You are on page 1of 47

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SWAMEDIKASI TOGA PADA

PENYAKIT HIPERTENSI DI DESA PAMULIHAN KABUPATEN


KUNINGAN

PROPOSAL

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar DIII Farmasi
(A.Md.Farm) Pada Program Studi DIII Farmasi

Disusun Oleh :
ASEP MUAMMAR AZIS
NIM : 33187K19048

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SWAMEDIKASI TOGA PADA PENYAKIT


HIPERTENSI DI DESA PAMULIHAN KABUPATEN KUNINGAN

PROPOSAL

DISUSUN OLEH :

Asep Muammar Azis


33178K19048

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui Untuk Mengikuti Seminar Proposal Program Studi
Farmasi Jenjang Diploma III
STIKes Muhammadiyah Kuningan

Kuningan, 12 Agustus 2022

Pembimbing

Haty Latifah Priatni, S.Pd., M.Farm


NIDN. 0425098004

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul
“GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SWAMEDIKASI TOGA
PADAPENYAKIT HIPERTENSI DI DESA PAMULIHAN KABUPATEN
KUNINGAN”dapat tersusun atas dorongan pembimbing dan semua pihak.
Adapun penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini di maksudkan untuk

memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi

(A.Md.Farm) pada program D3 Farmasi.

Dalam penyususunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini cukup mengalami kesulitan

dan hambatan, namun berkat dorongan dan arahan dari pembimbing akhirnya

penulis dapat menyelesaikannya, untuk itu sudah selayaknya penulis

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak apt. Wawang Anwarudin, M.Sc. selaku Ketua STIKes

Muhammadiyah Kuningan,

2. Ibu Haty Latifah Priatni, S.Pd., M. Farm selaku Dosen Pembimbing

Karya Tulis Ilmiah (KTI),

3. Seluruh Dosen, Staf Tata Usaha STIKes Muhammadiyah Kuningan yang

telah membantu penulis selama ini,

4. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang senantiasa membantu do’a dan

memberikan motivasi kepada penulis dengan segala hal,

5. Teman-teman angkatan 2019 yang telah membantu serta memberikan

semangatnya selama menuntut ilmu di STIKes Muhammadiyah

Kuningan,

6. Dan seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah

(KTI) ini.

iii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk menghasilkan kinerja

yang lebih baik di masa yang akan datang.

Penulis berharap penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat bermanfaat

bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Kuningan, 13 Agustus 2022

Penulis

ASEP MUAMMAR A

NIM. 33178K19048

iv
5

ABSTRAK
Hipertensi adalah suatu penyakit kardiovaskular dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg. Prevalensi
hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 26,5%. Terapi hipertensi bisa dilakukan
secara medikamentosa dan non medikamentosa, termasuk terapi menggunakan
Tanaman Obat Keluarga (TOGA). TOGA sendiri mudah dibudidayakan di halaman
rumah dan dapat dilakukan untuk swamedikasi karena memiliki efek samping yang
rendah. Swamedikasi Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai Tanaman Obat Keluarga (TOGA) yang berkhasiat
untuk penyakit hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan swamedikasi TOGA pada penyakit hipertensi di Desa Pamulihan
Kabupaten Kuningan. Metode penelitian ini adalah deskriptif, dengan sampel sebanyak
83 responden yang diambil dengan teknik purposive sampling. pengumpulan data
dilakukan dengan cara membagikan kuesioner secara langsung kepada responden.

Kata kunci : Hipertensi, Pengetahuan, Swamedikasi, TOGA.


6

ABSTRACT
Hypertension is a cardiovascular disease where there is an increase in systolic blood
pressure of more than 140 mmHg and diastolic blood pressure of 90 mmHg. The
prevalence of hypertension in Indonesia in 2013 was 26.5%. Hypertension therapy can
be done medically and non-medically, including therapy using Family Medicinal Plants
(TOGA). TOGA itself is easy to cultivate in the home page and can be used for self-
medication because it has low side effects. Self-medication of Family Medicinal Plants
(TOGA) is strongly influenced by the level of public knowledge about Family
Medicinal Plants (TOGA) which are efficacious for hypertension. This study aims to
describe the level of knowledge of TOGA self-medication on hypertension in
Pamulihan Village, Kuningan Regency. This research method is descriptive, with a
sample of 83 respondents taken by purposive sampling technique. Data collection is
done by distributing questionnaires directly to respondents.

Keywords: Hypertension, Knowledge, Self-medication, TOGA.


7

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah.

Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh diwilayah Negara ini. Pengetahuan

masyarakat mengenai tanaman berkhasiat obat sudah lama dimiliki oleh nenek moyang

kita dan hingga saat ini telah banyak yang terbukti secara ilmiah. Penggunaan obat

tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini

disebabkan obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada

obat modern (Arsyah, 2014; World Health Organisation, 2013).

Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari kebijakan World

Health Organization (WHO) dan pemerintah dalam upaya pemerataan pelayanan

kesehatan. Salah satu kebijakan WHO tentang pelayanan kesehatan primer adalah upaya

mencapai kesehatan bagi semua penduduk. Pengobatan sendiri dalam pengertian umum

adalah upaya yang dilakukan untuk mengobati diri sendiri menggunakan obat, obat

tradisional atau cara lain tanpa nasihat tenaga kesehatan (Anderson, 1979).

Menurut Holt, swamedikasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari

swamedikasi adalah aman jika digunakan sesuai petunjuk, efektif untuk keluhan ringan,

biaya obat lebih murah, hemat waktu, merasakan kepuasan tersendiri karena berperan

dalam keputusan terapi, menghindari rasa malu jika harus menampakkan bagian tubuh

tertentu di hadapan tenaga kesehatan, dan mengurangi beban pelayanan kesehatan pada

kondisi terbatasnya sumber daya. Sedangkan kekurangan dari swamedikasi adalah

adanya bahaya jika obat tidak digunakan sesuai aturan, hal ini tentunya akan

menyebabkan pemborosan biaya dan waktu untuk mengatasi bahaya yang ditimbulkan

tadi. Selain itu, ada kemungkinan timbulnya reaksi yang tidak diinginkan, seperti efek

samping, resistensi dan sensitivitas. Unsur subjektivitas juga menjadi dominan karena

kecendrungan pemilihan obat berdasarkan pengamalan, iklan, dan lingkungan sosial

(Holt, 1986).
8
Hipertensi merupakan penyakit meningkatnya tekanan darah secara menetap ≥

140\90 mmHg. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama

(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit

jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah

tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua

pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta

maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan (Kemnkes, 2017).

