Professional Documents
Culture Documents
Jawbana Uts Eps
Jawbana Uts Eps
4,3
(10 pilih)
Apakah jawaban ini membantu? Ucapkan terima kasih dan buka lencana
10
11
12
TANYAKAN PERTANYAANMU
Quiz Siangg: Urutkan yang benar: Kb - Mb Hb Pliss soalnya lagi butuh Lagi donlowad
free fire max di pc Ntar ku follow
Sebelumnya
Berikutnya
ARCHIVES
May 2021 (2)
April 2021 (2)
February 2021 (7)
December 2020 (2)
August 2020 (1)
July 2020 (5)
June 2020 (1)
May 2020 (3)
April 2020 (5)
March 2020 (4)
February 2020 (4)
January 2020 (1)
December 2019 (3)
November 2019 (3)
October 2019 (4)
September 2019 (7)
August 2019 (7)
DIPLOMATALKS
Audio Player
Brief Explanation Why Indonesia Vote "No" in R2P UN Meeting For Palestine
Pada kesempatan kali ini, Diplomatalks akan menjelaskan mengapa Indonesia menggunakan hak votingnya
dengan memilih “no” pada Pertemuan PBB [...]
1X
SKIP BACKWARD
-15S
PLAY PAUSE
JUMP FORWARD
+15S
00:00
PREVIOUS EPISODE
SHOW EPISODES LIST
NEXT EPISODE
Show Podcast Information
ABOUT IR , RESEARCH ARTICLE
13
Feb
Plato merupakan salah satu filsuf yang berpendapat dan memiliki pemikiran tentang
keadilan. Dalam pemikirannya, Plato mengartian keadilan sebagai “the supreme virtue of the
good state” yang berarti bahwa keadilan merupakan sebuah kebajikan tertinggi dari negara
yang baik. Dalam idenya tersebut ia juga beranggapan bahwa keadilan merupakan bagian
dari individu yang mendukung individu tersebut dalam menjalankan perannya menjadi
seseorang yang baik. Hal itu berlaku untuk dua konsep keadilan dari plato yaitu negara yang
adil maupun individu yang adil. Seperti hal nya dalam negara yang adil, setiap kelas atau
setiap jabatan individu memiliki tugasnya masing-masing yang mana jika semua orang
memenuhinya maka akan menciptakan suatu hal yang harmonis, serta yang mana jika
seseorang menjalankan dan memenuhi tugasnya maka ia akan menerima upah dan balasan
yang layak, dan jika ia gagal dalam
Dalam definisi tersebut, pemikiran platonis menjadi hal yang masuk akal. Seperti contoh
pencuri, ia dianggap tidak adil karena ingin memiliki apa yang bukan miliknya. Seorang
dokter yang tidak memperdulikan keselamatan pasien dianggap tidak adil karena telah
menyepelekan perannya. Sehingga orang yang tidak adil dianggap sebagai orang yang tidak
menyadari kebaikan dan tugas sesuai dengan situasi kehidupan mereka, serta juga dianggap
sebagai orang yang telah memperlakukan orang lain lebih buruk dari yang seharusnya. Sama
dengan halnya negara yang tidak adil dianggap sebagai negara yang telah gagal memenuhi
fungsi negara dengan baik. Konsepsi keadilan plato yang seperti inilah yang kemudian
dirumuskan dalam “giving each man his due” yaitu memberikan setiap orang sesuai dengan
apa yang telah menjadi haknya.[
Dunia-islam
Hikmah
Akhlak Politik
Selasa , 21 Apr 2009, 23:26 WIB
Red:
Islam mengandung ajaran yang berlimpah tentang etika dan moralitas kemanusiaan,
termasuk etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak bisa dilepaskan dari
dimensi etika dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-etis, berarti mereduksi Islam
yang komprehensif dan mencerabut akar doktrin Islam yang sangat fundamental, yakni
akhlak politik. Dengan demikian, muatan etika dalam wacana politik merupakan keniscayaan
yang tak terbantahkan.
Akhlak politik dalam Islam bermula dari niat dan tujuan memasuki kancah politik.
Seorang yang ingin berkecimpung dalam dunia politik, baik sebagai legislatif,
yudikatif maupun eksekutif, harus mempunyai niat dan motivasi yang benar. Niat
dan tujuan berpolitik menurut Islam adalah: 1. Menegakkan keadilan dan kebenaran;
2. Membela kepentingan rakyat; 3. Menyeru kebaikan (amar ma'ruf) dan mencegah
kemunkaran (nahi munkar).
Selanjutnya, akhlak politik dalam Islam, meniscayakan iman dan taqwa sebagai
landasan politik yang hendak dibangun. Menjalankan politik tanpa iman dan taqwa,
mempunyai implikasi yang riskan bagi pembangunan bangsa. Dalam GBHN sendiri
dinyatakan bahwa asas pembangunan nasional adalah iman dan taqwa, termasuk
pembangunan politik.
Tanpa iman dan taqwa, seorang figur politik akan mudah terjerumus kepada
keputusan dan perilaku politik yang menyimpang. Tanpa iman dan taqwa, seorang
politisi akan tega menginjak-injak kebenaran dan keadilan dan membiarkan
kemungkaran di depan matanya.
Di samping itu, seorang politisi, harus mempunyai kesadaran teologis bahwa dirinya
berfungsi sebagai khalifah Tuhan di muka bumi untuk melakukan pembangunan dan
akan mempertanggungjawabkan kepemimpinannya tidak saja kepada manusia,
tetapi juga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam konteks ini, Nabi bersabda,