita dalam literatur, sebuah studi
fenomenologis yang ditujukan untuk memahami pengalaman hidup
wanita sebagai saran terbaik meminjamkan dirinya untuk memeriksa
pertanyaan ini
c. Contoh Grounded Theory Dari studi grounded theory tentang
perubahan akademik di pendidikan tinggi: Tujuan utama artikel ini
adalah untuk menyajikan grounded theory tentang perubahan
akademik yang didasarkan pada penelitian yang dipandu oleh dua
pertanyaan penelitian utama: Apa sumber utama perubahan
akademik? Apa proses utama di mana perubahan akademik terjadi?
Untuk keperluan makalah ini , grounded theory didefinisikan sebagai
teori yang dihasilkan dari data yang diperoleh dan dianalisis secara
sistematis melalui metode perbandingan konstan.
d. Contoh Etnografis Dari etnografi budaya "ballpark": Artikel ini
membahas bagaimana pekerjaan dan pembicaraan karyawan stadion
memperkuat makna tertentu dari bisbol dalam masyarakat, dan ini
mengungkapkan bagaimana pekerjaan dan pembicaraan ini
menciptakan dan mempertahankan budaya rata- rata
e. Contoh Studi Kasus Dari studi kasus yang menggunakan
perspektif feminis untuk meneliti bagaimana laki-laki
mengeksploitasi tenaga kerja perempuan dalam olahraga bowling
rumput di "Roseville Club": Meskipun para ahli telah menunjukkan
bahwa olahraga merupakan hal mendasar dalam membentuk dan
mereproduksi ketidaksetaraan gender, hanya sedikit perhatian yang
diberikan telah dibayar untuk olahraga dan hubungan gender di
52
kemudian hari. Dalam artikel ini kami mendemonstrasikan
bagaimana laki-laki mengeksploitasi tenaga kerja perempuan dalam
olahraga bowling rumput, yang sebagian besar dimainkan oleh orang
tua.
53
menyiratkan bahwa semua individu yang didiagnosis dengan AIDS
memiliki kesamaan yang memberikan makna bagi kehidupan mereka.
Dalam studi grounded theory tentang kelangsungan hidup 11
perempuan dan mengatasi pelecehan seksual masa kanak-kanak, tidak
menyajikan pertanyaan sentral dalam pendahuluan, tetapi mereka
menyebutkan beberapa pertanyaan umum yang memandu
wawancara mereka terhadap para wanita: "Katakan, sebanyak Anda
merasa nyaman berbagi dengan saya sekarang, apa yang terjadi pada
Anda ketika Anda dilecehkan secara seksual?" dan "Apa cara utama
Anda bertahan hidup?" Pertanyaan ini menyiratkan bahwa para
peneliti pertama-tama tertarik untuk memahami pengalaman
perempuan dan kemudian membentuknya menjadi strategi koping
yang digunakan untuk bertahan dari pelecehan yang mereka alami
(sebagai bagian dari teori proses). Dalam studi etnografi gerakan
sXe, sekali lagi tidak ada pertanyaan penelitian yang diajukan, tetapi
mungkin saja: "Apakah nilai inti dari gerakan straight edge, dan
bagaimana para anggota membangun dan memahami pengalaman
subjektif mereka?" Pertanyaan ini meminta pertama untuk deskripsi
nilai-nilai inti dan kemudian pemahaman tentang pengalaman (yang
disajikan sebagai tema dalam penelitian). Akhirnya, dalam studi
kasus kami tentang tanggapan kampus terhadap insiden pria
bersenjata, kami mengajukan lima pertanyaan panduan utama dalam
pendahuluan kami: "Apa yang terjadi? Siapa yang terlibat dalam
menanggapi insiden itu? Tema tanggapan apa yang muncul? selama
periode delapan bulan setelah kejadian ini? Apa konstruksi teoritis
membantu kami memahami respon kampus, dan apa konstruksi yang
unik untuk kasus ini?”
b. Subpertanyaan
Subpertanyaan masalah membahas masalah utama dan
kebingungan yang harus diselesaikan. Pertanyaan-pertanyaan yang
berorientasi pada isu. Subpertanyaan berorientasi isu adalah bahwa
mereka mengambil fenomena dalam pertanyaan penelitian utama
dan memecahnya menjadi subtopik untuk diperiksa. Sebuah
pertanyaan sentral seperti "Apa artinya menjadi profesor perguruan
54
tinggi?" akan dianalisis dalam subpertanyaan pada topik seperti "Apa
artinya menjadi profesor perguruan tinggi di dalam kelas? Sebagai
peneliti? Sebagai penasihat?" dan seterusnya.
Subpertanyaan topikal, di sisi lain, mencakup kebutuhan
informasi yang diantisipasi. Garis besar topikal akan digunakan oleh
beberapa peneliti sebagai struktur konseptual utama dan oleh yang
lain sebagai subordinat dari struktur masalah". Subpertanyaan topikal
sebagai pertanyaan yang memajukan langkah-langkah prosedural
dalam proses penelitian, langkah- langkah yang biasanya dilakukan
dalam salah satu pendekatan penelitian. Untuk lebih deskriptif,
penulis akan mengubah nama dari subpertanyaan "topikal" menjadi
"prosedur". Misalnya, dalam grounded theory, langkah-langkahnya
melibatkan identifikasi fenomena sentral, kondisi kausal, kondisi
intervensi, dan strategi serta konsekuensinya. Dengan menulis
subpertanyaan prosedural, penulis dapat mencerminkan prosedur yang
ingin mereka gunakan dalam salah satu dari lima pendekatan untuk
penyelidikan dan menunjukkan pilihan pendekatan mereka.
Dalam menulis narasi biografi, bahwa pertanyaan penelitian
mengikuti format interpretatif dan dirumuskan ke dalam satu
pernyataan, dimulai dengan bagaimana, bukan mengapa, dan dimulai
dengan sejarah pribadi sendiri dan membangun informasi lain.
Kemudian, seseorang dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan prosedural yang berhubungan dengan cara atau prosedur
penelitian naratif. Misalnya, pertanyaan prosedural ini mungkin:
a. Apa pengalaman dalam kehidupan individu ini?
b. Apa saja cerita yang dapat diceritakan dari pengalaman-
pengalaman tersebut?
c. Apa saja "titik balik" dalam cerita?
d. Apa saja teori yang berhubungan dengan kehidupan individu
ini?
Subpertanyaan prosedural berikut yang terkait dengan
fenomenologi:
a. Pernyataan apa yang menggambarkan pengalaman ini?
b. Tema apa yang muncul dari pengalaman ini?
55
c. Apa konteks dan pemikiran tentang pengalaman?
d. Apa esensi keseluruhan dari pengalaman itu?
Pertanyaan sentral berikut dan dua set subpertanyaan, satu
berorientasi pada masalah dan yang lainnya prosedural.
a. Pertanyaan sentral
Apa artinya (bagi praktisi) menjadi guru profesional?
b. Isu subpertanyaan • Apa yang dilakukan guru profesional?
Apa yang tidak dilakukan guru profesional?
Apa yang dilakukan seseorang yang mencontohkan istilah
"profesionalisme guru"?
Apa yang sulit atau mudah menjadi seorang pendidik
profesional?
Bagaimana atau kapan Anda pertama kali menyadari menjadi
seorang profesional?
c. Subpertanyaan prosedural
Apa makna struktural profesionalisme guru?
Apa tema dan konteks yang mendasari pandangan tentang
profesionalisme guru ini?
Apa struktur universal yang mengendapkan perasaan dan
pemikiran tentang "profesionalisme guru"?
Apa tema struktural invarian yang memfasilitasi deskripsi
"profesionalisme guru" seperti yang dialami oleh guru kelas
sekolah dasar?
Untuk studi grounded theory, subpertanyaan prosedural dapat
diajukan sebagai aspek dari langkah pengkodean, seperti pengkodean
terbuka, pengkodean aksial, pengkodean selektif, dan pengembangan
proposisi :
a. Apa kategori umum yang muncul dalam tinjauan pertama dari
data? (open coding) Apa fenomena yang menarik?
b. Apa yang menyebabkan fenomena bunga?
c. Kondisi kontekstual dan intervensi apa yang mempengaruhinya?
Strategi atau hasil apa yang dihasilkan darinya? Apa konsekuensi
dari strategi ini?( axial coding )
56
Studi tentang proses revisi kurikulum pendidikan umum di tiga
perguruan tinggi swasta sarjana muda. Rencananya membutuhkan
pertanyaan isu dan prosedural. Isu yang menjadi pedoman studinya
adalah “Teori apa yang menjelaskan proses perubahan dalam revisi
kurikulum pendidikan umum di tiga kampus perguruan tinggi?” dan
“Bagaimana civitas akademika berpartisipasi dalam proses di
masing-masing kampus?” Dia kemudian mengajukan beberapa
subpertanyaan prosedural yang secara khusus terkait dengan
pengkodean terbuka dan aksial:
a. Bagaimana proses itu terungkap?
b. Apa peristiwa besar atau tolok ukur dalam prosesnya?
c. Apa hambatan untuk berubah?
d. Siapa saja peserta pentingnya?
e. Bagaimana mereka berpartisipasi dalam proses tersebut?
f. Apa hasilnya?
Dalam sebuah etnografi, seseorang dapat menyajikan
subpertanyaan prosedural yang berhubungan dengan
a. deskripsi konteks,
b. analisis tema utama, dan
c. interpretasi perilaku budaya
Pertanyaan-pertanyaan prosedural ini mungkin mencerminkan
12 langkah dalam "urutan penelitian keputusannya". Pertanyaan-
pertanyaan itu mungkin sebagai berikut:
a. Apa situasi sosial yang akan dipelajari?
b. Bagaimana cara mengamati situasi ini?
c. Apa yang dicatat tentang situasi ini?
d. Apa yang diamati tentang situasi ini?
e. Domain budaya apa yang muncul dari mempelajari situasi ini?
f. Apa yang lebih spesifik, pengamatan terfokus yang dapat
dilakukan?
g. Taksonomi apa yang muncul dari pengamatan terfokus ini?
57
h. Melihat lebih selektif, pengamatan apa yang bisa
dilakukan?
i. Komponen apa yang muncul dari pengamatan ini? Tema apa
yang muncul?
j. Apa inventaris budaya yang muncul?
k. Bagaimana cara menulis etnografi?
Penulis akan menyusun ulang pertanyaan - pertanyaan yang
disajikan dalam artikel. Untuk meramalkan kasus kampus tunggal
dan individu di atasnya, Saya akan mengajukan pertanyaan utama-
"Apa tanggapan kampus terhadap insiden pria bersenjata di
universitas Midwestern?" dan kemudian saya akan mengajukan
subpertanyaan masalah yang memandu studi saya (walaupun kami
menyajikan pertanyaan-pertanyaan ini lebih sebagai pertanyaan
sentral, seperti yang telah dicatat) :
a. Apa yang terjadi?
b. Siapa saja yang terlibat dalam menanggapi insiden tersebut?
c. Tema respon apa yang muncul selama periode 8 bulan setelah
kejadian ini?
d. Konstruksi teoritis apa yang membantu kita memahami respon
kampus?
e. Konstruksi apa yang unik untuk kasus ini? (hal. 576)
Kemudian, saya akan menyajikan subpertanyaan prosedural:
a. Bagaimana kampus (kasus), dan peristiwa setelah kejadian,
dapat dijelaskan? (deskripsi kasus)
b. Tema apa yang muncul dari pengumpulan informasi tentang
kasus tersebut? (analisis materi kasus)
c. Bagaimana saya menafsirkan tema-tema ini dalam teori- teori
sosial dan psikologis yang lebih besar? (pelajaran dari kasus
yang dikelilingi oleh literatur)
Ilustrasi ini menunjukkan bahwa, dalam studi kualitatif,
58
seseorang dapat menulis sub pertanyaan yang membahas isu-isu
pada topik yang sedang dieksplorasi dan menggunakan istilah yang
menyandikan pekerjaan dalam suatu pendekatan. Selain itu,
subpertanyaan prosedural dapat digunakan untuk menggambarkan
langkah-langkah dalam prosedur pengumpulan data, analisis, dan
konstruksi format naratif.