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia dan

sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer, termasuk puskesmas. Hal tersebut

merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 25,8% sesuai

dengan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013). Disamping itu, pengontrolan

hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia

(Kemenkes, 2017).

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat keluarga (TOGA) sangat

bervariasi. Di Desa Pamulihan sendiri masih banyak masyarakat yang menggunakan

tanaman obat keluarga (TOGA) sebagai pengobatan alternatif yang dipilih, karena

memiliki banyak khasiat serta memiliki efek samping yang ringan. Berdasarkan latar

belakang inilah yang menarik penulis untuk melakukan penelitian bagaimana gambaran

tingkat pengetahuan swamedikasi TOGA pada penyakit hipertensi di Desa Pamulihan

Kabupaten Kuningan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan swamedikasi TOGA pada penyakit

hipertensi di Desa Pamulihan Kabupaten Kuningan ?

A. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Masyarakat tentang

Swamedikasi TOGA pada Penyakit Hipertensi di Desa Pamulihan Kabupaten

Kuningan.
9
B. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai bahan menambah wawasan mengenai SWAMEDIKASI TOGA pada

Penyakit Hipertensi di Desa Pamulihan Kabupaten Kuningan.

2) Manfaat Bagi Institusi

Sebagai sarana referensi untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian

selanjutnya.

3) Manfaat Bagi Masyarakat

Sebagai pengetahuan mengenai pemanfaatan TOGA untuk penyakit

hipertensi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tanaman TOGA

Tanaman obat keluarga merupakan obat tradisional yang telah dikenal oleh

bangsa Indonesia yang digunakan sebagai tanaman berkhasiat obat sebagai salah

satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman

obat keluarga berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun

temurun telah diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya (Sari,2006).

Tanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan salah satu alternatif pengobatan

yang telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara tradisional (Yulianto

& Kirwanto, 2016). Tanaman Obat Tradisional Oleh masyarakat telah dilaporkan

secara empirik bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan dan mengobati berbgai

penyakit. Penggunaan tanaman obat secara tradisional semakin disukai karena

dapat diperoleh, diramu, ditanam sendiri tanpa tenaga medis, efek samping yang

rendah, efek yang saling mendukung dengan obat tradisional lain, dan lebih sesuai

untuk berbagai penyakit degeneratif (Karo-karo, 2010).

Pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) yang lebih alami oleh masyarakat

Indonesia, secara turun temurun sebagai warisan budaya bangsa. Tanaman obat

tradisional digunakan dan dilaporkan secara empirik oleh masyarakat bermanfaat

meningkatkan kesehatan dan pengobatan berbagai penyakit. Penggunaan tanaman

obat secara tradisional semakin disukai karena efek samping yang rendah, efek

yang saling mendukung dengan obat tradisional lain, lebih sesuai untuk berbagai

penyakit metabolik dan degeneratif. Selain itu, obat tradisional dapat diperoleh,

diramu dan ditanam sendiri tanpa tenaga medis (Karo-karo, 2010).

A. Swamedikasi

Swamedikasi adalah mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-

obatan yang sederhana yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif

sendiri tanpa nasehat dokter (Rahardja, 2010). Banyak pendapat lain yang

mengemukakan tentang swamedikasi yaitu kegiatan mendapatkan dan


11
mengkonsusmsi obat tanpa nasehat, diagnosis, perawatan, dan pemantauan dari

dokter (Ali, 2012).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan

swamedikasi (Djunarko dan Hendrawati, 2011), yaitu kondisi ekonomi dan

mahalnya biaya kesehatan, berkembangnya kesadaran pentingnya kesehatan bagi

masyarakat, promosi obat bebas dan obat bebas terbatas, semakin meluasnya

distribusi obat melalui puskesmas dan warung di desa, semakin banyak obat yang

awalnya termasuk obat keras diubah menjadi Obat Tanpa Resep (OTR) dan

kampanye swamedikasi yang rasional di masyarakat.

B. Hipertensi

Penyakit hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di mana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukan oleh

angka sistolik (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi

darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat. Referensi lain mengatakan bahwa hipertensi

adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan

darah sekurang-kurangnya dilakukan dua kali selang empat jam. Kenaikan tekanan

darah sistolik <30 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi

(Swastyastu, 2013).

Dari kedua Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang bisa dikatakan

penderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama atau lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolik sama atau lebih tinggi dari 90 mmHg. Resiko hipertensi

semakin meningkat pada usia 50-an keatas, hampir 90% kasus hipertensi tidak

diketahui penyebab sebenarnya, sebagian besar hipertensi tidak memberikan gejala

(asistomatis). Hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala dan tanda. Hal inilah

mengapa sangat penting untuk melakunan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
12
1. Faktor Penyebab Hipertensi

Faktor penyebab hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,

genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan

merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,

kebiasaan minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress,

penggunaan estrogen.

2. Terapi Hipertensi

Tujuan pengobatan hipertensi adalah penurunan mortalitas dan morbiditas

yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan

dengan kerusakan organ target, misal: kejadian kardiovaskular atau

serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal (Dirjen Binfar,2006).

a. Terapi non-farmakologi

Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi

gaya hidup. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines

adalah (Perki, 2015):

1) Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak

asupan sayuran dab buah-buahan.

2) Mengurangi asupan garam. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi

2gr per hari.

3) Olahraga dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit per hari, minimal 3 hari

per minggu.

4) Mengurangi konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari

pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah.

5) Berhenti merokok

b. Terapi farmakologi

Bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan

darah setelah> 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi
13
derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk

menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu (Perki, 2015) :

1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal.

2) Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya.

3) Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti usia 55-80

tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid

4) Jangan mengkombinasikanangiotensin converting enzyme inhibitor(ACE-I)

dengan angiotensin II reseptor blockers (ARB)

5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi

6) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

Algoritme tatalaksana hipertensi diambil dari A Statement by the American Society

of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013.

c. Pengetahuan

1) Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yaitu mata, hidung, telinga dan lain sebagainya. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran yaitu

telinga dan indera penglihatan yaitu mata (Notoadmodjo, 2012).

2) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat

(Notoatmodjo, 2012) ,yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, karena hanya

mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja unruk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.


14
b) Memahami (Comprehension)

Memamahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut sercara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan terhadap

objek yang akan dipelajari.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mrnggunakan materi

misalnya yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur

organisasi dan ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membuat bagan,

membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

e) Sintesis (Syntesis)

Sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada. Contoh dapat menyusun, merencanakan,

dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan

yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian

terhadap suatu materi objek. Pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari suatu

objek penelitian atau responden.


15
3) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a) Tingkat pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang

lain agar dapat memahami sesuatu hal. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi. Sebaliknya, jika

seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat

perkembangan sikap orang tersebut dalam menerima informasi dan nilai-nilai

yang baru diprkenalkan (Mubarak, 2012).

b) Pengalaman

Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang pernah

dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Mubarak,

2012).

c) Usia

Usia seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada aspek

fisik psikologis dan kejiwaan. Dalam aspek psikologistaraf berfikir seseorang

semakin matang dan dewasa (Mubarak, 2012).

d) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam

individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan diproses

sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan memberi

pengetahuan yang baik tetapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan

yang didapat juga kurang baik (Mubarak, 2012).

e) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan baru (Mubarak, 2012).

f) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder, keluarga dengan

status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan
16
status ekonomi rendah. Hal ini mempengaruhi kebutuhan akan informasi

(Novita dan Franciska, 2011) .

C. Profil Desa Pamulihan

Desa Pamulihan berada di Kecamatan Cipicung Kabupaten Kuningan,

dengan sebagian besar penduduknya sebagai petani menjadikan desa Pamulihan

memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah . Dengan luas wilayahnya

127,167 km² ini populasinya dianggap cukup karena dari total penduduk sebesar

4253, terbagi para laki-laki di Pamulihan sebanyak 1983 orang dan 2270 sisanya

wanita. Desa Pamulihan sendiri memiliki jumlah kepala keluarga sebanyak 1927

dengan kepadatan 4253.


17
D. Kerangka Berpikir

Meneliti TOGA apa yang dipakai

Tingkat Pengetahuan Swamedikasi TOGA Mengetahui pengetahuan


masyarakat tentang penggunaan
toga

Pengetahuan masyarakat tentang


tanaman toga

Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan : Tingkat Pengetahuan
1. Baik
1. Umur 2. Cukup
2. Pendidikan 3. Kurang
3. Pekerjaan

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

F. Hipotesis

H0 : Minimnya pengetahuan masyarakat Desa pamulihan terhadap penggunaa

tanaman toga.

H1 : Masyarakat Desa pamulihan mengetahui cara penggunaan tanaman

toga.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan rancangan

deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan fenomena

mengenai gambaran tingkat pengetahuan swamedikasi TOGA pada penyakit

hipertensi, yang ada dengan menggunakan angka – angka untuk karakteristik

individu atau kelompok (Syamsudin, 2011).

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah data

kependudukan masyarakat desa Pamulihan, data kuisioner yang diisi oleh

masyarakat desa Pamulihan yang memiliki riwayat penyakit hipertensi.

Alat yang digunakan berupa kuisioner dan data yang diambil langsung

dilapangan tempat penelitian.Data didapatkan dari kuisioner yang diberikan

kepada responden dalam bentuk pertanyaan tentang karakteristik responden.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang swamedikasi

tanaman TOGA untuk hipertensi.

1.Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang didasarkan pada

karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau

mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang

menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diuji dan ditentukan

kebenarannya oleh orang lain (Sibaragiang dkk, 2010).


19
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1. Umur Umur adalah Kuesioner 1. 18-30 Ordinal
lamanya 2. 30-42
seseorang hidup 3. 42-54
dari tahun 4. 54-65
lahirnya.

2. Pedidikan Sekolah formal Kuesioner 1. SD Ordinal


yang telah diikuti 2. SMP
responden dan 3. SMA/sederajat
telah memiliki 4. Pergurua
tanda bukti lulus n tinggi
dari instasi resmi
yang terkait
3. Pekerjaan Pekerjaan Kuesioner 1. Pegawa Nominal
merupakan i Negeri
pencarian barang 2. Pegawa
yang terjadi i Swasta
untuk suatu 3. Buruh
pokok kehidupan 4. Ibu
yang dilakukan Rumah
untuk Tangga
mendapatkan 5. Pensiunan
nafkah 6. TidakBekerja
. Distribusi Pengetahuan Kuesioner 1. Kategori Ordinal
5. gambaran seseorang dalam baik jika
tingkat melakukan nilainya
pengetahuan pengobatan sendiri 76%-100%
swamedikasi 2. Kategori
cukup
jika
nilainya
56%-
75%
3. Kategori
baik jika
nilainya
76%-100%
4. Kategori
cukup
jika
nilainya
56%-
75%
5. Kategori
kurang
jika
nilainya
<56%
20
D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti

(Notoadmojo, 2010). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 506 orang yaitu

masyarakat di Desa Pamulihan Dusun Wage RT.13/04 Kecamatan Cipicung

Kabupaten Kuningan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara quota

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memiliki ciri tertentu

(Sugiyono, 2014).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari seluruh objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel

penelitian ini adalah masyarakat Dusun Wage RT 13/04 di Desa Pamulihan

Kecamatan Kabupaten Kuningan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi dengan jumlah sampel 83 orang. Sampel dihitung menggunakan rumus

slovin.

Rumus slovin :

N
n=
N . d 2 +1

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi (506)

d2 : Presisi (ditetapkan 10%) (Menurut Youth, 1999)

Berdasarkan hasil observasi populasi di Dsun Wage RT13/O4 bejumlah 506

sehingga :

506
n= 2
506. ( 0,1 ) +1

506
n= 506.0,1❑+1

506
n= 5,06+1
21
506
n= 6,06

n= 83 responden

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria inklusi

1) Masyarakat yang berumur 18-65 tahun.

