Professional Documents
Culture Documents
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Dua (S-2)
Pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam
Oleh:
FUTIKHATUS SA’DIYAH
NIM. 21220331000011
yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dari semboyan ini
gayo,yang merupakan salah satu suku asli yang mendiami provinsi Aceh. 1
suku Gayo adalah suatu kelompok etnik yang mendiami bagian tengah
atau pedalaman dari wilayah Provinsi Aceh. Wilayah asal Suku Gayo bisa
Gayo secara mayoritas terdapat di kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah
(sekitar 30-45%) dan Gayo Lues (sekitar 50-70%) dan sebagian wilayah Aceh
Simpang Jernih.3
menjunjung tinggi adat istiadat serta nilai nilai budaya yang mereka miliki.
1
Al Musanna. Rasionalis dan Aktualis “ Kearifan Lokal Sebagai Basis Pendidikan
Karakter”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Volume 17, Nomor 6, (2011), hal 593.
2
Abdul Rani Usman, Sejarah Peradaban Aceh: Suatu Analisis Interaksionis,
Integrasi dan Konflik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Anggota IKAPI DKI Atas Bantuan
Yayasan Tifa, 2003), hal. 39
3
Sumber data staistik Kabupaten Aceh Tengah 2021. Diakses dari
https://acehtengahkab.bps.go.id/ pada tanggal 25 Desember 2022
2
Unsur budaya tidak pernah lepas dari masyarakat suku Gayo, seperti
Kesenian yang ada pada masyarakat dataran tinggi Gayo di Aceh Tengah ini
Didong. Didong ini merupakan suatu kolaborasi antara seni sastra, seni tari
dan juga seni suara yang merupakan hasil dari olah pikir dan rasa.4 Didong
(biasanya memiliki jumlah 15-30 orang dalam satu kelompok atau grup)
kesenian ini biasanya memiliki ekspresi yang bebas, sambil duduk atau berdiri
Gayo dengan suara merdu dan bertepuk tangan secara bervariasi, sehingga
Didong adalah salah satu kesenian tradisional yang cukup berakar dalam
bahkan Didong itu sendiri merupakan salah satu media penyebaran Islam atau
perjalanan yang panjang dari sejak awal munculnya dan masih bertahan
sampai sekarang. Pemikiran tentang Islam dalam Didong dapat dianalisis dari
pasti belum ada keterangan yang mampu mengungkapkannya. Salah satu versi
4
M. Junus Melalatoa. Didong Pentas Kreativitas Gayo. (Jakarta: Yayasan Obar
Indonesia, 2001), hal 1.
5
Isma Tantawi, “Didong Gayo Lues: Analisis Keindahan Bahasa dan Fungsi Sosial”,
Logat: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. II No. 1 April 2006, hal 17.
6
Isma Tantawi, “Didong Gayo Lues: Analisis, …., hal 1.
3
yang diyakini masyarakat Gayo di Aceh Tengah, didong berasal dari seni tari
dilakukan oleh Sengeda, anak Raja Linge XIII ketika membangunkan Gajah
hendak menuju pusat Kerajaan Aceh di Bandar Aceh. Pengikut Sengeda yang
mengikuti perjalanan Gajah Putih dari Negeri Linge ke ujung Aceh itu
mengalunkan lagu dengan kata “enti dong, enti dong, enti dong” yang artinya
jangan berhenti jalan terus.7 Sejarah didong mengalami masa jaya dan masa
perubahan dan penambahan kreasi yang masuk kedalam kesenian ini, meski
tanpa alat bantu namun seiring berjalannya waktu, kini tepukan bantal yang
warga warga Gayo yang di periode awal memang tinggi. Didong memang
kelop ini saling mengadu ketangkasan kata. Seperti berbalas pantun dalam
budaya Melayu. Pada saat ini Didong di pergunakan untuk sentil menyentil
(Tep Dan Onem) dalam kesenian Didong Jalu. Hanya saja, didong
menggunakan bahasa asli Gayo dalam didong jalu. Meski saling menyerang
7
Mahmud Ibrahim dan AR. Hakim Aman Pinan, “Syariat dan Adat Istiadat Jilid 3”.