59
mamahami masalah yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, tidak
terlalu dibutuhkan random sampling atau pemilihan secara acak
terhadap para partisipan dan lokasi penelitian, yang biasa dijumpai
dalam penelitan kuantitatif. Pembahasan mengenai para partisipan dan
lokasi penelitian dapat mencakup empat aspek yaitu: setting (lokasi
penelitian), aktor (siapa yang akan diobservasi atau diwawancarai), dan
proses (sifat peristiwa yang dirahasiakan oleh aktor dalam setting
penelitian).
60
publik (seperti, koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen
privat (seperti, buku harian, diary, surat, e-mail).
d. Kategoti terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan
visual. Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau
segala jenis suara/bunyi.
3. Pengumpulan data lain di luar observasi dan wawancara yang biasa.
Strategi-strategi yang tidak biasa seperti ini tidak hanya
memungkinkan peneliti memperoleh informasi penting yang mungkin
luput dari observasi dan wawancara, tetapi juga akan membuat pembaca
tertarik pada proposal yang diajukan. Misalnya, amatilah sejumlah
pendekatan pengumpulan data dalam Tabel 2.2. yang mungkin bisa
digunakan. Dari tabel ini, diharapkan pembaca mampu membuka
imajinasi lebih luas terhadap kemungkinan pendekatan-pendekatan lain,
misalnya dengan mengumpulkan bunyi atau rasa, atau dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disukai partisipan untuk
membangkitkan komentar mereka selama wawancara.
61
diserahkan kepada ganjil, atau aneh memiliki skill
partisipan. bisa di deteksi observasi yang
o Peneliti utuh – selama observasi. baik.
peneliti Opsiterkhir o Sejumlah
mengobservasi tanpa penting jika partisipan
bantuan peneliti tengah tertentu (seperti,
partisipan. mengeksplorasi siswa) sering
topik-topik yang kali hanya
mungkin kurang mendatangkan
menyenangkan masalah selama
bagi para proses penelitian
partisipan untuk
dibahas.
Wawancara o Berhadap-hadapan – psi pertama penting formasi yang
peneliti melakukan ketika peneliti tidak diperoleh bisa saja
wawancara bisa mengobservasi tidak murni karena
perorangan. secara langsung masih disaring
o Telepon –peneliti semua partisiapan. kembali oleh
mewawancarai peneliti.
partisipan lewat
telepon
o Focus group – o Para partisipan o Wawancara
peneliti pewawancara bisa lebih hanya akan
partisiapan dalam leluasa memberikan
sebuat kelompok memberikan informasi di
o Wawancara internet informasi tempat yang
dengan email atau historis. sudah ditentukan,
perangkat online o Memungkinkan dan
lain. peneliti bukan di tempat
mengontrol alur alamiah.
tanya jawab o Kehadiran
(questioning). peneliti bisa saja
melahirkan
62
respons-respons
yang bias.
o Tidak semua
orang punya
kemampuan
artikulasi dan
persepsi yang
okumentasi o Dokumen publik, o Memungkinkan o Tidak semua
seperti makalah, peneliti orang memiliki
atau koran. memperoleh kemampuan
o Dokumen privat, bahasa dan artikulasi dan
seperti diary, buku kata-kata persepsi yang
harian, atau surat. tekstual dari setara.
partisipan. o Dokumen ini
o Dapat diakses bisa saja
kapan saja – diproteksi dan
sumber tidak
informasi yang memberikan
tidak terlalu akses privat
menonjol. mapun publik.
o Menyajikan data o Mengharuskan
yang peneliti menggali
berbobot. Data informasi dari
ini biasanya tempat-tempat
sudah ditulis yang mungkin
secara saja sulit
mendalam oleh ditemukan.
partisipan o Dokumen yang
o Sebagai bukti terkomputerisas i
tertulis, data ini masih
benar-benar mengharuskan
dapat peneliti untuk
menghemat mentranskip
63
waktu peneliti secara online
dalam atau men-
mentranskip. scanning-nya
terlebih dahulu.
o Materi- materinya
sangat mungkin
tidak lengkap.
Dokumen tersebut
bisa
saja tidak asli
atau tidak
akurat.
udio- Visual o Foto o Bisa menjadi o Materi seperti
o Vediotape metode yang ini bisa saja
o Objek-objek seni tidak terlalu sangat rumit
64
2.7.2. Berikut adalah Prosedur- Prosedur dalam Perekaman Data
Sebelum terjun kelapangan, peneliti kualitatif merencanakan pendekatan
untuk merekam data penelitian, mengidentifikasi data apa yang akan direkam
dan prosedur-prosedur apa yang digunakan untuk merekam data tersebut.
Gunakanlah protokol untuk merekam data observasional. Peneliti
sering kali terlibat dalam banyak observasi selama penelitian dan selama
observasi ini; peneliti meggunkan protokol observasional untuk
merekam data. Protokol ini bisa berupa satu lembar kertas dengan garis
pemisah di tengah untuk membedakan catatan-catatac deskriptif
(deskripsi mengenai partisipan, rekonstruksi dialog, deskripsi mengenai
setting fisik, catatan tentang peristiwa dan aktivitas tertentu) dengan
catatan- catatan refleksif (pengetahuan pribadi peneliti, seperti -
spekulasi, perasaan, masalah, gagasan, dugaan, kesan, dan prasangka.
Dalam prorokol ini juga bisa disertsakan informasi demografis, seperti
jam, tanggal, dan lokasi di mana peneliti saat itu berada.
Peneliti merekam informasi dari partisipan dengan menggunakan
catatan-tangan, dengan audiotape, atau dengan videotape. Akan
tetapi, meskipun wawancara ini direkam menggunakan audiotape, saya
merekomendasikan agar peneliti tetap mencatatnya karena banyak
kejadian hasil rekaman menjadi korup, rusak, atau gagal. Jika videotape
yang digunakan, peneliti harus tetap mengatur rencana selanjutnya untuk
mentranskip hasil rekaman vediotape ini.
Untuk dokumen dan materi-materi visual, dapat direkam/ dicatat
sesuai keinginkan peneliti. Biasanya, rekaman/catatan haruslah
merefleksikan informasi menganai dokumen tersebut atau materi lain
serta gagasan-gagasnan inti dalam dokumen itu. Penting juga mencatat
apakah materi ini benar-benar mencerminkan materi primer (seperti,
informasi yang secara langsung berasal dari orang atau situasi yang
tengah diteliti) atau materi sekunder (seperti, catatan-catatan tangan-
kedua/second- hand tentang orang atau situasi penelitian yang berasal
dari sumber lain).
Peneliti juga perlu memberikan komentar tentang nilai dan
reliabilitas sumber-sumber data ini.
65
Tabel 2.3. Beberapa Pendekatan Pengumpulan Data Kualitaif
Observasi
Mengumpulkan data lapangan denga berperan sebagai partisipan.
Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai Observer.
Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai
partisipan ketimbang observer.
Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai
observer ketimbang partisipan.
Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai outsider (orang
luar) terlebih dahulu, kemudian mulai masuk kedalam setting penelitian
sebagai insider (orang dalam)
Wawancara
Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil
mencatat hal-hal penting.
Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil
merekamnya dengan audiotape, lalu mentranskipnya.
Melaksanakan wawancara semi-terstruktur, sambil merekamnya dengan
audiotape, lalu mentranskipnya.
Melaksankan wawancara focus group, sambil merekamnya dengan
audiotape, lalu mentranskipnya.
Melaksanakan jenis wawancara yang berbeda sekaligus: melalui email,
dengan berhadap- hadapan langsung, wawancara focus group,
wawancara focus group online, dan wawancara telepon.
Dokumentasi
Mendokumentasikan buku harian selama penelitian.
Meminta buku harian atau diary dari partisipan selama penelitian.
Mengumpulkan surat pribadi ari partisipan.
Menganalisis dokumen publik (seperti, memo resmi, catatan-catatan
resmi, atau arsip- arsip lainnya).
Menganalisis autobiografi atau biografi.
Meminta foto partisipan atau merekam suara mereka dengan videotape.
Audit-audit.
66
Rekaman medis
Materi Audio-Visual
Menganalisis jejak-jejak fisik (seperti, jejak-jejak kaki di salju).
Merkam atau memfilmkan situasi sosial atau seorang individu atau
kelaompok tertentu.
Menganalisis foto dan rekaman video.
Mengumpulkan suara/bunyi (seperti, musik, teriakan anak, klakson
mobil),
Mengumpulkan email.
Mengumpulkan text massage dari telepon seluler.
Menganalisis harta kepemilikan atau objek-objek ritual.
Mengumpulkan bunyi, aroma, rasa, atau stimuli-stimuli indra lainnya
67
terkandung dalam perkataan partisipan? Bagaimana nada gagasan-
gagasan tersebut? Bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan
penuturan informasi itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang
menulis catatan- catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data
yang diperoleh.
Langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan men-coding data. Coding
merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen
tulisan sebelum memaknainya Langkah ini melibatkan beberapa tahap:
mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses
pengumpulan, mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau
gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori, kemudian melabeli
kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus, yang sering kali didasarkan
pada istilah/bahasa yang benar- benar berasal dari partisipan (disebut istilah in
vivo).
Langkah 4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting,
orang-orang, kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di-analisis.
Deskripsi ini melibatkan usaha penyampaian informasi secara detail
mengenai orang-orang, lokasi-lokasi, atau peristiwa- peristiwa dalam
setting tertentu. Peneliti dapat membuat kode-kode untuk
mendeskripsikan semua informasi ini, lalu menganalisisnya untuk
proyek studi kasus, etnografi, atau penelitian naratif. Setelah itu,
terapkanlah proses coding untuk membuat sejumlah kecil tema atau
kategori, bisa lima hingga tujuh kategori. Tema-tema inilah yang
biasanya menjadi hasil utama dalam penelitian kualitatif dan sering kali
digvinakan untuk membuat judul dalam bagian hasil penelitian. Meski
demikian, tema-tema ini sebaiknya diperkuat dengan berbagai kutipan,
seraya menampilkan perspektif-perspektif yang terbuka untuk dikaji
ulang.
Langkah 5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan
disajikan kembali dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang
paling populer adalah dengan menerapkan pendekatan naratif dalam
menyampaikan hasil analisis. Pendekatan ini bisa meliputi pembahasan
tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan
subtema- subtema, ilustrasi-ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan
68
kutipan-kutipan), atau tentang keterhubung-an antartema. Para peneliti
kualitatif juga dapat menggunakan visual-visual, gambar-gambar, atau
tabel-tabel untuk membantu menyaji-kan pembahasan ini. Mereka dapat
menyajikan suatu proses (sebagaimana dalam grounded theory),
menggambarkan secara spesifik lokasi penelitian (sebagaimana dalam
etnografi), atau memberikan informasi deskriptif tentang partisipan dalam
sebuah tabel (sebagaimana dalam studi kasus dan etnografi).
Langkah 6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah meng-
interpretasi atau memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti
"Pelajaran apa yang bisa diambil dari semua ini?" akan membantu
peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan. Pelajaran ini dapat
berupa interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak pada kenyataan
bahwa peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman
pribadinya ke dalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa makna yang
berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang
berasal dari literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti menegaskan
apakah hasil peneliti-annya membenarkan atau justru menyangkal
informasi sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa
berupa pertanyaan- pertanyaan baru yang perlu dijawab selanjutnya:
pertanyaan- pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan bukan
dari hasil ramalan peneliti.
69
yang dikombinasikan dengan concept mapping NVivo. Program ini juga
mendukung PC berbasis windows.
4. HyperRESEARCH (www.researchware.com). Program yang mendukung,
baik untuk PC maupun MAC ini, merupakan paket software kualitatif
yang mudah digunakan dan memungkinkan peneliti untuk meng-codzrzg,
memperoleh kembali, dan membangun teori-teori, serta melakukan
analisis data.
70
Haruskah saya menulis tentang apa yang orang katakan atau mengakui
bahwa kadang-kadang mereka tidak dapat mengingat atau memilih
untuk tidak mengingat?
Apa refleksivitas politik saya yang perlu masuk ke dalam laporan
saya?
Apakah tulisan saya telah menghubungkan suara-suara dan kisah-kisah
individu kembali ke rangkaian hubungan historis, struktural, dan
ekonomi?
hubungan historis, struktural, dan ekonomi di mana mereka berada?
Seberapa jauh saya harus berteori tentang kata-kata para partisipan?