2) Masyarakat yang berada di Dusun Wage RT 13/04 Desa Pamulihan

Kecamatan Cipicung Kaupaten Kuningan.

b. Kriteria Eksklusi

Tidak bersedia menjadi Responden

E. Prosedur Penelitian

Bagian ini menjelaskan tentang bagaimana proses penelitian dilakukan yang


meliputi tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Persiapan meliputi proses
perijinan jika diperlukan. Menurut Dharma (2015) dalam penelitian ini peneliti
tetap memperhatikan etika penelitian dalam melakukan studi kasus yang meliputi:
Sedangkan prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menyampaikan persetujuan judul penelitian sebagai pengantar surat

permohonan izin melaksanakan penelitian kepada ketua Stikes Muhammadiyah

Kuningan untuk melakukan penelitian di Desa Pamulihan

2. Menyampaikan surat permohonan izin melaksanakan penelitian kepada bagian

prangkat Desa Pamulihan

3. Pelaksanaan penelitian di Dusun Wage RT 13/04 Desa pamulihan.

4. Sebelum dilakukannya penyebaran kuisioner di lapangan, peneliti terlebih

dahulu menjelaskan kepada responden tentang maksud dan tujuan dari penelitian

sekaligus memperhatikan masyarakat berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi

penelitian.

5. Apabila responden termasuk kriteria ekslusi maka responden tidak bisa mengisi

kuesioner dan apabila termasuk kriteria inklusi responden di arahkan untuk

membaca informed consent.


22
6. Pada responden yang berpartisipasi secara langsung maka harus menandatangani

informed consent.

7. Mempersilahkan responden mengisi kuesioner mengisi sesuai petunjuk dengan

di dampingi peneliti.

8. Setelah mengisi kuesioner kemudian di berikannya reward kepada responden

sebagai tanda terima kasih.

9. Kuesioner yang telah di isi kemudian di kumpulkan dan di olah lalu di periksa

kelengkapan oleh peneliti kemudian di lakukan analisa.

10. Pengolahan data hasil penelitian menggunakan aplikasi SPSS versi 22.

F. Analisis data

Pengolahan data yang di lakukan pada penelitian ini menggunakan SPSS


(Statistical Package For The Social Sciences) Versi 22. Bagian ini menjelaskan
mengenai teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat, yaitu analisa yang bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi
variable dari hasil penelitian pada umumnya dalam analisis hanya menghasilkan
distribusi dan presentasi dari setiap variable (Akhriyani, 2021). Adapun teknik
dalam pengolahan data pada penelitian ini yaitu :

1. Editing

Merupakan pemeriksaan atau korelasi data kembali kelengkapan jawaban

responden pada kuesioner yang mencakup jawaban, keterbacaan tulisan,

relevansi dan konsistensi jawaban, dan sebagainya sebelum diberi kode

(Supardi, Surahman, 2014).

2. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf pada kuesioner

menjadi bentuk angka dalam upaya memudahkan pengolahan atau analisis data

dikomputer (Supardi, Surahman, 2014).

3. Data file

Merupakan pembuatan program pengolahan data dengan komputer

(Supardi, Surahman, 2014).


23
4. Entry data

Merupakan pengetikan kode angka dari jawaban responden pada

kuesioner ke dalam program pengolahan data di komputer (Supardi, Surahman,

2014).

5. Cleaning data

Merupakan pemeriksaan kembali data hasil entry data pada komputer

agar terhindar dari ketidak sesuaian antara data komputer dan koding kuesioner

(Supardi, Surahman, 2014).

G.
24
G. Bagan Alir penelitian

Penentuan Topik Masalah

Penentuan Lokasi Penelitian

Proses Penyusunan Proposal

Menentukan Study Desain Penelitian,


Populasi dan Sampel

Populasi Penelitian = Masyarakat di Teknik Pengambil Sampel


Desa Pamulihan Menggunakan Rumus Slovin

Sampel Penelitian = Berjumlah 83


Sampel

Penyebaran Kuisioner Secara Offline di Wilayah Penelitian


sekaligus memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi

Penginputan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Penyajian Data

Minimnya pengetahuan masyarakat Masyarakat Desa Pamulihan


Desa Pamulihan terhadap penggunaan mengetahui cara penggunaan tanaman
tanaman toga toga

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian


25
H. Waktu dan Tempat Penelitian

Berisi tentang tempat dilaksanakannya penelitian dan rentang waktu dari


awal hingga akhir penelitian.

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pamulihan Dusun Wage RT.13/04.

2. Waktu penelitian

Waktu pada penelitian ini pada bulan Agustus 2022.

I. Jadwal Penelitian

No Kegiatan April Mei Jni Juli Agustus


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
2 Penelusuran
Pustaka
3 Penyusunan
Proposal
4 Seminar
Proposal
5 Persiapan
Penelitian
6 Pelaksanaan
Penelitian
7 Analisa
Data &
Pembahasan
8 Sidang KTI
9 Revisi dan
Pengadaan

Gambar 3.2 Jadwal Penelitian


26

BAB IV

HASIL DAN PEMBASAN

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil data yang di peroleh penelitian yang di lakukan pada 27-29 agustus 2022
di Dusun Wage RT13/04 Desa Pamulihan Kecamatan
Cipicung dengan responden penelitian sebanyak 83 orang untuk mengetahui
persepsi cara penggunaan toga untuk hipertensi dengan karakteristik yang diteliti
meliputi data umur, Pendidikan dan pekerjaan, persepsi masyarakat secara
umum, dan persepsi masyarakat berdasarkan ketiga unsur persepsi (keamanan,
kebermanfaatan, harapan, dan dampak yang dirasakan) Semua data ini diolah
dan dikelompokkan ke data kategorik.

1. Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Usia


Tabel 4.1 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Presentase (%)
18-30 Tahun 19 22,90%
30-42 Tahun 33 39,75%
42-54 Tahun 21 25,30%
54-65 Tahun 10 12,05%
Total 83 100%
Berdasarkan tabel 4.1 pada karakteristik umur responden frekuensi umur 18-30,

yaitu 19 dan presentase 22,90%. Responden berusia 30-42 tahun memiliki

frekuensi 33 dengan presentase 39,75%. Responden berusia 42-54 tahun

memiliki frekuensi sebanyak 21 dengan presentase 25,30%. Sedangkan pada

responden berusia 54-65 tahun memiliki frekuensi sebanyak 10 dengan

presentase 12,05%

4.1.1 Karakteristik Pekerjaan Responden

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Desa

PamulihanRT.13 dan RT.04 Kabupaten Kuningan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


27

Tabel 4.2 Karakteristik Pekerjaan Responden

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)


Pegawai Negeri 12 14,46%
Pegawai Swasta 13 15,66%
Buruh 26 31,32%
Ibu Runah Tangga 7 8,44%
Pensiunan 5 6,02%
Tidak Bekerja 20 24,10%
Total 83 100%

Berdasarkan tabel 4.2 pada karakteristik pekerjaan responden

frekuensi pekerjaan pegawai negeri sebanyak 12 responden dengan

presentase 14,46%. Pekerjaan pegawai swasta memiliki frekuensi

sebanyak 13 responden dengan presentase 15,66%. Pekerjaan buruh

memiliki frekuensi 26 responden dengan prentase 31,32%. Ibu rumah

tangga memiliki frekuensi sebanyak 7 dengan presentase 8,44%.

Pensiunan memiliki frekuensi sebanyak 5 responden dengan presentase

6,02% dan tidak berkerja termasuk seperti pelajar maupun mahasiswa

memiliki frekuensi sebanyak 20 responden dengan presentase 24,10%.

Dilihat dari hasil presentase tabel diatas karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan paling banyak diperoleh sebagai buruh dan

paling sedikit pensiunan hal ini menunjukkan bahwa Desa Pamulihan

sebagian besar penduduknya di RT.13 dan RT.04 bekerja sebagai

buruh.

Pekerjaan juga dapat berpengaruh terhadap pengetahuan. Hal ini

di sebabakan oleh adanya interaksi dengan orang lain sehingga dapat

menambah pengetahuan. Pekerjaan merupakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering


28
berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuan dibandingkan

dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain (Agustini, 2017).

4.1.2 Karakteristik Pendidikan Terakhir Responden

Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir responden

di Desa Pamulihan RT.13 dan RT.04 Kabupaten Kuningan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Karakteristik Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Frekuensi Presentase


(%)
SD 26 31,32%
SMP 24 28,91%
SMA/SMK 18 21,70%
Perguruan Tinggi 15 18,07%
Total 83 100%
Sumber data : data primer yang sudah diolah

Berdasarkan tabel 4.3 pada karakteristik pendidikan terakhir

responden frekuensi pendidikan terakhir SD sebanyak 26 responden

dengan presentase 31,32%. Pendidikan terakhir SMP memiliki

frekuensi sebanyak 24 responden dengan presentase 28,91%.

Pendidikan terakhir SMA/SMK memiliki frekuensi sebanyak 18

responden demgan presentase 21,70%. Dan pendidikan terakhir tingkat

perguruan tinggi memiliki jumlah frekuensi 15 responden dengan

prentase 18,07%. Dilihat dari hasil presentase karakteristik responden

berdasarkan pendidikan terakhir paling banyak pendidikan terakhir SD

dan paling sedikit pendidikan terakhir Perguruan Tinggi.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan. semakin tinggi pendidikan seseorang

maka berpengaruh terhadap pengetahuan yang baik pula (Notoatmodjo,

2010).
29

4.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Swamedikasi TOGA Pada Penyakit


Hipertensi di Desa Pamulihan Kabupaten kuningan dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan
Swamedikasi TOGA Pada Penyakit Hipertensi di Desa Procot
Kabupaten Tegal

No Tingkat Frekuensi Presentase (%)


Pengetahuan
1 Baik (76-100%) 46 55,4%
2 Cukup (75-56%) 27 32,5%
3 Kurang ( <56%) 10 12,1%
Jumlah 83 100%
Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian kuesioner, menunjukan bahwa

dari 83 responden terbagi menjadi 3 golongan yaitu berdasarkan tingkat

pengetahuan baik sebanyak 46 responden (55,4%), tingkat pengetahuan

cukup sebanyak 27 responden (32,5%), dan berdasarkan tingkat pengetahuan

kurang sebanyak 10 responden (12,1%).

Berdasarkan data tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas responden

di Desa Pamulihan Kabupaten Kuningan mempunyai tingkat pengetahuan

yang baik. Pengetahuan baik juga dikarenakan mendapat informasi yang

diperoleh dari berbagai sumber maka seseorang cenderung mempunyai

pengetahuan yang lebih luas. Informasi juga akan memberikan pengaruh pada

pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan yang

rendah tetapi jika mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media

informasi (televisi, radio, majalah, dll) akan meningkatkan pengetahuan

seseorang (Jamaluddin dan Nugroho, 2016).

Tingkat pengetahuan swamedikasi TOGA untuk penyakit hipertensi di

Desa Pamulihan Kabupaten Kuningan diukur dengan 20 pertanyaan yang


30
diberikan
31

kepada responden melalui kuesioner. TOGA yang diketahui masyarakat di

Desa Procot untuk mengobati penyakit hipertensi merupakan tanaman yang

umum biasanya masyarakat gunakan pada umumnya seperti seledri, kunyit,

bawang putih, bawang merah, mahkota dewa, dan lain-lain.

Tingkat pengetahuan masyarakat dikatakan baik apabila responden

dapat menjawab 76-100% pertanyaan dengan tepat, pengetahuan cukup

apabila responden dapat menjawab 56-75% pertanyaan secara tepat,

sedangkan untuk pengetahuan kurang apabila responden dapat menjawab

<56% pertanyaan secara tepat.