(Takengon: Yayasan Maqaam mahmuda, 2005), hal. 232.
8
MJ. Melalatoa, “Didong, Kesenian Tradisional Gayo”, (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1982), hal. 34.
4
dengan kata-kata, di periode awal didong, kata-kata yang digunakan
kasar dan melukai hati dari lawan tanding (Jalu) dengan menggunakan kata-
kata senda. Saat ini kata dalam syair juga telah di tambah dengan bahasa yang
yang mudah di pahami oleh masyarakat pada Era Gobalisasi ini. Masyarakat
yang terkandung didalamnya, hal ini di tujukan agar didong tidak menjadi
tontonan yang hanya bisa membuat tawa dan senang sesaat saja, namun
masyarakat dewasa ini lebih suka dengan didong jalu yang berbalaskan perang
kata kata dengan vulgar tanpa pribahasa. Jika kata-katanya tidak kasar dan
saling menghina dan menghujat, penonton merasa kurang seru. Padahal jika
Maka dari itu, terlepas dari polemik dan permasalahan yang terjadi pada
Pertunjukan didong sebagai salah satu bagian dari tradisi unik masyarakat
Gayo yang masih berkembang hingga saat ini menjadi sebuah kajian yang
5
Gayo. Makna-makna yang terkandung dalam pertunjukan didong dapat
ditemukan dalam berbagai bentuk syair dan juga dari berbagai simbol-simbol
yang ada dalam pertunjukan didong tersebut. Maka dari itu, peneliti tertarik
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan penelitian
2. Manfaat penelitian
sebagai berikut:
6
kesenian didong gayo sebagai salah satu warisan budaya yang
dimiliki Indonesia.
D. Metode Penelitian
Metode adalah aspek yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya suatu
penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Hal ini dilakukan karena data
yang diperoleh dalam suatu penelitian adalah gambaran dari obyek penelitian
tersebut. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
1. Jenis Penelitian
9
Kartono dan Kartini. Pengantar Meteodologi Riset Sosia. Mandar Maju. Bandung.
1996. hal. 32.
7
Penelitian ini dapat diketegorikan sebagai jenis penelitian
adalah suatu metode dalam meneliti suatu objek, baik berupa nilai-nilai
budaya manusia, nulai-nilai etika, nilai karya seni, perstiwa atau objek
2. Sifat Penelitian
10
Kartono dan Kartini. Pengantar Meteodologi Riset Sosia, ……., hal. 32.
11
Kaelan, Metode Penelitian kualtatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma,
2005), hal. 58
12
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,
( Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), hal. 346
13
Menurut Whitney (1960) Metode deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat dan sistematis. Misalnya dalam hubungannya dengan penelitian
masyarakat, penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata
cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk hubungan-hubungan
8
dokumentasi, yang dimana penelitian terhadap kesenian didong gayo
informasi mengenai keadaan saat ini. Dalam penelitian ini tidak menguji
variabel lain.
3. Sumber data
nantinya bisa didapatkan data yang valid dan relevan dengan obyek yang
diteliti.16 Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu
kegiatan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena. Dikutip oleh Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta:
Paradigma, 2005), hal. 58.
14
Mardalis, “Metode Penelitian Pendekatan Suatu Proposal”, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), hal 26.
15
Lexy J Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Penerbit PT. Remaja
Rosadakarya, 2005), hal. 157.
16
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, …….., hal. 146.