Sudahkah saya mempertimbangkan bagaimana kata-kata saya bisa
digunakan untuk kebijakan sosial yang progresif, konservatif, dan
represif?
Apakah saya telah mundur ke dalam kalimat pasif dan memisahkan
tanggung jawab saya dari interpretasi saya?
Sejauh mana analisis (dan tulisan) saya menawarkan alternatif
terhadap akal sehat atau wacana dominan?
71
mempengaruhi gaya penulisan seorang peneliti. Akan tetapi, terkait gaya
penulisan sebaiknya memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
Penulis sebaiknya menggunakan judul atau sub judul yang dapat
memicu penasaran atau respon menolak atas sebuah kalimat, sehingga
hal ini menarik pembaca untuk mendalami tulisan.
Diaharapkan ada efek “persuasif”. Penulis harus membuat pembaca
menemukan materi yang menarik dan mudah diingat, di mana tulisan
tampak "nyata" dan "hidup," sehingga membawa pembaca langsung ke
dalam dunia penelitian ketika membaca sebuah tulisan atau hasil
penelitian.
Semakin detail sebuah tulisan, itu artinya semakin bagus bagi pembaca.
Namun tetap pada batasan tulisan tersebut mudah dipahami oleh
pembaca.
72
Penulis dapat menekankan pada peristiwa kunci
Penulis dapat menggunakan transisi, dan metafora untuk
menggambarkan tulisan naratif mereka
73
menunjukkan kesenjangan atau bias dalam pengetahuan yang ada.
Metodologi dapat berkembang selama studi
Bagian temuan menyajikan skema teoritis. Penulis menyertakan
referensi dari literatur untuk menunjukkan dukungan luar untuk model
teoritis. Juga, segmen data aktual dalam bentuk sketsa dan kutipan.
Bagian diskusi terakhir membahas hubungan teori dengan
pengetahuan lain yang ada dan implikasi teori untuk penelitian dan
praktik di masa depan.
Parameter penulisan yang luas untuk studi grounded theory
mereka. Mereka menyarankan hal berikut:
Kembangkan cerita analitik yang jelas
Tulislah pada tingkat konseptual, dengan deskripsi tetap di urutan
kedua.
Tentukan hubungan antar kategori.
Tentukan variasi dan kondisi yang relevan, konsekuensi, dan
sebagainya untuk hubungan antar kategori.
74
2.9.10. Struktur Studi Kasus
Tidak ada format standar untuk melaporkan penelitian studi kasus.
Pendekatan yang memberikan garis besar untuk struktur studi kasus, sebagai
berikut:
Penulis membuka dengan sketsa sehingga pembaca dapat merasakan
waktu dan tempat penelitian.
Selanjutnya, peneliti mengidentifikasi masalah, tujuan, dan metode
penelitian sehingga pembaca mengetahui bagaimana penelitian itu
terjadi, latar belakang penulis, dan isu-isu seputar kasus tersebut.
Ini diikuti dengan deskripsi ekstensif tentang kasus dan konteksnya.
Isu-isu selanjutnya disajikan, beberapa isu kunci, sehingga pembaca
dapat memahami kompleksitas kasus.
Selanjutnya, beberapa isu ditelaah lebih lanjut. Pada titik ini juga,
penulis membawa bukti yang membenarkan dan yang tidak
membenarkan.
Penegasan disajikan, ringkasan dari apa yang penulis pahami tentang
kasus ini dan apakah generalisasi naturalistis awal, kesimpulan yang
diperoleh melalui pengalaman pribadi atau ditawarkan sebagai
pengalaman perwakilan bagi pembaca, telah diubah secara konseptual
atau ditantang.
Akhirnya, penulis mengakhiri dengan sketsa penutup, catatan
pengalaman, mengingatkan pembaca bahwa laporan ini adalah
pertemuan satu orang dengan kasus yang kompleks.
75
2.10.1. Validitas
Dalam penelitian kualitatif, validitas kualitatif tidak memiliki konotasi
yang sama dengan validitas dalam penelitian kuantitatif. Validitas kualitatif
merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan
menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Validitas merupakan salah satu
kekuatan penelitian kualitatif dan didasarkan pada penentuan apakah temuan
yang didapat akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca.
Ada beberapa istilah yang banyak ditemukan dalam literatur kualitatif yang
membahas validitas seperti: “credibility, authenticity, transferability,
dependability, dan confirmability"’;
Dibandingkan menggunakan istilah "validasi," kredibilitas penelitian
kualitatif. Dia membangun standar seperti penguatan struktural, validasi
konsensual, dan kecukupan referensial. Dalam pembuktian struktural, peneliti
menghubungkan beberapa jenis data untuk mendukung atau bertentangan
dengan interpretasi.
Rekonseptualisasi validasi mengidentifikasi empat jenis validasi,
termasuk triangulasi (beberapa sumber data, metode, dan skema teoritis),
validasi konstruk (mengenali konstruksi yang ada daripada memaksakan
teori/konstruksi pada informan atau konteks), validasi wajah (sebagai 'klik'
pengakuan' dan 'ya, tentu saja,' bukannya 'ya, tapi' pengalaman dan validasi
katalisator (yang memberi energi kepada peserta untuk mengetahui realitas
untuk mengubahnya).
Menganalisis 13 tulisan tentang validasi, dan mengekstrak kriteria
validasi kunci dari studi ini. Mereka mengatur kriteria ini menjadi kriteria
primer dan sekunder. Mereka menemukan empat kriteria utama: kredibilitas
(Apakah hasil interpretasi yang akurat?); keaslian (Apakah ada pendapat yang
berbeda?); kekritisan (Apakah ada penilaian kritis dari semua aspek
penelitian?); dan integritas (Apakah peneliti kritis terhadap diri sendiri?).
Kriteria sekunder terkait dengan ketegasan, kejelasan, kreativitas, ketelitian,
kesesuaian, dan kepekaan.
Mengingat banyak perspektif ini, saya akan merangkum pendirian :
Saya menganggap "validasi" dalam penelitian kualitatif sebagai upaya
untuk menilai "keakuratan" temuan, seperti yang dijelaskan oleh
peneliti dan partisipan. Pandangan ini juga menunjukkan bahwa setiap
76
laporan penelitian merupakan representasi dari penulis.
Saya juga melihat validasi sebagai kekuatan dari penelitian kualitatif.
Saya menggunakan istilah “validasi” untuk menekankan suatu proses,
daripada “verifikasi” (yang memiliki nuansa kuantitatif) atau kata-kata
historis seperti “dapat dipercaya” dan “keaslian” (mengakui bahwa
banyak penulis kualitatif yang kembali untuk kata-kata seperti
"keaslian" dan "kredibilitas," menunjukkan "daya tahan" Saya
mengakui bahwa ada banyak jenis validasi kualitatif dan penulis perlu
memilih jenis dan istilah yang nyaman bagi mereka. Subjek validasi
muncul dalam beberapa pendekatan penelitian kualitatif tetapi saya
berpikir tidak terdapat banyak perbedaan antara validasi pada kelima
pendekatan kualitatif
2.10.2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kehandalan/ketepatan sebuah alat ukur/instrumen
dalam mengukur sebuah objek. Jika alat ukur dipergunakan dua (2) kali atau
lebih untuk mengukur fenomena yang sama dan memperoleh hasil yang
konsisten, maka alat yang dipakai dikatakan reliabel. Dengan bahasa yang
mudah dipahami reliabilitas adalah konsistensi sebuah alat ukur dalam
mengukur fenomena yang sama. Data pada penelitian kualitatif dianggap
reliabel apabila peneliti berada di lapangan kondisi sesuai dengan kenyataan
yang terjadi. Penelitian kualitatif berkarakter subyektif dan reflektif sebab
peneliti bertindak sebagai instrumen. Tingkat reliabilitas pada pendekatan
kualitatif bersifat individu atau tidak sama antara peneliti satu dengan peneliti
lainnya, karena setiap penelitian mengandalkan peneliti itu sendiri.
77
Studi kasus kualitatif ini menunjukan reaksi kampus terhadap insiden
pria bersenjata di mana seorang siswa berusaha menembakkan pistol ke
teman-teman sekelasnya. Asmussen dan saya memberi judul penelitian ini
“Campus Response to a Student Gunman” dan kami menyusun studi kasus
ini dengan format “substantive case report”. Format-format ini
membutuhkan penjelasan masalah, deskripsi menyeluruh tentang konteks atau
latar dan proses yang diamati, diskusi tentang tema-tema penting, dan,
akhirnya mendapatkan “pelajaran yang dapat dipelajari”. Setelah
memperkenalkan studi kasus dengan masalah kekerasan di kampus- kampus,
kami memberikan gambaran rinci tentang latar dan kronologi peristiwa segera
setelah kejadian dan selama 2 minggu berikutnya. Kemudian kami beralih ke
tema-tema penting yang muncul untuk dianalisis, tema penyangkalan,
ketakutan, keamanan, dan tindak lanjut dari kampus. Kami menggabungan
tema-tema sfesifik tersebut menjadi dua garis besar tema: tema organisasi
dan tema psikologis atau sosial-psikologis. Kami mengumpulkan data
melalui wawancara, observasi, dokumen, dan audiovisual. Dari kasus muncul
rencana tindak lanjut yang akan diusulkan untuk kampus, dan kasus berakhir
dengan pelajaran tersirat untuk kampus, dimana kedepannya kampus
diharapkan dapat menangani insiden serupa di masa depan.
2.11.3. Fenomenologi
78
Saya akan mempelajari beberapa siswa dan memeriksa konsep
psikologis dalam tradisi fenomenologi psikologis. Judul karya saya “The
Meaning of Fear for Students Caught in a Near Tragedy on
Campus.” Saya berasumsi siswa akan mengungkapkan ketakutan selama
kejadian, ketakuatn yang ada segera setelah insiden, dan ketakutan beberapa
minggu kemudian. Saya akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut.
Ketakutan apa yang dialami siswa? dan bagaimana mereka mengalaminya?
Bagaimana mereka memaknainya? Sebagai seorang fenomenolog, saya
berasumsi bahwa pengalaman manusia masuk akal bagi mereka yang
menjalaninya dan bahwa pengalaman manusia dapat diekspresikan secara
sadar. Oleh karena itu, saya akan menjelaskan fenomena ketakutan dan
orientasi filosofi. Saya akan melakukan wawancara ekstensif dengan 10 siswa,
dan saya akan wawancara. Saya akan mulai dengan deskripsi ketakutan dan
pengalaman saya sendiri (epoche). Kemudian, setelah membaca semua
pernyataan siswa, saya akan menemukan pernyataan atau kutipan signifikan
tentang makna ketakutan mereka. Pernyataan- pernyataan penting ini
kemudian akan dikelompokkan ke dalam tema- tema yang lebih luas. Langkah
terakhir saya adalah menulis paragraf panjang yang memberikan deskripsi
naratif tentang apa yang mereka alami (deskripsi tekstural) dan bagaimana
mereka mengalaminya (deskripsi struktural) dan menggabungkan kedua
deskripsi ini menjadi deskripsi yang lebih panjang yang menggambarkan
"esensi" dari pengalaman mereka.
79
sebagai model visual, dan dalam model tersebut akan memasukkan kondisi
kausal yang mempengaruhi kategori pusat, intervensi dan faktor yang
berkaitan di sekitarnya, dan strategi dan konsekuensi khusus (pengkodean
aksial) sebagai akibat. Saya akan mengajukan proposisi atau hipotesis teoretis
yang menjelaskan elemen mimpi dari pengalaman surealis siswa (pengkodean
selektif).
2.11.5. Etnografi
Dalam grounded theory, fokus saya adalah menghasilkan teori yang
didasarkan pada data. Dalam etnografi, saya akan mengalihkan fokus dari
pengembangan teori ke deskripsi dan pemahaman tentang cara kerja
komunitas kampus sebagai kelompok culture-sharing. Untuk menjaga agar
studi tetap terkendali, saya mungkin mulai dengan melihat bagaimana insiden
itu. Anggota komunitas ini mungkin telah merespons sesuai dengan peran
mereka, dan dengan demikian saya dapat melihat beberapa budaya mikro
kampus. Siswa merupakan salah satu mikro-budaya, dan mereka terdiri dari
sejumlah mikro-budaya atau subkultur. Karena siswa di kelas ini bersama
selama 16 minggu selama satu semester, maka mereka memiliki cukup
waktu untuk mengembangkan beberapa pola perilaku bersama dan dapat
dilihat sebagai kelompok culture-sharing. Administrator kampuss, dan polisi
kampus juga termasuk dalam subkultur.