Pengetahuan yang cukup akan mempengaruhi seseorang untuk

berperilaku atau melakukan sesuatu (Hidayati dkk, 2017). Menurut

Handayani dan Kusuma (2013) berpendapat bahwa pengetahuan merupakan

dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh

pengetahuan.
32

No Pertanyaan Baik Persen cuku Persen kurang Persen


p
1 Swamedikasi adalah upaya mengobati 83 100% 0 0% 0 0%
diri sendiri tanpa berkonsultasi ke
dokter

2 Hipertensi merupakan penyakit darah 83 100% 0 0% 0 0%


tinggi
3 Tanaman Obat Keluarga (TOGA) 83 100% 0 0% 0 0%
merupakan salah satu alternatif
pengobatan yang telah lama
dilakukan oleh masyarakat Indonesia
secara tradisional

4 Buah mahkota dewa digunakan untuk 59 71,1% 22 26,5% 2 2,4%


mengobati
penyakit hipertensi

5 Bawang merah berkhasiat untuk 70 84,3% 10 12,1% 3 3,6%


mengobati penyakit hipertensi

6 Bawang putih berkhasiat untuk 52 62,6% 20 24,1% 11 13,3%


mengobati penyakit Hipertensi

7 Buah, daun, bunga pada tumbuhan 55 66,3% 18 21,7% 10 12%


belimbing manis digunakan untuk
mengobati penyakit hipertensi

8 Biji, bunga, daun, akar pada tumbuhan 17 20,5% 23 27,7% 43 51,8%


boroco digunakan untuk mengobati
penyakit hiprtensi

9 Rimpang kunyit digunakan untuk 58 69,9% 23 27,7% 2 2,4%


mengobati tekanan darah tinggi

10 Buah terong pipit digunakan untuk 40 48% 28 33,7% 15 18,1%


mengobati penyakit hipertensi
33

11 Belimbing wuluh berkhasiat 50 60,2% 18 21,7% 15 18,1%


untuk mengobati penyakit hipertensi

12 Tanaman boroco berkhasiat 17 20,5% 23 27,7% 43 51,8%


untuk mengobati penyakit hipertensi

13 Seledri berkhasiat untuk 75 90,4% 8 9,6% 0 0%


mengobati penyakit hipertensi

14 Ciplukan berkhasiat untuk 48 57,8% 27 32,5% 8 9,6%


mengobati penyakit hipertensi

15 Pandan berkhasiat untuk 47 56,6% 19 22,9% 17 20,5%


mengobati penyakit hipertensi

16 Daun sirsak berkhasiat untuk 83 100% 0 0% 0 0%


mengobati penyakit hipertensi

17 Khasiat tanaman obat keluarga 52 62,6% 20 24,1% 11 13,3%


berbeda dengan tanaman obat kimia

18 Tanaman obat keluarga tidak 68 82% 9 10,8% 6 7,2%


memiliki efek samping yang
merugikan

19 Tanaman obat keluarga dapat dibeli 83 100% 0 0% 0 0%


tanpa resep dokter

20 Tanaman obat keluarga juga 32 36,6% 30 36,1% 21 25,3%


mengandung berbagai senyawa
kimia aktif

Tabel 4.5 pertanyaan nomor 1 sebanyak 83 responden menjawab baik

dengan presentase 100% dan tidak ada responden yng menjawab cukup dan

kurang, dikarenakan responden paham arti dari swamedikasi. .

Pertanyaan nomor 2 sebanyak 83 responden menjawab baik dengan

presentase 100% dan tida ada yang menjawab cukup ataupun kurang Hal ini
34
karena rata rata responden mengetetahui apa itu penyakit hipertensi.

Pertanyaan nomor 3 sebanyak 83 responden menjawab baik dengan

presentase 100% dan tidak ada yang menjawab kurang maupun cukup hal ini

dikarenakan responden di desa Pamulihan sering menggunakan TOGA

sebagai obat alternatif Hipertensi dari dulu secara turun temurun.

Pertanyaan no 4 sebanyak 59 responden menjawab baik dengan

presentase 71,1% dan 22 responden menjawab cukup dengan presentase

26,5%, sedangkan 2 respondn menjawab kurang dengan presentase 2,4% Hal

ini memang benar buah mahkota dewa dapat mengobati penyakit hipertensi.

Menurut Albinur (2011). Senyawa flavonoid bermanfaat untuk melancarkan

peredaran darah keseluruh tubuh, mencegah terjadinya penyumbatan pada

pembuluh darah, mengurangi kandungan kolestrol dan mengurangi

penumbuhan lemak pada dinding pembuluh darah serta mengurangi resiko

penyakit jantung koroner (Apriyanti, 2012).

Pertanyaan nomor 5 sebanyak 70 responden menjawab baik dengan

presentase 84,3% dan sebanyak 10 responden memilih jawaban cukup dengan

presentase 12,1% sedangkan 3 responden menjawab kurang dengann

presentase Hal ini memang benar bahwa bawang merah berkhasiat untuk

mengobati hipertensi karena bawang merah sendiri memiliki


35

kandungan mineral kalium yang cukup tinggi. Kalium berperan penting

dalam proses metabolism. Mineral ini juga penting dalam menjaga

keseimbangan tekanan darah, mencegah pengerasan pembuluh darah, dan

membersihkan pembuluh darah dari endapan kolestrol jahat (Kuswardhani,

2016).

Pertanyaan nomor 6 sebanyak 52 responden memilih jawaban baik

dengan presentase 63,6% dan sebanyak 20 responden memilih jawaban cukup

dengan presentase 21,7%. Sedangkan 11 responden memilih jawaban kurang

dengan presentase 13,3% Hal ini memang benar bahwa bawang putih dapat

menurunkan tekanan darah tinggi karena bawang putih mengandung zat alisin

dan hydrogen sulfide. Zat tersebut memiliki efek selayaknya obat darah

tinggi, yaitu memperbesar pembuluh darah dan membuat pembuluh darah

tidak kaku, sehingga tekanan darah akan menurun. Mekanisme kerja bawang

putih dalam menurunkan tekanan darah berhubungan dengan efek

vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan tertutupnya kanal dan

terbukanya kanal sehingga terjadi hiperpolarisasi. Dengan demikian otot akan

mengalami relaksasi, tingginya konsentrasi ion intraseluler menyebabkan

vasokontriksi yang berdampak terhadap terjadinya kondisi hipertensi.