9
diam, meliputi ruangan, suasana, dan proses, dokumentasi, sebagai
bagi menjadi dua sumber data penelitian yaitu data primer dan data
sekunder :
a. Data Primer
ditetapkan. Data Primer adalah data yang diambil dari sumber pertama
dan hasil pengujian. Data primer dianggap lebih akurat, karena data
hal ini, data yang diinginkan adalah data-data yang berkaitan lansung
b. Data sekunder
17
Burhan Bungin, “Metodologi Penelitian Sosial: Format 2 Kuantiatif dan
Kualitatif”, (Surabaya: Airlangga University Press, 2005), hal. 128
10
dokumen.18 Adapun sumber sekunder dalam penelitian ini adalah data
seperti Buku, Jurnal maupun Skripsi atau Tesis atau karya tulis ilmiah
4. Teknik Pengumpulan
a. Observasi
b. Wawancara
18
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan Library Research, …. , hal.58
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), hal. 100
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, ……., hal. 174
21
Etta Mamang Sangadji, Sopiah, Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), hal. 171
11
Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara
c. Dokumentasi
atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, gambaran,
22
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda. 2006), hal. 120
23
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Cet.Ke-2, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2014), hal. 175
24
Etta Mamang Sangadji, Sopiah, Metodologi Penelitian-Pendekatan, ……, hal. 302
12
didong gayo dalam masyarakat suku gayo di kabupaten Aceh
Tengah.
yang terdiri dari tiga hal utama yaitu data reduction, data display, dan
lagi hingga tahap tertentu, dan diperoleh data yang dianggap kredibel.
Dalam hal ini, langkah pertama yang akan peneliti lakukan adalah
yang telah dibaca, dipelajari, dan ditelaah agar dapat dikategorikan sesuai
25
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal.
147
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2014), hal. 246
13
laporan dari hasil yang diperoleh secara deskriptif analisa, yaitu
E. Penelitian Relevan
kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali
informasi dari buku-buku, jurnal dan skripsi dalam rangka mendapatkan suatu
informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul.
Berikut ada beberapa tulisan yang membahas kesenian didong gayo sebagai
berikut:
Kreativitas Gayo”. Yang diterbitkan oleh Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan Dan
Yayasan Obor Indonesia yang bekerja sama dengan Yayasan Sains Dan
Teknologi yang di terbitkan pada tahun 2001 di Jakarta. Dalam buku ini
konfigurasi, seni suara, seni sastra, dan juga seni tari. Sistem seni tradisi
bersifat kompetitif ini menuntut para seniman harus lebih kreatif dan karya-
Raniry Banda Aceh, dengan judul Narasi Agama Dalam Syair Didong, dalam
27
M. Junus Melalatoa. Didong Pentas Kreativitas Gayo. (Jakarta: Yayasan Obor
Indoesia, 2001).
14
Akhlak, Tauhid serta Fiqih dalam pesan-pesan yang disampaikan pada syair
seperti etika, adab dan sopan santun. Penelitian ini juga menujukkan bahwa
agama masyarakat.28
Nomor 1 pada tahun 2018, memuat tentang nilai dan makna, pemikiran,
F. Sistematika Penulisan
hasil Penelitian Terdahulu dan Sistematika Pembahasan. Bab II. Kajian Teori:
berisi penjelasan kesenian dan kesenian didong gayo, Bab III. Metode
Keabsahan Data, dan Tahap Penelitian. Bab IV. Data dan Temuan Penelitian:
28
Rika Damayanti, “Narasi Agama Dalam Syair Didong”, skripsi, (Banda Aceh:
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2020), hal v
29
Putra Afriadi. “Multikultural dan Pendidikan Karakter Kesenian Didong Pada
Masyarakat Gayo Aceh Tengah”, Jurnal Pendidikan Vol. 1, No 1,2018, hal 16.
15
berisi tentang pemaparan data dari lapangan dan temuan data. Bab V.
Pembahasan: berisi paparan data yang terkait dengan judul. Bab VI. Penutup:
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Damayanti, Rika. 2020. “Narasi Agama Dalam Syair Didong”. skripsi. Banda
Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Ibrahim, Mahmud dan AR. Hakim Aman Pinan. 2005. “Syariat dan Adat Istiadat
Jilid 3”. Takengon: Yayasan Maqaam mahmuda
16
Muhammad Idrus. 2009. “Metode Penelitian Ilmu Sosial”. Jakarta: Erlangga
Tantawi, Isma. 2006. “Didong Gayo Lues: Analisis Keindahan Bahasa dan Fungsi
Sosial”, Logat: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. II No. 1
17