Ketika saya memasuki lapangan, saya akan berusaha untuk
membangun hubungan dengan para peserta komunitas, tanpa mengganggu
mereka dengan keberadaan saya. Saya akan memasuki budaya- budaya
kampus dari organisai dan individu dan kelompok di dalam kampus culture-
sharing. Pengumpulan data akan terdiri dari pengamatan dari aktivitas waktu
ke waktu, perilaku, dan peran yang dapat diprediksi di mana orang-orang
terlibat yang membantu kampus kembali normal. Pengumpulan data ini akan
sangat bergantung pada wawancara dan pengamatan kelas tempat insiden
terjadi dan laporan surat kabar. Narasi utama saya tentang culture-sharing di
kampus akan di bagi dalam tiga bagian: deskripsi rinci tentang kampus,
analisis tema budaya "keragaman organisasi" dan pemeliharaan (mungkin
dengan taksonomi atau perbandingan) dan interpretasi.
80
2.11.6. Konklusi
Kita tidak bisa bersikap “objektif” seutuhnya terhadap apa yang kita
lihat dan tulis pada penelitian kualitatif. Kata-kata kita mengalir dari
pengalaman pribadi, budaya, sejarah, dan latar belakang kita sendiri. Pada
akhirnya, tulisan kita adalah interpretasi kita terhadap peristiwa, orang, dan
kegiatan, dan itu hanya interpretasi kita. Kita harus mengakui bahwa peserta
di lapangan, pembaca, dan individu lain yang membaca tulisan kita akan
memiliki interpretasi mereka sendiri. Dalam perspektif ini, tulisan kita hanya
dapat dilihat sebagai sebuah wacana, yang memiliki kesimpulan sementara,
dan akan terus berubah dan berkembang. Penelitian kualitatif benar-benar
memiliki unsur interpretasi yang mengalir sepanjang proses penelitian.
Sebuah penelitian dapat terdiri dari satu atau dua individu (yaitu, studi
naratif), atau kelompok orang (yaitu, fenomenologi, grounded theory), atau
keseluruhan budaya (yaitu, etnografi}. Sebuah studi kasus mungkin masuk ke
dalam ketiga kategori ini ketika seseorang mengeksplorasi satu individu, suatu
peristiwa, atau latar sosial yang besar.
Singkatnya, ketika merancang studi kualitatif, saya merekomendasikan
bahwa penulis merancang studi dalam salah satu pendekatan penyelidikan
kualitatif. Ini berarti bahwa komponen dari proses desain (misalnya, kerangka
teoritis, tujuan dan pertanyaan penelitian, pengumpulan data, analisis data,
penulisan laporan, verifikasi) akan mencerminkan prosedur pendekatan yang
dipilih dan mereka akan disusun dengan pengkodean dan penyusunan. Hal
tersebut tentu saja tidak kaku menyarankan bahwa seseorang tidak dapat
mencampur pendekatan yang satu dengan pendekatan lainnya. Namun dalam
buku ini, saya menyarankan agar pembaca memilah pendekatan terlebih
dahulu sebelum menggabungkannya. Saya menemukan perbedaan serta
tumpang tindih di antara kelima pendekatan tersebut, tetapi merancang studi
yang selaras dengan prosedur yang ditemukan dalam salah satu pendekatan
yang disarankan dalam buku ini akan meningkatkan kualitas penelitian hingga
dapat menunjukan ke pembaca tingkat keahlian metodologis penelitian
kualitatif.
81
BAB III
KOMENTAR DAN HASIL ANALISIS
82
objektif, konstruktivisme berlaku bahwa ada banyak interpretasi realitas dan bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana individu membangun
realitas dalam konteks alami (Moser dan Korstjens, 2017).
Dalam lima pendekatan naratif dalam kedokteran adalah pendekatan yang diakui
dan dihormati. Pendekatan naratif ini sudah masuk ke dalam kurikulum sekolah
kedokteran dan diterapkan secara luas dalam praktik penelitian. Disebutkan dalam
studi tentang kedokteran naratif dan topik seperti stereotip yang mungkin dipegang
dokter tentang rekan-rekan mereka dan kekhawatiran tentang manajemen waktu yang
digunakan dalam melakukan metode naratif (Fox dan Hauser, 2021). Pendekatan
fenomenologi adalah bentuk pendekatan penelitian kualitatif yang berfokus pada studi
tentang pengalaman hidup individu di dunia. Memahami asumsi ontologis dan
epistemologis yang mendasari pendekatan ini sangat penting untuk berhasil
melakukan penelitian fenomenologis. Pemahamanyang baik tentang sifat
fenomenologi memastikan keselarasan yang tepat antara pertanyaan dan filosofi yang
mendasari peneliti (Neubauer, Witkop dan Varpio, 2019). Pendekatan teori grounded
pertama kali didirikan oleh Glaser dan Strauss pada tahun 1967 dan didefinisikan
sebagai eksplorasi data yang sistematis dengan cara yang berpikiran terbuka,
komparatif dan ketat untuk mengembangkan teori baru yang murni didasarkan pada
data. Melalui penerapan teori grounded, pengalaman masyarakat dan proses sosial
yang terjadi dapat dipahami dengan mengintegrasikan definisi dan makna dari
perspektif individu dari populasi sasaran. Untuk melakukan ini, seorang peneliti dapat
mengadopsi prinsip-prinsip salah satu dari tiga aliran grounded theory. Menilai
aplikasi metodologis teori grounded sangat penting untuk menentukan kepercayaan
dan kredibilitas teori yang dikembangkan, seperti yang disarankan oleh para peneliti di
berbagai bidang seperti psikologi, keperawatan, fisiologi dan bisnis dan manajemen
(Ali et al., 2020). Pendekatan etnografi adalah bentuk pendekatan yang membutuhkan
dan menghasilkan pengetahuan, karena peneliti selalu perlu terlibat dengan dunia
kehidupan tertentu. Melalui metode seperti etnografi, pengetahuan ini dapat
dieksplisitkan, yang membuat disiplin ilmu desain mampu menghubungkan dengan
disiplin ilmu lainnya(Müller, 2021). Pendekatan studi kasus memungkinkan peneliti
untuk melakukan eksplorasi mendalam tentang fenomena yang rumit dalam beberapa
konteks tertentu. Pendekatan studi kasus dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu fase
pondasi, fase pra lapangan, fase lapangan, dan fase pelaporan. Tujuan artikel ini
adalah untuk memberi peneliti pemula aplikasi praktis daftar periksa ini dengan
83
menghubungkan keempat fasenya dengan pengalaman penulis dan pembelajaran dari
beberapa studi kasus mendalam (Rashid et al., 2019).
Dari konsep pengantar yang dibuat oleh penulis dan prinsip dasar yang
didapatkan, 5 pendekatan ini sudah mulai dilakukan dilapangan dan sudah banyak
diterapkan oleh banyak peneliti baik peneliti kesehatan maupun peneliti bidang lain
seperti bisnis. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai penyelidikan fenomena,
biasanya secara mendalam dan menggunakan desain penelitian yang fleksibel,
memberikan wawasan yang mendalam dan pemahaman tentang masalah dunia nyata
dan, berbeda dengan penelitian kuantitatif, tidak dilakukan manipulasi ataupun
mengukur variabel yang telah ditentukan. Lima pendekatan yang saat ini sering
diterapkan yaitu pendekatan naratif, fenomenologi, teori grounded, etnografy, dan
study kasus. Kelima pendekatan ini diterapkan perlu dengan dasar memahami asumsi
dari penelitian kualitatif untuk dapat memastikan keselarasan dalam pertanyaan dan
pembuatan penlitian. Penempatan diri sebagai peneliti, pembaca, dan organisasi
sangat perlu untuk membedakan dan mempelajari persepsi dan perspektif agar lebih
memahami fokus dalam penelitian kualitatif.
3.2. Komentar dan Hasil Analisis Filosofi, Paradigma, dan Kerangka Interpretasi
Dalam bab ini, penulis mengungkapkan Proses desain penelitian dalam
penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi filosofis yang dibuat oleh peneliti dalam
memutuskan untuk melakukan penelitian kualitatif dan memperjelas asumsi-asumsi
yang dibuat ketika seseorang memilih untuk melakukan penelitian kualitatif,
pandangan dunia atau paradigma yang tersedia dalam penelitian kualitatif, dan
beragam kerangka penafsiran dan teoritis yang membentuk isi proyek kualitatif.
Penjelasan tentang asumsi ontologis, epistemologis, aksiologis, retorika, dan
metodologinya. Kemudian menerangkan paradigma dan pandangan dunia yang
menjelaskan fokus pada empat pandangan dunia yang menginformasikan kualitatif
penelitian dan mengidentifikasi bagaimana pandangan dunia ini membentuk praktik
penelitian. Keempatnya adalah postpositivisme, konstruktivisme, advokasi/partisipatif,
dan pragmatisme. Selanjutnya penulis membahas tentang komunitas interpretatif yang
merupakan komunitas dengan kumpulan literatur yang berbeda dan isu-isu diskusi
yang unik. Ruang tidak mengizinkan melakukan keadilan di sini untuk ruang lingkup
dan isu-isu yang diangkat oleh komunitas interpretatif. Posisi interpretatif memberikan
lensa atau perspektif meresap pada semua aspek proyek penelitian kualitatif. Para
84
subjek dalam proyek-proyek interpretasi ini mewakili kelompok- kelompok yang
kurang terwakili atau terpinggirkan, baik perbedaan itu dalam bentuk gender, ras,
kelas, agama, seksualitas, dan geografi atau beberapa titik temu dari perbedaan-
perbedaan ini. Interpretasi ini dapat disajikan dengan cara tradisional, seperti artikel
jurnal, atau dalam pendekatan eksperimental, seperti teater atau puisi. Beberapa
perspektif teoritis akan ditinjau: perspektif postmodern, teori feminis, teori kritis dan
teori ras kritis (CRT), teori queer, dan teori disabilitas.
Dalam proses desain penelitian, terdapat beberapa asumsi filosofis yang dapat
dipertimbangkan. Asumsi ontologi, secara tegas, adalah studi filosofis tentang
keberadaan. Dalam pengertian yang paling dasar, ontologi menggambarkan apa yang
dapat diketahui. Dalam skenario memasak, ada dua kemungkinan ontologi: vegetarian
atau omnivora. Seorang vegetarian percaya bahwa hewan tidak dimaksudkan untuk
dikonsumsi oleh manusia sebagai makanan. Omnivora memegang posisi filosofis yang
berlawanan. Perbedaan mendasar ini mengarahkan juru masak vegetarian untuk
membuat resep yang akan sangat berbeda dari resep omnivora. Ontologi mencakup
apa yang kita yakini bisa ada, apa yang kita anggap fundamental atau mendasar. Bagi
peneliti, seseorang mungkin positivis atau interpretivis (Berryman, 2019). Asumsi
epistomologis digunakan untuk menggambarkan cara mengetahui, bagaimana kita
mengetahui apa yang kita ketahui, dan siapa yang dapat menjadi seorang yang
mengetahui. Ontologi dan epistemologi memberikan wawasan tentang apa yang
peneliti yakini sebagai sifat kebenaran, sifat dunia, dan cara berada di dunia itu;
bersama-sama mereka menggambarkan pandangan dunia atau peneliti. Ontologi dan
epistemologi bekerja sama dengan perspektif teoritis peneliti untuk membentuk
pertanyaan penelitian (Berryman, 2019).
Asumsi Metodologi adalah deskripsi dan pembenaran metode, dan bukan
metode itu sendiri. Metode adalah tindakan penelitian aktual atau praktis kegiatan
penelitian. Sebuah refleksi yang cerdik peneliti akan memperhatikan dengan seksama
menggambarkan paradigma mereka dalam kaitannya dengan penelitian,
menggambarkan filosofi menginformasikan pekerjaan. Peran dan tempat nilai-nilai
dalam proses penelitian, khususnya pengaruh nilai pada hubungan antara paradigma,
metodologi, dan metode, yang dikenal sebagai asumsi aksiologi (Zaidi dan Larsen,
2018).