Senyawa allisin yang terkandung dalam bawang putih berkhasiat

menghancurkan pembekuan darah dalam arteri, mengurangi gejala diabetes

dan mengurangin tekanan darah (Hernawan, U. E. & A. D. Setyawan, 2011).


36

Pada pertanyaan nomor 7 sebanyak 55 responden

memilih jawaban baik dengan presentase 66,3% dan sebanyak 18

responden memilih jawaban cukup dengan presentase 21,7%.

Sedangkan 10 reponden menjawab kurang dengan

presentase12% Hal ini memang benar bahwa buah, daun, bungan

pada belimbing manis dapat mengatasi hipertensi karena

belimbing manis memiliki kandungan kalium, kalsium dan

magnesium yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

Konsentrasi kalium, kalsium dan magnesium yang tinggi dalam

intraseluler dapat merelaksasi otot polos pembuluh darah,

kemudian dapat mengurangi resistensi pembuluh darah perifer

sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Anggraini et al.,

2016).

Pada pertanyaan nomor 8 sebanyak 17 responden

memilih jawaban baik dengan presentase 20,5% dan 23

responden memilih jawaban cukup dengan presentase 27,7%.

Sedangkan 43 responden menjawab kurang denga presentase

51,8%.Kenapa pada pertanyaan no 8 banyak yang menjawab

kurang karena tumbuhan boroco kurang popular di desa

Pamulihan dan kebanyakan responden blum mengetahui khasiat

tumbuhan tersebut.

Pada pertanyaan nomor 9 sebanyak 58 responden memilih

jawaban baik dengan presentase 69,9% dan sebanyak 23


37

responden memilih jawaban cukup dengan presentase 27,7%.

Sedangkan 2 responden menjawab kurang dngan presentase

2,4%. Hal ini memang benar rimpang kunyit berkhasiat

mengobati penyakit hipertensi karena didalam rimpang kunyit

terdapat zat curcumin, minyak atsiri dan mineral. Kandungan

mineral yang terdapat pada kunyit meliputi kalsium, kalium, zat

besi dan magnesium. Zat curcumin pada pada kunyit dapat

menghambat pembentukan plak, dalam pembuluh darah yang

dapat menyebabkan terjadinya hiprtensi (Mukti, 2017).

Pada pertanyaan nomor 10 sebanyak 40 responden

memilih jawaban baik dengan presentase 48% dan sebanyak 28

responden memilih jawaban cukup dengan presentase

39,7%.Sedangkan sebanyak 15 dengan presentase 18,1% Hal ini

memang benar buah terong pipit dapat digunakan untuk

mengobati penyakit hipertensi karena mengandung vitamin B1,

B3 dan vitamin K. terog pipit juga dapat menghambat enzim

ACE (Angiotensin converting enzyme) merupakan komponen

dalam rennin- angiotensin (RAS), enzim didalam tubuh yang

mengontrol tekanan darah dengan mengontrol tekanan darah

dengan mengatur volume cairan.

Pada pertanyaan nomor 11 sebanyak 67 responden

memilih jawaban benar dengan presentase 80,7% dan sebanyak


38

16 responden memilih jawaban salah dengan presentase 19,3%.

Hal memang benar belimbing wuluh dapat mengobati penyakit

hipertensi karena belimbing wuluh memiliki kandungan

flavonoid, vitamin C, saponin, dan kalium. Flavonoid akan

mempengaruhi kerja dari Angiotensin Converting Enzym (ACE),

penghambat ACE akan menginhibisi perubahan angiotensin I

menjadi angiotensin II yang menyebabkan vasodilatasi sehingga

tahanan resistensi perifer turun dan dapat menurunkan tekanan

darah tinggi (Safitri, 2016).

Pada pertanyaan nomor 12 sebanyak 17 responden memilih

jawaban baik dengan presentase 20,5% dan 23 responden

memilih jawaban cukup dengan presentase 27,7%. Sedangkan

43 responden menjawab kurang denga presentase 51,8%.Kenapa

pada pertanyaan no 12 banyak yang menjawab kurang karena

tumbuhan boroco kurang popular di desa Pamulihan dan

kebanyakan responden blum mengetahui khasiat tumbuhan

tersebut.

Pada pertanyaan nomor 13 sebanyak 75 responden

memilih jawaban baik dengan presentase 90,4% dan sebanyak 8

responden memilih jawaban cukup dengan presentase 9,6%


39

sedangkan jawaban cukup tidak ada yang menjawab dikarenakan

daun seledri popular digunakan untuk pengobatan penyakit

hipertensi. Hal ini memang benar bahwa seledri dapat mengobati

penyakit hipertensi karena seledri mengandung flavonoid,

saponin, tanin, minyak atsiri, apigenin, alkaloid, kolin, lipase,

apiin, vitamin (A, B dan C). Apigenin dalam daun seledri

berfungsi sebagai beta blocker yang dapat memperlambat detak

jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga

aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah

menjadi berkurang.

Pada pertanyaan nomor 14 sebanyak 48 responden memilih

jawaban baik dengan presentase 57,8% dan 27 responden

memilih jawaban cukup dengan presentase 32,5%. Sedangkan 8

responden menjawab kurang denga presentase 9,6%. Hal ini

dikarenakan karena tanaman ciplukan mengandung senyawa

saponin dan flavonoid.

Pada pertanyaan nomor 15 sebanyak 47 responden memilih

jawaban baik dengan presentase 56,6% dan sebanyak 19

responden memilih jawaban cukup dengan presentase

22,9%.Sedangkan 17 responden memilih jawaban kurang dengan

persentase 20,5% Hal ini memang benar bahwa pandan dapat

mengobati penyakit hipertensi karena pandan memiliki

kandungan antara lain alkaloid, saponin, flavonoid, tanin,


40

polifenol, minyak atsiri dan zat warna. Minyak atsiri pada pandan

mampu dijadikan suatu terapi alternatif bagi penderita hipertensi

yaitu sebagai aromaterapi, karena pemberian aromaterapi dapat

memberikan rasa tenang pada pasien hipertensi yang mengalami

stress ataupun gejala lain yang terkait stress seperti kecemasan,

insomnia, hingga depresi.