Proses desain penelitian dalam penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi
filosofis yang dibuat oleh dalam memutuskan untuk melakukan penelitian kualitatif
85
dan memperjelas asumsi-asumsi yang dibuat ketika seseorang memilih untuk
melakukan penelitian kualitatif, pandangan dunia atau paradigma yang tersedia dalam
penelitian kualitatif, dan beragam kerangka penafsiran dan teoritis yang membentuk
isi proyek kualitatif. Proses desain dapat dibentuk dari awalan asumsi yang dapat
berhubungan satu dengan yang lainnnya kemudian semakin dilengkapi dengan
pandangan atau perspektif yang dapat bersinergi dengan asumsi tersebut untuk
mendapatkan suatu interpretatif dari proses yang dibuat.
86
mencerminkan pemahaman masalah subjek. Data yang didapat diperiksa dan disajikan
berdasarkan perspektif peserta dan sebagian berdasarkan interpretasi peneliti sendiri.
Dan dalam merancang struktur rencana atau proposal studi kualitatif, penulis
memberikan empat contoh bentuk yang dapat digunakan, diantaranya adalah bentuk
kontruksionis/interpretivis, bentuk perspektif advokasi, bentuk pandangan teoritism
dan bentuk sembilan argumen.
Pilihan desain kualitatif terutama tergantung pada sifat masalah penelitian,
pertanyaan penelitian dan pengetahuan ilmiah yang dicari. Etnografi, fenomenologi
dan grounded theory dianggap mewakili pendekatan kualitatif 'tiga besar'. Teori
memandu peneliti melalui proses penelitian dengan menyediakan 'lensa' untuk melihat
fenomena yang diteliti. Karena peneliti kualitatif dan peserta studi mereka berinteraksi
dalam proses sosial, peneliti mempengaruhi proses penelitian. Penelitian kualitatif
memperhitungkan konteks alami di mana individu atau kelompok berfungsi, karena
tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman mendalam tentang masalah dunia
nyata. Untuk memungkinkan deskripsi, eksplorasi, atau penjelasan mendalam yang
menyeluruh tentang fenomena yang diteliti, secara umum, pertanyaan penelitian harus
luas dan terbuka untuk temuan yang tidak terduga. Mencari literatur yang dapat
memberi wawasan tentang keadaan pengetahuan saat ini dan kesenjangan
pengetahuan yang mungkin diatasi oleh studi Anda. Selama proses penelitian,
pertanyaan penelitian mungkin berubah sampai tingkat tertentu karena pengumpulan
dan analisis data mempertajam lensa peneliti (Korstjens dan Moser, 2017).
Pengumpulan dan analisis data merupakan proses berulang yang terjadi secara
bersamaan seiring dengan berjalannya penelitian. Selanjutnya, penelitian kualitatif
memiliki tradisi yang kaya dari berbagai desain pendekatan seperti studi kasus,
analisis percakapan, penelitian naratif, penelitian hermeneutik, penelitian sejarah
penelitian tindakan partisipatif dan, penelitian komunitas partisipatif, dan penelitian
berbasis teori sosial kritis. Peneliti kualitatif dan partisipan penelitian selalu
berinteraksi dalam suatu proses sosial. Meskipun peneliti kualitatif tidak bertujuan
untuk campur tangan, interaksi dengan partisipan memerlukan kepatuhan yang cermat
terhadap pernyataan prinsip-prinsip etik untuk penelitian medis yang melibatkan
subyek manusia (Korstjens dan Moser, 2017).
Dalam merancang penelitian kualitatif diawali dengan mencari pemahaman
tentang masalah yang didapat dan menjadikannya sebagai fokus, fokus kemudian
teliti kepustakaannya dan mulai membuat pertanyaan terbuka untuk subjek dan selama
87
proses penelitian, pertanyaan atas masalah awal dapat berubah seiring dengan
penambahan wawasan dari perspektif peneliti dan subjek. Pada akhirnya, data yang
didapat akan dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan perspektif yang dimiliki oleh
peneliti dan subjek. Hasil analisis kemudian dibentuk sesuai dengan struktur rencana
dan proposal penelitian kualitatif yang ditetapkan
88
sangat berkaitan dengan narasi penyakit, fokusnya adalah pada diagnosis
(misalnya, diagnosis penyakit kronis) dan pengalaman selanjutnya. Bercerita
dapat menjadi alat yang ampuh untuk memajukan penelitian kesetaraan
kesehatan, karena narasi penyakit dapat memberikan suara dan hak pilihan
kepada kelompok-kelompok yang distigmatisasi (Fried J, et al. 2015).
Peneliti dapat menggunakan riwayat hidup atau kehidupan narasi kursus
sehingga peserta dapat merenungkan peristiwa penting dalam hidup mereka dan
maknanya. Misalnya, (Sprague et al. 2017) memetakan sejarah perjalanan hidup
di antara wanita yang hidup dengan HIV untuk memperdalam pemahaman kita
tentang sifat, urutan, dan waktu peristiwa yang membentuk perempuan
kerentanan terhadap HIV dan penahanan.
89
yang telah anda alami dalam istilah yang terkait dengan sebuah fenomenologi?
Konteks atau situasi apa yang secara khas berpengaruh atau berdampak pada
pengalaman anda mengenai sebuah gejala fenomena?, selanjutnya, para peneliti
mengembangkan kelompok makna dari pernyatan- pernyataan penting ini ke
dalam tema – tema, pernyataan - pernyataan dan tema penting ini kemudian
digunakan untuk menulis sebuah deskripsi dari apa yang dialami oleh para
partisipan, dari deskripsi tekstural dan struktural, para peneliti kemudian
menulis sebuah deskripsi gabungan yang menyajikan inti dari sebuah gejala
yang biasa disebut esensial, struktur invarian (atau inti).
Definisi fenomenologi juga diutarakan oleh beberapa pakar dan peneliti
dalam studinya. Fenomenologi adalah sebuah metodologi kualitatif yang
mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan
subjektivitas dan interpersonalnya dalam proses penelitian eksploratori (Alase,
2017). Kedua, definisi yang dikemukakan oleh Creswell dikutip Eddles-Hirsch
(2015) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian
yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah
fenomena individu dalam dunia sehari-hari. Sebagai contoh, studi fenomenologi
tentang anorexia bagi beberapa orang yang terjadi dewasa ini. Anorexia
merupakan gangguan makan yang dialami seseorang karena takut terhadap
kenaikan berat badan yang disebabkan gaya hidup dan tuntutan budaya populer.
Studi ini dapat ditekankan pada kondisi mengapa seseorang ingin seperti ini dan
menginterpretasikan hidup mereka berdasarkan sudut pandang yang mereka
pahami. Studi ini bertujuan untuk memahami dan menggambarkan sebuah
fenomena spesifik yang mendalam dan diperolehnya esensi dari pengalaman
hidup partisipan pada suatu fenomena (Yuksel, & Yildirim, 2015).
90
kontruktifis Charmaz yang mendukung sebuah perspektif kontruktifis sosial
yang menyertakan penekanan ragam dunia lokal, realitas ganda dan
kompleksitas dunia khusus, pandangan dan tindakan. Tantangan riset grouded
theory yaitu penentuan ketika kategori-kategori mengalami kejenuhan atau
ketika sebuah teori telah rinci secara memadai. Prosedur pelaksanaan riset
grouded theory para peneliti perlu memulai dengan menentukan jika teori dasar
adalah sangat cocok untuk studi permasalahan penelitiannya, para peneliti
kemudian kembali kepada partisipan dan mengajukan pertanyaan lebih rinci
yang membantu untuk membentuk fase pengkodean poros, dalam pengkodean
terbuka, para peneliti membentuk kategori informasi mengenai fenomena yang
sedang dipelajari oleh segmentasi informasi, dalam pengkodean poros, para
investigator mengumpulkan dalam banyak cara setelah pengkodean terbuka,
dalam pengkodean selektif, para peneliti mungkin menulis sebuah garis cerita
yang menghubungkan kategori-kategori, akhirnya, para peneliti mungkin
mengembangkan dan melukiskan secara visual sebuah matrik kondisi yang
menguraikan aspek sosial, sejarah dan kondisi yang memengaruhi fenomena
pusat. Ia merupakan sebuah langkah pilihan dan sebuah hal dimana penyelidik
kualitatif berfikir tentang model dari perspektif terkecil sampai terluas, hasil
dari proses pengumpulan data da analisis ini adalah sebuah teori.
Tujuan grounded theory adalah untuk mengidentifikasi proses sosial inti
dalam situasi sosial tertentu dan menggunakan temuan tersebut untuk
mengembangkan teori. Pendekatan ini menggunakan pengumpulan data
berulang dan analisis untuk menginformasikan pengembangan teori (Patton M.
2015) dan dapat membantu memberikan kerangka kerja untuk lebih lanjut
penelitian (Falbe J, et al. 2017). Pendekatan ini sangat berguna untuk
mengeksplorasi mekanisme dan strategi untuk perubahan di tingkat kebijakan,
komunitas, dan sosial (Sprague C, et al. 2020). Ini dapat membantu
mengembangkan teori untuk menantang asumsi dan praktik diskriminatif
(McGough S, 2018) atau mengontekstualisasikan perilaku kesehatan sebagai
salah satu contoh, menggunakan pendekatan grounded theory untuk memandu
pengembangan kerangka perilaku yang menjelaskan proses partisipasi aktivitas
fisik di antara orang-orang Afrika wanita Amerika.
91
3.4.4 Komentar dan Hasil Analisis Riset Etnografi
Dalam bab ini, penulis mendefinisikan riset etnografi sebagai sebuah cara
mempelajari sebuah kelompok berbagai budaya. Sebagai proses, egtnografi
melibatkan pengamatan mendalam terhadap kelompok, paling sering melalui
pengamatan partisipan, dimana para peneliti membenamkan diri dari waktu ke
waktu tinggal bersama masyarakat, mengamati dan mewawancarai kelompok
partisipan. Para pelaku etnografi mempelajari makna perilaku, bahasa dan
interaksi di antara anggota kelompok budaya berbagi. Terdapat ragam bentuk
etnografi, seperti etnografi konfessional, sejarah hidup, autobiografi, etnografi
feminis, novel etnografi dan etnografi visual yang dijumpai dalam fotografi dan
video dan media elektronik. Tantangan riset etnografi yaitu para peneliti perlu
memiliki sebuah landasan dalam antropologi budaya dan pemaknaan sebuah
sistem sosial budaya juga konsep - konsep yang secara khusus diselidiki oleh
para peneliti. Waktu yang digunakan untuk mengumpulkan data bersifat luas,
meliputi perpanjangan waktu tinggal di lapangan. Langkah-langkah yang akan
digunakan penulis untuk melaksanakan penelitian etnografi yaitu sebagai
berikut menentukan jika etnografi merupakan disain yang paling tepat yang
digunakan untuk studi permasalahan penelitian, mengenali dan menentukan
sebuah kelompok budaya berbagi terhadap studi, memilih permasalahan atau
tema budaya untuk memelajari tentang keadaan sebuah kelompok tertentu.
Kegiatan ini meliputi analisis kelompok budaya berbagi, untuk memelajari
konsep budaya, menentukan jenis etnografi yang mana untuk digunakan,
mengumpulkan informasi dimana sebuah kelompok bekerja dan tinggal,
menempa serangkaian kegiatan atau pola-pola sebagai produk akhir analisis ini.
Produk akhir bersifat keseluruhan potret budaya dari kelompok yang tergabung
dalam pandangan para partisipan (emik) serupa dengan pandangan para peneliti
(etis).
Tujuan etnografi adalah untuk memahami bagaimana budaya suatu
kelompok tertentu diciptakan, bagaimana makna dibuat dan dipahami, dan
bagaimana keyakinan melekat pada aktivitas, termasuk perilaku dan
pengetahuan. Penelitian etnografi biasanya membutuhkan pencelupan dalam
budaya konteks (misalnya, komunitas, klinik, grup Internet) dan pengamatan
berkelanjutan yang diperluas untuk membangun berhubungan dengan anggota
komunitas dan memahami perspektif emic mereka (yaitu, orang dalam) dan
92
organisasi sosial kehidupan sehari-hari (Waring J, et al 2016).