Pada pertanyaan nomor 16 sebanyak 83 responden memilih

jawaban baik dengan presentase 100% dan tidak ada yang

memilih jawaban cukup ataupun kurang hal ini dikarenakan

masyarakat desa pamulihan mempercayai bahwa daun sirsak

dapat mengobati penyakit hipertensi.

Pada pertanyaan nomor 17 sebanyak 52 responden memilih

jawaban baik dengan presentase 62,6% dan sebanyak 20

responden memilih jawaban cukup dengan presentase 24,1%

sedangkan sebanyak 11 reponden memilih jawaban kurang

dengan presentase 13,3%. Hal ini memang benar bahwa khasiat

yang dimiliki tanaman obat keluarga berbeda dengan obat kimia

karena kandungan yang terdapat pada obat kimia jika digunakan

terlalu berlebih akan berdampak negative (overdosis) selain itu

perlu adanya keterangan untuk menggunakan obat kimia selain

itu obat kimia lebih cepat penyembuhannya dibadingkan obat

tradisional.

Pada pertanyaan nomor 18 sebanyak 68 responden memilih


41

jawaban baik dengan presentase 82% dan sebanyak 9 responden

memilih jawaban scukup dengan presentase 10,8%

sedangkansebanyak 6 responden memilih jawaban cukup dengan

presentase 7,2%.

Pada pertanyaan nomor 19 sebanyak 83 responden memilih

jawaban baik dengan presentase 100% dan stidak aa yang

memilih cukup ataupun kurang karena masyarakat suddah dari

dulu menggunakan tanaman obat keluarga tanpa dengan resep

dokter..

Pada pertanyaan nomor 20 sebanyak 32 responden memilih

jawaban baik dengan presentase 36,6% dan sebanyak

30responden memilih jawaban cukup dengan presentase 36,1%

sedangkan 21 responden memilih jawaban kurang dengan

presentase 25,3% Hal ini memang benar bahwa Tanaman Obat

Keluarga memiliki kabndungan senyawa aktif seperti saponin,

tanin, minyak atsiri, flavonoid dan lain-lain


42

DAFTAR PUSTAKA

Ali. Abdul Nazer et. al. 2012. Self-medicationpractice amonghealth care


professionaals in a Private University, Malaysia. International Current
Pharmaceutical Journal, 1(10): 302-310.

Ditjen Binfar & Alkes.(2016) . Pharmaceutical Care Untuk Penyakit


Hiprtensi.Jakarta : Direktorat Bina Farmasi Komunikasi dan Klinik. Hal : 3-4.

KemenkesRi 2017a. Data Dasar Puskesmas. Jakarta : Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia

KemenkesRi 2017b. Data Dasar Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia

Karo-karo, U. 2010.PemanfaatanTanamanObatKeluarga Di Kelurahan Tanah 600,


Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 4(5)

Notoadmojo, S. 2010. MetodePenelitian. Jakarta: PT RIANEKA CIPTA.

Notoadmojo, S. 2012. MetodePenelitianKesehatan: PT RIANEKA CIPTA.

Notoadmojo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.

PERKI, 2015, PedomanTatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular,


Edisi Pert., Perhimpunan Dokter Spesalis Kardiovaskular Indonesia,
Jakarta.

Sari, K., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisonal Dengan Pertimbangan Manfaat Dan
Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian.

Sugiyono. 2014. MetdePenelitianBisnis. Bandung: Alfabeta


43

Supardi, S., &Surahman.2014 MetodologiPenelitian.Jakarta Timur: CV Trans


Info Media

Swastyastu.2013. Perilaku Pemilihan Obat Tradisonal Untuk Menurunkan


Tekanan Darah Pada Lansia Di Kota Bandar Lampung.VIII. Di Ambil
Dari Jurnal Keperawatan, Volume VIII, NO. 1, April 2012

Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal. Jakarta:


Penerbit Salemba Medikapp 31.

Lampiran 1. Kuisioner Belum Diuji Validitas

Kuisioner

Gambaran Tingkat Pengetaghuan Swamedikasi TOGA Pada


Penyakit Hipertensi Di Desa Pmulihan Kabupaten Kuningan

No Responden :
Umur :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
a. Perempuan
b. Laki-laki
Pendidikan :
Terakhir
a. Sd
b. SMP
c. SMA/SMK
d. Perguruan Tinggi/Akademik

No Pertanyaan Benar Salah


1 Swamedikasi adalah upaya mengobati diri sendiri
tanpa berkonsultasi ke dokter
2 Hipertensi merupakan penyakit darah tinggi
44

3 Tanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan salah


satu alternatif pengobatan yang telah lama dilakukan
oleh masyarakat Indonesia secara tradisional
4 Buah mahkota dewa digunakan untuk mengobati
penyakit hipertensi
5 Bawang merah berkhasiat untuk mengobati penyakit
Hipertensi
6 Bawang putih berkhasiat untuk mengobati penyakit
Hipertensi
7 Buah, daun, bunga pada tumbuhan belimbing manis
digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi
8 Biji, bunga, daun, akar pada tumbuhan boroco
digunakan untuk mengobati penyakit hiprtensi
9 Rimpang kunyit digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi
10 Buah terong pipit digunakan untuk mengobati
penyakit hipertensi
11 Belimbing wuluh berkhasiat untuk mengobati
penyakit hipertensi
12 Tanaman boroco berkhasiat untuk mengobati
penyakit hipertensi
13 Seledri berkhasiat untuk mengobati penyakit
Hipertensi
14 Ciplukan berkhasiat untuk mengobati penyakit
Hipertensi
15 Pandan berkhasiat untuk mengobati penyakit
Hipertensi
16 Daun sirsak berkhasiat untuk mengobati penyakit
hipertensi

17 Khasiat tanaman obat keluarga berbeda dengan


tanaman obat kimia
45

18 Tanaman obat keluarga tidak memiliki efek samping


yang merugikan
19 Tanaman obat keluarga dapat dibeli tanpa resep
Dokter
20 Tanaman obat keluarga juga mengandung berbagai
senyawa kimia aktif
46
47

You might also like