Pendekatan ini sangat berguna untuk mengamati nonverbal isyarat dan
pemahaman masalah yang sensitif atau tidak mudah diukur. Jangka panjang ini
keterlibatan dan fokus pada pengalaman hidup dapat meningkatkan kesetaraan
kesehatan dengan berbagi suara komunitas yang terpinggirkan (Mendoza S, et
al. 2019). Para peneliti di bidang kesehatan masyarakat sekarang juga
menerapkan etnografi cepat (misalnya, Rapid Assessment Procedure-Informed
Clinical Ethnography) (Palinkas LA, et al. 2019), yang mungkin relevan dalam
uji coba pragmatis, studi implementasi, atau pengaturan dengan keterbatasan
waktu atau sumber daya (Palinkas LA, et al. 2020).
93
dan materi audiovisual. Jenis analisis data ini dapat berupa sebuah analisis
menyeluruh terhadap keseluruhan kasus, atau sebuah analisis yang disertakan
terhadap aspek khusus dari kasus. Pada fase akhir penafsiran, para peneliti
melaporkan makna kasus, apakah makna tersebut berasal dari pembelajaran
tentang permasalahan-permasalahan dari sebuah kasus (sebuah kasus
pelengkap) atau pembelajaran mengenai sebuah situasi yang asing/ tidak biasa
(sebuah kasus hakiki).
Pendekatan studi kasus bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
mendalam tentang satu atau sejumlah kecil kasus, entitas, atau kelompok dalam
konteks dunia nyata mereka pada waktu tertentu. Ini terutama membahas
"bagaimana" dan pertanyaan “mengapa” dan berfokus pada area tindakan yang
ditentukan dalam suatu latar. Menggunakan pendekatan ini untuk mendapatkan
wawasan mendalam tentang kasus-kasus tertentu (misalnya, sekolah dengan
kebun masyarakat sebagai bagian dari obesitas upaya pencegahan; penjara
dengan program pertukaran jarum suntik yang tersedia) dapat membantu
mengidentifikasi potensi sumber ketidakadilan di dalam dan di seluruh kasus
serta mengidentifikasi kemungkinan target atau pengaturan untuk intervensi
(Harris P, et al. 2015). Misalnya, pendekatan studi kasus digunakan untuk
memahami rutinitas dan budaya yang mempengaruhi rujukan profesional
kesehatan pasien diabetes untuk program latihan. Menggunakan wawancara,
dokumentasi, dan observasi yang melibatkan penyedia dan pasien, tim mampu
mengidentifikasi dukungan kontekstual yang membantu menginformasikan
keberhasilan intervensi (Matthews A, et al. 2017).
94
mereka alami (Creswell. 2007), yang terkadang berfokus pada persepsi masyarakat
terhadap dunia atau persepsi tentang hal - hal yang muncul dalam diri mereka (Sloan
& Bowe. 2014). Cara peneliti menafsirkan teks yaitu melalui pemahaman mendalam,
empati, atau berdiam diri dengan subjek penelitian (Miles & Huberman. 1994).
Studi grounded theory memiliki tujuan untuk mengembangkan sebuah teori,
dimana sumber informasi sebagian besar didapatkan melalui wawancara dengan
partisipan, dan menggunakan prosedur sistemati untuk pengumpulan data dan
analisis. Walaupun hasil akhir dapat menjadi “ilmiah” namun studi ini masih dapat
menggambarkan isu sensitif dan emosional.
Pada studi etnografi, yang ditekankan ialah penggambaran suatu kelompok
yang berbagi budaya atau subkultur tertentu. Bersiaplah untuk melakukan pengamatan
dan wawancara, serta mendeskripsikan suatu kelompok masyarakat dan melakukan
eksplorasi tema tertentu dari pembelajaran kebiasaan suatu grup individu.
Dalam studi kasus, kasus tertentu diperiksa, seringkali dengan maksud untuk
memeriksa suatu masalah dengan kasus yang menggambarkan kompleksitas masalah.
Pada studi ini, informasi dikumpulkan secara lengkap dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telat ditentukan. Kasus ini dapat
berupa suatu peristiwa, aktivitas, proses, dan program (Cresswell. 2016).
Meskipun penggunaan lima pendekatan ini penting untuk memastikan bahwa
penelitian kualitatif ketat dan didorong oleh teori, mereka nampaknya kurang
dimanfaatkan dalam proses upaya penelitian, khususnya pada bidang kesehatan
masyarakat (Kegler MC, et al. 2019). Sebagai catatan, peneliti tidak perlu
mengidentifikasi pendekatan tunggal dan mencoba untuk menerapkan interpretasi
yang ketat itu. Sebagai gantinya, mungkin ada menjadi nilai dalam mengambil
pendekatan pragmatis dan mengintegrasikan pendekatan secara strategis untuk
memenuhi tujuan studi kebutuhan dan tujuan (Ramanadhan S, et al. 2021).
95
Kerangka kerja yang dijelaskan di atas dapat digunakan dengan berbagai
metode pengumpulan data kualitatif, termasuk wawancara mendalam dan tidak
terstruktur, kelompok fokus, observasi partisipan, dokumentasi tinjauan
manajemen/arsip, dan metode dan keterlibatan partisipatif. Keputusan seputar metode
mana yang akan digunakan dibentuk oleh kerangka penelitian, pertanyaan penelitian,
produk atau hasil yang diinginkan, dan kelayakan (O’brien BC, et al. 2014).
96
dibahas. Terakhir, penulis mendeskripsikan bagaimana program komputer membantu
dalam analisis dan penyajian data.
Beberapa karakteristik penelitian kualitatif antara Iain: berada dalam setting
yang alamiah; berpijak pada dasar bahwa peneliti adalah instrumen utama pengum-
pulan data; melibatkan beberapa metode pengumpulan data; bersifat induktif;
didasarkan pada makna partisipan; sering kali menyertakan perspektif-perspektif
teoretis; bersifat interpretif dan holistik (Rianto, P. 2020). Seperti yang dijelaskan oleh
Abdussmad dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Kualitatif”, penelitian
kuantitatif dan kualitatif selalu berangkat dari masalah. Namun masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif, dan akan berkembang atau
berganti setelah penelitian berada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi
tiga kemungkinan terhadap masalah. Pertama, masalah yang dibawa peneliti tetap,
sehingga sejak awal sampai akhir penelitian tetap sama. Kedua, masalah ketika
memasuki penelitian menjadi berkembang dan meluas. Ketiga, masalah ketika
memasuki penelitian berubah total (Abdussamad, H Z.2021).
Proses penelitian kualitatif juga dapat diibaratkan sebagai orang asing yang
mau melihat pertunjukan wayang. Ia belum tahu apa, mengapa, bagaimana wayang
kulit itu. Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data atau
informasi yang sulit dicari melalui metode kuantitatif, tetapi juga harus mampu
menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru
yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf
hidup manusia (Ahnyar, H., dkk. 2020).
Sugiyono dalam bukunya yang berjurul “Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D” menjelaskan bahwa pengumpulan data pada penelitian kualitatif
dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila
dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting)
(Sugiyono.2015). Jika dilihat dari sumber datanya maka mengumpulkan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Selanjutnya jika dilihat dari segi cara atau tekniknya, maka teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner
(angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya (Harahap, N.2020).
Buku yang berjudul “Desain Penelitian: Pendekatan Metode Kualitatif,
97
Kuantitatif, dan Campuran (edisi ke-4)” yang juga ditulis oleh Cresswell,
menyebutkan bahwa analisis data merupakan roses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain (Creswell, JW. 2014). Analisis data kualitatif
adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,
selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Analisis
data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama
di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun analisis data lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Hardani, dkk. 202).
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan serta
pengaturan secara sistematis catatan lapangan yang telah diperoleh dari wawancara,
observasi serta bahan lain agar peneliti dapat melaporkan hasil penelitian. Analisis
data meliputi kegiatan pelacakan, pengorganisasian, pemecahan dan sistesis, pencarian
pola serta penentuan bagian-bagian akan dilaporkan sesuai dengan fokus penelitian.
Analisis data dilakukan selama proses pegumpulan dan setelah data dikumpulan
secara keseluruhan. Beriringan dengan pengumpulan data, dilakukan analisis
(interpretasi) dengan maksud mempertajam fokus pengamatan serta memperdalam
masalah yang relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti (Saleh, S. 2017).
Konsep dasar penelitian kualitatif yang dibahas pada buku ini adalah adalah
menyajikan pendekatan dalam riset kualitatif yang diuraikan pada lima desain riset.
Lima desain tersebut berupa naratif, fenomenologi, grounded theory, etnografy dan
studi kasus. Perbedaan kelima strategi pendekatan tersebut adalah pada fokusnya.
Studi naratif berfokus dalam hal mengeksplorasi kehidupan individu, yang secara
subyek penelitian hampir sama dengan fenomenologi. Hanya saja perbedaanya,
fenomenologi lebih menekankan pada esensi pengalaman seseorang. Strategi
pendekatan yang lain yaitu grounded theory, lebih berfokus pada membangun sebuah
teori, dimana teori akan disusun berdasarkan hasil data lapangan yang ada, sedangkan
jika membahas pendekatan etnografi, itu artinya peneliti sedang berfokus untuk
mendiskripsikan dan menafsirkan kelompok-kelompok dengan kebudayaan yang
sama. Strategi pendekatan yang terakhir adalah studi kasus, dimana fokus pendekatan
98
ini adalah tidak hanya untuk mendekspripskan suatu kasus, tetapi juga
menganalisisnya secara mendalam baik itu sebuah kasus tunggal, ataupun kasus
majemuk.
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to understand)
fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang
lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-
variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam
tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya
berbeda dengan penelitian kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan jenis
penelitian kualitatif juga berbeda seperti yang telah dijelaskan diatas.
Pengumpulan data mencakup pencarian izin, pelaksanaan strategi sampling
kualitatif yang baik, mengembangkan cara- cara untuk merekam informasi, baik
secara digital maupun pada kertas, menyimpan data, dan mengantisipasi persoalan
etika yang mungkin muncul. Dalam proses pengumpulan data di lapangan, peneliti
sering kali memilih untuk melakukan hanya wawancara dan pengamatan.
Sebagaimana terlihat dalam chapter ini, keragaman sumber data kualitatif terus
berkembang, dan saya mendorong para peneliti untuk menggunakan metode yang
lebih baru dan inovatif di samping wawancara dan pengamatan standar.
Terdapat lima pendekatan yang berbeda dalam penelitian kualitatif, oleh
karena itu ada baiknya memvisualisasikan fase-fase pengumpulan data yang lazim
untuk semua pendekatan tersebut. "Lingkaran" aktivitas yang saling terkait sangat
baik untuk menampilkan proses ini, rangkaian aktivitas dari pengumpulan data
sampai penyimpanan data. Aktivitas ini dalam lingkaran ini dimulai dari usaha
menentukan tempat atau individu, memperoleh akses dan membangun relasi,
melakukan sampling, mengumpulkan data, merekam informasi, mengeksplorasi
persoalan lapangan, dan menyimpan data. Kemudian dilakukan eksplorasi bagaimana
aktivitas ini berbeda dalam kelima pendekatan penelitian tersebut.
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkann data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan begitupula sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini
tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri
penelitian kualitatif. Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode
pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak credible,
sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian
99
demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai dasar pertimbangan
untuk mengambil kebijakan publik.
Di dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan
beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, seperti wawancara, observasi,
dokumentasi, dan diskusi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu ditegaskan
di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah
alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi
apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana
yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan, dst.
Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.
100
masing-masing dari kelima pendekatan.
Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti akan menyeleksi data
untuk dianalisis. Proses penyeleksian data penelitian itulah yang disebut dengan
teknik analisis data. Teknik analisis data merupakan hal penting dalam suatu
penelitian. Sebab, pemilihan teknik analisis data yang akan digunakan sangat
tergantung dari topik penelitian yang sedang dilakukan. Tujuan dari penggunaan
teknik analisis data adalah untuk menentukan serta mendapatkan kesimpulan dari
data penelitian yang telah dikumpulkan. Selain itu, teknik analisis data dapat
digunakan untuk mendeskripsikan mengenai hasil penelitian sehingga dapat lebih
mudah dipahami oleh orang lain. Teknik analisis data juga diperlukan agar bisa
mendapatkan solusi dari permasalahan yang menjadi topik penelitian.
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan serta
pengaturan secara sistematis catatan lapangan yang telah diperoleh dari wawancara,
observasi serta bahan lain agar peneliti dapat melaporkan hasil penelitian. Analisis
data meliputi kegiatan pelacakan, pengorganisasian, pemecahan dan sistesis,
pencarian pola serta penentuan bagian-bagian akan dilaporkan sesuai dengan fokus
penelitian. Analisis data dilakukan secara berkelanjutan, terus menerus dan berulang-
ulang. Analisis data dilakukan selama proses pegumpulan dan setelah data
dikumpulan secara keseluruhan. Beriringan dengan pengumpulan data, dilakukan
analisis (interpretasi) dengan maksud mempertajam fokus pengamatan serta
memperdalam masalah yang relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti.
Analisis data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya analisis deskriptif,
diawali dengan pengelompokan data yang sama, selanjutnya dilakukan interpretasi
untuk memberi makna setiap subaspek dan hubungan antara satu dengan lainnya.
Kemudian dilakukan analisis atau interpretasi keseluruhan aspek untuk memahami
makna hubungan antara aspek yang satu dengan lainnya yang menjadi fokus
penelitian. Makna diinterpretasi dalam penganalisaan data dari sudut pandang
informan dimana penelitian tersebut dilaksanakan. Peneliti kualitatif membuat
interpretasi data dan penarikan kesimpulan secara ideografis (dalam bentuk
kekhususan) dan bukan nomotetik. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penelitian
kualitatif terikat nilai dan tempat serta tidak bersifat universal.
101
3.9. Komentar Dan Hasil Analisis Menulis Penelitian Kualitatif
Pada bab ini, penulis menjelaskan secara umum bagaimana mendesain sebuah
penelitian kualitatif. Bagaimana seorang penulis menyusun dan mengatur apa yang
mereka teliti. Dalam proses ini, penulis memulai penjelasannya dengan empat isu
retoris atau isu yang tidak perlu dijawab, antara lain: refleksivitas dan representasi,
audiens, pengkodean, dan kutipan.
Penelitian kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam jika
dibandingkan dengan metode kuantitatif. Penelitian kualitatif juga memiliki asumsi-
asumsi filosofis, strategi-strategi penelitian, dan metode-metode pengumpulan,
analisis, dan interpretasi data yang beragam. Meskipun prosesnya sama, prosedur-
prosedur kualitatif tetap mengandalkan data berupa teks dan gambar, memiliki
langkah-langkah unik dalam analisis datanya, dan bersumber dari strategi-strategi
penelitian yang berbeda-beda.
Cresswell (2014) menjelaskan bahwa pada dasarnya, strategi penelitian yang
dipilih dalam kualitatif sangat berpengaruh terhadap prosedur yang meskipun sama,
tetapi tetap menunjukkan pola yang berbeda. Melihat lanskap prosedur penelitian
kualitatif berarti melihat perspektif yang beragam, mulai dari perspektif keadilan
sosial, perspektif ideologis, perspektif filosofis, hingga petunjuk prosedur sistematis.
Bogdan dan Taylor (1982) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati; pendekatannya diarahkan
pada latar dan individu secara holistik. Kirk dan Miller menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan (terhadap) manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan
peristilahannya. (Abdussamad, 2021)
Konsep teoretis tentang desain penelitian etnografi telah dikemukakan secara
eksplisit dan konsisten oleh para ahli dalam tiga dekade terakhir. Hoey (2013)
mengasosiasikan istilah etnografi dengan penelitian kualitatif. Dia kemudian
menjelaskan tujuan utama studi-studi etnografi untuk menyediakan deskripsi
mendalam dan mendetail tentang kehidupan sehari- hari partisipan. Konsep tersebut
dikemukakannya berdasarkan studi-studi etnograafi skala besar yang pernah
dilakukannya di Sulawesi, Indonesia dan Michigan, Amerika Serikat. Sementara itu,
Dobbert (1982) menjelaskan bahwa penelitian etnografi menuntut peneliti untuk
102
menginterpretasi dunia nyata berdasarkan perspektif partisipan yang diinvestigasi
dalam penelitian. Etnografi merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku
yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu
untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Para ahli
menyebutnya sebagai penelitian lapangan, karena memang dilaksanakan di lapangan
dalam latar alami. Peneliti mengamati perilaku seseorang atau kelompok
sebagaimana apa adanya tentang ciri khas dan kebiasaan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat. (Abdussamad, 2021)
Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu
kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu
tertentu dengan tujuan untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari
sebuah entitas dengan menghasilkan data yang selanjutnya dianalisis untuk
menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data
studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip. (Hardani dkk, 2020)
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna
konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada
beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak
ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji (Alase, A. 2017)
Desain penelitian ‘teori dari dasar’ (grounded theory) merupakan suatu
prosedur penelitian yang berfokus pada pembuatan konsep (konseptualisasi)
berdasarkan data. Dalam konteks, ini menggunakan desain ini, tujuan penelitian
bukan untuk menguji hipotesis melainkan untuk mengembangkan suatu teori baru
berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisis sistematis (Hardani dkk, 2020)
Sebuah studi kasus tunggal dari seorang individu dapat menggunakan
pendekatan sebagai biografi atau sebagai studi kasus. Sistem budaya dapat
dieksplorasi sebagai etnografi, sedangkan sistem "terbatas" yang lebih kecil, seperti
peristiwa, program, atau kegiatan, dapat diteliti dengan pendekatan studi kasus.
Keduanya adalah sistem, dan masalah muncul ketika seseorang melakukan mikro-
etnografi, yang pendekatannya bisa sebagai studi kasus atau sebagai etnografi.
Namun, ketika seseorang berusaha mempelajari perilaku budaya, bahasa, atau
artefak, maka studi tentang suatu sistem dapat dilakukan sebagai etnografi.
103
3.10. Komentar Dan Hasil Analisis Standar Validasi dan Evaluasi
Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga
dalam sebuah penelitian, dan dari data yang terkumpul akan dilakukan analisa yang
selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan. Melihat
begitu berartinya posisi data, maka keabsahan data yang terkumpul menjadi sangat
penting. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah,
demikian juga sebaliknya, data yang benar akan menghasilkan kesimpulan hasil
penelitian yang benar.
Keabsahan data didapatkan dari proses validitas data, sehingga bagi penelitian
kualitatif tantangan ini menjadi lebih besar. Memahami pentingnya validitas data
pada sebuah penelitian merupakan hal yang sangat penting, terlebih dalam penelitian
kualitatif.
Validitas dan reliabilitas dalam paradigma positivistik bila tidak dilakukan
dengan tepat dan benar serta hati-hati akan menjadi ancaman terhadap pengontrolan
hasil penelitian (Hardani, dkk 2020)
Terdapat dua macam validitas penelitian yaitu validitas internal dan validitas
eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian
dengan hasil yang dicapai. Sementara validitas eksternal berkenaan dengan derajat
akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi
dimana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2015)
Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha mendapatkan data yang
valid untuk itu dalam pengumpulan data peneliti perlu mengadalan validitas data agar
data yang diperoleh data yang tidak cacat. (Bachri B. 2016). Untuk menetapkan
keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 (empat) kriteria yang dapat
digunakan, yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Penerapan derajat
kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif.
Fungsinya: (a) melaksanakan inkuiri sehingga tingkat kepercayaan penemuannya
dapat dicapai (b) mempertunjukkan derajat kepercayaan hasilhasil penemuan dengan
jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. (Kihn &
Ihantola E, 2015)
Sedangkan reliabilitas adalah suatu skala diartikan sejauh mana suatu proses
pengukuran bebas dari kesalahan (error). Kehandalan (realibility) sangat berkaitan
104
dengan akurasi dan konsistensi. Suatu Skala dikatakan handal/reliabel, jika
menghasilkan hasil yang sama ketika pengukuran dilakukan berulang serta dilakukan
dalam kondisi konstan (sama).
Meneliti adalah proses mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu
menggunakan instrumen penelitian. Dalam ilmu-ilmu alam, teknik, dan ilmu -ilmu
empirik lainnya, instrumen penelitian seperti termometer untuk mengukur suhu,
timbangan untuk mengukur berat semuanya sudah ada, sehingga tidak perlu membuat
instrumen. Tetapi dalam penelitian sosial, sering instrumen yang akan digunakan
untuk meneliti belum ada, sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan
sendiri. Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan reliabilitasnya
(Hardani dkk,2020)
3.11. Komentar Dan Hasil Analisis Turning the Story dan Konklusi
Saya merekomendasikan agar para peneliti kualitatif memilih antara beberapa
kemungkinan, seperti naratif fenomenologi, etnografi, studi kasus, dan grounded
theory. Lima strategi ini cukup popular dalam ilmu sosial dan Kesehatan. Strategi-
strategi lain juga juga ada dan sudah banyak di bahas dalam buku-buku kualitatif,
seperti penelitian tindakan partisipatoris atau analisa wacana. Dalam rancangan
tersebut peneliti dapat mengkaji individu- individu (dengan naratif atau
fenomenologi; mengeksplorasi proses, aktivitas dan pristiwa (dengan studi kasus atau
grounded theory); atau mempelajari culture-sharing dari individu atau kelompok
tertentu (dengan etnografi)
Orientasi interpretatif ada di seluruh penelitian kualitatif. Kita tidak bisa
bersikap “objektif” seutuhnya terhadap apa yang kita lihat dan tulis. Kata-kata kita
mengalir dari pengalaman pribadi, budaya, sejarah, dan latar belakang kita sendiri.
Pada akhirnya, tulisan kita adalah interpretasi kita terhadap peristiwa, orang, dan
kegiatan, dan itu hanya interpretasi kita. Kita harus mengakui bahwa peserta di
lapangan, pembaca, dan individu lain yang membaca tulisan kita akan memiliki
interpretasi mereka sendiri. Dalam perspektif ini, tulisan kita hanya dapat dilihat
sebagai sebuah wacana, yang memiliki kesimpulan sementara, dan akan terus
berubah dan berkembang. Penelitian kualitatif benar-benar memiliki unsur
interpretasi yang mengalir sepanjang proses penelitian (Creswell JW,2014).
Sebuah penelitian dapat terdiri dari satu atau dua individu (yaitu, studi naratif),
kelompok orang (yaitu, fenomenologi, grounded theory), atau keseluruhan budaya
105
(yaitu, etnografi}. Sebuah studi kasus mungkin masuk ke dalam ketiga kategori ini
ketika seseorang mengeksplorasi satu individu, suatu peristiwa, atau latar sosial yang
bermakna. (Creswell JW,2014). Penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam berbagai
setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting) (Sugiyono.2015). Terdapat juga
pendekatan bervariasi dalam pengumpulan data, mulai dari penggunaan sumber
informasi tunggal (yaitu, wawancara naratif, wawancara teori dasar, wawancara
fenomenologis) hingga yang melibatkan banyak sumber informasi (yaitu, etnografi
yang terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumen; studi kasus yang
menggabungkan wawancara, observasi, dokumen, bahan arsip, dan video) Meskipun
bentuk pengumpulan data ini tidak tetap, dapat dilihat pola umum yang membedakan
pendekatan. (Sugiyono.2015).
Dari pendekatan-pendekatan tersebut yang paling menonjol adalah fase analisis
data. Analisis data berkisar dari pendekatan tidak terstruktur hingga pendekatan
terstruktur. Dalam etnografi, studi kasus, dan biografi, peneliti menggunakan
deskripsi substansial; dalam fenomenologi, peneliti menggunakan deskripsi yang
lebih sedikit; dan dalam grounded theory, peneliti tampaknya tidak menggunakannya
sama sekali, memilih untuk langsung masuk ke analisis data (Saleh, S. 2017).
Menurut saya, menulis dengan metode kualitatif akan melibatkan banyak
pertimbangan agar pembaca dapat memahami dan menyelami setiap kalimat yang
ditulis. Meskipun kalimat ini berasal dari jawaban responden, namun harus ada
penjelasan yang bersifat umum dan mudah dipahami oleh audiens atau pembaca.
106
BAB IV
KESIMPULAN
107
memberikan definisi, beberapa sejarah perkembangan pendekatan, dan bentuk utama
yang diasumsikan, dan saya merinci prosedur utama untuk melakukan studi kualitatif.
Fokus narasi adalah pada kehidupan individu, dan fokus fenomenologi adalah konsep
atau fenomena dan "esensi" dari pengalaman hidup orang tentang fenomena itu. Dalam
grounded theory, tujuannya adalah untuk mengembangkan sebuah teori, sedangkan
dalam etnografi, adalah untuk menggambarkan suatu kelompok yang berbagi budaya.
Dalam studi kasus, kasus tertentu diperiksa, seringkali dengan maksud untuk
memeriksa suatu masalah dengan kasus yang menggambarkan kompleksitas masalah.
5. Penilisan biografi naratif, fenomenologi, studi grounded theory, etnografi, dan studi
kasus menunjukkan karakteristik dasar dari masing-masing pendekatan dan harus
memungkinkan pembaca untuk melihat perbedaan dalam menyusun dan menulis
varietas studi kualitatif. Pilih studi naratif untuk memeriksa pengalaman hidup
seorang individu ketika materi tersedia dan dapat diakses dan individu tersebut
bersedia (dengan asumsi bahwa dia masih hidup) untuk berbagi cerita. Fenomenologi
untuk mengkaji suatu fenomena dan maknanya bagi individu. Harus selalu siap untuk
mewawancarai individu, berdasarkan studi dalam prinsip filosofis fenomenologi, ikuti
prosedur yang ditetapkan, dan akhiri dengan "esensi makna. Pilih studi teori yang
membumi untuk menghasilkan atau mengembangkan teori. Kumpulkan informasi
melalui wawancara (terutama), dan menggunakan prosedur pengumpulan dan analisis
data yang sistematis yang dibangun di atas prosedur seperti pengkodean terbuka,
aksial, dan selektif. Meskipun laporan akhir akan "ilmiah", laporan tersebut masih
dapat membahas masalah sensitif dan emosional. Studi etnography untuk mempelajari
perilaku kelompok (atau individu) yang berbagi budaya. Bersiaplah untuk mengamati
dan mewawancarai, dan mengembangkan deskripsi kelompok dan mengeksplorasi
tema yang muncul dari mempelajari perilaku manusia. Studi kasus untuk memeriksa
"kasus", yang dibatasi waktu atau tempat, dan mencari materi kontekstual tentang
setting “kasus”. " Kumpulkan materi yang luas dari berbagai sumber informasi untuk
memberikan gambaran mendalam tentang " kasus. Semua ini adalah perbedaan
penting di antara lima pendekatan penyelidikan kualitatif.
6. Memperkenalkan dan memfokuskan studi kualitatif: pernyataan masalah, pernyataan
tujuan, dan pertanyaan penelitian. Rumusan masalah harus menunjukkan sumber
masalah yang mengarah pada penelitian, dibingkai dalam kerangka literatur yang ada,
dan dikaitkan dengan salah satu pendekatan penelitian dengan menggunakan kata-kata
yang menyampaikan pendekatan tersebut. Pernyataan tujuan juga harus mencakup
108
istilah yang mengkodekan pernyataan untuk pendekatan tertentu. Termasuk komentar
tentang situs atau orang-orang yang akan diteliti menandakan pendekatannya juga.
Pertanyaan penelitian melanjutkan pengkodean ini dalam pendekatan untuk
pertanyaan sentral, pertanyaan menyeluruh yang dibahas dalam penelitian ini.
Mengelompokkan subpertanyaan menjadi dua set: subpertanyaan isu, yang membagi
fenomena sentral menjadi subtopik studi, dan subpertanyaan prosedural, yang
menyampaikan langkah-langkah dalam penelitian dalam suatu pendekatan dan
menganalisis informasi.
7. Beberapa komponen dari proses pengumpulan data. Penulis berusaha menentukan
suatu atau orang yang ingin diteliti, memperoleh akses dan membangun hubungan di
tempat penelitian atau dengan peneliti yang meneliti tempat; cara memilih
pendekatan sampling dalam penelitian sertau bagaimana cara mengumpulkan
informasi misalnya dengan wawancara, pengamatan, dokumen, dan bahan audiovisual
dan bentuk-bentuk yang lebih baru yang muncul da lam literatur; mengembangkan
pendekatan untuk informasi, misalnya penggunaan protokol wawancara atau
pengamatan; mengantisipasi dan menangani masalah yang beragam mulai dari
masalah akses hingga masalah etika; dan mengembangkan sistem penyimpanan dan
penanganan data. Para peneliti, apa pun pendekatannya, membutuhkan persetujuan
dari dewan peninjau (review board), terlibat dalam pengumpulan data berupa
wawancara dan pengamatan, dan menggunakan protokol dan bentuk pengamatan
untuk penyimpanan data.
8. Penulis memulai dengan ulasan tentang prosedur analisis data yang dikembangkan
oleh tiga penulis dan mencatat ciri-ciri pengodean umum di antara ketiganya,
mengembangkan tema, dan menyediakan diagram visual dari data tersebut. Penulis
juga mencatat sejumlah perbedaan di antara pendekatan mereka dan kemudian
mengembangkan spiral analisis yang mencakup proses umum. Spiral ini memuat
aspek manajemen data; pembacaan dan coding; deskripsi, klasifikasi, dan penafsiran;
pnyajian dan visualisasi data. Berikutnya penulis memperkenalkan masing-masing
dari kelima pendekatan penelitian tersebut dan membahas bagaimana mereka memiliki
langkah analisis data yang khas di luar konsep spiral tersebut. Terakhir, penulis
mendeskripsikan bagaimana program komputer membantu dalam analisis dan
penyajian data; membahas empat program, ciri-ciri yang sama dalam penggunaan
software komputer, template untuk pengodean masing-masing dari kelima pendekatan
penelitian tersebut; dan diakhiri dengan informasi tentang kriteria dalam memilih
109
program software komputer.
9. Ketika merancang studi kualitatif, saya merekomendasikan bahwa penulis merancang
studi dalam salah satu pendekatan penyelidikan kualitatif. Ini berarti bahwa komponen
dari proses desain (misalnya, kerangka teoritis, tujuan dan pertanyaan penelitian,
pengumpulan data, analisis data, penulisan laporan, verifikasi) akan mencerminkan
prosedur pendekatan yang dipilih dan mereka akan disusun dengan pengkodean dan
penyusunan. Hal tersebut tentu saja tidak kaku menyarankan bahwa seseorang tidak
dapat mencampur pendekatan yang satu dengan pendekatan lainnya. Namun dalam
buku ini, saya menyarankan agar pembaca memilah pendekatan terlebih dahulu
sebelum menggabungkannya. Saya menemukan perbedaan serta tumpang tindih di
antara kelima pendekatan tersebut, tetapi merancang studi yang selaras dengan
prosedur yang ditemukan dalam salah satu pendekatan yang disarankan dalam buku ini
akan meningkatkan kualitas penelitian hingga dapat menunjukan ke pembaca tingkat
keahlian metodologis penelitian kualitatif.
110
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Y., Wright, N., Charnock, D., Henshaw, H. and Hoare, D., 2020. Applications of
qualitative grounded theory methodology to investigate hearing loss: protocol for a qualitative
systematic review. BMJ Open, 10(4), p.e033537.
Alase, A. (2017) The Interpretative Phenomenological Analysis (IPA): A Guide to a
Good Qualitative Research Approach. International Journal of Education & Literacy Studies,
5, 9-19.
Bachri BS. (202) Meyakinkan validasi data melalui triangulasi pada penelitian
kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.
Berryman, D., 2019. Ontology, Epistemology, Methodology, and Methods:
Information for Librarian Researchers. Medical Reference Services Quarterly, 38(3), pp.271-
9.
Creswell, JW. (2007). Qualitative inquiry and research design: Choosing Among Five
Approaches (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage (pp. 37 – 38).
Creswell, JW. (2014). Desain Penelitian: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,
dan Campuran (edisi ke-4). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, JW. (2016). Desain Penelitian: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,
dan Campuran (edisi ke-4) cetakan kesatu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Eddles-Hirsch, K. (2015). Phenomenology and educational research. International
Journal of Advanced Research, 3 (8), 251-260.
Falbe J, Friedman LE, Sokal-Gutierrez K, Thompson HR, Tantoco NK, Madsen KA.
2017. “She gave me the confidence to open up”: bridging communication by promotoras in a
childhood obesity intervention for Latino families. Health Educ. Behav. 44:728–37
Fox, D. and Hauser, J., 2021. Exploring perception and usage of narrative medicine by
physician specialty: a qualitative analysis. Philosophy, Ethics, and Humanities in Medicine,
16(1).
Fried J, Harris B, Eyles J, Moshabela M. 2015. Acceptable care? Illness
constructions, healthworlds, and accessible chronic treatment in South Africa. Qual. Health
Res. 25:622–35
111
Harahap, N. (2020). Penelitian Kualitatif. Wal ashri Publishing Jl. Ekarasmi Medan
Sumatera Utara.
Hardani, dkk. (202). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. CV. Pustaka
Ilmu Group.
Harris P, Friel S, Wilson A. 2015. “Including health in systems responsible for urban
planning”: a realist policy analysis research programme. BMJ Open 5:e008822
Kegler MC, Raskind IG, Comeau DL, Griffith DM, Cooper HL, Shelton RC.
2019. Study design and use of inquiry frameworks in qualitative research published in health
education & behavior. Health Educ. Behav. 46:24–31
Kihn L, Ihantola E, 2015 “Approaches to Validation and Evaluation in Qualitative
Studies of Management Accounting” University of Tampere, Finland
Korstjens, I. and Moser, A., 2017. Series: Practical guidance to qualitative research.
Part 2: Context, research questions and designs. European Journal of General Practice, 23(1),
pp.274-279.
Matthews A, Jones N, Thomas A, van den Berg P, Foster C. 2017. An education
programme influencing health professionals to recommend exercise to their type 2 diabetes
patients—understanding the processes: a case study from Oxfordshire, UK. BMC Health
Serv. Res. 17:130
McGough S, Wynaden D, Wright M. 2018. Experience of providing cultural safety in
mental health to Aboriginal patients: a grounded theory study. Int.
J. Ment. Health Nurs. 27:204–13
Mendoza S, Rivera AS, Hansen HB. 2019. Re-racialization of addiction and the
redistribution of blame in the white opioid epidemic. Med. Anthropol. Q. 33:242–62
Neubauer, B., Witkop, C. and Varpio, L., 2019. How phenomenology can help us
learn from the experiences of others. Perspectives on Medical Education, 8(2), pp.90-7.
O’Brien BC, Harris IB, Beckman TJ, Reed DA, Cook DA. 2014. Standards for
reporting qualitative research: a synthesis of recommendations. Acad. Med. 89:1245–51
112
Palinkas LA, Zatzick D. 2019. Rapid assessment procedure informed clinical
ethnography (RAPICE) in pragmatic clinical trials of mental health services implementation:
methods and applied case study. Adm. Policy Ment. Health 46:255–70
Palinkas LA, Whiteside L, Nehra D, Engstrom A, Taylor M, et al. 2020. Rapid
ethnographic assessment of the COVID-19 pandemic April 2020 “surge” and its impact on
service delivery in an Acute Care Medical Emergency Department and Trauma Center. BMJ
Open 10:e041772
Patton M. 2015. Qualitative Research & Evaluation Methods. Thousand Oaks, CA:
Sage. 4th ed.
Ramanadhan S, Revette A, Lee RM, Aveling EL. 2021. Pragmatic approaches to
analyzing qualitative data for implementation science: an introduction. Implement. Sci.
Commun. 2:70
Rashid, Y., Rashid, A., Warraich, M., Sabir, S. and Waseem, A., 2019. Case Study
Method: A Step-by-Step Guide for Business Researchers. International Journal of
Qualitative Methods, 18, p.1-13.
Rianto, P. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Komunikasi Program Studi
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia.
Saleh, S. (2017). Analisis Data Kualitatif. Pustaka Ramadhan, Bandung.
Yuksel, Pelin dan Sonel Yildirim. 2015. Theoretical Frameworks, Methods, and
Procedures for Conducting Phenomenological Studies in Educational Settings. Turkish Online
Journal of Qualitative Inquiry, Vol. 6, No. 1, Januari 2015.
Zaidi, Z. and Larsen, D., 2018. Commentary. Academic Medicine, 93(11S), pp.1- 7.
113
114